BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.2. Pembahasan
4.2.2. Penerapan prinsip kerjasama pada dialog iklan
Dalam dunia bahasa terdapat suatu prinsip yakni prinsip kerjasama. Prinsip-prinsip kerjasama (cooperative principles) tersebut berdasarkan pada
commit to user
asumsi tentang bagaimana seseorang melakukan percakapan. Percakapan yang baik tentunya adalah percakapan yang dapat memenuhi tujuannya. Untuk mencapai tujuan percakapan tersebut, Grice menyertakan empat maksim dasar percakapan sebagai dasar sekaligus sebagai tuntunan kearah kerjasama efektif dalam penggunaan bahasa, atau yang lebih dikenal dengan prinsip kerjasama. Maksim-maksim percakapan yang mendukung prinsip kerjasama tersebut adalah sebagai berikut.
a. Maksim Kualitas (Maxim of Quality)
Maksim kualitas adalah aturan pertuturan yang mengharuskan setiap partisipan untuk berbicara dengan benar. Informasi yang diberikan oleh masing-masing partisipan harus didasarkan pada sebuah bukti yang ada. Selain itu partisipan tidak diperkenankan mengatakan sesuatu yang tidak memiliki bukti yang cukup. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fakta didasarkan pada bukti yang ada adalah sebagai kunci yang merupakan satu kesatuan dari konteks tuturan. Sebagai contoh adalah ketika seorang Ayah bertanya kepada anaknya “Nak, apakah kamu mengetahui Monas (monumen nasional) ada di mana?" Anak tersebut menjawab “Bali yah”. Kemudian ayah mengatakan “Cerdas, kalau begitu Tanah Lot ada di Jakarta ya nak?” Tuturan yang dituturkan oleh ayah memberikan kontribusi yang melanggar maksim kualitas. Ayah mengatakan Tanah Lot ada di Jakarta bukannya di Bali. Jawaban yang tidak mengindahkan maksim kualitas ini diutarakan sebagai reaksi atas jawaban anak yang keliru. Dengan jawaban anak sebagai individu yang memiliki kompetensi komunikatif (communicative
competence) kemudian secara serta merta mencari jawaban mengapa ayahnya
commit to user
dengan nada yang berbeda. Dengan bukti-bukti yang memadai akhirnya anak mengetahui bahwa jawabannya terhadap pertanyaan ayahnya salah. Kata ‘cerdas’ yang sengaja diucapkan ayahnya tidak konvensional karena tidak digunakan seperti biasanya untuk memuji, tetapi sebaliknya untuk mengejek. Jadi, ada alasan-alasan pragmatis mengapa ayah dalam memberikan kontribusi yang melanggar maksim kualitasnya ditujukan untuk mendapatkan efek lucu. Berikut adalah contoh dari iklan yang menerapkan prinsip kerjasama.
Data No.20 : Lifebuoy Shampo
Dialog :
(a) Kakak : (pada saat mengangkat telepon) Yeni? lagi keramas
(b) Tamu : Bapak ada?
(c) Kakak : lagi keramas
(d) Teman Adi : Adi ada?
(e) Kakak : lagi keramas
Lifebuoy Shampo seribu rupiah gak cuma dua dapet empat sachet untuk
seluruh keluarga
Lifebuoy Shampo seribu rupiah dapat empat sachet
Pembahasan:
Lifebuoy Daily Care Shampo merupakan salah satu produk shampo yang
di produksi oleh PT Unilever Indonesia. Menurut produsen, shampo ini diciptakan untuk menjadikan rambut tidak berketombe, melapisi setiap rambut, dan memberikan nutrisi dan melindungi rambut sepanjang hari. Dalam iklan ini produk shampo yang merupakan barang kebutuhan sehari-hari konsumen, ternyata dalam iklannya masih menggunakan figur wanita cantik dengan rambut indah. Sosok wanita di belahan dunia manapun, dalam kajian apapun merupakan obyek yang menarik, demikian juga dalam dunia periklanan. Model perempuan secara umum lebih sering dipakai dalam iklan dibandingkan dengan model laki-laki. Bahkan demi mendapatkan iklan yang menarik, kadang kehadiran model
commit to user
perempuan ditempatkan sebagai unsur dekoratif dan tidak jarang tubuhnya dieksploitasi untuk menambah daya tarik suatu iklan. Hal inilah yang menyebabkan tema-tema gender sering ditemukan dalam iklan. Strategi promosi produk Unilever yang efektif dengan menampilkan model-model yang tipikal muda, berkulit putih, berambut panjang sehingga memacu konsumen (lebih spesifik perempuan) untuk membeli produk tersebut agar dapat mengalami sendiri hasil yang diterima di model dalam iklan tersebut.
Dalam tuturan (b) tamu bertanya kepada kakak apakah 'Bapak ada?' tetapi kakak menjawab dengan jawaban (c) 'lagi keramas'. Tuturan ini tentu saja melanggar maksim kualitas karena jawaban yang dikehendaki sebenarnya adalah 'ada' atau 'tidak' bukan 'lagi keramas'. Apabila diperpanjang tuturan tersebut bisa berubah menjadi "(Bapak ada, tetapi beliau sedang keramas). Ada beberapa elemen penting yang dihilangkan dan justru keterangan penjelas yang malah diinformasikan oleh kakak. Tentu saja tuturan ‘lagi keramas’ mempunyai maksud tersendiri yakni si pembuat iklan ingin lebih menekankan bahwa iklan tersebut adalah iklan shampo. Iklan ini menarik karena melakukan pelanggaran terhadap maksim kualitas. Pelanggaran ini justru malah memberikan daya perlokusi bagi konsumen untuk mengingat produk shampo tersebut.
Iklan ini juga merupakan fenomena perusahaan melakukan perluasan merek/brand extention dari merek sabun ke shampo telah berhasil dilakukan dan mendapat respon yang cukup positif oleh konsumen Indonesia. Perluasan brand yang dimaksud adalah setelah 'sabun keluarga' muncul, kini PT Unilever memiliki
'shampo keluarga'. Namun bila diperhatikan perhatikan lebih detail lagi iklan
commit to user
keriting? Iklan jenis perawatan rambut cenderung berkampanye bahwa rambut yang bagus adalah rambut yang lurus dan berkilau. Lalu bagaimana dengan, misalnya, saudari-saudari kita dari Papua? Apakah mereka juga harus meluruskan rambutnya agar telihat biar ‘cantik’ seperti iklan tersebut?
Dari penjelasan tersebut kita mengetahui bahwa ada beberapa nilai yang sudah dimodifikasi oleh produsen melalui tayangan iklan ditelevisi. Di Indonesia, nilai tentang tubuh ideal misalnya, seringkali dijumpai dalam iklan kosmetik, makanan dan minuman suplemen, alat kesehatan dan sebagainya. Iklan-iklan tersebut cenderung memaksakan konsep tentang performa tubuh ideal. Hal ini juga terjadi pada iklan shampo yang menekankan bahwa rambut yang ideal dan bagus adalah rambut yang lurus.
Data No.28 : Iklan Dove Intens Care
Dialog :
(a) Ersa : Mbak Maia dari dulu berubah ubah melulu
(b) Maia : Kamu juga gonta ganti gaya melulu
(c) Ersa : Eh tapi rambut kita nggak sedih ya?
(d) Maia : Enggak...tidak..
(e) Announcer : Rambut Maia tetap sehat sampai sekarang dengan Dove
Intens Care,kalau rambut Ersa tetap kuat nggak gampang rontok dan patah
karena Dove Hair Fall
Pembahasan:
Pada dasarnya bahasa iklan adalah bahasa yang komunikatif, karena iklan berupaya untuk mengkomunikasikan informasi atau pesan yang hendak disampaikan. Oleh karenanya, ragam bahasa yang dipakai harus disesuaikan dengan suasana pesan yang akan disampaikan. Jika pesan yang hendak disampaikan adalah mengenai keunggulan produk perawatan untuk remaja, maka
commit to user
ragam bahasa yang sebaiknya digunakan adalah ragam bahasa yang dipergunakan oleh para remaja. Atau jika ingin menyampaikan pesan kepada pelaku usaha maka ragam bahasa yang dipergunakan harus dapat menimbulkan kesan berpendidikan, tidak terlalu resmi atau menggambarkan prosedur yang sulit, mudah dipahami, jelas arahnya, dan bersifat memberikan harapan dan semangat.
Sabun Dove seringkali menggunakan model wanita cantik pada setiap tayangan iklannya. Hal ini karena produk yang diiklankan cenderung kepada wanita daripada pria. Dialog tersebut terjadi antara dua tokoh yaitu Maia Estianti dan Ersa Mayori. Keduanya adalah artis ibukota Jakarta yang cukup terkenal dan sering menjadi bintang iklan dibeberapa media. Dialog pertama dimulai oleh Ersa dengan mengatakan ‘Mbak Maia dari dulu berubah-ubah melulu’. Dan dialog (b) adalah jawaban dari Maia Estianti yaitu ‘Kamu juga gonta-ganti gaya melulu.' Dari percakapan tersebut yang dibahas sebenarnya adalah gaya rambut yang berubah ubah. Sehingga dapat dikatakan bahwa dialog pertama antara Maia dan Ersa memenuhi maksim kualitas yaitu keduanya saling memberikan informasi tentang kenyataan bahwa mereka berdua sering mengubah gaya rambutnya. Konteks iklan adalah rambut Maia dicat dengan warna yang berbeda-beda.
Dialog selanjutnya (c) adalah ‘Eh tapi rambut kita nggak sedih ya?’ Dan jawaban dari Maia adalah ‘enggak...tidak...’. Dari dialog tesebut dapat diketahui bahwa Ersa memberikan pertanyaan yang tidak sesuai dengan fakta yaitu mengenai rambut yang sedih. Kata ‘sedih’ yang berarti menimbulkan rasa susah (pilu) biasa digunakan untuk objek hidup yakni manusia namun produsen menggunakan kata ‘sedih’ untuk produk shampo. Karena menurut pengetahuan bersama diketahui bahwa rambut dikategorikan sebagai benda mati dan hal ini
commit to user
bertentangan dengan apa yang dinyatakan oleh Ersa Mayori. Oleh karena itu kalimat pertanyaan Ersa tidak mematuhi maksim kualitas. Efek yang ingin disampaikan sebenarnya adalah rambut yang tidak sehat namun Ersa menggunakan istilah rambut yang sedih sehingga terkesan dramatis. Jelasnya, diakhir iklan announcer menegaskan bahwa Dove Intens Care dapat digunakan untuk merawat rambut yang tidak sehat dan dapat mencegah rontok. Suatu persepsi tentang kelas sosial, kecantikan, dan kesuksesan diukur berdasarkan standar iklan. Seseorang dianggap berkelas jika telah menggunakan produk A. Perempuan dibilang cantik jika kulitnya putih, ramping dan rambutnya hitam kemilau. Begitu pula seseorang dianggap sukses jika punya rumah, mobil dan produk-produk terkini.
Ada suatu nilai menarik dalam iklan sabun yakni nilai ‘kecantikan’ . Nilai kecantikan yang oleh beberapa produsen iklan seringkali dipaksakan ke masyarakat tanpa proses editing dan penelitian terlebih dahulu. Akibatnya citra kecantikan yang mempunyai akar budaya di setiap daerah direduksi ke dalam representasi yang terbatas pada hanya satu sisi saja. Maka akan menjadi hal yang seolah olah benar jika dalam iklan masa kini, ketika ada citra perempuan cantik berkulit putih dan berambut lurus. Mungkin terdapat semacam diskriminasi ras atas pencitraan perempuan, sebab tidak semua perempuan lahir dengan kulit putih dan rabut yang lurus. Dalam budaya masyarakat Jawa, rambut yang cantik disebut dengan istilah ‘kembang bakung’ atau ‘ngandhan-andhan’ yakni tidak lurus dan tidak keriting.
commit to user
b. Maksim Kuantitas (Maxim of Quantity)
Maksim kuantitas ialah suatu aturan dalam percakapan yang mengharuskan setiap penutur untuk memberikan informasi secukupnya sesuai dengan yang diminta oleh lawan tuturnya. Maksim kuantitas mengharapkan penutur untuk memberikan informasi yang benar dan mengandung informasi yang efektif. Sumbangan yang diberikannya juga harus bersifat efektif. Grice menyarankan kita untuk memberikan informasi yang seinformatif mungkin (sesuai dengan tujuan pertukaran percakapan yang sekarang). Selain itu kita juga diharapkan tidak memberi sumbangan yang sifatnya lebih informatif dari yang diperlukan. Contoh dari pelanggaran maksim kuantitas adalah pada kalimat “Bibi saya yang perempuan sedang hamil.” Dengan demikian kata ‘perempuan’ dalam tuturan di atas bersifat berlebihan. Kata 'bibi' sudah pasti perempuan dan kehadiran kata 'yang perempuan' dalam contoh itu justru menerangkan hal-hal yang sudah jelas sehingga terjadi pengulangan yang tidak perlu. Hal ini sangat bertentangan dengan maksim kuantitas. Berikut ini adalah contoh data yang menunjukkan adanya maksim kuantitas dalam percakapan antar pemeran tokohnya.
Data No.10 : Iklan Pepsodent versi Sleeping with Chicken
Dialog :
Pepsodent mempersembahkan sikat gigi malam bersama ayah Adi dan Dika
(a) Dika : Yah tadi sore kan udah gosok gigi kok malem gosok gigi
lagi sih?
(b) Ayah : terserah kalau kamu mau tidur sama ayam yang tadi kamu
makan wok wok wok wok kalau makan
kambing...mbeek...sapi...mowww...ikan...whak whak...monyet...wua a a a udah dong sekarang kamu sikat gigi
commit to user
Pembahasan :
Pepsodent, sebuah nama brand legendaris di Indonesia dari kategori pasta
gigi. Jenis pasta gigi ini selalu menampilkan iklan-iklan yang kreatif dan inovatif dengan berbagai versi. Iklan Pepsodent yang terbaru menampilkan cerita tentang ayah dan anak yang sangat unik dan mendidik. Iklan tersebut berjudul “Sikat gigi bersama ayah Adi dan Dika. Sikat Gigi Pagi dan Malam” mengetengahkan dua tokoh yakni Ayah Adi dan Dika, ayah dan anak yang berbagi tips dan trik tentang bagaimana menjadikan menyikat gigi lebih bisa dinikmati, dan tidak menjadi pengalaman buruk bagi orang tua dan anak-anak.
Iklan-iklan Pepsodent dalam berbagai versi sering ditayangkan di
commercial break pada hampir semua acara televisi. Iklan Pepsodent terpaku
kepada konsep pasta gigi untuk keluarga Indonesia, maka kecenderungan akan suatu merk (brand aware) diharapkan mengendap pada segmennya di tingkat usia yang beragam. Dalam kenyataannya, iklan ini cenderung disaksikan oleh anak-anak. Walaupun orang tua sebagai pengambil keputusan, tetapi tindakan orang tua untuk mencoba produk, seringkali karena dorongan dari anak yang sudah terpengaruh iklan. Masyarakat cenderung melihat representasi diri dan idealnya pada layar ajaib yang disebut televisi. Tendensi ini juga merambah balita dan kanak-kanak, maka kemungkinan mempengaruhi proses berfikir, imitasi dan konsep penilaian terhadap dirinya sangat besar.
Dalam tuturan iklan tersebut, ayah (b) memberikan informasi yang berlebihan kepada Dika atas pertanyaan Dika (a). Hal ini menyebabkan ayah melanggar maksim kuantitas yakni ayah tidak memberikan informasi yang seinformatif mungkin. Dengan kata lain, informasi yang diberikan ayah kepada
commit to user
Dika terlalu bertele-tele dan kurang sesuai dengan pertanyaan Dika. Ayah Dika tidak memberikan penjelasan terhadap pertanyaan Dika tetapi beliau malah memberikan gambaran dengan imajinasinya. Hal ini dilakukan ayah agar Dika tertarik untuk sikat gigi dimalam hari. Trik-trik tertentu yang digunakan oleh pengiklan tidak terlepas dari konsep tingkah laku sosial yang dijadikan acuan komoditas dan objek konsumsinya. Suatu gejala yang tengah terjadi pada sebuah komunitas sosial dapat dieksploitir menjadi sistem mekanisme penarik pandang, atau penarik minat yang pada akhirnya berfungsi sebagai ‘pengingat’ dalam iklan.
Iklan Pepsodent selalu mendapat perhatian khusus dihati konsumen karena sangat inspiratif dan menarik. Salah satu ciri yang benar benar dipahami oleh para pakar periklanan seperti produsen iklan Pepsodent adalah segala kreatifitas ditujukan untuk menyuburkan konsumerisme. Intinya adalah apabila sesuatu hal yang salah diulang-ulang sebanyak seratus kali maka ia akan menjadi seolah-olah benar. Segala sesuatu yang pada awalnya tabu jika ditayangkan secara terus-menerus maka akan ‘seolah-olah’ menjadi pantas. Istilah lain yang lebih dikenal adalah tidak kenal maka tidak sayang, dan jika kenal maka akan tumbuh rasa sayang.
Data iklan No.6 : Iklan Rexona versi Mulan
Dialog :
(a) Mulan : Liat yuk yang udah pakai Rexona Deo Lotion
(b) Ibu : Eh mbak Mulan
(c) Mulan : Sibuk bu?
(d) Ibu : ya biasa deh ngurus ini itu...untung dah ngikutin
mbak Mulan
(e) Dulu pakai bedak di ketiak cepet keringetan, pas ada arisan jadi malu deh
(f) Kalau Rexona Deo Lotion sekali pakai keset dan nyaman seharian
tamu datang nggak masalah
commit to user
Pembahasan :
Iklan Rexona Deodorant edisi Mbak Mulan (Mulan Jamela) bercerita tentang seorang artis yang bertandang ke salah satu rumah pemakai produk
Rexona Deodorant. Pada dialog pertama tuan rumah mengatakan: "Eee... Mba
Mulan!" dan dijawab dengan Mulan "Sibuk bu?!". Selanjutnya, tuan rumah bercerita panjang lebar mengenai pengalamannya, sementara si Mulan diam saja. Diakhir scene, Mulan berseru lagi dengan kalimat "Pakai juga donk!"
Berdasarkan pada konteks iklan di stasiun televisi, iklan tersebut memenuhi maksim kualitas karena dialog antar tokoh menggunakan informasi yang efektif dan tidak mengada-ada. Hal ini jelas sekali pada dialog (c) yaitu ‘Sibuk bu’ dan dijawab dengan dialog (d) ‘ya biasa deh ngurus ini itu’. Sumbangan jawaban dari ibu kepada Mulan sangat jelas dan dapat diterima. c. Maksim Hubungan (Maxim of Relevance)
Maksim hubungan mengharuskan penutur untuk memberikan informasi yang relevan. Relevansi yang dimaksud adalah tuturan yang diberikan harus sesuai dengan tuturan mitra tutur sebelumnya. Apabila kita tidak ingin melanggar maksim ini, disarankan membuat pernyataan kita relevan. Maksim hubungan ini juga memegang peranan penting dalam pembentukan sebuah implikatur standar. Dalam kehidupan sehari-hari, contoh dari pelanggaran maksim hubungan adalah ketika seorang Ibu bertanya kepada suaminya “Pukul berapa sekarang Yah?” Ayah menjawab dengan tuturan “Tukang koran baru lewat”. Kontribusi yang diberikan oleh Ayah itu memang tidak secara implisit menjawab pertanyaan Ibu itu. Akan tetapi dengan memperhatikan kebiasaan tukang koran mengantarkan surat kabar atau majalah kepada mereka, Ayah membuat inferensi pukul berapa
commit to user
ketika itu. Dalam percakapan mereka berdua terlihat penutur dan lawan tutur memiliki asumsi yang sama sehingga hanya dengan mengatakan tukang koran baru lewat, Ibu itu sudah merasa terjawab pertanyaannya. Berikut ini adalah contoh data.
Data No.17 : RAN & Shila - TVC Walls Conello Show Your Love
Dialog :
(a) Rai (RAN) : Shila aku mau nembak cewek kamu mau ya pura pura jadi
dia?
(b) Shila : ih apaan sih..
(c) Rai (RAN) : emm kita kan sudah lama kenal...kamu mau nggak
ngedate sama aku
(d) Shila : kamu latihan aja ama orang lain
(e) Announcer : show your love dengan cornello royale sweetheart
brownies
Pembahasan :
Iklan Walls dalam setiap iklannya selalu memunculkan unsur pengingat (catcher) dengan mengkombinasikan unsur berupa suara, gambar, maupun bahasa. Hal ini sangat penting bagi PT Unilever karena dengan hanya mendengar, melihat, atau membaca pengingat itu, konsumen akan langsung terhubung dengan produk yang diiklankan. Pada iklan kali ini Rai (RAN) di daulat sebagai bintang iklan merk marketing produk Ice Cream Walls Conello. Dalam membintangi iklan Ice Cream Conello ini, RAN bekerja sama dengan Shila seorang gadis cantik yang juga menjadi salah bintang iklan ice cream Walls. Tema “Show Your Love” menjadi kata sakti untuk iklan walls yang satu ini. Bintang iklan anak muda yang diperankan oleh Rai “Ran” dan Shila teman duetnya yang menjadi
soundtrack iklan ini, memang sangat sesuai. Konteks ide ceritanya tergambar dari
awal mula pertemanan yang menjadikan cinta memanglah sangat nyata. Pernyataan cinta yang dilakukan oleh Rai sangatlah unik dan berbeda. Suasana
commit to user
tempat yang di alam terbuka juga mendukung keindahan dan romansa yang timbul. Keadaan taman yang indah dan rindang adalah lokasi yang sangat strategis untuk Rai menggutarakan cinta dengan cara yang unik pula dan diakhiri dengan es krim sebagai ungkapan cinta.
Melalui konteks diatas, dapat dipahami bahwa ada dua orang peserta tutur dalam dialog tersebut yaitu Rai (RAN) dan Shila. Pada tuturan (a), Ran bertanya kepada Shila dengan kalimat "Shila aku mau nembak cewek kamu mau ya pura pura jadi dia?". Kemudian Shila menjawab dengan tuturan (b) "ih apaan sih?". Jawaban Shila memang tidak secara jelas menjawab pertanyaan Ran sehingga dapat dikatakan bahwa jawaban tersebut tidak memberikan informasi yang cukup dan tidak relevan dengan pertanyaan. Tetapi dengan memperhatikan konteks iklan maka dapat diketahui bahwa jawaban Shila adalah tidak. Dalam situasi ini jawaban Shila tentu saja tidak menaati maksim hubungan karena peserta tutur tidak memberikan informasi yang relevan dengan topik pembicaraan. Dalam realisasinya, para peserta tutur dalam sebuah interaksi menaati maksim hubungan dengan cara menyampaikan tuturan yang berisi informasi yang relevan dengan alur interaksi yang sedang diikuti.
Data iklan No.23 : Iklan Sariwangi versi Tempat favorit
Dialog :
(a) Ayah : Aku tunggu di tempat favorit kita
(b) Ibu : Huh daripada nggak enak gini mending omongin aja
ngeteh yuk, ayah tadi kan aku nunggu direstoran favorit kita lo
(c) Ayah : Kirain nunggu disini
commit to user
Pembahasan :
Telah banyak buku yang memaparkan jenis-jenis iklan dan
penggunaannya dalam kehidupan nyata namun sangat jarang ditemui buku yang membahas tentang misteri iklan. Dikatakan misteri karena setiap iklan pasti mempunyai makna lain yang diharapkan dapat menimpulkan efek tertentu seperti efek psikologis. Pada kenyataannya iklan tidak sesederhana yang dibayangkan oleh orang. Iklan menggunakan bahasa yang sudah melaui proses editing berulang ulang sehingga ketika bahasa tersebut dipromosikan maka akan menarik minat banyak konsumen. Efek pengulangan baik gambar maupun kata memang sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan iklan itu sendiri. Hal ini memang membutuhkan waktu yang konsisten dan lama, namun efek yang ditimbulkan akan luar biasa dahsyat. Iklan tidak hanya sebagai bentuk komunikasi dalam memasarkan suatu produk maupun jasa, tetapi juga digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan sosial kepada masyarakat. Sariwangi dalam kampanye “Mari Bicara” menggunakan iklan untuk memberikan pembelajaran kepada perempuan Indonesia agar bisa berinisiatif untuk memulai berdialog dengan pasangannya, sehingga diharapkan dapat menciptakan keluarga harmonis dan wujud emansipasi perempuan itu sendiri.
Iklan tersebut adalah iklan Sariwangi versi tempat favorit. Iklan ini mengenai perbedaan persepsi "tempat favorit" antara seorang ibu dan ayah. Bahasa yang digunakan dalam iklan tersebut adalah sangat sederhana. Dialog percakapan tersebut adalah mengenai tempat favorit ayah dan ibu. Melalui konteks diketahui bahwa iklan tersebut memenuhi maksim hubungan. Yang dimaksud dengan relevan disini adalah adanya keterkaitan yang erat antara satu
commit to user
kata dengan kata lain. Selain itu dialog tersebut menggunakan kata kata yang mudah dipahami oleh konsumen.
d. Maksim Cara (Maxim of Manner)
Maksim cara mengharuskan peserta tutur untuk berbicara secara langsung, memberikan kontribusi tuturan yang urut, tidak ambigu, dan tidak berlebihan. Yule (1996:37) menjelaskan maksim cara ini dengan melontarkan pernyataan “be