PENGARUH BIMBINGAN KONSELING TERHADAP PENANAMAN NILAI AKHLAK SISWA SMP N 1 TERAS
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat
Sarjana S-1 Tarbiyah
YUSUF RAHMADDI G 000 090 061
JURUSAN TARBIYAH FAKULTAS AGAMA ISLAM
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
ا
ا
ا
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya: Nama : Yusuf Rahmaddi NIM : G000090061 Fakultas/Jurusan : FAI/Tarbiyah Jenis : Skripsi
Judul : PENGARUH BIMBINGAN KONSELING TERHADAP PENANAMAN NILAI AKHLAK SISWA SMP N 1 TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk:
1. Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan UMS atas penulisan karya
ilmiah saya demi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan, mengolah dalam bentuk pangkalan data (databes), mendistribusikanya, serta menampilkanya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.
3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Surakarta, 17 Maret 2014 Yang Menyatakan
vii
PENGARUH BIMBINGAN KONSELING TERHADAP PENANAMAN NILAI AKHLAK SISWA SMP N 1 TERAS BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh : Yusuf Rahmaddi (NIM : G000090061)
Fakulfas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstrak
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan. Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Bimbingan konseling dan penanaman akhlak adalah upaya yang tidak dapat dipisahkan. Bimbingan konseling dalam penanaman nilai akhlak adalah bimbingan yang menitik beratkan pada pendekatan personal yaitu memberi motivasi, arahan, dan solusi terhadap masalah yang sedang dihadapi siswa terutama pada masalah akhlak. Penanaman akhlak tidak harus diterapkan di sekolah saja, tetapi penanaman akhlak bisa dilakukan di luar sekolah. Dalam hal ini perlu adanya kerja sama yang apik antara sekolah dan pihak lain dalam pembentukan akhlak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam penanaman nilai akhlak pada siswa melalui bimbingan konseling di SMP Negeri 1 Teras serta mengetahui perubahan perilaku yang terjadi setelah mendapatkan pelayanan bimbingan konseling di SMP N 1 Teras tahun pelajaran 2012/2013
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang berjenis kualitatif. Subyek penelitian menggunakan key informan yang digunakan untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penetapan validitas data dalam penulisan ini melalui trianggulasi data dan informan review, Dalam menganalisis data dilakukan secara deskriptif (menutur kata dengan apa adannya secara kualitatif) dengan menggunakan metode induktif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Seluruh staf sekolah seperti, kepala sekolah, guru mata pelajaran, wali kelas, guru BK berperan dalam upaya penanaman nilai akhlak kepada siswa. Kepala sekolah sebagai penanggung jawab seluruh pelaksanaan bimbingan konseling dengan memfasilitasi dengan sarana-sarana pendukung, sehingga pelaksanaan bimbingan konseling dapat berjalan dengan baik, (2) sanksi yang diterapkan BK SMP N 1 Teras cenderung pemberian teguran dan pengarahan hal ini bertujuan agar perubahan prilaku/akhlak siswa terbentuk karena bukan karena takut akan tetapi perubahan prilaku tumbuh dari kemauan siswa itu sendiri, (3) melalui upaya pemahaman, pencegahan, pengentasan, pemeliharaan dan pengembangan yang diinternalisasikan dengan kegiatan sekolah memberikan pengaruh antara lain: (a) Terciptanya kesadaran keagamaan pada siswa dan pemahaman siswa akan peraturan-peraturan yang ada di sekolah, (b) Siswa terbantu dalam pemecahan masalah, karena ada sebagian siswa yang memanfaatkan layanan bimbingan. Hal ini di tunjukkan dengan prilaku siswa menjadi lebih baik, (c) Ada juga siswa yang merasa terganggu akan campur tangan BK terhadap masalah yang dihadapinya. Hal ini disebabkan karena siswa mempunyai pandangan terhadap guru BK masih sebagai polisi sekolah.
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan pada hakikatnya
merupakan usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian yang
berlangsung seumur hidup baik di sekolah maupun madrasah. Pendidikan juga bermakna proses membantu individu baik jasmani dan rohani ke arah terbentuknya kepribadian utama (pribadi yang berkualitas). Dalam konteks Islam, pendidikan bermakna
bimbingan terhadap pertumbuhan
rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah, mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam. Dari makna ini, pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya untuk membentuk manusia yang lebih berkualitas (Tohirin, 2007: 5).
Bimbingan dan konseling
merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam
kehidupannya selalu menghadapi
persoalan-persoalan yang silih
berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yang lain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia
yang tidak mampu mengatasi
persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan (Walgito, 2010: 10).
Bimbingan dan konseling
merupakan salah satu komponen dari
pendidikan. Mengingat bahwa
bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang
diberikan kepada individu pada
umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal ini sangat relevan jika
dilihat dari perumusan bahwa
pendidikan itu adalah usaha sadar yang
bertujuan untuk mengembangkan
kepribadian dan potensi-potensi (bakat, minat, dan kemampuan). Kepribadian menyangkut masalah prilaku atau sikap mental dan kemampuan meliputi masalah akademik dan keerampilan. Tingkat kepribadian dan kemampuan
yang dimiliki oleh seseorang
merupakan suatu gambaran mutu dari orang bersangkutan (Sukardi, 2007: 1).
Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar berhasil dalam belajar. Untuk itu sekolah dan madrasah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa
untuk mengatasi masalah-masalah
yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Dalam kondisi seperti ini, pelayanan bimbingan dan konseling sekolah dan madrasah sangat penting untuk dilaksanakan guna membantu siswa mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya.
Bimbingan dan konseling tidak hanya berorientasi untuk mengatasi permasalahan kesulitan belajar siswa, tetapi bimbingan konseling juga dapat menyentuh aspek perilaku atau akhlak siswa dalam proses pembentukan kepribadian. Siswa adalah bagian dari masyarakat yang butuh interaksi dan sosialisasi, untuk itu siswa harus
2 ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing individu sebagai anggota di sekolah maupun di masyarakat. Ketentuan-ketentuan itu biasanya berupa perangkat nilai, norma sosial, maupun pandangann hidup yang terpadu dalam sistem budaya yang berfungsi sebagai rujukan hidup (Prayitno, 1999: 169).
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa bimbingan dan konseling sebagai salah satu organ yang penting dalam upaya penanaman nilai akhlak di sekolah. Masa remaja
(12-21 tahun) merupakan masa
peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Dimana di masa ini terjadi berbagai goncangan-goncangan psikis
atau penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi pada usia remaja.
Pembinaan akhlak terhadap para
remaja amat penting dilakukan,
mengingat secara psikologis usia remaja ialah usia yang berada dalam goncangan dan mudah terpengaruh sebagai akibat dari keadaan dirinya yang masih belum memiliki bekal pengetahuan, mental dan pengalaman yang cukup, Abuddin Nata (2001: 216).
Penanaman nilai akhlak
melalui bimbingan konseling adalah pengembangan dan penyadaran siswa terhadap nilai kebenaran, kejujuran, kebajikan, kearifan dan kasih sayang sebagai nilai-nilai universal yang dimiliki semua agama yang berfungsi untuk memperkuat keimanan dan ketakwaan secara spesifik sesaui keyakinan agama melalui kegiatan pramuka, sehingga menghasilkan anak didik yang berkepribadian utuh, yang
bisa mengintegrasikan keilmuan yang
dikuasai dengan nilai-nilai yang
diyakini untuk mengatasi berbagai
permasalahn hidup dan sistem
kehidupan manusia
Tujuan Penelitian
Peneliti ini bertujuan untuk
mendeskripsikan bagaimana
pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam penanaman nilai akhlak pada peserta didik di SMP N 1 Teras
Boyolali dan untuk mengetahui
perubahan perilaku yang terjadi setelah mendapatkan pelayanan bimbingan konseling di SMP N 1 Teras tahun pelajaran 2012/2013.
LANDASAN TEORI
A.Bimbingan Konseling
1. Pengertian Bimbingan
Bimbingan adalah proses
pemberian bantuan (proses of helping)
kepada individu agar mampu
memahami dan menerima diri dan lingkungannya, mengarahkan diri dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma
kehidupan (agama dan budaya)
sehingga mencapai kehidupan yang bermakna (Damayanti, 2012: 9
2. Pengertian Konseling
Konseling adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling seorang ahli yang diisebut konselor kepada individu yang sedang mengalami suatu
masalah yang bermuara pada
3
3. Prinsip Bimbingan Konseling
Dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut dijadikan pedoman dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling. Maknanya apabila
bimbingan dan konseling dilaksanakan tidak sesuai dengan prinsip tesebut, berarti bukan bimbingan dan konseling dalam arti yang sebenarnya. Berkenaan dengan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling, Arifin dan Eti Kartikawati
menjabarkan prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling ke dalam empat bagian, yaitu (1) prinsip-prinsip umum, (2) prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan individu (siswa), (3) prinsip-prinsip khusus
yang berhubungan dengan
pembimbing dan (4) prpinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan organisasi dan adminidtrasi.bimbingan dan konseling.
4. Tujuan Bimbingan Konseling
Menurut Thohirin (2007),
sejalan dengan perkembangannya
konsepsi bimbingan dan konseling,
maka tujuan bimbingan dan
konselingpun mengalami perubahan, dari yang sederhana sampai ke yang lebih komprehensif. Secara umum tujuan bimbingan dan konseling adalah
untuk membantu individu
memperkembangkan diri secara
optimal, menjadi insan yang seutuhnya sesuai dengan tahap perkembangan dan presisposisi yang dimilikinya, dari berbagai latar belakang yang ada dan sesuai dengan tuntutan positif di lingkungannya.
Adapun secara khusus tujuan bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan
permasalahan yang dialami oleh
individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahannya itu. Masalah-masalah individu (siswa) bermacam ragam jenis, intensitas, dan sangkut pautnya, serta masing-masing bersifat unik. Oleh karena itu tuujuan khusus bimbingan dan konseling untuk masing-masing individu bersifat unik pula. Tujuan bimbingan dan konseling untuk seorang individu berbeda dari tujuan bimbingan dan konseling untuk individu lainnya.
5. Fungsi Bimbingan Konseling
Fungsi bimmbingan dan konseling khususnya di sekolah dan madrasah memiliki beberapa fungsi, yaitu (1)
fungsi pencegahan, (2) fungsi
pemahaman, (3) fungsi pengentasan, (4) fungsi pemeliharaan, (5) fungsi penyaluran, (6) fungsi penyesuaian, (7) fungsi pengembangan, (8) fungsi perbaikan dan, (9) fungsi advokasi ( Thohirin, 2007: 39-50).
6. Asas-asas Bimbingan Konseling
Pelayanan bimbingan dan
konseling merupakan pekerjaan
profesional, oleh sebab itu, harus dilaksanakan mengikuti kaidah-kaidah
atau asas-asas tertentu. Dengan
4 bagian, yaitu asas-asas bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan siswa dan asas yang berhubungan
dengan praktik atau pekerjaan
bimbingan
7. Macam-macam Bimbingan
Konseling
Pengertian bimbingan dan
konseling menyangkut setiap aspek dari individu, abaik fisik, psikis maupun sosial. Dengan demikian, tidaklah mungkin orang mengisolasi tiap-tiap bagian dengan bagian yang lain, karena bagian yang satu selalu berhubungan dengan bagian yang lain. Kalau dibedakan satu dengan lain, hal tersebut hanya terletak pada titik beratnya. Pekerjaan bimbingan dan konseling tidak dapat dilepaskan dari
hal-hal yang berhubungan dari
pendidikan dan keadaan pribadi yang bersangkutan (Walgito, 2004: 19).
Adapun macam-macam
bimbingan dan konseling di
kelompokkan menjadi empat: (a) bimbingan akademik, (b) bimbingan sosial pribadi, (c) bimbingan karier, (d) bimbingan keluarga.
B.Penanaman Nilai Akhlak
1. Pengertian Akklak
Secara etimologi (lughatan) akhlaq
(Bahasa Arab) adalah bentuk jamak
dari khuluq yang berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang berarti
menciptakan.seakar jata Khalaq
(Pencipta), makhluq (yang diciptakan), dan khalq (penciptaan) Yuhanar Ilyas (2000: 1)
2. Tujuan Penanaman Akhak
Ibnu Miskawaih merumuskan tujuan pembinaan akhlak yaitu terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik, sehingga mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan sejati. Islam menginginkan suatu masyarakat yang berakhlak mulia. Akhlak yang mulia ini sangat ditekankan karena di samping akan membawa kebahagiaan
bagi individu, juga sekaligus
membawa kebahagiaan bagi
masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain bahwa akhlak utama yang
ditampilkan seseorang, tujuannya
adalah untuk mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat Azmi (2006: 60).
3. Ruang Lingkup Akhlak
Adapun pembagian akhlak
menurut Muhammad Azmi (2006: 63-67) dibagi menjadi empat bagian yaitu: (a) akhlak terhadap Allah, (c) akhlak terhadap sesama manusia, (c) akhlak terhadap diri sendiri dan, (d) akhlak terhadap alam sekitar.
Kajian Pustaka
1. Eva Varena (UMS 2010) dalam
skripsinya yang berjudul
“Penerapan Bimbingan Dan
Konseling Islami Dalam
Meningkatkan Akhlak Siswa Di
SMP Muhammadiyah 7
Surakarta”, menyimpulkan bahwa seluruh staf sekolah seperti, kepala sekolah, guru BK, wali kelas dan guru pelajaran sangat berperan dalam pelaksanaan bimbingan dan
5 tersebut karena sudsah telaksana dengan baik. Sebagai kepala sekolah yang bertanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan BKI dengan melengkapi seluruh sarana ( ruang multi media, media buletin, ruang kantor BK dan sarana lainnya) agar terlaksana BKI di sekolah tesebut dengan baik, guru BK yang berupaya
dalam membantu sisiwa
menyelesaikan masalah dengan menumbuhkan kesadaran sebagai muslim serat bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Serta wali kelas yang turut mendukung kegiatan BKI ketika siswa berada dalam kelas. Guru pelajaran yang
selalu memberikan bimbingan
yang berupa pengajaran, motivasi serta nasehat yang bertujuan agar sisiwa menjadi lebih baik.
Hambatan-hambatan dalam
pelaksanaan penerapan bimbingan dan konseling islami di SMP
Muhammadiyah 7 Surakarta
meliputi pemantauan orang tua terhadap anak kurang/terbatas.
Ada sebagian anak yang
bermasalah kemauannya untuk
berubah sangat lemah.
Lingkungan pergaulan anak yang kurang baik dan lingkungan rumah yang kurang baik.
2. Muhammad Fathoni ( UMS: 2013)
dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Bimbingan Konseling Islami Dalam Pembentukan Aklak Siswa (Studi Empirik Di SDIT Permata Insani Tulung, Klaten Tahun Ajaran 2012/2013), yang kesimpulannya sebagai berikut
a. Penerapan bimbingan
konseling islami di SDIT
Permata Insani dalam
membentuk akhlak siswa.
1) Seluruh staf sekolah
seperti, kepala sekolah, guru BKI, wali kelas dan
guru mata pelajaran
terlibat dan berperan
dalam pelaksanaan
bimbingan konseling
islami di sekolah. Kepala sekolah yang bertanggung jawab terhadap seluruh
pelaksanaan bimbingan
konseling islami dengan memfasilitasi bimbingan
dengan sarana-sarana
pendukung agar
terlaksananya bimbingan
konseling islami di
sekolah terebut dengan
baik, guru BK yang
memposisikan diri sebagai fasilitator berupaya dalam
membentu siswa
menyelesaikan masalah
dengan menumbuhkan
kesadaran terhadap
kewajiban-kewajiban
sebagai muslim lewat
pembiasaan dan
mengarahkan serta
memotivasi agar
bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
2) Bentuk penyelesaian
masalah siswa dengan
proses bimbingan
konseling islami
dilakukan dengan
menentukan jenis masalah
kemudian menentukan
jenis kegiatan layanan dan
terakhir menentukan
6 dilakukan yaitu dengan mengidentifikasi masalah
dengan mencari latar
belakang masalah,
diagnosis permasalahan
dengan menemukan gejala
yang lebih signifikan
kemudian dilakukan
berupa pemberian
kesimpulan jenis
permasalahan dalam al-Qur’an dan hadits maupun teori-teori psikologi yang sesuai dalam menentukan
solusi yang diberikan,
pemberian solusi banntuan
disesuaikan dengan
tingkat kemampuan siswa sehingga solusi anak kelas satu tentu sangat berbeda dengan anak kelas enam.
b. Hambatan-hambatan dalam
pelaksanaan penerapan
bimbingan konseling islami di SDIT Permata Insani meliputi ada sebagian anak yang kurang sekali kedekatan dengan orang tuanya karena sebagian orang tua
melihat sistem fullday school
adalah sistem unntuk menitipkan anak sehingga mereka leluasa untuk bekerja seharian tanpa
banyak perhatian terhadap
kegiatan anak-anaknya sehingga orang tua tidak mengetahui proses perkembangan kejiwaan anak yang sedang terjadi.
3. Siti Fatimah (UMS: 2002), dalam
skripsinya yang berjudul
“Efektifitas Bimbingan
Penyuluhan Dalam Perubahan
Akhlak Siswa” menyimpulkan
bahwa bimbingan dan konseling dalam pembinaan akhlak siswa di SMU Muhammadiyah 2 Surakarta
cukup efektif dengan melihat tanggapan siswa bersikap dan keterampilan konselor yang sudah
termasuk dalam karakteristik
efektif, tanggapan siswa mengenai
pelaksanaan bimbingan dan
penyuluhan di sekolah berjalan sesuai prosedur dan program yang ada
Penulis menimbang adanya perbedaan objek dan tempat penelitian yang akan dikaji dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, Berdasarkan tiga skripsi tersebut yang berkaitan dengan kegiatan bimbingan dan konseling, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Pengaruh
bimbingan dan konseling dalam
penanaman nilai akhlak di SMP N 1
Teras Boyolali tahun pelajaran
2012/2013” yang lebih mengarah pada
pelaksanaan penanaman nilai-nilai
akhlak melalui kegiatan bimbingan dan konseling, guna tercapainya anak didik
yang memiliki akhlakul karimah yang
mampu menyesuaikan diri dalam
kondisi lingkungan apapun serta
mampu menerapkan nilai- nilai
keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian masalah yang
diangkat dalam penelitian ini
memenuhi asas kebaruan
Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
penelitian ini termasuk penelitian
lapangan (field research) dengan
menggunakan pendekatan
deskriptif yaitu suatu penelitian
yang bertujuan untuk
mengumpulkan data dan
7
2. Subyek dan Tempat Penelitian
Subyek penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan penanaman nilai-nilai akhlak melalui bimbingan konseling di SMP N 1 Teras tahun pelajaran 2012/2013.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulkan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.
a. Metode observasi merupakan
suatu proses melihat,
mengamati, dan mencermati, serta “merekam” suatu prilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu (Herdiansyah, 2010: 131). Sedangkan jenis
observasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
observasi secara langsung,
yakni mengamati secara
langsung kondisi atau situasi
yang sebenarnya, seperti
observasi mengetahui sarana dan prasarana sekolah, upaya yang dilakukan sekolah, dan pelaksanaan bimbingan dan konseling.
b. Metode wawancara, adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan
oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan tersebut
(Herdiansyah, 2010: 118).
Metode wawancara dalam
penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi (data) yang akurat dan riil tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP N 1 Teras
Boyolali serta proses
penanaman nilai akhlak siswa melalui kegiatan bimbingan
dan konseling. Wawancara
dilakukan terhadap guru BK dan para siswa serta pihak-pihak terkait seperti kepala
sekolah dan guru mata
pelajaran.
c. Metode dokumentasi adalah
salah satu metode
pengumpulan data kualitatif
dengan melihat atau
menganalisis
dokumen-dokumen yang dibuat subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Dokumentasi merupakan salah satu cara yang
dapat dilakukan peneliti
kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya
yang ditulis atau dibuat
langsung oleh subjek yang
bersangkutan (Herdiansyah,
2010: 145) sumber
dokumentasi yang dibutuhkan antara lain mengenai gambaran umum dan letak geografis SMP N 1 Teras Boyolali,
struktur organisasi sekolah,
pola bimbingan dan
konseling, pelaksanaan
bimbingan dan konseling di sekolah tersebut.wa.
4. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis hasil
penelitian ini, digunakan analisis deskriptif kualitatif, yang terdiri
dari berbagai kegiatan yaitu
pengumpulan data dan reduksi
data, penyajian data dan
kesimpulan (Herdiansyah, 2010:
164-165). Tahapannya adalah
8
maka selanjutnya melakukan
reduksi data, yaitu
mengelompokkan, mengarahkan
membuang yang tidak perlu dan pengorganisasian sehingga data terpilah-pilah. Selanjutnya, data yang telah direduksi akan disajikan dalam bentuk narasi deskriptif. Terakhir, penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan.
HASIL PENELITIAN
Penerapan dan Penanaman Nilai Akhlak Siswa SMP N 1 Teras
Agar tercapainya visi yang telah
tercanangkan yaitu menjadi manusia
taqwa yang cerdas, terampil,
berkepribadian santun, mandiri dan dapat bekerjasama, SMP N 1 Teras telah menyusun berbagai kegiatan yang mendukung terbentuknya akhlak mulia yang diimplementasikan dan dilaksanakan oleh semua pihak yang ada dalam lingkup sekolah.
Menurut kepala sekolah Bapak Sarjono
Putut Moerdianto, ada berbagai
kegiatan yang diadakan pihak sekolah yang bekerjasama dengan BK dalam upaya menanamkan nilai akhlak. Diantara kegiatan-tersebut adalah.
1. Jabat Tangan Saat Datang dan
Pulang
Setiap hari pada pagi hari sekitar pukul 06.40 WIB para siswa mulai berdatangan di sekolah. Saat itulah para guru piket telah berbaris di pelataran dekat gerbang utama sekolah menunggu kedatangan muridnya. Satu persatu muri-murid menyalami para guru yang telah terlebih dahulu hadir.
Pada saat itulah para guru dapat mengamati setiap siswa yang menyalami mulai dari penampilan
atribut yang dikenakan, cara
menyapa guru, tak jarang pula ada guru yang menanyakan pekerjaan rumamhnya.
Contohnya ada siswa yang
kedapatan tidak mengenakan kaos kaki ataupun dasi, maka siswa tersebut mendapatkan teguran dari salah satu guru, untuk tidak mengulangi hal yang sama di lain hari.
2. Shalat Dhuha Berjamaah
Guru BK bekerja sama dengan
guru mata pelajara PAI
menyelenggarakan shalat dhuha
berjamaah setiap paginya.
Kegiatan ini dilaksanakan di masjid sekolah yang di pantau oleh guru mapel PAI dan guru BK.
Shalat dhuha sudah berjalan cukup
lama, pelaksanaannya dimulai
pukul 06.45 dan sudah terjadwal kamis kelas 8E, 8F, 8G, hari jumat kelas 7A, 7B, 7C, sedangkan hari sabtu, kelas 7D, 7E, 7F, dan 7G. Dengan jadwal yang sudah ada para murid sadar bahwasannya merka akan berangkat sekolah lebih pagi untuk melaksanakan shalat dhuha. Menurut guru PAI Ibu Asih bahwasannya kegiatan ini pula dapat mengkatrol nilai mata pelajaran pendidikan agama.
3. Kegiatan jum’at Kerohanian
Salah satu upaya penanaman nilai
9
kepada peserta didik adalah
kegiatan jum’at kerohanian.
Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari jum’at pada minggu ketiga tiap bulannya.
Kegiatan jum’at kerohanian
merupakan kegiatan pidato
keagamaan (tausiah/mauidloh
hasanah). Yang menjadi
pembicara pada kegiatan ini
adalah pasi siswa yang telah di tunjuk oleh guru PAI dari masing masing kelas. Setiap minggu ketiga menampilkan paling tidak
tiga siswa sebagai da’i perwakilan
dari tiap kelas secara bergiliran.
4. Kegiatan Jum’at Bersih
Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari jumat minggu pertama yang diikuti oleh semua siswa dan para guru serta staf sekolah. Satu hari
sebelumnya kepala sekolah
mengumumkan kepada para
sisiwa untuk membawa alat-alat
kebersihan seperti; sapu, arit,
kemoceng, ikrak, dan alat
kebersihan lainnya.
Tiap kelas mendapatkan pos yang berbeda-beda untuk dibersihkan, ada yang membersihkan halaman sekolah, ada yang membersihkan
lapangan, perpustakaan, ruang
UKS, masjid, sampai toilet siswa.
Tiap wali kelas menjadi
penanggung jawab bagi siswa kelasnya masing-masing.
5. Jum’at Sehat
Kegiatan ini dilaksanakan tiap hari
jumat minggu kedua tiap
bulannya. Semua siswa dan para guru wajib mengikuti kegiatan ini dan wajib mengenakan pakaian olah raga pada hari itu.
Kegiatan yang biasa dilakukan adalah jogging atau jalan santai
mengeliingi sekolah dan senam pagi di lapangan (wawancara dengan kepala sekolah Bapak
Sarjono Putut Moerdianto,
02/02/14).
Menurut guru BK ibu Anik menuturkan ada berbagai macam
nilai akhlak yang coba di
tanamkan kepada para siswa melalui berbagai kegiatan. Nilai akhlak itu diantaranya adalah: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja sama, kreatif, mandiri, cinta tanah air, demokrasi, menghargai
prestasi, bersahabat, peduli
lingkungan, peduli sosial,
tanggung jawab, dan cinta diri sendiri.
Upaya Bimbingan Konseling Dalam Menanamkan Nilai Akhlak Siswa SMP N 1 Teras
1. Tujuan Pembentukan Akhlak
Berdasarkan waawancara dengan guru BK Ibu Anik, tujuan pembentukan akhlak adalah
a. Terwujudnya sekolah dengan
siswa yang memiliki nilai religius
melalui berbagai
kegiatan-kegiatan yang mendukung dalam penanaman nilai akhlak
b. Membentuk siswa yang
berkarakter dan berakhlak mulia dan menjadi manusia taqwa yang cerdas, terampil, berkepribadian
santun, mandiri serta dapat
bekerjasama
c. Mendorong siswa untuk dapat
menjalani hidup yang bersahaja di
sekolah maupun di luar
lingkungan sekolah
d. Terwujudnya hubungan yang
10 (wawancara guru BK Ibu Anik,
30/01/14)
2. Metode Bimbingan Konseling
Bimbinggan yang diterapkan di SMP N 1 Teras menurut Ibu Anik disesuaikan dengan situasi dan kondisi klien yang dihadapi.
a. Metode Interview
Contoh kasus per-tanggal 26 oktober 2012 ada salah seorang siswa melapor kepada BK yang mendapati ada dua orang siswa yang bernama L dan B sedang berkelahi di belakang sekolah. Perkelahian tersebut terjadi karena siswa B sering mengejek siswa L yang sering pacaran. Lantaran demikian siswa L tidak dapat
menahan amarahnya dan
perkelahian tidak terhindari.
Keesokan harina\ya kedua siswa tersebut dipanggil ke kantor BK
untuk diintrogasi. Setelah
diintrogasi kedua siswa tersebut
dinasehati untuk saling
menyayangi dan saling
menghormati, kemudian keduanya
diminta untuk saling maaf
memaafkan. Setelah kejadian itu mereka harus berjanji untuk tidak
melakukan perbuatannya lagi.
Interview digunakan untuk
bimbingan pribadi dan kelompok (wawancara guru BK 30/01/14).
b. Metode Kotak Masalah
Metode ini adalah metode yang dilakukan BK untuk mendapatkan
berbagai informasi yang
datangnya langsung dari siswa. kotak masalah digunakan oleh para siswa dalam menyampaikam
masalah-masalah yang
dihadapinya ataupun orang lain. Cara kerja metode ini adalah seperti kotak penampung aspirasi. Siswa hanya perlu menyampaikan
keluhan ataupun masalahnya
dalam bentuk tulisan pada kertas kemudian dimasukkan kedalam sebuah kotak yang terletak di
depan kantor BK.
Masalah-masalah yang disampaikan siswa
bermacam-macam, ada yang
mengeluhkan tentang masalah
pribadi, hingga sarana-prasarana sekolah. Dengan metode ini diharapkan para siswa dapat menggunakan layanan BK dengan
mudah dan menyampaikan
keluhannya tanpa perlu
mendatangi kantor BK untuk menemui guru BK (wawancara guru BK Ibu Anik 30/01/14)
3. Macam-macam Bimbingan
Konseling di SMP N 1 Teras
a. Bimbingan Belajar
Pelayanan bimbingan belajar ini
membantu siswa dalam
menumbuhkan sikap kebiasaan
belajar, berpengetahuan dan
berketerampilan sesuai dengan program belajar dalam rangka menyiapkan peserta didik untuk melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi.
b. Bimbingan Sosial-Pribadi
Pelayanan bimbingan
sosial-pribadi ini ditujukan untuk
membantu siswa dalam
mengembangkan potensi diri dan kemampuan berhubungan sosial,
serta memecahkan
masalah-masalah sosial-pribadi.
c. Bimbingan Karier
11
perencanaan, pengemvangan dan
pemecahan masalah karier
(dokumentasi BK SMP N ! Teras 30/01/14)
4. Pelaksanaan Bimbingan
Konseling SMP N 1 Teras
Berdasarkan wawancara dengan guru
BK ibu Anik bahwasannya
pelaksanaan bimbingan di SMP N 1 Teras dilakukan sesuai situasi dan kondisi klien. Artinya penanganan masalah siswa dalam hal pelanggaran yang dilakukan disesuaikan dengan
jenis pelanggaran. Penentuan
pendekatan siswa yang
bermasalah/melanggar disesuaikan
dengan tingkat masalah yang dihadapi serta tingkat sikologi siswa.
Ada tiga kategori pelanggaran yaitu;
pelanggaran ringan seperti tidak
lengkapnya atribut seragam, terlambat datang ke sekolah. Pelanggaran sedang seperti membawa HP ke sekolah,
rambut tidak rapi/panjang, bolos
sekolah, perkelahian sesama teman, mencuri. Pelanggaran berat seperti mengkonsumsi narkoba, hamil di luar
nikah. Sampai saat ini khusus
pelanggaran dengan kategori berat belum pernah terjadi.
Ibu Anik menuturtkan sanksi yang berlaku untuk pelanggaran ringan adalah pengarahan. BK dalam hal ini tidak ingin memberikan sanksi yang sifatnya fisik, akan tetapi dengan pemberian pengarahan anak didik diharapkan sadar dengan sendirinya. Pengarahan diberikan bertujuan agar perubahan perilaku tersebut terjadi bukan karena paksaan dari luar, akan
tetapi perubahan perilaku terjadi
karena kemauan siswa tersebut yang
benar-benar ingin berubah. Contoh kasus ketika salah seorang siswa kedapatan terlihat gondrong (rambut panjang) dan dipanggil ke ruang BK. Siswa tersebut diberi pengarahan dan
diberi sanksi berupa memotong
rambutnya sendiri atau dipotong oleh guru BK. Dan hasilnya pada keesokan
harinya siswa tersebut sudah
memotong rapi rambutnya.
Sedangkan bagi siswa yang melakukan
pelanggaran berat maka akan
mendapatkan sanksi maksimal yaitu akan dikembalikan kepada orang tuanya (wawancara guru BK Ibu Anik 30/01/14)
KESIMPULAN
Setelah penulis memaparkan tentang penanaman nilai-nilai akhlak melalui bimbingan konseling di SMP N 1 Teras Tahun Pelajaran 2012/2013 maka akhir dari pembahasan ini disajikan kesimpulan sebagai berikut
1. Seluruh staf sekolah seperti, kepala
sekolah, guru mata pelajaran, wali kelas, guru BK berperan dalam upaya penanaman nilai akhlak kepada siswa. Kepala sekolah sebagai penanggung jawab seluruh pelaksanaan bimbingan konseling
dengan memfasilitasi dengan
sarana-sarana pendukung, sehingga pelaksanaan bimbingan konseling dapat berjalan dengan baik.
2. Penanganan masalah bimbingan
konseling dengan metode nasehat
dan interview empat mata
cenderung menggunakan
pendekatan directive conseling
12 yang dikemukakan guru BK. Hal ini
disebabkan kebanyakan siswa susah
mengungkapkan pendapatnya
karena siswa belum sepenuhnya menjadikan guru BK tempat untuk curhat dan solusi penyelesaian masalah yang duhadapinya. Sanksi yang diterapkan BK SMP N 1 Teras cenderung pemberian teguran dan pengarahan hal ini bertujuan agar perubahan prilaku siswa terbentuk karena bukan karena takut akan tetapi perubahan prilaku tumbuh dari kemauan siswa itu sendiri.
3. Upaya bimbingan konseling SMP N
1 Teras tahun pelajaran 2012/2013 dalam menanamkan akhlak siswa
melalui upaya pemahaman,
pencegahan, pengentasan,
pemeliharaan dan pengembangan
yang diinternalisasikan dengan
kegiatan sekolah memberikan
beberapa dampak/pengaruh yaitu:
a. Terciptanya kesadaran
keagamaan pada siswa dan
pemahaman siswa akan
peraturan-peraturan yang ada di sekolah dan munculnya sikap
keterbukaan siswa untuk
berineraksi dan berkomuniksi
dengan mengungkapkan
permasalahan yang dihadapinya,
sehingga siswa merasa
mendapatkan perhatian dan
merasa aman dan nyaman.
b. Siswa terbantu dalam pemecahan
masalah, karena ada sebagian
siswa yang memanfaatkan
layanan bimbingan. Hal ini di tunjukkan dengan prilaku siswa menjadi lebih baik, \
c. Ada siswa yang merasa
terganggu akan campur tangan BK terhadap masalah yang dihadapinya. Hal ini disebabkan
karena siswa mempunyai
pandangan terhadap guru BK masih sebagai polisi sekolah.
SARAN
1. Hendaknya dalam layanan
bimbingan konseling lebih
menguatkan unsur-unsur
pembangkit motivasi sehingga semangat ingin berubah pada siswa dapat timbul lebih cepat.
2. Dalam pelaksanaan layanan
hendaknya guru BK memberikan
sanksi pada siswa lebih
ditegaskan. Terkadang ada
sebagian siswa yang kemauan untuk berubahnya sangat lemah, maka dari itu perlunya ada peningkatan sanksi kepada siswa
yang kedapatan melakukan
kesalahan hal yang sama di lain hari.
3. Seluruh pihak yang ada di sekolah
diharapkan dapat menciptakan lingkungan pergaulan siswa yang kondusif, dengan memanfaatkan fasilitas sarana dan prasarana
sekolah. Karena dengan
memanfaatkan fasilitas sekolah diharapkan akhlak siswa dapat
terbentuk. Contohnya dengan
membuat slogan-slogan yang
sifatnya membangun akhlak siswa
seperti: “kebersihan adalah
sebagian dari iman”, “sudahkah anda shalat”, dan lain sebagainya
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata. 2003. Manajemen
Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
Adisusilo, Sutarjo. 2012.
13 Konstruktivisme Dan VCT Sebagai
Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta: Rajawali Pers.
Afifuddin. 2012. Bimbingan dan
Koneling. Bandung: CV Pustaka Setia.
Amin, Samsul Munir, 2010,
Bimbingan Konseling Islam, Jakarta: Amzah.
Anwar Sutoyo, 2009, Bimbingan Dan
Konseling Islami, Semarang: CV
Widya Karya Semarang
Arikunto, Suharsimi, 1992, Prosedur
Penelitian dan Pendekatan Praktik, Jakarta:Rineka Cipta.
Asmaran. 1992. Pengantar Studi
Akhlak. Jakarta: Rajawali Press
Damayanti. 2012. Buku Pintar
Panduan Bimbingan Konseling.
Yogyakarta: Araska. Haksasi
Dwitagama, dedi dan Wijaya
Kusumah,. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Indeks.
Eva Varena. 2010. “Penerapan
Bimbingan Dan Konseling Islami Dalam Meningkatkan Akhlak Siswa di SMP Muhammadiya 7 Surakarta”.
Sripsi. Surakarta: UMS (Tidak
diterbitkan).
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan
Karakter Konsep Dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.
Hadi Sabari Yunus. 2010. Metode
Penelitian Wilayah Kontemporer.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
_____, Sutrisno. 1984. Metodologi
Riset, Yogyakarta: UGM Press.
Hamidi. 2004. Metode Penelitian
Kualitatif. Malang:UMM Pres.
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi
Penelitian Kualitatif.. Jakarta: Salemba Humanika.
Ilyas,Yunahar. 2007. Kuliah
Akhlak.Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Muhammd Fathoni. 2013. “Penerapan Bimbingan Konseling Islami Dalam Pembentukan Aklak Siswa (Studi Empirik Di SDIT Permata Insani
Tulung, Klaten Tahun Ajaran
2012/2013”. Skripsi. UMS (Tidak
diterbitkan).
Muhammad Azmi. 2006. Pembinaan
Akhlak Anak Usia Pra-Sekolah.
Yogyakarta: Venus Corporation
Jogjakarta.
Poerwadarminta. 1976. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakatra: Rineka Cipta.
Prayitno Dan Erman A. 1999.
Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: Rhineka Cipta
Prijodarminto, Soegeng. 1994. Disiplin
Menuju Sukses. Jakarta: Pradaya
Paramita
Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan
14
Slameto. 2003. Belajar Dan
Faktor-Faktor Yaang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta
Sukardi (1989). Pendekatan Konseling Karir Dalam Bimbingan Karir. Satu
Pendahuluan. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Tohirin. 2007. Bimbingan Konseling
Sekolah Madrasah. Jakarta: