• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGANPRESTASI BELAJAR ANAK DI SD MUHAMMADIYAH 16 SURAKARTA Hubungan Status Gizi Dan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Anak Di SD Muhammadiyah 16 Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGANPRESTASI BELAJAR ANAK DI SD MUHAMMADIYAH 16 SURAKARTA Hubungan Status Gizi Dan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Anak Di SD Muhammadiyah 16 Surakarta."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK DI SD MUHAMMADIYAH 16 SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh:

SRI KUNCORO KUSUMA WIJAYANTO J 300 110 022

PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK DI SD MUHAMMADIYAH 16 SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh:

SRI KUNCORO KUSUMA WIJAYANTO J 300 110 022

PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK DI SD MUHAMMADIYAH 16 SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh:

SRI KUNCORO KUSUMA WIJAYANTO J 300 110 022

PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)
(3)

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK DI SD MUHAMMADIYAH 16 SURAKARTA

Sri Kuncoro Kusuma Wijayanto Program Studi Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Anak sekolah dasar berada di usia antara 6-12 tahun. Pada masa ini status gizi dan kebiasaan sarapan pagi sangatlah mempengaruhi prestasi belajar anak di kelas. Apabila status gizi dan kebiasaan sarapan anak kurang maka di khawatirkan akan menurunkan pencapaian prestasi belajar anak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dan kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar anak di SD Muhammadiyah 16 Surakarta

Jenis penelitian observasional dengan rancangan penelitian Cross Sectional. Jumlah subjek penelitian sebanyak 45 siswa sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan antropometri, recall 24 jam dan data nilai rapor siswa. Uji statistik yang digunakan adalah uji kolmogorov-smirnov, ujipearson product momentdanrank spearman.

Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat 6,6% siswa memiliki status gizi tidak normal, 11,1% tidak memiliki kebiasaan sarapan pagi dan 37,7% siswa memiliki prestasi belajar baik. Hasil uji hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar diperoleh nilai p = 0,977 dan hasil uji hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar diperoleh nilaip= 0,104

Tidak ada hubungan antara status gizi dan kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar anak di SD Muhammadiyah 16 Surakarta.

Kata Kunci : Status gizi, kebiasaan sarapan pagi, prestasi belajar Kepustakaan: 55 : 1986 2012

PENDAHULUAN

Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan keterbukaan untuk mendapatkan pengetahuan serta pengalaman. Pada masa ini anak memiliki rasa ingin tahu dan sifat yang realistis (Munandar, 1995). Anak usia sekolah merupakan

(4)

makan tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna di masa tumbuh kembang anak (Judarwanto, 2010).

Konsentrasi belajar merupakan suatu kondisi kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dengan benar. Pada usia sekolah, prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan menyerap pelajaran di kelas. Kemampuan dalam menyerap pelajaran tersebut, baik karena memperhatikan guru ketika mengajar maupun dari upaya belajar mandiri amat ditentukan oleh kemampuan siswa dalam berkonsentrasi (Hakim, 2001)

Status gizi berkaitan erat dengan kecerdasan kognitif seseorang (Hardinsyah, 2007). Status gizi dan pola kebiasaan yang baik pada anak akan berdampak pada kecerdasan serta konsentrasi yang baik pula. Status gizi berpengaruh besar terhadap tingkat kecerdasan dan daya tangkap pelajaran di kelas, sehingga anak yang memiliki status gizi yang baik akan lebih mudah memahami serta menangkap pelajaran dan memperoleh prestasi di sekolahnya. Begitu pula sebaliknya, apabila status gizi anak kurang atau bahkan buruk, maka akan berdampak pada pemahaman materi pelajaran yang kurang serta menurunkan prestasi belajar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan.

Kemampuan dalam menerima pelajaran dan keadaan status gizi adalah hal-hal yang mencerminkan apa yang menjadi asupan anak sekolah dasar dalam jangka waktu yang lama, sebagai contoh gizi kurang maupun lebih. Di dalam metabolisme tubuh, proses berfikir, proses

penalaran dan daya konsentrasi sangatlah dipengaruhi oleh zat-zat gizi seperti energi, protein, karbohidrat yang nantinya akan mempengaruhi efisiensi belajar. Perlu ditekankan bahwa keadaan ini sangat dipengaruhi oleh perilaku konsumsi makan anak sekolah dasar terlebih kepada kebiasaan sarapan pagi (Karyadi, 1996)

Sarapan pagi merupakan faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar anak di sekolah. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil penelitian Whitney dan Hamilton (1990) yang menunjukkan bahwa kebiasaan tidak sarapan pagi pada anak akan menimbulkan konsentrasi belajar yang rendah dan kurang perhatian serta memiliki tes intelegensia di bawah anak yang sarapan pagi. Sementara itu status gizi dan prestasi pada anak yang biasa sarapan pagi lebih baik dari pada yang tidak biasa sarapan pagi.. Di sisi lain, pada prakteknya masih banyak anak yang tidak membiasakan sarapan pagi sebelum menuju ke sekolah.

(5)

sebanyak 15,15 % dengan prestasi belajar baik sejumlah 54,5 %. Berdasarkan beberapa hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang hubungan status gizi dan kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar anak di SD Muhammadiyah 16 Surakarta.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan penelitian Cross Sectional untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar anak di SD Muhammadiyah 16 Surakarta. Penelitian mengambil variabel terikat dan variabel bebas pada waktu yang bersamaan.

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2013 sampai Mei 2014. Lokasi penelitian dilaksanakan di SD Muhammadiyah 16 Surakarta dengan dasar pertimbangan masih terdapat anak yang berstatus gizi kurang sebesar 15,15 % dengan prestasi belajar baik 54,5 % serta belum pernah diadakan penelitian tentang hubungan status gizi dan kebiasaan sarapan pagi terhadap prestasi belajar anak di SD Muhammadiyah 16 Surakarta

Populasi di dalam penelitian ini adalah anak kelas 4 dan 5 di SD Muhammadiyah 16 Surakarta yang berjumlah 216 anak yang memenuhi kriteria inklusi yaitu tidak cacat anggota tubuhnya yang dapat menggangu pengukuran status gizi, bersedia menjadi responden dan berkomunikasi dengan baik. Sedangkan kriteria eksklusinya yaitu anak tidak masuk sekolah dan pindah sekolah.

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel probability yaitu teknik simple random sampling, yaitu dengan cara membuat daftar nama anggota populasi lalu dibuat undian untuk diambil secara acak berdasarkan jumlah sampel yang akan diambil yaitu 45 anak. Penelitian ini memiliki variabel bebas yaitu status gizi dan kebiasaan sarapan pagi. Sedangkan variabel terikatnya yaitu prestasi belajar

Anak memiliki kebiasaan sarapan pagi apabila sarapan yang dikonsumsi selama 2 kali dalam seminggu memiliki kontribusi sebesar 25% dari AKG berdasarkan asupan 24 jam. Sedangkan anak tidak memiliki kebiasaan sarapan pagi apabila sarapan yang dikonsumsi selama < 2 kali dalam seminggu memiliki kontribusi < 25% dari AKG berdasarkan asupan 24 jam. (Zaillah, 2010)

Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran status gizi, kebiasaan sarapan pagi dan prestasi belajar yang diteliti baik variabel dependen maupun variabel independen. Dengan melihat distribusi frekuensi dapat diketahui deskripsi masing-masing variabel dalam penelitian ini.

(6)

Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan uji statistik Kolmogorov-Smirnov, didapatkan hasil bahwa data status gizi (p = 0,181), maka berdistribusi normal, data kebiasaan sarapan pagi (p = 0,002), maka tidak berdistribusi normal sedangkan data prestasi belajar (p = 0,065), maka termasuk berdistribusi normal.

Berdasarkan kenormalan data, maka uji hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar menggunakan uji Pearson Product Moment, sedangkan uji hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan

prestasi belajar menggunakan uji Rank Spearman serta menggunakan bantuan SPSS 22. Interpretasi data sebagai berikut:

a. Bila p value < 0,05 maka Ho ditolak, berarti ada hubungan antara status gizi dan kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar.

b. Bila p value 0,05 maka Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara status gizi dan kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SD

Muhammadiyah 16 Surakarta

SD Muhammadiyah 16 Surakarta terletak di Kelurahan Karangasem, Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Jawa Tengah. Status sekolah swasta milik Yayasan Muhammadiyah dengan Akreditasi A (baik sekali). SD Muhammadiyah 16 Surakarta memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang baik untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di ruang kelas. Setiap kelas memiliki sarana dan fasilitas tersendiri disesuaikan dengan kurikulum yang dijalankan serta tingkatan tiap kelas masing-masing (SD Muhammadiyah 16 Surakarta, 2014).

Sekolah Dasar Muhammadiyah 16 Surakarta dipimpin oleh seorang kepala sekolah dan dibantu oleh 31 tenaga pengajar. Jumlah siswa di SD Muhammmadiyah 16 Surakarta berjumlah total 640 siswa dengan rincian kelas I berjumlah 111 siswa,

kelas II berjumlah 116, kelas III berjumlah 100 siswa, kelas IV berjumlah 103 siswa, kelas V berjumlah 104 dan kelas VI berjumlah 106 siswa (SD Muhammadiyah 16 Surakarta, 2014)..

Sarana dan prasarana di SD Muhammadiyah 16 Surakarta yaitu jumlah kelas berjumlah 18 dengan rincian tiap kelas terdiri dari kelas a, b dan c. Ruang kantor guru berjumlah 1 ruangan, kantor kepala sekolah sebanyak 1 ruang, mushola sebanyak 1 ruang. Ruang UKS, toilet guru dan siswa serta tempat parkir tersedia cukup luas.

B. Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

(7)

Muhammadiyah 16 Surakarta yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah subjek pada penelitian ini berjumlah 45

siswa. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia dan jenis kelamin tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1.

Distribusi Karakteristik Umur dan Jenis Kelamin Subjek Penelitian Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) Umur (tahun)

9 10 11

15 17 13

33,3 37,8 28,9 Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan 1530 33,366,7

Total 45 100

Subjek penelitian banyak pada umur 10 tahun yaitu 37,8% dan mayoritas subjek penelitian berjenis kelamin perempuan yaitu 66,7%. Siswa sekolah dasar pada umumnya berusia 7-12 tahun (Kemendiknas, 2010). Kebutuhan akan asupan energi lebih tinggi karena adanya pertumbuhan terutama pada tinggi badan (Muhilal, 2006). Proses pertumbuhan fisik seorang anak pada masa usia sekolah akan melambat dan lebih stabil. Proses penambahan tinggi dan berat anak yang lebih stabil akan memberi waktu kepada tubuh anak untuk

mengembangkan berbagai koordinasi dan gerakan. Pada tahap ini juga terjadi proses pertambahan fisik yang berbeda antara anak laki-laki dan perempuan (Damayanti 2010). Menurut Papilia et al (2008), pertumbuhan fisik anak pada kenyataannya sangat beragam. Salah satu contohnya sampai usia tujuh tahun dengan tinggi rata-rata seusianya dan tidak tumbuh sama sekali selama dua tahun masih masuk ke dalam batasan normal tinggi rata-rata usia sembilan tahun.

C. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi) dan penggunaan (utilization) zat gizi makanan. Status gizi tersebut dapat diukur dan dinilai. Penilaian status gizi

seseorang atau sekelompok orang memiliki tujuan untuk mengetahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut status gizinya baik ataukah tidak baik (Riyadi, 2006).

(8)

penelitian menurut status gizi anak dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Status Gizi

Kategori Status Gizi Frekuensi (n) Persentase (%) Kurus

Normal Lebih

1 42

2

2,2 93,3

4,4

Total 45 100

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa dari total 45 subjek penelitian, terdapat 6,6% subjek memiliki status gizi yang tidak normal. Terdapat subjek penelitian yang memiliki status gizi kurus kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor langsung yaitu masalah asupan makanan dan infeksi (kronis) serta faktor tidak langsung yaitu pendapatan keluarga maupun pengetahuan gizi. Supariasa (2004) menegaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi dintaranya masalah sosial ekonomi, pola asuh, budaya, pendidikan dan lingkungan. Status gizi merupakan gambaran

mengenai keseimbangan antara asupan dengan kebutuhan zat-zat gizi untuk proses tumbuh kembang anak. Anak yang keadaan gizi baik cenderung lebih mempunyai daya tahan terhadap infeksi, lebih bersemangat, lebih cerdas, lebih tekun dan lebih mampu untuk bekerja keras daripada anak yang kurang gizi, sebaliknya anak yang kurang gizi cenderung mudah terkena infeksi, efisiensi kerja menurun dan pertumbuhan terhambat serta perubahan perilaku karena kerusakan struktur jaringan (Nursyantu et al, 1992).

D. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Kebiasaan Sarapan Pagi

Data kebiasaan sarapan pagi secara keseluruhan memiliki nilai rata rata (mean) 546,3 kkal dengan

standar deviasi 73. Nilai maksimum 678 kkal dan minimum 334 kkal. Distribusi frekuensi pada subjek penelitian berdasarkan kebiasaan sarapan pagi dapat dicermati pada Tabel 3.

Tabel 3.

Distribusi Kebiasaan Sarapan Pagi

Kebiasaan Sarapan Pagi Frekuensi (n) Persentase (%) Ya

Tidak 405 88,911,1

(9)

Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat subjek penelitian yang tidak memiliki kebiasaan sarapan pagi yaitu sebesar 11,1%. Golongan anak usia sekolah biasanya mempunyai banyak perhatian dan aktivitas diluar rumah, sehingga waktu makan pagi (sarapan) sering dilupakan. Sarapan sangat perlu diperhatikan untuk mencegah hipoglikemia dan agar anak lebih mudah untuk menerima pelajaran (Almatsier, 1994).

Alasan untuk tidak sarapan pagi diantaranya yaitu tidak sempat atau terburu-buru, merasa waktu sangat terbatas karena jarak sekolah cukup jauh, terlambat bangun pagi, tidak ada selera makan, maupun ingin diet supaya berat badan bisa cepat turun (Khomsan, 2005). Faktor-faktor yang

berhubungan nyata dengan kebiasaan makan pagi anak sekolah dasar adalah pendidikan formal orang tua (ayah atau ibu), pengetahuan gizi ibu, dan pola kebiasaan makan keluarga. Pendidikan formal orang tua yang tinggi disertai pengetahuan gizi ibu yang baik maka anak akan memperoleh pembinaan kebiasaan yang baik pula. Selanjutnya kebiasaan makan pagi yang dilakukan dalam keluarga dan merupakan pola kebiasaan makan keluarga, berhubungan dan berpengaruh terhadap kebiasaan makan pagi anak sekolah. Hal ini karena biasanya anak mencontoh perilaku makan yang biasa dilakukan dalam keluarganya (Madanijah, 1994).

E. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Prestasi Belajar

Data prestasi belajar secara keseluruhan memiliki nilai rata rata (mean) 82,3 dengan standar deviasi

6,1. Nilai maksimum 92 dan minimum 73. Distribusi frekuensi pada subjek penelitian berdasarkan prestasi belajar siswa dicantumkan pada Tabel 4.

Tabel 4.

Distribusi Prestasi Belajar

Prestasi Belajar Frekuensi (n) Persentase (%) Sangat Baik

Baik Cukup Kurang

28 17 0 0

62,2 37,7 0 0

Total 45 100

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar subjek penelitian memiliki prestasi belajar yang sangat baik yaitu 62,2%. Syah (2010) menegaskan bahwa terdapat

(10)

faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri dan meliputi dua aspek, yakni aspek fisiologis (bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (bersifat rohaniah). Faktor eksternal yaitu kondisi luar lingkungan di sekitar siswa meliputi faktor lingkungan sosial dan non sosial. Sebagai contoh lingkungan sosial seperti keluarga, ekonomi, pendidikan orang tua,

sekolah dan masyarakat sekitar sedangkan non sosial seperti lingkungan fisik sekolah dan lingkungan tempat tinggal. Faktor pendekatan belajar merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran ketika di sekolah maupun di rumah.

F. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar

Status gizi merupakan gambaran mengenai keseimbangan antara asupan dengan kebutuhan zat-zat gizi untuk proses tumbuh kembang anak. Anak yang keadaan gizi baik cenderung lebih mempunyai daya tahan terhadap infeksi, lebih bersemangat, lebih cerdas, lebih tekun dan lebih mampu untuk bekerja keras

daripada anak yang kurang gizi, sebaliknya anak yang kurang gizi cenderung mudah terkena infeksi, efisiensi kerja menurun dan pertumbuhan terhambat serta perubahan perilaku karena kerusakan struktur jaringan (Nursyantu et al, 1992).

Distribusi prestasi belajar subjek penelitian berdasarkan status gizi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5.

Distribusi Prestasi Belajar Menurut Status Gizi

Status Gizi

Prestasi Belajar

p Sangat

Baik Baik Cukup Kurang Total

n % n % n % n % n %

Kurus 0 0 1 2,2 0 0 0 0 1 100

0,977* Normal 27 60 15 33,3 0 0 0 0 42 100

Lebih 1 2,2 1 2,2 0 0 0 0 2 100

*Pearson

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa subjek penelitian yang memiliki status gizi kurus dengan prestasi belajar baik sebanyak 2,2%. Subjek penelitian yang memiliki status gizi normal dengan prestasi belajar sangat baik sebanyak 60% dan yang memiliki status gizi normal dengan prestasi belajar baik sebanyak 33,3%. Subjek

penelitian yang memiliki status gizi lebih dengan prestasi belajar sangat baik sebanyak 2,2% dan baik 2,2%.

(11)

status gizi dengan prestasi belajar di SD Muhammadiyah 16 Surakarta. Hasil pada penelitian ini sejalan dengan penelitian Umardani (2011) yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar anak di SD Negeri Babakan, Kota Bogor. Penelitian pendukung lain yang dilakukan Satya (2012) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar anak di SD Negeri 32 Beurawe Banda Aceh yang salah satu faktornya adalah keluarga yang merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama, tetapi juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar diantaranya cara mendidik anak, hubungan dan bimbingan orang tua dengan anak, suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga.

Djamarah (2002) menegaskan bahwa berhasil tidaknya prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri (endogen) dan faktor dari luar diri (eksogen). Faktor endogen

terdiri dari: (1) faktor psikologis meliputi motivasi dan kecerdasan, (2) faktor fisiologis diantaranya yaitu kondisi fisiologis (status gizi yang juga dipengaruhi oleh kebiasaan sarapan pagi, persediaaan pangan keluarga, pola konsumsi makanan keluarga, zat gizi dalam makanan serta pendapatan keluarga). Faktor eksogen diantaranya: (1) faktor sosial, antara lain guru, keluarga (orang tua) dan teman, (2) faktor non sosial meliputi lingkungan fisik, sanitasi lingkungan dan les tambahan.

Berdasarkan pada faktor-faktor yang ada membuktikan bahwa tidak selalu faktor status gizi mempengaruhi prestasi belajar anak. Pada penelitian ini faktor-faktor yang kemungkinan lebih berpengaruh pada prestasi belajar diantaranya motivasi belajar, kualitas guru yang baik, teman, lingkungan yang kondusif, fasilitas sekolah yang memadai dan adanya les tambahan (Djamarah, 2002).

G. Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar

Sarapan (makan pagi) merupakan suatu kegiatan mengkonsumsi makanan yang sangatlah penting sebelum melakukan aktivitas fisik di pagi hari. Alasan untuk tidak Sarapan pagi yaitu tidak sempat atau terburu-buru, merasa waktu

sangat terbatas karena jarak sekolah cukup jauh, terlambat bangun pagi, tidak ada selera makan, maupun ingin diet supaya berat badan bisa cepat turun (Khomsan, 2005).

(12)

Tabel 6.

Distribusi Prestasi Belajar Menurut Kebiasaan Sarapan Kebiasaan

Sarapan

Prestasi Belajar

p Sangat

Baik Baik Cukup Kurang Total

n % n % n % n % n %

Ya 28 62,2 12 26,6 0 0 0 0 40 100 0,104*

Tidak 0 0 5 11,1 0 0 0 0 5 100

*Rank spearman

Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa subjek penelitian yang memiliki kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar sangat baik sebanyak 62,2% dan memiliki kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar baik sebanyak 26,6%. Pada subjek penelitian yang tidak memiliki kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar baik sebanyak 11,1%. Hasil uji statistik Rank Spearman menunjukkan bahwa nilai p sebesar 0,104, sehingga p > 0,05 yang berarti Ho diterima, sehingga disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar anak di SD Muhammadiyah 16 Surakarta.

Hasil pada penelitian ini sejalan dengan penelitian Kurniasih (2013) yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara sarapan pagi dengan prestasi belajar anak di SD Negeri Cikoneng Kabupaten Ciamis. Syah (2010) menyatakan bahwa terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah diantaranya yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri dan meliputi dua aspek, yakni aspek fisiologis (bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (bersifat rohaniah). Faktor eksternal yaitu kondisi luar lingkungan di sekitar siswa meliputi faktor lingkungan sosial dan non sosial. Sebagai contoh lingkungan sosial seperti keluarga, ekonomi, pendidikan orang tua, sekolah dan masyarakat sekitar sedangkan non sosial seperti lingkungan fisik sekolah dan lingkungan tempat tinggal. Faktor pendekatan belajar merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran ketika di sekolah maupun di rumah.

H. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu pada saat penelitian prestasi belajar tidak melihat

(13)

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Status gizi anak di SD Muhammadiyah 16 Surakarta, 42,2 % tergolong baik untuk kelas 4, sedangkan kelas 5 jumlah tergolong baik sebanyak 51,1 %.

2. Kebiasaan sarapan anak di SD Muhammadiyah 16 Surakarta, 46,6 % memiliki kebiasaan sarapan untuk kelas 4, sedangkan kelas 5 sebanyak 42,3 % memiliki kebiasaan sarapan.

3. Prestasi belajar anak di SD Muhammadiyah 16 Surakarta, 26,6 % sangat baik untuk kelas 4, sedangkan kelas 5 sebanyak 35,6 % termasuk kategori sangat baik.

4. Tidak ada hubungan antara status gizi dan prestasi belajar

anak di SD Muhammadiyah 16 Surakarta

5. Tidak terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar anak di SD Muhammadiyah 16 Surakarta

B. Saran

1. Siswa sebanyak 2,2 % dari kelas 4 dan 8,9 % kelas 5 untuk 45 subjek penelitian yang tidak memiliki kebiasaan sarapan pagi agar membiasakan sarapan pagi untuk menunjang prestasi belajar di sekolah. 2. Para orang tua di rumah

maupun para guru diharapkan selalu mengingatkan anak didik agar selalu menjaga kebiasaan sarapan pagi dan menjaga status gizi agar nantinya tidak menurunkan prestasi belajar di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia

Andriani, S. 2003. Pola Belajar, Status Gizi dan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar di Daerah Miskin Perkotaan Kota Bogor. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Arisman. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC

Azhari. 2001. Hubungan antara Faktor Internal dan Eksternal dengan Prestasi Belajar Siswa di SPK Depkes Lubuk Linggau Tahun 2001. Tesis. Depok: FISIP UI

[CDC] Center for Disease Control and Prevention. 2000.

CDC growth

charts.www.cdc.gov [1 Desember 2013].

(14)

Dalyono. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Faridi, Achmad. 2002. Hubungan sarapan pagi dengan kadar glukosa darah dan konsentrasi belajar pada siswa SD. Skripsi. Bogor: GMSK Faperta IPB

Gibney, MJ dkk. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Hardinsyah. 2007. Review faktor determinan keragaman konsumsi pangan.Jurnal Gizi dan Pangan. Vol. 2: 55 74.

Hamalik, Oemar. 2000. Psikologi Belajar dan Manager. Bandung: Sinar Baru Algessindo

Judarwanto. 2010. Jangan Biarkan Anak Suka Jajan. http://kesehatan.kompas.c om

/read/2009/05/11/2025273 /. [28 Desember 2013]. Khomsan A. 2005. Pangan dan Gizi

untuk Kesehatan 2. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Kusumastuti, Tri Laswi. 2010. Hubungan antara Tingkat

Pendidikan dan

Penghasilan Orang Tua dengan Prestasi Belajar IPA Semester Satu Siswa Kelas Tujuh SMP Cinde

Semarang Tahun

Pelajaran 2010/2011.

Penelitian Tindakan Kelas. Semarang.

Karyadi, D. dan Muhilal. 1996. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. [Kemendiknas] Kementerian

Pendidikan Nasional. 2010. Sekolah Dasar. www.kemdiknas.go.id [25 Desember 2013].

Lemeshow S, Hosmer DW, Janelle K, Lwanga SK. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Pramono D, penerjemah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Madanijah S, Briawan D, Kusumaningrum HD, Zulaikhah. 2010. Laporan Penelitian:

Pengembangan Model Pendidikan Makanan Jajanan Sehat Berbasis Sekolah Untuk Tingkat Sekolah Dasar. Bogor: Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Centerdan LPPM IPB. Munandar. 1995. Mengembangkan

Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah Dasar. Jakarta : PT Gramedia.

(15)

Martianto D. 2006. Kalau Mau Sehat, Jangan Tinggalkan Kebiasaan Sarapan. http:/www.republika.co.id [5 November 2013].

Mursidah, S. 1991. Faktor-faktor yang Berpangaruh terhadap Prestasi Belajar (Studi Kasus di SDN Papandayan II Kecamatan Bogor Utara, Kotamadya Bogor Jawa barat). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Mudzakir dan Sutrisno. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Minarni, Tri. 2006. Pengaruh Disiplin dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas VIII Semester I SMP Negeri 11 Semarang Tahun Ajaran 2004/2005. Skripsi. Semarang: UNS

Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2 : Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta: Papas Sinar Siranti

Nasoetion A. Dan E.S. Wirakusumah. 1991. Pangan dan gizi untuk kelompok

khusus.Laboratorium Gizi Masyarakat.Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB.

Nursyantu et al.1992. Ilmu Gizi Utama. Jakarta : Golden Terayon Pres.

Proverawati, A. 2010. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta

Purwanto,Ngalim. 1992. Psikologi Pendidikan.Bandung: PT Remaja Rosda karya ______________.2000. Psikologi

Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda karya [Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar.

2010. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes Republik Indonesia.

Riyadi H. 2003. Penilaian Gizi Secara Antropometri. Bogor: Departemen Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Institut Pertanian Bogor. Riyadi H, Retnaningsih. Martianto D.

dan Kustiyah L. 2006. Materi Pokok Gizi dan Kesehatan Keluarga. Jakarta: Universitas Terbuka.

Rohayati. 2001. Perilaku Makan Pagi dan Jajan Anak Sekolah Penerima PMTAS Di Daerah Pantai dan Pegunungan provinsi Nusa Tenggara Timur [Skripsi]. Bogor : Jurusan Gizi masyarakat. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

(16)

Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Supariasa IDN, B Bakri & I Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sediaoetama. 2006. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II. Jakarta: Dian Rakyat.

Sumarwan U. 2007. Karakter Konsumen Anak. Food Review. 11(2): 10-13

Sangkhana, S.E. 1980. Kebiasaan Sarapan Pagi dan Beberapa Faktor Gizi Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa Di SD Antonius dan SD Cipinang Melayu 03 Pagi Jakarta Timur 1988-1989. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

Sadoso. 1986. Manfaat Sarapan Pagi Bagi Atlet. Harian Kompas, 17 Januari. Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi

Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Suryabrata, Sumadi. 2001.Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Slameto. 2003. Belajar dan

Faktor-faktor yang

Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta Tohirin. 2005. Psikologi

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Tu u, Tulus. 2004. Peran Disiplin

pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo

Whitney, E.N, dan E.M.N. Hamilton. 1990. Understanding Nutrition. Publishing Company, St. Paul.

World Health Organization. 2007. Growth Reference 5-19 Years. www.Who. Int [20 November 2013].

Wijayanto, Prasetyo. 2001. Hubungan Kecerdasan Emosional, Status Gizi dengan Prestasi Belajar. Tesis. UNDIP: Semarang Wiyono. 2008. Kebiasaan Makan

Pagi dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Karya Tulis Ilmiah. Pekanbaru. Universitas Riau

Gambar

Tabel 1.
Tabel 3.
Tabel 5.Distribusi Prestasi Belajar Menurut Status Gizi
Tabel 6.

Referensi

Dokumen terkait

Alat musik yang bernada dan mempunyai irama, serta berfungsi mengiringi sebuah lagu disebut alat

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Hasil Kualifikasi nomor BA-10/BC.015/ULP/POKJA.INSW/2017 tanggal 28 Februari 2017, dengan ini Kelompok Kerja Khusus ULP Kantor Pusat

Peserta yang memasukan dokumen penawaran dapat menyampaikan sanggahan secara elektonik melalui aplikasi SPSE atas penetapan pemenang kepada Pokja Jasa Konsultansi ULP

(1) Laporan tahunan dan perhitungan tahunan Perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 serta pembebasan dan pelunasan sepenuhnya

Bab ini berisi tentang landasan teori yang meliputi Manajemen Keuangan, Pasar Modal, Return Saham, Pengaruh Variabel Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham, Penelitian

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan limpahan karunia berupa kesehatan dan kekuatan jasmani serta rohani, sehingga

Pemesana n bar ang UMKM User merupakan aplikasi untuk customer dimana customer dapat melakukan pemesanan barang lewat aplikasi ini.. Kata kunci : Android, pemesanan

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara