• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Fasilitas Kerja dan sikap Kerja Pada Bagian Pengupasan (Peeling) Di tinjau dari Faktor Ergonomi di PT. Keluarga Mitratani Sejahtera Binjai Tahun 2004.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Fasilitas Kerja dan sikap Kerja Pada Bagian Pengupasan (Peeling) Di tinjau dari Faktor Ergonomi di PT. Keluarga Mitratani Sejahtera Binjai Tahun 2004."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

H

HHAAASSSIIILL LPPPEEENNNEEELLLIIITTTIIAIAANNN

EVALUASI FASILITAS KERJA DAN SIKAP KERJA PADA

BAGIAN PENGUPASAN (PEELING) DITINJAU DARI FAKTOR

ERGONOMI DI PT KELUARGA MITRATANI SEJAHTERA

BINJAI TAHUN 2004

Eka Lestari Mahyuni

Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Jl. Universitas No. 21 Kampus USU Medan, 20155

ABSTRACT

The successful of development with science and technology implementation influenced of human resource in this case the workers. For that reason, any risk that relate with the workers life must be anticipated by fitting the worker, process and work environment with the ergonomic approach. The purpose of this research is to evaluate to fitting of work facilities with the work posture and to recommend the re-design of work facilities to decrease the strain of work. Evaluation by using survey method at PT Keluarga Mitratani Sejahtera, has 30 sample of woman workers at peeling division. The anthropometry of peeling workers is the indicator from this evaluation to fit the workers with the facilities. This evaluation supported by observation of work posture as the interaction effect with the facilities. The result said that the facilities of peeling workers are not fit with the anthropometry. So the workers do not feel comfortable with their work. On the other hand, the work postures such as sitting, peeling, and handling are not ergonomic and cause of the fatigue on the part of the workers body. With body map questioner, the dominant fatigue found out on the back and waist. Beside that, the strain feeling also we can find on their hand and fingers. To solve this problem we should recommend the re-design of facilities and give the ergonomic work posture to decrease the muscular fatigue and increase the productivity.

Keywords: Ergonomic, Anthropometry, Work facilities, Work posture, Fatigue, Worker

PENDAHULUAN

Perkembangan dunia perindustrian dalam era globalisasi dan AFTA semakin pesat dan mengundang persaingan yang ketat antar tiap industri yang ada baik industri besar, menengah, ataupun industri kecil. Persaingan antara negara tidak lagi dilandasi oleh jenis dan jumlah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) yang mampu dibeli dan dipakai tetapi oleh adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu mengoperasikan dan memanfaatkan Iptek tersebut secara optimal. Hal ini akan berhasil jika berbagai risiko yang akan mempengaruhi kehidupan para pekerja, keluarga dan masyarakat dapat

diantisipasi. Berbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK), penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik (Wicaksono dkk., 2003).

(2)

tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja (Nurmianto, 1996).

Kelelahan akibat tidak ergonomisnya kondisi sarana, prasarana dan lingkungan kerja merupakan faktor dominan bagi menurun atau rendahnya produktivitas kerja tenaga kerja. Suasana kerja yang tidak ditunjang oleh kondisi lingkungan kerja yang sehat, nyaman, aman dan selamat akan memicu timbulnya kelelahan pada tenaga kerja (Aztanti, 2003).

PT Keluarga Mitratani Sejahtera (PT KMS) merupakan salah satu industri menengah besar yang padat karya dan bergerak di bidang industri pangan yang bekerjasama dengan investor Jepang dalam kelancaran proses industrinya. Dari hasil survey yang dilakukan peneliti pada PT KMS ini, seluruh pekerja bekerja selama 8 jam disertai satu kali istirahat panjang selama 1 jam. Dengan pola kerja yang manual banyak ditemui keadaan-keadaan yang tidak ergonomis seperti kursi yang tidak memiliki sandaran, ketinggian meja, gagang pisau yang keras dan kecil, sikap duduk yang membungkuk dan cara pengangkatan dan pengakutan hasil kerja yang salah. Selain itu, terdapat beberapa keluhan pekerja pada bagian tubuh mereka seperti pada punggung, pundak, kaki, pinggang, bahu, dan tangan pekerja karena bekerja dengan posisi yang statis dalam jangka waktu yang lama.

Untuk itu, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimana keadaan fasilitas kerja yang digunakan pekerja bagian pengupasan (peeling) dalam bekerja ditinjau dari faktor ergonomi?

b. Bagaimana sikap kerja dari pekerja bagian pengupasan (peeling) pada saat melakukan kerja ditinjau dari faktor ergonomi?

c. Apakah fasilitas yang digunakan pada saat bekerja dapat menyebabkan rasa sakit pada bagian tubuh pekerja?

TUJUAN PENELITIAN

a. Tujuan Umum

Melakukan evaluasi terhadap kesesuaian antara fasilitas kerja yang digunakan pekerja d a n po st u r/ s ik a p k e rj a s e r t a

merekomendasikan perbaikan fasilitas kerja dalam upaya mengurangi keluhan sakit akibat kerja di PT Keluarga Mitratani Sejahtera.

b. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kesesuaian antara fasilitas kerja dengan anthropometri pekerja ditinjau dari faktor ergonomi pada bagian pengupasan (peeling) di PT Keluarga Mitratani Sejahtera.

b. Untuk mengetahui bagaimana sikap kerja meliputi sikap duduk, berdiri, angkat/angkut dari pekerja di bagian pengupasan (peeling) di PT Keluarga Mitratani Sejahtera.

c. Untuk mengetahui jenis dari keluhan sakit yang dialami pekerja akibat fasilitas kerja yang digunakan pada bagian pengupasan (peeling) di PT Keluarga Mitratani Sejahtera.

d. Mengusulkan rekomendasi rancangan fasilitas kerja dan sikap kerja yang ergonomis dalam mengurangi keluhan sakit pada pekerja.

METODE PENELITIAN

Dengan rancangan evaluasi deskriptif yang menggambarkan fenomena secara luas dengan menggunakan metode survey, populasi pada penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja yang ada pada bagian proses pengupasan (peeling) di PT Keluarga Mitratani Sejahtera sebanyak 30 orang pekerja wanita yang sekaligus menjadi sampel penelitian. Pengambilan sampel ini dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yang ada dimana seluruh sampel berinteraksi dengan fasilitas yang digunakan dan menunjukkan sikap-sikap ataupun postur kerja yang tidak ergonomis.

Instrumen pengumpul data yang digunakan adalah:

1. Martin Human Body Measuring Instrument Model YM-1 yang digunakan untuk mengukur dimensi tubuh (anthropometri) pekerja bagian pengupasan (peeling).

2. Bangku anthropometri yang digunakan untuk mengukur besar popliteal yang dibentuk dan ukuran dimensi tubuh lainnya dalam posisi duduk.

(3)

timbul berupa rasa sakit pada bagian-bagian tubuh pekerja akibat kerja fisik yang dilakukan sebelum, selama dan sesudah bekerja.

Variabel yang diteliti pada penelitian ini:

1. Anthropometri pekerja yang diambil melalui pengukuran pada dimensi tubuh pekerja bagian pengupasan dan sebagai data untuk melihat kesesuaian antara fasilitas kerja yang digunakan dalam proses pengupasan (peeling) dengan pekerja.

2. Fasilitas kerja yaitu semua alat kerja yang digunakan dalam proses pengupasan (peeling) meliputi kursi, meja, dan alat potong.

3. Sikap/postur kerja meliputi pengamatan terhadap sikap kerja duduk, angkat dan angkut yang ada dalam proses pengupasan (peeling).

4. Keluhan sakit yang timbul akibat kerja yang monoton sebelum, selama dan sesudah bekerja.

Teknik analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah statistik deskriptif dimana data yang diperoleh didistribusikan secara statistik. Untuk data anthropometri yang diambil pada penelitian ini akan dilakukan uji statistik yaitu uji keseragaman data dan uji kenormalan data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk digunakan dalam merancang fasilitas kerja yang ergonomis sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan.

Gambar kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses produksi yang ada pada perusahaan ini adalah pengolahan ubi rambat menjadi pasta (ubi kukus) dan stick (ubi goreng). Pada penelitian ini lebih dikhususkan pada salah satu proses produksi yaitu proses pembuatan kue ubi rambat kukus. Proses pembuatan ubi rambat kukus (pasta) diolah melalui proses-proses kerja yang dikerjakan secara manual dan mekanisasi. Adapun proses pembuatan pasta dari ubi rambat ini adalah sebagai berikut:

1. Raw Material: bahan baku yaitu ubi rambat

2. Sorting Size 1: penyortiran ukuran ubi dari ubi berukuran besar (large), sedang (medium) dan kecil (small)

3. Weight: ubi yang telah disortir ditimbang berdasarkan ukurannya untuk mengetahui jumlah ubi yang masuk. 4. Washing: pencucian ubi rambat yang

dimasukkan dalam media pencucian. 5. Sorting Size 2: Ubi yang telah dicuci

dan bersih disortir kembali berdasarkan ukuran yang telah ditentukan yaitu besar, sedang dan kecil. Kemudian diangkut ke bagian pertama proses untuk dipanggang (baking)

6. Baking: pemanggangan ubi yang diproses di dalam oven (pemanggangan ubi)

7. Cooling down: ubi yang telah dipanggang dan masak didinginkan beberapa lama di ruang terbuka untuk dikupas.

Gambar 1. Kerangka Konsep Fasilitas Kerja:

- Meja kerja - Kursi kerja - Alat potong

Tenaga Kerja:

- Cara duduk

- Cara mengupas

- Cara angkat/angkut

ERGONOMI:

- Anthropometri

- Sikap kerja

Keluhan sakit

(4)

8. Peeling: proses pengupasan kulit ubi terdiri dari 2 bagian yaitu;

- First Peeling: yaitu pengupasan pertama dalam bentuk proses mengupas kulit ubi yang telah dipanggang.

- Second peeling: yaitu pengupasan kedua dalam proses mengupas kulit ubi yang masih tersisa hasil dari proses first peeling. Bagian ini bisa disebut juga bagian sorting 1 dari proses inti.

9. Sorting: proses penyortiran isi ubi dari kotoran-kotoran ataupun serat-serat yang terdapat dalam isi ubi. Bagian ini terdiri dari 2 bagian yaitu:

- Sorting 2: membersihkan ubi dari bintik-bintik hitam yang tersisa dan terdapat dalam ubi.

- Sorting 3: menyortir ubi lebih bersih dari bintik-bintik yang mungkin masih terdapat dalam ubi.

10. Mincer: ubi yang telah disortir bersih dihancurkan dalam mesin mincer.

11. Packing: ubi yang telah dihancurkan dimasukkan dalam kantong plastik dan ditimbang beratnya sesuai permintaan. 12. Sorting plastic: ubi yang telah

dimasukkan dalam plastik disortir kembali untuk melihat apakah masih ada sisa-sisa kotoran ubi di dalamnya.

13. Vacuum pack: setelah disortir kembali kebersihannya, ubi yang telah dalam plastik dimasukkan ke dalam mesin vakum untuk divakum.

14. Blancing: ubi diratakan atau dirapikan dalam plastik yang telah divakum.

15. Chiller: ubi kemudian dikukus dalam mesin perebusan.

16. Frozen: ubi yang telah dikemas tersebut kemudian didinginkan kembali dalam ruang pendingin.

17. Packing: Setelah beku (dingin) sisa-sisa pembekuan dikikis kemudian ubi dilewatkan melalui mesin methal detector untuk melihat apakah didalamnya terdapat bahan-bahan logam atau benda asing lainnya. Apabila tidak ada maka ubi dapat dimasukkan dalam kotak (packing).

18. Storage: ubi yang telah di-pack dalam kotak disimpan dalam ruang pendingin kembali hingga jumlah kotak telah memenuhi satu container untuk kemudian dikirim ke Jepang.

A. Fasilitas Kerja

Untuk melihat kesesuaian fasilitas kerja dengan pekerja seperti yang dituju dalam penelitian ini dapat diperoleh dari hasil pengukuran anthropometri pekerja. (Sutalaksana, 2001). Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan pada perusahaan ini, menunjukkan bahwa terdapat ketidaksesuaian antara fasilitas kerja yang digunakan oleh pekerja khususnya pada pekerja bagian pengupasan (peeling) meliputi meja kerja, kursi kerja dan alat potong (pisau kerja) yang digunakan dimana semua fasilitas yang digunakan pekerja peeling ini tidak sesuai dengan anthropometri pekerja. Yang paling jelas terlihat adalah kursi kerja yang mana dapat membentuk sikap kerja yang membungkuk dalam keadaan statis saat bekerja sehingga memicu timbulnya rasa lelah pada bagian punggung dan pinggang ke bawah. Begitu juga dengan alat potong yang digunakan dimana dengan gagang yang kecil dan keras dan tidak sesuai dengan anthropometri genggaman tangan pekerja, membuat pekerja membutuhkan energi yang cukup besar untuk mengupas ubi yang bervariasi bentuk dan besarnya. Belum lagi apabila ubi tersebut tidak terpanggang secara sempurna sehingga membuat ubi tersebut menjadi keras dan sulit untuk dikupas. Akibatnya pekerja banyak merasakan sakit pada tangan dan jari-jari mereka.

(5)

Data Anthropometri Pekerja Bagian Pengupasan (Peeling)

Dari hasil uji statistik yang dilakukan, menunjukkan bahwa semua data anthropometri yang digunakan adalah seragam dan berdistribusi normal dan seragam. Oleh karena itu semua data yang diukur dapat digunakan sesuai kebutuhan dalam perancangan fasilitas yang ergonomis. Nilai perhitungan persentil dari data

anthropometri pekerja dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.

Untuk mengatasi ketidaksesuaian dari fasilitas yang digunakan ini, maka diperlukan perancangan fasilitas kerja yang ergonomis sesuai dengan anthropometri pekerja untuk memperbaiki fasilitas kerja yang digunakan sekarang ini oleh perusahaan.

Tabel 1. Hasil perhitungan persentil dari data anthropometri posisi duduk pekerja bagian pengupasan (peeling) PT Keluarga Mitratani Sejahtera Binjai tahun 2004

Hasil Perhitungan No Anthropometri (dimensi tubuh)

P 5th P 50th P 95th

1. Tinggi duduk tegak 74.78 79.68 84.58

2. Tinggi bahu duduk 51.09 55.26 59.42

3. Tingi mata duduk 62.55 67.48 72.42

4. Tinggi siku duduk 16.56 20.13 23.70

5. Tebal paha 9.62 11.69 13.76

6. Tinggi popliteal 37.01 42.55 48.09

7. Pantat popliteal 36.44 40.52 44.60

8. Pantat ke lutut 46.12 49.72 53.32

9. Lebar bahu 32.15 36.51 40.87

10. Lebar pinggul 27.20 33.76 40.32

Tabel 2. Hasil perhitungan persentil dari data anthropometri tangan pekerja bagian pengupasan (peeling) PT Keluarga Mitratani Sejahtera Binjai tahun 2004

Hasil Perhitungan No Anthropometri (dimensi tubuh)

P 5th P 50th P 95th

1. Panjang tangan 13.59 15.46 17.34

2. Panjang telapak tangan 6.03 7.64 9.25

3. Panjang ibu jari 3.56 5.06 6.56

4. Panjang jari telunjuk 5.65 7.28 8.91

5. Panjang jari tengah 6.43 8.19 9.95

6. Panjang jari manis 5.46 7.35 9.24

7. Panjang jari kelingking 3.65 5.57 7.49

8. Lebar ibu jari 1.31 1.66 2.00

9. Tebal ibu jari 1.18 1.39 1.60

10. Lebar jari telunjuk 1.29 1.50 1.71

11. Tebal jari telunjuk 1.20 1.35 1.49

12. Lebar jari tengah 1.41 1.56 1.71

13. Tebal jari tengah 1.27 1.40 1.53

14. Lebar jari manis 1.30 1.42 1.54

15. Tebal jari manis 1.18 1.31 1.44

16. Lebar jari kelingking 1.17 1.27 1.37

17. Tebal jari kelingking 0.99 1.15 1.31

18. Lebar telapak tangan 5.90 7.73 9.56

19. Lebar telapak tangan sampai ibu jari 5.40 7.31 9.22

20. Lebar telapak tangan minimum 4.22 6.05 7.88

21. Tebal telapak tangan 2.32 2.91 3.50

22. Tebal telapak tangan sampai ibu jari 1.92 2.41 2.90

23. Diameter genggam maksimum 5.42 7.38 9.34

24. Lebar maksimum (ibu jari – kelingking) 13.87 16.01 18.15

25. Lebar fungsional maksimum 4.19 5.90 7.61

(6)

Rekomendasi dari rancangan fasilitas kerja yang diperbaiki meliputi:

a. Tinggi meja (P 5th dan P 50th): 58 cm b. Sandaran kaki di bawah meja: 25 cm dari

sisi luar kaki meja

c. Tinggi sandaran kaki meja: 10 cm dari lantai

d. Tinggi kaki kursi (P 5th): 37 cm e. Tinggi footrest dari lantai: 10 cm f. Lebar alas kursi ( P 95th): 41 cm g. Panjang alas kursi (P 50th): 40,5 cm h. Lebar sandaran ( P 50th): 37 cm i. Tinggi sandaran (P 5th): 51 cm j. Tinggi kursi (P 50th): 98 cm

k. Panjang gagang pisau (P 50th): 7.7 cm l. Lebar gagang pisau: 3 cm

m. Besar gagang pisau: 5 cm

B. Sikap Kerja

Dalam proses kerja pengupasan, terdapat beberapa sikap kerja yang terbentuk dari interaksi antara fasilitas kerja dengan pekerja. Hal ini ditunjukkan melalui gerak-gerik alamiah pekerja dan posisi atau postur-postur yang dibentuk tubuh pekerja. Sikap-sikap kerja tersebut meliputi:

1. Sikap duduk

Pekerja yang bekerja pada bagian pengupasan (peeling) bekerja dengan posisi duduk. Dari hasil observasi yang dilakukan, sikap duduk yang dialami oleh para pekerja tidaklah ergonomis dimana mereka bekerja dengan posisi duduk yang statis selama bekerja, dengan postur tubuh yang membungkuk dan leher dalam posisi menunduk ke depan. Postur ini terbentuk akibat objek kerja yang berada di bawah, yaitu ubi yang dikupas dan dipegang oleh tangan kiri dengan sudut siku ± 400- 650 di depan ataupun agak ke samping kiri dari tubuh bagian depan pekerja.

Selain itu kursi kerja yang tidak mempunyai sandaran punggung semakin membuat tubuh pekerja cenderung membungkuk karena tubuh secara alami akan beradaptasi dengan fasilitas yang digunakan. Faktor kebiasaan duduk pekerja juga mempengaruhi postur yang salah ini. Akibatnya pekerja cepat merasakan lelah pada bagian punggung dan pinggang ke bawah. Postur membungkuk ini semakin terlihat pada saat pekerja harus mengupas kulit ubi yang keras karena ketidaksempurnaan dalam proses pemanggangan. Agar dapat mengupas kulit ubi tersebut, pekerja harus

menekan ubi ke bawah dengan lebih kuat dengan cara meletakkan ubi tersebut di atas pangkuan (paha) mereka bahkan terkadang ke bagian perut dan dada kiri atas sehingga tangan akan memberikan tekanan yang lebih besar untuk mengupas kulit ubi tersebut. Akibatnya dengan cara ini terbentuk postur tubuh yang cenderung salah. Cara duduk selain membungkuk, pada umumnya pekerja juga duduk dengan posisi kaki terbuka dimana paha ke bawah menahan krat tempat mereka mengumpulkan hasil kerja berupa kulit ubi yang dikupas. Kaki disandarkan di kaki kursi ataupun diletakkan di atas lantai. Dan hal ini berlangsung sekitar 30-45 menit kemudian adakalanya pekerja merubah posisi duduk tersebut.

Samara (2003) menyatakan bahwa duduk dalam waktu yang lama dapat menyebabkan nyeri pinggang bawah dan ini merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan. Duduk lama dengan posisi yang salah akan menyebabkan otot-otot pinggang menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Dan bila ini berlanjut terus, akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia nukleus pulposus. Setelah duduk selama 15-20 menit, otot-otot punggung biasanya mulai letih. Maka mulai dirasakan nyeri pinggang bawah. Namun, orang yang duduk tegak lebih cepat lelah karena otot-otot punggungnya lebih tegang. Sementara orang yang duduk membungkuk kerja otot lebih ringan, namun tekanan pada bantalan saraf lebih besar.

2. Sikap mengupas

(7)

kanan yang memegang pisau kerja lebih berperan penting karena harus memberikan tekanan dan gaya pada saat mengupas ubi. Di samping itu jari-jari tangan kiri juga berperan besar dimana telapak tangan harus mampu menggenggam ubi dan menjaga keutuhannya pada saat dikupas.

Sedangkan bagian second peeling (sortir 1), mempunyai cara potong yang berbeda. Tangan kiri mereka berfungsi lebih banyak untuk mempertahankan keutuhan ubi yang telah dikupas. Sedangkan cara mereka mengupas lebih hati-hati dimana pisau digunakan ditempat-tempat tertentu khususnya pada bagian ubi yang masih dijumpai sisa kulit yang belum terkupas dan kotoran berupa bintik hitam pada ubi. Dalam proses kerja ini membutuhkan tingkat ketelitian yang cukup tinggi dalam mencari ataupun menemukan kotoran yang masih terdapat di dalam ubi yang akan dibuang dengan mengupasnya hingga ubi tampak bersih.

Sebagian besar cara mengupas menggunakan bagian ujung dan tengah pisau dengan gerak dari kanan ke kiri atau sebaliknya dan hanya ditujukan pada bagian-bagian tertentu. Bahkan terkadang ubi dikupas dari atas ke bawah atau dengan menekan pisau kea rah telapak tangan kiri sehingga jari tangan dapat mempertahankan keutuhan ubi. Ubi yang dikupas akan ditahan oleh jari-jari tangan kiri khususnya telapak tangan sekitar ibu jari yang lebih banyak berperan sehingga dapat tetap menjaga keutuhan ubi yang dikupas.

Waktu yang dibutuhkan dalam menyortir kotoran ubi untuk tiap ubi berbeda-beda dan juga dipengaruhi oleh bentuk pisau yang digunakan. Untuk ubi besar dapat memakan waktu 2-3 menit bila menggunakan pisau pendek dengan mata pisau melengkung, sedangkan bila menggunakan pisau dengan mata pisau panjang dapat diselesaikan dalam waktu 2.5-4 menit. Hal ini disebabkan karena lengkungan ubi tidak begitu sesuai dengan bentuk pisau yang digunakan dan tangan kiri ataupun tangan kanan pekerja sedikit lebih sulit dalam mempertahankan keutuhan ubi dibandingkan bila menggunakan pisau pendek yang didesain melengkung.

3. Sikap angkat/angkut

Dalam proses kerja peeling juga dijumpai sikap mengangkat dan mengangkut.

Hal ini dijumpai pada saat mereka menimbang ubi yang akan dikupas ataupun menimbang hasil kupasan mereka setelah selesai bekerja. Beban yang diangkat berkisar dari 5 kg sampai dengan 19 kg bahkan adakalanya mencapai 20 kg. Beban angkat ini tidak sesuai dengan standar yang diharuskan dimana seharusnya untuk pekerja wanita diperbolehkan mengangkat 15-16 kg.

Sikap tubuh yang dibentuk pada saat mengangkat cukup baik. Namun pada saat mengangkut beban, ada kecendrungan membentuk postur tubuh yang membungkuk dan hal ini sering dijumpai pada saat mereka menimbang hasil kerja Khususnya pada saat istirahat siang dan selesai kerja, dimana masing-masing pekerja mengangkat hasil kerjanya dan satu persatu menimbang hasil kerja mereka. Dengan padatnya pekerja dan timbangan hanya satu buah membuat pekerja berbaris hingga menunggu gilirannya tiba sambil mengangkat krat ataupun trayer yang berisi hasil kupasan mereka. Ada kalanya mereka menunggu dalam waktu yang cukup lama sehingga merasakan ketegangan pada otot tangan mereka akibat mengangkat beban secara statis dalam jangka waktu yang lama.

Bila seorang pekerja mengangkat barang sambil membungkuk, tekanan yang besar sekali terjadi pada daerah pinggang sebagai akibat gaya pengungkit. Sebaliknya dengan posisi mengangkat yang benar dimana punggung dalam keadaan tegak, tekanan terhadap pinggang pada saat mengangkut beban tidak mengalami tekanan yang besar bahkan lebih rendah daripada dengan sikap yang membungkuk.

C. Body Map Quesioner

Data bodymap diperoleh dengan cara menanyakan langsung pada pekerja sebelum bekerja di pagi hari (pukul 07.00 wib), setelah 4-5 jam bekerja ( pukul 12.00 wib) dan sebelum pulang kerja (pukul 16.00 wib). Dengan adanya bodymap ini dapat diketahui alternatif yang dapat membantu dalam mengurangi rasa sakit pada pekerja.

(8)

kanan (masing-masing 13 orang). Pada pukul 16.00 wib, keluhan sakit semakin bertambah, baik pada bagian tubuh yang sama ataupun timbulnya rasa sakit pada bagian tubuh lainnya. Hal ini ditunjukkan dari data di atas dimana rasa sakit di pinggang meningkat menjadi 20 orang dan di punggung sebanyak 21 orang, begitu juga pada bagian bokong (10 orang), pantat (15 orang) dan tangan kanan (16 orang). Bahkan rasa sakit pada tangan kiri khususnya jari-jari tangan kiri sangat meningkat dari sebelumnya (dari 8 orang sakit menjadi 15 orang sakit) bahkan yang pada awalnya (pagi) merasa agak sakit

setelah bekerja kembali pekerja merasakan sakit pada bagian yang sama.

Kesemua rasa sakit yang dirasakan pekerja ini disebabkan karena duduk pada kursi yang memiliki sandaran punggung terus menerus dalam waktu yang lama, menggunakan pisau kerja untuk mengupas dengan gagang pisau yang kecil dan keras, memegang ubi yang bervariasi bentuk dan ukurannya serta beratnya. Hal ini lebih dipicu lagi karena sikap angkat dan angkut beban yaitu hasil kerja mereka seberat 20 kg. Hal ini melebihi batas maksimum beban yang dapat diangkat oleh pekerja wanita (15-16 kg).

Tabel 3. Hasil rekapitulasi dari body map quesioner pekerja bagian pengupasan (peeling) PT Keluarga Mitratani Sejahtera tahun 2004

Pukul 07.00 wib Pukul 12.00 wib Pukul 16.00 wib No Jenis keluhan

A B C D A B C D A B C D

1. Sakit kaku di leher bagian atas 28 2 0 0 26 0 4 0 25 0 5 0

2. Sakit kaku di leher bagian bawah

23 6 1 0 21 0 9 0 21 0 9 0

3. Sakit di bahu kiri 23 7 0 0 23 0 7 0 20 1 9 0

4. Sakit di bahu kanan 22 8 0 0 22 0 8 0 21 1 8 0

5. Sakit pada lengan atas kiri 28 2 0 0 27 0 3 0 26 0 4 0

6. Sakit pada lengan atas kanan 28 1 1 0 28 0 2 0 26 0 4 0

7. Sakit di punggung 20 10 0 0 15 0 15 0 9 0 21 0

8. Sakit pada pinggang 22 6 2 0 14 0 16 0 10 0 20 0

9. Sakit pada bokong 28 2 0 0 21 1 8 0 20 0 10 0

10. Sakit pada pantat 23 4 3 0 17 0 13 0 15 0 15 0

11. Sakit pada siku kiri 30 0 0 0 30 0 0 0 30 0 0 0

12. Sakit pada siku kanan 30 0 0 0 30 0 0 0 30 0 0 0

13. Sakit pada lengan bawah kiri 29 1 0 0 26 0 4 0 26 0 4 0

14. Sakit pada lengan bawah kanan 29 1 0 0 27 0 3 0 27 0 3 0

15. Sakit pada pergelangan tangan kiri

27 3 0 0 22 0 8 0 18 0 12 0

16. Sakit pada pergelangan tangan kanan

29 0 1 0 26 0 4 0 24 0 6 0

17. Sakit pada tangan kiri 23 5 2 0 20 2 8 0 15 0 15 0

18. Sakit pada tangan kanan 24 2 4 0 17 0 13 0 14 0 16 0

19. Sakit pada paha kiri 29 1 0 0 29 0 1 0 27 0 3 0

20. Sakit pada paha kanan 29 0 1 0 28 0 2 0 27 0 3 0

21. Sakit pada lutut kiri 29 1 0 0 29 1 0 0 28 0 2 0

22. Sakit pada lutut kanan 29 1 0 0 29 1 0 0 28 0 2 0

23. Sakit pada betis kiri 28 2 0 0 28 2 0 0 27 0 3 0

24. Sakit pada betis kanan 28 2 0 0 28 2 0 0 27 0 3 0

25. Sakit pada pergelangan kaki kiri

30 0 0 0 30 0 0 0 30 0 0 0

26. Sakit pada pergelangan kaki kanan

30 0 0 0 30 0 0 0 30 0 0 0

27. Sakit pada kaki kiri 29 0 1 0 29 0 1 0 29 0 1 0

28. Sakit pada kaki kanan 29 0 1 0 29 0 1 0 29 0 1 0

Keterangan:

(9)

Di samping itu, terjadinya rasa lelah ini tidak hanya diakibatkan karena ketidaksesuaian antara fasilitas kerja dengan anthropometri dan menunjukkan sikap kerja yang tidak ergonomis, namun rasa lelah juga dapat terjadi pada pekerja yang memiliki riwayat penyakit tertentu seperti anemia, jantung, kurang gizi dan sebagainya. Faktor psikologis juga turut berperan disitu seperti motivasi kerja yang kurang, stress dan adanya ketidakpuasan dalam bekerja.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Fasilitas kerja yang digunakan dalam bekerja di bagian pengupasan (peeling) PT Keluarga Mitratani Sejahtera meliputi meja kerja, kursi kerja dan alat potong (pisau kerja) tidak sesuai dengan anthropometri pekerja.

2. Sikap kerja yang terdapat pada bagian pengupasan (peeling) ini meliputi sikap duduk, sikap mengupas dan sikap mengangkat/mengangkut juga tidak ergonomis.

3. Dari fasilitas kerja dan sikap kerja yang tidak ergonomis tersebut, banyak ditemui keluhan sakit pada beberapa bagian tubuh pekerja yaitu punggung, pinggang, tangan kanan khususnya jari-jari tangan kanan, jari-jari tangan kiri, pantat, pergelangan tangan kiri, bokong, leher, bahu, lengan atas, lengan bawah, paha, lutut dan kaki.

SARAN

Dengan ketidakergonomisannya sikap kerja dan tidak sesuainya fasilitas kerja yang digunakan pekerja dengan anthropometri pekerja maka bagi perusahaan disarankan: 1. Untuk memperbaiki fasilitas kerja yang

digunakan sesuai dengan rancangan fasilitas kerja yang direkomendasikan dalam upaya meningkatkan produktivitas dan memberikan sistem kerja yang efektif, nyaman, aman, sehat, dan efisien.

2. Dianjurkan fasilitas pisau kerja diberi bahan yang lunak untuk mengurangi terjadinya pengerasan pada telapak tangan ataupun sendi-sendi jari tangan.

3. Sandaran punggung pada kursi dan alas kursi ditambah dengan bahan yang lembut juga untuk menghindari rasa sakit akibat

penegangan atau kekerasan bahan kursi yang juga mempengaruhi rasa sakit apabila duduk dalam waktu yang lama.

4. Melakukan pencatatan terhadap terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja sebagai data dan informasi perusahaan dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dari waktu ke waktu.

5. Memberikan pelatihan pada pekerja untuk bekerja dalam sikap-sikap yang ergonomis dalam mengurangi rasa lelah ataupun dalam upaya menghindari penyakit akibat kerja.

6. Menerapkan waktu istirahat pendek selama bekerja dengan melakukan streching (peregangan) pada tubuh untuk mengurangi rasa lelah akibat kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Adriana Pusparini, Pekerjaan Monoton, Bunga Rampai Hiperkes & KK, Edisi Kedua (Revisi), Universitas Diponegoro, Semarang, 2003

Aprianto, Dedy, Joko Siswanto, Ergonomi Makro Dalam Perancangan Sistem Kerja ; Suatu Kajian Literatur, Jurnal Ergonomika, Edisi 4, Laboratorium Perancangan Sistem Kerja & Ergonomi, Institut Teknologi Bandung, November, 2000.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Jakarta, Rineka Cipta, 2002. Astuti, Pudji, dkk, Sistem Kerja Yang

Ergonomis Untuk Mengurangi Keluhan Rasa Sakit Dan Memperbaiki Kualitas Produk Pada Divisi Sortir PT. X, Proceeding Seminar Nasional Ergonomi, Kerjasama Perhimpunan Ergonomi Indonesia Dengan Panitia Catur Dasa Warsa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 13 September 2003

Aztanti Srie Ramandhani, Ergonomi, Bunga Rampai Hiperkes & KK, Edisi Kedua

(Revisi), Semarang,Universitas Diponegoro, 2003

(10)

Bridger, R.S, Introduction To Ergonomics, Singapore,Mcgraw-Hill.Inc, 1995. Goetsch, David L, The Safety And Health

Handbook, Ohio, Prentice Hall, 2000. Grandjean, Etienne, Fitting The Task To The

Man, A Textbook Of Occupational Ergonomics, London, Taylor & Francis Ltd, 1980

Http://Www.Ydba.Astra.Co.Id/Teknisdetail. Asp?Steknisid=4, Hafid, Peranan Ergonomi Dalam Meningkatkan Produktivitas, Juli, 2002.

Kuswadji, Sudjoko, Ergonomi, Perhimpunan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia (IDKI), Jakarta, 2003

Labor Occupational Health Program U.C. Barkeley & Maquiladora Health and Safety Support Network, Pelatihan bagi Pelatih Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Jakarta, Indonesia, 26-29 Juni, 2000.

Manuaba, Adnyana, Aplikasi Ergonomi Dengan Pendekatan Holistik Perlu, Demi Hasil Yang Lebih Lestari Dan Mampu Bersaing, Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 1, Nomor 1, Agustus, 2003.

---, Ergonomi, Kesehatan Dan Keselamatan Kerja, Proceeding Seminar Nasional Ergonomi 2000, Guna Widya, 2000.

Nasution, Harmein &, Iwan Rifai Alam, Materi Pembinaan Kesejahteraan Pekerja Di Perusahaan, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Medan Universitas Sumatera Utara Press, Desember 2000.

Nurmianto, Eko, Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasinya, Edisi Pertama, Surabaya, Guna Widya, 1996

Pulat, B.Mustafa, Fundamental Of Industrial Ergonomics, New Jersey, Prentice Hall Inc, 1992.

Samara, Diana,dr, Duduk Lama Dapat Sebabkan Nyeri Pinggang Bawah, KOMPAS Senin, 11Agustus2003, http://www.senior.co.id/kesehatan/new s/0308/11/091848.htm

Sastrowinoto Suyatno, Meningkatkan Produktivitas Dengan Ergonomi, Seri Manajemen No. 116, Pustaka Binaman Pressindo, 1985

Sritomo Wignjosoebroto, Ergonomi, Studi Gerak Dan Waktu, Teknik Analisis Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja, Edisi Pertama, Cetakan Kedua, Surabaya, Guna Widya, 2000.

Suma’mur, P.K, Dr, Msc, Hygiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja, Cetakan Ke-7, Jakarta, Haji Masagung, 1991

---, Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja, Cetakan 1, Jakarta, Haji Masagung, 1989.

Sutajaya, I Made, Penerapan Ergonomi Parsipatore Dalam Memperbaiki Kondisi Kerja Di Industri Kecil Menengah Di Bali, Proceeding Seminar Nasional Ergonomi, Kerjasama Perhimpunan Ergonomi Indonesia Dengan Panitia Catur Dasa Warsa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 13 September 2003

Sutalaksana, Iftikar Z, Ergonomi Kerja Perkembangan Keilmuan, Manfaat Dan Pemasyarakatannya, Kumpulan Makalah Konvensi Nasional V Keselamatn Dan Kesehatan Kerja Tahun 2003, Jakarta, 13-15 Januari, 2003

---, Sebuah Metodologi Penetapan Persentil Ukuran Anthropometri Untuk Perancangan Produk, Jurnal Ergonomika, Edisi 5, Laboratorium Perancangan Sistem Kerja & Ergonomi, Institut Teknologi Bandung, Maret, 2001.

Tambunan, Tulus T.H, Usaha Kecil Dan Menengah Di Indonesia, Beberapa Isu Penting, Salemba Empat Patria, 2002. Wicaksono, Purnawan Adi, Dkk, Identifikasi

Penerapan Ergonomi Pada Industri Kecil Menengah Di Kodya Semarang, Proceeding Seminar Nasional Ergonomi, Kerjasama Perhimpunan Ergonomi Indonesia Dengan Panitia Catur Dasa Warsa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 13 September 2003

Gambar

Gambar kerangka konsep penelitian
Tabel 2. Hasil perhitungan persentil dari data anthropometri tangan pekerja bagian pengupasan
Tabel 3. Hasil rekapitulasi dari body map quesioner pekerja bagian pengupasan (peeling) PT Keluarga Mitratani Sejahtera tahun 2004

Referensi

Dokumen terkait

Aktivasi enzim (Contoh: adenylil cyclase) akan menghasilkan sejumlah second messenger yang menentukan respon seluler terhadap sinyal yang datang Ligan berikatan dgn reseptor

Oleh karena itu, suatu pengkajian dilakukan untuk mengetahui kesiapan repositori institusi di Indonesia dalam melak- sanakan kegiatan preservasi digital dilihat dari

[r]

Peningkatan Keterampilan Membaca Pantun Melalui Model Cooperative Integrated, Reading And Composition Berbantuan Komik Strip Pada Siswa Kelas IV SD 2

[r]

Hal ini menunjukkan bahwa frasa nominal yang membangun wacana iklan tersebut saling berkaitan dengan padu atau kohesif, kemudian didukung dengan kecukupan informasi,

[r]

Pada era reformasi muncul kurikulum 2004 yang lebih dikenal dengan nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang pada tahun 2006 dilengkapi dengan Standar Isi dan Standar