• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Status Imunisasi Hepatitis B Pada Mahasiswa Setambuk 2007 Dan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Status Imunisasi Hepatitis B Pada Mahasiswa Setambuk 2007 Dan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2011"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS IMUNISASI

HEPATITIS B PADA MAHASISWA SETAMBUK 2007 DAN 2010

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TAHUN 2011

Oleh :

RATHIRUBA SELVARAJU

080100257

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS IMUNISASI

HEPATITIS B PADA MAHASISWA SETAMBUK 2007 DAN 2010

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TAHUN 2011

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

RATHIRUBA SELVARAJU

NIM : 080100257

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL: Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Status Imunisasi Hepatitis B Pada

Mahasiswa Setambuk 2007 Dan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2011.

NAMA: Rathiruba Selvaraju

NIM: 080100257

Pembimbing Penguji 1

--- (dr.Soegiarto Gani, Sp.PD) (Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD.KGEH)

Penguji 2

(Prof. dr . Haris Hasan, Sp.PD, Sp.JP(K))

MEDAN,22 DESEMBER 2011 DEKAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

ABSTRAK

Hepatitis B adalah infeksi hati yang berpotensi mengancam jiwa yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Ini adalah masalah kesehatan global utama dan jenis yang paling serius dari hepatitis virus. Di seluruh dunia, dua miliar orang diperkirakan telah terinfeksi dengan virus hepatitis B (HBV), dan lebih dari 350 juta memiliki infeksi hati kronis (jangka panjang). Hepatitis B endemik di China dan bagian lain di Asia.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menilai hubungan tingkat pengetahuan dan status imunisasi Hepatitis B pada mahasiswa setambuk 2007 dan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2010/2011.

Penelitian ini yang bersifat cross-sectional dengan menggunakan kuesioner terstruktur sebagai alat untuk memperoleh data primer untuk melihat deskripsi pengetahuan tentang pengambilan imunisasi Hepatitis B dan status imunisasi Hepatitis.Kemudian dinilai dengan system scoring

yaitu diberi nilai 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah.Tingkat pengetahuan dikategorikan kepada tiga,yaitu responden dengan pengetahuan baik,responden dengan pengetahuan cukup dan responden dengan pengetahuan kurang baik.

Hasil untuk tingkat pengetahuan secara keseluruhan adalah 61.6% dari responden mempunyai pengetahuan cukup dan 35.2% dengan pengetahuan yang baik.Hasil untuk status imunisasi Hepatitis secara keseluruhan adalah 26.7% dari responden telah mengambil imunisasi yang lengkap manakala 8.9% belum pernah mengambil sebelum ini.

Kesimpulannya,tingkat pengetahuan mahasiswa setambuk 2007(co-ass) adalah lebih baik dari mahasiswa setambuk 2010 (bukan co-ass).Status imunisasi mahasiswa setambuk 2007 adalah juga lebih lengkap dari mahasiswa setambuk 2010.Tidak ada hubungan di antara tingkat pengetahuan mahasiswa dan status imunisasi Hepatitis B mahasiswa setambuk 2007 dan 2010.

(5)

ABSTRACT

Hepatitis B is a potentially life-threatening liver infection caused by the hepatitis B virus. It is a major global health problem and the most serious type of viral hepatitis. Worldwide, an estimated two billion people have been infected with the hepatitis B virus (HBV), and more than 350 million have chronic (long-term) liver infections. Hepatitis B is endemic in China and other parts of Asia.

The main objective of this research is to evaluate the influence of knowledge level of Hepatitis B immunization on the Hepatitis B immunization status of the 2007 and 2010 batch medical students of the University of North Sumatera in the academic year 2010/2011.

This is a cross-sectional research that uses structured questionnaire as the main tool to collect the primary data,than used to see the description for the Hepatitis B immunization status and knowledge on the immunization.Then,it is analyzed with the scoring system in which a correct answer is given 1 point and an incorrect answer is given 0.For knowledge on Hepatitis B,it is categorized into three, which are respondents with good knowledge,sufficient knowledge or poor knowledge.

Results for knowledge about Hepatitis B is that by overall, 62.6% of the respondents have sufficient knowledge and the remaining 35.2% with good knowledge..Results for immunization status of Hepatitis B is that by overall,26.7 % of the respondents have taken a complete immunization against Hepatitis B and 8.9% whom have not taken before.

It is concluded that, the knowledge on Hepatitis B immunization of the 2007 batch students (co-ass) is much better than the 2010 batch students (non-coass).The immunization status of the 2007 batch students is also better than the 2010 batch students.It is found that knowledge level has strong influence on the immunization status of the students.Knowledge level has no influence on immunization status among the students of 2007 and 2010 batch.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kurnia dan izinNya skripsi penelitian yang berjudul Pengaruh hubungan tingkat pengetahuan pada status immunisasi Hepatitis B mahasiswa setambuk 2007 dan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 ini dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter FakultasKedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa semua usaha yang telah dilakukan merupakan hasil kerjasama yang baik dari semua pihak yang telah membantu. Untuk itu, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. Gontar A. Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2. Dr. Soegiarto Gani,Sp.PD sebagai pembimbing utama yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Seluruh Staf Pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak, ibu tercinta (Bapak En.Selvaraju dan Ibu Puan.Nyanam) dan abang-abang tersayang atas doa, motivasi dan kasih sayangnya.

5. Seluruh teman-teman setambuk 2008, atas dukungan dan bimbingan yang telah membantu dalam bentuk doa, motivasi dan kasih sayang dalam penyusunan skripsi ini. 6. Semua pihak yang telah banyak membantu secara langsung maupun tidak langsung,

namun tidak dapat disebutkan satu persatu.

Seluruh bantuan baik moral maupun material yang diberikan kepada penulis selama ini , penulis ucapkan terima kasih dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan pahala yang sebesar-besarnya.

(7)

perbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi sesiapa pun yang membacanya.

Medan, Mei 2011

Penulis

RATHIRUBA SELVARAJU

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN……… i

ABSTRAK……….……… ii

ABSTRACT…….………. iii

KATA PENGANTAR………. iv

DAFTAR ISI……… vi

DAFTAR TABEL……… ix

DAFTAR GAMBAR……… x

DAFTAR LAMPIRAN……… xi

BAB 1 PENDAHULUAN……….. 1

1.1.Latar Belakang………... 1

1.2.Rumusan Masalah………... 4

1.3.Tujuan Penelitian……… 4

1.4.Manfaat Penelitian……….. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 6

2.1.Hepatitis B………. 6

2.1.1.Definisi……….. 6

2.1.2.Epidemiologi………. 6

2.1.3.Virus Hepatitis B………... 10

2.1.4.Sumber dan cara penularan Hepatitis B……… 12

2.1.5.Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Hepatitis B…… 13

(9)

2.1.5.2.Faktor agent……… 14

2.1.5.3.Faktor lingkungan……….. 15

2.1.6.Patologi………. 15

2.1.7.Vaksinasi Hepatitis B……… 16

2.1.7.1.Program immunisasi hepatitis B………. 18

2.1.8.Gejala klinis dan diagnosa Hepatitis B pada manusia……….. 20

2.2.Pengetahuan………. 24

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL………… 27

3.1.Kerangka Konsep Penelitian………. 27

3.2.Definisi Operasional………. 27

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1.Rancangan Penelitian……… 29

4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian………. 29

4.2.1.Lokasi Penelitian……….. 29

4.2.2.Waktu Penelitian……….. 29

4.3.Populasi dan Sampel Penelitian………. 29

4.4.Metode Pengumpulan Data……….. 31

4.5.Metode Analisis Data……… 33

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian………. 33

5.1.1 Deskripisi Lokasi Penelitian……… 33

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden………. 33

5.1.2.1 Karakteristik Individu Berdasarkan Umur……….. 33

5.1.3 Hasil Analisis Data……….. 34

(10)

5.1.3.2 Status Imunisasi……….. 38

5.2 Pembahasan………. 42

5.2.1 Tingkat Pengetahuan……… 42

5.2.1.1 Distribusi tingkat pengetahuan mengikut setambuk…… 42

5.2.2 Status Imunisasi Hepatitis B……… 44

5.2.2.1 Distribusi status imunisasi mengikut setambuk……….. 44

5.2.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Status Imunisasi………… 49

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……… 52

6.1 Kesimpulan………. 52

6.2 Saran……… 53

DAFTAR PUSAKA……… 55

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Pola epidemiologik hepatitis B 7

2.2 Jadual immunisasi bayi yang dilahirkan 20

di rumah sakit

2.3 Jadual immunisasi bayi di posyandu/puskesmas 20

2.4 Definisi criteria dan diagnosis penyakit 21 Hepatitis B

2.5 Evaluasi untuk pasien Hepatitis B 22

5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur 34

5.2 Hasil analisis tingkat pengetahuan 35

5.3 Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan setambuk 36

5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Jawaban Pengetahuan 37

5.5 Hasil analisis status imunisasi Hepatitis B berdasarkan jumlah dosis 39 Booster

5.6 Hasil analisis status imunisasi Hepatitis B berdasarkan jumlah dosis 40 Booster

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Judul

1. Riwayat hidup peneliti 2. Kuesioner

3. Lembar Penjelasan 4. Informed Consent

5. Hasil Uji validitas dan reliabilitas 6. Data hasil deskriptif

(14)

ABSTRAK

Hepatitis B adalah infeksi hati yang berpotensi mengancam jiwa yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Ini adalah masalah kesehatan global utama dan jenis yang paling serius dari hepatitis virus. Di seluruh dunia, dua miliar orang diperkirakan telah terinfeksi dengan virus hepatitis B (HBV), dan lebih dari 350 juta memiliki infeksi hati kronis (jangka panjang). Hepatitis B endemik di China dan bagian lain di Asia.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menilai hubungan tingkat pengetahuan dan status imunisasi Hepatitis B pada mahasiswa setambuk 2007 dan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2010/2011.

Penelitian ini yang bersifat cross-sectional dengan menggunakan kuesioner terstruktur sebagai alat untuk memperoleh data primer untuk melihat deskripsi pengetahuan tentang pengambilan imunisasi Hepatitis B dan status imunisasi Hepatitis.Kemudian dinilai dengan system scoring

yaitu diberi nilai 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah.Tingkat pengetahuan dikategorikan kepada tiga,yaitu responden dengan pengetahuan baik,responden dengan pengetahuan cukup dan responden dengan pengetahuan kurang baik.

Hasil untuk tingkat pengetahuan secara keseluruhan adalah 61.6% dari responden mempunyai pengetahuan cukup dan 35.2% dengan pengetahuan yang baik.Hasil untuk status imunisasi Hepatitis secara keseluruhan adalah 26.7% dari responden telah mengambil imunisasi yang lengkap manakala 8.9% belum pernah mengambil sebelum ini.

Kesimpulannya,tingkat pengetahuan mahasiswa setambuk 2007(co-ass) adalah lebih baik dari mahasiswa setambuk 2010 (bukan co-ass).Status imunisasi mahasiswa setambuk 2007 adalah juga lebih lengkap dari mahasiswa setambuk 2010.Tidak ada hubungan di antara tingkat pengetahuan mahasiswa dan status imunisasi Hepatitis B mahasiswa setambuk 2007 dan 2010.

(15)

ABSTRACT

Hepatitis B is a potentially life-threatening liver infection caused by the hepatitis B virus. It is a major global health problem and the most serious type of viral hepatitis. Worldwide, an estimated two billion people have been infected with the hepatitis B virus (HBV), and more than 350 million have chronic (long-term) liver infections. Hepatitis B is endemic in China and other parts of Asia.

The main objective of this research is to evaluate the influence of knowledge level of Hepatitis B immunization on the Hepatitis B immunization status of the 2007 and 2010 batch medical students of the University of North Sumatera in the academic year 2010/2011.

This is a cross-sectional research that uses structured questionnaire as the main tool to collect the primary data,than used to see the description for the Hepatitis B immunization status and knowledge on the immunization.Then,it is analyzed with the scoring system in which a correct answer is given 1 point and an incorrect answer is given 0.For knowledge on Hepatitis B,it is categorized into three, which are respondents with good knowledge,sufficient knowledge or poor knowledge.

Results for knowledge about Hepatitis B is that by overall, 62.6% of the respondents have sufficient knowledge and the remaining 35.2% with good knowledge..Results for immunization status of Hepatitis B is that by overall,26.7 % of the respondents have taken a complete immunization against Hepatitis B and 8.9% whom have not taken before.

It is concluded that, the knowledge on Hepatitis B immunization of the 2007 batch students (co-ass) is much better than the 2010 batch students (non-coass).The immunization status of the 2007 batch students is also better than the 2010 batch students.It is found that knowledge level has strong influence on the immunization status of the students.Knowledge level has no influence on immunization status among the students of 2007 and 2010 batch.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Virus hepatitis adalah penyakit menular umum yang membunuh sekitar 1,5 juta orang setiap tahun. Di seluruh dunia, dua milyar orang telah terinfeksi virus hepatitis B (VHB), 360 juta mengalami infeksi kronis, dan 600.000 meninggal setiap tahun dari penyakit hati terkait HBV atau karsinoma hepatoseluler.Mac Callum mengklasifikasikan hepatitis virus menjadi dua jenis yaitu: Virus Hepatitis A, atau hepatitis menular, dan Viral Hepatis B, atau Serum hepatitis.Blumberg melaporkan penemuan antigen permukaan hepatitis B (HBsAg), juga dikenal sebagai antigen Australia, dan antibodi-nya, hepatitis B antibodi permukaan (HBsAb). Blumberg mendapat hadiah nobel untuk penemuannya itu. Sekarang antigen tersebut dikenal dengan nama

hepatitis B surface antigen (HBsAg).

Hepatitis B merupakan penyakit infeksi pada jaringan hati yang disebabkan oleh virus yang berasal dari famili hepadnavirus. Ukuran virus ini sangat kecil berkisar 42 nanometer dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop elektron. HBV dapat ditularkan secara vertikal, melalui kontak seksual atau rumah tangga, atau dengan suntikan tidak aman, tetapi infeksi kronis yang diperoleh selama masa bayi atau masa kanak-kanak menunjukkan jumlah besar pada morbiditas dan kematian di seluruh dunia.

(17)

anak-anak. Oleh sebab itu, karena tingginya morbiditas dan mortalitas karena hepatitis B, penyakit ini sangat mengancam di dunia.

Prevalensi infeksi HBV berbeda-beda di seluruh dunia. Kategori daerah endemis terbagi menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Indonesia sendiri masuk dalam kelompok prevalensi sedang sampai tinggi. Dari data Lukman Hakim Zain: Hepatitis B dan Permasalahannya 3 yang terkumpul, prevalensi infeksi VHB di Indonesia berkisar antara 2,5% (di Banjarmasin) sampai 36% (di Dili). Pada penelitian prevalensi infeksi virus B yang dilakukan oleh Zain dkk. pada 114 mahasiswa USU yang baru masuk tahun 1983 didapat prevalensi 16,6%.Dari data pasien hemodialisis regular di 12 kota besar di Indonesia dari 2.458 pasien didapati prevalensi infeksi HBV sebanyak 4,5%, sedangkan di Kota Medan sendiri didapat 6,05% dari 314 pasien (survey nasional pernefri untuk prevalensi hepatitis B/C pada pasien hemodialisis).Diperkirakan saat ini 11,6 juta penduduk Indonesia terinfeksi oleh VHB. Oleh sebab itu perlu diupayakan pencegahan dengan program imunisasi pada bayi dan anak-anak karena pada usia seperti ini infeksi hepatitis B yang kronis dapat dicegah serta menghentikan progresivitas infeksi hepatitis B kronis yang sudah terjadi dengan obat-obatan yang sudah tersedia.

Pada tahun 1991, World Health Organization (WHO) telah merekomendasikan vaksinasi hepatitis B untuk seluruh negara. Tahun 2002, 154 negara telah melakukan vaksinasi hepatitis B pada seluruh bayi baru lahir.Program vaksinasi pertama di dunia dilakukan di Taiwan pada tahun 1984. Selama 2 tahun program tersebut, vaksinasi diberikan terutama pada bayi dengan ibu pengidap hepatitis B (HbsAg positif). Kemudian vaksinasi tersebut diperluas untuk seluruh bayi baru lahir, usia pra-sekolah dan sekolah yang belum divaksinasi. Program tersebut menurunkan angka prevalensi anak usia kurang 15 tahun pengidap hepatitis B dari 9,8% pada tahun 1984 menjadi 1,3% pada tahun 1994. Pada tahun 1999 vaksinasi mencakup sekitar 80 – 86 % pada anak balita dan 90% pada anak usia sekolah sehingga prevalensi pengidap hepatitis B berkurang sampai 0,7% pada anak usia kurang 15 tahun.

(18)

lain, yaitu tahun 1991 dimulai secara bertahap di empat propinsi,tahun 1992 diperluas menjadi sepuluh propinsi, dan pada tahun 1997 untuk dua puluh tujuh propinsi harus sudah melaksanakan vaksinasi hepatitis B.Bila program vaksinasi berhasil,diharapkan pada tahun 2015 (satu generasi kemudian) hepatitis B bisa dibanteras dan bukan merupakan persoalan kesehatan masyarakat lagi.UNIDO-WHO-UNICEF menganjurkan untuk Negara dengan jumlah pendudk lebih dari 50 juta supaya memproduksi sendiri vaksin yang diperlukan.Indonesia dengan pendudk lebih dari 180 juta dan prevalensi HBsAg antara 8-20% harus mepersiapkan diri untuk memproduksi sendiri vaksin hepatitis B.

Studi ini melihat secara dalam, aspek-aspek yang penting dari pencegahan hepatitis B pada mahasiswa kedokteran USU. Saya telah memilih Hepatitis B karena merasakan, ini adalah satu

preventable blood borne pathogen melalui pengambilan immunisasi awal.Oleh itu,objektif dari studi ini adalah untuk menilai dan membandingkan pengambilan vaksin hepatitis B pada mahasiswa kedokteran USU yang co-ass dan bukan co-ass.Studi ini jugak akan menilai tingkat pengetahuan mahasiswa tentang immunisasi awal dalam usaha untuk mencegah infeksi hepatitis B.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah hubungan tingkat pengetahuan Hepatitis B dengan status immunisasi Hepatitis B pada mahasiswa-mahasiswa dari fakultas kedokteran di USU setambuk 2007 dan setambuk 2010.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1Tujuan Umum

Untuk menilai pengaruh tingkat pengetahuan hepatitis B pada status immunisasi hepatitis B mahasiswa kedokteran di USU setambuk 2007 dan setambuk 2010.

1.3.2 Tujuan Khusus

(19)

a. Untuk mengetahui status immunisasi Hepatitis B dan melakukan perbandingan diantara mahasiswa-mahasiswa kedokteran di USU yangco-ass setambuk 2007 dan bukanco-ass setambuk 2010.

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa tentang immunisasi awal dalam usaha untuk mencegah infeksi Hepatitis serta, melakukan perbandingan diantara mahasiswa-mahasiswa kedokteran di USU yang co-ass setambuk 2007 dan bukan

co-asssetambuk 2010.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

a. Diharapkan hasil penilitian ini dapat meningkatkan kesadaran mahasiswa-mahasiwa kedokteran setambuk 2007 dan setambuk 2010 tentang immunisasi Hepatitis B.Dengan ini,ia dapat mendukung mahasiswa-mahasiswa kedokteran untuk mendapatkan immunisasi Hepatitis B secepat mungkin,dalam usaha untuk mencegah infeksi atau penularan Hepatitis B.

b. Dapat memberikan pengalaman, pengetahuan dan informasi yang sangat berharga bagi peneliti untuk dapat berguna dalam melaksanakan tugas nantinya.

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hepatitis B

2.1.1 Definisi

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Sepuluh persen dari infeksi virus hepatitis B akan menjadi kronik dan 20 % penderita hepatitis kronik ini dalam waktu 25 tahun sejak tertular akan mengalami cirroshis hepatis dan karsinoma hepatoselluler (hepatoma). Kemungkinan akan menjadi kronik lebih tinggi bila infeksi terjadi pada usia balita dimana respon imun belum berkembang secara sempurna.

Di seluruh dunia, diperkirakan dua miliar orang telah terinfeksi virus hepatitis B (HBV), dan lebih dari 350 juta menderita infeksi hati kronis.Hepatitis B merupakan penyakit yang tersebar secara global dengan perkiraan lebih dari 200 juta penduduk yang menjadi pengidap kronik(carrier).

2.1.2Epidemiologi

Pada saat ini didunia diperkirakan terdapat kira-kira 350 juta orang pengidap (carier) HBsAg dan 220 juta (78 %) diantaranya terdapat di Asia termasuk Indonesia. Berdasarkan pemeriksaan HBsAg pada kelompok donor darah di Indonesia prevalensi Hepatitis B berkisar antara 2,50-36,17 % (Sulaiman, 1994). Selain itu di Indonesia infeksi virus hepatitis B terjadi pada bayi dan anak, diperkirakan 25 -45,g% pengidap adalah karena infeksi perinatal.Hal ini berarti bahwa Indonesia termasuk daerah endemis penyakit hepatitis B dan termasuk negara yang dihimbau oleh WHO untuk melaksanakan upaya pencegahan (Imunisasi).

(21)

penyakit ini berbeda-beda menurut geografi dan etnisitas. Pola epidemiologik hepatitis B di berbagai wilayah dunia dapat dilihat dalam tabel 1 (pola epidemiologic hepatitis B)

Tabel 2.1. Pola epidemiologik hepatitis B.

Endemis Rendah Sedang Tinggi

Prevalensi HBsAg 0.2-0.5% 2-7% 8-20%

Prevalensi anti HBs 4-6% 20-55% 70-90%

Infeksi anak Jarang Sering Sangat sering

Infeksi neonatal Jarang Jarang Sering

Wilayah Australia

(22)

kesehatan. Oleh karena itu, penderita dan kelompok yang memiliki faktor resiko hepatitis B perlu menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin.

Lesmana, mengungkapkan tingkat prevalensi penyakit hepatitis B di Indonesia sebenarnya cukup tinggi. Secara keseluruhan jumlahnya mencapai 13,3 juta penderita. Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Provinsi tahun 2003 (lampiran), di Indonesia jumlah kasus Hepatitis B sebesar 6.654 sedangkan di Sumbar 649, berada pada urutan ke tiga setelah DKI Jakarta dan Jatim.Dari sisi jumlah, Indonesia ada di urutan ketiga setelah Cina (123,7 juta) dan India (30-50 juta) penderita. Tingkat prevalensi di Indonesia antara 5-10%.

Berdasarkan laporan Sistem Surveilance Terpadu (SST) sampai dengan tahun 1997, terlihat adanya penurunan jumlah kasus hepatitis di Puskesmas dan rumah sakit yaitu dari 48.963 kasus pada tahun 1992 menjadi 16.108 kasus pada tahun 1997. Sedangkan penderita rawat inap di rumah sakit pada kurun waktu 5 tahun berfluktuasi. CFR penyakit hepatitis dari kasus rawat inap di RS sejak tahun 1992 sampai dengan 1997 terlihat ada penurunan yaitu dari 2,2 menjadi 1,64 .Menurut data per propinsi tabun 1997 bahwa kasus hepatitis paling banyak terjadi di Jawa Timur (3002 kasus), Sumatera Utara (1564 kasus) dan Jawa Tengah (1454 kasus) dengan CFR masing-masing 2,8 %; 1,71 % dan 2,15 % .

Penelitian di 14 rumah sakit pada tahun 1994-1996 mendapatkan bahwa kasus hepatitis B pada tahun 1994 berjumlah 491 dengan 167 kasus di RS Husada Jakarta, tahun 1995 sebesar 662 kasus dengan 203 kasus di RS Husada Jakarta dan tahun 1996, sebesar 278 kasus dengan 69 kasus di RS Pelni Jakarta.Penelitian oleh Hartono 1991 menemukan angka prevalensi Hepatitis B di Bojana Flores sebesar 7,3 %, Sanjaya dkk menemukan HBsAg dan anti HBs pada anak murid TK dan SD adalah 4 % (HBsAg) dan 14,9 % (anti HBs). Pada awal tahun 1993 dilakukan pemeriksaan HBsAg dan anti HBs pada sejumlah 5.009 sampel darah yang diambil dari karyawan RS Ciptomangunkusumo dan didapat hasil HBsAg 4,59 % dan anti HBs 35,72 % .

(23)

dipengaruhi oleh masalah demografi, social dan faktor lingkungan. Di sisi lain juga karena faktor virus yaitu genotip dan mutasi virus. Secara genotip, Indonesia merupakan daerah menonjol untuk jenis hepatits B dan C.

Hepatitis B merupakan bentuk Hepatitis yang lebih serius dibandingkan dengan jenis hepatitis lainnya. Penderita Hepatitis B bisa terjadi pada setiap orang dari semua golongan umur. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan virus Hepatitis B ini menular. Secara vertikal, terjadi dari Ibu yang mengidap virus Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan. Secara horisontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara bersama-sama.Jugak melalui hubungan seksual dengan penderita.Sebagai antisipasi, biasanya terhadap darah-darah yang diterima dari pendonor akan di tes terlebih dulu apakah darah yang diterima terkena reaktif Hepatitis, Sipilis terlebih-lebih HIV/AIDS.

Prevalensi infeksi virus Hepatitis B,di Amerika diperkirakan 0,5% orang dewasa sudah terinfeksi virus Hepatitis B. Atau, dari 200 orang, 1 orang diantaranya sudah terinfeksi virus Hepatitis B,2. Di Negara dengan tingkat prevalensi tinggi (Hbs Ag>8%), penularan banyak terjadi pada bayi baru lahir dan anak yang masih usia muda,3. Di Negara dengan tingkat prevalensi sedang (Hbs Ag 2-7%) penularan bisa terjadi pada semua golongan umur. Di Negara dengan prevalensi rendah (Hbs Ag <2%) infeksi seringnya terjadi pada kelompok umur dewasa.

2.1.3.Virus Hepatitis B

(24)

ayw dan ayr. Subtipe ini secara epidemiologis penting, karena menyebabkan perbedaan geogmfik dan rasial dalam penyebarannya. Virus hepatitis B mempunyai masa inkubasi 45-80 hari, rata-rata 80-90 hari.

Gen-gen dari virus hepatitis B mengandung kode-kode genetik untuk membuat sejumlah produk-produk protein, termasuk hepatitis B surface antigen (HBsAg), hepatitis B core antigen (HBcAg), hepatitis B e antigen (HBeAg), dan DNA polymerase. Keempat protein-protein ini adalah penting untuk diketahui karena mereka diukur dalam tes-tes darah yang digunakan untuk mendiagnosis virus hepatitis B. Virus hepatitis B terdiri hanya dari suatu partikel core (bagian pusat) dan suatu bagian luar yang mengelilinginya (surrounding envelope). Core terdiri dari HBcAg, dimana bagian luar terdiri dari HBsAg. Partikel core mengandung virus hepatitis B DNA (VHB-DNA), HBeAg, dan DNA polymerase. HBeAg, seperti didiskusikan kemudian, melayani sebagai suatu marker (penanda) dari kemampuan virus untuk menyebarkan infeksi. DNA polymerase adalah suatu bagian penting dari proses reproduksi virus yang unik dari virus. Apa yang relevan (bersangkut-paut) disini adalah bahwa virus HIV (human immunodeficiency virus) juga ber-reproduksi menggunakan proses yang sama ini. Sebagai akibatnya, banyak obat-obat yang telah dikembangkan untuk menghambat proses reproduksi ini untuk merawat infeksi HIV mungkin juga adalah efektif dalam merawat infeksi virus hepatitis B kronis.

Gambar 2.1. Struktur virus Hepatitis B

(25)

Cara penularan HBV dapat melalui kontak personal yang erat dan dengan jalan seksual.Hubungan seksual yang promiskus mempunyai resiko tinggi khususnya pria homoseksual.Antigen permukaan Hepatitis B ditemukan secara berulang-ulang dalam darah dan berbagai cairan tubuh lainnya. Adanya antigen dalam urine, empedu, faeses, keringat dan air mata juga telah dilaporkan tetapi belum dipastikan. Penularan dengan cara ini dikenal juga dengan cara penularan non-parenteral.Cara penularan HBV di daerah tropik sama dengan cara penularan yang terjadi di bagian dunia lainnya, tetapi faktor-faktor tambahan mempunyai arti penting. Faktor tambahan tersebut termasuk tatto tradisional dan perlukaan kulit, pengaliran darah, sirkulasi ritual dengan alat yang tidak steril dan gigitan berulang oleh vektor arthropoda pengisap darah. Cara penularan ini disebut juga sebagai cara penularan parenteral.

Hasil penelitian mengenai peranan serangga penggigit dalam penyebaran HBV masih merupakan pertentangan. Antigen permukaan Hepatitis B dapat dideteksi pada beberapa spesies nyamuk dan kutu yang ditangkap di daerah liar atau yang secara eksperimen di beri makan darah yang terinfeksi, tetapi tidak terdapat bukti yang menyakinkan mengenai replikasi virus dalam serangga. Penularan mekanik dari infeksi mungkin terjadi, khususnya akibat pemberian makanan yang terhenti didaerah prevalensi tinggi. Dahulu infeksi HBV diduga hanya dapat ditularkan dengan pemindahan serum yang infeksius perkataan (parental), dan karena itu penyakit ini pernah dinamakan hepatitis serum. Kemudian ternyata infeksi HBV dapat ditularkan dengan berbagai cara baik parental maupun non parental. Di daerah dengan prevalensi infeksi HBV tinggi, cara penularan non parental lebih penting dibandingkan dengan cara penularan parental. Untuk mudahnya cara penularan infeksi HBV dapat dibagi tiga bagian yaitu:Melewati kulit,melewati selaput lender dan penularan perinatal.

(26)

Pengidap HbsAg merupakan suatu kondisi yang infeksius untuk lingkungan karena secret tubuhnya juga mengandung banyak partikel HBV yang infektif, saliva, semen, sekret vagina. Dengan demikian kontak erat antara individu yang melibatkan sekret-sekret tersebut, dapat menularkan infeksi HBV, misal perawatan gigi dan yang sangat penting secara epidemiologis adalah penularan hubungan seksual. Pola penularan vertikal yaitu dari ibu hamil yang mengidap infeksi HBV kepada bayi yang dilahirkan. Yang dapat terjadi pada saat didalam rahim (intrauterin), pada saat persalinan (intrapartum) dan Pasca persalinan (postpartum).Penularan infeksi HBV terjadi saat proses persalinan oleh karena adanya kontak atau paparan dengan sekret yang mengadung HBV (cairan amnion, darah ibu, sekret vagina) pada kulit bayi dengan lesi (abrasi) dan pada mukosa (konjungtiva). Bayi yang dilahirkan dari ibu yang HbsAg + HBs AgE + akan menderita HBV. Infeksi yang terjadi pada bayi ini tanpa gejala klinis yang menonjol, keadaan ini menyebabkan ibu menjadi lengah dan lupa membuat upaya pencegahan.

2.1.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Hepatitis B

2.1.5.1.Faktor Host (Penjamu)

(27)

operasi, petugas laboratorium dimana mereka dalam pekerjaan sehari-hari kontak dengan penderita dan material manusia (darah, tinja, air kemih).

2.1.5.2. Faktor Agent.

Penyebab Hepatitis B adalah virus hepatitis B termasuk DNA virus. Virus Hepatitis B terdiri atas 3 jenis antigen yakni HBsAg, HBcAg, dan HBeAg. Berdasarkan sifat imunologik protein pada HBsAg, virus dibagi atas 4 subtipe yaitu adw, adr, ayw, dan ayr yang menyebabkan perbedaan geografi dalam penyebarannya.Subtype adw terjadi di Eropah, Amerika dan Australia. Subtype ayw terjadi di Afrika Utara dan Selatan. Subtype adw dan adr terjadi di Malaysia, Thailand, Indonesia. Sedangkan subtype adr terjadi di Jepang dan China.

2.1.5.3. Faktor Lingkungan

Merupakan keseluruhan kondisi dan pengaruh luar yang mempengaruhi perkembangan hepatitis B. Yang termasuk faktor lingkungan adalah: Lingkungan dengan sanitasi jelek,daerah dengan angka prevalensi VHB nya tinggi,daerah unit pembedahan: Ginekologi, gigi, mata,daerah unit laboratorium,daerah unit bank darah,daerah tempat pembersihan,daerah dialisa dan transplantasi,daerah unit perawatan penyakit dalam

2.1.6.Patologi Hepatitis B

(28)

minimal maka terjadi keadaan karier sehat. Gambaran patologis hepatitis akut tipe A, B dan Non A dan Non B adalah sama yaitu adanya peradangan akut diseluruh bagian hati dengan nekrosis sel hati disertai infiltrasi sel-sel hati dengan histiosit. Bila nekrosis meluas (masif) terjadi hepatitis akut fulminan.

Bila penyakit menjadi kronik dengan peradangan dan fibrosis meluas didaerah portal dan batas antara lobulus masih utuh, maka akan terjadi hepatitis kronik persisten. Sedangkan bila daerah portal melebar, tidak teratur dengan nekrosis diantara daerah portal yang berdekatan dan pembentukan septa fibrosis yang meluas maka terjadi hepatitis kronik aktif.

2.1.7.Vaksinasi Hepatitis B

Pengembangan vaksin hepatitis B telah dimulai dalam tahun tujuh puluhan di Perancis dan Amerika Serikat dan pada tahun 1982 berhasil mendapat ijin untuk dipasarkan bagi masyarakat umum. Vaksin generasi pertama itu dihasilkan dengan ekstraksi, purifikasi dan inaktivasi HBsAg dari plasma pengidap kronik. Proses inaktivasi dilkukan dengan pemanasan ensim dan bahan kimia, sehingga mematikan virus hepatitis maupun virus AIDS yang mungkin ada. Berbagai uji coba klinik menunjukkan keamanan dan efektivitas dari vaksin plasma tersebut.Perkembangan di bidang rekayasa genetik dan bioteknologi memungkinkan pembuatan vaksin hepatitis B dengan teknik rekombinan DNA. DNA yang memiliki kode protein s selain virus hepatitis B disisipkan ke dalam sel ragi. DNA yang disisipkan memberi instruksi pada sel ragi untuk membuat antigen permukaan virus (HBsAg).Sel ragi kemudian dipecah dan HBsAg didalamnya dimurnikan. Proses DNA rekombinan lain ialah dengan menggunakan sel mammalia hidup. Prosesnya mirip dengan pembikan dalam sel ragi,hanya dalam mammalia HBsAg disekresi, sehingga sel tidak perlu dipecahkan untuk memanen HBsAg.Vaksin rekombinan ini telah mengalami uji coba klinik dan terbukti mempunyai keamanan, imunogenisitas dan efektivitas yang sebanding dengan vaksin plasma.

(29)

bereaksi dengan vaksin BCG, polio dan DPT.Cara pembuatan vaksin DNA rekombinan yang sedang dikembangkan ialah dengan memasukkan gen hepatitis B ke dalam virus besar, yakni virusVacciniaatau vaksin cacar. Uji coba klinik sedang dikerjakan untuk menentukan keamanan dan efektivitas vaksin ini. Bila berhasil, maka biaya pembuatan vaksin bisa diturunkan lagi.vBila vaksin disuntikkan, tubuh akan membentuk anti-HBs.v.Satu seri vaksinasi yang tepat dapat membentuk antibodi yang cukup pada 95% orang sehat. Respons pembentukan antibody berkurang pada usia lebih tua dan adanya gangguan daya tahan tubuh. Pada bayi dan anak respons umumnya sangat baik dan menghasilkan kadar antibodi yang tinggi walaupun dengan dosis yang lebih rendah dari orang dewasa. Berapa lama antibody dapat bertahan dalam tubuh belum diketahui dengan pasti, tapi diperkirakan lebih dari 5 tahun. Perlindungan dalam 5 tahun pertama kehidupan sudah cukup baik untuk mengurangi jumlah pengidap kronik, sekalipun

booster tidak diberikan. Dosis yang dianjurkan berbeda sesuai dengan jenis vaksin.Suntikan sebaiknya diberikan ke dalam otot deltoid pada orang dewasa dan ke dalam otot pada bayi dan anak. Suntikan di pantat (gluteus) tidak dianjurkankarena terbukti mengakibatkan respons antibodi yang rendah. Berbagai percobaan memberikan suntikan secara intradermal menunjukkan bahwa dengan dosis 1/10 dapat diperoleh respons yang cukup baik. Suntikan intradermal secara teknis lebih sulit dan memerlukan latihan khusus untuk petugas.

Di negara maju, seorang yang mengalami kontak dengan VHB diberikan imunoglobulin HVB (HBIG). HBIG diperoleh dari pemurnian plasma yang mengandung anti–HBs dalam kadar tinggi. Antibodi ini memberi perlindungan segera namun cepat hilang dari peredanan danah. Kombinasi HBIG dan vaksin hepatitis B yang diberikan kepada bayi dan ibu pengidap HBeAg akan memberikan perlindungan sampai 90% pada bayi. Pemberian vaksin semata memberikan perlindungan sebesar 70–90%(1)7. Karena mahalnya HBIG dan sifatnya yang tidak tahan panas, sebagian besanneganaberkembang tidak dapat menggunakannya dan hanya memberikan vaksin.

2.1.7.1 Program immunisasi Hepatitis B

(30)

hepatitis B sedang dan tinggi seperti di Indonesia bayi dan anak harus menjadi sasaran program imunisasi karena mempunyai risiko terbesar untuk menjadi pengidap kronik bila terinfeksi. Bila dana cukup, program imunisasi untuk penduduk dewasa yang termasuk kelompok risiko tinggi dapat dipertimbangkan. Yang termasuk kelompok risiko tinggi ialah antara lain pemakai obat bius suntikan, pria homoseksual, pasien hemodialisa, orang yang sering beganti partner seks, petugas kesehatan yang banyak berhubungan dengan darah dan cairan tubuh.

Untuk mencegah penularan pada bayi dan anak ada dua pendekatan. Pendekatan pertama adalah pencegahan penularan vertikal dengan memberikan imunisasi kepada semua bayi yang dilahirkan ibu HBsAg positif, khususnya yang HBeAg positif. Pendekatan kedua adalah pencegahan penularan horisontal, yakni memberikan imunisasi kepada semua bayi dan anak yang masih rentan terhadap infeksi VHB. Pendekatan pertama adalah tepat untuk negara dengan penularan vertikal sebagai cara penularan utama, dan sebagian besar ibu bersalin ditolong rumah sakit, misalnya di Jepang dan Taiwan". Di daerah atau negara dengan penularan horizontal juga penting seperti di Indonesia dan Singapura, imunisasi atas bayi-bayi yang dilahirkan ibu HBsAg positif saja belum cukup untuk menurunkan pengidap kronik secara bermakna, maka pendekatan kedua dimana semua bayi mendapat imunisasi tanpa melakukan skrining pada ibu adalah lebih tepat.

Program imunisasi hepatitis B semacam ini sebaiknya diintegrasikan dengan program imunisasi (EPI) yang ada. Proyek di Lombok menunjukkan bahwa pemberian imunisasi hepatitis B dapat diintegrasikan dalam program EPI.Suatu studi lain yang menunjukkan kemungkinan diintegrasikannya vaksinasi hepatitis B dengan EPI telah dilaksanakan di Gambia.Indonesia akan membutuhkan sekitar 15 juta dosis vaksin per tahun bila vaksinasi hepatitis B dimasukkan dalam EPI.

(31)

vaksinasi hepatitis B.Bila program vaksinasi berhasil,diharapkan pada tahun 2015 (satu generasi kemudian) hepatitis B bisa dibanteras dan bukan merupakan persoalan kesehatan masyarakat lagi.UNIDO-WHO-UNICEF menganjurkan,untuk Negara dengan jumlah pendudk lebih dari 50 juta supaya memproduksi sendiri vaksin yang diperlukan.Indonesia dengan pendudk lebih dari 180 juta dan prevalensi HBsAg antara 8-20% harus mepersiapkan diri untuk memproduksi sendiri vaksin hepatitis B.

Tabel 2.2.Jadual immunisasi bayi yang dilahirkan di rumah sakit.

Kontak Antigen Umur

Tabel 2.3.Jadual immunisasi bayi di posyandu/puskesmas

(32)

2.1.8.Gejala klinis dan diagnosa Hepatitis B pada manusia

Diagnosis infeksi hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda virologi, biokimiawi dan histologi. Secara serologi pemeriksaan yang dianjurkan untuk diagnosis dan evaluasi infeksi hepatitis B kronis adalah : HBsAg, HBeAg, anti HBe dan HBV DNA.Adanya HBsAg dalam serum merupakan petanda serologis infeksi hepatitis B. Titer HBsAg yang masih positif lebih dari 6 bulan menunjukkan infeksi hepatitis kronis. Munculnya antibodi terhadap HBsAg (anti HBs) menunjukkan imunitas dan atau penyembuhan proses infeksi. Adanya HBeAg dalam serum mengindikasikan adanya replikasi aktif virus di dalam hepatosit. Titer HBeAg berkorelasi dengan kadar HBV DNA. Namun tidak adanya HBeAg (negatif) bukan berarti tidak adanya replikasi virus.keadaan ini dapat dijumpai pada penderita terinfeksi HBV yang mengalami mutasi (precore ataucore mutant).

Tabel 2.4.definisi criteria dan diagnosis penyakit Hepatitis B.

Keadaan Definisi Kriteria Diagnostik

Hepatitis B kronis Proses nekro-inflamasi

(33)

Carrier HBsAg inaktif

Tabel 2.5.evaluasi untuk pasien Hepatitis B

Parameter Keterangan

Evaluasi awal 1.Anamnesis dan pemeriksaan fisik

2.Pemeriksaan laboratorium untuk menilai penyakit hati : darah rutin dan fungsi hati

3.Pemeriksaan replikasi virus : HBeAg, anti HBe dan HBV DNA

4.Pemeriksaan untuk menyisihkan penyakit hati lainnya : anti HCV, anti HDV (khususnya pengguna narkoba injeksi, atau daerah endemis)

5.Skrining karsinoma hepatoselular : kadar alfa feto protein dan ultrasonografi

(34)

Follow up pasien yang

belum diterapi

Pasien HBeAg positif dan HBV DNA > 1000000 copies/ml dan kadar ALT normal :

1.Pemeriksaan ALT setiap 3 6 bulan

2.Bila ALT > 1-2 x BANN, periksa ulang setiap 1-3 bulan

3.Bila ALT > 2 x BANN selama 3-6 bulan, pertimbangkan biopsi dan terapi

4.Pertimbangkan untuk skrining karsinoma hepatoselular

Pasien carrier HBsAg inaktif :

1.Pemeriksaan ALT setiap 6 12 bulan

2.Bila ALT > 1-2 x BANN, periksa HBV DNA dan singkirkan penyebab penyakit hati lainnya

3.Pertimbangkan untuk skrining karsinoma hepatoselular

(35)

kadar ALT yang meningkat menunjukkan proses nekroinflamasi lebih berat dibandingkan pada ALT yang normal. Pasien dengan kadar ALT normal memiliki respon serologi yang kurang baik pada terapi antiviral. Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT normal dipertimbangkan untuk tidak diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif.

Tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati, menyisihkan diagnosis penyakit hati lain, prognosis dan menentukan manajemen anti viral. Ukuran spesimen biopsi yang representatif adalah 1-3 cm (ukuran panjang) dan 1,2-2 mm (ukuran diameter) baik menggunakan jarum Menghini atau Tru-cut. Salah satu metode penilaian biopsi yang sering digunakan adalah dengan Histologic Activity Index score. Pada setiap pasien dengan infeksi HBV perlu dilakukan evaluasi awal Pada pasien dengan HBeAg positif dan HBV DNA > 1000000 copies/ml dan kadar ALT normal yang belum mendapatkan terapi antiviral perlu dilakukan pemeriksaan ALT berkala dan skrining terhadap risiko KHS, jika perlu dilakukan biopsi hati. Sedangkan bagi pasien dengan keadaan carrier HBsAg inaktif perlu dilakukan pemantauan kadar ALT dan HBV DNA.

2.2 Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan tersebut menjadi panca indera manusia yaitu indera penglihatan,pendengaran,penciuman,perasa dan peraba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga,perilaku dalam bentuk pengetahuan yakni dengan mengetahui situasi atau rangsangan dari luar.Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.Apabila perilaku didasari pengetahuan,kesadaran dan sikap positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeg (long lasting).Sebaliknya apabila perilaku itu tidak disadari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

(36)

1. Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

2. Memahami (Compression)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Analysis)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real).

4. Analisis (Analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk mejabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya antara satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilain terhadap suatu materi atau obyek.Penilaian-penilaian itu suatu criteria yang telah ada.

(37)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Pada penelitian ini diuraikan kerangka konsep tentang hubungan status immunisasi Hepatitis B mahasiswa setambuk 2007 dan setambuk 2010 Fakultas Kedokteran USU dan tingkat pengetahuan tentang pencegahan penyakit Hepatitis B.

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat pengetahuan mahasiswa tentang

pengambilan immunisasi untuk mencegah infeksi Hepatitis B

Status immunisasi Hepatitis B mahasiswa setambuk 2007 dan setambuk 2010 Fakultas Kedokteran USU

Gambar 3.1. Kerangka konsep status immunisasi Hepatitis B mahasiswa Fakultas Kedokteran USUco-ass (setambuk 2007) dan bukanco-ass (setambuk 2010)

3.2. Definisi Operasional

Status Immunisasi

Status immunisasi Hepatitis B sebagai definisi operasional adalah status immunisasi awal seseorang individu yaitu apakah individu itu telah mengambil vaksin untuk melindungi tubuh badan dari invasi virus hepatitis B.

(38)

ini,individu yang telah mengambil immunisasi awal yang lengkap dengan 3 dosis Hepatitis B termasuk sebagai indiviu yang telah diimunisasi secara lengkap.

Mahasiswa-mahasiswa setambuk 2007

Mahasiswa-mahasiswa setambuk 2007 Fakultas Kedokteran USU, adalah mahasiswa-mahasiswa dari semester 9 dan telah memasukico-ass.

Mahasiswa-mahasiwa setambuk 2010

Mahasiswa-mahasiwa setambuk 2010 Fakultas Kedokteran USU,adalah mahasiswa-mahasiswa dari semester 3 dan belum memasukico-ass.

(39)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik deskriptif, cross sectional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa tentang faktor resiko terjadinya infeksi Hepatitis B.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampus Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Medan, propinsi Sumatera Utara dan RSUP Adam Malik.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan berlangsung selama 6 bulan yaitu mulai dari penentuan judul proposal, menyusun proposal hingga seminar hasil yang berlangsung dari bulan Februari 2011 hingga Augustus 2011.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara setambuk 2007 dan 2010.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi mahasiswi. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan tekniksimple random samplingdan dengan proporsi yang sama yaituproportionate stratified random sampling.Besarnya sampel dihitung dengan menggunakan metode statistik dengan memakai formula

(40)

N = Besar populasi n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang dinginkan. Bila kita memerlukan derajat ketepatan yang tinggi maka diambil angka 0,10, maka jumlah sampel akan lebih besar daripada kita memilih derajat ketepatan 0,50.

Mahasiswa setambuk 2007:269 orang Mahasiswa setambuk 2010:426

Maka ; n = 695 / [ 1 + 695 (0,10)²] n = 695 / 7.95

n = 87.4

Dengan tingkat ketepatan relatif sebesar 10% dan jumlah populasi sebesar 695 orang, maka jumlah sampel yang diperoleh dengan menggunakan formula tersebut adalah sebanyak sekitar 87 orang. Oleh karena terdapat 2 stambuk, peneliti telah memilih untuk mengambil sebanyak 90 sampel yaitu 45sampel dari setiap stambuk. Sampel tersebut kemudian didistribusikan secara merata pada mahasiswa FK USU:

a. Setambuk 2007 : 1/2 x 90=45 orang b. Setambuk 2010 : 1/2 x 90=45 orang

4.4. Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket berupa kuisioner yang dibagikan kepada responden yang berisi 12 pertanyaan tentang faktor resiko infeksi hepatitis B,pengambilan immunisasi awal dan cara-cara pencegahannya.

(41)

2.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen kuisioner.

2.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak universitas yang berhubungan dengan jumlah mahasiswa setambuk 2007 dan 2010 di fakultas tersebut.

4.4.3 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah angket yang berupa kuesioner (daftar pertanyaan) yang terdiri dari 12 pertanyaan. Pertanyaan dibuat berdasarkan variable-variabel yang akan diukur yang terdapat pada kerangka konsep penelitian iaitu untuk menilai hubungan tingkat pengetahuan dan status immunisasi mahasiswa Fakultas Kedokteran USU. Informed Consent akan diberi bersamaan dengan kuisioner tersebut yang akan menjelaskan tujuan dilakukan penelitian. Pengisian kuesioner oleh mahasiswi akan dilakukan secara langsung, sambil diperhatikan peneliti untuk memastikan tidak ada kecurangan yang berlaku. Data yang diperoleh akan dianalisa, setelah kuisioner dikembalikan oleh mahasiswi kepada peneliti.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Universitas Sumatera Utara (USU) adalah sebuah universitas negeri yang terletak di Kota Medan, Indonesia. USU adalah universitas pertama di pulau Sumatera yang mempunyai Fakultas Kedokteraan. Kampus USU Padang Bulan sebagai kampus utama berlokasi di Keluarahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Kampus ini dimulai digunakan sejak tahun 1957. Kampus Padang Bulan yang pada awalnya terdapat dipinggiran kota Medan, kemudian dengan perkembangan kota medan sampai sekarang berada di tengah-tengah kota dan Fakultas Kedokteraan USU terletak di Jl. Dr. Mansur No.5 Medan.

Sebanyak 90 responden yang terdiri daripada mahasiswa Fakultas Kedokteran telah mengikuti penelitian ini yaitu sebanyak 45 responden dari setambuk 2007 dan 45 responden dari setambuk 2010.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

5.1.2.1. Karakteristik Individu Berdasarkan Umur

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Umur n %

17-19 22 24.4

20-22 48 53.3

23-25 20 22.2

(43)

Karakteristik umur responden pada penelitian ini diperlihat pada tabel 5.2 di atas.Sebahagian besar responden adalah berumur 19 tahun yaitu sebanyak 18 orang(20.0%) , kedua 22 tahun sebanyak 17 orang (18.9%) , ketiga 20 tahun sebanyak 16 orang (17.8%), diikuti 21 tahun, 23 tahun dan 24 tahun iaitu sebanyak 15 (16.7%), 9 (10.0%) dan 7 (7.8%) orang seterusnya yang berumur 25 tahun sebanyak 4 (4.4%) orang, 18 tahun sebanyak 3 (3.3%) orang dan yang paling sedikit yang berumur 17 tahun hanya 1 (1.1%) orang.

5.1.3. Hasil Analisis Data

5.1.3.1. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup, dan kurang. Seorang responden akan dikatakan berpengetahuan baik jika menjawab 10-12 pertanyaan dengan benar, sedangkan seorang responden dikatakan berpengetahuan cukup jika menjawab 5-9 pertanyaan dengan benar dan dikatakan berpengetahuan kurang jika hanya menjawab kurang dari 5 pertanyaan dengan benar.

Berdasarkan hasil pengumpulan data primer responden melalui kuesioner, diperoleh data-data yang disajikan di dalam tabel-tabel berikut:

Tabel 5.2 Hasil analisis tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan n %

baik(10-12) 32 35.2

cukup(5-9) 57 62.6

(44)

Dari hasil penelitian, ternyata kategori tingkat pengetahuan responden mengenai imunisasi awal untuk mencegah infeksi Hepatitis B yang paling banyak adalah tingkat pengetahuan cukup sebesar 62.6% (57orang), sedangkan kategori yang paling sedikit adalah tingkat pengetahuan buruk sebesar 1.1% (1 orang), dan selebihnya adalah tingkat pengetahuan baik sebesar 35.2% (32 orang).

Table 5.3 Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan setambuk

Tingkat pengetahuan

Baik (10-12) Cukup (5-9) Buruk(<5) Setambuk

n % n % n %

2007 21 46.7 24 53.3 0 0

2010 11 24.4 33 73.3 1 2.2

Total 32 35.6 57 63.3 1 1.1

Dari tabel 5.5 di atas dapat disimpulkan bahwa setambuk 2007 mempunyai sebanyak 21 orang dengan tingkat pengetahuan baik dan 24 dengan tingkat pengetahuan cukup. Pada setambuk 2010 pula sebanyak 11 orang dengan tingkat pengetahuan baik, 33 orang dengan tingkat pengetahuan cukup dan 1 orang dengan tingkat pengetahuan kurang baik. Responden paling banyak dengan tingkat pengetahuan baik, yaitu dengan menjawab 10-12 pertanyaan dengan benar adalah setambuk 2007 sebanyak 21 orang,.Responden paling banyak dengan tingkat pengetahuan cukup yaitu dengan menjawab 5-9 pertanyaan dengan benar adalah setambuk 2010 sebanyak 33 orang.Responden paling banyak dengan tingkat pengetahuan buruk yaitu dengan menjawab kurang dari 5 pertanyaan dengan benar adalah setambuk 2010 sebanyak 1 orang.

(45)

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Jawaban Pengetahuan

1 Pengertian tentang Hepatitis B 89 97.8 1 1.1

2. Pengertian tentang faktor penularan Hepatitis B 81 89.0 9 9.9

3. Pencegahan Hepatitis B melalui imunisasi awal 82 90.1 8 8.8

4. Jumlah dosis vaksin Hepatitis B 81 89.0 9 9.9

5. Manfaat pengambilan tes Anti-HBs terhadap pencegahan Hepatitis B

29 31.9 61 67.0

6. Jumlah dosis vaksin Hepatitis B untuk perlindungan total

55 60.4 35 38.5

7. Waktu pengambilan dosis pertama vaksin Hepatitis B

63 69.2 27 29.7

8 Waktu pengambilan dosis kedua vaksin Hepatitis B 74 81.3 16 17.6

9. Waktu pengambilan dosis ketiga vaksin Hepatitis B 73 80.2 17 18.7

10 Tujuan pengambilan tes Anti-HBs 69 75.8 21 23.1

11 Faktor kondisi kesehatan lain untuk pengambilan vaksin Hepatitis B

48 52.7 42 46.2

12 Kondisi kesehatan lain yang mempengaruhi dosis vaksin

(46)

sebanyak 0.Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa, pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar oleh responden adalah pertanyaan nomor 1 yaitu mengenai pengertian tentang penyakit Hepatitis B dengan persentase sebesar 97.8 % (89 orang) dan pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan salah adalah pertanyaan nomor 5 yaitu mengenai manfaat pengambilan tes Anti-HBs terhadap pencegahan Hepatitis B sebanyak 67% (61 orang).

5.1.3.2. Status Imunisasi

Status imunisasi responden dalam penelitian ini dinilai berdasarkan jumlah dosis vaksin Hepatitis B yang telah diambil dan waktu dosis terakhir.Tingkat pengetahuan responden mengenai tes antibody respon yaitu tes anti-HBs jugak dinilai untuk penentuan post-exposure prophylaxisyang berpatutan jika ditemui hasil tesnya positif.

Tabel 5.5 Hasil analisis status imunisasi Hepatitis B berdasarkan jumlah dosis vaksin waktu kecil

Stambuk

2007 2010

Dosis Vaksin

n % n %

Satu dosis 7 15.6 12 32.4

(47)

Dari tabel 5.7 di atas,dapat dilihat bahwa responden yang paling banyak telah mengambil satu dosis vaksin Hepatitis B adalah dari setambuk 2010 sebanyak 12 orang (32.4%).Responden yang paling banyak telah mengambil dua dosis vaksin Hepatitis B adalah dari setambuk 2007 sebanyak 11 orang(24.4%).Responden yang paling banyak telah mengambil dosis vaksin Hepatitis B yang lengkap yaitu sebanyak 3 dosis adalah dari setambuk 2007 sebanyak 20 orang(44.4%).Responden yang paling banyak tidak pernah mengambil vaksin Hepatitis B adalah dari setambuk 2010 sebanyak 8 orang (17.8%).Tidak ada responden dari setambuk 2007 yang tidak pernah mengambil vaksin Hepatitis B.

Tabel 5.6 Hasil analisis status imunisasi Hepatitis B berdasarkan waktu dosis terakhir Booster

Stambuk

2007 2010

Waktu Dosis

Terakhir n % n %

5 tahun 30 66.7 17 45.9

> 5 tahun 9 20.0 7 18.9

Tidak yakin 6 13.3 13 35.9

Total 45 100 37 100

(48)

Tabel 5.7 Hasil analisis status imunisasi Hepatitis B berdasarkan tes Anti-HBs

Stambuk

2007 2010

Tes Anti-HBs

yang telah

diambil n % n %

10 mIU/ml 11 24.4 2 5.4

10 mIU/ml 18 40.0 1 2.7

Tidak yakin 16 35.6 34 91.9

Total 45 100 37 100

Dari tabel 5.9 di atas,dapat dilihat bahwa responden yang paling mempunyai banyak nilai “protective level” sama dengan atau lebih dari 10Miu/ml adalah dari setambuk 2007 sebanyak 11 orang (24.4%).Responden yang paling banyak mempunyai nilai “ protective level “ lebih kurang dari 10 Miu/ml adalah dari setambuk 2007 sebanyak 18 orang (40.0%).Responden yang paling banyak tidak yakin dengan pengambilan tes Anti-HBs adalah dari setambuk 2010 yaitu sebanyak 34 orang (91.9%).

5.2. Pembahasan

5.2.1 Tingkat pengetahuan

(49)

2007 yaitu sebanyak 24 orang (53.3%).Pada tingkat pengetahuan kurang baik,tidak ada responden yang didapati dari setambuk 2007 dibandingkan dengan setambuk 2010 (bukan koas) yang didapati 1 responden (2.22%).Hal ini disebabkan oleh perbedaan tingkat pendidikan (semester) pada kedua setambuk 2007 dan setambuk 2010 yang mempengaruhi tingkat paparan,serta pengalaman dan pengetahuan mahasiswa tentang penyakit Hepatitis B yang mempengaruhi pengambilam imunisasi awal sebagai cara mencegah infeksi Hepatitis B.

5.2.1.1 Distribusi tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas kedokteran USU mengikut setambuk

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.5 maka dapat di analisa secara deskriptif , tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran USU tentang penyakit Hepatitis B dan pengambilan imunisasi awal untuk mencegahnya.Yang berkategori baik lebih banyak pada mahasiswa/i yang berada pada setambuk 2007 dibandingkan dengan mahasiswa/i yang berada pada setambuk 2010. Hal ini menunjukkan tingkat setambuk mempengaruhi sedikit sebanyak tingkat pengetahuan mahasiswa/i tentang pengambilan imunisasi awal untuk mencegah penyakit Hepatitis B.Teori Notoadmodjo (2003) yang menyatakan bahwa pengetahuan akan berpengaruh pada perilaku sebagai hasil pendidikan.

Tingkat pengetahuan tentang imunisasi awal untuk mencegah Hepatitis B adalah suatu faktor yang penting di analisa. Menurut World Health Organisation (Organisasi Kesehatan Dunia),infeksi virus Hepatitis B adalah suatu masalah kesehatan global dan pengambilan imunisasi awal untuk mencegahnya adalah suatu yang penting.

(50)

H.Adam Malik. Mereka juga mempunyai tanggungjawab yang lebih tinggi untuk melindungi diri sendiri daripada terkena infeksi Hepatitis B,karena mereka juga tergolong dalam kelompok yang beresiko tinggi untuk menghidapi penyakit Hepatitis B.Oleh karena itu,kesadaran mereka tentang pencegahan penyakit Hepatitis B adalah lebih tinggi dibandingkan setambuk 2010.Selain itu,mereka juga telah menyelesaikan teori kedokteran dan berada di semester yang lebih tinggi dari setambuk 2010 yaitu semester 9.Jika dibandingkan dengan setambuk 2007,mahasiswa-mahasiswa dari setambuk 2010 mempunyai pengetahuan dan paparan yang kurang tentang penyakit Hepatitis B karena masih belum menyelesaikan teori kedokteran dan masih berada di semester 3.Mereka juga tidak mempunyai pengalaman dalam menangani kasus Hepatitis B pada pasien yang benar di RSUP H.Adam Malik seperti mahasiswa setambuk 2007

5.2.2 Status Imunisasi Hepatitis B

Menurut penelitian ini,status imunisasi Hepatitis B mahasiswa/i dikatakan lengkap apabila mereka telah mengambil dosis vaksin Hepatitis B sebanyak 3 kali.Mahasiswa/i yang telah mengambil satu atau dua dosis vaksin Hepatitis B masih diambil kira tetapi tidak digolongkan sebagai mahasiswa/i yang mempunyai status imunisasi Hepatitis B yang lengkap.Hal ini sesuai dengan rekomendasi oleh CDC (Centers for Disease Control and Prevention),yaitu status imunisasi Hepatitis B untuk seorang individu adalah lengkap apabila telah mengambil dosis vaksin sebanyak 3 kali.Dalam penelitian ini,status imunisasi mahasiswa/I Fakultas Kedokteran USU telah deteliti dengan menganalisa jumlah dosis vaksin,waktu pengambilan dosis vaksin yang terakhir dan apakah mahasiswa/i pernah mengambil tes Anti-HBs post-vaksinasi.

5.2.2.1 Distribusi status imunisasi mahasiwa/i Fakultas Kedokteran USU mengikut setambuk

Jumlah Dosis Vaksin Hepatitis B Yang Telah Diambil Waktu Kecil

(51)

.Manakala,responden dari setambuk 2010 yang telah mengambil dosis vaksin Hepatitis B yang lengkap adalah lebih kurang yaitu sebanyak Oleh karena itu,terbukti mahasiwa/i Fakultas Kedokteran USU dari setambuk 2007 mempunyai status imunisasi Hepatitis B yang lebih lengkap darisetambuk 2010.

Responden yang paling banyak tidak yakin dengan jumlah dosis vaksin Hepatitis B adalah dari setambuk 2010 dibandingkan dengan setambuk 2007. Ini mungkin disebabkan oleh mahasiwa setambuk 2010,banyak yang tidak ingat tentang pengambilan dosis Hepatits B sewaktu kecil.Kemungkinan dosis booster mereka yang terakhir telah diambil adalah sewaktu kecil. Apabila ditanyakan pada responden apakah benar mereka telah lupa akan pengambilan dosis,ramai responden yang kurang ingat tentangnya.Ini juga membuktikkan bahwa waktu dosis terakhir yang telah diambil cukup lama dan lebih dari 5 tahun atau lebih lama dari itu.Segelintir dari mereka kurang yakin dengan pengambilan dosis vaksin mereka.Responden yang paling banyak tidak pernah mengambil penyakit Hepatitis B adalah dari setambuk 2010 yaitu sebanyak 8 orang, dibandingkan dengan setambuk 2007 yang tidak mempunyai responden yang tidak pernah mengambil imunisasi terhadap penyakit Hepatitis B.Ini adalah disebabkan karena kurangnya paparan terhadap infeksi Hpeatitis B dan cara-cara mencegahnya.

Menurut Program Imunisasi di negara-negara lain,setiap bayi yang lahir diwajibkan untuk disuntik vaksin Hepatitis B sebanyak tiga kali.Program Imunisasi Indonesia 2011 menurut laporan dari Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2011,setiap bayi yang lahir wajib disuntik vaksin Hepatitis B sebanyak tiga kali yaitu dosis pertama sebaik lahir,dosis kedua pada bulan yang kedua,dan dosis ketiga pada bulan yang keenam.Jikalau dibandingkan dengan negara lain seperti Malaysia dan Singapore,kedua-dua negara berkembang ini juga mempunyai Program Imunisasi Nasional yang cukup baik untuk memproteksi bayi-bayi yang lahir dari infeksi Hepatitis B.Menurut Singapore Government Health Promotion Board 2011,

(52)

semua negara wajib menyediakan fasilitas imunisasi Hepatitis B untuk bayi baru lahir untuk mencegah infeksi Hepatitis B.

Waktu Dosis Booster Terakhir Yang Telah Diambil

Merujuk kepada tabel 5.8,responden yang telah mengambil dosis vaksin booster Hepatitis B dalam waktu 5 tahun adalah dari setambuk 2007,dibandingkan dengan setambuk 2010. Responden yang paling banyak tidak yakin dengan waktu dosis terakhir adalah dari setambuk 2010 dibandingkan dengan setambuk 2007 .Menurut jurnal oleh CDC (Canadian Centre for Occupational Health and Safety) pada tahun 1990 yang berjudul “Protection Against Viral Hepatitis Recommendations of the Immunization Practices Advisory Committee (ACIP)”

,seorang individu akan mempunyai proteksi maksimum selama 5 tahun terhadap infeksi virus Hepatitis B,setelah pengambilan dosis booster vaksin Hepatitis B.Oleh karena itu,untuk menentukan apakah responden-responden yang telah mengambil vaksin booster Hepatitis B terlindung dari infeksi HBV,waktu dosis vaksin booster yang terakhir diambil oleh responden diteliti.Dari hasil penelitian,ternyata mahasiswa/i yang lebih terlindung daripada infeksi HBV adalah setambuk 2007 dibandingkan dengan mahasiswa/i dari setambuk 2010 yang lebih banyak tidak yakin dengan waktu dosis vaksin booster terakhir yang diambil oleh mereka.

Cukup banyak mahasiswa dari setambuk 2010 yang tidak yakin dengan waktu dosis terakhir booster yang diambil yaitu sebanyak 13 orang dibandingkan dengan setambuk 2007.Sekali lagi mungkin dosis booster terakhir yang telah diambil oleh kebanyakan mahasiswa setambuk 2010 adalah sewaktu kecil dan mereka kurang ingat tentang pengambilannya.

(53)

Action Coalition,immunologic memory untuk vaksin Hepatitis B bisa bertahan untuk 25 tahun setelah penyuntikan yang lengkap.Namun.pada beberapa kondisi seperti pasien yang

immunocompromised,mempunyai resiko tinggi untuk infeksi Hepatitis B dan sebagainya,perlu mengambil booster untuk perlindungan yang lebih yakin.

Tes Anti-HBs Yang Telah Diambil

Merujuk kepada tabel 5.9, responden yang paling banyak mempunyai nilai “protective level” sama dengan atau lebih dari 10Miu/ml adalah dari setambuk 2007.Responden yang paling banyak mempunyai nilai “ protective level “ lebih kurang dari 10 Miu/ml adalah dari setambuk 2007.Responden yang paling banyak tidak yakin dengan pengambilan tes Anti-HBs adalah dari setambuk 2010.

Dari hasil penelitian,cukup tinggi jumlah mahasiswa dari setambuk 2010 yang tidak yakin dengan pengambilan tes Anti-HBs.Ini mungkin disebabkan oleh faktor tingkat pendidikan mahasiwa setambuk 2010 yang lebih kurang dari mahasiswa setambuk 2007. Hal ini adalah disebabkan karena mahasiswa-mahasiswa setambuk 2007 lebih terpapar dengan kasus-kasus infeksi dan cara-cara pencegahannya,sebagai seorangco-assistantdi RSUP H.Adam Malik.Oleh karena itu,kesadaran mereka tentang pengambilan imunisasi awal untuk mencegah dan melindungi diri sendiri daripada terinfeksi oleh virus Hepatitis B, adalah lebih tinggi.Oleh itu mahasiswa setambuk 2010 kurang pengetahuan tentang kepentingan pengambialn tes Anti-HBs terutamanya apabila mengetahui kebenaran bahwa mahasiswa kedokteran adalah termasuk dalam kelompok yang beresiko tinggi untuk menghidapi infeksi Hepatitis B.

(54)

Hasil tes Anti-HBs denganminimum protective level yang sama dengan atau lebih dari 10 mIU/ml mengatakan bahwa seorang individu itu terlindung dari infeksi virus Hepatitis B dan merespon dengan baik terhadap dosis vaksin yang telah diambil.Hasil test Anti-HBs dengan

minimum protective levelyang lebih kurang dari 10 mIU/ml mengatakan bahwa seorang individu itu tidak terlindung dari infeksi virus Hepatitis B dan vaksin yang telah diambil tidak berespon dengan baik.Tes post-vaksinasi ini juga seharusnya dilakukan dalam waktu 1-2 bulan setelah pengambilan dosis terakhir vaksin Hepatitis B .Dari hasil penelitian terbukti bahwa,mahasiwa/i dari setambuk 2007 yang paling banyak pernah mengambil tes Anti-HBs dan juga terlindung dari infeksi virus Hepatitis B.Manakala mahasiswa/i dari setambuk 2010 yang paling banyak tidak terlindung dari infeksi virus Hepatitis B,dan juga paling banyak tidak yakin dengan pengambilan tes Anti-HBs setelah imunisasi.

5.2.3 Hubungan tingkat pengetahuan dan status imunisasi Hepatitis B mahasiswa/i Fakultas Kedokteran USU mengikut setambuk

Di dalam penelitian ini, tingkat pengetahuan mahasiswa/i setambuk 2007 dan setambuk 2010 telah diteliti mengikut soal-soal yang dijawab oleh responden di kuesioner. Status imunisasi mahasiswa/i setambuk 2007 dan setambuk 2010 juga telah diteliti mengikut tiga kriteria di kuesioner yaitu jumlah dosis vaksin,waktu dosis terakhir dan pengambilan tes Anti-HBs.Hubungan diantara tingkat pengetahuan dan status imunisasi Hepatitis B mahasiswa/i diteliti dengan menggunakan analisa statistik yang merangkumi methode chi square.

(55)

mahasiswa tidak pasti dengan imunisasi Hepatitis B mereka.Cukup banyak mahasiswa yang tidak mempunyai imunisasi Hepatitis B yang lengkap.Ini adalah mungkin disebabkan oleh program vaksinasi yang tidak terjangkau sehingga hanya di rumah sakit besar sahaja imunisasi yang lengkap bisa diambil.Menurut satu jurnal oleh Pusat Kesehatan Haji,Indonesia,Di kebanyakan daerah di Indonesia,pemerintah daerah tidak menempatkan imunisasi sebagai prioritas dalam alokasi anggarannya. adahal, keberhasilan Program Imunisasi sangat ditentukan oleh kuatnya komitmen, dukungan biaya operasional, dan dukungan sumber daya lainnya dari jajaran Pemerintah Daerah.Ini mempengaruhi rumah sakit kecil untuk menyediakan program imunisasi untuk bayi baru lahir.

Penyakit Hepatitis B merupakan persoalan kesehatan masyarakat yang perlu segera ditanggulangi, mengingat prevalensi yang tinggi dan akibat yang ditimbulkan hepatitis B terutamanya pada kelompok yang beresiko lebih tinggi seperti mahasiswa kedokteran.Individu yang bekerja di sektor kesehatan seperti dokter,mahasiswa kedokteran,perawat,ahli biokimia, asisten laboratorium,asisten dialisis dan sebagainya adalah kelompok individu yang mempunyai resiko lebih tinggi untuk terinfeksi oleh virus Hepatitis B.Oleh yang demikian,semua mahasiswa/i fakultas kedokteran tidak kira yang telah memasuki koas atau belum memasuki koas harus mempunyai tanggungjawab dan kesadaran yang lebih tinggi untuk mengambil imunisasi awal yang lengkap sebagai upaya untuk mencegah diri sendiri daripada terkena infeksi Hepatitis B.

Menurut satu penelitian yang telah dilakukan,yaitu berjudulConcerns regarding hepatitis B vaccination and post-vaccination test among Brazilian dentists in City of Belo Horizonte

(56)

Penelitian di Karachi,Pakistan yang juga meneliti tentang status imunisasi Hepatitis B telah juga membuktikkan adanya faktor tingkat pengetahuan terhadap pengambilan vaksinasi lengkap terhadap infeksi Hepatitis B.Penelitian ini bertajuk Effect of gender and age on the knowledge, attitude and practice regarding Hepatitis B and C and vaccination status of Hepatitis B among medical students of Karachi, Pakistan.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 57.1% mahasiswa kedokteran yang sadar tentang pengambilan imunisasi awal terhadap Hepatitis B.Dari penelitian ini,peneliti telah menyimpulkan bahwa jumlah mahasiswa kedokteran di 7 universitas sekitar Karachi mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang tentang imunisasi awal Hepatitis B.Dibandingkan dengan penelitian saya,di mana mahasiswa dari Universitas Sumatera Uitara,Medan juga mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang tentang pengambilan imunisasi awal Hepatitis B dan status imunisasi booster yang kurang lengkap.Namun,dalam penelitian saya,tingkat pengethuan mengenai imunisasi Hepatitis B ternyata tidak ada hubungan dengan status imunisasi Hepatitis B mahasiswa.

Gambar

Tabel 2.1. Pola epidemiologik hepatitis B.
Gambar 2.1. Struktur virus Hepatitis B
Tabel 2.3.Jadual immunisasi bayi di posyandu/puskesmas
Tabel 2.4.definisi criteria dan diagnosis penyakit Hepatitis B.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pancasila 2 Achmad Saptono, S.Sos Selasa 12.30 - 14.00 R.. &amp;

Pemberian Penjelasan Dokumen Pengadaan akan dilaksanakan secara elektronik (on line) melalui aplikasi SPSE sesuai Jadwal pada LPSE.. Peserta dan aanwijezer lapangan berkumpul

Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Irigasi Pekerjaan Gali Waled Dan Pembersihan Saluran DI Asinan Ds Kadibolo Cs..

Di awal semester, mahasiswa mengisi KRS dan di akhir semester, mahasiswa mengisi kuesioner kinerja dosen untuk tiap-tiap dosen per mata kuliah, LPPM mengirimkan rekap

Dalam hal ini perlu dilakukan upaya untuk manyakinkan masyarakat tentang partisipasi dalam pembangunan yang sangat memerlukan adanya komunikasi antara pemerintah dengan

Selcnrang rnasih ada

Pada tanggal 7 Desember 2011, berdasarkan Surat Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara nomor S 653/MBU/2011 yang menyatakan bahwa kerjasama pengelolaan antara PT Perkebunan Nusantara

[r]