• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN SEGIEMPAT DENGAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI (INQUIRY LEARNING) DALAM PENDEKATAN SAINTIFIK DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN SEGIEMPAT DENGAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI (INQUIRY LEARNING) DALAM PENDEKATAN SAINTIFIK DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMP."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN SEGIEMPAT

DENGAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI (INQUIRY LEARNING) DALAM PENDEKATAN SAINTIFIK DITINJAU

DARI PRESTASI BELAJAR DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMP

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Ummu Hajar Dwi Jayanti NIM 12313244013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “Keefektifan Pembelajaran Segiempat dengan Metode Pembelajaran Inkuiri (Inquiry Learning) dalam Pendekatan Saintifik Ditinjau dari Prestasi Belajar dan Kepercayaan Diri Siswa SMP” yang disusun oleh Ummu

Hajar Dwi Jayanti, NIM 12313244013 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Disetujui pada tanggal: 28 Juni 2016

Menyetujui, Pembimbing

(3)

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ummu Hajar Dwi Jayanti NIM : 12313244013

Program Studi : Pendidikan Matematika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Judul Skripsi : Keefektifan Pembelajaran Segiempat dengan Metode Pembelajaran Inkuiri (Inquiry Learning) dalam Pendekatan Saintifik Ditinjau dari Prestasi Belajar dan Kepercayaan Diri Siswa SMP

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi dengan ketentuan yang berlaku.

Yogyakarta, 19 Juni 2016 Yang menyatakan,

(4)
(5)

Motto:

“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”

-QS. Al Insyiroh -

“Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak mamanfaatkannya untuk memotong, ia akan memotongmu”

-H.R. Muslim -

“Selalu ada Allah untuk orang yang sabar”

-QS. Al Anfal -

“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak

menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka

menyerah”

-Heather Pryor -

“Education is not the learning of facts, but the training of the mind to think”

-Albert Einstein -

“Educating the mind without educating the heart is not education at all”

(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamiin....

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, rahman dan rahim-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini

Saya persembahkan karya ini untuk

#Ibu dan Bapak tercinta yang selalu menginspirasi, memotivasi, dan telah mendoakan serta memberikan dukungan

#Mba Dewi, Mas Rifki, Dek Nana, dan ponakan tersayang Abil, Dimas, Rafi yang telah mendoakan serta memberikan dukungan

#JYR Ent.. (ILa, Laras, Maul, Dwi, Tiara, Dewi)terimakasih sudah membagi waktu kalian, menemaniku di saat senang maupun susah,

kalian spesial, kalian istimewa 

#Teman-teman seperjuangan IME 2012.. terimakasih atas doa, bantuan, dukungan, dan kebersamaannya

(7)

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN SEGIEMPAT DENGAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI (INQUIRY LEARNING) DALAM PENDEKATAN

SAINTIFIK DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMP

Oleh

Ummu Hajar Dwi Jayanti NIM. 12313244013

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) keefektifan metode pembelajaran inkuiri dalam pendekatan saintifik ditinjau dari prestasi belajar; (2) keefektifan metode pembelajaran inkuiri dalam pendekatan saintifik ditinjau dari kepercayaan diri siswa.

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi-experiment), menggunakan satu kelompok eksperimen. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 4 Yogyakarta yang terdiri dari 5 kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII A. Kelas VII A diberi perlakuan pembelajaran dengan metode pembelajaran inkuiri dalam pendekatan saintifik. Instrumen untuk mengukur prestasi belajar siswa berupa soal tes berbentuk pilihan ganda, sedangkan untuk mengukur percaya diri siswa menggunakan angket. Validitas instrumen menggunakan validitas isi oleh para ahli dengan hasil layak dengan revisi. Pada penelitian ini, pembelajaran matematika dengan metode pembelajaran inkuiri dalam pendekatan saintifik dikatakan efektif ditinjau dari prestasi belajar apabila nilai rata-rata posttest lebih dari nilai rata-rata pretest dan persentase nilai yang mencapai minimal 75 lebih dari 75%. Apabila ditinjau dari kepercayaan diri dikatakan efektif apabila rata-rata skor angket akhir lebih dari rata-rata skor angket awal dan persentase skor angket siswa yang mencapai kategori minimal Baik lebih dari 75%. Metode pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan statistik uji-t dan statistik uji-z.

Analisis data meliputi: (1) statistik uji-t untuk menganalisis nilai rata-rata posttest lebih dari nilai rata-rata pretest dan rata-rata skor angket akhir lebih dari rata-rata skor angket awal; (2) statistik uji-z untuk menganalisis persentase nilai yang mencapai minimal 75 lebih dari 75% dan persentase skor angket siswa yang mencapai kategori minimal Baik lebih dari 75%. Berdasarkan uji hipotesis menggunakan taraf signifikansi 5% diperoleh kesimpulan bahwa (1) metode pembelajaran inkuiri dalam pendekatan saintifik efektif ditinjau dari prestasi belajar; (2) metode pembelajaran inkuiri dalam pendekatan saintifik efektif ditinjau dari kepercayaan diri.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Keefektifan Pembelajaran Segiempat dengan Metode

Pembelajaran Inkuiri (Inquiry Learning) dalam Pendekatan Saintifik Ditinjau dari Prestasi Belajar dan Kepercayaan Diri Siswa SMP”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Penyusun skripsi ini tidak lepas dari adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Hartono M. Si., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNY, yang telah mengesahkan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ali Mahmudi, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ketua Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan izin dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Djamilah Bondan Widjajanti, M. Si., selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan menyumbangkan pemikirannya dalam membimbing saya menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Sahid, M. Sc., selaku penasihat akademik yang telah banyak memberi saran dan dukungan kepada saya selama masa studi di UNY.

(9)

6. Sahabat-sahabat saya, mahasiswa International Mathematics Education 2012 yang telah berbagi ilmu, pengetahuan, dan pengalaman.

7. Keluarga SMP Negeri 4 Yogyakarta yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan selama pelaksanaan penelitian.

8. Semua pihak yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada saya tercatat sebagai amalan baik yang akan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Saya berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya.

Amin.

Yogyakarta, 19 Juni 2016

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Kajian Teori ... 11

1. Pengertian Belajar ... 11

2. Pembelajaran Matematika ... 12

3. Efektivitas Pembelajaran ... 13

4. Metode Pembelajaran Inkuiri ... 17

5. Pendekatan Saintifik ... 22

6. Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Pendekatan saintifik ... 29

(11)

8. Percaya Diri ... 32

B. Tinjauan Materi ... 34

C. Penelitian yang Relevan ... 43

D. Kerangka Berpikir ... 45

E. Hipotesis Penelitian ... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 47

A. Desain Penelitian ... 47

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 48

D. Variabel Penelitian ... 48

E. Definisi Operasional ... 48

F. Penyusunan Perangkat Pembelajaran ... 50

G. Instrumen Penelitian ... 51

1. Bentuk Instrumen ... 51

2. Validitas dan Reliabilitas ... 53

H. Teknik Pengumpulan Data ... 55

1. Metode Observasi ... 55

2. Metode Angket ... 55

3. Tes ... 55

I. Teknik Analisis Data ... 56

1. Deskripsi Data ... 56

2. Uji Normalitas ... 56

3. Uji Hipotesis ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Hasil Penelitian ... 62

1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 62

a. Prestasi Belajar Siswa ... 63

b. Kepercayaan Diri ... 67

2. Hasil Pengujian Hipotesis ... 73

a. Uji Normalitas ... 73

(12)

c. Uji Keefektifan Ditinjau dari Kepercayaan Diri ... 78

B. Pembahasan ... 78

1. Prestasi Belajar ... 80

2. Kepercayaan Diri ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah Pembelajaran Inkuiri dalam Pendekatan Saintifik ... 30

Tabel 2.2 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Materi Segiempat ... 34

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 47

Tabel 3.2 Penskoran Butir Angket ... 52

Tabel 3.3 Indikator Angket Kepercayaan Diri Siswa ... 53

Tabel 3.4 Kategori Reliabilitas Instrumen ... 54

Tabel 3.5 Kategori Kepercayaan Diri Siswa ... 61

Tabel 4.1 Statistik Data Tes Prestasi Belajar Siswa ... 63

Tabel 4.2 Ketuntasan Nilai Pretest dan Posttest ... 64

Tabel 4.3 Persentase Ketuntasan Nilai Posttest ... 65

Tabel 4.4 Hasil Posttest Siswa pada Setiap Butir Soal ... 66

Tabel 4.5 Data Statistik Sikap Kepercayaan Diri Siswa ... 68

Tabel 4.6 Rata-rata Skor Sikap Kepercayaan Diri untuk Indikator Optimis ... 69

Tabel 4.7 Rata-rata Skor Sikap Kepercayaan Diri untuk Indikator Objektif/Realistis dalam Mengatasi Masalah ... 70

Tabel 4.8 Rata-rata Skor Sikap Kepercayaan Diri untuk Indikator Bertanggung Jawab ... 71

Tabel 4.9 Klasifikasi Jumlah Skor Angket Awal dan Angket Akhir ... 72

Tabel 4.10 Persentase Klasifikasi Angket Akhir Kepercayaan Diri ... 73

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Persegi Panjang KLMN ... 35

Gambar 2.2 Persegi KLMN ... 36

Gambar 2.3 Jajargenjang ... 37

Gambar 2.4 Jajargenjang KLMN ... 38

Gambar 2.5 Belah Ketupat ABCD ... 38

Gambar 2.6 Layang-layang ABCD ... 40

Gambar 2.7 Trapesium Sebarang ... 41

Gambar 2.8 Trapesium Sama Kaki ... 41

Gambar 2.9 Trapesium Siku-siku ... 42

Gambar 2.10 Diagram Kerangka Berpikir Penelitian ... 45

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 47

Gambar 4.1 Q-Q Plot Nilai Pretest Tes Prestasi Belajar ... 74

Gambar 4.2 Q-Q Plot Nilai Posttest Tes Prestasi Belajar ... 74

Gambar 4.3 Q-Q Plot Skor Angket Awal Sikap Percaya Diri ... 75

Gambar 4.4 Q-Q Plot Skor Angket Akhir Sikap Percaya Diri ... 75

Gambar 4.5 Siswa dengan Rasa Percaya Diri yang Baik ... 79

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Instrumen Penelitian ... 93

Lampiran B Data Hasil Penelitian ... 136

Lampiran C Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 143

Lampiran D Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 187

Lampiran E Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 219

Lampiran F Hasil Uji Hipotesis ... 237

Lampiran G Validasi Instrumen ... 244

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sebuah agen untuk menciptakan generasi yang berkarakter, intelektual, dan berdedikasi tinggi. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan, hal ini mengisyaratkan bahwa kualitas pendidikan yang baik bagi suatu negara sangat diperlukan untuk dapat membentuk warga yang mampu mengembangkan potensi yang ada di negaranya. Sebuah negara akan berkembang baik jika pendidikannya juga menunjukkan kualitas yang baik. Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kualitas guru, kurikulum pendidikan, tersedianya sarana prasarana pendidikan, dan fasilitas pendidikan seperti gedung sekolah, buku pedoman pembelajaran, serta alat peraga pembelajaran.

(17)

olahraga, dan buku pegangan siswa. Akan tetapi, masih terdapat sekolah yang belum memenuhi persyaratan minimal. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya proses belajar yang ideal karena kualitas pendidikan yang belum terjamin.

Telah banyak pakar pendidikan yang mengemukakan pendapatnya tentang faktor penyebab dan solusi mengatasi kemerosotan kualitas pendidikan di lndonesia. Pemerintah berusaha meningkatkan kualitas pendidikan melalui perubahan kurikulum. Melalui kurikulum pendidikan nasional, pemerintah merekomendasikan matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan kepada siswa sekolah dasar hingga sekolah menengah atas untuk pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Matematika dapat diterapkan dalam segala aspek pengetahuan. Hampir sebagian besar pengetahuan memerlukan matematika untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Akan tetapi, berdasarkan hasil penelitian Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) yang diikuti siswa SMP pada tahun 2011, Indonesia berada pada peringkat ke 38 dari 42 negara peserta TIMSS dengan skor 386 di bawah skor rata-rata 500. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika di Indonesia masih kurang maksimal.

(18)

jasmani rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, profesionalitas seorang guru juga harus diperhatikan agar prestasi belajar matematika di Indonesia mengalami peningkatan.

Selain faktor kualitas pendidikan yang kurang merata dan profesionalitas guru, terdapat faktor lain yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika, yaitu kurangnya rasa percaya diri siswa. Memiliki rasa percaya diri yang tinggi sangat penting bagi siswa. Percaya diri yang dimiliki siswa dapat membuat siswa yakin dengan kemampuannya sendiri, sehingga tidak harus selalu bergantung pada guru.

Percaya diri sangat diperlukan siswa dalam mempelajari ilmu pengetahuan, terutama ketika mempelajari matematika. Saat kegiatan belajar matematika berlangsung, tidak jarang seorang guru menyuruh siswa mengerjakan soal setelah materi yang diajarkan telah disampaikan, setelah itu beberapa siswa diminta untuk menuliskan jawaban dari soal yang diberikan di papan tulis. Hal ini dilakukan agar siswa mempunyai rasa percaya diri terhadap jawaban dari soal yang diberikan oleh guru. Siswa harus percaya dengan kemampuannya sendiri dan tidak boleh ragu-ragu ketika mengerjakan soal matematika.

(19)

tinggi ketika menghadapi persoalan matematika yang diberikan oleh guru. Sebagai contoh, hal tersebut dapat dilihat saat proses pembelajaran matematika di kelas VII A SMP Negeri 4 Yogyakarta. Dua cara dilakukan untuk mengetahui prestasi belajar matematika dan sikap percaya diri siswa, yaitu wawancara dengan guru dan observasi kelas.

Berdasarkan wawancara dengan guru matematika, sikap percaya diri siswa kelas VII A SMP Negeri 4 Yogyakarta masih kurang. Hal ini dapat menyebabkan prestasi belajar yang kurang baik. Siswa sering menunggu arahan dari guru ketika diminta untuk menyelesaikan suatu permasalahan/soal matematika. Siswa tidak mau mencoba mengerjakan soal tersebut menggunakan kemampuannya sendiri.

Berdasarkan hasil observasi kelas yang dilakukan ketika proses pembelajaran materi bilangan bulat, siswa terlihat masih belum banyak bertanya maupun menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Setelah guru selesai menjelaskan tentang operasi hitung pada bilangan bulat, siswa diminta untuk mengerjakan latihan soal yang telah ditulis di papan tulis oleh guru secara individu. Siswa diberikan waktu untuk menjawab pertanyaan tersebut. Akan tetapi, suasana kelas berubah menjadi tidak kondusif karena siswa ramai dan membicarakan hal di luar konteks pembelajaran. Siswa mengerjakan soal jika guru mendatanginya dan memberikan arahan untuk mengerjakan soal tersebut.

(20)

yang justru mengerjakan soal secara individu, ada juga yang menunggu temannya selesai mengerjakan soal kemudian tinggal menyalinnya. Ketika beberapa siswa diminta untuk menuliskan jawabannya di papan tulis, siswa juga tidak terlalu aktif. Menurut siswa, mereka tidak mau menuliskan jawabannya di papan tulis karena takut salah. Padahal, menurut pengamatan peneliti, banyak jawaban siswa yang sudah menjawab benar, tetapi siswa tidak yakin dengan jawabannya.

Sikap siswa yang tidak mau bertanya maupun menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, tidak mengerjakan tugas sebelum diberikan arahan oleh guru, selalu bertanya kepada teman ketika diberikan tugas individu, tidak mau berpartisipasi aktif ketika diskusi berlangsung, dan tidak mau menuliskan jawabannya di papan tulis menunjukkan masih adanya siswa yang kurang memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Siswa belum yakin dan percaya kepada kemampuannya sendiri.

(21)

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu oleh guru.

(22)

Empat hal diatas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik.

Dalam proses belajar mengajar, pendekatan saintifik harus dipadu dengan metode pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang dapat dipadukan dengan pendekatan saintifik adalah metode pembelajaran inkuiri (Inquiry Learning). Metode inkuiri adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar.

Inkuiri menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa, 2003:234). Inkuiri pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inkuiri menuntut peserta didik berpikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis, dan kritis.

(23)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat diidentifikasi masalah-masalah yang muncul di SMP Negeri 4 Yogyakarta, diantaranya:

1. Pembelajaran matematika di sekolah masih konvensional, yaitu pembelajaran berpusat pada guru.

2. Beberapa siswa masih menunggu arahan dari guru ketika diberikan permasalahan/soal matematika.

3. Beberapa siswa belum yakin dapat menyelesaikan soal matematika menggunakan kemampuannya sendiri.

4. Beberapa siswa masih bergantung pada temannya ketika mengerjakan soal, baik soal individu maupun kelompok.

5. Belum banyak siswa yang berani bertanya maupun menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.

6. Rasa percaya diri siswa masih kurang ketika memecahkan masalah matematika dikarenakan belum diterapkannya pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan kepercayaan dirinya.

C. Pembatasan Masalah

(24)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran Segiempat dengan metode pembelajaran inkuiri (inquiry learning) dalam pendekatan saintifik efektif jika ditinjau dari prestasi belajar siswa SMP?

2. Apakah pembelajaran Segiempat dengan metode pembelajaran inkuiri (inquiry learning) dalam pendekatan saintifik efektif jika ditinjau dari kepercayaan diri siswa SMP?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran Segiempat dengan metode pembelajaran inkuiri (inquiry learning) dalam pendekatan saintifik jika ditinjau dari prestasi belajar siswa SMP.

2. Untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran Segiempat dengan metode pembelajaran inkuiri (inquiry learning) dalam pendekatan saintifik jika ditinjau dari kepercayaan diri siswa SMP.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru

(25)

2. Bagi siswa

Meningkatkan kepercayaan diri siswa dan memberikan pengalaman belajar bagi siswa dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri (inquiry learning) dalam pendekatan saintifik.

3. Bagi peneliti

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan perubahan tingkah laku individu yang diperoleh dari pengalamannya. Pengalaman yang dimaksud adalah sesuatu yang terjadi pada diri sendiri maupun orang lain (Oemar Hamalik, 2010: 154).

Sejalan dengan pendapat Oemar Hamalik, Muhibbin Syah (2011: 68) mengatakan belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu ke arah yang lebih baik, perubahan tersebut didapat dari pengalamannya dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sedangkan menurut Trianto (2007: 17) belajar merupakan proses dimana terjadi perubahan perilaku seseorang yang tadinya belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta dapat bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri.

Menurut Sadirman (2011: 26-27) tujuan belajar antara lain: 1) Untuk mendapatkan pengetahuan

2) Penanaman konsep dan keterampilan 3) Pembentukan sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa menurut Muhibbin Syah (2010: 129) dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

(27)

2) Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar siswa yang dapat mempengaruhi belajar, faktor-faktor tersebut yaitu kondisi lingkungan disekitarnya.

3) Faktor pendekatan belajar merupakan upaya belajar dengan menggunakaan model, strategi dan metode yang digunakan pada proses belajar untuk mempelajari materi-materi pelajaran.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah berubah ke arah yang lebih baik, perubahan tersebut didapat dari pengalaman sendiri maupun orang lain, dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. 2. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran adalah usaha sadar yang dilakukan oleh seorang guru untuk membelajarkan siswanya dengan maksud untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto, 2010: 17). Selanjutnya, Erman Suherman, dkk. (2001 : 8) menyatakan bahwa pembelajaran adalah usaha untuk mengatur lingkungan agar program belajar bisa berkembang secara optimal.

Darsono dkk (2000: 24-25) menyebutkan pembelajaran juga dapat didefinisikan menggunakan beberapa pandangan, seperti:

a. Menurut aliran Behavioristik, pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus).

b. Menurut pandangan Kognitif, pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari.

c. Menurut pandangan Gestalt, pembelajaran adalah usaha guru untuk memberikan materi pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengorganisasikannya menjadi pola bermakna.

d. Menurut pandangan Humanistik, pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa sesuai dengan minat kemampuannya.

(28)

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Depdiknas, 2003 : 7). Dengan demikian, pembelajaran melibatkan beberapa komponen penting yaitu interaksi antara siswa dan guru, serta dengan lingkungannya.

Ebbutt dan Straker (Marsigit, 2012: 8) hakekat matematika sekolah antara lain: (1) matematika adalah kegiatan penelusuran pola dan hubungan; (2) matematika adalah kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan penemuan; (3) matematika adalah kegiatan problem solving; dan (4) matematika adalah alat komunikasi. Dengan kata lain, pembelajaan matematika di sini menekankan kegiatan siswa untuk melatih kemampuan berpikirnya sendiri.

Dari uraian yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika menekankan pada kegiatan siswa, sedangkan guru hanya bersifat memfasilitasi siswa untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang mendukung proses matematisasi.

3. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata

“efektif” yang berarti adanya pengaruh yang dapat membawa hasil. Secara

(29)

(2002: 136) keefektifan mengacu pada hasil yang dicapai, sementara efisien berkenaan dengan proses pencapaian hasil.

Slavin (2006: 277) mengemukakan bahwa keefektifan pembelajaran ditentukan oleh 4 indikator, yaitu: (1) kualitas pembelajaran; (2) kesesuaian tingkat pembelajaran; (3) intensif; dan (3) waktu. Kesesuain berarti sejauh mana guru memastikan tingkat kesiapan siswa untuk mempelajari materi baru. Insentif berarti seberapa besar usaha guru memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas dan mempelajari materi.

Ukuran keefektifan dapat diketahui melalui skor tes. Kemp (1994:

298) mengemukakan, “evaluate effectiveness of an instructional program,

must recognize that there may be intangible outcome (often expressed as affective objectives)”. Penilaian keefektifan program pengajaran dapat

dilakukan meskipun terhadap hasil belajar yang diekspresikan sebagai objek afektif.

Untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang efektif diperlukan syarat-syarat antara lain (Slameto, 2003: 92):

1) Guru harus banyak menggunakan metode dalam belajar. 2) Guru mempertimbangkan perbedaan individual.

3) Guru selalu membuat perencanaan sebelum mengajar. 4) Guru harus menciptakan suasana yang demokratis.

5) Guru perlu memberikan masalah-maalah yang merangsang untuk berpikir.

6) Semua pelajaran yang diberikan perlu diintegrasikan sehingga memiliki pengetahuan yang terintegritas.

7) Pelajaran yang diberikan di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata di masyarakat.

(30)

Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2012: 43) guru yang efektif adalah mereka yang mampu membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan pembelajaran. Tolak ukur mengenai efektivitas mengajar adalah tercapainya tujuan dan hasil belajar yang tinggi. Ketercapainya tujuan dan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes prestasi yang dilaksanakan, dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Pembelajaran matematika yang efektif membutuhkan komitmen untuk mengembangkan pemahaman matematika siswa sehingga guru harus mampu membuat pertanyaan dan rencana pembelajaran dengan desain pengalaman sehingga bisa merespon siswa untuk membangun pengetahuan (NCTM, 2002: 18). Masykur dan Abdul Halim Fathani (2007: 58) menyatakan bahwa pembelajaran matematika di sekolah dapat efektif dan bermakna bagi siswa jika proses pembelajarannya memperhatikan konteks siswa.

Sejalan dengan penjelasan Masykur dan Abdul Halim Fathani,

Nightingale dan O’Neil (Killen, 2009: 4) menyatakan bahwa pembelajaran

matematika yang efektif memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Students are able to apply knowledge to solve problems. b. Students are able to communicate their knowledge to others.

c. Students are able to perceive relationship between their existing knowlegde and the new things they are learning.

d. Students retain newly acquired knowledge for a long time.

e. Students are able to discover or create new knowlegde for themselves. f. Students want to learn more.

Karakteristik di atas dapat diartikan sebagai berikut.

(31)

b. Siswa mampu mengomunikasikan pengetahuannya kepada orang lain. c. Siswa mampu menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki

dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.

d. Siswa mampu mempertahankan pengetahuan yang baru diperoleh dalam jangka waktu yang lama.

e. Siswa mampu menemukan atau menciptakan pengetahuan baru bagi dirinya.

f. Siswa memiliki keinginan untuk belajar lebih banyak.

Bell (1978: 379) mengemukakan bahwa agar dapat mengajar matematika secara efektif, guru harus dapat melakukan beberapa langkah berikut ini:

a Mengevaluasi dan menggunakan buku pelajaran matematika. b Memilih dan menggunakan sumber pengajaran/pembelajaran. c Memberi dan mengevaluasi pekerjaan rumah siswa.

d Mendiagnosis kesulitan belajar siswa.

e Mengembangkan strategi bertanya yang baik. f Menjaga kedisiplinan di dalam kelas.

g Mengetes, mengevaluasi dan menilai siswa dan mengevaluasi dirinya sendiri sebagai guru.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keefektifan pembelajaran matematika adalah tercapainya tujuan pembelajaran yang ditetapkan dengan kualitas pembelajaran yang baik, sesuai tingkat pembelajaran yang dapat diukur berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

(32)

persentase skor angket siswa yang mencapai kategori minimal Baik lebih dari 75%.

4. Metode Pembelajaran Inkuiri

Inquiry berasal dari kata “to inquire” yang berarti ikut serta atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan (Nunuk Suryani, dkk, 2012: 119). Sejalan dengan pendapat Nunuk Suryani, Kourilsky (Oemar Hamalik, 2001: 220) berpendapat bahwa pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa dimana kelompok siswa inquiry ke dalam suatu isu atau mencari jawaban-jawaban terhadap isi struktural kelompok.

Metode inkuiri bertujuan untuk mengorganisasikan pengetahuan yang dimiliki siswa sebagai fondasi yang kuat berdasarkan konsep metode ilmiah. Metode ini berusaha untuk mengajarkan berbagai keterampilan dan bahasa ilmiah (Bruce dan Well, dalam M. Hosnan, 2014: 345).

(33)

Menurut Nunuk Suryani, dkk (2012: 119), ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri, yaitu:

1) Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.

2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self-belief).

3) Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

Sedangkan menurut M. Hosnan (2014: 341), prinsip-prinsip pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

1) Berorientasi pada pengembangan intelektual. Tujuan utamanya adalah pengembangan kemampuan berpikir, selain berorientasi kepada hasil belajar, juga berorientasi pada proses belajar.

2) Prinsip interaksi. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara peserta didik maupun interaksi peserta didik dengan pendidik, bahkan interaksi antara peserta didik dengan lingkungan.

3) Prinsip bertanya. Peran pendidik dalam menggunakan strategi ini adalah pendidik sebagai penanya, sebab kemampuan peserta didik untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.

4) Prinsip belajar untuk berpikir. Belajar berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.

5) Prinsip keterbukaan. Tugas pendidik adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

(34)

a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alami. b. Merumuskan masalah-masalah.

c. Merumuskan hipotesis-hipotesis.

d. Merancang pendekatan investigatif yang meliputi eksperimen. e. Melaksanakan eksperimen.

f. Mensintesiskan pengetahuan.

g. Memiliki sikap ilmiah, antara lain objektif, ingin tahu, keterbukaan, menginginkan dan menghormati model-model teoritis, serta bertanggung jawab.

Wina Sanjaya (2008, dalam Nunuk Suryani dan Leo Agung, 2012: 120-121) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Orientasi

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:

a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.

b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah-langkah, mulai dari langkah-langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini

dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa. 2. Merumuskan masalah

(35)

persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

3. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

4. Mengumpulkan data

(36)

belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

5. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. 6. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Berdasarkan beberapa pendapat dan penjelasan tentang metode pembelajaran inkuiri, didapatkan kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran inkuiri. Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang banyak dianjurkan, karena strategi ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya sebagai berikut (M. Hosnan, 2014: 344).

1. Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran inkuiri dianggap lebih bermakna.

2. Dapat memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

(37)

4. Dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, peserta didik memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh peserta didik yang lemah dalam belajar.

Disamping memiliki kelebihan, pembelajaran inkuiri juga mempunyai kekurangan, diantaranya sebagai berikut (M. Hosnan, 2014: 344).

1. Jika strategi ini digunakan sebagai pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik.

2. Pembelajaran inkuiri sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar.

3. Kadang-kadang dalam mengimplementasika-nya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering pendidik sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta didik menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran inkuiri ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap pendidik.

Dari uraian yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran inkuiri menekankan pada kegiatan siswa, menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran inkuiri dianggap lebih bermakna, seta memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar.

5. Pendekatan Saintifik

(38)

Pendekatan Saintifik adalah pendekatan yang berorientasi pada kegiatan yang diawali dengan mengamati sesuatu, dilanjutkan dengan membuat hipotesis, mencari tahu kebenaran hipotesis, dan diakhiri dengan kesimpulan (Kazelik dan Pearson, 2009). Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar, yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky (M. Hosnan, 2014: 35).

Pendekatan saintifik memiliki karakteristik yang membedakan dengan pendekatan yang lain. Hosnan (2014: 36) berpendapat bahwa pendekatan saintifik memiliki karakter sebagai berikut:

a. Berpusat pada siswa.

b. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.

c. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

d. Dapat mengembangkan karakter siswa.

Berdasarkan karakteristik di atas, pendekatan Saintifik merujuk pada teknik investigasi atas fenomena, memperoleh pengetahuan baru, dan memadukan pengetahuan sebelumya. Menurut Panhuizen (2005: 36) dalam pelaksanaan pendekatan Saintifik, guru membimbing siswa saat diskusi dan aktivitas belajar, melayani siswa dalam memahami masalah, dan pemahaman lebih lanjut pada pengetahuan formal berupa sistem dan simbol matematika. Kurnik (2008) menyebutkan, hal yang perlu diperhatikan dalam pendekatan saintifik adalah sebagai berikut:

a. Guru mengenalkan fakta-fakta dan bentuk dari kejadian matematika yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari untuk proses berpikir. b. Guru menyiapkan masalah yang akan dipecahkan menggunakan

(39)

c. Siswa dibiasakan untuk menganalisis, mensintesis, berpikir abstrak, menggeneralisasi, menspesifikasi, dan mengobservasi.

d. Menggunakan soal pemecahan masalah.

e. Menggunakan metode induksi yaitu dari hal yang mudah ke susah, simpel ke kompleks, dan menjabarkan teorema baru.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang membuat siswa memiliki kemampuan dan pengetahuan baru melalui tahapan mengamati, mengumpulkan data, menganalisis data, mengasosiasi, dan mengomunikasikan konsep.

Menurut Yunus Abidin (2014: 141), ada empat tahapan dalam saintifik proses. Keempat tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi masalah

Pembelajaran hendaknya diawali dengan sejumlah masalah baik masalah yang disajikan guru dan yang lebih baik lagi adalah masalah yang dirumuskan oleh siswa sendiri. Pertanyaan (rumusan masalah) yang dibuat siswa merupakan pertanyaan pemandu pembelajaran yang harus siswa dapatkan jawabannya setelah selesai melaksanakan seluruh rangkaian pembelajaran.

b. Membuat hipotesis

(40)

c. Mengumpulkan dan menganalisis data

Kegiatan pengumpulan data dapat dilakukan baik secara eksperimen maupun studi lainnya. Hasil pengumpulan data tersebut selanjutnya diolah guna dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian ataupun untuk membuktikan hipotesis.

d. Menginterpretasi data dan membuat kesimpulan

Kegiatan interpretasi merupakan aktivitas yang dilakukan siswa untuk memaknai hasil penelitian sederhana yang telah dilakukannya. Hasil interpretasi adalah simpulan yang dibuat oleh siswa dan selanjutnya menjadi pengetahuan yang benar-benar dikonstruksi oleh siswa sendiri sehingga diyakini akan meningkatkan tingkat retensi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang diperoleh siswa melalui kegiatan menyimak penjelasan guru.

Selanjutnya, terdapat beberapa prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik, yaitu (Hosnan: 37):

1) Pembelajaran berpusat pada siswa.

2) Pembelajaran membentuk students self concept. 3) Pembelajaran terhindar dari verbalisme.

4) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip. 5) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir

siswa.

6) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.

7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.

(41)

Kurnik (2008: 429) menjelaskan bahwa untuk mewujudkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Siswa dikenalkan objek nyata dan hubungan konsep dengan kehidupan nyata.

2) Siswa mengamati sesuatu secara umum dari suatu objek untuk mendapatkan ide dari konsep.

3) Mengumpulkan informasi dan mencari karakteristik suatu objek, memformulasikan dan mengumpulkan konsep-konsep.

4) Menganalisis dari informasi yang telah dikumpulkan dengan mengabstraksi objek nyata untuk digeneralisasi.

5) Mengimplementasikan konsep dengan menemukan contoh lain dalam kehidupan sehari-hari dari konsep yang ditemukan.

Dalam Permendikbud nomor 81 A tahun 2013 lampiran IV dan Permendikbud nomor 103 tahun 2014, pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 yang diterapkan di Indonesia dijabarkan langkah-langkah pembelajaran tersebut menjadi lima, yaitu:

a. Mengamati

Kegiatan belajar mengamati meliputi membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan dalam kegiatan mengamati adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi. Dalam hal ini guru perlu memfasilitasi siswa agar kegiatan pengamatan menjadi berkualitas.

b. Menanya

(42)

Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Dalam kegiatan ini guru mengarahkan siswa untuk membuat pertanyaan mulai dari pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.

c. Mengumpulkan informasi/eksperimen

Kegiatan-kegiatan yang terdapat pada langkah mengumpulkan informasi atau eksperimen, yaitu (1) melakukan eksperimen; (2) membaca sumber lain selain buku teks; (3) mengamati objek/kejadian; (4) aktivitas; (5) wawancara dengan narasumber. Kompetensi yang dikembangkan dalam kegiatan ini adalah sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

d. Mengasosiasikan/mengolah informasi

(43)

mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kompetensi yang dikembangkan yaitu sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

e. Mengomunikasikan

Kegiatan belajar ini meliputi menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetensi yang dikembangkan yaitu sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Berdasarkan beberapa pendapat dan penjelasan tentang pendekatan saintifik, didapatkan kelebihan dan kekurangan pendekatan saintifik. Yunus Abidin (2014: 125-129) telah menjabarkan kelebihan pendekatan saintifik sebagai berikut:

a. Memandu siswa untuk memecahkan masalah melalui kegiatan perencanaan yang matang, pengumpulan data, analisis data untuk menghasilkan kesimpulan.

b. Menuntun siswa berpikir sistematis, kritis, kreatif, melakukan aktivitas penelitian dan membangun konseptualisasi pengetahuan.

c. Membina kepekaan siswa terhadap problematika yang terjadi di lingkungannya.

d. Membiasakan siswa menanggung risiko pembelajaran.

e. Membina kemampuan siswa dalam berargumentasi dan berkomunikasi. f. Mengembangkan karakter siswa.

(44)

a. Bantuan guru berkurang sehingga guru jarang menjelaskan.

b. Dapat menghambat laju pembelajaran yang menyita waktu pembelajaran.

c. Kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada kesalahan penyimpulan.

d. Apabila minat siswa kurang terhadap materi dan tidak berkonsentrasi atau memecah perhatian peserta dapat menyebabkan pengajaran yang dilakukan tidak efektif.

Berdasarkan definisi yang telah dijelaskan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif dalam menemukan konsep, prinsip, atau hukum melalui proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

6. Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Pendekatan Saintifik

Pembelajaran matematika dengan metode pembelajaran inkuiri dalam pendekatan saintifik menekankan pada suatu pembelajaran matematika melalui tahap-tahap saintifik yang dilakukan secara berkelompok sehingga di akhir pembelajaran siswa mampu menemukan konsep, prinsip atau hukum matematika tertentu.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya langkah pendekatan saintifik berdasarkan Permendikbud nomor 81 A tahun 2013 lampiran IV dan Permendikbud nomor 103 tahun 2014 adalah :

a Mengamati b Menanya

c Mengumpulkan informasi d Mengasosiasi

(45)

Di lain pihak, langkah pembelajaran dengan metode pembelajaran inkuiri yang dijelaskan sebelumnya terdiri atas:

a. Orientasi

b. Merumuskan masalah c. Merumuskan hipotesis d. Mengumpulkan data e. Menguji hipotsis

f. Merumuskan kesimpulan

[image:45.595.170.534.414.725.2]

Maka langkah pembelajaran matematika dengan metode pembelajaran inkuiri dalam pendekatan saintifik disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.1 Langkah Pembelajaran Inkuiri dalam Pendekatan Saintifik

No Pendekatan

Saintifik Metode Inkuiri Keterangan 1 Mengamati Orientasi Pengondisian kelas,

memberikan apersepsi pada siswa, memberikan motivasi dan tujuan pembelajaran. Menemukan masalah Siswa mengamati masalah yang

diberikan guru dalam LKS.

2 Menanya Merumuskan

hipotesis

Siswa membuat pertanyaan terkait hasil pengamatan yang akan dikerjakan siswa secara berkelompok. 3 Mengumpulkan

informasi

Mengumpulkan data

Data yang telah dikumpulkan kemudian

(46)

No Pendekatan

Saintifik Metode Inkuiri Keterangan dari informasi yang telah didapat sebelumnya.

4 Mengasosiasi Menguji hipotesis Siswa menguji apakah hipotesis yang

ditemukan benar atau salah.

5 Mengomunikasikan Merumuskan kesimpulan

Siswa dapat

menyimpulkan hasil akhir dari hasil pengujian hipotesis, kemudian siswa

mengomunikasikannya melalui presentasi di depan kelas.

7. Prestasi Belajar

Pengertian prestasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan hasil yang dicapai dari sesuatu yang telah dikerjakan atau lakukan. Sedangkan prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau ketrampilan melalui mata pelajaran, yang biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh gurunya.

Nana Sudjana (2001: 22) menyebutkan prestasi merupakan hasil dari sebuah kegiatan yang dilakukan untuk diciptakan dengan keuletan kerja baik secara individu maupun kelompok. Sedangkan M. Uzer Usman (2002: 34) mengatakan bahwa proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai.

(47)

given time”. Tes prestasi belajar yang dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui kinerja siswa pada suatu mata pelajaran dalam waktu tertentu.

Pada dasarnya prestasi belajar matematika diperoleh melalui seluruh proses pembelajaran. Prestasi belajar metematika juga dapat dikatakan sebagai cerminan dari hasil upaya yang telah dilakukan selama proses pembelajaran. Prestasi belajar matematika dapat diukur dengan menggunakan tes yang berupa soal matematika.

Prestasi belajar dapat diukur melalui tes prestasi belajar atau achievement test, yaitu tes yang mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa setelah mengikuti suatu pembelajaran (Reynolds, dkk., 2010).

Prestasi belajar dalam penelitian ini penguasaan pengetahuan atau ketrampilan melalui materi bangun datar segiempat dan proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai.

8. Percaya Diri

Kepercayaan diri merupakan keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri (Lauster, 2002: 4).

(48)

dimiliki sehingga merasa puas dengan keadaannya. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri akan memiliki sikap positif yang didasari oleh kemampuannya. Sikap positif ini membantu mereka dalam menghadapi permasalahan yang menimpa mereka.

Lauster (Nur Gufron dan Rini R. S, 2010: 35-36) menyebutkan aspek-aspek kepercayaan diri sebagai berikut:

1. Keyakinan kemampuan diri

Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang tentang dirinya. Seseorang benar-benar mampu dengan apa yang dilakukannya. 2. Optimis

Optimis merupakan sikap positif yang ada pada seseorang, selalu berpandangan positif dalam menghadapi segala hal tentang dirinya. 3. Objektif

Seseorang yang memandang sesuatu atau permasalahan bukan menurut dirinya sendiri akan tetapi sesuai kebenaran semestinya.

4. Bertanggung jawab

Tanggung jawab seseorang terhadap sesuatu hal merupakan segala sesuatu yang ditanggung seseorang yang telah menjadi konsekuensinya.

5. Rasional dan Realistis

(49)

pemikiran tersebut dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.

Ignoffo (Megawati, 2010: 3) menyebutkan bahwa terdapat beberapa karakteristik yang menggambarkan individu yang memiliki kepercayaan diri, yaitu:

a. Memiliki cara pandang yang positif terhadap diri. b. Yakin dengan kemampuan yang dimiliki.

c. Melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipikirkan. d. Berpikir positif dalam kehidupan.

e. Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan. f. Memiliki potensi dan kemampuan.

B. Tinjauan Materi

[image:49.595.150.505.485.609.2]

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), salah satu pokok bahasan pada mata pelajaran matematika kelas VII semester genap adalah Segiempat. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar materi Segiempat adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Materi Segiempat

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

3.6 Memahami konsep segitiga dan segiempat serta menentukan ukurannya.

(50)

1. Persegi Panjang

a. Pengertian persegi panjang

Persegi panjang adalah jajargenjang yang salah satu sudutnya

siku-siku.

b. Sifat-sifat persegi panjang

(i) Sisi-sisi yang berhadapan dari suatu persegi panjang adalah

sama panjang dan sejajar.

(ii) Diagonal-diagonal dari suatu persegi panjang adalah sama

panjang dan saling membagi dua sama besar.

(iii)Setiap sudut persegi panjang adalah sama besar dan merupakan

sudut siku-siku (90°).

(iv)Dapat menempati bingkainya kembali dengan empat cara.

c. Keliling dan luas persegi panjang

Keliling suatu bangun datar adalah jumlah

semua panjang sisi-sisinya.

Tampak bahwa panjang KL = NM = 5 satuan

panjang dan LM = KN = 3 satuan panjang.

Keliling KLMN = KL + LM + MN + NK

= (5 + 3 + 5 +3)satuan panjang

= 16 satuan panjang

Selanjutnya, garis KL disebut panjang (p) dan KN disebut lebar (l).

Secara umum dapat disimpulkan bahwa keliling persegi panjang

dengan panjang p dan lebar l adalah

(51)

Luas persegi panjang adalah luas daerah yang dibatasi oleh

sisi-sisinya.

Luas persegi panjang KLMN = KL × LM

= (5 × 3) satuan luas

= 15 satuan luas

Jadi, luas persegi panjang dengan panjang p dan lebar l adalah

2. Persegi

a. Pengertian persegi

Persegi adalah persegi panjang yang sepasang sisinya yang

berdekatan saling kongruen.

b. Sifat-sifat persegi

(i) Semua sifat persegi panjang meupakan sifat persegi.

(ii) Suatu persegi dapat menempati bingkainya dengan delapan

cara.

(iii)Semua sisi persegi adalah sama panjang.

(iv)Sudut-sudut suatu persegi dibagi dua sama besar oleh

diagonal-diagonalnya.

(v) Diagonal-diagonal persegi saling berpotongan sama panjang

membentuk sudut siku-siku.

c. Keliling dan luas persegi

Keliling KLMN

= KL + LM + MN + NK

[image:51.595.409.512.612.747.2]

= (4 + 4 + 4 + 4) satuan panjang L = p × l

(52)

= 16 satuan panjang

Selanjutnya, panjang KL = LM = MN = NK

disebut sisi (s).

Jadi, secara umum keliling persegi dengan panjang sisi s adalah

Luas persegi KLMN = KL × LM

= (4 × 4) satuan luas

= 16 satuan luas

Jadi, luas persegi dengan panjang sisi s adalah

3. Jajargenjang

a. Pengertian Jajargenjang

Jajargenjang adalah segiempat yang

kedua pasang sisi berhadapan saling

sejajar.

b. Sifat-sifat jajargenjang

(i) Pada setiap jajargenjang sisi-sisi yang berhadapan sama

panjang dan sejajar.

(ii) Pada setiap jajargenjang sudut-sudut yang berhadapan sama

besar.

(iii)Jumlah pasangan sudut yang saling berdekatan pada setiap

jajargenjang adalah 180°. = � ×

= × =

(53)

(iv) Pada setiap jajargenjang kedua diagonalnya saling membagi

dua sama panjang.

c. Keliling dan luas jajargenjang

Pada gambar di samping, keliling

jajargenjang KLMN

= KL + LM + MN + KN

= KL + LM + KL + LM

= 2(KL + LM)

Luas jajargenjang adalah luas daerah yang dibatasi oleh

sisi-sisinya. Alas jajargenjang merupakan salah satu sisi jajargenjang,

sedangkan tinggi jajargenjang tegak lurus dengan alas. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa jajargenjang yang mempunyai alas a dan tinggi

t, luasnya (L) adalah

4. Belah Ketupat

a. Pengertian belah ketupat

Belah ketupat adalah jajargenjang yang

sepasang sisi yang berdekatan saling

kongruen.

b. Sifat-sifat belah ketupat

(i) Semua sisi belah ketupat sama panjang

(ii) Kedua diagonal pada belah ketupat merupakan sumbu simetri L = a × t

Gambar 2.4 Jajargenjang KLMN

(54)

(iii)Kedua diagonal belah ketupat saling membagi dua sama

panjang dan saling berpotongan tegak lurus

(iv) Pada setiap belah ketupat sudut-sudut yang berhadapan sama

besar dan dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya.

c. Keliling dan luas belah ketupat

Keliling belah ketupat yang mempunyai panjang sisi s adalah

Keliling = � + � + � + � = 4�

Luas belah ketupat = luas Δ ABC + luas Δ ADC

= × × � + × × �

= × × � + �

= × ×

= × ���� �� × ���� ��

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa luas belah ketupat dengan

diagonal-diagonalnya d1 dan d2 adalah

5. Layang-layang

a. Pengertian layang-layang

Layang-layang adalah segiempat yang salah satu diagonalnya

berhimpit dengan sumbu diagonal yang lain.

b. Sifat-sifat layang-layang

(i) Masing-masing sepasang sisinya sama panjang.

(ii) Sepasang sudut yang berhadapan sama besar. K = � ×

(55)

(iii)Salah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri.

(iv) salah satu diagonal layang-layang membagi diagonal lainnya

menjadi dua bagian sama panjang dan kedua diagonal itu

saling tegak lurus.

c. Keliling dan luas layang-layang

Keliling layang-layang yang mempunyai

panjang sisi x dan y adalah

Keliling = + + +

= 2 + 2

= 2 +

Jadi, keliling layang-layang dengan panjang sisi x dan y adalah

Luas layang-layang = luas Δ ABC + luas Δ ADC

= × × � + × × �

= × × � + �

= × ×

= × ���� �� × ���� ��

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa luas layang-layang

dengan diagonal-diagonalnya d1 dan d2 adalah

K = +

[image:55.595.187.539.193.360.2]

L = × ×

(56)

6. Trapesium

a. Pengertian trapesium

Trapesium adalah bangun segiempat yang tepat sepasang sisi yang

berhadapan saling sejajar.

b. Jenis-jenis trapesium

Secara umum ada tiga jenis trapesium sebagai berikut.

(i) Trapesium sebarang

Trapesium sebarang adalah trapesium

yang keempat sisinya tidak sama

panjang.

Pada gambar di samping, AB // DC,

sedangkan masing-masing sisi yang

membentuknya, yaitu AB, BC, CD, dan

AD tidak sama panjang.

(ii) Trapesium sama kaki

Trapesium sama kaki adalah trapesium

yang mempunyai sepasang sisi yang

sama panjang, disamping mempunyai

sepasang sisi yang sejajar. Pada gambar

di samping, AB // DC dan AD = BC.

Gambar 2.7 Trapesium Sebarang

(57)

(iii)Trapesium siku-siku

Trapesium siku-siku adalah trapesium

yang salah satu sudutnya merupakan

sudut siku-siku (90°). Pada gambar di

samping, selain AB // DC, juga tampak

bahwa besar  DAB = 90° (siku-siku)

c. Sifat-sifat trapesium

Secara umum dapat dikatakan bahwa jumlah sudut yang

berdekatan diantara dua sisi sejajar pada trapesium adalah 180°.

Trapesium sama kaki mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu

1) diagonal-diagonalnya sama panjang;

2) sudut-sudut alasnya sama besar;

3) dapat menempati bingkainya dengan dua cara.

d. Keliling dan luas trapesium

Keliling trapesium ditentukan dengan cara yang sama seperti

menentukan keliling bangun datar yang lain, yaitu dengan

menjumlahkan panjang sisi yang membatasi trapesium.

Luas trapesium ABCD = luas Δ ABD + luas Δ BCD

= ½ × AD × FB + ½ × BC × DE

= ½ × AD × t + ½ BC × t

= ½ × t × (AD + BC)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.

Luas trapesium = × � � � ×

(58)

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang pembelajaran dengan metode pembelajaran inkuiri pernah dilakukan oleh Mahrita Julia Hapsari (2011). Hasil penelitian tentang upaya meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut efektif digunakan dalam pembelajaran matematika. Relevansi penelitian Mahrita Julia Hapsari dengan penelitian ini adalah kesamaan menguji efektivitas metode pembelajaran inkuiri ditinjau dari sikap percaya diri siswa.

Penelitian Anggria Septiani, MS, Drs. Purwoko, M.Si dan Dra. Nyimas Aisyah, M.Pd (2012) tentang penerapan strategi Inquiry Based Learning dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas VII SMP Negeri 45 Palembang menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar yang didapat siswa berkategori baik. Nilai rata-rata LKS sesuai langkah-langkah strategi Inquiry Based Learning adalah: (1) merumuskan masalah 90,13, (2) merumuskan hipotesis 73,75, (3) menguji hipotesis 88,38, (3) kesimpulan 82,89. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi Inquiry Based Learning dapat membuat hasil belajar lebih baik. Relevansi penelitian tersebut

dengan penelitian ini adalah kesamaan penggunaan beberapa langkah metode pembelajaran inkuiri yaitu merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis, dan membuat kesimpulan.

(59)

Yogyakarta menunjukkan bahwa: 1) pembelajaran matematika melalui metode penemuan terbimbing efektif, 2) pembelajaran matematika melalui metode ekspositori efektif, 3) pembelajaran metematika melalui metode penemuan terbimbing lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran metematika melalui metode ekspositori. Adapun jika ditinjau dari keaktifan siswa MAN Yogyakarta 2 menunjukkan bahwa: 4) pembelajaran matematika melalui metode penemuan terbimbing efektif, 5) pembelajaran matematika melalui metode ekspositori tidak efektif, 6) pembelajaran metematika melalui metode penemuan terbimbing lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran metematika melalui metode ekspositori. Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah kesamaan menguji efektivitas metode pembelajaran penemuan ditinjau dari prestasi belajar.

(60)

D. Kerangka Berpikir

Pembelajaran matematika memiliki peranan penting dalam mengembangkan prestasi belajar dan sikap percaya diri siswa.

Berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri 4 Yogyakarta, prestasi belajar dan sikap percaya diri siswa belum maksimal.

Solusi: Pembelajaran matematika dengan metode pembelajaran inkuiri dalam pendekatan saintifik.

Kegiatan Inti Mengamati

Menanya Mengumpulkan

Informasi Mengasosiasi

Mengomunikasikan

Prestasi Belajar Sikap

Percaya Diri Pendahuluan

Mengidentifikasi prestasi belajar dan sikap percaya diri siswa

Kegiatan Akhir Menyimpulkan

[image:60.595.134.522.99.625.2]

Kuis

(61)

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Pembelajaran Segiempat dengan metode pembelajaran inkuiri (Inquiry Learning) dalam pendekatan saintifik efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa SMP.

(62)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-Group Pretest Posttest Design. Faktor dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran inkuiri dalam pendekatan saintifik, dengan respon yang diamati ada dua yaitu prestasi belajar dan kepercayaan diri siswa. Secara skematis, desain eksperimen dalam penelitian seperti pada Gambar 3.1.

[image:62.595.153.506.307.377.2]

Gambar 3.1 Desain Penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian

[image:62.595.148.511.551.726.2]

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Yogyakarta kelas VII semester II tahun pelajaran 2015/2016 dengan jadwal sebagai berikut (surat izin terlampir).

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No. Hari, Tanggal Jam Materi

1. Rabu, 13 April 2016 11.35-12.15 Pretest 2. Jumat, 15 April 2016 07.15-07.55

07.55-08.35

Persegi panjang dan persegi

3. Selasa, 19 April 2016 07.15-07.55 07.55-08.35

Jajargenjang 4. Jumat, 22 April 2016 07.15-07.55

07.55-08.35

Belah ketupat 5. Selasa, 26 April 2016 07.15-07.55

07.55-08.35

Layang-layang 6. Rabu, 27 April 2016 11.35-12.15 Trapesium 7. Jumat, 29 April 2016 07.15-08.35 Posttest

(63)

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 4 Yogyakarta tahun pelajaran 2015/2016 yaitu sebanyak 5 kelas.

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A yang dipilih secara acak dari 5 kelas.

D. Variabel Penelitian

Variabel bebas penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode pembelajaran inkuiri dalam pendekatan saintifik, sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar dan kepercayaan diri siswa pada materi Segiempat.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman variabel penelitian, penelitian ini memberi batasan definisi operasional sebagai berikut:

(64)

rata-rata skor angket awal; dan (b) persentase skor angket siswa yang mencapai kategori minimal Baik, lebih dari 75%.

2. Pembelajaran Segiempat menggunakan metode pembelajaran inkuiri dalam pendekatan saintifik dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Guru membuka pelajaran dengan salam dan doa.

b. Orientasi yaitu dengan: (1) pengondisian kelas; (2) memberikan apersepsi pada siswa; (3) memberikan motivasi dan tujuan pembelajaran.

c. Menemukan masalah yaitu siswa mengamati dan membuat pertanyaan terkait hasil pengamatan yang akan dikerjakan siswa secara berkelompok.

d. Merumuskan hipotesis yaitu siswa mencari informasi berdasarkan rumusan masalah. Dari informasi yang didapat, kemudian siswa merumuskan hipotesis.

e. Mengumpulkan data yaitu data yang telah dikumpulkan kemudian diasosiasikan dengan hasil temuan-temuan dari informasi yang telah didapat sebelumnya.

(65)

mencocokkan hasil kerjanya dengan informasi relevan yang ada di buku paket.

g. Merumuskan kesimpulan yaitu siswa dapat menyimpulkan hasil akhir dari hasil pengujian hipotesis, kemudian siswa mengomunikasikannya melalui presentasi di depan kelas.

h. Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan salam. 3. Prestasi belajar siswa

Prestasi belajar siswa adalah nilai yang dicapai siswa saat mengikuti tes prestasi belajar. Siswa dapat dikatakan tuntas ketika nilai yang dicapai pada saat tes prestasi belajar mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

4. Percaya diri merupakan kemampuan yang ditunjukkan siswa dengan indikator sebagai berikut:

a. Optimis.

b. Objektif/realistis dalam mengtasi masalah. c. Bertanggung jawab.

F. Penyusunan Perangkat Pembelajaran

(66)

Ada beberapa tahap yang dilakukan oleh peneliti dalam membuat RPP menggunakakan metode pembelajaran inkuiri dalam pendekatan saintifik sebagai berikut.

1. Memilih Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang akan dikembangkan.

2. Merumuskan indikator dan

Gambar

Tabel 2.1 Langkah Pembelajaran Inkuiri dalam Pendekatan
Tabel 2.2 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Materi Segiempat
Gambar 2.2 Persegi KLMN
Gambar 2.6 Layang-layang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fenomena pandemi Covid-19 masih menjadi perbincangan menarik sejak bulan Desember tahun lalu. Kemunculan pertamanya di Wuhan menjadi perhatian khusus Pemerintah dalam

jika istri-istrimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar

Menurut UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan

Jumlah Saham yang ditawarkan 1.130.197.731 Saham Biasa Atas Nama dengan Nilai Nominal Rp.

Jawaban : C Dari premis ”Sebagian obat rasanya pahit”, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian obat rasanya tidak pahit.. Karena semua obat mengandung vitamin maka sebagian

EFEKTIVITAS TERAPI SENGAT LEBAH TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI KLINIK APITHERAPY “KUSUMA”.. MOYUDAN SUMBERRAHAYU MOYUDAN

Perencanaan laba memerlukan alat bantu berupa analisis break even point yang mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume

Bank Indonesia melakukan pengawasan dalam sektor perbankan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) melakukan pengawasan di kegiatan pasar