• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Produksi Film Dokumenter Sains Telanjang = Documentary Science of Nude Art Photography T1 362011019 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Produksi Film Dokumenter Sains Telanjang = Documentary Science of Nude Art Photography T1 362011019 BAB II"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Fotografi

Hal pertama yang perlu kita ketahui adalah fotografi, fotografi bisa

didefinisikan sebagai teknik melukis dengan cahaya, yang pada awalnya fotografis

diambil dari dua kata yaitu “photo” yang berarti cahaya dan “graph” yang berarti

tulisan atau lukisan, secara gambaran umum fotografi adalah suatu proses atau metode

untuk menghasilkan gambar dari suatu objek dengan merekam pantulan cahaya yang

mengenai objek tersebut pada media yang peka cahaya. Istilah fotografi ini pertama

kali dikemukakan oleh seorang ilmuwan Inggris yang bernama Sir John Herschell pada

tahun 1839 (Darmawan 2009: 19).

2.2 Foto Telanjang ( Nude Art Photography )

Nude art photography berbeda dengan foto mewah yang menampilkan

penggambaran erotis, foto telanjang ini lebih menekankan pada nilai seni yang terdapat

pada tubuh manusia. Foto telanjang ini tidak semestinya dikategorikan menjadi sebuah

pornografi, karena foto telanjang ini tidak diarahkan pada membangkitkan gairah

dalam hal seksual.

Nude art photography adalah genre seni fotografi, yang subjeknya adalah

representasi dari telanjang atau sebagian telanjang tubuh manusia. Sebagai sebuah

penelitian terhadap tubuh manusia dijadikan gambaran dari tubuh telanjang dengan

garis dan bentuk manusia sebagai tujuan utama. Biasanya model dalam foto telanjang

ini, wajah jarang untuk di ekspose. Karya foto nude art disini sendiri lebih banyak

menampilkan keindahan lekuk tubuh manusia. Khususnya wanita yang bagi sebagian

para fotografer wanita mempunyai lekuk tubuh yang sangat indah (Kheyene

Molekandella Boer : 2012). Foto telanjang ini dianggap sebagai keterampilan tinggi

(2)

membutuhkan komunikasi yang baik dengan model agar dapat hubungan positif

diantara keduanya. Foto telanjang dibagi menjadi tiga bentuk dasar, yaitu :

1) Klasik, dimana foto telanjang 'klasik' ini berlatar belakang sederhana atau

warna latar belakang yang sederhana.

2) Full nude, model dijadikan telanjang sepenuhnya, mengambil semua

rincian terhadap tubuh model, dan membuat struktur dari tubuh yang

telanjang semua.

3) Setengah Telanjang, tidak semua tubuh harus ditampilkan dan beberapa

bagian hanya ditutupi oleh kain atau pun aksesoris sebagai penutup dari

tubuh model tersebut (Kheyene Molekandella Boer : 2012).

2.3 Film

2.3.1 Pengertian Film

Film disebut juga gambar hidup (motion pictures), yaitu serangkaian gambar

diam (still pictures) yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan sehingga

menimbulkan kesan hidup dan bergerak.1

Film, dibentuk oleh dua unsur pembentuk yakni; unsur naratif, dan unsur

sinematik. Kedua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama

lain untuk membentuk sebuah film. Masing-masing unsur tidak akan dapat membentuk

film jika berdiri sendiri-sendiri. Bisa dikatakan bahwa unsur naratif adalah bahan atau

materi yang akan diolah, sedangkan unsur sinematik adalah cara dan gaya untuk

mengolahnya. Film merupakan media yang menyajikan pesan audio, visual dan gerak.

Oleh karenanya, film memberikan kesan yang impresif bagi penontonnya. Film

dikategorikan dalam beberapa jenis, diantaranya adalah film dokumenter, film cerita

(3)

pendek, film cerita panjang, film perusahaan (company profile), iklan televisi, program

televisi, video klip, dan film pembelajaran.

Bahasa film adalah bahasa suara dan bahasa gambar. Film memiliki beberapa

unsur penting didalamnya untuk membentuk film lebih sistematis dan rinci. Aspek

naratif dan sinematik satu sama lain saling berhubungan erat. Aspek naratif adalah

hal-hal yang terkait dengan cerita film serta cara bertuturnya. Sementara aspek sinematik

adalah hal-hal yang terkait dengan perlakuan estetik terhadap cerita filmnya.Aspek

sinematik dipecah menjadi unsur-unsur yang lebih spesifik, yakni mise en-scene,

sinematografi, editing dan suara (Pratista, 2008: 1).

2.3.2 Unsur Film

Unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi sebuah film.

Mise en-scene adalah segala hal yang berada di depan kamera. Mise en-scene memiliki

empat elemen pokok yakni, setting (latar), tata cahaya, kostum dan make-up, serta

akting dan pergerakan pemain. Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera

dengan obyek yang di ambil. Editing adalah transisi sebuah gambar (shot) ke gambar

lainnya (Pratista, 2008:24).

1) Setting (latar)

Setting adalah seluruh latar bersama propertinya. Properti dalam hal ini

adalah semua benda tidak bergerak seperti pohon, lampu, pintu. Setting

yang digunakan dalam film umumnya dibuat senyata mungkin dengan

konteks ceritanya. Setting berfungsi sebagai penunjuk ruang, waktu, status

sosial, pembangun mood. Didalam sebuah produksi film, pekerjaan

perencanaan dan perancangan setting adalah tugas seorang penata artistik.

2) Tata Cahaya

Tanpa cahaya, sebuah benda tidak akan memiliki wujud. Seluruh gambar

yang ada didalam film dapat dikatakan sebagai manipulasi cahaya. Cahaya

(4)

sebuah objek. Besar kecilnya intensitas pencahayaan akan mempengaruhi

sisi terang dan sisi bayangan objek. Selain intensitas, pencahayaan juga

dipengaruhi oleh arah pencahayaan, sumber cahaya, dan warna cahaya.

3) Kostum

Kostum adalah segala hal yang dikenakan pemain bersama seluruh

aksesorisnya. Aksesoris kostum diantaranya adalah: topi, perhiasan, jam

tangan, kacamata, sepatu, tongkat, dan sebagainya. Dalam sebuah film,

kostum tidak hanya sekedar sebagai penutup tubuh, melainkan memiliki

fungsi yang sama dengan setting.

4) Make-Up

Make-Up atau tata rias secara umum memiliki dua fungsi, yaitu untuk

menunjukkan usia, dan untuk menggambarkan karakter. Tata rias wajah

biasanya digunakan untuk mendukung wajah pemain seperti yang

digambarkan pada cerita film. Dalam produksi film, aktor sering berperan

sebagai karakter yang berusia lebih muda maupun lebih tua. Maka dari itu

tata rias diperlukan supaya penonton tidak mengira jika karakter yang

diperankan aktor bukan dari usia, ataupun karakter yang sebenarnya.

2.3.3 Struktur Film

Seperti halnya karya literatur, film juga dapat dipecah menjadi bab, alenia, dan

kalimat. Secara fisik sebuah film dapat dipecah menjadi sebuah struktur, yaitu shot,

adegan, dan sekuen. Pemahaman tentang struktur nantinya berguna untuk membagi

urutan plot film secara sistematik (Effendi, 2002 :32).

1) Shot

Shot dalam produksi film memiliki arti proses perekaman gambar sejak

kamera aktif merekam hingga dihentikan, sering diistilahkan sekali take.

(5)

cerita film dengan gambar utuh yang di rangkai didalam proses editing film.

Dalam karya ilmiah, shot diibaratkan satu kalimat.

2) Adegan (Scene)

Adegan adalah satu segmen pendek dari keseluruhan cerita film. Satu

adegan merupakan gabungan dari beberapa shot yang saling berhubungan.

Dalam film, adegan berjumlah antara tiga puluh sampai lima puluh buah

adegan. Adegan adalah hal yang paling mudah dikenali saat menonton film

daripada shot.

3) Sequence (Sekuen)

Sekuen adalah satu segmen besar yang memperlihatkan satu rangkaian

peristiwa yang utuh.Satu sekuen terdiri dari beberapa adegan yang saling

berhubungan. Jika diibaratkan, dalam karya ilmiah sekuen adalah bab atau

sekumpulan bab. Satu sekuen dikelompokkan dalam satu pperiode (waktu),

lokasi, atau satu rangkaian aksi panjang. Kumpulan beberapa sekuen yang

digabungkan akan membentuk satu alur cerita yang memakan waktu

pemutaran film, hal tersebut biasa disebut durasi film.

2.4 Film Dokumenter

Film dokumenter (documentary film) didefinisikan oleh Robert Flaherty

sebagai karya ciptaan mengenai kenyataan (Creative treatment of actuality). Berbeda

dengan film berita yang merupakan rekaman kenyataan, maka film dokumenter

merupakan hasil interpretasi pribadi (pembuatnya) mengenai kenyataan tersebut

(Ayawaila 2008: 8).

2.4.1 Jenis-Jenis Film Dokumenter

Genre berarti jenis atau ragam, merupakan istilah yang berasal dari bahasa

Perancis. Kategorisasi ini terjadi dalam bidang seni-budaya seperti musik, film serta

sastra. Genre dibentuk oleh konvensi yang berubah dari waktu ke waktu. Dalam

(6)

erat pada faktor-faktor budaya (Pratista 2008: 10). Genre film dokumenter menjadi dua

belas jenis, sebagai berikut:

1) Laporan perjalanan

Jenis ini awalnya adalah dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog

atau etnografi. Namun dalam perkembangannya bisa membahas banyak hal

dari yang paling penting hingga yang remeh-temeh, sesuai dengan pesan

dan gaya yang dibuat. Istilah lain yang sering digunakan untuk jenis

dokumenter ini adalah travelogue, travel film, travel documentary dan

adventures film.

2) Sejarah

Dalam film dokumenter, genre sejarah menjadi salah satu yang sangat

kental dengan aspek referential meaning (makna yang sangat bergantung

pada referensi peristiwanya) sebab keakuratan data sangat dijaga dan

hampir tidak boleh ada yang salah baik pemaparan datanya maupun

penafsirannya. Pemakaian dokumenter sejarah ini tidak diketahui secara

akurat sejak kapan digunakan, namun pada tahun 1930-an Rezim Adolf

Hitler telah menyisipkan unsur sejarah ke dalam film-filmnya yang

memang lebih banyak bertipe dokumenter. Pada masa sekarang, film

sejarah sudah banyak diproduksi karena terutama karena kebutuhan

masyarakat akan pengetahuan dari masa lalu. Tingkat pekerjaan masyarakat

yang tinggi sangat membatasi mereka untuk mendalami pengetahuan

tentang sejarah, hal inilah yang ditangkap oleh stasiun televisi untuk

memproduksi film-film sejarah.

3) Potret/Biografi

Jenis ini lebih berkaitan dengan sosok seseorang. Sosok yang diangkat

menjadi tema utama biasanya seseorang yang dikenal luas di atau

(7)

keunikan ataupun aspek lain yang menarik. Ada beberapa istilah yang

merujuk kepada hal yang sama untuk menggolongkannya, antara lain:

a) Potret, yaitu film dokumenter yang mengupas aspek human interest

dari seseorang. Plot yang diambil biasanya adalah hanya peristiwa–

peristiwa yang dianggap penting dan krusial dari orang tersebut.

Isinya bisa berupa sanjungan, simpati, krtitik pedas atau bahkan

pemikiran sang tokoh.

b) Biografi, yaitu film yang mengupas secara kronologis dari awal

tokoh dilahirkan hingga saat tertentu (masa sekarang, saat

meninggal atau saat kesuksesan sang tokoh) yang diinginkan oleh

pembuat filmnya.

c) Profil, yaitu sebuah sub-genre yang memiliki banyak kesamaan

dengan dua jenis film di atas namun memiliki perbedaan terutama

karena adanya unsur pariwara (iklan/promosi) dari tokoh tersebut.

Pembagian sequencenya hampir tidak pernah membahas secara

kronologis dan walaupun misalnya diceritakan tentang kelahiran

dan tempat ia berkiprah, biasanya tidak pernah mendalam atau

terkadang hanya untuk awalan saja. Profil umumnya lebih banyak

membahas aspek-aspek ‘positif’ tokoh seperti keberhasilan ataupun

kebaikan yang dilakukan.

d) Nostalgia

Yaitu jenis film yang cukup dekat dengan jenis sejarah, namun

biasanya banyak mengetengahkan kilas balik atau napak tilas dari

kejadian-kejadian yang dialami seseorang atau suatu kelompok.

e) Rekonstruksi

Yaitu jenis documenter yang mencoba memberi gambaran ulang

terhadap peristiwa yang terjadi secara utuh. Biasanya ada kesulitan

tersendiri dalam mempresentasikan suatu peristiwa kepada

(8)

Perisitiwa yang memungkinkan untuk direkonstruksi dalam

film-film jenis ini adalah peristiwa kriminal (pembunuhan atau

perampokan), bencana (jatuhnya pesawat dan tabrakan kendaraan),

dan lain sebagainya. Dalam membuat rekonstruksi, bisa dilakukan

dengan shoot live action atau bisa juga dibantu dengan animasi.

f) Investigasi

Yaitu jenis documenter yang merupakan kepanjangan dari

investigasi jurnalistik. Biasanya aspek visual yang tetap ditonjolkan.

Peristiwa yang diangkat merupakan peristiwa yang ingin diketahui

lebih mendalam, baik diketahui oleh publik ataupun tidak.

Misalnya: korupsi dalam penanganan bencana, jaringan kartel atau

mafia di sebuah negara, tabir dibalik sebuah peristiwa pembunuhan,

ketenaran instan sebuah band dan sebagainya. Peristiwa seperti itu

ada yang sudah terpublikasikan dan ada pula yang belum, namun

seperti apa persisnya bisa jadi tidak banyak orang yang mengetahui.

Terkadang, dokumenter seperti ini membutuhkan rekonstruksi

untuk membantu memperjelas proses terjadinya peristiwa. Bahkan

dalam beberapa film aspek rekonstruksi digunakan untuk

menggambarkan dugaandugaan para subjek di dalamnya.

g) Perbandingan dan Kontradiksi

Yaitu sebuah dokumenter yang mengetengahkan sebuah

perbandingan, bisa dari seseorang atau sesuatu.

h) Ilmu Pengetahuan

Yaitu genre film dokumenter yang menekankan pada aspek

pendidikan dan pengetahuan. Genre ini dibagi menjadi dua bentuk :

 Dokumenter Sains, Bisa kita lihat seperti National

(9)

 Dokumenter Instruksi, yang sering kita lihat pada

dokumenter How To, contohnya dari yang ringan hingga

berat.

i) Buku Harian/Diary

Seperti halnya sebuah buku harian, maka film ber-genre ini juga

mengacu pada catatan perjalanan kehidupan seseorang yang

diceritakan kepada orang lain.

j) Musik

Merupakan salah satu genre musik dokumenter yang sangat

banyak diproduksi. Salah satu awalnya muncul ketika Donn Alan

Pannebaker membuat film-film yang sebenarnya hanya

mendokumentasikan pertunjukkan musik.

k) Association Picture Story

Yaitu jenis dokumenter yang dipengaruhi oleh film eksperimental.

Sesuai dengan namanya, film ini mengandalkan gambar–gambar

yang tidak berhubungan namun ketika disatukan dengan editing,

maka makna yang muncul dapat ditangkap penonton melalui

asosiasi yang terbentuk di benak mereka.

l) Dokudrama

Yaitu salah satu dari jenis dokumenter yang merupakan penafsiran

ulang terhadap kejadian nyata, bahkan selain peristiwanya, hampir

seluruh aspek filmnya (tokoh, ruang dan waktu) cenderung untuk

direkonstruksi. Ruang (tempat) akan dicari yang mirip dengan

tempat aslinya bahkan kalau memungkinkan dibangun lagi hanya

untuk keperluan film tersebut. Begitu pula dengan tokoh, pastinya

akan dimainkan oleh aktor yang sebisa mungkin dibuat mirip

(10)

2.5 Film Dokumenter Ilmu Pengetahuan

Film Dokumenter ilmu pengetahuan merupakan salah satu jenis film

dokumenter yang bersifat mendidik. Dokumenter ini dibuat untuk lembaga pendidikan

formal dan non formal, dan dapat bersifat komersial. Dalam dokumenter ilmu

pengetahuan, tujuannya berupa penyampaian suatu informasi mengenai disiplin ilmu

tertentu. Dokumenter tipe ilmu pengetahuan terbagi dalam dua bentuk kemasan dengan

tujuan publik yang berbeda. Bila ditujukan untuk publik khusus biasa disebut film

edukasi, sedangkan jika ditujukan untuk publik umum dan luas disebut film

instruksional (Pratista, 2008: 11).

2.6 Produksi Film Dokumenter

2.6.1 Tahap-tahap Pembuatan Film Dokumenter

Menurut Chandra Tansil (Chandra 2010: 5), tahap pembuatan film dokumenter

dibagi menjadi enam bagian:

1)Membangun gagasan

2)Riset

3)Menyusun alur cerita

4)Menyusun desain produksi

5)Syuting

6)Penyuntingan gambar dan suara dimeja editing

2.7 Teori Sussane K. Langer

Dalam perancangan film dokumenter ini penulis menggunakan pendekatan

teoritis untuk memposisikan Nude Art Photography sebagai objek film dokumenter

yang dapat secara ilmiah. Sussane Knauth Langer merupakan seorang filsuf wanita

kelahiran Amerika Serikat. Ia lahir pada 1895. Susanne Langer merupakan salah satu

wanita pertama yang mendalami ilmu filsafat sebagai karir akademisnya. Teori

Sussane K. Langer bermanfaat karena teori ini menegaskan beberapa konsep dan istilah

(11)

mengenai seni, Sussane tidak melihat seni dari manfaat atau fungsinya melainkan dari

apa yang terkandung dan dimiliki oleh seni itu sendiri.

Pengertian Simbol yang dimaksud Susanne bukanlah simbol-simbol dalam seni

seperti Ikonographik. Jadi bukan simbol yang berdasarkan konvensi atau menjadi

referensi, tetapi yang memberikan pendalaman dan bahkan mengarahkan konvensi.

Menurut Susanne, seni juga seperti ilmu pengetahuan. Seni membawa isi dunia emosi,

namun tidak hanya memberikan kesenangan bagi pengamatnya. Melainkan

menanamkan pemahaman (konsepsi keindahan) bagi pengamat.

Secara khusus Susanne Langer memang membuat teori dasar mengenai simbol

untuk teori simbol presentasional, dari sana ia mendefenisikan seni sebagai “kreasi

bentuk- bentuk simbolis perasaan manusia”. Defenisi seni ini mengimplikasikan

beberapa hal:

1) Seni merupakan kreasi. Kreasi berarti pengadaan sesuatu yang tadinya tidak

ada.

2) Rumusan bentuk simbolis. Bentuk simbolis tidak mengacu pada

pengalaman sendiri secara angsung melainkan pengalaman yang

sudah disimbolkan.

3) Bentuk simbolis yang dilemparkan seniman dalam kreasi seninya tidak

berasal dari pikiran melainkan dari perasaannya.Yakni formasi dari

pengalaman emosionalnya.

2.8 Pemikiran Sussane K. Langer tentang Seni

Teori Sussane Langer tentang simbol mendasari teori ini tentang seni. Bagi

Susanne Langer, seni merupakan simbolisasi perasaan manusia. Bagaimana karya seni

bisa disebut simbol? Susanne Langer menolak teori Plato yang mengatakan seni adalah

tiruan (mimesis) dari alam. Baginya, karya seni merupakan suatu bentuk ciptaan yang

berbeda dari realitas kehidupan sehari-hari, namun mirip (semblance). Perbedaan yang

mengandung kemiripan berasal dari kreativitas seniman. Kreativitas merupakan imaji

(12)

realitas, karena melibatkan imajinasi seniman. Sekalipun pada karya yang tidak

mengandung unsur peniruan terdapat imaji murni.

Proses simbolisasi dari imajinasi seniman inilah terjadi proses abstraksi (ada

proses pemisahan diri dari keberadaannya yang aktual dan memiliki konteks berbeda),

sehingga karya seni disebut sebagai simbol. Semua bentuk dalam seni merupakan

bentuk yang diabstraksikan untuk membuatnya lebih tampak secara keseluruhan, dan

dilepaskan dari penggunaan sehari-hari, untuk diletakkan sebagai penggunaan baru

sebagai simbol yang bersifat ekspresif bagi perasaan manusia. Dalam karya yang

mengandung makna simbolik perasaan yang dieskpresikan dalam seni bukanlah

perasaan yang asli, melainkan gagasan terhadap perasaan asli tersebut. Oleh karena itu

disebut simbolik.

Asumsi dasar teori ini adalah bahwa simbolisme mendasari pengetahuan dan

pemahaman semua manusia. Simbol adalah konseptualisasi manusia tentang suatu hal,

dan sebuah simbol ada untuk sesuatu (Acta Diurna : 2010).

2.9 Teori Estetika

Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang membahas keindahan. Estetika

merupakan ilmu membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk, dan bagaimana

supaya dapat merasakannya ( Nanang Rizali : 2013 ).

Baumgarten, yang pertama kalinya menyusun sistim

estetika sebagai “pengetahuan filosofis” ketegasan

tentang pentingnya Baumgarten menggerakan proposisi

kedua yang kini merupakan keyakinan yang meluas yakni,

bahwa estetika adalah pengetahuan modern, dan yang

dapat ditemukan di dalam karya-karya jaman purba, abad

pertengahan, dan renaisan serta jaman setelahnya,

(13)

Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni. Istilah

estetika melalui beberapa uraian yang berkembang menjadi ilmu tentang keindahan.

Keindahan adalah suatu kumpulan hubungan yang selaras dalam suatu benda dan

diantara benda itu dengan pengamat (Dharsono, 2004: 4). Estetika berasal dari bahasa

Yunani. Pertama kali digunakan oleh filsuf Alexander Gottlieb Baumgarten ( 1714 –

1762 ) pada 1735 untuk pengertian ilmu tentang hal yang bisa dirasakan lewat perasaan.

Didalam estetika itu sendiri menyangkut bahasan mengenai suatu karya seni,

yang diantaranya adalah suatu karya fotografi nude art photography yang sebenarnya

dilihat dari historisnya merupakan karya seni yang sudah ada sejak dulu dan kini

berkembang kemudian menjadi pertentangan. Foto memang merupakan usaha untuk

meyakinkan, bahwa apa yang dipotret dapat hadir kembali dalam hasil karya berupa

foto, persis seperti realitasnya. Begitu juga kaitannya dengan karya nude art

photography, fotografer diharuskan mempunyai teknis fotografi dengan benar, cara

berpikir yang benar, karena bagaimanapun seni adalah sebuah luapan yang nantinya

akan mempunyai nilai estetika, nilai estetis tersebut dapat menjadi suatu tujuan utama

dalam proses penciptaan yang diupayakan sedemikian rupa oleh pelaku seni, agar

setiap proses penciptaan suatu karya seninya dapat dinilai dan dinikmati karena suatu

Referensi

Dokumen terkait

untuk bekerja sama dengan yang lainnya dalam kegiatan belajar Cooperative.. Learning yang akan

Gramedia Majalah dibandingkan dengan perusahaan lain banyak memiliki kesamaan, selain itu terdapat juga perbedaan dalam penerapan karakteristik budaya organisasi

Tanggung jawab tersebut dapat terpenuhi dengan maksimal, apabila setiap karyawan yang ada pada perusahaan tersebut selalu menerapkan budaya organisasi yang

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada 15 sampel AMIU di sekitar kampus di DIY, 93,33 % sampel yang memiliki kandungan total mikrobia (ALT) melebihi ambang batas

54 Tahun 2010 Pasal 83 Ayat 2 huruf a “ ULP menyatakan seleksi gagal apabila peserta yang lulus kualifiksi pada proses prakualifikasi kurang dari 5 (lima) untuk seleksi umum

ANALISIS KEBERANGKATAN ARUS PADA SIMPANG BERSINYAL DILENGKAPI DENGAN TTCD DAN SIMPANG BERSINYAL TIDAK DILENGKAPI TTCD (TRAFFIC TIME COUNTER DISPLAY) ; Puput Anggoro

kom unikasi m odern t elah m em ungkin seseorang m em bina hubungan baik dengan orang lain di seluruh dunia.  Didukung t eknologi inform asi, proses

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas