• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM MENANGANI KONFLIK ANTAR SMA di SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM MENANGANI KONFLIK ANTAR SMA di SURABAYA."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM MENANGANI KONFLIK ANTAR SMA di SURABAYA

(Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Interper sonal Dalam Menangani Konflik SMA Komplek di Sur abaya)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN “Veteran” J awa Timur

Oleh :

ALDILA J ANITRA R. NPM. 0843010206

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK J URUSAN ILMU KOMUNIKASI

(2)

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM MENANGANI KONFLIK ANTAR SMA di SURABAYA

(Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Interper sonal Dalam Menangani Konflik SMA Komplek di Sur abaya)

Disusun Oleh : Aldila J anitra Ramadhan

NPM. 0843010206

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi Menyutujui,

Pembimbing Utama

Dr s. Kusnarto, M. Si NIP. 195808011984021001

Mengetahui DEKAN

(3)

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM MENANGANI KONFLIK ANTAR SMA di SURABAYA

(Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Interper sonal Dalam Menangani Konflik SMA Komplek di Sur abaya)

Oleh :

Aldila J anitra Ramadhan NPM. 0843010206

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skr ipsi J urusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” J awa Timur Pada Tanggal 31 J anuar i 2013

Dosen Pembimbing Tim Penguji :

1. Ketua

Dr s. Kusnarto, M.Si Ir Didiek Tranggono, M.Si

NIP. 19580811984021001 NIP. 195812251990011001

2. Sekertaris

Dr. Catur Sur atnoaji, M.Si NPT. 368049400281

3. Anggota

Dr s. Kusnarto. M.Si NIP. 19580811984021001

Mengetahui, DEKAN

(4)

dengan limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan SKRIPSI yang berjudul “KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM MENANGANI KONFLIK ANTAR SMA di SURABAYA (Studi Deskr iptif Kualitatif Komunikasi Dalam Menangani Konflik SMA Komplek di Sur abaya)”.

Dalam proses penyelesaian Skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini:

1. Ibu Dra. Suparwati, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.

2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.

3. Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.

4. Bapak Drs. Kusnarto, M. Si, selaku Dosen Pembimbing penulis. Terima kasih atas segala bimbingan, motivasi dan masukannya.

5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staf Karyawan FISIP hingga UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.

6. Terima kasih kepada bapak dan ibu saya yang telah banyak mendukung saya selama ini dan selalu memberi dorongan motivasi dan materi.

(5)

saudara-8. Motivator utama saya “Kinsy Olivia S…” terimakasih banyak semangat dalam memotivasi saya dalam segala hal

9. Buat saudara-saudara di Warkop Alang-alang yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu.

10. Sahabat-sahabat grup GEPO yang selalu memotivasi agar cepat lulus.

11. Dolor-dolor seangkatan dari semester 1 (brenk, jo, diki, najwa, yudha, alby, antok, sodijk, dion, shela, kacong) terima kasih atas bantuan dari yang terkecil hingga yang berarti, kalian memang yang terbaik

12. Sahabat-sahabat dari warung FP terima kasih untuk semua saran dan masukan. 13. Seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan atas keterbatasan halaman ini,

untuk segala bentuk bantuan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih. Akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis harapkan demi tercapainya hal terbaik dari Skripsi ini. Besar harapan penulis, semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.

Surabaya, November 2012

(6)

HALAMAN J UDUL ... i

HALAMAN PERSETUJ UAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.4.1. Manfaat Teoritis ... 7

1.4.2. Manfaat Praktis ... 7

BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 8

2.2. Media ... 8

2.3. Informasi ... 9

2.4. Komunikasi ... .. 11

(7)

2.4.2. Teori Komunikasi Interpersonal ... 14

2.5. Konflik ... 26

2.5.1. Jenis Konflik ... 27

2.5.2. Teori Konflik ... 29

2.6. Resolusi Konflik ... 37

2.7. Kerangka Berfikir……….. 40

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 42

3.2. Definisi Operasional ... 44

3.2.1. Komunikasi Interpersonal ... 44

3.2.2. Kredibilitas ... 45

3.2.3. Konflik ... 45

3.2.4. Jenis Konflik... 47

3.2.5. Resolusi ... ………. 47

3.2.6. Resolusi Konflik . ……… 48

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 49

3.4. Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV PENYAJ IAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Objek Penelitian... 52

4.1.1. Gambaran Umum Kota Surabaya ... 52

4.1.2. Gambaran Umum SMA Komplek ... 54

(8)
(9)

DAFTAR LAMPIRAN

(10)

(Studi Deskr iptif Kua lita tif Komunikasi Inter per sonal Dalam Menangani Konflik SMA Komplek di Sur a baya)

Penelitian ini berawal dari berita maraknya fenomena perkelahian antar pelajar yang ditayangkan di media cetak maupun televisi. Alawy Susanto siswa kelas X SMA 6 Jakarta merupakan korban meninggal dunia akibat konflik perkelahian antar pelajar yang terjadi secara turun temurun antara SMA 6 dengan SMA 70 di Jakarta. Fenomena tersebut berbanding terbalik dengan yang terjadi di Surabaya yaitu terdapat empat SMA Negri ( SMA 1, 2, 5, 9) yang berkawasan dalam satu lingkup dijuluki SMA Komplek. Dalam pandangn masyarakat, SMA ini terlihat tenang tanpa konflik. Namun apakah benar seperti itu? Sedangkan menurut pra penelitian pernah terdengar informasi bahwa SMA Komplek pernah terjadi konflik. Bagaimana cara komunikasi interpersonal yang digunakan SMA Komplek dalam menangani konflik sehingga tidak terdengar oleh masyarakat

Teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Komunikasi Interpersonal dengan teori kredibilitas (Gobbel) dan resolusi konflik seperti yang terdapat pada buku Manajemen Konflik (Wirawan).

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu jenis penelitian yang berisi tentang paparan dengan tidak melibatkan kalkulasi angka (Kuncoro : 2003). Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah observasi lapangan, wawancara, dan studi literatur.

Berdasarkan analisis maka peneliti mempunyai kesimpulan sebagai berikut yaitu cara komunikasi yang digunakan pihak SMA Komplek dalam penanganan konflik dengan cara Komunikasi Interpersonal menggunakan teori Kredibilitas dan Resolusi intervensi pihak ketiga dalam upaya pencegahan konflik lanjutan

(11)

ABSTRACT

ALDILA J ANITRA RAMADHAN, INTERPERSONAL COMMUNICATION IN HANDLING CONFLICT AMONG SMA IN SURABAYA

(Descr iptive Qualitative Study Inter personal Communication In Handling Conflict Among SMA Komplek In Sur abaya)

This research is based on the news which is about the quarrel phenomenon among students which is shown in the published media or in the television. Alawy Susanto, students of X SMA 6 Jakarta is a passing away victim caused by a quarrel among students which is occurred for generations between SMA 6 and SMA 70 in Jakarta. This Phenomenon is inversely proportional with the case which is occurred in Surabaya that there are four SMA Negeri (SMA 1, 2, 5, 9) which is located in one location so that they were called SMA Komplek. In a view of society, This SMA looked calm without any conflict. However, is that true? Whereas based on the pre-research there has been heard information that SMA Komplek have ever been a conflict. How the way of interpersonal communication which is used by SMA Komplek in handling conflict so that there will not be heard by people.

The theory which is used in this research is using Interpersonal Communication in credibility theory (Gobbel) and conflict resolution such as conflict which is in the book of Manajemen Konflik (Wirawan).

Research method which is used is descriptive qualitative, this research is about an explanation without concerning on number (Kuncoro : 2003). The analysis technique which is used by the researcher is observation, interview, and literature study.

Based on the analysis the researcher concluded that the way of communication which is used by SMA Komplek in handling conflict in Interpersonal Communication is by using Credibility Theory and Resolution intervension from third side in effort of preventing the continuing conflict.

(12)

1.1 Latar Belakang Masalah

Berita merupakan sumber informasi terpenting pada era saat ini, berita adalah hasil dari proses kompleks yang menyortir (memilah-milah) dan menentukan peristiwa dan tema-tema tertentu dalam kategori tertentu. Peristiwa harus dinilai terlebih dahulu apakah peristiwa apa saja yang akan diberitakan. Tidak semua hal dapat dijadikan berita hanya berita yang mempunyai ukuran-ukuran tertentu saja atau yang memiliki news value saja yang layak dan bisa disebut sebagai berita. (Sutisna, 2003:289).

(13)

2

negeri, konflik dan informasi tentang selebriti dan masih banyak berita lainnya.

Salah satu berita yang ada hangat sekarang ini adalah berita konflik antara SMA 6 dan 70 di Jakarta sampai ada yang meninggal, bahkan konflik ini tidak terjadi saat itu saja namun turun temurun dari kedua SMA tersebut.

Konflik merupakan sebuah esensi dari perkembangan manusia yang mempunyai karakteristik beragam. Manusia memiliki perbedaan jenis kelamin, strata sosial dan ekonomi, sistem hukum, bangsa, suku, agama, kepercayaan, aliran politik, serta budaya dan tujuan hidupnya. Dalam sejarah umat manusia, perbedaan inilah yang selalu menyebabkan konflik.

Selama masih ada perbedaan tersebut, konflik tidak dapat dihindari dan akan selalu terjadi. Dari sini, ada benarnya jika sejarah umat manusia merupakan sejarah konflik (Wirawan 2010:1). Konflik selalu terjadi di dunia, dalam sistem sosial yang bernama negara, bangsa, organisasi, perusahaan, dan bahkan dalam sistem sosial terkecil yang bernama keluarga dan pertemanan. Konflik terjadi di masa lalu, sekarang, dan pasti akan terjadi di masa yang akan datang

(14)

mempunyai sebuah keawajiban yaitu menuntut ilmu dan mengabdi pada bangsa ini.

Pada fenomena ini seharusnya terdapat komunikasi yang signifikan antara pihak sekolah dan siswanya dalam mencari solusi pemecahan yang dapat meeredam emosi pelajar dan mencegah terjadinya tawuran. Dikarenakan jika dilakukan komunikasi yang tepat maka dapat tercegah hal-hal yang tidak di inginkan..

Perkelahian antar pelajar yang sering terjadi biasanya dikarenakan adanya kesalahfahaman yang terjadi antar individu atau kelompok dan tidak adanya pola komunikasi yang signifikan dalam menangani sebuah konflik, sehingga konflik antar pelajar tersebut seolah olah menjadi trend tersendiri dari sebuah konflik lanjutan yang belum terselesaikan bagi pelajar dan terjadi terus menerus dari generasi ke generasi seterusnya.

Ada kalanya pelajar mudah tersulut amarah yang disebabkan provokasi-provokasi dari pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab, jika menilik perkelahian yang terjadi dari generasi ke generasi lanjutan bisa terjadi berawal dari provokasi alumni atau balas dendam dari konflik awal yang menurut beberapa individu atau kelompok belum terselesaikan sumber permasalahannya.

(15)

4

terjadi adalah perkelahian pelajar SMA yang berada di kota Jakarta, tepatnya tawuran antara SMA 70 dengan SMA 6 yang terjadi pada tanggal 24 September 2012. Konflik ini bukan pertama kali terjadi pada kedua sekolah tersebut, melainkan sudah menjadi tradisi dan budaya dari setiap generasinya. (Jawa Pos, 24 September 2012).

Alawy Yusianto Putra siswa kelas X pelajar SMA 6 yang menjadi korban tewas atas penyerangan puluhan murid yang berasal dari SMA 70 tersebut diserang pada bagian dada dengan menggunakan celurit oleh pelaku Fitra Ramadhani.

Fenomena tersebut menggambarkan kebrutalan yang terjadi di kalangan pelajar dan menjadi sebuah gambaran miris di dunia pendidikan. Kejadian ini seakan mencoreng muka bangsa karena dunia pendidikan yang seharusnya mendidik anak bangsa memiliki pola pikir yang santun dan bernorma sehingga menjadi pelajar yang benar-benar berpendidikan, bermoral dan berbudi pekerti luhur.

(16)

menyikapi tawuran dari generasi ke generasi tersebut karena tawuran ini telah lama terjadi.

Penulis lalu membandingkan dengan yang terjadi di Kota Surabaya, di Kota Surabaya ini terdapat SMA yang dijuluki SMA Komplek yang dalam satu lingkup kawasan yang terletak di Jalan Kusuma Bangsa. Di dalam SMA Komplek ini terdapat empat SMA yaitu SMA 5, SMA 1, SMA 2 dan SMA 9. Dari pandangan penulis dan masyarakat eksternal sekolah pada SMA Komplek ini terlihat damai dan tenang seolah olah tidak pernah terjadi konflik yang meluas hingga tidak teridentifikasi pihak media.

Namun apakah SMA Komplek benar-benar tidak pernah terjadi konflik. Berdasarkan pra peneliti SMA Komplek sering terjadi konlik, bahkan 2002 cerita alumni pernah terjadi konlik antara SMA 2, 5, dan 9 , konflik tersebut diketahui semua pihak SMA komplek namun tidak sampai diketahui oleh pihak luar (Rangga, Alumni SMA 5 angkatan 2003).

(17)

6

Pada tanggal 30 Oktober 2012 SMA Komplek mendeklarasikan tentang anti tawuran dan anti narkoba (Jawa Pos, 30 Oktober 2012). Ini merupakan salah satu cara SMA kami meminimalisir dan mencegah terjadinya konflik serta memberantas adanya Narkoba di lingkup SMA Komplek ini ( Bapak Nur Hasan, Kepsek SMA 1).

Menurut pandangan peneliti, secara tidak langsung dengan adanya deklarasi anti tawuran yang disampaikan oleh pihak SMA Komplek hal ini menggambarkan pernah terjadi adanya tawuran di lingkungan SMA ini sehingga deklarasi ini dikeluarkan dan menurut pra penelitian memang pernah terjadi walaupun tidak semua konflik tersebut diketahui oleh pihak sekolah.

1.2 Perumusan masalah

(18)

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana komunikasi interpersonal yang digunakan SMA Komplek Surabaya dalam mengatasi konflik.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian ilmu komunikasi tentang konflik dengan mengaplikasikan teori-teori khususnya teori-teori komunikasi tentang pemahaman konflik sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan pemikiran untuk penelitian berikutnya 2. Manfaat Praktis

(19)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.2 Media

Media berasal dari kata “ Medium” yang berasal dari bahasa latin “ Medius” yang berarti “ tengah” atau “ sedang” . Pengertian media mengarah pada sesuatu yang mengantar/meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan (Latuheru, 1988:9).

Menurut McLuhan (dalam Sihkabuden, 1985:2) media merupakan suatu sarana atau channel sebagai perantara antara pemberi pesan kepada penerima pesan.

Blacks dan Horalsen (dalam Sihkabuden, 1999:1) juga mempunyai pendapat tentang media. Menurut mereka, media adalah saluran komunikasi atau medium yang digunakan untuk membawa atau menyampaikan suatu pesan dimana medium itu merupakan jalan atau alat dengan suatu pesan berjalan antara komunitor ke komunikan.

(20)

yang biasanya disajikan dengan menggunakan peralatan. Sedangkan peralatan atau perangkat keras (hardware) sendiri merupakan sarana untuk dapat menampilkan pesan yang terkandung

2.3 Infor masi

Mengutip pemahaman Fisher (1986) yang mengelompokkan berbagai pandangan mengenai konsep informasi ke dalam tiga buah variasi.

1. Informasi Mengacu ke Fakta atau Data

Istilah informasi menunjukkan fakta atau data yang diperoleh selama tindakan komunikasi berlangsung. Dalam pandangan ini, informasi dikonseptualisasi sebagai kuantitas fisik yang dapat dipindahkan dari satu titik ke titik yang lain, dari suatu medium ke medium yang lain, dari satu orang ke orang yang lain. 2. Informasi Mengacu ke Makna Data

(21)

10

3. Informasi Mengacu ke Jumlah Data

Istilah informasi menunjukkan jumlah data mengenai ketidakpastian yang dapat diukur dengan cara mereduksikan atau mengurangkan sejumlah alternatif atau pilihan yang tersedia. Jumlah informasi berkaitan dengan seberapa besar situasi tertentu tidak pasti. Semakin tidak pasti situasi tertentu, semakin banyak pula alternatif atau pilihan informasi yang dapat digunakan secara berturut-turut dan bertumpang tindih (reduktif) untuk mengurangi ketidakpastian tersebut.

Ada lagi definisi mengenai informasi oleh Prof. Onong Uchyana Effendi MA menyebutkan informasi adalah :

a. Pesan yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang yang baginya merupakan hal yang baru diketahui b. Data yang telah diolah untuk disampaikan kepada yang

memerlukan atau untuk mengambil keputusan mengenai suatu hal

c. Kegiatan menyebarluaskan pesan yang disertai penjelasan, baik secara langsung maupun melalui media komunikasi, kepada khalayak yang baginya merupakan hal atau peristiwa baru

(22)

Informan adalah orangnya, seseorang yang memberikan informasi kepada orang lain yang belum mengetahuinya.

Teori informasi adalah teori berdasarkan proses komunikasi yang berlangsung secara runtut mulai dari : (1) sumber, (2) melalui penyandi (encoder) yang menerjemahkan unsur-unsur pesan menjadi isyarat-isyarat (kata-kata, gambar, dan sebagainya) yang pada gilirannya menjadi getaran-getaran elektronik, (3) melalui saluran (medianya) , (4) melalui pengurai-sandi (decoder), dan (5) kepada penerima.

2.4. Komunikasi

Komunikasi mrupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Dan bahkan komunikasi telah menjadi suatu fenomena bagi terbentuknya suatu masyarakat atau komunitas yang terintregasi oleh informasi, dimana masing-masing individu dalam masyarakat itu sendiri saling berbagi informasi (information sharing) untuk mencapai tujuan bersama.

Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampai pesan dengan orang yang menerima pesan.

Senada dengan hal itu bahwa komunikasi atau

communication berasal dari bahasa latin “communis”. Communis

(23)

12

Apabila kita berkomunikasi , ini berarti bahwa kita berada dalam keadaan berusaha untuk menimbulkan kesamaan (Suwardi, 1986:13).

Terdapat banyak sekali definisi tentang komunikasi yang dirumuskan oleh para ahli. Masing- masing memiliki penekanan dan arti yang berbeda satu sama lainnya. Pada dasarnya pengertian komunikasi memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan ilmu social lainnya, hanya saja dalam ilmu komunikasi objeknya ditujukan kepada peristiwa-peristiwa komunikasi antara manusia. Berbicara tentang pengertian komunikasi, tidak ada pengertian yang benar ataupun yang salah, definisi harus dilihat dari kemanfaatannya untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa pengertian tentang komunikasi terkadan terlalu sempit, seperti komunikasi adalah “penyampaian pesan”, ataupun terlalu luas, sperti “komunikasi adalah proses interaksi dua makhluk”, sehingga pelaku komunikasi tersebut dapat termasuk hewan, tumbuhan bahkan jin.

(24)

2.4.1. Komunikasi Interper sonal

Pergaulan manusia merupakan salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat. Menurut Schramm (1974) diantara manusia yang saling bergaul, ada yang saling membagi informasi, namun ada pula yang membagi gagasan dan sikap. Proses pengalihan informasi tersebut selalu mengandung pengaruh tertentu Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan Interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita pahami tetapi hubungan diantara komunikasi menjadi rusak.

Komunikasi antarpribadi didefinisikan oleh A. Devito dalam bukunya The interpersonal Comminication Book. (Devito, 1989:4) sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. (The

process of sending and receiving messages, between two persons,

or among a small group person, with same effect and same

immediate feedback).

Berdasarkan devinisi Devito itu, komunikasi antarpribadi dapat berlangsung antara dua orang yang memang sedang berdua-duaan.

(25)

14

muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal. Bentuk komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas dua bagian, pertama komunikasi diadik, yakni komunikasi yang terjadi antara dua orang. Dalam komunikasi ini komunikator selalu memusatkan perhatiannya hanya pada komunikan. Bentuk komunikasi lainnya adalah komunikasi triadic, yakni komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang , yaitu seorang komunikator dan dua orang komunikan.

2.4.2. Teori Komunikasi Interper sonal A. Teori Kredibilitas

Gobbel, Menteri Propaganda Jerman dalam Perang Dunia ke II menyatakan bahwa untuk menjadi seorang komunukator yang efektif harus memiliki kredibilitas yang tinggi. Kredibilitas menurut Aristoteles, bisa diperoleh jika seorang komunikator memiliki ethos, phatos, dan logos.

(26)

(competence), sikap (character), tujuan (intention), kepribadian (personality) dan dinamika (dynamics).

Kompetensi ialah penguasaan yang dimiliki oleh seorang komunikator pada masalah yang dibahasnya. Sikap menunjukkan pribadi komunikator , apakah ia tegar atau toleran dalam sebuah prinsip. Tujuan menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan komunikator mempunyai maksud baik atau tidak. Kepribadian menunjukkan apakah hal yang disampaikan itu menarik atau sebaliknya justru membosankan komunikan.

Menurut bentuknya kredibilitas dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu :

a. Initial Credibility, yakni kredibilitas yang diperoleh

komunikator sebelum proses komunikasi berlangsung, misalnya pembicara yang sudah punya nama bisa mendatangkan banyak pendengar

b. Derived Credibility, yakni kredibilitas yang diperoleh seseorang pada saat komunikasi berlangsung

c. Terminal Credibility, yaitu kredibilitas seorang

(27)

16

B. Teori Disonansi Kognitif

Sebagian besar teoretis kognitif percaya bahwa manusia memperoleh informasi yang diterima melalui 5 tahap : pertama,

sensory input yakni terjadinya prosespengindraan terhadap stimulus

yang ada di lingkungan. Tidak semua stimulus yang akan diserap oleh alat indra. Hanya stimulus yang sesuai dengan kebutuhan saja yang masuk dalam proses ini.

Kedua, central processing. Pada tahap ini terjadi proses pemberian makna (persepsi) terhadap informasi yang masuk. Ketiga, information storage yakni tahap penyimpanan informasi yang masuk ke gudang memori manusia, terdapat memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Ke empat, information

retrieval yakni pemanggilan kembali informasi yang disimpan

dalam gudang memori. Kelima, utilization, bagaiman cara kita memanggil dan mentransformasikan informasi akan mempengaruhi perilaku nonverbal dan pembicaraan yang akan dilakukan (Greffin, 2003:112-114).

(28)

C. Teori Pertukaran Sosial

Teori ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharap sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kellay, dua orang pemuka utama dari model ini, menyimpulkan bahwa pertukaran social menurut mereka adalah “Bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan social hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan jika ditinjau dari segi ganjaran, biaya, laba dan tingkat perbandingan”. D. Teori Inokulasi

Teori Inokulasi atau teori suntikan yang pada mulanya ditampilkan oleh Mc Guire ini mengambil analogi dari peristiwa medis. Orang yang tidak memiliki informasi untuk mengetahui suatu hal, maka ia akan lebih mudah untuk dipersuasif atau dibujuk.

(29)

18

E. Teori Behaviorisme

Teori ini lahir sebagai reaksi terhadap Introspeksionisme, yakni yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan- laporan subjektif dan juga psikoanalisis, yakni yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak. Pada dasarnya

behaviorisme mencoba untuk menganalisis perilaku yang tampak,

dapat diukur, dilukiskan dan diramalkan.

Behaviorisme menggambarakan manusia sebagai makhluk

yang digerakkan semuanya oleh lingkungan atau apa yang diesbut dengan Homo Mecanicus. Salah satu tokoh aliran behavioral adalah Watson.

Ia mengatakan bahwa psikologi dala konteks behavioral adalah cabang ilmu alam, dimana tujuan teoritisnya adalah pengalaman dan penguasaan perilaku. Ia menolak mind dijadikan objek kajian dalam bidang psikologi dan menegaskan bahwa psikologi objek kajiannya dibatasi hanya pada aspek perilaku saja. Ada 4 aspek penting behaviorisme .

(30)

Dalam behavioristis, pada dasarnya semua pengalaman dan pengamatan serta struktur- struktur dalam masyarakat pada akhirnya akan menjadi perilaku kita, sebab semua peristiwa yang besar- besar selalu dimulai dari peristiwa kecil.

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa manusia hidup adalah untuk brfikir akan tetapi manusia hidup juga berusaha untuk menentukan identitas dirinya untuk mencapai apa yang akan didambakannya.

F. Teori Interaksi Simbolik

Teori interaksi simbolik berinduk pada perspektif fenomologis. Istilah Feonomologis, menurut Natanson merupakan satu istilah generik yang merujuk pada semua pandangan ilmu sosial yang menganggap kesadaran manusia dan makna objktifnya sebagai titik sentral untuk memperoleh pengertian atas tindakan manusia dalam social masyarakat.

Surutnya perspektif fenomenologis member kemungkinan bagi para ilmuwan untuk memunculkan teori baru dalam bidang ilmu social. Kemudian muncullah teori interkasi simbolik yang segera mendapat tempat. Max Webber adalah orang yang memunculkan teori interaksi simbolik,

(31)

20

sosial manakala tindakan tindakan tersebut timbul dan dalam kesadaran subjektif dan mengandung makna intersubjektif.

Artinya, terkait dengan orang diluar dirinya . Teori interaksi simbolik dipengaruhi oleh struktur social yang membentuk atau menyebabkan perilaku tertentu yang kemudian membentuk simbolisasi dalam interaksi sosial masyarakat. Teori interaksi simbolik menuntut setiap individu mesti proaktif, refleksif dan kreatif, menafsirkan, menampilkan perilaku yang unik, rumit dan sulit di interpretasikan.

Teori interaksi simbolik mnekankan dua hal. Pertama, manusia dalam masyarakat tidak pernah lepas dari interaksi social. Kedua ialah bahwa interaksi dalam masyarakat mewujudkan dalam symbol-simbol tertentu yang sifatnya cenderung dinamis.

Pada dasrnya teori interaksi simbolik berakar dan berfokus pada hakikat manusia yang adalah makhluk relasional. Setiap individu pasti terlibat relasi dengan sesamanya. Tidaklah mengherankan bila kemudian teori interaksi simbolik segera mengedepan bila dibandingkan dengan teori-teori social lainnya.

(32)

misalnya bahasa, tulisan dan symbol lainnya yang dipakai bersifat dinamis dan unik.

Keunikan dan dinamika symbol dalam proses interkasi social menurut manusia harus lebih kritis, peka, aktif, dan kreatif dalam menginterpretasikan symbol-simbol yang muncul dalam interaksi social. Penafsiran yang tepat atas symbol tersebut turut menentukan arah perkembangan manusia dan lingkungan. Sebaliknya, penafsiran yang keliru atas symbol dapat menjadi petaka bagi hidup manusia dan lingkungannya.

Keterbukaan individu dalam mengungkapkan dirinya merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam interaksi simbolik. Hal-hal lainnya yang juga perlu diperhatikan ialah pemakaian simbol yang baik dan benar sehingga tidak menimbulkan kerancuan interpretasi.

Setiap subjek selalu memperlakukan individu lainnya sebagai subjek dan bukan objek. Segala bentuk apriori mesti dihindari dalam menginterpretasikan symbol yang ada. Ini penting supaya unsur subjektif dapat diminimalisir sejauh mungkin. Pada akhirnya interaksi melalui simbol yang baik, benar, dan dipahami secara utuh akan membidani lahirnya berbagai kebaikan dalam hidup manusia.

(33)

22

Helbert Blumer, melanjutkan penelitian yang dilakukan George Herbert Mead. Blummer meyakini bahwa studi manusia tidak bisa diselenggarakan dalam cara yang sama dari ketika studi tentang benda mati. Peneliti perlu mencoba empati dengan pokok materi, masuk pengalamannya, dan usaha untuk memahami nilai dari tiap orang.

Blummer dan pengikutnya menghindarkan kuatitatif dan pendekatan ilmiah dan menekankan riwayat hidup, autobiografi, studi kasus, buku harian, surat, dan nondirective interviews . Blummer terutama sekali menekankan pentingnya pengamatan peserta dalam studi komunikasi. Lebih lanjut, tradisi Chicago melihat orang-orang sebagai kreatif, inovatif, dalam situasi yang tidak dapat diramalkan. Masyarakat dan diri dipandang sebagai proses, yang bukan struktur untuk membekukan proses adalah untuk menghilangkan intisari hubungan social.

(34)

G. Interpersonal Deception Theory

Merupakan karya yang diterbitkan oleh dua profesor komunikasi, David B. Buller dan Judde K. Burgoon pada tahun 1996. Dalam mengetahui multisegi sifat penipuan dalam konteks relasional, komunikasi interaktif.

Teori ini menjelaskan penipuan yang digunakan dalam percakapan antara dua orang. Terdapat banyak variasi termasuk penipuan pemalsuan, penyembunyian, dan dalih. Interpersonal Deception Theory ini mencoba untuk menjelaskan cara yang berurusan dengan individu yang sebenarnya menimbulkan kecurangan pada tingkat kesadaran dan lubuk hati saat melakukan tatap muka komunikasi.

H. Teori Penetrasi Sosial

Teori penetrasi sosial sudah diterima secara luas oleh sejumlah ilmuwan dari disiplin ilmu komunikasi. Sebagai daya tarik dari teori ini adalah pendekatannya yang langsung pada perkembangan hubungan. Adapun asumsi dasar dari teori penetrasi sosial ini adalah :

(35)

24

intim. Bahkan banyak dari hubungan kita terletak pada salah satu kutub tersebut.

Asumsi kedua dari teori penetrasi social berhubungan dengan prediktabilitas. Secara khusus para teoritikus berpendapat bahwa hubungan-hubungan berkembang secara sistematis dan dapat diprediksi. Beberapa orang mungkin memiliki kesulitan untuk menerima klaim ini. Hubungan komunikasi bersifat dinamis dan terus-menerus berubah, tetapi bahkan sebuah hubungan yang dinamis mengikuti standard an pola perkembangan yang dapat diterima.

Asumsi ketiga, berhubungan dengan pemikiran bahwa perkembangan hubungan mencakup depenetrasi dan disolusi. Berbicara mengenai penarikan diri dan disolusi, Altman dan Taylor mengatakan kemiripan proses ini dengan sebuah film yang diputar mundur. Sebagaimana komunikasi memungkinkan sebuah hubungan untuk bergerak maju menuju tahap keintiman, komunikasi dapat menggerakan hubungan untuk mundur menuju tahap ketidak intiman.

(36)

Jika sebuah hbungan mengalami depenetrasi, hal itu tidak berarti bahwa hubungan itu akan secara otomatis hilang atau berakhir. Sering kali suatu hubungan akan mengalami transgresi atau pelanggaran aturan, pelaksanaan, dan harapan dalam berhubungan.

Transgresi ini mungkin tampak tidak dapat diselesaikan dan sering kali memang demikian. Bahkan Tara Emmer-Sommer (2003) menyatakan bahwa berbagai transgresi hubungan dapat membantu dalam kegagalan suatu hubungan. Anda mungkin yakin bahwa konflik atau transgresi hubungan akan menyebabkan disolusi, tetapi penarikan diri tidak serta merta berarti bahwa suatu hubungan sudah hancur.

Asumsi terakhir dari teori penetrasi social adalah bahwa pembukaan diri merupakan inti dari perkembangan hbungan. Pembukaan diri (self disclosure) dapat secara umum didefinisikan sebagai proses pembukaan informasi mengenai diri sendiri kepada orang lain yang memiliki tujuan. Biasanya informasi yang ada dalam pembukaan diri adalah informasi yang signifikan.

(37)

26

dan membuat diri terbuka terhadap orang lain dalam memberikan kepuasan yang intrinsik. Akhirnya kita harus melihat bahwa pembukaan diri dapat bersifat strategis dan non strategis.

Maksudnya dalam beberapa hubungan kita cenderung untuk merencanakan apa yang akan kita katakana pada orang lain. Dalam situasi lainnya pembukaan diri kita mungkin terjadi secara spontan. Pembukaan diri secara spontan secara luas berkembang dalam masyarakat kita. Bahkan para peneliti telah menggunakan istilah “fenomena orang asing dalam kereta” untuk merujuk pada waktu ketika orang membuka informasi pada orang yang sama sekali asing di area publik.

2.5. Konflik

Konflik merupakan salah satu esensi dari kehidupan dan perkembangan manusia yang mempunyai karakteristik beragam. Manusia memiliki perbedaan jenis kelamin, strata sosial dan ekonomi, sistem hukum, bangsa, suku, agama, kepercayaan, aliran politik, serta budaya dan tujuan hidupnya. Dalam sejarah kehidupan umat manusia, perbedaan inilah yang selalu menyebabkan konflik.

(38)

terjadi di dunia, dalam sistem sosial yang bernama negara,bangsa, organisasi, perusahaan, dan bahkan dalam sistem sosial terkecil yang bernama keluarga dan pertemanan. Konflik terjadi di masa lau, sekarang, dan pasti akan terjadi di masa yang akan datang (Wirawan, 2010:1).

Konflik berasal dari kata kerja bahasa latin configere yang berarti saling memukul, dari bahasa latin diadopsi ke dalam bahasa Inggris, conflict yang kemudian diadopsi ke dalam bahasa Indonesia, konflik.

“Konflik adalah proses pertentangan yang di ekspresikan di antara dua belah pihak atau lebih yang saling tergantung mengenai objek konflik, menggunakan pola perilaku, dan iteraksi konflik yang menghasilkan keluaran konflik”. (Wirawan, 2010:5)

2.5.1 J enis Konflik

1. Konflik Interpersonal

(39)

28

Konflik interpersonal dapat terjadi dalam tujuh macam bentuk , antara lain :

a. Konflik antarmanajer

b. Konflik antara pegawai dan manajernya. c. Konflik hubungan industrial.

d. Konflik antarkelompok kerja.

e. Konflik antara anggota kelompok dan kelompok kerjanya.

f. Konflik interes (conflict of interest).

g. Konflik antara organisasi dan pihak luar organisasi. 2 . Konflik Destruktif dan Konflik Konstruktif.

Konflik konstruktif adalah konflik yang prosesnya mengarah kepada mencari solusi mengenai substansi konflik. Konflik jenis ini membangun sesuatu yang baru atau mempererat hubungan pihak-pihak yang terlibat konflik;ataupun mereka memperoleh sesuatu yang bermanfaat dari konflik.

(40)

Konflik destruktif, pihak-pihak terlibat konflik tidak flesibel atau kaku karena tujuan konflik didefinisikan secara sempit yaitu untuk mengalahkan satu sama lain. Interaksi konflik berlarut-larut ,siklus konflik tidak terkontrol karena menghindari isu konflik yang sesungguhnya.

Interaksi pihak-pihak yang terlibat konflik yang membentuk spiral yang panjang yang makin lama makin menjauhkan jarak pihak-pihak yang terlibat konflik. Pihak-pihak yang terlibat konflik menggunakan teknik manajemen konflik kompetisi,ancaman, konfrontasi, kekuatan,agresi, dan sedikit sekali menggunakan negosiasi untuk menciptakan win & win solution. Konflik jenis ini merusak kehidupan dan menurunkan kesehatan organisasi.

2.5.2 Teori Konflik

1. Teori Dealektika Hegel (George Wilhelm Hegel, 1770-1831)

(41)

30

Sebagai hasil konflik keduanya, muncullah pendapat ketiga atau sintesis. Sintesis akan menjadi suatu tesis baru yang menimbulkan antitesis baru dan kemudian menghasilkan sintesis baru, demikian seterusnya. Menurut Hagel, proses dialektika akan terus berlangsung hingga terciptanya ide absolut, yaitu sintesis terakhir yang sangat sempurna dan tidak menimbulkan antitesis baru.

2. Teori Fase

Merupakan teori yang bisa digunakan untuk memahami proses terjadinya konflik. Teori ini disusun berdasarkan asumsi bahwa proses terjadinya interaksi konflik melalui fase-fase dengan pola tertentu dan dalam kurun waktu tertentu. Proses konflik dalam bentuk aksi dan reaksi pihak-pihak yang terlibat konflik yang terjadi dalam fase-fase berurutan, satu fase mendahului fase lainnya.

(Myrna W. Isenhart & Michael Spangle, 1996) dan (Joseph P. Folger & Marshall S. Pole, 1984) mengemukakan bahwa perkembangan konflik melewati fase-fase yang dapat diprediksi dari sikap dan tujuan (latent phase = fase laten) menjadi terpicu oleh suatu kejadian (initation phase = fase inisiasi); kekuatan dan ancaman digunakan (attempt to balance power

phase) ketika pihak-pihak yang terlibat konflik mengahadapi suatu

(42)

resolusi (balance of power phase) sampai kejadian lainnya memicu konfrontasi (disruption phase). Walton seperti dikutip oleh Joseph P. Folger & Marshall S. Pole (1984) mengemukakan bahwa konflik mengikuti dua fase yaitu diferensiasi dan integrasi.

3. Teori Sistem Organisasi

Menurut von Bertalanffy, suatu organisme merupakan suatu sistem yang terintegrasi dari struktur-struktur dan fungsi-fungsi yang saling memiliki ketergantungan.Suatu organisme terdiri dari molekul-molekul yang harus bekerja sama secara harmonis.

Setiap molekul harus mengetahui apa yang dilakukan oleh molekul lainya.Masing-masing harus mampu menerima pesan dan harus cukup disiplin untuk mematuhinya. Apabila organisme diganti dengan organisasi, maka akan terjadi sistem organisasi. Untuk memahami sesuatu,kita harus memahami keseluruhan dari sesuatu tersebut. Pola analisis sistem mempergunakan sejumlah asumsi antara lain sebagai berikut:

a. Pola pikir kesatuan merupakan analisis sistem beramsumsi bahwa sesuatu itu merupakan suatu kesatuan sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang disebut subsistem.

(43)

32

subsistem mempunyai fungsi khusus yang berbeda dengan fungsi subsistem lainnya.

c. Saling tergantung merupakan susbsistem dalam melaksanakan fungsinya tidak dapat berdiri sendiri, tetapi memerlukan bantuan subsistem lainnya.

d. Ikatan sinergi. Mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut: 1. Mengikat semua subsistem menjadi satu kesatuan. 2. Merupakan struktur organisasi dan saluran

komunikasi dalam sistem.

3. Menciptakan kesinergian, yaitu jika semua subsistem bekerja dalam satu kesatuan sistem, produksinya akan lebih besar dan lebih bermakna daripada jumlah kumulatif produksi setiap subsistem yang bekerja secara mandiri

e. Garis batas sistem. Merupakan garis bercelah yang membatasi lingkungan internal sistem dengan sistem lingkungan eksternalnya. Sebagai sistem terbuka, sistem sosial dipengaruhi oleh lingkungan eksternalnya,sedangkan lingkungan internalnya bisa mempengaruhi lingkungan eksternalnya.

(44)

g. Budaya organisasi. Setiap sistem organisasi mengembangkan budaya organisasi yaitu berupa norma, nilai-nilai,asumsi, kode etik,peraturan, dan sebagainya. Budaya organisasi mengatur pola perilaku subsistem dalam mencapai tujuan sistem. Budaya organisasi juga mengatur apa yang dilakukan sistem jika terjadi suatu konflik.

h. Kepemimpinan. Dalam mencapai tujuan sistem, semua subsistem digerakkan dan dipimpin oleh kepemimpinan. Agar setiap orang dalam sistem mempunyai kompetensi dan perilaku yang diperlukan dalam mencapai tujuan sistem, mereka diatur oleh budaya sistem.

Sistem dapat dikelompokan menjadi sistem tertutup dan sistem terbuka. Sistem tertutup adalah sistem yang tidak ada dapat dipengaruhi dan memengaruhi lingkungan eksternalnya. Disisi lain, sistem terbuka adalah sistem yang dapat memengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan eksternalnya.

Konflik dalam sistem terjadi dalam berbagai bentuk dan disebabkan oleh berbagai hal sebagai berikut :

(45)

34

2. Konflik antarsubsistem. Walaupun suatu subsistem mempunyai fungsi yang berbeda dengan subsistem lainnya,benturan fungsi dan tugas di antara subsistem-subsistem bisa terjadi. Benturan ini terutama jika tugas dan fungsi subsistem-subsistem tidak jelas.

3. Konflik dan penciptaan sinergi. Apabila subsistem-subsistem bekerja bersama-sama dalam suatu sistem, maka akan tercipta suatu sinergi positif. Produksi subsistem dalam kesatuan sistem akan lebih besar daripada produksi masing-masing subsistem. Biaya yang dikeluarkan rlatif lebih kecil. Namun jika sebaliknya terjadi konflik maka akan tercipta sinergi negatif dan biaya yang dikeluarkan relatif lebih besar.

4. Konflik mengenai sumber-sumber daya. Organisasi memerlukan sumber daya manusia, uang, material, mesin, dan sebagainya untuk melaksanakan aktivitas organisasi. Dalam organisasi mana pun, sumber organisasi terbatas jumlahnya. Unit-unit organisasi harus berkompetisi mengenai sumber daya yang terbatas. Dan kompetisi tersebut bisa menimbulkan konflik.

(46)

kelompok fungsi staff (staff function). Kelompok fungsi garis adalah kelompok yang secara langsung melaksanakan produksi keluaran dari organisasi. Dalam kebanyakan organisasi, biokrat fungsi lini mengganggap dirinya merupakan birokrat primer yang menentukan hal yang perlu dilakukan oleh organisasi, sedangkan birokrat dalam fungsi staf adalah sekunder dan hanya bekerja jika diperlukan oleh para biokrat lini. Biokrat linilah yang menguasai dan mendistribusikan sumber-sumber organisasi. Situasi seperti ini sering kali menimbulkan konflik dalam organisasi.

6. Konflik kepemimpinan. Sering kali, suatu organisasi yang akan mengalami kebangkrutan menjadi bangkit kembali dan berkembang pesat karena dipimpin oleh seorang pemimpin baru. Konflik dalam organisasi sering terjadi karena kompetisi anggota-anggota elit organisasi yang mempunyai ambisi untuk memimpin organisasi. Jika kompetisi tersebut dilakukan dalam kerangka norma organisasi –konflik konstruktif, konflik yang terjadi akan memperkuat organisasi. Akan tetapi , jika kompetisi dilakukan secara tidak wajar dan menghasilkan konflik destruktif, konflik dapat merusak organisasi.

(47)

36

dilukiskan dalam presentase, jumlah kekuasaan dalam organisasi hanya 100 persen. Kekuasaan tersebut harus didistribusikan dan didelegasikan kepada semua organisasi. Konflik kekuasaan terjadi karena ditribusi dan delegasi kekuasaan tersebut.

8. Konflik budaya. Keragaman budaya tersebut menimbulkan keragaman pola piker,perilaku, dan komunikasi. Keragaman tersebut bisa menjadi sumber konflik. Akan tetapi budaya organisasi bisa menjadi sumber suatu konflik. Pertama, Isi dari budaya organisasi-nilai-nilai,norma,asumsi, dan sebagainya – berkembang lebih lambat dari kebutuan anggota organisasi. Kedua, konflik budaya bisa terjadi karena setiap subsistem mengembangkan subbudaya organisasi. Fungsi dan tugas subsistem yag berbeda satu sama lain. Ketiga, budaya organisasi juga bisa menjadi sumber konflik jika organisasi atau perusahaan merger dengan perusahaan lain. Kedua organisasi yang bergabung membawa budaya organisasinya yang berbeda dan sering kali tidak cocok atau tidak bisa disatukan.

(48)

lingkungan eksternal (konsumen, nasabah, atau pelanggan). Dalam interaksi antara sistem dan lingkungan eksternal,konflik bisa terjadi,misalnya barang atau jasa tidak sesuai dengan standar,pembayaran atau penyerahan barang tidak tepat waktu, dan sebagainya.

2.6. Resolusi Konflik

Merupakan proses untuk mencapai keluaran konflik dengan menggunakan metode resolusi konflik. Metode resolusi konflik adalah proses manajemen konflik yang digunakan untuk menghasilkan keluaran konflik. Metode resolusi konflik dikelompokan menjadi pengaturan sendiri oleh pihak-pihak yang terlibat konflik (self regulation) atau melalui intervensi pihak ketiga (third party intervention).

Resolusi konflik melalui pengaturan sendiri terjadi jika para pihak yang terlibat konflik berupaya menyelesaikan sendiri konflik mereka. Tahap penyelesaian dapat melalui dua cara, yaitu resolusi konflik tanpa kekerasan dan resolusi konflik dengan kekerasan. Pola interaksi konflik tergantung pada keluaran konflik yang diharapkan, potensi konflik lawan konflik, dan situasi konflik, dapat menggunakan win & lose solution ataupun win & win slolution.

(49)

38

1. Menyusun strategi konflik dengan tujuan melakukan pendekatan kepada lawan konflik agar mau bernegosiasi dan memdapatkan kluaran konflik

2. Menghadapi lawan konflik dengan ramah ataupun cara keras agar mau bernegosiasi

3. Mengajak lawan konflik untuk berunding dan bernegosiasi dengan prinsip memberi dan mengambil (give and take)

4. Mengemukakan data atau fakta, informasi atau kejadian yang ada hubungannya dengan konflik secara apa adnya.

5. Meminta data, fakta, informasi, atau kejadian yang ada hubungannya dengan konflik

6. Menyusun jadwal pertemuan di tempat netral 7. Menggunakan gaya kolaborasi atau kompromi 8. Mengembangkan iklim kolaborasi atau kompromi 9. Menganalisis posisi interaksi konflik dari lawan konflik 10.Mengemukakan posisi konflik kepada lawan konflik

11.Dengan taktik persuasif rasional berusaha mengubah posisi lawan konflik

12.Berfikir divergen untuk mengembangkan sejumlah alternative solusi

(50)

14.Mengemukakan persamaan dan kebersamaan dengan menjauhkan perbedaan

15.Empati, pengertian, dan dukungan kepada pendapat lawan konflik dan berupaya bernegosiasi

16.Mengemukakan persamaan prinsip dengan lawan konflik dan berupaya mengemukakan alternatif yang dapat diterima bersama

17.Menyatakan bertanggung jawab atas sesuatu kejadian atau kerugian lawan konflik.

Intervensi pihak ketiga terjadi jika pihak-pihak yang terlibat konflik tidak mampu menyelesaikan konflik yang sudah berlangsung. Meneruskan konflik akan membuat konflik jalan ditempat atau mereda sebentar, kemudian mulai lagi.

Dalam keadaan ini, intervensi pihak ketiga (third party

intervention) diperlukan. Pihak ketiga melakukan intervensi ke

(51)

40

2.7. Kerangka Ber fikir

Konflik pada dasarnya akan terus selalu terjadi selama perbedaan itu ada, entah perbedaan agama, strata sosial dan ekonomi, suku, ras, negara, serta perbedaan tentang tujuan hidup. Hal ini dikarenakan konflik merupakan salah satu esensi dari kehidupan dan perkembangan manusia yang mempunyai karakteristik beragam.

Penelitian ini berangkat dari fenomena konflik yang akhir-akhir ini marak terjadi di negara ini, dan hal yang diteliti oleh penulis adalah fenomena konflik yang terjadi di lembaga pendidikan. Pada titik ini dalam menyikapi tawuran yang terjadi di SMA 6 dan SMA 70 Jakarta pada tanggal 24 Agustus hingga memakan korban jiwa.

(52)

Pandangan yang dipakai pada penelitian ini adalah bagaimana komunikasi yang digunakan SMA Kompek Surabaya dalam menangani konflik dan resolusi konflik untuk mengidentifikasi jenis konflik.

Serta untuk mengetahui bagaimana cara yang digunakan dalam proses resolusi permasalahan yang ada pada SMA Komplek dalam menyikapi setiap konflik pada lingkungan SMA ini sehingga jika terjadi konflik tidak sampai terdengar di masyarakat.

Pem berit aan di media tent ang fenomena konflik ant ar pelajar

Bagaimana komunikasi yang digunakan dalam mengangani Konflik yang di SM A Komplek

(53)

BAB III

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Pengertian metode penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, maupun pemahaman para peneliti berdasarkan pengalamannya.

Kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan. Peneliti harus mampu mengungkap gejala sosial di lapangan dengan mengerahkan segenap fungsi inderawinya.

Ciri-ciri penelitian kualitatif dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Dalam penelitian kualitatif data dikumpulkan dalam kondisi yang asli atau alamiah

(54)

c. Pengumpulan data secara deskriptif yang kemudian ditulis kedalam laporan. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka

d. Penelitian ini lebih mementingkan proses daripada hasilnya, artinya dalam pengumpulan data sering memperhatikan hasil dan akibat dari berbagai variabel yang saling mempengaruhi e. Latar belakang tingkah laku atau perbuatan dicari maknanya,

mengutamakan data langsung dan menuntut sebanyak mungkin kepada penelitinya untuk melakukan sendiri kegiatan penelitian di lapangan

f. Menggunakan metode triangulasi yang dilakukan secara ekstensif, baik triangulasi metode maupun triangulasi sumber data

g. Mementingkan rincian kontekstual

h. Subyek yang diteliti berkedudukan sama dengan peneliti, jadi tidak sebagai objek atau yang lebih rendah kedudukannya i. Mementingkan pandangan responden, yakni bagaimana peneliti

memandang dan menafsirkan dunia dari segi pendiriannya j. Pengambilan sampel secara purposif, menggunakan sampel

sadikit dan dipilih menurut tujuan penelitiannya

(55)

44

l. Data yang diperoleh langsung dianalisa, dilanjutkan dengan pencarian data lagi dan dianalisis, demikian seterusnya hingga mencapai hasil yang memadai

m. Teori bersifat dari dasar, dengan data yang diperoleh dari penelitian di lapangan dapat dirumuskan kesimpulan atau teori (http://massofa.com)

3.2 Definisi Operasional 3.2.1. Komunikasi Interper sonal

Pergaulan manusia merupakan salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat. Menurut Schramm (1974) diantara manusia yang saling bergaul, ada yang saling membagi informasi, namun ada pula yang membagi gagasan dan sikap. Proses pengalihan informasi tersebut selalu mengandung pengaruh tertentu Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan Interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita pahami tetapi hubungan diantara komunikasi menjadi rusak.

(56)

Bentuk komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas dua bagian, pertama komunikasi diadik, yakni komunikasi yang terjadi antara dua orang. Dalam komunikasi ini komunikator selalu memusatkan perhatiannya hanya pada komunikan. Bentuk komunikasi lainnya adalah komunikasi triadic, yakni komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang , yaitu seorang komunikator dan dua orang komunikan.

3.2.2 Kredibilitas

Kredibilitas menurut Aristoteles, bisa diperoleh jika seorang komunikator memiliki ethos, phatos, dan logos. Ethos adalah kekuatan yang dimilikipembicara dari karakter pribadinya sehingga ucapanya dapat dipercaya.

Phatos adalah kekuatan yang dimiliki seorang pembicara dalam mengendalikan emosi pendengarnya, sedangkan logos adalah kekuatan yang dimiliki komunikator melalui argumentasinya. James Mc-Croskey menjelaskan bahwa kredibilitas dapat bersumber dari kompetensi, sikap, tujuan, kepribadian dan dinamika

3.2.3 Konflik

(57)

46

ekonomi, sistem hukum, bangsa, suku, agama, kepercayaan, aliran politik, serta budaya dan tujuan hidupnya.

Dalam sejarah kehidupan umat manusia, perbedaan inilah yang selalu menyebabkan konflik. Selama masih ada perbedaan tersebut, konflik tidak dapat dihindari dan akan terus selalu terjadi. Dari sini, ada benarnya jika sejarah umat manusia merupakan sejarah konflik.

Konflik selalu terjadi di dunia, dalam sistem sosial yang bernama negara,bangsa, organisasi, perusahaan, dan bahkan dalam sistem sosial terkecil yang bernama keluarga dan pertemanan. Konflik terjadi di masa lau, sekarang, dan pasti akan terjadi di masa yang akan datang (Wirawan, 2010:1).

Konflik berasal dari kata kerja bahasa latin configere yang berarti saling memukul, dari bahasa latin diadopsi ke dalam bahasa Inggris, conflict yang kemudian diadopsi ke dalam bahasa Indonesia, konflik.

(58)

3.2.4 J enis Konflik

1. Konflik Interpersonal

Konflik interpersonal adalah konflik yang terjadi di dalam suatu organisasi. Konflik yang terjadi di antara mereka yang berada dalam sebuah lingkup sistem organisasi. Konflik interpersonal adalah konflik pada suatu organisasi di antara pihak-pihak yang terlibat konflik dan saling tergantung dalam melaksanakan pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi. Konflik interpersonal dapat terjadi dalam tujuh macam bentuk , antara lain :

a. Konflik antarmanajer

b. Konflik antara pegawai dan manajernya. c. Konflik hubungan industrial.

d. Konflik antarkelompok kerja.

e. Konflik antara anggota kelompok dan kelompok kerjanya.

f. Konflik interes (conflict of interest).

g. Konflik antara organisasi dan pihak luar organisasi

3.2.5. Resolusi

(59)

48

suatu hal. Selain itu resolusi bisa dimaknai sebagain suatu istilah yang digunakan dalam konteks pencitraan digital.

3.2.6 Resolusi Konflik

Merupakan proses untuk mencapai keluaran konflik dengan metode resolusi konflik. Metode resolusi konflik adalah proses manajemen konflik yang digunakan untuk menghasilkan keluaran konflik.

Metode resolusi konflik bisa dikelompokkan menjadi pengaturan sendiri oleh pihak-pihak yang terlibat konflik (self

regulation) atau melalui intervensi pihak ketiga (third party

intervention).

Resolusi konflik melalui pengaturan sendiri terjadi jika para pihak yang terlibat konflik berupaya menyelesaikan sendiri konflik mereka dapat berupa win & lose solution maupun win &

win solution. Intervensi pihak ketiga merupakan suatu bentuk

penyelesaian konflik jika kedua belah pihak yang terlibat konflik tidak dapat menyelesaikan permasalahannya.

(60)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam metode ini menggunakan : 1. Wawancara

Yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh peneliti kepada informan. Jawaban-jawaban informan dicatat dan direkam oleh peneliti. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam, yaitu mendapatkan informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti (Bungin, 2001 : 110).

Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan guna mendapatkan informasi yang diharapkan. Dalam melakukan wawancara, penelti harus memiliki pedoman wawancara (interview

guide) yang kemudian dapat dikembangkan lebih lanjut oleh

peneliti.

2. Observasi

(61)

50

3. Studi Literatur

Adalah teknik pengumpulan data dengan mencari data penunjang dengan mengolah buku-buku dan sumber bacaan lain yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3.4 Teknik Analis Data

Seluruh data diperoleh dari wawancara, observasi dan studi literatur, maka peneliti akan menggunakan teknik analisis data bersifat deskriptif yang akan menunjukan dan menggambarkan fakta dan sifat informan lewat data yang diperoleh berdasarkan cara yang digunakan dalam penanganan konflik dan mengkaji dengan resolusi konflik yang digunakan pada SMA Komplek saat terjadinya sebuah konflik.

Peneliti berusaha mendapat sebanyak mungkin informasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian dari beberapa sumber. Peneliti berusaha mencari variasi informasi sebanyak mungkin dari informan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam, dari beberapa informan yang dianggap memenuhi, memahami, dan menjalani permasalahan yang terjadi sesuai dengan isi penelitian ini.

(62)

masing-masing. Informan dalam penelitian ini adalah alumnus dan kepala sekolah dari SMA Komplek di Surabaya. Pertanyaan yang diajukan dapat di jelaskan sebagai berikut :

1. Apakah maksud dan tujuan yang paling diutamakan pihak SMA Komplek pada saat mendeklarasikan anti tawuran dan narkoba pada tanggal 30 Oktober?

2. Menurut anda apa yang melatar belakangi adanya deklarasi anti tawuran dan narkoba ini?

3. Apakah menurut anda pada lingkup SMA Komplek ini memang tidak pernah terjadi tawuran atau konflik antar lingkup SMA Komplek ini?

(63)

BAB IV

PENYAJ IAN DAN ANALISIS DATA

4.1. Gambar an Objek Penelitian

4.1.1. Gambar an umum kota Sur abaya

Kota Surabaya adalah ibukota provinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Kota Surabaya secara geografis terletak antara 0721' Lintang Selatan dan 11236' - 11254' Bujur Timur.

Dengan jumlah penduduk metropolisnya yang hampir 3 juta jiwa. Wilayah Kota Surabaya di sebelah utara dan timur berbatasan dengan Selat Madura, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Gresik dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo. Luas wilayah Kota Surabaya 274,06 Km2 yang terbagi menjadi 31 kecamatan dan 163 desa/kelurahan.

(64)

Wing's Group, Unilever, dan PT PAL. Kawasan industri di Surabaya diantaranya Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) dan Margomulyo. Sektor industri pengolahan dan perdagangan yang mencakup juga hotel dan restoran, merupakan kontributor utama kegiatan ekonomi surabaya yang tergabung dalam nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Di sektor pariwisata, surabaya memiliki objek wisata alam Kebun Binatang Wonokromo dan Pantai Kenjeran. Kota ini juga mempunyai banyak wisata sejarah dari kenangan Soerabaja Tempo Doeloe , gedung-gedung tua peninggalan zaman belanda dan jepang salah satunya adalah Hotel Oranje atau Yamato. Disamping dianugerahi wisata sejarah, surabaya juga kaya akan wisata belanja. Sebagai kota perdagangan, surabaya memiliki cukup banyak pusat perbelanjaan dan mal.

Kesenian tradisional di Kota Surabaya turnbuh dan berusaha untuk tetap dilestarikan. Bentuk kesenian tradisional kota ini banyak ragamnya. Ada seni tari, seni musik dan seni panggung. Ludruk, Gending Jula Juli Suroboyo, tari Remo, Kentrung, Okol, Seni Ujung, Besutan, upacara Loro Pangkon, tari Lenggang Suroboyo dan tari Hadrah.

Sumber Data:

Jawa Timur Dalam Angka 2007

(65)

54

4.1.2. Gambar an Umum SMA Komplek

SMA Komplek Surabaya terletak di Jln. Wijaya Kusuma 48. SMA ini merupakan salah satu sekolah negeri favorit di kota Surabaya yang di dalamnya terdapat empat SMA Negeri yaitu SMA 1, SMA 2, SMA 5 dan SMA 9.

Sekolah ini berdiri sejak jaman penjajahan Belanda, dari dulu sampai sekarang fungsinya pun tetap sama, yaitu sebagai tempat belajar. Tetapi pada jaman dahulu nama sekolah ini adalah HBS, tempat belajar para Sinyo dan Nonik Belanda. Ada juga putra pribumi yang bersekolah disini, tetapi itu pun hanya putra-putri pembesar dan pejabat.

Setelah masa kemerdekaan, sekolah ini diambil alih oleh pemerintah dan dijadikan sekolah negeri. Terdapat dua jurusan di sekolah ini yaitu ilmu Sosial (jurusan A) dan ilmu pasti Alam (jurusan B).

(66)

4.2. Identitas Responden

a. Narasumber 1

Nama : Bapak J oko

J abatan : Gur u Kimia

Narasumber 1 dipilih karena beliau telah menjadi guru SMA 5 sejak tahun 1992. Selain itu pak Joko dikenal sangat akrab dengan para murid SMA 5, Jadi beliau cukup mengetahui tentang informasi seputar SMA 5.

b. Nar asumber 2

Nama : Ibu Kur niasih

J abatan : Gur u Kesiswaan

(67)

56

c. Narasumber 3

Nama : Bapak Nur Hasan

J abatan : Kepala Sekolah SMA 1

Narasumber 3 merupakan Kepala Sekolah SMA 1. Sebagai kepala sekolah beliau bertanggung jawab untuk mengawasi dan mengevaluasi SMA 1 dalam bentuk hal apapun termasuk konflik antar siswa.

d. Narasumber 4

Nama : Rangga

J abatan : Alumnus SMA 5 Tahun 2002

Narasumber 4 merupakan alumnus SMA 5 dan termasuk dalam organisasi ikatan alumnus SMA 5. Beliau juga mengetahui dengan pasti kejadian konflik pada tahun 2002 sehingga peneliti merasa tepat menjadikan narasumber untuk penelitian.

e. Narasumber 5

Nama : M. Itqon Ashar y

(68)

Narasumber 5 dipilih karena deklarasi konflik ini merupakan kerjasama antara pihak guru dan pihak OSIS. OSIS merupakan organisasi sebagai wadah aspirasi dari perwakilan rekan-rekannya.

4.3 Analisis data

Salah satu permasalahan yang pernah terjadi di lingkup SMA Komplek adalah permasalahan yang terjadi pada tahun 2002. Menurut informasi yang didapatkan dari alumni, permasalahan ini bermula dari adanya kesalahfahaman antara siswa SMA 5 dengan siswa SMA 2 terhadap objek masalah dan berujung dengan direncanakannya tawuran oleh pihak-pihak yang terlibat konflik.

Narasumber 3 dan narasumber 5 tidak mengetahui mengenai konflik yang terjadi pada tahun 2002. Sedangkan narasumber 2 menjawab secara ragu-ragu namun tidak menutup kemungkinan konflik tersebut pernah terjadi, hal ini terlihat dari hasil wawancara dan jawaban dari narasumber 2 mengatakan “Hm..(ragu-ragu) setau saya tidak pernah sih mas, tapi mungkin ditangani guru lain.

(69)

58

tawuran, karena kami mendapatkan informasi terlebih dahulu sebelum tawuran itu terjadi dan langsung melakukan tindakan pencegahan”. Dan juga hasil wawancara dengan narasumber 4 yang merupakan alumni dari siswa SMA 5 Rangga “Ya... Pernah sih mas waktu itu ada konflik dengan SMA 2, anak-anak sudah kumpul rame, tapi ternyata bocor duluan mas ada yang bilang ke guru

Berangkat dari rumusan permasalahan tentang bagaimana komunikasi yang digunakan dalam menangani konflik yang terjadi di lingkungan SMA Komplek terdapat dua hal yang menjadi acuan peneliti yaitu : Komunikasi interpersonal menggunakan teori Kredibilitas dan Resolusi penanganan konflik

4.3.1. Komunikasi Interper sonal dan Teori Kredibilitas

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal.

(70)

mengendalikan emosi pendengarnya, sedangkan logos adalah kekuatan yang dimiliki komunikator melalui argumentasinya.

Narasumber 1 membenarkan adanya permasalahan pada tahun 2002 namun belum sampai ke tahap terjadinya tawuran dikarenakan pihak SMA Komplek melakukan tindakan pencegahan melalui pemanggilan langsung kepada siswa yang terkait terlebih dahulu dan berusaha menyelesaikan permasalahan yang terjadi dengan cara memanggil siswa tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dari jawaban narasumber yang mengatakan “Oh tahun 2002 ya mas... Se ingat saya dulu belum terjadi tawuran, karena kami mendapatkan informasi terlebih dahulu sebelum tawuran itu terjadi dan langsung melakukan tindakan pencegahan dengan memanggil dan berbicara kepada siswa yang terkait”. Dan dilanjutkan dengan jawaban narasumber 1 mengenai penanganan permasalahannya melalui komunikasi interpersonal “Sebenarnya penanganannya pada waktu itu , kalau saya tidak salah ingat kita langsung memanggil pihak-pihak yang bersangkutan kita bicarakan seperti apa letak permasalahannya lalu mencari solusi pemecahannya pada saat itu juga”.

(71)

60

dapat dibuktikan dari jawaban narasumber 2 yang mengatakan “Ya sebagai guru bimbingan konseling, kita memanggil siswa yang telibat, kita bicarakan letak permasalahannya, lalu kita damaikan dengan mengkoordinasi guru dari sekolah yang terkait mas, selanjutnya kita berikan bimbingan dan arahan serta solusi terbaik buat semuanya mas. Dalam hal ini dapat terlihat bahwa adanya komunikasi interpersonal dari jawaban narasumber yang mengatakan “membicarakan letak permaslahannya dan mengkoordinasi pihak sekolah dan segera mencari solusi.

Narasumber 3 mengatakan tidak pernah terjadi permasalahan di lingkungan SMA Komplek hal ini dapat dijelaskan melalui jawaban hasil wawancara dengan narasumber 3 yang mengatakan “Yang saya tau dan pernah dengar lingkungan ini aman-aman saja mas, tidak pernah ada yang namanya tawuran antar SMA Komplek.” Peneliti tidak menemukan jenis komunikasi apa yang digunakan untuk menyelesaikan masalah

Referensi

Dokumen terkait

ABSTRAK: Pada zaman yang telah modern ini masyarakatnya mulai melupakan budaya setempat dan lebih condong kepada budaya luar dengan alasan budaya setempat sudah ketinggalan zaman

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, hasil pembahasan yang di deskripsikan diatas lewat penelitian kualitatif dengan pendekatan triangulasi maka terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi minyak atsiri bawang putih dan minyak atsiri cabe jawa dalam menghambat penurunan jumlah eritrosit pada serum

Di unit Corporate Communication inilah kegiatan Corporate Social Responsibility berjalan dan terlaksana sesuai dengan visi, misi dan tujuan baik dari Unit Corporate

(3) Pengawasan bisa didefinisikan sebagai suatu usaha sistematis oleh manajemen bisnis untuk membandingkan kinerja standar, rencana, atau tujuan yang telah

Observing the above-mentioned problems, a descriptive-analytical research with a method of empirical-juridical approach was conducted in Medan at Medan Timur Tax Office, and

Hasil penelitiannya adalah terdapat perbedaan prestasi belajar peserta didik antara kelas yang menggunakan metode pembelajaran synergetic teaching dan kelas yang

Dengan demikian, berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa tingkat kemampuan rata-rata indikator pilihan kata/diksi dalam rangkuman buku