III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Destinasi Wisata Cibodas 1. Letak dan Luas Destinasi Wisata (DW) Cibodas secara administratif termasuk Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Lokasi DW Cibodas berada di kaki-kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang mencakup empat obyek wisata utama, yaitu Kebun Raya (KR) Cibodas, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Taman Wisata (TW) Mandalawangi dan Bumi Perkemahan (Buper) Mandala Kitri. Secara keseluruhan, luas DW Cibodas mencakup 22.116,99 Ha yang berarti lebih besar dari luasan Kecamatan Cipanas (4.867 Ha) karena memasukkan luas keseluruhan TNGGP (Tabel 1). Tabel 1 Letak dan Luas Obyek Penelitian di Destinasi Wisata CibodasNo. Lokasi Luas (ha) Desa Kecamatan Kabupaten 1 KR Cibodas 84,99 Cimacan Cipanas Cianjur 2 TN Gn Gede Pangrango 21.975,00 Cimacan Cipanas Cianjur 3 TW Mandalawangi 39,50 Rarahan Cipanas Cianjur 4 Buper Mandala Kitri* 17,50 Cimacan Cipanas Cianjur Keterangan: * Tidak termasuk lokasi penelitian Sumber : Diolah dan ditelusuri dari berbagai sumber data terkait, khususnya dokumentasi data pada obyek wisata bersangkutan 2. Sejarah Kawasan Sejarah DW Cibodas sangat terkait dengan sejarah konservasi di Indonesia. Berawal dari sebuah kebun raya kecil dekat Istana Gubernur Jenderal Kolonial Belanda di Cipanas pada Tahun 1830, kemudian berkembang menjadi Kebun Pegunungan Cibodas (Bergtuin te Tjibodas) pada 11 April 1852 yang ditandai dengan penanaman pohon kina (Chincona calisaya) pertama oleh Johannes Ellias Teysman, seorang ahli botani dan kurator Belanda. Kebun Pegunungan Cibodas tersebut menjadi cikal bakal KR Cibodas saat ini. Selanjutnya, pada Tahun 1889, pemerintah kolonial Belanda menetapkan kawasan di dekat Kebun Pegunungan Cibodas sebagai cagar alam pertama di Indonesia dengan nama Cagar Alam (CA) Cibodas dengan luas 280 Ha yang kemudian menjadi cikal bakal TN Gunung Gede Pangrango saat ini. Status KR Cibodas sejak awal adalah kawasan konservasi eksitu dengan peruntukan koleksi berbagai tumbuhan, khususnya tumbuhan dari daerah pegunungan yang dingin sesuai iklim sub-tropis. Pergantian nama serta manajemen KR Cibodas sejak jaman pemerintah kolonial Belanda hingga Pemerintah Republik Indonesia, tetap menegaskan peran dan fungsi KR Cibodas sebagai kawasan konservasi eksitu.
Status TN Gunung Gede Pangrango sebagai kawasan konservasi tidak berubah sejak ditetapkan pertama kali, bahkan dipertegas setelah penetapan Ordonansi Cagar Alam (Natuur Monumenten Ordonantie) tahun 1916. Selanjutnya pada tahun 1978, ditetapkan sebagai Cagar Biosfer seluas 14,000 Ha (termasuk dua puncak utama dan lereng Gunung Gede dan Gunung Pangrango), sebelum akhirnya dijadikan satu kesatuan menjadi TN Gunung Gede Pangrango pada tahun 1980 sebagai satu dari lima taman nasional pertama di Indonesia
melalui SK Menteri Pertanian No. 736/Mentan/X/1982 yang meliputi kawasan seluas
15.196 ha. Taman Wisata (TW) Mandalawangi merupakan bagian dari hutan produksi Perum Perhutani yang mulai dikelola sebagai obyek wisata sejak tahun 2003. Pada saat terjadi perluasan kawasan TNGGP berdasarkan SK Menteri Kehutanan No 174/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni 2003, maka TW Mandalawangi merupakan salah satu areal yang dikelola Perum Perhutani yang dialihkan menjadi bagian TNGGP. Penyerahan pengelolaan TW Mandalawangi kepada Balai Besar TN Gunung Gede Pangrango dimulai bulan Mei 2010 yang selanjutnya dikelola oleh Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Edelweis pada awal tahun 2011. 3. Kondisi Masyarakat Jumlah penduduk di Kecamatan Cipanas pada tahun 2009 sebesar 103.915 jiwa yang terdiri dari 53.927 laki-laki dan 49.988 perempuan, rasio jenis kelamin sebesar 108, yakni terdapat 108 pria pada setiap 100 perempuan. Di kecamatan ini terdapat 25.678 unit rumahtangga, sehingga rata-rata jumlah anggota rumahtangga pada tahun 2009 mendekati 4 orang per rumahtangga. Pertumbuhan penduduk Kecamatan Cipanas dalam kurun waktu 5 tahun mencapai 17,81%, yaitu jumlah penduduk Kecamatan Cipanas pada tahun 2004 berjumlah 88.825 jiwa. Luas Kecamatan Cipanas 48,67 Km2, sehingga kepadatan penduduknya pada tahun 2009 sebesar 2.135 orang/Km2. Sebelum tahun 2004, Kecamatan Cipanas merupakan bagian dari Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. 4. Aksesibilitas Destinasi Wisata (DW) Cibodas sangat mudah dijangkau karena didukung oleh infrastruktur yang memadai. Jalan raya provinsi merupakan jalur utama menuju wilayah ini yang menghubungkan berbagai kota besar seperti Bandung, Cianjur, Bogor dan Jakarta. Dari arah Jakarta tersedia jalan Tol Jagorawi yang menghubungkan Jakarta dengan Ciawi.
Kendala utama yang sering dihadapi saat ini adalah kemacetan di jalur Kawasan Wisata Bopunjur. Lokasi DW Cibodas berada + 4 km dari jalan utama provinsi yang menghubungkan Jakarta–Bogor–Cianjur–Bandung. Seluruh wilayah DW Cibodas dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Bus umum antar kota yang melewati jalur ini di antaranya Bogor-Bandung, Jakarta-Bandung, serta berbagai bus jurusan Jakarta ke kota-kota utama di Jawa Barat lainnya (Tasikmalaya, Garut, Sumedang, dan lain-lain). Kendaraan umum dengan trayek lokal juga banyak melintasi DW Cibodas, seperti Bogor/Ciawi–Desa Tugu, Cipanas–Cibodas atau Cipanas–Puncak. B. Kawasan Wisata Bogor–Puncak–Cianjur (Bopunjur) 1. Letak dan Luas Kawasan Wisata (KW) Bogor Puncak Cianjur (Bopunjur) secara administratif termasuk Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Wilayah ini mencakup luas 10.361 Ha yang terdiri atas Kecamatan Cisarua seluas 6.373,62 Ha dan Kecamatan Megamendung seluas 3.987,38 Ha. Kawasan ini membentang dari wilayah perkebunan teh di Puncak sebagai bagian tertinggi yang memanjang menuju bagian hilir ke arah Barat Laut. Masing-masing obyek kajian memiliki luas berbeda, yaitu antara 1,1 ha yaitu Taman Wisata (TW) Riung Gunung hingga luas 300 ha yaitu Wisata Agro (WA) Gunung Mas (Tabel 2). Tabel 2 Letak dan luas obyek penelitian di Kawasan Wisata Bopunjur
No. Lokasi Luas (ha) Desa Kecamatan Kabupaten 1 TWA Telaga Warna 5,0 Tugu Utara Cisarua Bogor 2 WA Gunung Mas 300,0* Tugu Utara Cisarua Bogor 3 WW Curug Cilember 5,9 Jogjogan Cisarua Bogor 4 WW Curug Panjang 24,5 Megamendung Megamendung Bogor 5 WW Curug Naga 3,9 Megamendung Megamendung Bogor 6 TW Riung Gunung 1,1 Tugu Selatan Cisarua Bogor
7 TSI 165,0 Cibeureum Cisarua Bogor
8 TW Matahari 40,0 Cilember Cisarua Bogor 9 Melrimba Garden 7,0 Tugu Utara Cisarua Bogor 10 Lembah Pertiwi 4,0 Pasir Manggis Megamendung Bogor 11 Cansebu Resort 4,0 Sukagalih Megamendung Bogor
Keterangan : * Luasan efektif untuk kegiatan agrowisata dari 1.703,65 Ha keseluruhan luas Kebun Teh Gunung Mas Sumber : Diolah dan ditelusuri dari berbagai sumber data terkait, khususnya dokumentasi data pada obyek wisata
2. Sejarah Kawasan Perkembangan KW Bopunjur sangat terkait dengan sejarah perkembangan ekonomi di kawasan ini. Penanaman teh varietas Jepang sejak tahun 1728, disusul kemudian dengan teh varietas Assam pada tahun 1878 telah mengubah perekonomian dan keadaan lingkungan kampung-kampung di sekitar lereng-lereng pegunungan sepanjang jalur Ciawi hingga Cikopo. Letak Kawasan Wisata Bopunjur yang strategis, telah mendorong gerak roda perekonomian wilayah ini termasuk sektor pariwisata. Keadaan alam yang sejuk dan relatif dekat dengan ibu kota negara, Jakarta, menjadikan kawasan ini sangat diminati sebagai lokasi peristirahatan sehingga berdirilah berbagai wisma dan villa peristirahatan. Dapat dipastikan, seluruh lembaga negara tingkat pusat memiliki wisma dan/atau villa peristirahatan di KW Bopunjur. Kondisi demikian mendorong munculnya berbagai obyek wisata yang dikelola oleh pemerintah, BUMN/D maupun swasta sebagai lahan bisnis. Saat ini, menurut Perda Provinsi Jawa Barat mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat 2009-2029, wilayah Bopunjur termasuk wilayah dengan sektor unggulan daerah yang meliputi pariwisata, industri manufaktur, perikanan, perdagangan, jasa, pertambangan, agribisnis dan agrowisata. Sejarah pengelolaan lokasi setiap obyek penelitian berbeda-beda. Namun secara keseluruhan dapat dikatakan pada setiap obyek wisata dilakukan berbagai pembenahan, khususnya pada atraksi wisata dan kondisi fisik kawasan atau obyek wisata. Keragaman atraksi wisata dalam hal ini semakin tinggi dan biasanya terjadi kecenderungan untuk mengembangkan sesuatu yang menjadi sesuatu yang sedang digandrungi (trend). Beberapa lokasi obyek yang dimiliki secara pribadi, seperti Melrimba Garden semula merupakan factory outlet yang kemudian menjadi restoran dan akhirnya dikembangkan sebagai obyek wisata alam karena lebih menguntungkan secara bisnis. Lembah Pertiwi merupakan pengembangan bisnis perjalanan wisata (tour and travel) yang dimiliki oleh perusahaan yang sama. Sementara Canzebu Amazing Camp & Resort berkembang dari usaha pemondokan dan perawatan kecantikan (resort and spa) serta kesehatan kemudian menjadi obyek wisata yang lebih lengkap dengan berbagai program wisata alam (Tabel 3).
(Tahun) Pengelola
Tabel 3 Sejarah dan pengelola obyek penelitian di Kawasan Wisata Bopunjur
No. Lokasi Pendirian
1 TWA Telaga Warna 1981 Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Barat – Kementerian Kehutanan 2 WA Gunung Mas 1993 PT Perkebunan Nusantara VIII Jawa Barat 3 WW Curug Cilember 1997 Perum Perhutani KBMWBU Unit III Jawa Barat-Banten 4 WW Curug Panjang 2004 Perum Perhutani KPH Bogor 5 WW Curug Naga 2007 Perum Perhutani KPH Bogor kerjasama CV. Wahana Curug Naga (2009) 6 TW Riung Gunung 2005 Pemerintah Daerah Kabupaten bogor 7 TSI 1986 Yayasan Taman Safari Indonesia 8 TW Matahari 2007 PT. Taman Wisata Matahari 9 Melrimba Garden 1991 Ibu Melani (Pribadi) 10 Lembah Pertiwi 2008 Bpk. Chaidir Rusli (Pribadi) 11 Cansembu Resort 2000 dr. Ali Shahab, Sp.BS (Pribadi) Sumber: Diolah dari berbagai sumber data terkait, khususnya dokumentasi data pada obyek wisata bersangkutan 3. Kondisi Masyarakat Jumlah penduduk di KW Bopunjur pada tahun 2009 berjumlah 201.558 jiwa dengan rincian Kecamatan Cisarua sebanyak 110.040 jiwa (57.389 laki-laki dan 52.651 perempuan) dan Kecamatan Megamendung sebanyak 91.518 jiwa (47.729 laki-laki dan 43.789 perempuan), dengan demikian rasio jenis kelamin sebesar 109, artinya terdapat 109 pria pada setiap 100 perempuan. Di wilayah ini terdapat 48.451 unit rumahtangga, sehingga rata-rata jumlah anggota rumahtangga pada tahun 2009 sekitar 4 orang/rumahtangga. Pertumbuhan penduduk KW Bopunjur dalam kurun waktu 10 tahun mencapai 29,18% (pada tahun 1999 jumlah penduduk Kecamatan Cisarua berjumlah 82.289 jiwa dan Kecamatan Megamendung berjumlah 73.737 jiwa). Luas wilayah ini 103,61 Km2, sehingga kepadatan penduduknya pada tahun 2009 sebesar 1.945 orang/Km2. 4. Aksesibilitas Jalan menuju Kawasan Wisata (KW) Bopunjur termasuk sangat mudah karena didukung oleh infrastruktur yang memadai. Kawasan Wisata Bopunjur merupakan kawasan yang harus dilalui untuk menuju DW Cibodas dari arah Jakarta. Keadaan inilah yang menjadikan kedua kawasan wisata ini saling terhubung dan terintegrasi. Beberapa obyek wisata berada langsung pada jalur utama dengan jarak kurang dari 1 km yaitu Taman Wisata Alam (TWA) Telaga Warna, Wisata Agro (WA) Gunung Mas, Taman Wisata (TW) Riung Gunung, dan TW Matahari. Obyek lain berada pada jarak berbeda dari jalan utama. Namun demikian, sesungguhnya seluruh obyek ini dapat ditempuh tidak lebih dari 1 jam dengan menggunakan kendaraan bermotor jika tidak menghadapi kendala kemacetan (Tabel 4).
No. Lokasi Jarak dari jalan Raya
Tabel 4 Jarak tiap obyek wisata di Kawasan Wisata Bopunjur
dari Jalan Raya Jakarta - Cianjur
Jakarta – Cianjur (Km) 1 TWA Telaga Warna <1 2 WA Gunung Mas <1 3 WW Curug Cilember 8 4 WW Curug Panjang 8 5 WW Curug Naga 10 6 TW Riung Gunung <1 7 TSI 6 8 TW Matahari <1 9 Melrimba garden <1 10 Lembah Pertiwi 3 11 Cansebu Resort 5
Sumber : Diolah dan ditelusuri dari berbagai sumber data terkait, khususnya dokumentasi data pada obyek wisata bersangkutan