ANALISIS FAKTOR- FAKTOR INDUSTRI KECIL
KERANJANG BAMBU DI DESA SIRPANG
SIGODANG KECAMATAN PANEI
KABUPATEN SIMALUNGUN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperolah Gelar Sarjan Pendidikan
Oleh :
ELFRINA M. TARIGAN NIM. 308331023
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
ABSTRAK
Elfrina M Tarigan, NIM. 308331023, Analisis Faktor-Faktor Industri kecil keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun. Skripsi, Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan, 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui faktor- faktor industri kecil seperti Modal usaha, Bahan baku usaha, jumlah dan asal tenaga kerja ,Transportasi, kondisi pemasaran di Desa Sirpang sigodang, (2) Mengetahui Pendapatan yang diperoleh pengusaha industri keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sirpang sigodang pada tahun 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang berusaha dalam industri keranjang bambu yaitu 220 KK dengan jumlah sampel sebanyak 66 KK (30%). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik komunikasi langsung dan, teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik deskripif kualitatif.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Analisis Faktor-Faktor Industri kecil keranjang bambu di Desa Sirpang sigodangf Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun”. Adapun maksud skripsi ini dibuat adalah sebagai kelengkapan tugas dalam memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidika pada jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Didalam penulisan skripsi ini tidak luput dari berbagai kelemahan, namun berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya dapat teratasi, sehubungan dengan itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Ibnu hajar, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta stafnya
2. Bapak Drs. Restu, M.S. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial beserta stafnya 3. Drs. W. Lumbantoruan, M.Si. selaku ketua jurusan Pendidikan Geografi 4. Ibu Dra. Asnidar, M.Si. selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Geografi
5. Ibu Dra. Minah Sinuhaji, M.Si Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini 6. Bapak Drs. Mbina Pinem, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik
penulis yang telah banyak membimbing selama mengikuti studi di Jurusan Pendidikan Geografi
7. Bapak/ Ibu dosen khususnya di Jurusan Pendidikan Geografi
8. Bapak Siagian (Geografi) yang telah banyak membantu, memberi masukan dan semangat kepada penulis
9. Ibu Mesli Sinaga selaku Kepala desa Sigodang yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan informasi dan ijin penelitian kepada penulis 10. Bapak Sinaga (batu 20) dan Bapak Martuahman Simarmata (Sigodang) yang
telah meluangkan waktunya dalam memberi data dan informasi kepada penulis
serta materi kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan hingga sampai penulisan skripsi ini selesai.
12. Buat adik-adik tersayang Nia M Tarigan (nia) dan Raymon Tarigan (emon) terima kasih atas dukungan dan doanya.
13. Keluarga Beauty pury (B’Aris, Bunda’Epri, Hana, Happy yang udah pindah, Tari, Astri) yang telah memberi doa, semangat dan canda tawa.
14. Buat keluarga kela D. Simarmata dan namboru terutama B’Ardo dan Ceplin, terimakasih atas semangat yang diberikan serta akomodasi bagi penulis selama penelitian
15. Buat sahabat- sahabat ku (Prikit) Mama Risma, Rena. Fitri, Agustia, Jida, Puji, terkhusus Yanti dan Nova yang selalu bersama dalam suka maupun duka selama 4 tahun ini. Semoga bersahabat selamanya.
16. Rekan Mahasiswa Jurusan Geografi terkhusus B_Eks 08
17. Teman- teman pelayanan di UKMKP UP FIS terkhusus Kel’Pelangi (Kk ku K’Novita, Elfrida, Yanti) trimakasih buat Doa dan semangatnya.
18. Buat teman-teman PPL SMA GBKP Kabanjahe terkhusus Racun (Monik dan Uke)
Akhir kata hanya Doa yang bisa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa agar kiranya melimpahkan berkat dan Rahmat_Nya bagi kita semua. Penulis berharap agar skripsi ini berguna bagi pembaca khususnya di Jurusan Pendidikan Gografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Medan, Agustus 2012 Penulis
DAFTAR ISI
C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional………...….……... 20
D. Teknik Pengumpul Data………....….…. 22
B. Saran ……… 60
DAFTAR PUSTAKA ... 63
DAFTAR TABEL
No. Uraian Hal
1. Nama dusun dan jumlah responden pengusaha keranjang bambu di Desa Sirpang
sigodang tahun 2012 ...20
2. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Sirpang sigodang tahun 2012...25
3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Sirpang sigodang tahun 2012...27
4. Komposisi Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012 ...29
5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata pencaharian di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012...30
6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Sirpang sigodang tahun 2012 ...31
7. Sarana Peribadatan di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012 ...31
8. Sarana Pendidikan di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012 ...32
9. Usia Responden di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012...34
10. Tingkat Pendidikan Formal Responden di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012...35
11. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012...36
12. Modal Yang Digunakan Responden Dalam Pembuatan Keranjang bambu Selama Satu Bulan di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012 ...43
13. Harga Bambu Yang Digunakan Responden Dalam Pembuatan Keranjang bambu Selama Satu Bulan di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012...45
14. Jumlah bahan baku Yang Digunakan Responden Dalam Pembuatan Keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012 ...46
15. Jumlah tenaga kerja upahan di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012...47
17. Ogkos truk berdasarkan jumlah bahan baku industri keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012 ... 49 18. Ongkos Truk berdasarkan jumlah truk industri keranjang bambu di Desa Sirpang
sigodang Tahun 2012 ... 50 19. Cara pemasaran keranjang hasil produksi industri keranjang bambu di Desa
Sirpang sigodang ... 53 20. Jumlah Produksi Keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012 ...53 21 Pendapatan Pengusaha yang diperoleh dari Keranjang bambu di Desa Sirpang
sigodang Tanun 2012.. ...54 22. Jumlah Truk dan biaya angkut industri keranjang bambu di Desa Sirpang
sigodang Tahun 2012 ……….69 23. Harga bambu yang digunakan Pengusaha Industri Keranjang bambu selama satu
bulan terakhir di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012 ………... 70 24. Harga jual keranjang bambu selama sebulan terakhir di Desa Sirpang sigodang
DAFTAR GAMBAR
No. Uraian Hal
1. Skema Kerangka Berpikir ... .... 18
2. Peralatan membuat keranjang bambu ... 37
3. Proses memotong bambu menjadi 2m ... 38
4. Proses membelah bambu ... 39
5. Proses manggolei ... 40
6. Proses manapak ... 40
7. Proses mambayu ... 41
8. Proses malilit keranjang ... 42
9. Proses mambingkai ... 42
10. Bahan baku bambu ... 46
11. Alat Pengangkutan... 50
12. Pemasaran keranjang bambu ... 52
13. Keranjang bambu hasil anyaman ... 54
14. Peta administrasi Kabupaten Simalungun ... 76
15. Peta administrasi Kecamatan Panei ... 77
i
DAFTAR LAMPIRAN
No Uraian Hal
1. DaftarWawancara... 65
2. Jumlah truk dan biaya angkut industri keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012 ... 48
3. Harga bambu yang dibayar pengusaha keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012 ... 49
4. Harga jual keranjang bambu selama satu bulan terakhir di Desa Sirpang sigodang Tahun 2012 ... 50
5. Analisa biaya produksi pengusaha keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang . 72 6. Analisa pendapatan pengusaha Keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang ... 74
7. Peta administrasi Kabupaten Simalungun ... 76
8. Peta administrasi Kecamatan Panei ... 77
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Indonesia adalah Negara berkembang yang mana pada saat ini masih dalam
proses pembangunan dalam segala bidang, baik dari sektor alam, infrastruktur,
ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan, serta dari sektor manusianya, dalam
pembangunan dari segi ekonomi seperti pembangunan sektor industri baik itu
industri besar, sedang atu kecil, sebagai contoh yaitu Industri Tekstil sampai pada
industri olahan rumah tangga. Tidak sedikit aspek-aspek dalam bidang industri telah
memberi sumbangan bagi pemecahan masalah ekonomi nasional yang umumnya
dihadapi. Belakangan ini disadari bahwa peranan industri cukup penting terutama
dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat oleh karena itu industri perlu
dibangun dan dikembangkan secara menyeluruh dengan meningkatkan peran serta
masyarakat.
Industri tumbuh berkembang diawali dari berkembangnya pola kebutuhan
hidup manusia. Sesudah mata pencaharian hidup berpindah-pindah sebagai pemetik
hasil bumi, dan mengolah tanah dengan bertani dan berkebun serta beternak,
kebutuhan masyarakat semakin berkembang misalnya untuk mendapatkan alat
pemetik hasil bumi, alat berburu, alat menangkap ikan, alat bertani, berkebun, alat
untuk menambang sesuatu, bahkan alat untuk berperang serta alat-alat rumah tangga,
Contoh : Pisau untuk memotong, sabit untuk memanen padi, cangkul untuk
mengolah tanah. Untuk menghasilkan alat-alat yang mereka butuhkan, maka para
barang-barang yang diperlukan itu. Dari situ mulailah berdiri dan berkembang industri
kerajinan dan pertukangan yang menghasilkan barang-barang kebutuhan.
Industri berskala kecil dan menengah di Indonesia dinilai sebagai sektor
terpenting untuk mengikis masalah gawat yang dihadapi Indonesia yakni
pengangguran, mengingat teknologi yang lazim digunakan dalam proses produksinya
adalah teknologi padat karya. Karena Industri yang secara khusus industri kecil
tersebar di seluruh negeri, khususnya di daerah pedesaan, pengembangan industri
kecil adalah cara yang dinilai paling besar peranannya tidak hanya untuk
memperbesar lapangan kerja dan kesempatan usaha, tetapi juga untuk mendorong
pembangunan daerah dan pedesaan di Indonesia (Marbun, 1986)
Hal ini tidak jauh berbeda dengan industri di Sumatera Utara, yang banyak
ditemui industri kecil seperti industri sepatu, makanan ringan, ulos, bambu, rotan,
batu-bata dan lain sebagainya. Industri-industri tersebut masih dapat bertahan hingga
saat ini, terbukti dari semakin meningkatnya jumlah industri kecil yang saat ini
menjadi pekerjaan pokok masyarakat yang menyerap tenaga kerja yang cukup
banyak. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah unit tahun 2004 yang berjumlah 923 unit
dengan jumlah tenaga kerja 51. 432 orang, tahun 2008 meningkat jumlahnya menjadi
1.294 unit dengan jumlah tenaga kerja 82.549 orang, namun masih memiliki masalah
dalam hal modal dan pemasaran (http:/disperindag.ps.com)
Desa Sirpang Sigodang merupakan sebuah desa di Kecamatan Panei
Kabupaten Simalungun. Dari hasil Studi pendahuluan dapat diketahui bahwa di Desa
Sirpang Sigodang industri kecil yang cukup merakyat adalah industri kecil keranjang
bambu, dimana keberadaannya sudah sejak tahun 1970, industri keranjang bambu
keranjang bambu tidak menunjukkan perkembangan yang signifikan, terkadang
produksinya berhenti dan terkadang beroperasi kembali, dalam wawancara terhadap
Bapak Simarmata (5 April 2012) “ pengusaha industri kecil keranjang bambu ini
masih kesulitan dalam hal permodalan, sehingga sulit untuk mengembangkan
usahanya.
Selain karena faktor modal kemungkinan juga disebabkan oleh beberapa
faktor lain seperti, bahan baku, tenaga kerja, transportasi dan pemasaran sehingga
mempengaruhi pendapatan pengusaha. Oleh sebab itu faktor- faktor tersebut perlu
dianalisis pada industri kecil keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang kecamatan
panei Kabupaten Simalungun.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang, yang menjadi indentifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah faktor- faktor industri yang mencakup modal opersional
pengusaha dalam memproduksi keranjang bambu, bahan baku dalam proses produksi
pada masa lalu masih berasal dari dalam daerah atau milik pengusaha itu sendiri
namun pada masa sekarang sebagian besar harus didatangkan dari daerah lain,
jumlah dan asal tenaga kerja, transportasi yang digunakan serta pemasaran yang
dilakukan pengusaha industri keranjang bambu baik pemasaran langsung ataupun
tidak langsung yang pada akhirnya akan menentukan pendapatan pengusaha industri
kecil keranjang bambu desa Sirpang sigodang kecamatan Panei kabupaten
C. Pembatasan masalah
Dari identifikasi masalah, maka yang menjadi pembatasan masalah dalam
penelitian ini adalah faktor- faktor industri keranjang bambu, dan pendapatan
pengusaha industri keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang kecamatan Panei
Kabupaten Simalungun.
D. Perumusan masalah
1. Bagaimana Faktor- faktor industri kecil keranjang bambu seperti modal,
bahan baku, tenaga kerja, transportasi dan pemasaran di Desa Sirpang
sigodang
2. Bagaimana Pendapatan pengusaha industri kecil keranjang bambu di Desa
Sirpang sigodang
E. Tujuan penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah maka tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini antara lain untuk mengetahui :
1. Faktor-faktor industri kecil seperti modal, bahan baku, tenaga kerja,
transportasi dan pemasaran pada industri keranjang bambu di Desa Sirpang
sigodang.
2. Pendapatan pengusaha industri kecil keranjang bambu desa Sirpang sigodang
F. Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan bagi pengusaha kerajinan keranjang bambu di Desa
Sirpang Sigodang Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun
2. Menambah wawasan bagi penulis dalam menyusun karya ilmiah dalam
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sesuai dengan hasil pembahasan, maka diperoleh beberapa kesimpulan
sebagai berikut.
1. Faktor- faktor industri kecil keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang
a. Modal perasional usaha keranjang bambu dari 66 pengusaha di Desa Sirpang
Sigodang minimal Rp.100.000 selama sebulan dan maksimal Rp.30.000.000
dengan rata-rata jumlah modal Rp.395.166, modal tersebut digunakan untuk
membeli bambu, biaya angkutan dan upah tenaga kerja, tetapi masih ada
pengusaha mengalami kekurangan modal, sehingga harus meminjam dari
keluarga dan BANK agar tidak menghambat hasil produksi.
b. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan keranjang bambu adalah jenis
bambu rogon (bahasa Simalungun) dengan ukuran 2m untuk satu keranjang
bambu dengan jumlah paling banyak adalah 3000 potong dan paling sedikit
adalah 400 potong, dan saat ini sangat sulit bagi pengusaha keranjang bambu
untuk memperoleh bahan baku bambu di wilayah Desa Sirpang sigodang
sehingga harus membeli ke daerah lain dengan harga 1000/potong, dan bila
terpaksa pengusaha harus membeli bambu dari Agen dengan harga 1500/potong
bambu.
c. Tenaga kerja industri keranjang bambu dalam artian tenaga kerja upahan di
Desa Sirpang sigodang paling banyak 15 orang dan paling sedikit 4 orang dan
menggunakan tenaga kerja keluarga atau tidak mendapat upah. Keadaan ini
menunjukkan bahwa industri keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang adalah
industri Rumah tangga.
d. Dalam mengangkut bahan baku serta memasarkan keranjang bambu, secara
umum pengusaha menggunakan Truk sebagai alat angkutan baik itu dengan
memborong truk atau juga membayar ongkos angkut berdasarkan jumlah bambu
yang diangkut. Pada umumnya Truk yang dibayar adalah truk yang mengangkut
bahan baku bambu, ongkos yang harus dibayar bila dilihat berdasarkan borongan
adalah sebesar Rp.100.000/pengusaha, sedangkan berdasarkan jumlah bambu
yang diangkut adalah Rp.300/potong bambu. Sebanyak 43 pengusaha memilih
dengan memborong Truk dan 17 pengusaha memilih membayar Truk
berdasarkan jumlah bambu, dan 6 pengusaha tanpa Truk pengangkut tetapi
dengan menggunakan Tenaga.
e. Pemasaran Keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang dilihat dari cara
pemasaran dan daerah pemasaran. Cara pemasaran yang dilakukan pengusaha
umumnya (78,26%) dipasarkan secara tidak langsung dengan menjualnya
kepada Agen yang ada di Desa Sirpang sigodang , ini tentu menghasilkan untung
yang tidak banyak dibandingkan dengan menjualnya langsung ke konsumen.
Daerah pemasaran Keranjang bambu dominan dipasarkan ke kota Kabanjahe,
dan Berastagi Kabupaten Karo yang merupakan daerah penghasil buah dan
sayuran yang memerlukan keranjang bambu sebagai wadah penyimpanan, hal
ini menyebabkan pemasaran menjadi lancar dan sekaligus mendukung kegiatan
2. Pendapatan pengusaha Industri kecil Keranjang bambu di Desa Sirpang
sigodang
Pendapatan pengusaha industri kecil keranjang bambu terendah Rp.1020.000
- Rp.3000.000 dan tertinggi Rp. 5001.000 – 7.300.000 /pengusaha selama satu bulan
dan apabila dirata-ratakan dengan menjumlah seluruh pendapatan pengusaha dan
dibagikan jumlah responden (66)orang maka rata-rata jumlah pendapatan Rp.
287.965/ bulan. Keadaan ini berarti secara keseluruhan pendapatan pekerja yang
diperoleh dari kegiatan industri Keranjang bambu belum dapat memenuhi kebutuhan
dasar hidupnya. Bila dikaitkan dengan UMR maka seluruh pengusaha berada di
bawah UMR Sumatera Utara (tahun 2012 berjumlah Rp.1.200.000) atau belum dapat
memenuhi kebutuhan dasar primer.
B. Saran
Berdasarkan uraian kesimpulan, maka dalam penelitian ini diperlukan
beberapa saran, antara lain :
a. Jumlah modal yang digunakan pengusaha di Desa Sirpang sigodang masih
belum memiliki cukup dana sehingga kegiatan industri keranjang bambu
terkadang masih tersendat dan masih membutuhkan bantuan dana maka bagi
pengusaha untuk sebaiknya lebih memperhatikan dan mulai untuk menabung
modal sehingga bila suatu waktu dibutuhkan modal yang lebih besar tidak
akan kesulitan lagi, bagi pemerintah daerah supaya lebih memperhatikan
industri rumah tangga keranjang bambu tersebut yang pada dasarnya sangat
b. Bahan baku yang digunakan pengusaha masih tergolong sulit untuk
didapatkan, oleh karena itu bagi pengusaha supaya mulai menyicil menanam
bambu secara berkelompok sehingga tidak terlalu banyak menghabiskan
tempat, karena pada dasarnya proses penanaman bambu sampai pada
pemanenan membutuhkan waktu yang sangat lama, sehingga pada akhirnya
nanti tidak akan kesulitan lagi memperoleh bahan baku bambu.
c. Tenaga kerja pengusaha industri keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang
merupakan tenaga kerja keluarga. Sehubungan dengan itu sudah sewajarnya
pengusaha dapat menambah tenaga kerja upahan agar dapat meningkatkan
hasil produksi.
d. Dalam hal transportasi, saat ini pengusaha tidak terlalu mendapat kendala
yang lebih, tetapi ada baiknya juga setiap pengusaha untuk saling membantu
dalam hal transportasi, misalnya dengan membentuk kelompok untuk
membayar biaya angkut sehingga lebih meringankan beban biaya angkut.
e. Pemasaran pengusaha keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang pada
umumnya secara tidak langsung dengan menjualnya kepada Agen.
Sehubungan dengan itu sudah sewajarnya pengusaha mulai menjual hasil
produksi langsung kepada konsumen sehingga hasil yang didapat bisa lebih
dari sebelumnya. Mengingat semakin kuatnya persaingan harga maka
selayaknya sesama pengusaha bersama- sama membentuk koperasi untuk
menampung dan menyalurkan atau menjual bahan baku serta keranjang
bambu sesuai dengan harga pasar.
Pendapatan pengusaha industri keranjang bambu di Desa Sirpang sigodang berada di
memperbaiki kelemahan-kelemahan yang selama ini terjadi dan meningkatkan ke
arah yang lebih baik agar pendapatan yang diperoleh dapat lebih ditingkatkan untuk