ANALISIS MEDAN MAKNA KOKORO DALAM KAJIAN SEMANTIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Menempuh Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Jepang Pada Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Hasanuddin
Oleh : Nur Rifqah F911 13 311
DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2017
–
vi ABSTRAK
Rifqah, Nur. 2017. “Analisis Medan Makna Kokoro Dalam Kajian Semantik”. Skripsi Program Studi Sastra Jepang, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pembimbing I Taqdir, S. Pembimbing II Nursidah, S.Pd
Semantik adalah salah satu cabang dari linguistik (ilmu yang mempelajari tentang bahasa) yang mengkaji mengenai makna.
Permasalahan yang diteliti adalah mengenai bagaimanakah medan makna dari kata kokoro jika superordinatnya berdasarkan kesamaan arti dan berdasarkan frasa idiom yang mengandung kata kokoro.
Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penyediaan data dengan metode pustaka (Library Research). Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam skripsi ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data medan makna berdasarkan kesamaan arti didapat dari kamus bahasa Jepang, berbagai jurnal, dan website domain Jepang. Sama halnya dengan medan makna berdasarkan frasa idiomnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kata-kata yang memiliki kesamaan arti dengan kokoro hanya sama pada beberapa kondisi dan berbeda pada beberapa kondisi lainnya. Sedangkan, berdasarkan frasa idiom hanya ditemukan perluasan makna secara metafora dan metonimi, tidak ditemukan perluasan secara sinekdok.
Kata Kunci : Semantik, Makna, Medan Makna, Kokoro, Kesamaan Arti, Idiom
vii 要旨
リフカ、ヌル.2017.“意味論の研究における心のフィールド分析”.卒業 論文.日本文学、ハサヌディン大学、マカサル。Taqdir, S.Pd.,M.Hum (第一指 導教員). Nursidah, S.Pd.,M.Pd (第二指導教員)
意味論とは、言語学の部分一つであり、それについて意味の分析する のである。
この問題は、意味の共通性に基づいて、単語のこころの慣用句を含む フレーズに基づいている場合、単語の心のフィールドの意味がどのようにさ れています。
本論文で使用される方法は、図書館 (図書館研究) の方法によりデータ を提供する方法である。この論文のデータを分析するために使用される方法 は、定性的な記述方法です. 意味の類似性に基づくデータフィールドは、日 本語辞典、様々な学会誌、日本のウェブサイトです. 同じことは彼のイディ オムの句に基づいて意味の分野の場合である。
その結果, 単語の意味は, いくつかの異なる条件や他の条件において, こ ころと同じであることがわかった。
キーワード: 意味論、意味、フィールド、こころ、常識、熟語
viii KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT.
yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan ridho-Nya sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini, serta salam cinta dengan shalawat untuk kekasih-Nya, sang Nabi terakhir, Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Skripsi yang berjudul “Analisis Medan Makna Kokoro Dalam Kajian Semantik”
ini ditulis dan diselesaikan dengan segala keterbatasan yang dimiliki penulis sebagai seorang akademika serta diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin.
Tak terelakkan bahwa selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis menghadapi berbagai hambatan. Namun, berkat bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis haturkan terima kasih kepada :
1. Dua orang yang telah mengirimkan ribuan doa, merayu Sang Pencipta agar berkenan melindungi ku selama perjalanan ku menuntut ilmu. Terima kasih atas kesabarannya. Bapak ku, Drs.H. Abdul Latief dan mama ku, Dra. Hj.
Nursan, terima kasih banyak, barakallah.
ix 2. Kakak-kakakku, Muhammad Nur Rizal & Andi Ika Trisnawati, Nur Ilmiyawati
& Herdin Ramli, Muhammad Nur Jihad, dan Nur Azizah serta dua keponakan ku, Zahratul Nur Khumairah dan Muhammad Nur Najibul Mulk.
3. Kakakku, Muhammad Nur Jihad, yang selalu berkenan menjemput adik bungsunya ini jika pulang terlambat. Terima kasih atas pengorbanannya.
Barakallah.
4. Taqdir Sensei dan Ida Sensei selaku pembimbing. Terima kasih atas bimbingannya. Barakallah.
5. Sensei-sensei yang telah membimbing penulis sejak awal masuk jurusan ini hingga akhir. Terima kasih banyak. Barakallah.
6. Pak Suardi dan Bu Mayang, terima kasih atas bantuannya dalam hal administrasi. Barakallah.
7. HIMAWARI yang awalnya adalah bibit-bibit di tahun 2013 (baca : alay) dan sekarang telah mekar menjadi bunga matahari dewasa (baca : semakin tak terkendali). Kita telah melalui banyak hal bersama yang tersimpan seadanya di pikiran, di ingatkan kembali oleh berbagai foto, dan akhirnya menjadi kisah yang juga lewat. Tak terasa intensitas pertemuan kita menjadi berkurang, bahkan semakin berkurang seiring berjalannya waktu. Semoga komunikasi kita tetap terjalin.
8. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Sastra Jepang (HIMASPA).
9. Pattingalloang 2013 dan BEM KMFIB-UH 2016/2017
x Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, 24 November 2017
Penulis
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………..
HALAMAN PENGESAHAN………
HALAMAN PERSETUJUAN………...
HALAMAN PENERIMAAN………
ABSTRAK………..
KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI………..
DAFTAR TABEL………..
DAFTAR GRAFIK………
i ii iii iv vi viii
xi xiii xiii BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……….
1.2 Batasan Masalah……….……….
1.3 Rumusan Masalah………
1.4 Tujuan Penelitian……….
1.5 Manfaat Penelitian………
1 3 3 4 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Semantik………..
2.1.2 Makna………..
2.1.3 Medan Makna………..
6 10 12
xii 2.1.4 Kokoro……….
2.2 Penelitian Yang Relevan………..
2.3 Kerangka Pikir………..
18 23 26 BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ……….
3.2 Metode dan Teknik Analisis Data………
27 28 BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Medan Makna Kokoro Berdasarkan Kesamaan Arti…………
4.1.1 Seishin………
4.1.2 Mune………..
4.2 Medan Makna Kokoro Berdasarkan Frasa Idiom………
4.2.1 Ideom Kokoro dengan penghubung partikel を……….
4.2.2 Ideom Kokoro dengan penghubung partikel が……….
4.2.3 Ideom Kokoro dengan penghubung partikel に……….
30 31 36 40 41 48 55
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan………..……….
5.2 Saran……….
66 68 DAFTAR PUSTAKA………. 69 DATA... 75
xiii DAFTAR TABEL
Tabel 1. Persamaan dan perbedaan Kokoro dan Seishin………...….36
Tabel 2. Persamaan dan perbedaan Kokoro dan Mune...39
Tabel 3. Hubungan Makna Leksikal dan Makna Idiomatikal……...……….64
DAFTAR GRAFIK Grafik 1. Contoh Medan Makna...3
Grafik 2. Hiponimi………...………..15
Grafik 3. Hiponimi………...………..15
Grafik 4. Hirarki Medan Makna Berdasarkan KesamaanArti………...…....30
Grafik 5. Hirarki Medan Makna Berdasarkan Frasa Idiom………....…...41
1 BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Bahasa sangat penting dalam kehidupan sosial manusia karena fungsinya sebagai alat komunikasi. Menurut Kridalaksana dalam Kushartanti (2007 : 3) bahwa bagi linguistik – ‘ilmu yang khusus mempelajari bahasa’ – yang dimaksudkan dengan bahasa adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Misalnya adalah bahasa Indonesia yang telah disepakati menjadi bahasa nasional. Seluruh masyarakat Indonesia dapat berkomunikasi dengan baik meskipun berasal dari daerah yang berbeda dan menggunakan bahasa daerah yang berbeda karena menggunakan bahasa yang telah disepakati sebagai bahasa persatuan.
Semantik merupakan salah satu bidang dalam linguistik yang mengkaji tentang makna. Makna menurut Chaer (2014 : 1.14) adalah gagasan, ide, konsep atau pengertian yang ada atau melekat secara inheren pada sebuah satuan bahasa atau satuan ujaran yang dalam hal ini bisa diwakili oleh sebuah kata atau leksem karena makna itu merupakan komponen yang ada pada kata leksem itu. Abdul Chaer melanjutkan bahwa makna setiap kata sangat bergantung pada konteks di mana kata itu digunakan. Selain itu, makna yang dikandung setiap kata itu dapat dianalisis atau diuraikan atas sejumlah ciri atau komponen yang membentuk makna
2 kata itu secara keseluruhan. Contohnya pada kalimat ‘Adik jatuh dari pohon’ dan
‘Diam-diam dia jatuh cinta pada adikku’. Meski keduanya menggunakan kata
‘jatuh’ namun maknanya berbeda berdasarkan konteks yang melingkupinya.
Kalimat pertama bermakna ‘terjadinya gerakan dari atas ke bawah’, sedangkan kalimat kedua bermakna ‘menjadi’. Dan kedua kalimat tersebut termasuk dalam makna gramatikal karena perbedaan makna kata di setiap kalimat diketahui berdasarkan konteksnya.
Beberapa tahun terakhir, penelitian linguistik mulai memperhatikan pentingnya teori medan makna dalam mengembangkan kemampuan dan efisiensi pembelajaran bahasa. Teori medan makna itu sendiri ditemukan pertama kali oleh pakar linguistik terkenal dari Jerman di pertengahan abad ke-19, Weisgerber Humbodt. Kemudian, beberapa pakar linguistik struktural dari Jerman dan Swiss seperti Ipsen, Jolls, Porzig, dan J. Trier mengajukan ide mengenai medan makna.
Di antara mereka, ide dari J. Trier yang diterbitkan melalui sebuh karya ilmiah yang berjudul Der Deutsche Wortschatz im Sinnbezirk des Verstandes: Die Geschichte eines sprachlichen Feldes pada tahun 1931 diterima jauh lebih luas. Medan makna secara garis besar merupakan jaringan kata yang memiliki keterkaitan makna yang terdiri dari superordinate yang merupakan pusat dan hiponim yang merupakan anggota. Dalam bahasa Jepang, medan makna disebut 意味特調 (imitokuchou).
Dedi Sutedi (2011 : 124) memaparkan bahwa jika suatu imitokuchou terdapat dalam beberapa kata, maka kata-kata tersebut dapat digolongkan ke dalam satu
3 medan makna yang sama. Contoh dari medan makna adalah tumbuhan sebagai superordinate, maka hiponim atau anggotanya adalah bunga, durian, jagung, dan seterusnya.
Penelitian yang berjudul Analisis Medan Makna Kokoro Dalam Kajian Semantik ini dipilih dengan alasan kurangnya penelitian mengenai medan makna terutama dalam bahasa Jepang. Sementara medan makna bagi pembelajar bahasa dapat menjadi metode belajar untuk memperluas kosakata bahasa yang dipelajari.
Seperti contoh di bawah ini.
Grafik 1 Contoh Medan Makna 生き物
Ikimono
動物 Doubutsu
犬 Inu
あきた しば しほく かいけん
きしゅ ほっかいど
猫 Neko
魚 Sakana
草木 Soumoku
人間性 Nin'gensei
4 Grafik 1 di atas menunjukkan bahwa kita dapat mempelajari kosa kata secara luas.
Hal ini ditunjukkan dari kata 犬 (Inu) yang menjadi superordinate dan anggota- anggotanya merupakan jenis-jenis dari 犬 (Inu). Sehingga, jika kita mempelajari grafik di atas, kita dapat mengetahui jenis-jenis dari 犬 (Inu) bahkan jenis-jenis dari hewan lainnya dalam bahasa Jepang.
Sementara itu, kata 心 (Kokoro) dipilih sebagai superordinat dalam pembahasan medan makna ini karena 心 (Kokoro) adalah salah satu kata yang sering para pembelajar bahasa Jepang jumpai. Namun, salah satu kata yang tingkat abstraknya tinggi ini secara umum hanya diketahui sebagai ‘perasaan’ sementara kata 心 (Kokoro) memiliki arti yang beragam, konsep yang jarang diketahui oleh pelajar bahasa Jepang, dan sering digabungkan dengan kata lain membentuk makna yang berbeda. Oleh karena itu penulis tertarik meneliti mengenai medan makna kata 心 (Kokoro) ini.
1.2 Batasan Masalah
Pada penelitian ini, penulis memberikan batasan terhadap dua masalah yang dikaji. Pada permasalahan pertama mengenai medan makna berdasarkan kesamaan arti, penulis hanya mengkaji dua kata saja, yaitu 精神 (Seishin), dan 胸 (Mune) dari beberapa kata yang memiliki arti yang sama dengan 心 (Kokoro).
Sama halnya pada permasalahan kedua mengenai frasa idiom dari kata 心 (Kokoro). Frasa idiom dari kata 心 (Kokoro) jumlahnya banyak sehingga penulis
5 hanya mengkaji sepuluh frasa idiom saja, yaitu : 心を鬼にする (Kokoro wo oni ni suru), 心を痛める (Kokoro wo itameru), 心を奪う(Kokoro wo ubau), 心が動 く(Kokoro ga ugoku), 心が弾む(Kokoro ga hazumu), 心が通う(Kokoro ga kayou), 心に残る (Kokoro ni nokoru), 心に留める (Kokoro ni tomeru), 心に掛 ける (Kokoro ni kakeru), dan 心に浮かぶ (Kokoro ni ukabu).
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana medan makna 心 (Kokoro) berdasarkan kesamaan arti?
2. Bagaimana medan makna 心 (Kokoro) berdasarkan frasa idiom?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Untuk mendeskripsikan medan makna 心 (Kokoro) berdasarkan kesamaan arti 2. Untuk mendeskripsikan medan makna 心 (Kokoro) berdasarkan frasa idiom 1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini penulis bagi menjadi dua bagian yaitu secara teoritis dan secara praktis.
1.5.1 Manfaat Teoretis
Manfaat dari penelitian ini secara teoretis adalah dapat menambah pengetahuan dalam bidang linguistik terutama yang berhubungan dengan
6 medan makna dan memahami serta mengetahui lebih jauh mengenai kata 心 (Kokoro).
1.5.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, manfaat penelitian ini dapat mempermudah dalam penerjemahan frasa yang mengandung kata 心 (Kokoro) dalam bahasa Jepang. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan dasar sebagai rujukan bagi penelitian selanjutnya.
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori
2.1.1 Semantik
Linguistik menelaah bahasa dan semantik menelaah makna-makna yang diungkapkan manusia melalui satuan bahasa, seperti kata, frase, morfem, klausa, kalimat, dan lain-lain. Kambartel dalam buku Teori Semantik (2001 : 7) berpendapat bahwa semantik adalah studi tentang makna. Menurutnya, semantik mengasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakkan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia. Semantik dalam bahasa Jepang disebut 意味論 (imiron). Menurut Dedi Sutedi (2011 : 111- 114), objek kajian semantik antara lain adalah sebagai berikut.
a. Makna kata (go no imi)
Makna setiap kata perlu dikaji karena komunikasi dengan menggunakan bahasa Jepang akan berjalan dengan lancar jika setiap kata yang digunakan pembicara memiliki makna atau maksud yang sama dengan lawan bicara.
b. Relasi makna antarsatu kata dengan kata yang lainnya (go no imi kankei) Relasi makna perlu dikaji karena kata dikelompokkan dalam kategori tertentu. Misalnya, pada verba hanasu (berbicara), iu (berkata), shaberu (ngomong), dan taberu (makan) dapat dikelompokkan ke dalam kotoba o
8 hassuru (bertutur) untuk tiga verba pertama, sedangkan taberu tidak termasuk ke dalamnya. Contoh lainnya, hubungan makna antara kata hanasu dan iu, takai (tinggi) dan hikui (rendah), doubutsu (binatang) dan inu (anjing) akan berlainan sehingga perlu diperjelas. Pasangan pertama merupakan sinonim (ruigi-kankei), dan pasangan kedua merupakan antonim (han’i-kankei), sedangkan pasangan terakhir merupakan hubungan superordinate (jouge kankei). Dengan menyajikan berbagai informasi tersebut, akan membantu pembelajar untuk mempermudah dalam memahaminya.
c. Makna frase (ku no imi)
Dalam bahasa Jepang ungkapan hon o yomu (membaca buku), kutsu wo kau (membeli sepatu), dan hara ga tatsu (perut berdiri (=marah)) dianggap sebagai suatu frasa (klausa) atau ku. Klausa ‘hon o yomu’ dan ‘kutsu o kau’
dapat dipahami cukup dengan mengetahui makna kata-kata hon, kutsu, kau, dan o; ditambah dengan pemahaman tentang struktur kalimat bahwa ‘nomina + o + verba’. Jadi, klausa tersebut bisa dipahami secara leksikalnya (mojidouri no imi). Tetapi, untuk klausa ‘hara ga tatsu’ meskipun kita mengetahui makna setiap kata dan strukturnya, belum tentu bisa memahami makna klausa tersebut, jika makna frasa secara idiomatikalnya (kan-youkuteki na imi) belum diketahui dengan benar.
Pada klausa ‘ashi o arau’ ada dua makna, yaitu secara leksikal (mojidouri no imi) yakni ‘mencuci kaki’, dan juga secara idiomatikalnya (kan-
9 youkuteki imi) yakni ‘berhenti berbuat jahat’. Jadi, dalam bahasa Jepang ada frasa/klausa yang hanya bermakna secara leksikal saja, ada frasa/klausa yang bermakna secara idiomatikalnya saja, dan ada juga frasa/klausa bermakna kedua-duanya. Oleh karena itu, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa frasa bahasa Jepang memang perlu untuk diteliti.
Pengertian frasa idiom menurut Kuramochi dan Yukiko yang dipaparkan kembali oleh Indra Bayu dalam skripsinya yang berjudul Analisis Kanyouku (idiom) Bahasa Jepang Yang Menggunakan Kata Chi (Darah) dan Hone (Tulang) (2015 : 13) adalah
“「二つ以上の単語が決まった結びつきをしていて、それぞれの単語 の意味をただつなぎ合わせても理解できない別の意味を表す言い方を 慣用句と呼んでいます」”
“Futatsu ijyou no tan’go ga kimatta musubitsuki wo shite ite, sorezore no tan’go no imi wo tada tsunagi awasete mo rikai dekinai betsu no imi wo arawasu iikata wo kanyouku to yonde imasu”
“Dua kata atau lebih yang digabungkan sesuai dengan ketentuan yang ada dimana gabungan dari masing-masing kata tersebut menimbulkan makna lain yang tidak bisa dimengerti disebut idiom.”
Ada tiga langkah yang harus ditempuh dalam meneliti idiom yang dipaparkan Cuciati dalam skripsinya yang berjudul Analisis Makna Simbol Unsur Alam Dalam Kanyooku Bahasa Jepang (2013 : 36), yaitu:
1) Pengkajian makna leksikal (jigidouri no imi)
Pengkajian makna leksikal dapat dilakukan dengan menggunakan referensi yang berupa kamus atau yang lainnya.
Kemudian perlu pula diinformasikan tentang struktur frase tersebut
10 melalui penghimpunan berbagai informasi tentang tata bahasa, mengingat bentuk idiom bahasa jepang bermacam-macam.
2) Pengkajian makna idiomatikal (kanyoukuteki imi)
Pengkajian makna idiomatikal dapat dilakukan dengan menelaah berbagai referensi tentang buku/ kamus idiom bahasa Jepang atau referensi lainnya seperti hasil penelitian terdahulu.
3) Deskripsi hubungan makna leksikal dengan makna idiomatikal
Untuk mendeskripsikan hubungan antara makna leksikal dengan makna idiomatikal dapat menggunakan tiga macam gaya bahasa atau majas (hiyu), yaitu: metafora (in’yu), metonimi (kan’yu), dan sinekdok (teiyu). Dedi Sutedi dalam bukunya Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang (2011 : 192) memaparkan sebagai berikut.
a. Metafora (隠喩 / in-yu)
Metafora adalah gaya bahasa yang digunakan untuk mengumpamakan sesuatu hal (misalnya A) dengan hal yang lain (misalnya B), karena adanya kemiripan atau kesamaannya.
b. Metonimi (換喩 / kan-yu)
Metonimi adalah gaya bahasa yang digunakan untuk mengumpamakan suatu hal (A) dengan hal lain (B), karena berdekatannya atau adanya keterkaitan baik secara ruang maupun secara waktu.
11 c. Sinekdoke (提喩 / teiyu)
Sinekdoke adalah gaya bahasa yang digunakan untuk mengumpakan suatu hal yang umum (A) dengan hal yang lebih khusus (B), atau sebaliknya hal yang khusus (B) diumpamakan dengan hal yang umum (A).
d. Makna kalimat (bun no imi).
Makna kalimat juga dijadikan objek kajian semantik karena suatu kalimat ditentukan oleh makna setiap kata dan strukturnya. Selain itu, suatu kalimat bisa menimbulkan makna ganda yang berbeda dan terdapat berbagai jenis hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya.
2.1.2 Makna
Makna menurut Chaer (2014 : 1.14) adalah gagasan, ide, konsep atau pengertian yang ada atau melekat secara inheren pada sebuah satuan bahasa atau satuan ujaran yang dalam hal ini bisa diwakili oleh sebuah kata atau leksem karena makna itu merupakan komponen yang ada pada kata leksem itu. Dalam buku Dasar-Dasar Linguistik (2011 : 115), Dedi Sutedi memaparkan berbagai jenis makna, yaitu sebagai berikut :
1. Makna leksikal dan makna gramatikal
Makna leksikal dalam bahasa Jepang dikenal dengan istilah 辞書的意 味 (jishoteki-imi) atau 語彙的意味 (goiteki imi). Makna leksikal adalah makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan
12 indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya. Atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata. Misalnya, kata neko dan kata gakkou memiliki makna leksikal ‘kucing’ dan ‘sekolah’.
Makna gramatikal dalam bahasa Jepang disebut 文 法 的 意 味 (bunpouteki-imi) yaitu makna yang muncul akibat proses gramatikalnya.
Dalam bahasa Jepang, joshi (partikel) dan jodoushi (kopula) tidak memiliki makna leksikal, tetapi memiliki makna gramatikal, sebab baru jelas maknanya jika digunakan dalam kalimat.
2. Makna denotatif dan makna konotatif
Makna denotatif dalam bahasa Jepang disebut明示的意味 (meijiteki imi) atau 外延 (gaien), yaitu makna yang berkaitan dengan dunia luar bahasa, seperti suatu objek atau gagasan dan bisa dijelaskan dengan analisis komponen makna.
Makna konotatif disebut 暗示的意味 (anjiteki imi) atau 内包 (naihou) yaitu makna yang ditimbulkan karena perasaan atau pikiran pembicara dan lawan bicaranya.
3. Makna dasar dan makna perluasan
Makna dasar disebut dengan 基本義 (kihon-gi) merupakan makna asli yang dimiliki oleh suatu kata. Makna asli yang dimaksud, yaitu makna bahasa yang digunakan pada masa sekarang ini.
13 Makna perluasan 転義 (ten-gi) merupakan makna yang muncul sebagai hasil perluasan dari makna dasar, di antaranya akibat penggunaan secara kiasan atau majas (hiyu)
2.1.3 Medan Makna
a. Pengertian Medan Makna
Dalam buku Teori Semantik (2001: 258), Pateda mengemukakan bahwa medan makna merupakan sekelompok kata-kata yang maknanya saling berhubungan maka kata-kata umum dapat mempunyai anggota yang disebut hiponim. Hal itu terbukti dengan adanya kata tumbuh-tumbuhan yang mempunyai hiponim: bunga, durian, jagung, kelapa, pisang, sagu, tomat, ubi; kata bunga mempunyai hiponim: aster, bugenvil, kamboja, matahari, souvenir, tulip. Dengan demikian deskripsi medan makna dapat saja berupa keberadaan medan makna itu sendiri, baik medan makna yang berdiri secara terpisah dari medan makna yang lain maupun medan makna yang terikat dalam hubungan dengan jaringan medan makna yang lebih luas.
Pada halaman yang sama, Pateda mengemukakan bahwa deskripsi medan makna dapat berupa keberadaan medan makna yang menyiratkan struktur dalam diri medan makna itu sendiri yang dapat dilihat dari hubungan kata-kata yang membentuk jaringan keterkaitan makna yang akan menghasilkan superordinate dan hiponim; misalnya kata tumbuh-
14 tumbuhan (superordinate) dan hiponimnya berupa bunga, durian, jagung, dan seterusnya. Dengan demikian, kata-kata: anak, ayah, ibu, kakek, nenek, paman, berada dalam satu medan makna berdasarkan makna umum yang dimiliki bersama, yakni manusia dan pertalian keluarga. Udin (na ma orang) tidak dapat disebut mempunyai medan makna yang sama dengan kata-kata diatas, karena, meskipun Udin adalah manusia, tetapi Udin tidak ada pertalian keluarga dengan kata-kata itu (anak, ayah, ibu, kakek, nenek, paman)
Kata-kata atau leksem-leksem dalam setiap Bahasa dapat dikelompokkan atas kelompok-kelompok tertentu berdasarkan kesamaan ciri semantik yang dimiliki kata-kata itu. Umpamanya, kata-kata kuning, merah, hijau, biru, dan ungu, berada dalam satu kelompok, yaitu kelompok warna (Chaer, 1994 : 315).
Setiap kata atau leksem dapat pula dianalisis unsur-unsur maknanya untuk mengetahui perbedaan makna antara kata tersebut dengan kata lainnya yang berada dalam satu kelompok. Kata-kata yang berada dalam satu kelompok lazim dinamai kata-kata yang berada dalam satu medan makna atau satu medan leksikal, sedangkan usaha untuk menganalisis kata atau leksem atau unsur-unsur makna yang dimilikinya disebut analisis komponen makna atau analisis ciri-ciri makna, atau juga analisis ciri-ciri leksikal (Chaer, 1994 : 315).
15 Jumlah nama atau istilah perkerabatan juga tidak sama banyaknya antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain. Malah bisa juga konsep penamaannya berbeda. Dalam bahasa Indonesia dikenal nama kakak dan adik, yaitu orang yang lahir dari ibu yang sama. Bahasa inggris menyebut orang yang lahir dari ibu yang sama dengan istilah brother dan sister. Di sini jelas perbedaan konsep penamaannya: Bahasa Indonesia berdasarkan usia, lebih tua atau lebih muda; sedangkan Bahasa inggris berdasarkan jenis kelamin, lelaki atau perempuan (Chaer, 1994 : 316). Lebih lanjut Chaer mengemukakan bahwa kata-kata yang berada dalam satu kelompok medan makna dibedakan atas medan kolokasi dan medan set. Kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmantik yang terdapat antara kata-kata atau unsur-unsur leksikal itu, sedangkan set menunjuk pada hubungan paradigmatik, karena kata-kata yang berada dalam satu kelompok set saling bisa disubstitusikan. Sekelompok kata yang dapat disubstitusikan biasanya berada dalam kelas yang sama, dan tampaknya juga merupakan satu kesatuan.
b. Klasifikasi Medan Makna
Dalam jurnal The Application of Semantic Field Theory to English Vocabulary Learning (2013 : 2033) oleh Xu dipaparkan klasifikasi medan makna, yaitu sebagai berikut:
16 Makhluk Hidup
Tumbuhan Hewan
Anjing Serigala
Living Thing
Plant Animal
Dog Wolf
1. Hiponimi
“Semantic fields are obviously hierarchical. They could be observed from the top to the bottom. The higher level of a semantic field is more general, the lower level is more specific. For example :
Grafik 2. Hiponimi
The hierarchy of semantic field is based on the systematization of objective substances. On the one hand, a word with just one meaning could form different semantic fields with different words.
For example, parent could form a hyponymy with father or mother;
it could also form an antonymy with child. On the other hand, a word with different meanings could form various semantic fields with various words.“
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa medan makna menunjukkan tingkat hirarki dan ditinjau dari atas ke bawah.
Level tertinggi dari medan makna tersebut bersifat umum, sedangkan level bawah bersifat lebih spesifik. Hirarki medan makna ditentukan berdasarkan superordinat. Contohnya adalah seperti gambar di bawah ini :
Grafik 3. Hiponimi
17 Karakteristik medan makna ini dapat membantu pembelajar bahasa memperluas kosakata yang mereka pelajari. Dengan mengembangkan kata-kata yang menjadi anggota dari medan makna yang sedang dipelajari. Contohnya jika superordinatenya adalah bunga, maka anggotanya adalah mawar, anggrek, dan sebagainya.
Selanjutnya dikembangkan lagi dengan menjadikan mawar sebagai superordinate dan jenis-jenis mawar menjadi anggotanya.
2. Antonim
“Antonymy is often used to explain lexical meanings. Some words are difficult to explain directly, however, it will be easier to paraphrase using its antonym. Also, antonymy could be used to enlarge the vocabulary through covering pairs of semantically opposed antonyms.”
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa antonim digunakan untuk menunjukkan perbandingan dan bagian- bagian penting dari objek. Selain itu, antonim dapat digunakan untuk menafsirkan kata-kata yang sulit dijelaskan secara langsung.
Antonim bisa digunakan sebagai anggota dari medan makna, sehingga dapat memperluas kosakata bahasa yang tengah dipelajari.
3. Sinonim
“Seeing from a historical perspective, any language is always changing as time passes. Among all the changes of a language, the change of vocabulary is spectacular. It does not only indicate the vanishing of old words and the emergence of new words,
18 but also could represent the change of the lexical meaning. Thus this change must have caused the change of semantic field.
Vagueness is another characteristic of semantic field. It indicates that due to the uncertain cognition of some objects or concepts from the external world of modern people and makes them vague. For example, it is still vague to decide whether to put the word olive in the semantic field of fruits or vegetables. Also, it is uncertain whether to put the word sled into the semantic filed of transportation or sport equipment.
In general, the application of synonymy could be used in describing the unfamiliar words. We could use the relativity and synonymy semantic field to enlarge vocabulary like what hyponymy and antonymy do.”
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa apapun selalu berubah seiring berjalannya waktu. Di antara semua perubahan bahasa, perubahan kosakata lebih menakjubkan.
Hal itu tidak sekadar menunjukkan lenyapnya kata-kata lama dan munculnya kata-kata baru, tapi juga mempengaruhi makna leksikal.
Secara umum, penerapan sinonim bisa digunakan untuk menjelaskan kata yang tidak biasa. Kita bisa menggunakan medan makna relativitas dan sinonim untuk memperluas kosakata seperti apa yang dilakukan hiponim dan antonim.
Dalam penggunaan medan makna, anggota-anggota dari superordinate dapat mengandung antonim dan sinonim. Sehingga para pembelajar bahasa dapat memperluas kosakata bahasa yang tengah dipelajari.
19 2.1.4 Kokoro
a. Pengertian
Kokoro adalah istilah yang berasal dari bahasa Jepang, sering ditulis dengan tulisan hiragana asli こころ atau dengan karakter bahasa Cina 心 yang dilafalkan shin, seperti shinzou ‘organ jantung’ dan banyak kata lainnya yang awalnya dipinjam dari bahasa Cina.
Dalam Tadao (1995 : 785), definisi kokoro adalah sebagai berikut.
( 禽獣き ん じ ゅ うな ど の 臓腑ぞ う ふの す が た を 見み て 、 コルこ る ( 凝ぎょう) ま た は ココルこ こ る といったのが語源ご げ んか。転て んじて、人間に ん げ んの心臓し ん ぞ うの通称つ う し ょ うとなり、
更さ らに精神せ い し んの意味い み に進す すんだ)。
(Kinjyuu nado no zoufu no sugata wo mite, koru (gyou) mata wa kokoru to itta no ga gogen ka. Tenjite, ningen no shinzou no tsuushou to nari, sara ni seishin no imi ni susunda).
(Etimologi Koru atau Kokoru yang melihat bentuk isi perut burung dan binatang lainnya. Menjadi nama yang umum digunakan sebagai hati manusia, dan selanjutnya arti dari roh)
1. 人間
に ん げ ん
の精神作用
せ い し ん さ よ う
のもとになるもの。また、その作用
さ く よ う
Ningen no seishinsayou no moto ni naru mono. Mata, sono sakuyou Sumber yang memengaruhi pikiran manusia. Selain itu,
① 知識
ち し き
、感情
かんじょう
、意志
い し
の総体
そ う た い
。「からだ」に対
た い
する。
Chishiki, kanjyou, ishi no soutai. (Karada) ni taisuru.
Pengetahuan, perasaan, makna sebenarnya. Bertentangan dengan [badan].
20
② 思慮
し り ょ
。思惑
お も わ く
。 Shiryo. Omowaku
Kebijaksanaan. Pendapat.
③ 気持き も ち。心持こ こ ろ も ち。 Kimochi. Kokoromochi.
Perasaan. Suasana hati.
④ 思いやり。なさけ。
Omoiyari. Nasake.
Perhatian. Simpati.
⑤ 情趣じ ょ う し ゅを解か いする感性か ん せ い。 Jyoushu wo kaisuru kansei.
Memahami perasaan emosional
⑥ 望の ぞみ。こころざし。
Nozomi. Kokorozashi.
Harapan. Kemauan.
⑦ 特別と く べ つな考かんがえ。裏切う ら ぎり、あるいは晴は れない心持こ こ ろ も ち。ふたごころ。
Tokubetsu na kan’gae. Uragiri, arui wa harenai kokoromochi.
Futagokoro.
Pikiran istimewa. Penghianatan, atau perasaan sedih.
2. (比喩的
ひ ゆ て き
に用よ ういる)
(Hiyuteki ni youiru) (Digunakan secara kiasan)
① おもむき。風情ふ ぜ い。 Omomuki. Fusei, Pengaruh. Perasaan.
21
② 事情じ じ ょ う。 Jijyou.
Keadaan.
③ 趣向し ゅ こ う。くふう。
Shukou. Kufuu.
Rencana.
④ 意味い み 。 Imi.
Makna.
⑤ わけ。なぞ解と きの根拠こ ん き ょ。 Wake. Nazo toki no konkyo.
Alasan. Dasar penyelesaian teka-teki
⑥ (歌論用語う た ろ ん よ う ご
)内容な い よ う。うたの主題し ゅ だ い。題材だ い ざ い。発送は っ そ うなどをいう。
(Utaronyougo) naiyou. Uta no shudai. Daizai. Hassou nado wo iu.
(Istilah karangan pada puisi Tanka) Isi. Tema. Subjek. Mengirim dan sebagainya.
3. ① 心臓
し ん ぞ う
。胸
む ね
. Shinzou. Mune.
Hati. Dada.
② 物も のの中心ち ゅ う し ん。 Mono no chuushin.
Pusat sesuatu.
b. Konsep
Thomas Kasulis dalam Swanson (2007 : 11) menyatakan bahwa:
“What is kokoro? For starters, we can say kokoro is the center of both emotive and cognitive sensitivity. So, translators often render the
22 word into English as “heart and mind.” A problem with this rendering, however, is the conjunctive “and.” It might lead one to think kokoro is the combined function of two separate faculties, one affective and one intellectual, but this is not the case. To translate kokoro as “heart and mind” is like translating the Japanese word for “water” (mizu) as
“hydrogen with a half portion of oxygen.” It is not that the translation is inaccurate exactly, but rather that it misses the point, at least in any ordinary context. When requesting a glass of mizu, a Japanese does not think of it as a compound of two elements. Similarly, in ordinary Japanese contexts “kokoro” is a simple, not a compound. If we need to use a compound expression to translate kokoro into English, that fact tells us more about the web of English concepts than it does about the nature of kokoro in the Japanese worldview.
“Kokoro adalah pusat dari suara dan teori kepekaan (perasaan).
Kokoro sering diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai “heart and mind”. Masalah dari penerjemahan ini adalah kata penghubung “and”.
Memungkinkan seseorang berpikir bahwa kokoro memiliki dua fungsi, yaitu berkenaan dengan perasaan dan intelektual, tapi bukan itu alasannya.
Menerjemahkan kokoro sebagai “heart and mind” seperti menerjemahkan kata mizu sebagai “hidrogen dengan setengah porsi oksigen”. Bukan berarti bahwa penerjemahannya tidak akurat, namun ada hal yang hilang pada beberapa konteks. Ketika meminta segelas air, orang Jepang tidak berpikir menggabungkan dua elemen. Sama halnya dengan kokoro, konsep orang jepang akan kokoro adalah sederhana, bukan sebuah gabungan. Jika kita menggunakan gabungan ekspresi untuk menerjemahkan kokoro ke dalam bahasa Inggris, faktanya kita lebih dikenalkan dengan konsep bahasa Inggris, bukan konsep kokoro secara alami dari sudut pandang orang jepang.”
Selanjutnya, Swanson mengemukakan bahwa selama beberapa tahun terakhir, dalam perjalanan proyek GPSS tahap pertama Jepang dalam melakukan diskusi, kolokium, dan sebuah symposium bertema
“Science-Kokoro-Religion”, gagasan Jepang tentang kokoro (pikiran/hati/semangat) telah berfungsi dengan baik sebagai “konsep
23 operasi” atau jembatan atau fokus untuk membicarakan masalah pikiran, hati, dan semangat. Karena “kokoro” adalah konsep yang mencakup
“pikiran” dan “hati”, ini berfungsi sebagai cara untuk menjawab konsep bertepian seperti “pikiran dan hati”, “penalaran dan emosi”, “berpikir dan merasa”, dan, dengan perluasan, “sains dan agama”, saling terkait dan saling bergantung daripada mandiri dan terpisah.
Berendt dan Tanita (2011 : 72) mengemukakan bahwa:
“In the cases above, KOKORO is conceptualized as ENTITY. The characteristics the ENTITY has include ripping (cloth), breaking (brittle/hard object), disorder (parts not properly fitted), noisy (metallic machinery), carving (a hard surface which can be marked, scratched)”.
“Konsep kokoro adalah suatu yang sungguh ada. Konsep ini mengandung pengertian bahwa kokoro dapat berpindah, hancur, depresi, menari, dan sebagainya”.
Yoshikawa Sakiko dalam wawancaranya dengan jurnalis Kyoto’s Kokoro Research Center pada halaman website mereka (http://www.kyotojournal.org/kyoto-interview/kyoto-kokoro-research- center/) mengemukakan bahwa:
“Kokoro is well understood in Japanese, but difficult to explain in English. For example if we say “she has a good kokoro”, it means heart and spirit and soul and mind all together. Plants and wild animals are also considered to have kokoro-their own soul or spirit. It has a kind of animistic feeling”
“Kokoro sangat dimengerti dengan baik oleh orang Jepang, tapi susah untuk menjelaskannya dalam bahasa Inggris. Misalnya jika kita mengatakan “dia memiliki hati yang baik”, berarti yang dimaksud adalah semuanya secara bersamaan, yaitu hati, semangat, jiwa dan pikiran.
24 Tumbuhan dan hewan juga memiliki kokoro – jiwa atau semangat mereka.
Hal itu adalah salah satu jenis perasaan animistis”
2.2 Penelitian Relevan
Adapun penelitian relevan mengenai medan makna ini adalah sebagai berikut.
1. Skripsi Nova Kurniawati dari Jurusan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro di tahun 2014 dengan judul Analisis Metafora Ekosistem Medan Makna Berdasarkan Kode Budaya Pada Lirik Lagu POP Yang Dinyanyikan Oleh Hatsune Miku. Metode pustaka adalah metode penyajian data yang dia gunakan. Sementara itu, tekniknya dia menggunakan metode simak dan catat. Hasil dari penelitian ini memaparkan bahwa metafora tentang ekosistem medan makna berdasarkan kode budaya dibagi dalam 9 kategori yaitu kategori being / ke-ada-an sebesar 16,22%, kategori cosmos /kosmos sebesar 25,68%, kategori energy / energi 9,64%, kategori substance / substansi sebesar 5,41% , kategori terrestrial / terrestrial sebesar 6,76%, kategori object / objek sebesar 2,70%, kategori living /kehidupan sebesar 10,81%, kategori animate / bernyawa sebesar 12,16%, dan kategori human / manusia sebesar 10,81%.
Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan penulis, yaitu menggunakan teori medan makna.
Perbedaannya adalah Kurniawati menggunakan lagu sebagai objek penelitiannya yaitu lagu dari Hatsune Miku, sedangkan objek penelitian
25 penulis adalah kata Kokoro. Kurniawati mengumpulkan kata-kata yang berhubungan dengan kata yang berhubungan dengan ekosistem dan bersifat metafora kemudian menjelaskannya berdasarkan pandangan orang Jepang terhadap kata tersebut. Sedangkan penulis menetapkan kokoro sebagai superordinate dan mengumpulkan data mengenai kata yang bersinonim dan frasa idiom yang mengandung kata kokoro yang keduanya menjadi hiponim dari superordinate.
2. Skripsi Alfi Ardian Pratama dari Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Erlangga di tahun 2014 dengan judul Struktur dan Makna Wasei Eigo Dalam Kamus Kata Serapan Bahasa Jepang Karya Bachtiar Harahap, M.Ed. Pratama menggunakan teori medan makna dalam menganalisis makna wasei eigo yang menjadi penelitiannya. Salah satu hasil penelitiannya adalah teori medan makna tidak perlu digunakan pada imbuhan, sebab imbuhan memiliki makna yang sudah jelas dan berfungsi sebagai penjelas kata yang diberi imbuhan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Pratama adalah penggunaan teori medan makna. Perbedaannya, penelitian ini berada dalam kajian semantik, sedangkan kajian dari skripsi Pratama adalah kajian morfo-semantik, dan objek penelitiannya adalah wasei eigo sedangkan penelitian ini memiliki objek kosakata kokoro.
26 Jurusan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin sendiri belum pernah ada yang meneliti mengenai medan makna. Penelitian yang akan dilakukan penulis merupakan penelitian pertama mengenai medan makna.
2.3 Kerangka Pikir
Penelitian ini secara garis besar diilustrasikan sebagai berikut.
Kata yang memiliki arti yang sama dengan kokoro
Idiom yang mengandung kata kokoro
Persamaan dan perbedaan berdasarkan arti dan
konsepnya
Makna leksikal dan mencari makna idiomatikalnya serta
menentukan hubungan antar makna
Medan Makna Kokoro
Kata-kata yang menggunakan “Kokoro” dalam Gakken Japanese Dictionary
Sanseido Kanyouku Benran The Great Japanese Dictionary
27 Berdasarkan ilustrasi di atas, penelitian ini dimulai dengan mencari kata kokoro dalam Gakken Japanese Dictionary, Sanseido Kanyouku Benran dan The Great Japanese Dictionary. Gakken Japanese Dictionary untuk menentukan kata yang memiliki arti yang sama dengan kokoro untuk kemudian diteliti dan ditentukan persamaan dan perbedaan berdasarkan arti dan konsepnya. Sementara itu, Sanseido Kanyouku Benran dan The Great Japanese Dictionary untuk menentukan idiom yang mengandung kata kokoro untuk kemudian diteliti dan ditentukan makna leksikal serta menyandingkan makna idiom dari kedua sumber tersebut yang selanjutnya dianalisis hubungan dari kedua makna tersebut. Analisis kesamaan arti dan idiom tersebut menghasilkan medan makna dari kata kokoro.
28 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam melaksanakan penelitian ini, pendekatan yang penulis gunakan adalah deskriptif kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Muhammad (2011) memaparkan mengenai metodologi kualitatif, yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif ditekankan pada deskripsi objek yang diteliti.
6.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode library research (studi pustaka). Penulis mengumpulkan referensi yang berkaitan dengan medan makna melalui buku seperti Linguistik Umum (1994) oleh Abdul Chaer, dan jurnalThe Application of Semantic Field Theory to English Vocabulary Learning (2013) oleh Bin Xu.
Sementara itu, penulis mengumpulkan data mengenai verba Kokoro melalui kamus Nihongo Dai Jiten dan berbagai jurnal diantaranya The ‘Heart’ of Things:
A Conceptual Metaphoric Analysis of Heart and Related Body Parts in Thai, Japanese and English (2011) oleh Erich A. Berendt dan Keiko Tanita yang membandingkan konsep ‘heart’ dalam bahasa Thailand, bahasa Jepang, dan bahasa Inggris dan jurnal oleh Debra J. Occhi yang berjudul How to have heart in Japanese (n.d) yang menjelaskan mengenai kata-kata yang digunakan untuk mengekspresikan perasaan seperti kokoro, haato, dan mune.
29 Untuk pengambilan data berupa contoh kalimat atau percakapan, penulis mengambilnya dari beberapa website domain Jepang seperti Forbes Japan yang merupakan salah satu majalah berbahasa Jepang yang dapat diakses secara mobile yang memberitakan mengenai ide, teknologi dan hal lainnya di seluruh dunia, Hyogen yang merupakan website yang bertujuan menginfokan referensi buku- buku seperti novel, blog, dan sebagainya, dan ことわざ。慣用句の百科事典 yang merupakan website yang menyuguhkan berbagai idiom beserta contoh percakapan dan contoh kalimat.
6.2 Metode dan Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. Teknik ini digunakan penulis untuk mendeskripsikan kata-kata yang memiliki kesamaan arti dengan kata kokoro, dan mendeskripsikan mengenai frasa idiom yang menggunakan kata kokoro, mulai dari makna leksikalnya, kemudian makna idiomatikal, dan hubungan maknanya dilihat dari gaya bahasa (metafora, metonimi, dan sinekdoke).
Langkah-langkah analisis data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut:
1. Menentukan pokok masalah yang akan diangkat dalam pembahasan 2. Menentukan objek penelitian
3. Menentukan teori-teori pendukung dalam proses penelitian 4. Menentukan sumber data
30 5. Mencari kata-kata yang mengandung kesamaan arti dengan kata Kokoro 6. Menganalisis kata-kata tersebut mulai dari persamaan, perbedaan, dan konsep 7. Mencari frasa idiom yang menggunakan kata kokoro
8. Mengelompokkan berdasarkan partikel yang menjadi penghubung dalam frasa idiom
9. Menentukan makna leksikal, mencari makna idiomatikal, dan mencari hubungan antara makna leksikal dan makna gramatikal
10. Menyimpulkan hasil analisis
31 BAB IV
PEMBAHASAN
Medan makna secara sederhana adalah kelompok kata-kata atau makna yang memiliki hubungan. Kata-kata yang umum dapat berperan sebagai superordinat untuk menentukan anggota dari kata tersebut. Anggota dari superordinat ini dapat ditentukan dari sinonim, antonim, hiponim, makna, dan sebagainya dari kata umum tersebut.
Penelitian medan makna Kokoro ini menyuguhkan dua pokok pembahasan, yaitu medan makna berdasarkan kesamaan arti dan medan makna berdasarkan frasa idiom.
4.1 Medan makna kokoro berdasarkan kesamaan arti
Medan makna berdasarkan kesamaan arti ini memaparkan kata-kata yang memiliki kemiripan makna dengan kata kokoro. Akan tetapi, kemiripan ini hanya pada konteks tertentu saja.
Kata-kata yang memiliki kesamaan dengan kokoro sangatlah banyak.
Namun, pada penelitian ini dibatasi dua kata saja.
Grafik 4. Hirarki Medan Makna Berdasarkan Kesamaan Arti Medan Makna Kokoro
Berdasarkan Kesamaan Arti
精神 Seishin
胸 Mune
32 4.1.1 精神 (Seishin)
精神 (seishin) ditulis dengan kombinasi dua kanji: 精 dan 神. Howell dalam Daisetz Suzuki (1969) menyatakan bahwa etimologi kanji pertama (精;
sei atau shou) bisa di pisahkan menjadi dua bagian. Di sisi kanan tangan, 青 (ao) menggambarkan ‘bersih’ atau ‘murni’. Hal ini berdasarkan kombinasi dari 生
せい
(sei) yang bermakna pucuk rumput yang segar, dengan 丼 (don) merujuk
pada air murni di mata air. Hal ini berarti, 青 (ao) memiliki makna rumput yang segar, bersih, dan murni. Kanji yang berada di sisi kiri tangan, karakter 米 (kome) menggambarkan beras. Kombinasi karakter ini menunjukkan bersih atau murni dengan beras mengindikasikan pengambilan intisari dari beras dengan membersihkan atau memolesnya. Howell berpendapat bahwa hal ini mendasari gagasan ‘spirit’, karena benar bahwa pengambilan intisari melalui proses pemolesan.
Howell melanjutkan bahwa kanji kedua, 神, juga dapat terbagi menjadi dua bagian. Di sisi kanan tangan terdiri dari karakter 申 (saru) yang menggambarkan sebuah baut halilintar. Di sisi kiri tangan adalah sebuah variasi dari karakter 示 (ji) yang menggambarkan sebuah altar atau hal-hal yang gaib.
Sehingga dapat di mengerti bahwa secara etimologi 神(shin) sebagai hal-hal yang gaib bersekutu melawan halilintar dan petir, kekuatan misterius, atau
33 Tuhan. Berdasarkan hal ini, Howell berpendapat hal ini mungkin saja awal dari konsep ‘mind’. Hubungan kanji ini mengikat yang gaib dengan jiwa orang mati.
Dalam Tadou (1995 : 1223), definisi seishin adalah sebagai berikut.
1. 〔物質
ぶ っ し つ
。肉体
に く た い
に対
た い
して〕 心
こころ
。たましい。
(Busshitsu. Nikutai ni taishite) kokoro. Tamashii.
(Jasmani. Bertentangan dengan badan) pikiran. Jiwa manusia 2. 知性的
ち せ い て き
。理性的
り せ い て き
な、能動的
の う ど う て き
。目的意識的
も く て き い し き て き
な 心
こころ
の 働
はたら
き。根気
こ ん き
。気力
き り ょ く
。
Chiseiteki. Riseiteki na, noudouteki. Mokuteki ishikiteki na kokoro no hataraki. Konki. Kiryoku.
Intelektual. Rasional, aktif. Kesadaran akan tujuan jalan pikiran. Ketekunan.
Tekad 3. 物事
も の ご と
の根本的
こ ん ぽ ん て き
な意義
い ぎ
。理念
り ね ん
。
Monogoto no konponteki na igi. Rinen.
Arti dasar suatu hal. Filosofi.
4. 形而上学
け い じ じ ょ う が く
において想定
そ う て い
されている非物質的
ひ ぶ っ し つ て き
な実体
じ つ た い
。
Keijijyougaku ni oite soutei sarete iru hibusshiteki na jitsutai.
Keberadaan sebuah hal yang non-fisik dalam metafisis
Berdasarkan hal di atas, dan jika dibandingkan dengan pengertian kokoro pada sumber yang sama di Bab II, persamaan antara kokoro dan seishin terletak pada hal yang berhubungan dengan jiwa manusia. Kokoro dibuktikan
34 dengan frasa ‘更さ らに精神せ い し んの意味に進んだ (sara ni seishin no imi ni susunda)’
dan seishin dengan kata ‘たましい (Tamashii)’.
Data 1 肉体
に く た い
は 衰
おとろ
えど 、 精神
せ い し ん
は 40
4 0
年前
ね ん ま え
と 変
か
わら ず。かつて の 反逆児
は ん ぎ ゃ く じ
た ちの スピリット
す ぴ り っ と
が、とても健全
け ん ぜ ん
に見
み
えるのは、いかに世間
せ け ん
が寛容
か ん よ う
さをなく してしまったということかもしれない。
Nikutai wa otoroedo, seishin wa 40 nen mae to kawarazu. Katsute no hangyakuji tachi no supiritto ga, totemo kensen ni mieru no wa, ika ni seken ga kanyousa wo nakushite shimatta to iu koto kamoshirenai.
Tubuh menjadi lemah, jiwanya tetap sama seperti 40 tahun yang lalu. Mungkin jiwa yang sebelumnya anak-anak pemberontak dapat terlihat sangat sehat, betapapun dunia telah kehilangan toleransi.
( Sumber : https://forbesjapan.com/articles/detail/17194, 29/09/2017 ) Pada data di atas, 精神 dapat digantikan dengan 心 . Hal ini telah dipastikan penulis pada penutur asli. Namun, 肉体 dalam kalimat tersebut diganti dengan 体. Sehingga kalimatnya berubah menjadi seperti berikut ini.
体
からだ
は 衰
おとろ
え ど 、 心
こころ
は 40
4 0
年前
ね ん ま え
と 変
か
わ ら ず 。 か つ て の 反逆児
は ん ぎ ゃ く じ
た ち の
スピリット
す ぴ り っ と
が、とても健全
け ん ぜ ん
に見
み
えるのは、いかに世間
せ け ん
が寛容
か ん よ う
さをなく
してしまったということかもしれない
(Karada wa otoroedo, kokoro wa 40 nen mae to kawarazu. Katsute no hangyakuji tachi no supiritto ga, totemo kensen ni mieru no wa, ika ni seken ga kanyousa wo nakushite shimatta to iu koto kamoshirenai).
35 Hal ini dikarenakan 肉体 adalah bahasa tulis sedangkan 体 adalah bahasa lisan.
Sementara itu, 精神 merupakan bahasa tulis sedangkan 心 merupakan bahasa lisan. Bahasa tulis dikombinasikan dengan bahasa tulis, dan bahasa lisan dikombinasikan dengan bahasa lisan.
Data 2 先生
せ ん せ い
が最後
さ い ご
に付
つ
け加
く わ
えた「妻君
め ぎ み
の為
た め
に」という言葉
こ と ば
は 妙
みょう
にその時
と き
の 私
わたし
の 心
こころ
を 暖
あたた
かにした。 私
わたし
はその言葉
こ と ば
のために、帰
か え
ってから 安心
あ ん し ん
し て寐
ね
る事
こ と
が出来
で き
た
Sensei ga saigo ni tsuke kuwaeta (megumi no tame ni) to iu kotoba wa myou ni sono toki no watashi no kokoro wo atataka ni shita. Watashi was ono kotoba no tame ni, kaettekara anshinshite neru koto ga dekita.
Di akhir pembicaraan sensei menambahkan “untuk istriku” anehnya membuat hatiku hangat pada waktu itu. Aku bisa tidur dengan tenang lagi karena kata itu.
(Sumber : Novel Kokoro oleh Natsume Soseki) Pada data 2 di atas menunjukkan suasana hati seseorang. Namun, kata 心を暖かにした tidak sekedar merujuk pada perasaan itu saja, namun lebih daripada itu. Pikiran dan jiwa ikut serta di dalamnya. Hal ini berdasarkan perkataan Yoshikawa Sakiko dalam jurnal Kyoto’s Kokoro Research Center yang mengemukakan bahwa:
“Kokoro is well understood in Japanese, but difficult to explain in English. For example if we say “she has a good kokoro”, it means heart and spirit and soul and mind all together…”
“Kokoro sangat dimengerti dengan baik oleh orang Jepang, tapi susah untuk menjelaskannya dalam bahasa Inggris. Misalnya jika kita mengatakan
“dia memiliki hati yang baik”, berarti yang dimaksud adalah semuanya secara bersamaan, yaitu hati, semangat, jiwa dan pikiran…”
36 Pada data 2, kokoro tidak dapat digantikan dengan seishin. Salah satu perbedaan dari kedua nomina tersebut adalah kokoro dapat digunakan untuk mengungkapkan perasaan emosional dan karakter seseorang, namun tidak pada seishin. Seishin jauh lebih mengarah ke dunia pengetahuan. Hal ini berdasarkan arti dari kata ini, 知性的
ち せ い て き
(intelektual), 理念
り ね ん
(filosofi), dan 形而上学
け い じ じ ょ う が く
において
想定
そ う て い
され て いる 非物質的
ひ ぶ っ し つ て き
な実体
じ つ た い
(keberadaan sebuah hal yang non-fisik dalam metafisis). Selain itu, banyak kata dalam ilmu kejiwaan yang merupakan gabungan kata seishin dengan kata lain, seperti yang tercantum pada Kamus Kanji Modern oleh Andrew N. Nelson (1994 – 693) seperti 精神分析
せ い し ん ぶ ん せ き
(psikoanalisis), 精神医学
せ い し ん い が く
(psikiatri), 精神科学
せ い し ん か が く
(ilmu jiwa), 精神療法
せ い し ん り ょ う ほ う
(psikoterapi), dan sebagainya. Seperti data berikut ini.
Data 3
SAD は ( う つ 病
びょう
、 アルコあ る こ ー ルる 依存症い ぞ ん し ょ う
に 次つ い で ) 3 三番目み ば ん め に 多お おい 精神障害せ い し ん し ょ う が い
で、アメリカあ め り か で毎年人口ま い と し じ ん こ う
の55-77%がその影響え い き ょ うを受う けている。
SAD wa (utsubyou, arukooru izonshou ni tsuide) sanbanme ni ooi seishin shougai de, Amerika de maitoshi jinkou no 5-7% ga sono eikyou wo ukete iru.
SAD adalah gangguan kejiwaan ketiga yang paling umum (setelah depresi, alkoholisme), dan berdampak 5-7% pada populasi penduduk Amerika setiap tahunnya.
( Sumber : https://forbesjapan.com/articles/detail/17194, 28/11/2017 )
37 Data di atas tidak dapat digantikan dengan kokoro karena kokoro tidak merujuk pada ilmu kejiwaan. 精神障害
せ い し ん し ょ う が い
adalah satu kata yang artinya adalah gangguan kejiwaan.
Persamaan dan perbedaan kokoro dan seishin dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Makna Kokoro Seishin
Mengungkapkan hal yang berhubungan dengan jiwa manusia
+ +
Mengungkapkan perasaan emosional dan karakter seseorang
+ -
Berhubungan dengan ilmu kejiwaan - + Tabel 1. Persamaan dan perbedaan kokoro dan seishin 4.1.2 胸 (Mune)
Dalam kamus Nihongo Dai Jiten (1995 : 2156) dipaparkan pengertian 胸 (Mune) yaitu sebagai berikut
1. 体
からだ
の前面ぜ ん め ん、首く びと腹は らとの間か ん。またそこに収お さまっている内蔵な い ぞ う。ときに
乳房ち ぶ さをさす。
Karada no zenmen, kubi to hara to no kan. Mata soko ni osamatteiru naizou. Toki ni chibusa wo sasu.
38 Berada di antara tubuh bagian depan, leher dan perut. Selain itu, organ dalam terkandung di dalamnya. Kadang-kadang mengacu pada payudara.
2.胸
む ねの 病やまい。
Mune no yamai.
Penyakit dada 3.心。思い。 心 中
しんちゅう
。
Kokoro. Omoi. Shinchuu.
Perasaan. Pikiran. Dalam hati 4.衣服
い ふ く
の胸
む ね
にあたる 所
ところ
。えもん。
Ifuku no mune ni ataru tokoro. Emon.
Menyentuh baju bagian dada. Baju
Pada jurnal The ‘Heart’ of Things: A Conceptual Metaphoric Analysis of Heart and Related Body Parts in Thai, Japanese and English, Berent dan Tanita memaparkan bahwa secara fisik, 胸 (Mune) mengacu pada “dada”, dan mengalami perluasan sehingga mengacu pada hati. Konsep kiasan (metafora) yang mendasari mune sama dengan kokoro, yaitu sesuatu yang sungguh ada.
Data 4 胸
む ね
には白
し ろ
い牡丹
ぼ た ん
の 蕾
つぼみ
のような紅
べ に
をふくんだ冷
つ め
たい丸
ま る
さがある。
Mune ni wa shiroi botan no tsubomi no youna beni wo fukunda tsumetai marusa ga aru.
39 Di dada ku seperti terdapat pucuk peony putih yang mengandung lingkaran merah tua yang dingin
(Sumber : http://hyogen.info/word/1592874, 01/10/2017)
Data 4 di atas merupakan kalimat metafora, yang mengandaikan di dada terdapat pucuk peony. Kundharu Saddhono.dkk dalam jurnalnya yang berjudul Batik-Kimono: Pengembangan Desain Dan Motif Dalam Mendukung Industri Kreatif Di Indonesia Dan Jepang memaparkan bahwa salah satu makna dari bunga peony adalah musim semi, dan bunga ini melambangkan cinta dan asmara. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa di dada sang penutur hangat seperti musim semi atau sedang jatuh cinta. 胸 pada data di atas dapat digantikan dengan 心 karena mengandung unsur metafora. Hal ini berdasarkan pemaparan Berent dan Tanita dalam jurnal The ‘Heart’ of Things:
A Conceptual Metaphoric Analysis of Heart and Related Body Parts in Thai, Japanese and English (2011 : 72), yang menyatakan bahwa :
“Kokoro and mune are often used interchangeably in their metaphoric uses”
“Kokoro dan mune sering saling menggantikan dalam penggunaan metafora”
Data 5
使つ かわない鉄て つが腐く さるように、彼か れの心こころには錆さ びが出で ていたとしか、私わたしには思お も われなかったのです
Tsukawanai tetsu ga kukiruyouni, kare no kokoro ni wa sabi ga deteita toshika, watashi ni wa omowarenakatta no desu.
Bagi saya, seakan besi rusak yang tidak digunakan, hatinya muncul karat.
(Sumber : Novel Kokoro oleh Natsume Soseki)
40 Maksud dari konsep ‘sesuatu yang sungguh ada’ adalah dapat berpindah, hancur, depresi, menari, dan sebagainya. Pada data 4 menunjukkan perumpamaan (metafora). Kokoro dan mune dapat saling menggantikan di data ini. Pada data ini hati dianggap dapat berkarat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berkarat dari asal kata karat adalah lapisan merah yang melekat pada besi dan sebagainya sebagai akibat proses kimia. Sehingga dapat disimpulkan mune dan kokoro menunjukkan bahwa perasaan seakan bukan sesuatu yang abstrak. Perasaan adalah sesuatu hal yang dapat dilihat, dan bisa rusak.
Selanjutnya Berent dan Tanita memaparkan perbedaan dari kokoro dan mune, yaitu sebagai berikut.
“The Japanese body part expressions of hara and mune are used both for describing a physical aspect of the body and metaphorically while kokoro is used as an abstract noun for metaphorical purposes only”
“Hara dan mune sebagai bagian ungkapan tubuh orang Jepang digunakan untuk menggambarkan aspek fisik dan secara metafora, sementara kokoro digunakan sebagai kata benda abstrak untuk tujuan metafora saja”
Hal ini juga dipaparkan Yoshihiko Ikagami dalam bukunya The Heart – What it means to the Japanese Speaker bahwa :
“In its later semantic development, the word kokoro became more and more strongly associated with the workings of the heart rather than the heart as a body organ.”
“Dalam perkembangan semantik, kata kokoro menjadi lebih kuat terkait dengan apa yang terjadi pada hati daripada hati sebagai organ tubuh”
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun kokoro dan mune memiliki arti yang sama yaitu sebagai organ tubuh manusia, terdapat
41 perbedaan, yaitu kata kokoro dalam perkembangannya menjadi kata yang lebih mengarah pada hati sebagai perasaan, bukan sebagai organ tubuh, sedangkan mune masih digunakan sebagai ungkapan organ tubuh.
Makna Kokoro Mune
Memiliki konsep ‘entity (keberadaan)’ + + Mengungkapkan perasaan emosional + +
Berhubungan dengan organ tubuh - +
Mengungkapkan karakter seseorang + _ Tabel 2. Persamaan dan perbedaan kokoro dan mune
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut tidak sepenuhnya sama dengan kokoro. Kesamaan mereka hanya terletak pada satu atau dua hal saja. Seishin memiliki kesamaan dengan kokoro dalam hal yang berhubungan dengan jiwa manusia. Keduanya dapat saling menggantikan satu sama lain. Sementara itu, kokoro dan mune memiliki kesamaan dalam hal yang berhubungan dengan perasaan emosional manusia, dan memiliki konsep yang sama yaitu ‘entity (keberadaan)’. Keduanya juga dapat saling menggantikan satu sama lain, terutama dalam hal yang mengandung perumpamaan (metafora).
4.2 Medan makna kokoro berdasarkan frasa idiom
Pembahasan kedua mengenai medan makna kokoro ini adalah frasa idiom yang unsur pembentukannya dari kata kokoro. Pengertian idiom menurut