• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN POLITIK ANGGOTA DPRD PEREMPUAN DALAM MERESPON KEPENTINGAN PEREMPUAN DI KABUPATEN KONAWE UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN POLITIK ANGGOTA DPRD PEREMPUAN DALAM MERESPON KEPENTINGAN PEREMPUAN DI KABUPATEN KONAWE UTARA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

62

PERAN POLITIK ANGGOTA DPRD PEREMPUAN DALAM MERESPON KEPENTINGAN PEREMPUAN DI KABUPATEN

KONAWE UTARA 2014-2019

Sukriyantiˡ, La Ode Muh. Umran², Suriani³

Universitas Halu Oleo, sukriyantirazak@gmail.com, Kendari Indonesia Universitas Halu Oleo, laodemuhumran53@gmail.com, Kendari Indonesia

Universitas Halu Oleo, suriani@gmail.com, Kendari Indonesia

Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo Kendari, Indonesia

ABSTRAK – Indonesia

Pemberdayaan kaum perempuan serta pemenuhan hak-haknya sampai dengan saat ini masih terasa dimarginalkan, oleh karena itu perlunya perhatian lembaga-lembaga terkait termasuk lembaga Dewan Perwakilan Rakyat khususnya yang ada di daerah untuk membuat regulasi-regulasi dan anggaran pendukung dalam membantu dan memperjuangkan kepentingan perempuan. Penelitian ini dilakukan di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Konawe Utara, dengan tujuan untuk mengetahui peran anggota DPRD perempuan dalam merespon kepentingan perempuan di Kabupaten Konawe Utara Tahun 2014-2019, jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, dimaksudkan untuk menggali informasi lebih mendalam melalui wawancara dengan informan yaitu anggota Dewan Perwakilan Rakyat perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, masih kurangnya peran anggota legislative perempuan dalam mengakomodir kepentingan perempuan melalui pembuatan regulasi seperti peraturan daerah, serta anggarannya yang diatur oleh anggaran pendapatan dan belanja daerah Kabupaten Konawe Utara, hal ini disebabkan oleh yang pertama, dari segi kuantitas anggota perempuan kalah jumlah dengan anggota laki-laki, yang kedua, tidak diberikan kesempatan dalam berbagai hal karena pimpinan fraksi dan komisi di dominasi oleh kaum laki-laki, yang ketiga adalah representasi pendidikan perempuan yang masih rendah, dan yang keempat adalah inisiatif dari anggota perempuan itu sendiri dalam mengusulkan regulasi yang mengatur tentang kepentingan perempuan.

Kata-Kata Kunci : Peran Politik Anggota DPRD Perempuan, Kepentingan Perempuan

ABSTRACT – English

Empowerment of women and the fulfillment of their rights are still marginalized, therefore related institutions including the House of Representatives especially those in the regions need to make regulations and supporting budgets in helping and striving for women's interests. This study was conducted in Regional House of Representatives of North Konawe regency with the aim of knowing politikal behavior of regional house of representatives’ women councilors in responding to women's interests in North Konawe regency 2014-2019. This study used descriptive qualitative method with the intention to dig and find deeper informations through interviews with informants, namely the women councilors of the House of Representatives. The results of the study indicate that there is still a lack political behavior by women legislative members in accommodating women's interests through the drafting of local regulations and budgets that are regulated by the North Konawe Regional Development Budget. This is caused by several things. First, in terms of quantity, female members are outnumbered by male members. Secondly, women legislators are lacking opportunities in many ways because the heads of factions and commissions are dominated by men.

Third, women’s education representation is still low. Four, the initiative of the female members themselves in proposing regulations relating to women's interests.

Keywords : The Political role of regional house of representatives’ women councilors, women's interests

(2)

63 PENDAHULUAN

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah merupakan suatu lembaga atau badan perwakilan rakyat daerah yang susunanya mencerminkan perwakilan seluruh rakyat daerah yang dikomposisi serta anggotanya adalah mereka yang telah ambil sumpah serta dilantik dengan keputusan Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden, sesuai dengan hasil pemilu maupun pengangkatan. Secara umum, fungsi lembaga legislatif berkaitan pada fungsi perundang-undangan (legislasi), fungsi anggaran (budgeting) dan fungsi pengawasan (controling).

Salah satu lembaga pemerintahan yaitu DPRD yang merupakan sebuah lembaga yang diyakini masyarakat sebagai penyambung aspirasi masyarakat. DPRD memiliki tiga (3) fungsi yaitu: pertama, adanya fungsi legislasi yang berkaitan dengan pembentukan peraturan daerah;kedua, fungsi anggaran yang merupakan kewenangan dalam hal anggaran daerah (APBD); dan yang ketiga, fungsi pengawasan, kewenangan mengontrol pelaksanaan perda dan peraturan lainnya serta kebijakan pemerintah daerah. Dalam hal keanggotaannya, anggota DPRD merupakan anggota dari partai politik yang pesertanya dipilih melalui pemilihan umum.

Perempuan di lembaga-lembaga publik merupakan wujud dari kedaulatan rakyat. Jika pada masa-masa sebelumnya anggota legislatif hanya banyak diminati oleh kaum laki-laki tetapi akhir- akhir ini kaum perempuan bisa masuk sebagai anggota legislatif, walaupun tidak sebanyak kaum laki- laki, padahal perempuan merupakan kelompok yang mayoritas dalam masyarakat jika dibandingkan dengan laki-laki.

Laki-laki maupun perempuan sama-sama berkedudukan sebagai subjek pembangunan. Dalam kedudukan sebagai subjek pembangunan, laki-laki dan perempuan mempunyai peranan yang sama dalam merencanakan, melaksanakan, memantau dan menikmati hasil pembangunan. Hak yang sama di bidang pendidikan misalnya, anak laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama untuk dapat mengikuti pendidikan sampai ke jenjang pendidikan tertinggi.

Walaupun pada dasarnya perempuan tetap berada di bawah laki-laki, seperti yang dinyatakan dalam budaya patriarkhi. Perempuan hanya menginginkan tidak adanya bentuk diskriminasi, dan adanya hak yang sama antara perempuan dan laki-laki baik dari hak ekonomi, sosial, budaya, sipil dan politik, seperti halnya dalam bidang politik yaitu dengan cara menempatkan perempuan di lembaga legislatif, eksekutif maupun yudikatif. Dengan demikian, perempuan akan terlibat langsung dalam pembuatan-pembuatan keputusan serta memberikan pertimbangan-pertimbangan yang mengedepankan kepentingan perempuan.

Sifat alamiah yang dialami perempuan seperti adanya menstruasi, dapat hamil, menyusui, mengurus rumah tangga dan mengurus anak menjadi hal yang dapat mematahkan semangat perempuan untuk memasuki dunia politik seperti halnya lembaga legislatif. Sifat alamiah tersebut juga dapat mengurangi konsentrasi perempuan dalam menjalankan tugasnya sebagai anggota legislatif khusunya untuk kepentingan perempuan. Masih rendahnya keterwakilan perempuan dalam lembaga

(3)

64

legislatif mengakibatkan miskinnya peraturan perundang- undangan yang mengakomodir kepentingan perempuan tersebut.

Miskinnya peraturan perundang-undangan yang dimiliki oleh Indonesia terkait perempuan membuktikan rendahnya tingkat perhatian maupun sokongan dari pemerintah terhadap perempuan.

Disisi lain, perempuan yang telah lama berada di bawah tekanan tidak banyak mempersoalkan posisi mereka yang masih jauh dari perlindungan hak dan kewajiban.

Perempuan didefinisikan hanya sebagai Ibu dan pengurus rumah tangga. Oleh karena itu, kebijakan yang dibuat terfokus pada pelatihan dan penyediaan alat untuk melatih perempuan dalam kegiatan rumah tangga seperti memasak, menjahit, mengurus anak dan kesejahteraan keluarga.Permasalahannya yaitu bagaimana “inisiatif perempuan” yang telah duduk dikursi legislatif dalam menjalankan fungsinya sebagai anggota legislatif perempuan. Masih banyak hak- hakperempuan seperti hak perempuan untuk mendapatkan perlindungan yang selama ini kurang mendapat perhatian dari anggota legislatif perempuan yang berhasil duduk di DPRD, dan masih banyak hak-hak perempuan yang harus diperjuangkan.

Pada tingkat Kabupaten/Kota salah satunya Kabupaten Konawe Utarayang terbilang daerah yang baru berkembang dan masih sangat muda ketika pemilu 2007 masih tergabung dengan Kabupaten Konawe, DPRD Kabupaten Konawe Utara terbentuk pada tahun 2009. Jumlah anggota DPRD perempuan di Kabupaten Konawe Utara pada saat itu sangat jauh dari harapan, artinya tidak ada sama sekali anggota DPRD perempuan di kabupaten tersebut.

Maka bagaimana inisiatif anggota DPRD perempuan dalam menjalankan fungsi DPRD di Kabupaten Konawe Utara tahun 2014-2019. Berdasarkan sedikitnya jumlah perempuan di lembaga DPRD Kabupaten Konawe Utara yakni hanya empat (4) orang anggota legislatif perempuan dari dua puluh (20) anggota DPRD keseluruhan sehingga didominasi oleh kaum laki-laki apakah perempuan yang duduk di DPRD turut memberi kontribusi yang besar melalui keputusan yang dihasilkan berdasarkan aspirasi masyarakat. Disamping itu, dengan jumlah anggota legislatif perempuan yang sedikit apakah empat (4) anggota DPRD perempuan mampu menjalankan fungsi DPRD Kabupaten Konawe Utara untuk merespon kepentingan perempuan. Hal ini lah yang mendorong peneliti tertarik dan mengangkat permasalahan sebagai fokus ilmiah. “Peran Politik Anggota DPRD Perempuan dalam Merespon Kepentingan Perempuan di Kabupaten Konawe Utara 2014-2019”.

Berdasarkan dari latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana peran politik anggota DPRD perempuan dalam merespon kepentingan perempuan di Kabupaten Konawe Utara Tahun2014-2019? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran politik anggota DPRD perempuan dalam merespon kepentingan perempuan di Kabupaten Konawe Utara Tahun2014-2019? Penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak yang bersangkutan dalam penelitian ini, baik manfaat praktis maupun teoritis. Secara teoritis meningkatkan kemampuan dan pengetahuan bahwa dengan penelitian ini dapat mengembangkan teori dalam ilmu politik. Secara praktis diharapkan dapat berguna sebagai referensi dan informasi, sebagai

(4)

65

bahan masukan bagi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Kabupaten Konawe Utara dalam menjalankan proses legislasi dalam menampung aspirasi masyarakat. Memberikan gambaran yang jelas tentang pemberian dan penyerapan nilai-nilai politik dari agen-agen sosialisasi politik terhadap kaum perempuan. Secara metodologis dari hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti berikutnya.

METODE PENELITIAN Tipe Penelitian

Tipe yang di gunakan dalam penelitian ini adalah tipe kualitatifdeskriptif. Tipe kualitatif dan pendekatan deskriptif adalah informasi yang berbentuk kalimat verbal bukan simbol angka atau bilangan. Tipe kualitatif didapat melalui suatu proses menggunakan teknik analisis langsung.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor DPRD Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Waktu penelitian ini selama 2 bulan, dimulai dari penyusunan rencana penelitian, seminar usul penelitian, pengambilan data dilapangan, hingga seminar hasil penelitian. Alasan peneliti mengambil lokasi tersebut adalah sebagai upaya untuk memberikan gambaran mengenai kepentingan anggota legislatif perempuan di Kabupaten Konawe Utara dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat (perempuan) yang ada dikabupaten Konawe Utara.

Kabupaten Konawe Utara merupakan salah satu daerah yang jumlah anggota legislatif perempuannya masi sangat kurang belum mencapai kouta 30%. Anggota legislatif perempuan yang ada di DPRD Kabupaten Konawe Utara berjumlah 4 orang. Dari dua puluh (20) anggota DPRD keseluruhan. Dengan jumlah anggota legislatif perempuan yang belum cukup banyak tersebut, maka bagaimana kepentingan masyarakat khususnya perempuan akan terpenuhi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di DPRD Kabupaten Konawe Utara.

Subjek dan Informan Penelitian Subjek Penelitian

Yang dimaksud subjek penelitian adalah orang, tempat, atau, benda yang diamati dalam rangka pembutuhan sebagai sasaran dalam sebuah penelitian.

Informan Penelitian

Informan penelitian adalah yang dapat digunakan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti. Adapun informan penelitian ini adalah :

1. Ketua DPRD Konawe Utara :1 Orang

2. Wakil Ketua I DPRD Konawe Utara : 1 Orang 3. Anggota Legislatif Perempuan DPRD Konawe Utara : 4 Orang

4. Ketua Komisi A dan B : 2 Orang

Jadi, jumlah informan dalam penelitian ini adalah delapan (8) orang.

(5)

66 Teknik Penentuan Informan Penelitian

Penentuan informan dilakukan dengan sengaja (puspotive sampling) yaitu informan yang di tentukan berdasarkan tujuan dan kebutuhan penelitian, dengan pertimbangan bahwa informan mampu memberikan keterangan mengenai permasalahan yang akan di teliti.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data-data dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu data skunder dan data primer. Data skunder adalah data yang bersumber dari kepustakaan (Library Research), sedangkan data primer adalah data yang bersumber dari lapangan (Field Rresearch). Studi lapangan yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data yang akurat mengenai objek yangakan diteliti dengan menggunakan teknik-teknik sebagai berikut.

Observasi

Observasi merupakan penelitian dengan cara mengamati objek yang di teliti. Dalam penelitian ini menggunakan metode pengamatan tidak langsung. Pengamatan ini dilakukan terhadap suatu objek yang melalui perantara suatu alat atau cara, baik yang dilaksanakan dalam situasi sebenarnya maupun buatan.

Wawancara

Teknik wawancara merupakan suatu teknik penguimpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal responden yang lebih mendalam dan jumlah respondenya sedikit/kecil. Metode wawancara biasanya dilakukan tanya jawab dengan responden untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penelitian.

Dokumentasi

Dokumentasi adalah yang menelaah dan mempelajari berbagai laporan tertulis yang relevan dengan penelitian.

Jenis Data dan Sumber Data Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, tetapi cukup menggambarkan suatu keadaan yang berhubungan dengan inisiatif anggota DPRD perempuan dalam merespon kepentingan perempuan di Kabupaten Konawe Utara Tahun 2014-2019.

Sumber Data

Sumber data yang di peroleh dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data skunder.Data primer yaitu data yang di kumpulkan dan di olah sendiri pengguna data, yang di peroleh melalui wawancara secara intesnsif terhadap responden yang di tetapkan sebagai sampel. Data skunder yaitu data yang di peroleh dari dokumen-dokumen, catatan- catatan,laporan-laporan, maupun arsip-arsip resmi.

(6)

67 Konseptualisasi

Perilaku politik yang dimaksud disini adalah bagaimana kemampuan anggota DPRD perempuan dalam merespon kepentingan perempuandi Kabupaten Konawe Utara untuk memperjuankan kepentingan perempuan melalui proses legislasi atau membuat perda di Kabupaten Konawe Utara untuk membuat program yang memperjuangkan kepentingan perempuan.

Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data ada 3 cara yaitu:

1. Reduksi data (Data Reduction). Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Reduksi data atau proses transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir tersusun. Jadi, dalam penelitian kualitatif, reduksi data tidak perlu mengartikannya sebagai kuantifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam berbagai macam cara, melalui seleksi ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkan dalam suatu pola yang lebih luas, dan sebagainya,

2. Penyajian data (Data Display). Penyajian data merupakan alur kedua yang penting dalam kegiatan analisis penelitian kualitatif, yaitu bagaimana sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melalui data yang disajikan, kita dapat melihat dan memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut.

3. Penarikan kesimpulan/verifikasi (conclusion drawing/verification). Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan analisis data yang ketiga dalam penelitian kualitatif yaitu, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang ditemukan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penelitian kembali kelapangan mengumpulkan data.

Maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Konawe Utara

DPRD Konawe Utara adalah lembaga legislatif daerah yang merupakan lembaga perwakilan rakyat yang mempunyai tugas dan wewenang:

1. Membentuk peraturan daerah bersama Walikota.

2. Membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah mengenai APBD yang diajukan oleh Walikota.

3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan APBD.

(7)

68

4. Mengusulkan pengangkatan dan/atau pemberhentian Walikota dan/atau Wakil Walikota kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan dan/atau pemberhentian.

5. Memilih Wakil Walikota dalam hal terjadi kekosongan jabatan.

6. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah.

7. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

8. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

9. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama dengan daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.

10. Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

11. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan.

Tabel 4.1 Pimpinan DPRD Konawe Utara

Nama Jabatan Partai

Jefri Prananda, SH., M.Si Ketua DPRD Konawe Utara DEMOKRAT Indra Supriadi, SE Wakil Ketua DPRD Konawe Utara PAN

I Made Tarubuana, S.Si Wakil Ketua DPRD Konawe Utara PDI-P (Sumber: Konawe Utara dalam Angka Tahun 2019)

Jumlah anggota DPRD Konawe Utara tahun 2019 sebanyak 20 orang merupakan wakil dari empat (4) fraksi, 4 orang adalah perempuan, hal ini menunjukan bahwa kaum perempuan telah diperhitungkan untuk menduduki jabatan legislatif, sekalipun porsinya masih relatif kecil sebesar 20%.

(8)

69

Tabel 4.2 Daftar Nama-Nama Anggota DPRD Kabupaten Konawe Utara Masa Jabatan 2014-2019

No. Nama Jenis Kelamin Partai Fraksi Jabatan Pendidikan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

Jefri Prananda, SH., M.Si Indra Supriadi

I Made Tarubuana, S.Si Rasmin Kamil, S.Sos Makmur, S.Sos Samir, S.IP., M.Si Lagoha

Taslim Sauala, SH Sunusi, AT., SH Drs. Badaruddin Mistaking

Hj. ST. Hadidjah, MH Usman Sahibu, SH Ir. Safrul

Sry Susanti H. Nuhung Hamid Jusnah

Rini Herawati Azis, SE Hj. Martina, SE

Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan

Demokrat PAN PDI-P PKB PAN HANURA DEMOKRAT PPP

GERINDRA DEMOKRAT DEMOKRAT GERINDRA PPP

GOLKAR PBB PBB PKB PAN PDI-P PDI-P

BMW-Sejuk PAN

PDI-P KPK PAN

BMW-Sejuk BMW-Sejuk BMW-Sejuk BMW-Sejuk BMW-Sejuk BMW-Sejuk BMW-Sejuk BMW-Sejuk KPK

KPK KPK KPK PAN PDI-P PDI-P

Ketua DPRD Wakil Ketua I Wakil Ketua II Ketua Komisi A Ketua Komisi B Ketua Komisi C Anggota Komisi B Anggota Komisi A Anggota Komisi C Sekretaris Komisi A Wakil Ketua Komisi B Anggota Komisi B Sekretaris Komisi C Sekretaris Komis B Anggota Komisi C Anggota Komisi A Anggota Komisi B Anggota Komisi C Wakil Ketua Komisi A Anggota Komisi B

Strata Satu (S1) SLTA

Strata Satu (S1) Strata Satu (S1) Strata Satu (S1) Strata Satu (S1) SLTA

Strata Satu (S1) Strata Satu (S1) Strata Satu (S1) SLTA

SLTA

Strata Satu (S1) Strata Satu (S1) SLTA

SLTA SLTA SLTA

Strata Satu (S1) Strata Satu (S1)

Tabel 4.3 Anggota DPRD Konawe Utara Menurut Fraksi

Fraksi Laki-Laki Perempuan Persentase (%)

BMW-Sejuk 8 1 11.11

PAN 2 1 33.33

PDI-P 2 1 33.33

KPK 4 1 20.00

(Sumber: Konawe Utara dalam Angka Tahun 2019)

(9)

70

Tabel 4.4 Anggota DPRD Konawe Utara Menurut Komisi

Komisi Laki-Laki Perempuan Persentase (%)

Komisi A 5 0 0.00

Komisi B 5 2 28.57

Komisi C 3 2 40.00

(Sumber: Konawe Utara dalam Angka Tahun 2019)

Tabel 4.5 SusunanAnggota Komisi DPRD Konawe Utara

No. Nama Fraksi Jabatan

1 2 3 4

Komisi A

1. Rasmin Kamil, S.Sos KPK Ketua

2. Azis, SE PDI-P Wakil Ketua

3. Drs. Badaruddin BMW-Sejuk Sekretaris

4. TaslimSauala, S.Si BMW-Sejuk Anggoata

5. H. Nuhung Hamid KPK Anggota

Komisi B

1. Makmur, S.Sos PAN Ketua

2. Mustaking BMW-Sejuk Wakil Ketua

3. Ir. Safrin KPK Sekretaris

4. Hj. St. Hadidjah, HM BMW-Sejuk Anggoata

5. Jusnah KPK Anggota

6. Lagoha BMW-Sejuk Anggota

7. Hj. Martina, SE PDI-P Anggota

Komisi C

1. Samir, S.IP., M.Si BMW-Sejuk Ketua

2. SrySusanti KPK Wakil Ketua

3. Usman Sahibu, SE BMW-Sejuk Sekretaris

4. Sunusi, AT., SH BMW-Sejuk Anggota

5. RiniHerawati PAN Anggota

(Sumber: Konawe Utara dalam Angka Tahun 2019)

Tabel 4.6 SusunanAnggota Badan Musyawarah DPRD Konawe Utara

Nama Fraksi Jabatan

Jefri Prananda, SH., M.Si BMW-Sejuk Ketua

Indra Supriadi PAN Wakil Ketua I

I Made Tarubuana, S.Si PDI-P Wakil Ketua II

Sairham, S.Pd., M.Si - Plt. Sekwan

Mustaking BMW-Sejuk Anggota

Usman Sahibu, SE BMW-Sejuk Anggota

Hj. ST. Hadidjah, MH BMW-Sejuk Anggota

Jusnah KPK Anggota

H. Nuhung Hamid KPK Anggota

Hj. Martina, SE PDI-P Anggota

Rini Herawati PAN Anggota

(Sumber: Konawe Utara dalam Angka Tahun 2019)

(10)

71

Tabel 4.7 Susunan Anggota Badan Pembentukan Peraturan Daerah Konawe Utara

Nama Fraksi Jabatan

Ir. Safrin KPK Ketua

Mustaking BMW-Sejuk Wakil Ketua

Sairham, S.Pd., M.Si - Sekretaris

Hj. ST. Hadidjah, MH BMW-Sejuk Anggota

Hj. Martina, SE PDI-P Anggota

Makmur, S.Sos PAN Anggota

Rasmin Kamil, S.Sos KPK Anggota

Usman Sahibu, SE BMW-Sejuk Anggota

(Sumber: Konawe Utara dalam Angka Tahun 2019)

Tabel 4.8 SusunanAnggota Badan Kehormatan DPRD Konawe Utara

Nama Fraksi Jabatan

Sunusi, AT., SH BMW-Sejuk Ketua

Azis, SE PDI-P Wakil Ketua

H. Nuhung Hamid KPK Anggota

(Sumber: Konawe Utara dalam Angka Tahun 2019) Peran Anggota Legislatif Perempuan

Peran anggota legislatif dapat dilihat dari bagaimana anggota legislatif tersebut dalam menjalankan fungsinya. Anggota legislatif perempuan memiliki fungsi ganda sebagai ibu rumah tangga dan juga sebagai representatif rakyat terutama bagi kaum perempuan yang selama ini tertinggal akibat kurang diperjuangkannya kepentingan-kepentingan perempuan yang jarang mendapatkan perhatian. Dengan meningkatnya kuota perempuan di parlemen yang kemudian dipertegas dengan adanya UU Partai Politik dan UU Pemilu yang mewajibkan adanya keterwakilan perempuan diparlemen merupakan kesempatan bagi anggota legislatif yang terpilih untuk memperjuangkan kepentingan perempuan. Di DPRD Konawe Utara keterwakilan perempuan sangat sedikit, namun untuk periode 2014-2019 dapat dikatakan meningkat dari tahun sebelumnya meskipun tidak terlalu signifikan.Hal ini dapat dilihat pada periode 2009-2014 perempuan yang berhasil duduk di parlemen hanya berjumlah 2 orang dari 20 orang anggota dewan. Pada periode 2014-2019 dari 20 anggota dewan, perempuan yang berhasil duduk di parlemen ada 4 orang.Hal ini menunjukkan hal yang positif bagi keterwakilan perempuan di parlemen.

Keterwakilan perempuan dalam legislatif sangat penting karena perempuan memiliki kebutuhan khusus yang hanya dapat dipahami dengan baik oleh perempuan itu sendiri. Kebutuhan khusus tersebut dapat meliputi kebutuhan akan kesehatan reproduksi, masalah kesejahteraan keluarga (seperti soal harga sembilan bahan pokok yang terjangkau,masalah kesehatan, dan pendidikan anak), kepedulian kepada anak, kebutuhan manusia tingkat lanjut, kekerasan dalam rumah tangga serta isu-isu kekerasan seksual dan lain-lain.

(11)

72

Adapun tugas yang dijalankan perempuan sebagai anggota dewan adalah:

1. Mengembangkan jaringan lintas fraksi antara perempuan di parlemen guna memperkuat basis dalam memperjuangkan kepentingan perempuan.

2. Mempertegas pasal tentang kuota perempuan.

3. Memperjuangkan Undang-Undang (perda) yang menjamin peran perempuan diranah publikdan perlindungan kepada perempuan.

Ada beberapa faktor yang melatar belakangi sehingga kuota 30% belum diupayakan secara maksimal oleh perempuan, antara lain:

1. Perempuan menjalankkan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi reproduktif serta fungsi produktif,di dalam maupun diluar rumah.

2. Adanya hambatan budaya yang terkait dengan pembagian kerja secara seksual dan pola interaksi perempuan dengan laki-laki yang membatasi gerak perempuan.

Peran Anggota Legislatif Perempuan dalam Menjalankan Fungsi Legislasi

Berdasarkan hasil wawancara saya dengan anggota legislatif perempuan Ibu Rini Herawati dari Fraksi PAN mengatakanbahwa: “Sampai pada saat ini belum ada langkah dari anggota legislatif perempuan secara kelembagaan untuk merespon kepentingan perempuan, hal ini disebabkan kurang vokalnya sebahagian anggota DPRD perempuan untuk bersuara dan kurang mengerti akan kewajibannya sebagai wakil rakyat yang harus bisa merepresentasikan kepentingan konstituennya”(Wawancara: 12 Desember 2019).

Hal ini tentunya sangat disayangkan mengingat anggota legislatif perempuan di Konawe Utaramenempati posisi yang cukup strategis di komisi maupun di fraksi, seharusnya hal ini harus diberdayakan sebagai sumber kekuatan mereka dalam memperjuangkan kepentingan perempuan di Konawe Utara.

Jika dikaji lebih jauh, masih kurangnya rasa tanggung jawab anggota legislatif perempuan ini dalam merespon kepentingan perempuan. Dapat dilihat pada masa kerja anggota dewan DPRD Konawe Utara yang telah berjalan kurang lebih selama 4 tahun belum ada produk legislasi yang berhasil dibuat yang khusus menangani perempuan. Seperti dalam menjalankan fungsi legislasi membuat tentang perlindungan perempuan,serta memperjuangkan anggaran yang pantas untuk memenuhi kepentingan perempuan yang memang dalam kenyataanya perempuan lebih membutuhkan biaya yang lebih besar daripada anggaran yang lain.Inilah yang harusnya menjadi agenda kerja mereka dalam merepresentasikan kepentingan-kepentingan perempuan saat ini.

Ketua DPRD Konawe Utara Bapak Jefri Prananda menuturkan bahwa: “Anggota DPRD perempuan Konawe Utara memang terbilang sedikit, hanya 4 orang saja. Tetapi mereka sangat mengerti dan memahami tugas mereka sebagai anggota dewan. Mereka bekerja sungguh-sungguh dan penuh dengan rasa tanggung jawab, meskipun mereka harus pandaipandai membagi waktu antara urusan kantor dengan tugas mereka sebagai ibu rumah

(12)

73

tangga. Mereka rajin ke kantor dan selalu terlibat jika ada rapat yang dislenggarakan di kantor DPRD. Kemampuan mereka dalam menjalankan fungsi legislasi masih tergolong rendah, meskipun mereka sudah berusaha sekuat tenaga tetapi sampai saat ini belum ada produk legislasi yang dihasilkan. Hal ini tentunya disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah masalah ketersediaan anggara yang terbatas, sehingga anggaran yang ada dipergunakan untuk hal-hal yang sifatnya sangat penting sekali” (Wawancara: 9 Desember 2019).

Wakil Ketua I DPRD Konawe Utara Bapak Indra Supriadi manambahkan bahwa:

“Anggota DPRD perempuan Konawe Utara dari segi kualitas bisa dikatakan sudah baik, karena pada dasarnya mereka sudah bekerja dan menjalankan tugasnya sebagai anggota dewan dengan baik, akan tetapi mereka memang belum menghasilkan produk legislasi.Hal ini disebabkan oleh banyak faktor. Kurangnya anggaran dan minimnya dukungan dari anggota dewan laki-laki kadang kala menjadikan semangat anggota dewan perempuan menurun, mestinya mereka harus tetap semangat untuk memperjuangkan hak-hak legislasi tersebut”

(Wawancara: 9 Desember 2019).

Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa anggota DPRD perempuan Konawe Utara telah menunjukkan kualitas dan keseriusan dalam bekerja, akan tetapi mereka belum menghasilkan produk legsilasi, salah satu penyebabnya adalah keterbatasan dana. Jika adanya dana yang cukup tentunya peran ini dapat berlangsung dengan semaksimal mungkin.

Peran Anggota Legislatif Perempuan dalam Menjalankan Fungsi Anggaran (Budgeting) Dewasa ini kondisi kesehatan perempuan semakin menurun karena layanan kesehatannya tidak baik.Upaya untuk mewujudkan Anggaran Responsif Gender (ARG), masih banyak menemui kendala.Salah satunya adalah masih minimnya pemahaman Pengarusutamaan Gender (PUG) di kalangan penentu kebijakan di tingkat lokal (eksekutif/legislatif). Hal ini disebabkan karena dalam proses penyusunan APBD masih sering muncul usulan titipan yang bermuatan politis. Seperti yang diutarakan oleh Ibu Martina, SE bahwa: “Peran anggota legislatif perempuan masih sangat lemah, sehingga tidak semua fraksi yang menempatkan perempuan dalam posisi yang strategis, seperti menempatkan perempuan dalam badan anggaran sehingga apabila perempuan menjabat posisi yang strategis otomatis akan memperjuangkan anggaran untuk kepentingan perempuan” (Wawancara: 2 Desember 2019).

Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Rini Herawati, bahwa: “Kepentingan perempuan banyak, namun kita masih terbentur gendernisasi, perempuan lebih hebat karena memiliki banyak kepentingan, namun masih belum bisa direalisasikan secara optimal” (Wawancara: 12 Desember 2019).

Dari penelitian penulis lebih banyak mendapatkan jawaban seluruh perempuan menerjemahkan kepentingan perempuan pada tataran pemenuhan kebutuhan perempuan dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai ibu dan istri. Walaupun menjadi perwakilan perempuan

(13)

74

di DPRD Konawe Utara, anggota legislatif perempuan tidak hanya memperjuangkan kepentingan perempuan semata, sebagai anggota legislatif tetap mengutamakan kepentingan publik tanpa ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Hj. ST. Hadidjah, MH., bahwa: “Kita merespon kepentingan perempuan dan juga kepentingan laki-laki, dalam arti bahwa kita memperjuangkan keduanya dalam politik gender. Kesolidan perempuan dalam legislatif diperlukan untuk memperjuangkan kepentingan perempuan, namun perlu diingat bahwa kita tidak boleh hanya perempuan saja diperjuangkan tetapi semuanya.

Jika kita hanya berbicara perempuan maka hal itu merupakan salah satu bentuk diskriminasi.

Sebagai wakil perempuan seharusnya tidak hanya memperjuangkan kepentingan perempuan tapi semua kalangan masyarakat tanpa terkecuali, jadi harus menggunakan politik gender”

(Wawancara: 2 Desember 2019).

Perjuangan anggota legislatif perempuan agar kepentingan perempuan di segala bidang diperhatikan oleh para anggota dewan bukanlah tanpa rintangan. Suara-suara bernada tidak senang dari anggota legislatif laki-laki sering terdengar manakala anggota legislatif perempuan mengajukan usul yang menyangkut kepentingan perempuan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Hj. Martina, SE., bahwa: “Kita harus melakukan lobi politik guna menyakinkan bapak- bapak disini, bahwa program ini bagus” (wawancara: 2 Desember 2019).

Anggota DPRD perempuan Konawe Utara memperjuangkan hak-hak dalam proses penyusunan anggaran di parlemen untuk kepentingan perempuan dalam pengalokasian anggaran terhadap penanganan masalah perempuan yang termarginalkan. Kepemimpinan perempuan di parlemen sebagai pengambil kebijakan juga menjalankan fungsi legislasi, anggaran dan monitoring akan sangat berdampak dalam perkembangan perubahan bagi kemajuan pembangunan khususnya bagi kaum perempuan.

Peran Anggota Legislatif Perempuan dalam Menjalankan Fungsi Pengawasan

Ada empat (4) indikator yang penulis gunakan untuk menilai apakah keterlibatan perempuan di parlemen berdampak positif atau berpihak pada kepentingan perempuan atau tidak, yaitu:

1. Perubahan institusional/prosedural yang menghasilkan peraturan-peraturan yang lebih ramah terhadap perempuan.

2. Perubahan representasi, termasuk tindakan di parlemen yang dirancang untuk menempatkan perempuan dalam posisi penting di parlemen.

3. Perubahan terhadap keluaran (output), yaitu apakah lahir Undang-Undang atau regulasi yang mengakomodir keinginan perempuan(gender sensitive).

4. Perubahan wacana, sehingga menjadikan berpolitik sebagai sikap yang wajar dan membuat akses yang lebih besar bagi media dan publik kepada parlemen.

(14)

75 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, penulis menyimpulkan : Secara kualitas anggota dewan perempuan di DPRD Konawe Utara sudah mampu menunjukkan kualitas mereka dalam bekerja. Namun demikian, tidak seluruhnya anggota DPRD perempuan Konawe Utara menunjukkan perannya dalam merespon kepentingan perempuan di Konawe Utara. Wakil-wakil perempuan di DPRD ini semestinya turut memperjuangkan kepentingan perempuan dalam proses legislasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa peran politik anggota DPRD perempuan dalam merespon kepentingan perempuan di Konawe Utara tahun 2014-2019 masih tergolong rendah.

Anggota DPRD perempuan di Konawe Utara mengusulkan 2 Perda, yaitu Perda kawasan bebas asap rokok dan Perda KDRT.

DAFTAR PUSTAKA

Andriana, Nina., 2012, Perempuan, Partai Politik, dan Parlemen: Studi Kinerja Anggota Legislatif Perempuan di Tingkat Lokal, PT. Gading Inti Prima : Jakarta.

Agustino, Leo., 2007, Politik Ilmu: Sebua Bahasa Memahami Ilmu Politik, Graha Ilmu : Yogyakarta.

Andrianus, P.T., 2006, Mengenal Teori-Teori Politik, Nuansa : Bandung.

Arbi, Sanit., 2009, Perwakilan Politik indonesia, Rajawali :Yokyakarta.

Azis, Asmaeny., 2013,Perempuan di Persimpangan Parlemen: Studi dalam Perspektif Hukum, Rangkang Education : Yogyakarta.

Bintan, Saragi., 1993, Memahami Tugas dan Wewenang DPR, DPD, dan DPRD, Bina Aksara:

Jakarta.

Budiarjo, Miriam., 2007, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Budiardjo, Miriam., 2008, Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi, Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Ferdiana, Rahma., 2013, Kampanye Kader Perempuan Partai Golongan Karya dalam Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kudus, Unnes Civic Education Journal 2. 1:16-24.

Harbani, Pasolong., 2010, Teori Administrasi Publik, Alfabeta : Bandung.

Ihromi, Tapi Omas, Sulistyowati Irianto, dan Achie Sudiarti Lululina, 2000, Penghapusan Diskriminasi terhadap Wanita, Alumni Bandung : Bandung.

Jimly, Asshiddique., 2006,Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II,Sekretaris Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia : Jakarta.

Koderi, Muhammad., 1999,Bolehkah Wanita Menjadi Imam Negara,GemaInani Press : Jakarta.

Latifah, Iskandar., 2017, Pangamba: Kaum Perempuan Fenomenal, Humaniora Utama Press : Bandung.

Lestari, 2015, Perempuan, Kesetaraan, Keadilan, Suatu Tinjauan Berwawasan Gender, Rajagrafindo Persada : Jakarta.

Lisa, Harison., 2009, Metodologi Penelitian Politik, Fajar Interpratama Offset : Jakarta.

(15)

76

Mukaromah, Lisa Aminatul., 2012, Perempuan dalam Legislasi RUUK di DPRD Provinsi DIY, Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga : Yogyakarta.

Nugroho, Riant., 2008, Gender dan Administrasi Publik, Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Mochta, Jenny., 2008, Mendorong Keterwakilan Perempuan dalam Politik, Media Indonesia : Jakarta.

Oakley, Ann., 1972, Sex, Gender, and Society, Yale University Press : New York.

Parawansa, Khofifah Indar., 2003, Studi Kasus: Hambatan terhadap Partisipasi Politik Perempuan di Indonesia, CS Indonesia: 1-12.

Pitkin, Hanna., 2012, Sistem Politik Indonesia, GrahaIlmu : Yogyakarta.

Rafael, R.M., 2007, Pengantar Sosiologi Politik, Rineka Cipta : Jakarta.

Rahman, H., 2007, Sistem Politik Indonesia, GrahaIlmu : Yogyakarta.

Rodiyah, Isnaini., 2017, Keterwakilan Perempuan dalam Dewan Perwakilan Rakyat daerah, Universitas Muhammadiyah : Sidoarjo.

Subono, Nur Iman, 2009, Menuju Representasi Politik Perempuan yang lebih Bermakna, Jurnal Sosial Demokrasi Edisi 6. 2:56-61.

Sarman, 2012, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Rineka Cipta : Jakarta.

Shite, Romany., 2007, Perempuan, Kesetaraan, dan Keadilan, Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Soetjipto, Ani Widyani., 2016, Politik Perempuan, Buku Kompas : Jakarta.

Stoler, Robert., 1968, Sex and Gender: On The Develomentof Masculinity And Feminity, Hogart Press: London.

Subono, N.I., 2009, Wanita, Ideologi, dan Negara, Republika : Jakarta.

Sunarto, 2012,Dasar-Dasar Pemahaman Hukum Tata Negara, UNNES Press : Semarang.

Suryadi, Budi., 2006, Kerangka Analisis System Politik Indonesia, IRCiSoD : Yogyakarta.

Wulandari, A.P., Makhmudah, M., dan Hayyuning, J., 2014, Perempuan dan Politik (Peran Legislator Perempuan dalam PolitikLegislasi DPRD Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat), Universitas Brawijaya: Malang.

Referensi

Dokumen terkait

Keindahan alam di Tana Toraja tidak hanya sebagai sumber inspirasi dari warna ukiran, tetapi juga berbagai bentuk yang telah disederhanakan pada ragam hias.. Selain itu

Pada tahun 2016 wilayah Polrestabes jenis pelanggaran lalu lintas bertambah menjadi 5 pelanggaran yaitu melawan arus, melanggar lampu lalu lintas, tidak

atitude adalah: 1) ketrampilan berpikir luwes yaitu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan bervariasi; dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang

Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam

Dalam pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama masa-masa penjaringan dan kampanye, komunikasi yang dilakukan oleh beberapa laskar cukup intensif dan dilakukan dengan

Investasi pada entitas asosiasi dicatat di laporan posisi keuangan konsolidasian sebesar biaya perolehan dan selanjutnya disesuaikan untuk perubahan dalam bagian

Pembelajaran bahasa Inggris di SMP Yanggandur, SMP Negeri 11 Sota, dan SMK Negeri 1 Sota belum berjalan dengan baik. Terungkap bahwa persoalan pembelajaran bahasa

Penelitian ini membahas tentang kriteria guru agama yang baik dalam proses pembelajaran, secara professional guru harus dapat merencanakan sampai pada pelaksanaan