MASALAH ISU ETIK DALAM ASPEK LEGAL PELAYANAN KEBIDANAN

MASALAH ISU ETIK DALAM

ASPEK LEGAL PELAYANAN

KEBIDANAN

TUJUAN INSRTUKSIONAL KHUSUS UTK MENERAPKAN ASPEK HUKUM LEGAL PELAYANAN KEBIDANAN.

POKOK BAHASAN

ASPEK LEGAL PD PELAYANAN KEBIDANAN.

MASALAH ISU ETIK

Ø UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO 36 TH 2014 TTG TENAGA KES

Ø PERMENKES 1464/MENKES/PER/X/2010,LEGALISASI REGRESTASI ,LISENSI,LISENSI PRAKTEK

KEBIDANAN/SIB,SIPB,SIK / SIB, SIPB, SIK.

Ø PERMENKES NO 369 TH 2007 TTG STANDAR PROFESI BIDAN

Ø PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN

APARATUR NEGARA NO 01/PER/M PAN/1/2008

TTG JABATAN FUNGSIONAL BIDAN DAN ANGKA

KRIDITNYA

PERMENKES TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK BIDAN

( PERMENKES 28 /MENKES /PER /X

/2017 )

B A B I K E T E N T U A N U M U M B A B I I P E R I Z I N A N

B A B I I I P E N Y E L E N G G A R A A N P R A K T I K B A B I V P E N C A T A T A N D A N P E L A P O R A N B A B V P E M B I N A A N D A N P E N G A W A S A N B A B V I K E T E N T U A N P E R A L I H A N

B A B V I I K E T E N T U A N P E N U T U P

6

PERMENKES NO 1464 TH 2010 TTG IJIN

PRAKTEK BIDAN

PENGERTIAN BIDAN DAN REGISTRASI

_{BAB I}

KETENTUAN UMUM PASAL 1

DALAM PERATURAN INI YANG DIMAKSUT DG:

1. BIDAN ADALAH SEORANG PEREMPUAN YANG LULUS DARI PENDIDIKAN BIDAN YANG TELAH TEREGRESTRASI SESUAI KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN .

2. F A S I L I T A S P E L A Y A N A N K E S A D A L A H T E M P A T Y G DIGUNAKAN UTK MENYELENGGARAKAN UPAYA PEL KES BAIK P R O M O T I F , P R E V E N T I F , K U R A T I F , M A U P U N REHABILITATIP, YG DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH DAN /MASYARAKAT.

3. SURAT TANDA REGRESTRASI SELANJUTNYA DISINGKAT STR A D A L A H B U K T I T E R T U L I S Y G D I B E R I K A N O L E H PEMERINTAH KEPADA TENAGA KES YG DIREGRESTASI SETELAHMEMILIKI SERTIVIKAT KOPETENSI.

4. SURAT IZIN KERJA BIDAN SELAJUTNYA DISINGKAT SIKB ADALAH BUKTI TERTULIS YG DIBERIKAN KEPADA BIDAN YG SUDAH MEMENUHI PERSYARATAN UTK BEKERJA DI FASILITAS PELAYANAN KES .

5. S U R A T I Z I N P R A K T I K B I D A N S E L A N J U T N Y A

DISINGKAT SIPB ADALAH BUKTI TERTULIS YG

DIBERIKAN KEPADA BIDAN YG SUDAH MEMENUHI

PERSYARATAN UTK MENJALANKAN PRAKTIK BIDAN

MANDIRI.

6. STANDAR ADALAH PEDOMAN YG HARUS DIPERGUNAKAN SEBAGAI PETUNJUK DLM MENJALANKAN PROFESI YG MELIPUTI STANDAR PELAYANAN STANDAR PROFESI, DAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR .

7. PRAKTIK MANDIRI ADALAH PRAKTIK BIDAN SWASTA PERORANGAN

8. ORGANISASI PROFESI ADALAH IKATAN BIDAN INDONESIA DISINGKAT IBI

BAB II PERIZINAN PASAL 2

(1)BIDAN DPT MENJALANKAN PRAKTIK MANDIRI DAN /ATAU BEKERJA DI FASILITAS PELAYANAN KES

(2)BIDAN YG MENJALANKAN PRAKTIK MANDIRI HARUS B E R P E N D I D I K A N M I N I M A L D I P L O M A I I I ( D I I I ) KEBIDANAN.

PASAL 3

S E T I A P B I D A N Y G B E K E R J A D I F A S I L I T A S PELAYANAN KES WAJIB MEMILIKI SIKB

(1)SETIAP BIDAN YG MENJALANKAN PRAKTIK MANDIRI WAJIB MEMILIKI SIPB

(2)SIKB ATAU SIPB SEBAGAI DIMAKSUT PD AYAT (1) DAN AYAT (2) BERLAKU UTK 1 (SATU) TEMPAT

:

PASAL 4

(1) UTK MEMPEROLAH SIPB SEBAGAIMANA DIMAKSUT DLM PASAL 3 BIDAN HARUS MENGAJUKAN

(2) P E R M O H O N A N K E P A D A P E M E R I N T A H

DAERAH KABUPATEN/KOTA :

SYARAT MENDAPATKAN SIPB HARUS MELAMPIRKAN:

A.FOTO COPY STR YG MASIH BERLAKU DAN DILEGALISASI B.SURAT KETERANGAN SEHAT FISIK DARI DOKTER YG

MEMILIKI SURAT IZIN PRAKTIK

C.SURAT PERNYATAAN MEMILIKI TEMPAT KERJA DI

FASILITAS PELAYANAN KES ATAU TEMPAT PRAKTIK

SURAT PERNYATAAN MEMILIKI TEMPAT KERJA DIFASILITAS PELAYANAN KES /TEMPAT KERJA

a. PAS FOTO BERWARNA TERBARU UKURAN 4X6 SEBANYAK 3 (TIGA) LEMBAR

b. R E K O M E N D A S I D A R I K E P A L A D I N A S K E S KABUPATEN /KOTA ATAU PEJABAT YG DITUNJUK c. REKOMENDASI DARI ORGANISASI PROFESI

2

. KEWAJIBAN MEMILIKI STR

SEBAGAIMANA DIMAKSUT PD AYAT (1)

HURUF A DILAKSANAKAN SESUAI DG

KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG

UNDANGAN

(3)APABILA BELUM TERBENTUK MAJELIS TENAGA

KES INDONESIA(MTKI),MAJELIS TENAGA KES

PROVINSI (MTKP) DAN/ATAU PROSES STR BELUM

DPT DILAKSANAKAN MAKA SURAT IZIN BIDAN

DITETAPKAN BERLAKU SEBAGAI STR

PASAL 5

(1)SIPB DIKELUARKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH KEBUPATEN /KOTA

(2)DALAM HAL SIPB DIKELUARKAN OLEH DINAS

KES KABUPATEN/KOTA MAKA PERSYARATAN

(3)PERMOHONAN SIPB YG DISETUJUI ATAU DITOLAK HARUS DISAMPAIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN /KOTA ATAU DINAS KES KABUPATEN /KOTA KEPADA PEMOHON DALAM WAKTU SELAMBAT-LAMBATNYA 1(SATU) BULAN SEJAK TANGGAL PERMOHONAN DITERIMA

(4)Pasal 6

(5)BIDAN HANYA DPT MENJALANKAN PRAKTIK DAN/ATAU KERJA PALING BANYAK DI 1 (SATU) TEMPAT KERJA DAN 1 (SATU) TEMPAT PRAKTIK

Pasal 7

(1) SIPB BERLAKU SELAMA STR MASIH BERLAKU DAN DPT DIPERBAHARUI KEMBALI JIKA HABIS MASA BERLAKUNYA .

(2) PEMBAHARUAN SIPB SEBAGAIMANA DIMAKSUT PD AYAT(1) DIAJUKAN KEPADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN /KOTA SETEMPAT DG MELAMPIRKAN

a. FOTO KOPI SIKB/SIPB YANG LAMA;

b. FOTO COPI STR;

c. SURAT KETERANGAN SEHAT FISIK DARI DOKTER YANG MEMILIKI SURAT IZIN PRAKTEK;

D.PAS FOTO BERWARNA TERBARU UKURAN 4X6 CM SEBANYAK 3 LEMBAR;

E.REKOMENDARI DARI KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

KOTA/ PEJABAT YANG DITUNJUK SESUAI KETENTUAN PASAL

4 AYAT (1) HURUF E

F.REKOMENDASI DARI ORGANISASI PROFESI(IBI SETEMPAT)

PASAL 8

SIPB DINYATAKAN TDK BERLAKU KARENA:

a. TEMPAT KERJA/PRAKTIK TDK SESUAI LAGI DG SIPB b. MASA BERLAKUNYA HABIS DAN TDK DIPERPANJANG

c. DICABUT OLEH PEJABAT YG BERWENANG MEMBERIKAN IZIN

BAB III

PENYELENGGARAAN PRAKTIK PASAL 9

B I D A N D L M M E N J A L A N K A N P R A K T I K B E R W E N A N G U T K MEMBERIKAN PELAYANAN YG MELIPUTI:

a. PELAYANAN KES IBU b. PELAYANAN KES ANAK

c. PELAYANAN KES REPRODUKSI PEREMPUAN DAN KELUARGA DAN KB

PASAL 10

(1)PELAYANAN KES IBU SEBAGAIMANA DIMAKSUT DLM PASAL 9 HURUF A DIBERIKAN PD MASA PRA HAMIL ,KEHAMILAN ,MASA PERSALINAN MASA NIFAS, MASA MENYUSUI DAN MASA ANTARA DUA KEHAMILAN .

(2)PELAYANAN KESEHATAN IBU SEBAGAIMANA DIMAKSUT PADA AYAT(1) MELIPUTI: :

a. PELAYANAN KONSELING PADA MASA PRA HAMIL b. PELAYANAN ANTENATAL PADA KEHAMILAN NORMAL

C.PELAYANAN PERSALINAN NORMAL D. PELAYANAN IBU NIFAS NORMAL E .PELAYANAN IBU MENYUSUI

F.PELAYANAN NONSELING MASA ANTARA DUA KEHAMILAN

(3)BIDAN DLM MEMBERIKAN PELAYANAN SEBAGAIMANA DIMAKSUT PD AYAT(2) BERWENANG UTK:

a. EPISIOTOMI

b. PENJAHITAN LUKA JALAN LAHIR TINGKAT 1 DAN II

c. PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN DILANJUTKAN DG PERUJUKAN

d. PEMBERIAN TABLET FE PD IBU HAMIL(ANC TERPADU)

e. PEMBERIAN VIT A ( DIBERIKAN 2X DG JARAK 24 JAM )DOSIS TINGGI PD IBU NIFAS

f. FASILITAS/BIMBINGAN INISIASI MENYUSU DINI DAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

g. PEMBERIAN UROTONIKA PD MAJEMEN AKTIF KALA TIGA DAN POSTPARTUM

h. PENYULUHAN DAN KONSELING

i. BIMBINGAN PD KELOMPOK IBU HAMIL

j. PEMBERIAN SURAT KETERANGAN KEMATIAN

k. PEMBERIAN SURAT KETERANGAN CUTI BERSALIN

PASAL 11

(1)PELAYANAN KES ANAK SEBAGAIAMANA DIMAKSUT DLM PASAL 9 HURF b DIBERIKAN PD BAYI BARU LAHIR,BAYI,ANAK BALITA, ANAK PRA SEKOLAH

(2)BIDAN DLM MEMBERIKAN PELAYANAN KES ANAK

SEBAGAIMANA DIMAKSUT PD AYAT(1) BERWENANG

UTK:

A.MELAKUAKN ASUHAN BAYI BARU LAHIR NORMAL TERMASUK RESUSITASI PECEGAHAN HIPOTERMI INISIASI MENYUSU DINI INJEKSI VITAMIN K1, PERWATAN BAYI BARU LAHIR PD(0-28 HARI), DAN PERAWATAN TALI PUSAT

b. PENANGANAN HIPOTERMI PD BAYI BARU LAHIR DAN SEGERA MERUJUK

c. PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN DILANJUTKAN DG PERUJUKAN

d. P E M B E R I A N I M U N I S A S I R U T I N S E S U I A P R O G R A M PEMERINTAH

e. PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG BAYI, ANAK BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH

f. PEMBERIAN KONSELING DAN PENYULUHAN

PASAL 12

BIDAN DLM MEMBERIKAN PELAYANAN KES REPRODUKSI P E R E M P U A N D A N K E L U A R G A B E R E N C A N A S E B A G A I M A N A DIMAKSUT DLM PASAL 9 HURUF c BERWENANG UTK ;

a. MEMBERIKAN PENYULUHAN DAN KOSELING KES REPRODUKSI PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA

b. MEMBERIKAN ALAT KONTRASEPSI ORAL DAN KONDOM.

PASAL 13

(1)SELAIN KEWENANGAN SEBAGAIMNA DIMAKSUT DLM PASAL 10,PASAL 11 DAN PASAL 12.BIDAN YG MENJALANKAN PROGRAM PEMERINTAH BERWENANG MELAKUKAN PELAYANAN KES MELIPUTI:

a. P E M B E R I A N A L A T K O N T R A S E P S I S U N T I K A N , A L A T KONTRASEPSI DLM RAHIM, DAN MEMBERIKAN PELAYANAN ALAT KONTRASEPSI BAWAH KULIT

b.

ASUHAN ANTENATAL TERINTREGRASI DG INTERVENSI KHUSUS PENYAKIT KRONIS TERTENTU DILAKUKAN DIBAWAH SUFERFISI DOKTER

c.PENANGANAN BAYI DAN ANAK BALITA

SAKIT SESUAI PEDOMAN YG DITETAPKAN

.

d). MELAKUKAN PEMBINAAN PERAN SERTA

MASYARAKAT DI BIDANG KES IBU DAN

ANAK,ANAK USIA SEKOLAH DAN REMAJA

DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

e).PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG BAYI DAN

BALITA,ANAK PRA SEKOLAH DAN ANAK SEKOLAH f).MELAKSANAKAN PELAYANAN KEBIDANAN

KOMUNITAS

g.MELAKSANAKAN DETEKSI DINI ,MERUJUK DAN MEMBERIKAN PENYULUHAN TERHADAP INFEKSI MENULAR SEKSUAL(IMS) TERMASUK PEMBERIAN KONDOM DAN PENYAKIT LAINNYA

h.PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DAN

PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA(NAPZA)

MELALUI INFORMASI DAN EDUKASI

I.PELAYANAN KES LAIN YG MERUPAKAN PROGRAM PEMERINTAH

1.

PELAYANAN ALAT KONTRASEPSI BAWAH KULIT, 2. ASUHAN ANTENATAL TERINTEGRASI,

3.PENANGANAN BAYI DAN ANAK BALITA SAKIT 4..PELAKSANAAN DETEKSI DINI,

5.MERUJUK DAN MEMBERIKAN PENYULUHAN

TERHADAP INFEKSI MENULAR SEKSUAL(IMS) DAN

PENYAKIT LIANNYA

6.)

^.

SERTA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN

N O R K O T I K A , P S I K O T R O P I K A D A N Z A T ADIKTIF

LAINNYA(NAPZA) HANYA DPT DILAKUKAN

OLEH BIDAN YG DILATIH UTK ITU

PASAL 14

(1)BAGI BIDAN YG MENJALANKAN PRAKTIK DIDAERAH YG TDK MEMILIKI DOKTER, DPT MELAKUKAN PELAYANAN KES DILUAR KEWENANGAN SEBAGAIMNAN DIMAKSUT DLM PASAL 9

(2)D A E R A H Y G T D K M E M I L I K I D O K T E R S E B A G A I M A N A D I M A K S U T P D A Y A T ( 1 ) A D A L A H K E C A M A T A N A T A U KELURAHAN /DESA YG DITETAPKAN OLEH KEPALA DINAS KES KABUPATEN /KOTA.

DALAM HAL DAERAH SEBAGAIMANA DIMAKSUT PADA AYAT(2) TELAH TERDAPAT DOKTER,

KEWENANGAN BIDAN SEBAGAIMANA DIMAKSUT

PADA AYAT (1) TIDAK BERLAKU.

PASAL 15

(1)P E M E R I N T A H D A E R A H P R O V I N S I / K A B U P A T E N / K O T A MENUGASKAN BIDAN PRAKTIK MANDIRI UTK MELAKSANAKAN PROGRAM PEMERINTAH.

(2)BIADAN PRAKTIK MANDIRI YG DITUGASKAN SEBAGAI PELAKSANAKN PROGRAM PEMERINTAH BERHAK ATAS P E L A T I H A N D A N P E M B I N A A N D A N P E M E R I N T A H DAEARH/KABUPATEN/KOTA.

PASAL 16

(1) PD DAERAH YG BELUM MEMILIKI DOKTER, PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH HARUS MENEMPATKAN BIDAN DG PENDIDIKAN MINIMAL DIPLOMA 111 KEBIDANAN .

(2) APABILA TDK TERDAPAT TENAGA BIDAN SEBAGAIMANA DIMAKSUT PD AYAT( 1)PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DPT MENEMPATKAN BIDAN YG TELAH MENGIKUTI PELATIHAN .

(3) PEMERINTAH DAERAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA BERTANGGUNG JAWAB MENYELENGGARAKAN PELATIHAN BAGI BIDAN YG MEMBERIKAN PELAYANAN DIDAERAH YG TDK MEMILIKI DOKTER.

Pasal 17

(1)BIDAN DLM MENJALANKAN PRAKTIK MANDIRI HARUS MEMENUHI PERSYARATAN MELIPUTI: :

(2)MEMILIKI TEMPAT PRAKTIK RUANGAN PRAKTIK DAN PERALATAN UTK TINDAKAN ASUHAN KEBIDANAN, SERTA PERALATAN UTK MENUNJANG PELAYANAN KES BAYI,ANAK BALITA DAN PRA SEKOLAH YG MEMENUHI PERSYARATAN LINGKUNGAN SEHAT;

b.MENYEDIAKAN MAKSIMAL 2 (DUA) TEMPAT TIDUR UTK PERSALINAN

C.MEMILIKI SARANA PERALATAN DAN OBAT SESUAI DG KETENTUAN YG BERLAKU

KETENTUAN PERSYARATAN TEMPAT PRAKTIK DAN PERALATAN SEBAGAIMANA DIMAKSUT PD AYAT (1)TERCANTUM DLM LAMPIRAN PERATURAN INI

PASAL 18

(1)DLM MELAKSANAKAN PRAKTIK/KERJA, BIDAN BERKEWAJIBAN UTK:

a. MENGHORMATI PASIEN

b. MEMBERIKAN INFORMASI TTG MASALAH KES

PASIEN DAN PELAYANAN YG DIBUTUHKAN

C. MERUJUK KASUS YG BUKAN KEWENANGANNYA ATAU TDK DPT DITANGANI DG TEPAT WAKTU

D. MEMINTA PERSETUJUAN TINDAKAN YG AKAN DILAKUKAN (INFORMED CONSENT)

E.PENYIMPAN RAHASIA PASIEN DG KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

d. MELAKUKAN PENCATATAN ASUHAN KEBIDANAN DAN PELAYANAN LAINNYA SECARA SISTIMATIS

e. MEMATUHI STANDAR

f. M E L A K U K A N P E N C A T A T A N D A N P E L A P O R A N

PENYELENGGRAAN PRAKTIK KEBIDANAN TERMASUK

PELAPORAN KELAHIRAN DAN KEMATIAN

(2)B I D A N D L M M E N J A L A N K A N P R A K T I K / K E R J A

S E N A N T I A S A M E N I N G K A T K A N M U T U P E L

PROFESINYA,DG MENGIKUTI PERKEMBANGAN ILMU

P E N G E T A H U A N D A N T E H N O L O G I M E L A L U I

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SESUAI DG BIDANG

TUGASNYA

(3). BIDAN DALAM MENJALANKAN PRAKTEK KEBIDANAN HARUS MEMBANTU PROGRAM PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN

DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT.

BAB IV

PENCATATAN DAN PELAPORAN PASAL 20

(1)DALAM MELAKUKAN TUGASNYA BIDAN WAJIB MELAKUKAN PENCATATAN DAN PELAPORAN SESUAI DG PEL YG DIBERIKAN

(2)PELAPORAN SEBAGAIMANA DIMAKSUT PD AYAT(1)

DITUJUKAN KE PUSKESMAS WILAYAH TEMPAT

PRAKTIK

(3) DIKECUALIKAN DARI KETENTUAN

SEBAGAIMANA DIMAKSUT PD AYAT(2) UTK

BIDAN YG BEKERJA DI FASILITAS PEL

KES.

PASAL 19

DALAM MELAKSANAKAN PRAKTIK/KERJA BIDAN MEMPUNYAI HAK:

a. M E M P E R O L E H P E R L I N D U N G A N H U K U M D L M

MELAKSANAKAN PRAKTIK/KERJA SEPANJANG

SESUAI DG STANDAR

b).MEMPEROLEH INFORMASI YG LENGKAP DAN BENAR DARI PASIEN DAN /KELUARGA

c).MELAKSAKAN TUGAS SESUAI DG KEWENANGAN DAN STANDAR

d).MENERIMA IMBALAN JASA PROFESI

BAB V

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PASAL 21

(1)MENTERI,PEMERINTAH,DAERAH,PROVINSI,PEMERIN

(2)TAH DAERAH KABUPATEN/KOTA MELAKUKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN DG MENGIKUTSERTAKAN MAJELIS TENAGA KES IND, MAJELIS TENAGA KES IND ,MAJELIS TENAGA KES PROVINSI,ORGANISASI PROFESI DAN ASOSIASI PENDIDIKAN YG BERSANGKUTAN

(2)PEMBINAAN DAN PENGAWASAN SEBAGAIMANA

DIMAKSUT PADA AYAT(1) DIARAHKAN UNTUK

MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN, KESEHATAN

PASIEN DAN MELINDUNGI MASYARAKAT TERHADAP

SEGALA KEMUNGKINAN YANG DAPAT MENIMBULKAN

BAHAYA BAGI KESEHATAN

(2)KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN /KOTA

H A R U S M E L A K S A N A K A N P E M B I N A A N D A N

PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK

BIDAN

(4)DALAM MELAKSANAKAN TUGAS SEBAGAIMANA

D I M A K S U T P A D A A Y A T ( 1 ) K E P A L A D I N A S

KESEHATAN KABUPATEN/KOTA HARUS MEMBUAT

P E M E T A A N T E N A G A B I D A N D I D E S A S E R T A

MENETAPKAN DOKTER PUSKESMAS TERDEKAT UNTUK

PELAKSANAAN TUGAS SUFERFISI TERHADAP BIDAN

DI WILAYAH TERSEBUT.

Pasal 22

PIMPINAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN WAJIB

MELAPORKAN BIDAN YANG BEKERJA DAN YANG

BERHENTI BEKERJA DI FASILITAS PELAYANAN

KESEHATANYA PADA TIAP TRI WULAN KEPADA KEPALA

D I N A S K E S E H A T A N K A B U P A T E N / K O T A D E N G A N

TEMBUSAN KEPADA ORGANISASI PROFESI.

Pasal 23

(1)D A L A M R A N G K A P E L A K S A N A A N P E N G A W A S A N

S E B A G A I M A N A D I M A K S U T D A L A M P A S A L 2 1

MENTERI PEMERINTAH DAERAH PROPINSI DAN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA DAPAT

MEMBERIKAN TINDAKAN ADMINISTRATIF KEPADA

BIDAN YANG MELAKUKAN PELANGGRAN TERHADAP

KETENTUAN PENYELENGGGARAN PRAKTIK DALAM

PERATURAN INI

(1) TINDAKAN ADMINISTRATIP SEBAGAIMAN DIMAKSUT PADA AYAT(1) DILAKUKAN MELALUI : :

a. TEGURAN LISAN b. TEGURAN TERTULIS

c. PENCABUTAN SIPB UNTUK SEMENTARA PALING LAMA 1 TAHUN

d. PENCABUTAN SIPB SELAMAMANYA

PASAL 24

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA DAPAT

M E M B E R I K A N S A N K S I B E R U P A R E K O M E N D A S I

PENCABUTAN SURAT IZIN /STR KEPADA DINAS

KESEHATAN PROVINSI /MAJELIS TENAGA KESEHATAN

INDONESIA(MTKI) TERHADAP BIDAN YANG MELAKUKAN

PRAKTIK TANPA MEMILIKI SIPB ATAU KERJA TANPA

MEMILIKI SIKB SEBAGAIMANA DIMAKSUT DALAM

PASAL 3 AYAT (1) DAN AYAT (2)

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN /KOTA

DAPAT MENGENAKAN SANKSI TEGURAN LISAN, TEGURAN TERTULIS,SAMPAI DENGAN

PENCABUTAN IZIN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN SEMENTARA/TETAP KEPADA

PIMPINAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN YANG MEMPERKERJAKAN BIDAN YANG YANG

TIDAK MEMPUNYAI SIPB .

BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 25

(1) BID YG TLH MEMPUNYAI SIKB BERDASARKAN KEPUTUSAN MEN K E S N O 9 0 0 / M E N K E S / 1 4 9 / 2 0 1 0 T T G I Z I N D A N PENYELENGGARAAN PRAKTIK BID DINYATAKAN TLH MEMILIKI S I P B B E R D A S A R K A N P E R A T U R A N M E N K E S N o H K . 0 2 . 0 2 / M E N K E S / 1 4 9 / I / 2 0 1 0 T T G I Z I N D A N PENYELENGGARAN PRAKTIK BID DINYATAKAN TLH MEMILIKI S I P B B E R D A S A R K A N P E R A T U R A N I N I S A M P A I D G M A S A BERLAKUNYA BERAKHIR.

(2)BID SEBAGAIMANA DIMAKSUT PD AYAT(1) HARUS

MEMPERBAHARUI SIPB APABILA SURAT IZIN BID

YG BERSANGKUTAN TLH HABIS JANGKA WAKTUNYA

BERDASARKAN PERATURAN INI

(2)Pasal 26

APABILA MAJELIS TENAGA KES IND (MTKI) DAN MAJELIS TENAGA KES PROV(MTKP) BLUM DIBENTUK DAN /ATAU BLUM DAPAT MELAKSANAKAN TUGASNYA MAKA REGRESTASI BID DILAKSANAKAN SESUAI DG KETENTUAN KEPUTUSAN MENTERI KES No 900/MEN KES/SK/20202 TTG REGRESTASI DAN PRAKTIK BIDAN

PASAL 27

BID YG MELAKSANAKAN KERJA DI FASILITAS

PELAYANAN KES SEBELUM DITETAPKAN PERATURAN

INI HARUS MEMILIKI SIKB/SIPB BERDASARKAN

PERATURAN INI PALING SELAMBAT LAMBATNYA

1(SATU) TH SEJAK PERATURAN INI DITETAPKAN

PASAL 28

BIDAN YG BERPENDIDIKAN DIBAWAH DIPLOMA

III(DIII) KEBIDANAN YG MENJALANKAN PRAKTIK

MANDIRI HARUS MENYESUAIKAN DG KETEENTUAN

PERATURAN INI SELAMBAT LAMBATNYA 5 (LIMA) TH

SEJAK PERATURAN INI DITETAPKAN .

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP PASAL 29

PD SAAT PERATURAN INI MULAI BERLAKU :

a. K E P U T U S A N M E N K E S N O 9 0 0 / M E N

KES/SK/VII/2002 TTG REGRESTASI DAN PRAKTIK

BID SEPANJANG YG BERKAITAN DG PERIZINZN

DAN PRAKTIK BID

a. P E R A T U R A N M E N K E S NO .02.02/MENKES/149/I/2010 TTG IZIN DAN PENYELENGGARAN PRAKTIK BIDAN

DICABUT DAN DINYATAKAN TDK BERLAKU.

Pasal 30

P E R A T U R A N I N I M U L A I B E R L A K U P D T G L DIUNDANGKAN .

AGAR SETIAP ORG MENGETAHUINYA PEMERINTAH PENGEUNDANGKAN PERATURAN INI DG PENEMPATANNYA DLM BERITA NEGARA RI

DITETAPKAN TGL 4-10-2010 MENKES

LEGISLASI, REGISTRASI,

LISENSI PRAKTIK KEBIDANAN

à Proses pembuatan UU atau penyempurnaan perangkat hukum yg sdh ada melalui serangkaian kegiatan sertifikasi (pengaturan kompetensi), registrasi (pengaturan kewenangan), dan lisensi (pengaturan penyelengaraan kewenangan)

Legislasi

74

Tujuan legislasi

1. Mempertahankan kualitas pelayanan 2. Memberikan kewenangan

3. Menjamin perlindungan hukum 4. meningkatkan profesionalisme

Peran legislasi

1. Menjamin perlindungan pd masy pengguna jasa profesi & profesi sendiri

2. Legislasi sangat berperan dlm pemberian pelayanan

profesional ₇₅

REGISTRASI

à Sebuah proses dmn seorang tng profesi hrs mendaftarkan dirinya pd suatu badan ttt scr

periodik guna mdptkan kewenangan & hak utk mllkn tindakan profesionalnya stlh memenuhi syarat2 yg ditetapkan o/ bdn tsb

Registrasi bidan

Proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan thd bidan stlh dinyatakan memenuhi minimal

kompetensi inti shg mampu melaksanakan praktik

profesinya ⁷⁶

Tujuan registrasi :

a. Meningkatkan kemampuan tng profesi dlm mengadopsi kemajuan iptek

b. Meningkatkan mekanisme yg obyektif & komprehensif dlm penyelesaian kasus mal praktik

c. Mendata jml & kategori mlkkn praktik

Aplikasi proses registrasi à bidan baru lulus max 1 bln stlh menerima ijazah à permohonan ke Dinkes Prov à SIB (Surat Ijin Bidan)

77

LISENSI

à Proses administrasi yg dilakukan o/ pemerintah atau yg berwenang berupa surat ijin praktik yg diberikan kpd tng profesi yg tlh teregistrasi utk pelayanan mandiri

Tujuan :

1. Memberikan kejelasan bts wewenang 2. Menetapkan sarana & prasarana

Aplikasi lisensi à SIPB (Surat Ijin Praktik Bidan)

SIPB mrp bukti tertulis yg diberikan Depkes RI kpd tenaga bidan yg menjalankan praktik stlh memenuhi persyaratan yg ditetapkan

78

PERMENKES NO. 369 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR

PROFESI BIDAN

(9 KOMPETENSI)

Kompetensi 1 :

Bidan mpy persyaratan pengetahuan dan ketrampilan dr ilmu-ilmu sosial, kesehatan masy & etik yg membentuk dasar dr asuhan yg bermutu tinggi sesuai dg budaya, utk wanita, BBL dan keluarganya

Kompetensi 2 (Pra Konsepsi, KB dan Ginekologi)

B i d a n m e m b e r i k a n a s u h a n y g b e r m u t u t i n g g i , pendidikan kesehatan yg tanggap thd budaya dan pelayanan menyeluruh di masy dlm rangka utk m e n i n g k a t k a n k e h i d u p a n k e l u a r g a y g s e h a t , perencanaan kehamilan & kesiapam mjd orang tua.

Lanjutan (Kepmenkes)...

Kompetensi 3 (Asuhan & Konseling Selama Kehamilan)

Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi utk mengoptimalkan kesehatan slm kehamilan yg meliputi : deteksi dini, pengobatan atau rujukan dr komplikasi tertentu

Kompetensi 4 (Asuhan selama persalinan & kelahiran)

Bidan memberikan asuhan yg bermutu tinggi, tanggap thd kebudayaan setempat slm persalinan, memimpin slm p e r s a l i n a n y g b e r s i h & a m a n , m e n a n g a n i s i t u s i kegawatdaruratan tertentu utk mengoptimalkan kesehatan wanita & bayinya yg baru lahir.

Lanjutan (Kepmenkes)....

Kompetensi 5 (Asuhan pd ibu nifas & menyusui)

Bidan memberikan asuhan pd ibu nifas & menyusui yg bermutu tinggi dan tanggap thd budaya stempat Kompetensi 6 (Asuhan pd bayi baru lahir)

Bidan memberikan asuhan yg bermutu tinggi, komperhensif pd BBL sehat sampai dg 1 bulan

Lanjutan (Kepmenkes)....

Kompetensi 7 (Asuhan pd bayi dan balita)

B i d a n m e m b e r i k a n a s u h a n y g b e r m u t u t i n g g i , komperhensif pd bayi dan balita sehat 1 bulan – 5 th.

Kompetensi 8 (Kebidanan Komunitas)

B i d a n m e m b e r i k a n a s u h a n y g b e r m u t u t i n g g i , komperhensif pd keluarga dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat

Kompetensi 9 (Asuhan pd ibu/wanita dg gangguan reproduksi Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi

PERATURAN MENTERI NEGARA

PENDAYAGUNAN APARATUR NEGARA NO:

01/PER/M.PAN/1/2008 TENTANG JABATAN

FUNGSIONAL BIDAN DAN ANGKA KREDITNYA

BAB I

KETENTUAN UMUM

PASAL I

Dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara ini yang dimaksud dengan:

1. Bidan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan kebidanan pada sarana pelayanan kesehatan.

LANJUTAN ....

2. pelayanan kebidanan adalah pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diberikan kepada ibu dalam kurun waktu masa reproduksi, bayi baru lahir, bayi dan balita.

3. Saranan pelayanan kesehatan adala tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kebidanan, y a i t u R u m a h S a k i t , R u m a h B e r s a l i n , P u s k e s m a s , Puskesmas Pembantu, Klinik Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Pondok Bersalin Desa (POLINDES) dan atau unit kesehatan lainnya

LANJUTAN ....

4. Angka Kredit adalah satuan nilai dari tiap

butir kegiatan dan atau akumulasi butir-

butir kegiatan yang harus dicapai oleh

seorang Bidan dalam rangka pembinaan karier

kepangkatan dan jabatannya.

BAB II

RUMPUN JABATAN, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK BIDAN, INSTANSI PEMBINA DAN TUGAS POKOK INSTANSI PEMBINA

Pasal 2

Jabatan fungsional Bidan termasuk dalam rumpun kesehatan

Pasal 3

(1)Bidan berkedudukan sebagai pelaksana teknis di bidang pelayanan kbidanan pada sarana pelayanan kesehatan di lingkungan Departemen Kesehatan dan instansi lain

(2) Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

merupakan jabatan karier.

Pasal 4

T u g a s p o k o k B i d a n a d a l a h m e l a k s a n a k a n p e l a y a n a n k e s e h a t a n i b u d a n r e p r o d u k s i perempuan, pelayanan Keluarga Berencana, p e l a y a n a n k e s e h a t a n b a y i d a n a n a k s e r t a pelayanan kesehatan masyarakat.

Pasal 5

(1)Instansi Pembina jabatan fungsional Bidan adalah Departemen Kesehatan

(2)Departemen Kesehatan sebagaimana dimaksud

p a d a a y a t ( 1 ) , w a j i b m e l a k s a n a k a n t u g a s

pembinaan

Pasal 6

Tugas pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) antara lain:

a. Menetapkan pedoman formasi jabatan Bidan;

b. Menetapkan standar Kompetensi jabatan Bidan;

c. Mengusulkan tunjangan jabatan Bidan;

d. M e n y o s i a l i s a s i k a n j a b a t a n B i d a n s e r t a petunjuk pelaksanaannya;

e. Menyusun kurikulum pendidikan dan pelatihan

fungsional atau teknis fungsional Bidan;

LANJUTAN ....

f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan fungsional/teknis bagi Bidan dan penetapan serifikasi;

g . M e n g e m b a n g k a n s i s t e m i n f o r m a s i jabatanBidan;

h. Memfasilitasi pelaksanaan penerapan jabatan Bidan;

i . M e m f a s i l i t a s i p e m b e n t u k a n o r g a n i s a s i profesi Bidan;

j. Memfasilitasi penyusunan dan Penetapan etika profesi dan kode etik bidan

k. Melakukan monitoring dan evaluasi jabatan

Bidan.

BAB III

UNSUR DAN SUB UNSUR KEGIATAN

Pasal 7

Unsur dan sub unsur kegiatan Bidan yang dinilai angka kreditnya adalah :

a.Pendidikan, teridiri atas :

1. pendidikan sekolah dan mendapat ijazah;

2. p e n d i d i k a n d a n p e l a t i h a n f u n g s i o n a l

dibidang kebidanan dan memperoleh Surat Tanda

Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) atau

sertifikat

LANJUTAN ....

3 . p e n d i d i k a n d a n p e l a t i h a n p r a j a b a t a n d a n memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) atau sertifikat

b. Pelayanan kebidanan, teridiri atas : 1. persiapan pelayanan kebidanan;

2. pengkajian kepada klien/pasien;

3. penegakan diagnosa kebidanan;

4. pelaksanaan kolaborasi;

5. penyusunan rencana asuhan kebidanan;

6. Persiapan pelayanan asuhan kebidanan;

7. Pelaksanaan asuhan kebidanan;

LANJUTAN ....

8. Pelaksanaan KIA;

9. Rujukan asuhan kebidanan;

10. Evaluasi asuhan kebidanan;

11. Dokumentasi pelayanan kebidanan;

12. Pengelolaan pelayanan asuhan kebidanan;

13. Pelayanan masyarakat.

LANJUTAN ...

c. Pengembangan profesi, terdiri atas :

1.pembuatan karya tulis/karya ilmiah dibidang kebidanan;

2.penerjemahan/penyaduran buku dan bahan lainnya dibidang kebidan;

3.p e m b u a t a n b u k u p e d o m a n / p e t u n j u k p e l a k s a n a a n / p e t u n j u k t e k n i s d i b i d a n g kebidanan;

4.penemuan teknologi tepat guna dibidang

kebidanan.

LANJUTAN ....

d. Penunjang tugas Bidan, terdiri atas : 1.pengajar/pelatih dibidang kebidanan;

2.peran serta dalam seminar/lokakarya dibidang kebidanan;

3.keanggotaan dalam organisasi profei Bidan;

4.k e a n g g o t a a n d a l a m T i m P e n i l a i j a b a t a n fungsional bidan;

5.perolehan gelar kesarjaan lainnya;

6.perolehan penghargaan/tanda jasa.

BAB IV

JENJANG JABATAN DAN PANGKAT Pasal 8

(1)Jabatan fungsional Bidan terdiri atas Bidan

Terampil dan Bidan Ahli.

LANJUTAN ...

(2)Jenjang jabatan Bidan Terampil dari yang

terendah sampai dengan yang tertinggi yaitu : a. Bidan Pelaksana Pemula

b.Bidan Pelaksana

c.Bidan Pelaksana Lanjutan

d.Bidan Penyelia

LANJUTAN ...

(3)Jenjang jabatan Bidan Ahli dari yang

terendah sampai dengan yang tertinggi yaitu : a. Bidan Pertama

b.Bidan Muda

c.Bidan Madya

LANJUTAN ....

(4)Jenjang pangkat Bidan Terampil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan jenjang jabatannya, yaitu :

a. Bidan Pelaksana Pemula

- Pengatur Muda, golongan ruang II/a b. Bidan Pelaksana

1.Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b 2.Pengatur, golongan ruang II/c

3.Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d

LANJUTAN ....

c. Bidan Pelaksana Lanjutan

1. Penata Muda, golongan ruang III/a

2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b

d. Bidan Penyelia

1. Penata, golongan ruang III/c

2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d

LANJUTAN ....

(5)Jenjang pangkat Bidan Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (3), sesuai dengan jenjang jabatannya, yaitu : a. Bidan Pertama

1. Penata Muda, golongan ruang III/a

2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b b. Bidan Muda

1. Penata, golongan ruang III/c

2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/d

LANJUTAN ...

c. Bidan Madya

1. Pembina, golongan ruang IV/a

2. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b 3. Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c

(6) Jenjang pangkat untuk masing-masing jabatan Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) adalah jenjang pangkat dan jabatan berdasarkan jumlah angka kredit yang dimiliki untuk masing- m a s i n g j e n j a n g j a b a t a n .

LANJUTAN ....

(7)Penetapan jenjang jabatan Bidan untuk pengangkatan dalam jabatan ditetapkan berdasarkan jumlah angka kredit yang dimiliki setelah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit, sehingga dimungkinkan pangkat dan jabatan tidak sesuai dengan pangkat dan jabatan sebagaimana dimaksud ayat (4) dan ayat (5)

Jumlah Angka Kredit Kumulatif Minimal untuk Pengangkatan dan Kenaikan Jabatan/Pangkat

Bidan Terampil

NO UNSUR PERSENTA

SE

JENJANG JABATAN, GOLONGAN, RUANG DAN ANGKA KREDIT BIDAN TINGKAT TERAMPIL

P.

PEMULA PELAKSANA PELAKSANA

LANJUTAN PENYELIA II/a II/b II/c II/

d III/a III/b III/c III/

d 1. UNSUR UTAMA

A. Pendidikan B. Pelayanan Kebidanan C. Pengembangan

profesi

≥ 80% 20 32 48 64 80 120 160 240

2. UNSUR PENUNJANG Kegiatan yang

mendukung pelaksanaan tugas kebidanan

≤ 20% 5 8 12 16 20 30 40 60

JUMLAH 100% 25 40 60 80 100 150 200 300

Jumlah Angka Kredit Kumulatif Minimal untuk Pengangkatan dan Kenaikan Jabatan/Pangkat

Bidan Ahli

NO UNSUR PERSENTASE

JENJANG JABATAN, GOLONGAN, RUANG DAN ANGKA KREDIT BIDAN TINGKAT AHLI

PERTAMA MUDA MADYA

III/a III/b III/c III/d IV/a IV/b IV/c 1. UNSUR UTAMA

A. Pendidikan

B. Pelayanan Kebidanan C. Pengembangan

profesi

≥ 80% 80 120 160 240 320 440 560

2. UNSUR PENUNJANG

Kegiatan yang mendukung pelaksanaan tugas

kebidanan

≤ 20% 20 30 40 60 80 110 140

JUMLAH 100% 100 150 200 300 400 550 700

Angka Kredit Kumulatif

Untuk Penyesuaian/ Inpassing bagi Jabatan Fungsional Bidan Terampil

NO GOLONGA

N RUANG STTB/IJAZAH ATAU YANG SETINGKAT

ANGKA KREDIT DAN MASA KEPANGKATAN KURANG 1

TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3 TAHUN 4 TAHUN/

LEBIH

1 2 3 4 5 6 7 8

1 II/a SEKOLAH BIDAN/D I KEBIDANAN 25 28 31 35 40

2 II/b SEKOLAH BIDAN/D I/D II KEBIDANAN 40 45 50 55 60

3 II/c SEKOLAH BIDAN/D I/D II KEBIDANAN 60 65 70 75 80

SARJANA MUDA/D III KEBIDANAN 60 65 72 78 80

4 II/d SEKOLAH BIDAN/D I/D II KEBIDANAN 80 83 87 91 100

SARJANA MUDA/D III KEBIDANAN 80 85 90 95 100

5 III/a SEKOLAH BIDAN/D I/D II KEBIDANAN 100 110 120 130 150

SARJANA MUDA/D III KEBIDANAN 100 111 122 133 150

6 III/b SEKOLAH BIDAN/D I/D II KEBIDANAN 150 160 170 180 190

SARJANA MUDA/D III KEBIDANAN 150 161 172 183 200

7 III/c SEKOLAH BIDAN/D I/D II KEBIDANAN 200 222 244 267 290

SARJANA MUDA/D III KEBIDANAN 200 223 247 271 295

8 III/d SEKOLAH BIDAN/D I/D II KEBIDANAN 300 300 300 300 300

SARJANA MUDA/D III KEBIDANAN 300 300 300 300 300

Angka Kredit Kumulatif

Untuk Penyesuaian/ Inpassing bagi Jabatan Fungsional Bidan Ahli

NO GOLONGAN RUANG

STTB/IJAZAH ATAU YANG SETINGKAT

ANGKA KREDIT DAN MASA KEPANGKATAN KURANG 1

TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3 TAHUN 4 TAHUN/

LEBIH

1 2 3 4 5 6 7 8

1 III/a SARJANA (S1) 100 112 124 137 150

3 III/b SARJANA (S1) 150 162 174 187 200

S2 150 163 177 191 205

4 III/c SARJANA (S1) 200 225 250 275 300

S2 200 226 252 278 305

5 III/d SARJANA (S1) 300 325 350 375 400

S2 300 326 352 378 405

6 IV/a SARJANA (S1) 400 437 474 512 550

S2 400 438 477 516 555

7 IV/b SARJANA (S1) 550 587 624 662 700

S2 550 588 626 665 700

8 IV/c SARJANA (S1) s/d S2 700 700 700 700 700

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36

TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

BAB V

SUMBER DAYA DI BIDANG KESEHATAN Bagian Kesatu

Tenaga Kesehatan Pasal 21

(1) Pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam

rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan Pasal 22

(1) Tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum

111

Pasal 23

1. Tenaga Kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan

2. Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki

3. Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah

112

Pasal 24

(1) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus memiliki ketentuan kode etik, s t a n d a r p r o f e s i , h a k p e n g g u n a p e l a y a n a n kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional

(2) Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

113

Pasal 27

(1) Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya

(2) T e n a g a k e s e h a t a n d a l a m m e l a k s a n a k a n t u g a s n y a b e r k e w a j i b a n m e n g e m b a n g k a n d a n m e n i n g k a t k a n pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

114

Pasal 75 ayat 1 dan 2

1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi

2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan :

a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup diluar kandungan; atau

b. b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan.

Paragraf Kedua Perlindungan Pasien

Pasal 56

(1) Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap.

(2) Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku pada :

a. penderita penyakit yg penyakitnya dapat secara cepat menular ke dalam masyarakat yg lebih luas

b. Keadaan seseorang yg tdk sadarkan diri atau c. Gangguan mental berat

116

Pasal 57

(1) Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yg telah dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan

(2) Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

berlaku dalam hal:

a. perintah undang-undang b. Perintah pengabdian

c. Izin yg bersangkutan

d. Kepentingan masyarakat atau e. Kepentingan orang tersebut

117

Pasal 58

(1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yg menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dlm pelayanan kesehatan yg diterimanya.

(2) Tuntutan ganti rugi sebagimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat

118

Bagian Kelima

Penyembuhan Penyakit dan Pemulihan Kesehatan

Pasal 68

(1) Pemasangan implan obat dan/atau alat kesehatan dalam tubuh manusia hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan serta dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu

119

Bagian Keenam Kesehatan Reproduksi

Pasal 71

(1) Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi pada laki-laki dan perempuan

(2) Kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. saat sebelum hamil, hamil, melahirkan, dan sesuadah melahirkan

b. Pengaturan kehamilan, alat kontrasepsi, dan kesehatan seksual, dan

c. Kesehatan sistem reproduksi

120

(3) Kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan melalui kegiatan promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitatif

Pasal 72 Setiap orang berhak :

a. Menjalani kehidupan reproduksi dan kehidupan seksual yg sehat, aman, serta bebas dari paksaan dan/atau kekerasan dengan pasangan yang sah

b. Menentukan kehidupan reproduksinya dan bebas dari diskriminasi, paksaan dan/atau kekerasan yg menghormati nilai-nilai luhur yg tidak merendahkan martabat manusia sesuai dengan norma agama

121

122

c. Menentukan sendiri kapan dan berapa sering ingin bereproduksi sehat secara medis serta tidak bertentangan dengan norma agama.

d. Memperoleh informasi, edukasi, dan konseling mengenai kesehatan reproduksi yang benar dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Pasal 73

Pemerintah wajib menjamin ketersediaan sarana informasi dan sarana pelayanan kesehatan reproduksi yang aman, bermutu, dan terjangkau masyarakat, termasuk keluarga berencana

Pasal 74

(1) Setiap pelayanan kesehatan reproduksi yang bersifat promotif, preventif, kuratif, dan/atau rehabilitatif, termasuk reproduksi dengan bantuan dilakukan secara aman dan sehat dengan memperhatikan aspek-aspek yang khas, khususnya reproduksi perempuan.

(2) P e l a k s a n a a n p e l a y a n a n k e s e h a t a n r e p r o d u k s i sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tidak bertentangan dengan nilai agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan

123

Pasal 75

(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi

(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan :

a. indikasi kedaruratan medis yg dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan atau

b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan

124

PASAL 76

Aborsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 hanya dapat dilakukan :

a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;

b. O l e h t e n a a g a k e s e h a t a n y a n g m e m i l i k i keterampilan dan kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;

c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;

d. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan;

dan

e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri

PASAL 77

Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat (2) dan (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggungjawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan perundang-undangan.

BAB XX

KETENTUAN PIDANA PASAL 194

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak 1.000.000.000,00

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 36 TAHUN 2014

TENTANG

TENAGA KESEHATAN

BAB I

KETENTUAN UMUM BAB II

TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH BAB III

KLASIFIKASI DAN PENGELOMPOKKAN TENAGA KESEHATAN BAB IV

PERENCANAAN,PENGADAAN DAN PENDAYAGUNAAN BAB V

KONSIL TENAGA KESEHATAN BAB VI

REGISTRASI PERIZINAN TENAGA KESEHATAN BAB VII

ORGANISASI PROFESI BAB VIII

TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA INDONESIA LULUSAN LUAR NEGERI

BAB IX

HAK DAN KEWAJIBAN TENAGA KESEHATAN BAB X

PENYELENGGARAAN KEPROFESIAN BAB XI

PENYELESAIAN PERSELISIHAN BAB XII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN BAB XIII

SANKSI ADMINISTRATIF BAB XIV

KETENTUAN PIDANA BAB XVI

KETENTUAN PENUTUP

UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN

2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB IX

HUBUNGAN KERJA Pasal 51

(1) Perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan

(2) Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Pasal 52

(1)Perjanjian kerja dibuat atas dasar : a. Kesepakatan kedua belah pihak;

b. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;

c. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan

d. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan

ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2)Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan b dapat dibatalkan

(3)Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan ketentuan sebagaiman dimaksud dalam ayat (1) huruf c dan d batal demi hukum

Pasal 55

Perjanjian kerja tidak dapat ditarik kembali dan/atau diubah, kecuali atas persetujuan para pihak

Pasal 56

(1)Perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu

(2)Perjanjian kerja untuk waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didasarkan atas:

a. Jangka waktu; atau

b. Selesainya suatu pekerjaan tertentu.

Pasal 57

(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat secara tertulis serta harus menggunakan bahasa Indonesia dan huruf latin

(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang dibuat tidak tertulis bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dinyatakan sebagai perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu.

(3) Dalam hal perjanjian kerja dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing, apabila kemudian terdapat perbedaan penafsiran antara keduanya, maka yang berlaku perjanjian kerja yang dibuat dalam bahasa Indonesia.

Pasal 58

(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja

(2) Dalam hal disyaratkan masa percobaan kerja dalam

perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), masa percobaan kerja yang disyaratkan batal demi hukum.

Bagian Kedua Pengupahan Pasal 88

(1) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan

(2) Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh.

(3) Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meliputi :

a. Upah minimum;

b. Upah kerja lembur;

c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan;

d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya;

e. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;

f. Bentuk dan cara pembayaran upah;

g. Denda dan potongan upah;

h. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;

i. Denda dan potongan upah

j. Upah untuk pembayaran pesangon; dan k. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan.

(4) Pemerintah menetapkan upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf a berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan

memperhatikan produktivitasnya dan pertumbuhan ekonomi.

Pasal 89

(1) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat (3) huruf a dapat terdiri atas:

a. Upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota;

b. Upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota.

Lanjutan ...

(2) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup layak.

(3) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota.

(4) Komponen serta pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri.

Pasal 94

Dalam komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap maka besarnya upah pokok sedikit-sedikitnya 75% (tujuh puluh lima

perseratus) dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap.

Pasal 96

Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dan segala pembayaran yang timbul dari hubungan kerja menjadi kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 2 (dua) tahun sejak timbulnya hak.

Terima

kasih