• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS REKONSTRUKSI NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL DALAM PEMBELAJARAN DENGAN KURIKULUM 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS REKONSTRUKSI NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL DALAM PEMBELAJARAN DENGAN KURIKULUM 2013"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS REKONSTRUKSI NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL

DALAM PEMBELAJARAN DENGAN KURIKULUM 2013

I Gede Setya Mahendrawan1, Drs. I Nyoman Murda, M.Pd, I Wayan Widiana. S.Pd, M.Pd3

1Jurusan PGSD, 2Jurusan PGSD, 3Jurusan PGSD

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: Setyamahendrawan@yahoo.com1,

nyoman_murda@yahoo.co.id2,wayan_widiana@yahoo.co.id3

Abstrak:

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptifyang bertujuan untuk mengetahui:(1) Untuk mengetahui kecenderungan Nilai-nilai Budaya Lokal siswa kelas IV dan V SD N 1 Busungbiu Kecamatan Buleleng sebelum dan setelah direkonstruksi, (2) Untuk mengetahui kendala-kendala dalam merekonstruksi Nilai-nilai Budaya Lokal siswa kelas IV dan V SD N 1 Busungbiu Kecamatan Buleleng. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV dan V SD N 1 Busungbiu Kecamatan Busungbiu dan sampel penelitian ini adalah siswa kelas IV dan V SD N 1 Busungbiu. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah Kuesioner dan wawancara.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, deskripsi hasil Kuesioner data kelas IV sebelum direkontruksi yaitu, 4,83 dan deskripsi hasil Kuesioner data kelas V sebeum direkontruksi, yaitu 4,76. Sedangkan deskripsi hasil Kuesioner data kelas IV setelah direkontruksi yaitu 80,5 ini termasuk dalam kategori tinggi, dan deskripsi hasil Kuesioner data kelas V setelah direkontruksi yaitu 82,3 ini termasuk dalam kategori tinggi. Dengan demikian hasil rekonstruksi sebelum dan sesudah di rekontrusi menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan siswa kelas IV pada pembelajaran mengalami peningkatan yaitu 75,67. Sedangkan hasil rekonstruksi sebelum dan sesudah di rekontrusi menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan siswa kelas V pada pembelajaran mengalami peningkatan yaitu 77,75. Adapun Kendala-kendala yang dihadapi guru kelas V SD N 1 Busungbiu yaitu pengetahuan konseptual dan metakognitif siswa masih rendah, tidak ada instrumen penilaian yang digunakan menilai dimensi pengetahuan berdasarkan pembelajaran kurikulum 2013, siswa hanya akan belajar jika pembelajaran disajikan dengan metode tertentu, dan disiplin siswa kurang dalam mengikuti pembelajaran.

Kata Kunci:Kurikulum 2013, Nilai-nilai Budaya Lokal, dan Rekonstruksi

Abstract

This research is a descriptive study that aims to determine: (1) To determine the tendency Values Local Culture grade IV and V SD N 1 Busungbiu District of Buleleng before and after reconstructed, (2) To determine the obstacles to reconstruct values Local culture graders IV and V SD N 1 Busungbiu District of Buleleng. This study population is the class IV and V SD N 1 Busungbiu District of Busungbiu and samples were students of class IV and V SD N 1 Busungbiu. Data collection methods used were questionnaires and interviews. The results of this study indicate that, description of the results Questionnaire IV class data before reproduced, namely, 4.83 and description of the results Questionnaire V class data sebeum reproduced, namely 4,76. While the description of the results Questionnaire IV class data after reconstructed ie 80,5 is included in the high category, and description of the results Questionnaire class data reconstructed ie 82,3 V after it was included in the high category. Thus the reconstruction results before and after in rekontrusi shows that the average score of knowledge of fourth grade students in learning has risen 75,67. While the results before and after reconstruction in rekontrusi shows that the average score of the class V student's knowledge on learning has risen 77,75. The constraints faced by teachers in class V SD

(2)

2

N 1 Busungbiu ie conceptual knowledge and metacognitive students is still low, there is no assessment instruments used assess the dimensions of knowledge based learning curriculum, 2013, students will only learn if learning is presented by a particular method, and discipline students less in the following study.

Keywords: Curriculum 2013, values of Local Culture and Reconstruction

PENDAHULUAN

Kurikulum erat kaitannya dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi di masyarakat.Kurikulum juga tidak lepas dari perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya (Kurniasih dan Sani, 2014).Oleh karenanya, perubahan kurikulum adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi dalam bidang pendidikan. Perubahan dan perkembangan kurikulum akan secara terus menerus terjadi. Perubahan dan perkembangan tersebut dimagsudkan agar suatu kurikulum mampu menjawab tantangan zaman yang terus berubah dan mempersiapkan peserta didik yang mampu bersaing di masa depan dengan segala kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kurikulum memiliki tantangan internal dan exsternal dalam

perkembangannya.Agung (2014)

mengemukakan bahwa “Tantangan internal terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia usia produktif lebih banyak dari usia tidak produktif. Berdasarkan permendikbud Nomor 67 Tahun 2013, tatangan internal perkembangan kurikulum adalah bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditrasformasikan menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan”

Sedangkan tantangan exsternal perkembangan kurikulum terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, serta perkembangan pendidikan di tingkat internasional (Permendikbud Nomor 67 tahun 2013).Dalam perkembangan pendidikan di Indonesia telah beberapa

kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum.Perubahan kurikulum tersebut didasari pada kesadaran bahwa perkembangan dan perubahan yang terjadi menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan (Kurniasih dan sani, 2014).Dalam perbaikan sistem pendidikan nasional, pemerintah telah menempuh berbagai upaya yang memcakup seluruh komponen pembelajaran.Kurikulum menjadi perubahan mendasar yang dapat dilakukan pemerintah untuk melakukan perkembangan pendidikan.Untuk itu, dirancanglah sebuah kurikulum yang dikenal dengan kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 merupakan “serentetan ragkaian penyempurnaan terhadap kurikulum tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu diteruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP)” (Kurniasih dan sani, 20014:7).Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori kurikulum berbasis kompetensi dan pendidikan

sebagai standar.Agung (2014)

mengemukakan bahwa kurikulum

berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk

bersikap, berpengetahuan,

berketerampilan, dan

bertindak.Sedangkan pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warga Negara.

Menurut Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013, pembelajaran pada kurikulum 2013 merupakan pembelajaran tematik terpadu. Pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang dilakukan melalui tema sebagai pemersatu dan pusat perhatian yang

(3)

3

digunakan untuk memahami

konsep.Pelaksanaan pembelajaran pada

kurikulum 2013 mengamanatkan

pendekatan scientific atau ilmiah dalam pelaksanaanya (Kurinasih, 45: 2014).Pendekatan saintifik diyakini sebagai dasar pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah juga mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu kaidah-kaidah pendekatan saintifik atau ilmiah.

Iskandar (211:2009)

mengemukakan bahwa :“Dalam rangka meningkatkan mutu pelaksanaan pembelajaran di sekolah perlu diperhatikan beberapa standar, yaitu: 1) Standar proses pembelajaran, 2) standar pendidik dan tenaga kependidikan, 3) standar sarana dan prasarana, 4) standar pengelolaan, 5) standar pembiyaan, dan 6) standar penilaian. Salah satu standar yang terpenting dalam pelaksanaan proses pembelajaran adalah standar proses pembelajaran itu sendiri.

Standar proses dalam kurikulum 2013 tercantum pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013. Standar proses berdasarkan permendikbud No. 65 Tahun 2013 adalah criteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Standar proses dikembangkan mengacu pada standar kompetensi lulusan dan standar isi yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemeritah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Kemudian telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerinntah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Standar prose dalam permendikbud No 65 Tahun 2013 mencakup empat aspek dalam pendidikan yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil dan proses pembelajaran, serta pengawasan proses pembelajaran.

Dalam Permendikbud No. 65

Tahun 2013 disebutkan bahwa

perencanaan pembelajaran dirancang Dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada standar isi. Perencanaan pembelajaran merupakan hasil proses berfikir yang disusun dengan mempertimbangkan segala aspek yang mungkin dapat berpengaruh (Sanjaya, 2008). Perencanaan pembelajaran

meliputi penyusunan rencana

pelaksanaan pembelajaran, dan skenario pembelajaran.

Perencanaan pembelajaran tersebut kemudian diimplementasikan dalam pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran berdasarkan standar proses pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran efektif yang

memungkinkan peserta didik

memantapkan pemahamannya terhadap konsep-konsep yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang akan dipelajari. Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar

(learning experirnce) peserta didik (Fadlilah, 2014). Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses

pembentukan pengalaman dan

kemampuan peserta didik secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Dalam kegiatan inti tercermin proses-proses ilmiah yang terdapat pada pendekatan scientific

seperti mengamati, menanya, mencoba,

menalar, dan

mengkomunikasikan.Kegiatan penutup ditunjukan untuk validasi terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruksi oleh peserta didik dan pengayaan materi yang dikuasi peserta didik.

Kegiatan pelaksanaan

pembelajaran tidak lepas dengan penilaian pembelajaran. Berdasarkan Permendikbud N0. 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, penilaian otentik

(authentic assessment) yang menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar secara utuh. Hasil penilaian otentik dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan program perbaikan

(4)

4

(remedial), Pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling (Daryanto, 2014). Selain itu, hasil penilaian otentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan.

Secara teoritis, kurikulum 2013 memiliki harapan yang sangat besar berkenaan dengan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.Namum, pelaksanaan pembelajaran berdasarkan Permendikbud 65 Tahun 2013 kerap

mengalami hambatan sehingga

pembelajaran belum berjalan maksimal sesuai dengan standar. Berdasarkan permasalahan tersebut, dikeluarkannya surat edaran dari Kemendikbud mengenai perbaikan dan pengembangan kurikulum 2013. Anies Baswedan menyampaikan, implementasi kurukulum 2013 secara bertahap dan terbatas telah dilakukan pada tahun pelajaran 2013-2014 di 6.221 sekolah dan 295 kabupaten/kota seluruh Indonesia. Hanya sekolah-sekolah tersebut yang diwajibkan menjalanan kurikulum 2013 ini. Selain sekolah tersebut, sekolah yang baru menerapkan satu semester kurikulum 2013 akan tetap

menggunakan kurikulum 2006.

Kemendikbud mengambil keputusan ini berdasarkan fakta bahwa sebagian besar sekolah belum siap melaksanakan kurikulum 2013 karena beberapa hal, antara lain masalah kesiapan buku, sistem penilaian, penataran guru, pendampingan guru, dan pelatihan kepala sekolah. Salah satu sekolah dasar yang sudah menerapkan kurikulum 2013 di kabupaten Buleleng adalah SD N 1 Busungbiu.SD N 1 Busungbiu dipilih menjadi tempat penelitian karena telah menerapkan kurikulum 2013 secara bertahap dari tahun 2013 sampai sekarang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah SD N 1 Busungbiu diketahui bahwa terdapat kendala dalam mengimplementasikan kurikulum 2013, yaitu sulitnya mengubah midset guru dan peserta didik. Pembelajaran dalam kurikulum 2013 tidak lagi dalam bentuk mata pelajaran, melainkan dilaksanakan

berdasarkan tema sebagai

pemersatu.Kendal juga terjadi karena guru masih sulit beradaptasi dengan kegiatan penilaian pembelajaran.Penilaian

melibatkan ketiga aspek kognitif yang dimiliki peserta didik yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian tidak hanya dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik, tetapi penilaian juga dilakukan pada proses pembelajaran. Pendidik tidak hanya dituntut untuk inovatif dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, melainkan juga inovatif dalam melakukan penilaian terhadap segala kemampuan peserta didik.

Budaya lokal biasanya

didefinisikan sebagai budaya asli dari suatu kelompok masyarakat tertentu. Menurut J.W. Ajawaila, budaya lokal adalah ciri khas budaya sebuah kelompok masyarakat lokal. Akan tetapi, tidak

mudah untuk merumuskan atau

mendefinisikan konsep budaya lokal. Menurut Irwan Abdullah, definisi kebudayaan hampir selalu terikat pada batas-batas fisik dan geografis yang jelas. Misalnya, budaya Bali yang merujuk pada suatu tradisi yang berkembang di Pulau Bali.Oleh karena itu, batas geografis telah dijadikan landasan untuk merumuskan definisi suatu kebudayaan lokal. Namun, dalam proses perubahan sosial budaya telah muncul kecenderungan mencairnya batas-batas fisik suatu kebudayaan. Hal itu dipengaruhi oleh faktor percepatan migrasi dan penyebaran media komunikasi secara global sehingga tidak ada budaya lokal suatu kelompok masyarakat yang masih sedemikian asli.

Dalam Kurikulum 2013 di SD N 1 Busungbiu, perlu adanya penelitian yang meneliti rekrontuksi nilai-nilai budaya dalam menggunakan kurikulum 2013 berdasarkan standar yang telah diterapkan.Penelitian yang dilakukan dapat berupa evaluasi program untuk menilai kesenjangan budaya lokal dengan kurikulum 2013. Evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui tingkat efektivitas keterlaksanaan suatu kebijakan beserta masing-masing komponennya secara cermat (Arikunto,2008). Pembaharuan atau rekrontuksi secara termitologi memiliki berbagai macam pengertian, dalamm perencanaan pembanguan nasional sering dikenal dengan istilah

rekonstruksi.Rekonstruksi memiliki arti bahwa “re” berarti pembeharuan

(5)

5 sedangkan “konstruksi” sebagai mana penjelasan diatas memiliki arti sebuah sistem atau bentuk. Beberapa para ahli mendevinisikan rekonstruksi dalam berbagai interpretasi B.N Marbun (1996 : 469) mendefinisikan secara senderhana bahwa rekonstruksi penyusunan atau penggambaran kembali dari bahan-bahan yang ada dan disusun kembali sebagaiana adanya atau kejadian semula, sedangkan menurut James P. Chaplin

Reconstruction merupakan penafsiran data psikoanalitis sedemikian rupa.

Berdasarkan kenyataan tersebut, sangat penting diadakannya penelitian ini guna mengukur tingkat kesenjangan antara nilai-nilai budaya lokal dalam kurikulum 2013. Untuk itu dilakukan penelitian degan judul “ Analisis Rekrontuksi Nilai-Nilai Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Dengan Kurikulum 2013 Kelas IV dan V di SD N 1 Busungbiu Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016” METODE

Penelitian ini telah dilaksanakan dengan menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang pada dasarnya digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan pada situasi sekarang. Pada dasarnya, “Penelitian deskriptif dipersiapkan untuk memperoleh informasi mengenai suatu fenomena yang terjadi” Darmadi, (2014:184).Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu, “Memberi gambaran secara sistematis faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat yang diselidiki” Darmadi (2014:300). Darmadi (2014:185) mengemukakan, Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berfungsi untuk memberikan uraian mengenai fenomena atau gejala sosial yang diteliti dengan mendeskripsikan tentang nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih berdasarkan indikator-indikator dari

variabel yang diteliti tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel yang diteliti untuk eksplorasi dan klasifikasi dengan variabel yang diteliti.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan penelitian deskriptif yaitu menjelaskan atau memaparkan data dari hasil penelitian yang bertujuan untuk memberi gambaran secara sistematis faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat yang diselidiki.

Tempat penelitian yang

dilaksanakan penulis adalah SD N 1 Busungbiu Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng. SD 1 Busungbiu dipilih karena dengan pertimbangan SD tersebut menerapkan Kurikulum 2013. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Data hasil tes kelas IV sebelum rekonstruksi indikator pengetahuan faktual pada pembelajaran Diketahui mean, median dan modus dari skor pengetahuan faktual berdasarkan pembelajaran kurikulum 2013 siswa kelas IV di SD N 1 Busungbiu, yaitu mean (M) = 4,83, median (Md) = 5, modus (Mo) = 5. Diketahui skor rata-rata pengetahuan faktual siswa kelas IV di SD N 1 Busungbiu pada pembelajaran dengan M = 4,83 termasuk kategori rendah.

Data hasil tes kelas IV sesudah rekonstruksi indikator pengetahuan faktual pada pembelajaran Diketahui mean, median dan modus dari skor pengetahuan faktual berdasarkan pembelajaran kurikulum 2013 siswa kelas IV di SD N 1 Busungbiu, yaitu mean (M) = 80,5, median (Md) = 81.4, modus (Mo) = 83,54. Diketahui skor rata-rata pengetahuan faktual siswa kelas IV di SD N 1 Busungbiu pada pembelajaran dengan M = 80,5 termasuk kategori tinggi.

(6)

6

Tabel 1. Peningkatan Persentase Siswa Kelas IV

No Kategori Frekuensi Presentase

1 Sangat Baik 10 31,34% 2 Baik 16 58,20% 3 Cukup 5 7,46% 4 Rendah 2 2,98% 5 Sangat Rendah - - Total 33 100 %

Berdasarkan tabel 01 terlihat bahwa pengetahuan berdasarkan pembelajaran kurikulum 2013 pada pembelajaran siswa kelas IV semester ganjil di SD N Busungbiu Kecamatan Busungbiu yaitu, 31,34% siswa berada pada kategori sangat tinggi, 58,20% siswa berada pada kategori tinggi, 7,46% berada pada kategori sedang dan 2,98% berada pada kategori rendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan berdasarkan pembelajaran kurikulum 2013 pada pembelajaran siswa kelas IV semester ganjil di SD N 1 Busungbiu Kecamatan Busungbiu berada pada kategori sangat tinggi dan tinggi dan sebagian kecil berada pada kategori sedang dan rendah.

Data hasil tes kelas V sebelum rekonstruksi indikator pengetahuan konseptual pada pembelajaran Diketahui mean, median dan modus dari skor sebelum di rekonstruksi pengetahuan

konseptual berdasarkan pembelajaran kurikulum 2013 siswa kelas V semester genap di SD N 1 Busungbiu, yaitu mean (M) = 4,76, median (Md) = 5, modus (Mo) = 5. Diketahui skor rata-rata rekonstruksi pengetahuan konseptual siswa kelas V di SD N 1 Busungbiu pada pembelajaran dengan M = 4,76 termasuk kategori rendah.

Data hasil tes kelas V sesudah rekonstruksi indikator pengetahuan faktual pada pembelajaran Diketahui mean, median dan modus dari skor pengetahuan faktual berdasarkan pembelajaran kurikulum 2013 siswa kelas V di SD N 1 Busungbiu, yaitu mean (M) = 82,3, median (Md) = 84,5, modus (Mo) = 88,5. Diketahui skor rata-rata pengetahuan faktual siswa kelas V di SD N 1 Busungbiu pada pembelajaran IPS dengan M = 82,3 termasuk kategori tinggi.

Tabel 02. Peningkatan Persentase Siswa Kelas V

No Kategori Frekuensi Presentase

1 Sangat Baik 15 37,66% 2 Baik 9 19,48% 3 Cukup 6 23,37% 4 Rendah 4 16,88% 5 Sangat Rendah 1 2,59% Total 29 100 %

Berdasarkan tabel 02 terlihat bahwa pengetahuan berdasarkan pembelajaran kurikulum 2013 pada pembelajaran IPS siswa kelas V semester ganjil di SD N 1 Busungbiu yaitu, 37,66% siswa berada pada kategori sangat tinggi, 19,48% berada pada kategori tinggi, 23,37% berada pada kategori sedang, 16,88% berada pada kategori rendah, dan 2,59% berada pada kategori sangat rendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

sebagian besar pengetahuan

berdasarkan pembelajaran kurikulum 2013 pada pembelajaran IPS siswa kelas V semester ganjil di SD N 1 Busungbiu sebagian berada pada kategori tinggi dan sebagian berada pada kategori rendah. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data nilai-nilai budaya lokal dalam pembelajaran siswa kelas IV dan V SD

(7)

7 N 1 Busungbiu diperoleh hasil yang berbeda pada kelas IV dan V SD N 1 Busungbiu.

Berdasarkan analisis data menggunakan mean, median, modus hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kelas IV dan V SD N 1 Busungbiu memiliki nilai-nilai budaya lokal yang tinggi. Oleh karena itu, peranan guru dalam mengenali nila-nilai budaya lokal yang dimiliki siswa sangat penting. Dengan mengetahui nilai-nilai budaya lokal yang dimiliki siswa guru mampu memberikan dukungan untuk siswa sehingga nilai-nilai budaya lokal siswa semakin tinggi serta dapat mencapai prestasi yang baik di sekolah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusnadi Rohani (2014) dengan judul Pembelajaran Berbasis nilai Karakter Dalam Upaya Pengembangan Kearifan Lokal Budaya Lokal. Penelitian ini merupakan penelitian yang melatar belakangi adanya fakta dan tuntutan bahwa pembelajaran IPS sesungguhnya sarat dengan nilai karakter yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 berkarakter.

Penelitian lain yang dijadikan pijakan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Naniek Sulistya Wardani (2015), dengan judul Pengembangan Nilai-Nilai Budaya Sekolah Berkarakter SD Negeri Blotong 3 Salatiga tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahhui nilai-nilai budaya apa sajalah yang berkembang di SD Negeri Blotong 3 Salatiga, selain itu juga untuk mengetahui Karakteristik nilai budaya berkarakter yang berkembang di SD Negeri Blotongan 3 Salatiga dan mengetahui pola pendidikan budaya yang efektif di SD Negeri 3 Salatiga.

Penelitian yang dilakukan memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian relevan yang telah dipaparkan. Secara umum, penelitian relevan tersebut sudah dapat menunjukkan adanya jenis penelitian deskriptif yang mendeskripsikan jenis pengetahuan siswa berdasarkan pembelajaran kurikulum 2013.

Solusi-solusi yang diberikan guru terhadap kendala-kendala yang muncul dalam mengajarkan pengetahuan berdasarkan pembelajaran kurikulum

2013 pada pembelajaran IPS siswa kelas IV dan V di SD N 1 Busungbiu tersebut berarti guru selalu berupaya agar siswanya memiliki potensi yang unggul yaitu pengetahuan IPS yang baik berdasarkan pembelajaran kurikulum 2013 dan melalui solusi-solusi yang diberikan juga ditunjukkan bahwa berbagai kendala yang dihadapi mampu dihadapi oleh guru kelas IV dan V di SD N 1 Busungbiu. Kemampuan guru tersebut terkait dengan kompetensi pedagogic guru menurut PP nomor 74 tahun 2008, yakni pengembangan berbagai potensi peserta didik. Berdasarkan pembelajaran kurikulum 2013, Anderson dan Krathwohl, 2010 menyatakan pengetahuan dasar yang harus dimiliki siswa melalui bimbingan guru/pendidik adalah pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakognitif.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut.

Data hasil tes kelas IV sebelum direkontruksi, yaitu mean (M) = 4,83, median (Md) = 5, modus (Mo) = 5. Diketahui skor rata-rata pengetahuan faktual siswa kelas IV di SD N 1 Busungbiu pada pembelajaran dengan M = 4,83 termasuk kategori rendah. Sedangkan data hasil tes kelas V sebelum rekonstruksi, yaitu mean (M) = 4,76, median (Md) = 5, modus (Mo) = 5. Diketahui skor rata-rata rekonstruksi pengetahuan konseptual siswa kelas V di SD N 1 Busungbiu pada pembelajaran IPS dengan M = 4,76 termasuk kategori rendah.

Data hasil tes kelas IV sesudah rekonstruksi, yaitu mean (M) = 80,5, median (Md) = 81.4, modus (Mo) = 83,54. Diketahui skor rata-rata pengetahuan faktual siswa kelas IV di SD N 1 Busungbiu pada pembelajaran dengan M = 80,5 termasuk kategori tinggi. Data hasil tes kelas IV sesudah rekonstruksi, yaitu mean (M) = 82,3, median (Md) = 84,5, modus (Mo) = 88,5. Diketahui skor rata-rata pengetahuan faktual siswa kelas IV di SD N 1 Busungbiu pada pembelajaran

(8)

8 IPS dengan M = 82,3 termasuk kategori tinggi.

Adapun Kendala-kendala yang dihadapi guru kelas V SD N 1 Busungbiu yaitu pengetahuan konseptual dan metakognitif siswa masih rendah, tidak ada instrumen penilaian yang digunakan menilai dimensi pengetahuan berdasarkan pembelajaran kurikulum 2013, siswa hanya akan belajar jika pembelajaran disajikan dengan metode tertentu, dan disiplin siswa kurang dalam mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan berbagai hasil yang diperoleh, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut : (1) Bagi Kepala Sekolah, Sekolah hendaknyamenjalin kerjasama secara intensif dengan pihak orang tua siswa melalui pertemuan-pertemuan. Hal ini diperlukan agar orang tua siswa dapat mengetahui dan melakukan pengawasan serta pendampingan terhadap anaknya khususnya saat berada diluarsekolah. (2) Bagi Guru, guru hendaknya memberikan perhatian lebih kepada siswa yang kurang menunjukkan sikap nilai-nilai budaya lokal dalam pembelajaran dikelas IV dan V. (3) Bagi Siswa, siswa disarankan lebih meningkatkan lagi nilai-nilai budaya lokal yang dimiliki dengan cara belajar

dengan giat sehingga mampu

meningkatkan nilai-nilai budaya lokal yang sudah dimiliki. (4) Bagi Peneliti Lain, penelitian ini lebih terfokus pada pengelolaan nilai-nilai budaya lokal dalam pembelajaran siswa kelas IV dan VpadaSDN 1 Busungbiu Kecamatan Busungbiu, sehingga peneliti lain dianjurkan untuk melakukan penelitian ini di sekolah lain yang menggunakan kurikulum 2013.

DAFTAR PUSTAKA

Agung A. A. Gede. 2014. Arah Penelitian Pendidikan Dasar(Ke-SD-an) Berorientasi Kurikulum 2013. Makalah disajikan dalam Seminar

Akademik jurusan PGSD,

UNDIKSHA, Singaraja 14 Oktober 201

Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara

Candiasa, I. M. 2011. Pengujian Instrumen Penelitian Disertasi Aplikasi ITEMAN dan BIGSTEPS. Singaraja: Unit Penerbit Universitas Pendidikan Ganesha.

Daryanto, Drs. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Jakarta: Gava Media.

Indriyawati, Emmy. 2009.Antropologi Untuk Kelas XI SMA dan MA. Jakarta:Pusat Perbukuan

Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru. Cipayung: Gaung Persada Press

Koentjaraningrat.2009. Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta: PT Rineka Cipta

Koentjaranningrat.2002. Pengetahuan Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif. Undiksha: Singaraja. Kurniasih. Imas dan Berllinn Sani. 2014.

Sukses Mengimplementasikan

Kurikulum 2013. Jakarta: Kata Pena Permendikbud No. 65 Tahun 2013

tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang STandar Penilaian Pendidikan

Permendikbud No. 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 tentang Implimentasi Kurikulum Sani, Abdullah Ridwan. 2014.

Pembelajaran Saintifik Untuk

Implementasi Kurikulum 2013.

Jakarta:Bumi Aksara

Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Sugiyono. 2008. Statistik Untuk Penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada tahun Pada 16 Januari 1995 bapak Notodiharjo telah meninggal dunia, 63 tetapi sejak meninggal pada tahun 1995 hingga tahun 2001 64 tanah tersebut belum dilakukan eksekusi

[r]

Untuk teknik enkripsi digunakan algoritma Rijndael yang aman dan sangat cepat, pada autentifikasi menggunakan prosedur Unique Challenge Procedure dimana base station

anak, pelacuran, pornografi, perdagangan / penyalahgunaan obat - obatan, memperalat anak dalam melakukan kejahatan dan sebagainya). 8) Perlindungan anak terhadap

Melalui sebuah bank dapat dihimpun dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk simpanan, selajutnya dari dana yang telah terhimpun tersebut, oleh bank akan disalurkan kembali

pelajaran integritas ini bisa diterapkan sehingga dapat mewujudkan efektifitas yang tinggi untuk pemberantasan korupsi. Pendidikan integritas ini merupakan salah satu

Gong kebyar sebagai seni yang memiliki nilai-nilai rasional dan spiritual nampaknya wajib diketahui sebagai dasar untuk penyadaran bahwa bermain gamelan merupakan kegiatan yang