• Tidak ada hasil yang ditemukan

Handling Grief and Loss Post-COVID-19 During The Pandemic in Danau Karya Village

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Handling Grief and Loss Post-COVID-19 During The Pandemic in Danau Karya Village"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

http://proceeding.mbunivpress.or.id/index.php/bamara 828

Handling Grief and Loss Post-COVID-19 During The Pandemic in Danau Karya Village

Siti Nurhaliza Winalda1, Sri Rahayu2

1Program Studi S1 Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

2Program Studi S1 Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Email: rahayu.dds15@umbjm.ac.id , & halizawinalda05@gmail.com

ABSTRACT

Coronavirus disease 2019 or COVID-19 has become a pandemic in almost all countries in the world. The physical and psychological health of individuals and communities has undergone negative changes since the COVID-19 pandemic. In severe cases of COVID-19, it can cause pneumonia, acute respiratory syndrome, kidney failure, and even death. When someone loses their closest person to death. This leaves a very deep sorrow because there is no one to stand beside them with the routines and experiences left behind. Loss is a condition when an individual is separated from something that previously existed or was owned, either partially or completely, leaving his family in mourning. Grieved is an emotional experience that arises as a reaction to the loses of an important person in his life. Everyone will respond to sadness in their own way. So it is necessary to carry out socialization of the handling of grieved and loses after COVID-19. The purpose of this community service activity is to provide direct assistance to the community, and can be a guide for the community in dealing with grieved and loses after being exposed to COVID-19. The method used in this community service is to put up posters and distribute brochures to the community in Danau Karya Village and publish online content to reach all people.

Keywords : COVID-19,GRIEF,LOST

PENDAHULUAN

COVID-19 pada saat ini merupakan pandemi yang menghampiri banyak negara di seluruh dunia.

Kesehatan psikologis serta fisik individu di masyarakat telah mengalami penurunan semenjak adanya pandemi ini. Brooks dkk. (2020) menjelaskan bahwa dampak psikologis yang disebabkan akibat pandemi ini diantaranya gangguan stres pasca trauma (post-traumatic stress disorder), depresi, kebingungan, kegelisahan, ketakutan akan infeksi, insomnia dan merasa tidak berdaya (Vibriyanti, 2020). Karakteristik COVID-19 ini sangat cepat menyebar sehingga mengakibatkan banyak korban terinfeksi, selain menyerang sistem pernafasan virus ini juga memiliki resiko kematian, sehingga membuat perilaku individu dalam menghadapi kematian telah berubah (Lavandya & Panuntun,2020).

Kehilangan adalah suatu keadaan ketika individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada atau dimiliki, baik sebagian atau keseluruhan (Riyadi & Purwanto,2009). Kehilangan dalam hal ini tidak selamanya berhubungan dengan kematian, namun dapat juga disebabkan karena hilangnya kesehatan (fisik dan mental), pekerjaan, status, harta benda, kesepian karena anak telah berkeluarga sendiri atau relokasi. Bertha Simon (1979) menjelaskan bahwa kematian seseorang dianggap sebagai kehilangan terbesar. Hal ini menjadi peristiwa yang sangat luar biasa dan merupakan awal dari proses berduka. Kematian tidak hanya membuat kita kehilangan orang yang kita cintai, tetapi juga seolah-olah bagian dari hidup kita hilang.

Tanggapan kita terhadap kehilangan ini disebut kedukaan. Keadaan duka adalah bagian yang tidak bisa dihindari dari kehidupan. Semua orang di semua bidang kehidupan dapat merasakannya, baik melalui kehilangan perkembangan maupun melalui kehilangan yang tidak disengaja.

Paul E. Johnson (1953) menjelaskan bahwa hidup manusia tidak lebih berarti ketika berada pada detik- detik kematian, karena pada saat itulah semua kemampuan manusia hilang dan tidak berdaya. Ada banyak konsep kedukaan, Sigmund Freud memaparkan dalam karyanya yang berjudul "Grief and melancholy", dan melihat depresi atau "melancholy" sebagai kesedihan yang patogen. Keadaan duka dapat menyebabkan

(2)

http://proceeding.mbunivpress.or.id/index.php/bamara 829 seseorang menderita depresi, meskipun tidak semua depresi diakibatkan karena kematian seseorang.

Keadaan duka mirip dengan depresi karena keduanya menyebabkan gejala psikologis yang sama seperti kehilangan nafsu makan, insomnia, marah, kurang leluasa menjalani hidup, dll. Dari sudut pandang Freud dan Norman Wright memaparkan bahwa keadaan duka merupakan penderitaan emosional yang sangat hebat diakibatkan karena peristiwa kehilangan, bencana, dan kemalangan (Wright, 1993).

Berdasarkan penyebaran kasus COVID-19 yang tak kunjung usai, hingga peningkatan kasus kematian yang disebabkan infeksi COVID-19 menyebabkan banyak keluarga yang mengalami kehilangan dan kedukaan usai ditinggalkan orang terdekatnya. Diperlukan kegiatan sosialisasi terkait penanganan kesedihan dan kedukaan agar dapat menjadi acuan pendampingan sehingga proses kedukaan dapat dilalui dengan baik tanpa mengganggu aktivitas sehari-hari.

METODE

Metode kegiatan dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu:

1. Mempersiapkan brosur yang akan dibagikan ke warga desa Danau Karya 2. Mengumpulkan warga Desa Danau Karya

3. Membagikan brosur penanganan kesedihan dan kehilangan pasca covid-19 kepada warga desa Danau Karya

4. Pemasangan Poster di Mading Desa Danau Karya 5. Membagikan poster di media sosial Instagram

Alat dan bahan:

1. Leaflet/brosur 2. Poster

HASIL DAN PEMBAHASAN

COVID-19 adalah virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Beberapa jenis Corona Virus dapat mengakibatkan gejala kritis seperti Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS). Gejala umum infeksi COVID-19 adalah gejala sesak napas akut, demam dan batuk. COVID-19 ini memerlukan waktu sekitar 5-14 hari untuk masa inkubasi. Pada kasus COVID-19 yang parah, dapat mengakibatkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, hingga kematian (Purba, 2021).

Pada saat seseorang kehilangan orang terdekatnya disebakan karena kematian, Hal tersebut menyisakan duka yang sangat mendalam sebab tidak lagi ada orang yang terbiasa berada disamping mereka dengan rutinitas serta pengalaman yang ditinggalkan. Situasi seperti ini tak jarang berpengaruh pada aspek psikologis seseorang dalam merespon hal kesedihan maupun kedukaan, terlebih lagi kedukaan yang disebabkan karena kematian keluarga yang merupakan korban COVID-19.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan di Desa Danau Karya, yang bertujuan untuk memberikan informasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam hal penanganan kesedihan dan kehilangan pasca terpapar COVID-19 kepada warga desa Danau Karya. Melalui bentuk pendampingan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE).

Tabel 1. Hasil Capaian Kegiatan Penanganan Kesedihan Dan Kehilangan Pasca COVID-19

No. Nama Kegiatan Jumlah

Sasaran

Keterangan Kegiatan

1. Pembagian Brosur penanganan kesedihan dan kehilangan pasca COVID-19

25 Membagikan brosur penanganan kesedihan dan kehilangan pasca COVID-19 kepada masyarakat Desa Danau Karya

2 Pemasangan Poster di Mading Desa Danau Karya

3 Menempelkan poster penanganan kesedihan dan kehilangan pasca COVID-19 di 3 titik tempat yang sering dikunjungi warga desa.

3. Publikasi poster penanganan kesedihan dan kehilangan pasca COVID-19 di media sosial Instagram

Umum Mempublikasikan poster penanganan kesedihan dan kehilangan pasca COVID-19 di media sosial Instagram agar memiliki jangkauan yang lebih luas.

(3)

http://proceeding.mbunivpress.or.id/index.php/bamara 830 Keluarga yang berada pada keadaan duka pasti mengalami berbagai tekanan yang mempengaruhi bebebrapa aspek kehidupan mereka. Misalnya, dari segi sosial, banyak yang menjauhi keluarga korban dengan alasan menjaga jarak dan demi menjaga kesehatan bersama. Dari segi psikologis, ada kata-kata yang menghina, stigmatisasi sosial serta prasangka bahwa keluarga korban bisa saja membawa virus, sehingga hal itu sangat merugikan keluarga korban COVID-19. Oleh karena itulah mereka merasakan tekanan yang mengakibatkan psikologis keluarga korban terganggu. Prasangka hingga stigma negatif itulah yang menyebabkan orang lain menjaga jarak serta menolak untuk memberikan dukungan secara sosial maupun emosional, sehingga menyebabkan perasaan terkucilkan bagi keluarga korban. Terlebih lagi tindakan verbal dan non-verbal yang diperoleh keluarga-keluarga itu semakin membuat tekanan yang dirasakan menjadi lebih berat. Kehilangan orang terdekat terlebih lagi keluarga merupakan pengalaman dan tekanan berat bagi yang mengalaminya, disamping kurangnya dukungan sosial serta emosional dari masyarakat sekitar. Dalam kondisi seperti itu, keluarga yang mengalami keadaan duka membutuhkan perhatian khusus untuk memastikan kelangsungan hidupnya (Wardani & Panuntun, 2020).

Keadaan duka merupakan pengalaman emosional yang muncul sebagai respons atas kehilangan seseorang yang penting dalam hidup. Perasaan kehilangan itu adalah pengalaman negatif yang mengganggu secara fisik, emosional, kognitif, sosial, dan spiritual. Setiap pengalaman kehilangan dapat memicu rasa sakit dan gejalanya adalah keraguan, kehilangan kepercayaan diri, melemahnya rasa spiritual, perasaan sedih hingga perasaan jiwa yang hampa. Duka cita adalah rasa sakit dan kesedihan yang berat disebabkan oleh kehilangan orang yang dicintai. Rasa sakit ini adalah sikap yang dihadapi orang secara langsung sebagai akibat dari kematian orang yang dicintai atau dicintai. Setiap orang pasti pernah mengalami perasaan sedih ini (Wardani & Panuntun, 2020).

Setiap orang akan merespon duka dengan cara mereka masing-masing. Bahkan keluarga yang mengalami fenomena duka yang akan merasakan hal yang berbeda dan menghadapinya dengan cara masing-masing. Elisabeth Kubler-Ross dan David Kessler mengembangkan tentang lima tahapan berduka yang pertama yaitu syok/penyangkalan sulit untuk menerima bahwa orang yang dicintai telah meninggal.

Tahap kedua kehilangan orang yang dicintai merupakan peristiwa traumatis sehingga dapat memicu emosi yang tidak stabil sehingga muncul emosi kemarahan, namun sebenarnya seorang individu bisa saja menyembunyikan emosi lain, seperti kesepian, merasa tidak berdaya atau tertekan. Tahap ketiga yaitu rasa bersalah. Perasaan ini berasal dari keputusan yang dibuat sebelum kejadian kematian seperti rasa menyesal dan sebagainya. Walau bagaimanapun dengan perasaan bersalah tersebut, individu juga tidak memiliki kendali atas keadaan kehilangan ataupunkematian tersebut. Dengan tenggelamnya seorang individu dalam perasaan berdukanya maka selanjutnya seseorang akan mengalami tahap depresi. Depresi adalah respon yang wajar dirasakan oleh orang yang mengalami kehilangan. Seorang individu akan merasa kesepian dan berpikiran kosong sehingga tidak lagi memiliki tujuan hidup. Individu yang berada pada fase ini sering kali menjauh dari orang lain. Depresi memengaruhi emosi, pemikiran, perilaku, dan kesejahteraan setiap individu.

Hal Itu juga dapat mengganggu kemampuan kita untuk bekerja, melakukan aktivitas sehari-hari, dan menjalin hubungan sosial yang baik. Seiring berjalannya waktu sampai akhirnya seseorang akan sampai pada fase penerimaan. Tahapan ini adalah tentang menerima kenyataan bahwa orang yang kita cintai telah pergi secara fisik. Hal ini juga melibatkan pengakuan dengan kenyataan baru dan menjalani hari baru dengan normal kembali. Seringkali hal ini termasuk mengenali bagaimana kita telah berubah sebagai akibat dari kehilangan. Penting untuk diketahui bahwa ini adalah respons khas atau wajar terhadap kesedihan dan kehilangan (Hansen, n.d.).

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menyebarluaskan informasi kepada masyarakat luas khususnya masyarakat di desa terpencil adalah dengan memberikan edukasi berupa sosialisasi dan pendampingan langsung. Salah satu hal yang dapat dilakukan agar informasi dapat tersampaikan dengan efektif adalah dengan menempelkan poster cara penanganan kesedihan dan kehilangan pasca covid-1. Poster merupakan gambaran desain grafis yang memuat gambar serta kata-kata pada suatu bidang, poster dapat ditemukan pada bidang online maupun berwujud kertas. Poster memuat tentang informasi dan unggah ataupun diletakan di tempat-tempat umum agar dapat dilihat atau dibaca banyak orang. Poster dibuat dengan tujuan untuk menjadi perhatian banyak orang. Poster dapat juga menjadi sarana dalam bidang pendidikan, informasi dan lain-lain. Kegiatan ini dilakukan dengan memasang poster penanganan kesedihan dan kehilangan pasca terpapar COVID-19 ditempat-tempat yang sering dijangkau warga desa yang berada di 3 titik (Sekolah,Kantor Desa,Masjid) yang sering dikunjungi warga desa diharapkan dapat memberikan informasi serta menjadi panduan bagi warga desa dalam hal penanganan COVID-19 sehingga dapat mengurangi kecemasan berlebih. Dikarenakan poster bersifat umum dan hanya dilihat sekilas oleh warga, penulis juga menyertakan

(4)

http://proceeding.mbunivpress.or.id/index.php/bamara 831 pembagian brosur untuk dapat dilihat langsung dengan harapan dapat lebih diperhatikan individu sebagai panduan untuk dirinya sendiri serta keluarganya. Berdasarkan observasi dilapangan, pada zaman sekarang orang-orang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berselancar dimedia sosial sehingga penulis berinisiatif untuk membagikan informasi penanganan kesedihan dan kedukaan ini juga dimedia sosial. Poster yang dibagikan di media sosial di desain sedemikan rupa agar menarik untuk dilihat. Poster ini dipublikasi diakun media sosial instagram agar dapat menjangkau masyarakat luas pengguna media sosial.

Gambar 1. Proses Pemasangan Poster Penanganan Kesedihan Dan Kehilangan Pasca COVID-1

Gambar 2. Proses Pembagian Brosur Penanganan Kesedihan Dan Kehilangan Pasca COVID-1 Di Desa Danau Karya

(5)

http://proceeding.mbunivpress.or.id/index.php/bamara 832

Gambar 3. Publikasi Konten Penanganan Kesedihan Dan Kehilangan Pasca COVID-1 Di Media Sosial Instagram

KESIMPULAN

Kegiatan pengabdian masyarakat melalui pemasangan poster serta pembagian brosur ini berlangsung di Desa Danau Karya, Anjir Pasar. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi secara langsung kepada masyarakat desa yang kurang mendapatkan akses kesehatan memadai di Desa Danau Karya, sehingga mempengaruhi kesadaran masyarakat akan kesehatan dalam penanganan COVID-19. Sehingga diperlukannya pendampingan secara khusus dalam hal apa yang harus dilakukan untuk penanganan awal cara menangani kesedihan dan kehilangan pasca terpapar COVID-19. Dalam hal ini dilakukan penyebaran poster dan brosur. Diharapkan pelaksanaan pengabdian masyarakat ini dapat memberikan informasi langsung kepada masyarakat, dan dapat menjadi panduan masyarakat dalam menghadapi kesedihan dan kedukaan pasca terpapar COVID-19 sehingga dapat mengurangi kecemasan berlebih akan kurangnya informasi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Bertha G. Simon, “A Time To Grief: Loss as A Universal Human Experience”, (New York: Family Servive Association Of America, 1979)10-11,28-29.

Hansen, M. V. (n.d.). Handling grief and loss.

H.Norman Wright, “Crisis Counseling, A Practical Guide For Pastors, Couselor and Friend” (California: Regel Books, 1993),154.

Paul E.Johnson, Psychology Of Pastoral Care (Nashville New York, Abingdon Press,1953), 233.

Purba, I. P. M. H. (2021). Implementasi Undang-UndangNomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan di Jawa Timur Menghadapi Pandemi COVID-19. Journal of Chemical Information and Modeling, 4, 1–11.

Sujono Riyadi dan Teguh Purwanto, Asuhan Keperawatan Jiwa (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009),102.

(6)

http://proceeding.mbunivpress.or.id/index.php/bamara 833 Vibriyanti, D. (2020). Kesehatan Mental Masyarakat: Mengelola Kecemasan Di Tengah Pandemi Covid-19.

Jurnal Kependudukan Indonesia, 2902, 69.

Wardani, L. P. K., & Panuntun, D. F. (2020). PELAYANAN PASTORAL PENGHIBURAN KEDUKAAAN BAGI KELUARGA KORBAN MENINGGAL AKIBAT CORONAVIRUS DISEASE 2019 ( COVID-19 ) Lavandya Permata Kusuma Wardani dan Daniel Fajar Panuntun Sekolah Tinggi Teologi Gamaliel Surakarta Institut Agama Kristen Negeri Toraja P. Kenosis, 6(1), 43–63.

Referensi

Dokumen terkait

Socioeconomic changes in the daily laborers and masons during the implementation of PPKM during the Covid-19 pandemic were influenced by the following

Organizational culture as moderating the influence of internal control and community participation on fraud prevention in village fund management during the COVID-19 pandemic..

Temperature and precipitation associate with Covid-19 new daily cases: A correlation study between weather and Covid-19 pandemic in Oslo, Norway.. COVID-19 and anosmia:

When the learning went online due to the Covid- 19 pandemic, teachers, students, Indonesian Language for Foreign Speakers class organizers, and the Indonesian Embassy

China’s National Interest in Vaccine Development Cooperation with Indonesia in Handling the Covid-19 Pandemic: Normative and

Peneliti menduga bahwa dalam hal penilaian terhadap ancaman (threat appraisal) dan strategi dalam menghadapi ancaman (coping appraisal) dari masyarakat di Desa

"The Role of International Organizations in Handling Covid-19 Pandemic", SASI,

Student satisfaction toward quality of online learning in Indonesian higher education during the COVID-19 pandemic.. International Conference on Education and