• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pariwisata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pariwisata"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

1. Pariwisata a. PengertianPariwisata

Ditinjau secara etimologi kata “pariwisata” berasal dari bahasa sansekerta yaitu

“pari” yang berarti banyak dan “wisata” yang berarti perjalanan atau bepergian.

Atas dasar itulah Oka A. Yoeti (1996) menyimpulkan kata “pariwisata” sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lain yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata“tour”(hlm. 103).

Menurut Salah Wahab (1975) “Pariwisata merupakan salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lain (hlm. 55)”. Selanjutnya, sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan, dan transportasi.

Pengertian Kepariwisataan menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 pada bab I pasal 1, bahwa kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata, artinya semua kegiatan dan urusan yang ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, dan pengawasan pariwisata, baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta,dan masyarakat (MA. Desky, 2000)

Tourism Society in Britain dalam Nyoman S. Pendit (1986) memberikan definisi pariwisata sebagai berikut:

“Pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan bekerja sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-tempat tujuan tersebut; ini mencakup kepergian untuk berbagai maksud, termasuk kunjungan seharian atau darmawisata/ekskursi (hlm. 30)”.

Menurut A. Hari Karyono (1997) “Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam

(2)

commit to user

suatu wilayah negara sendiri atau di negara lain yang meliputi kegiatan dengan menggunakan kemudahan jasa dan faktor penunjang lainnya yang diadakan pemerintah maupun masyarakat untuk mewujudkan keinginan wisatawan (hlm.

15)”.

Dariyono (1997) berpendapat “Pariwisata adalah suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggal tetapnya sehari-hari. Hal ini dilakukan karena alasan bukan karena tujuan melakukan kegiatan yang menghasilkan upah atau uang (hlm 100)”. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) disebutkan “Bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Orang yang melakukan perjalanan wisata disebut dengan wisatawan (hlm 649)”.

Pariwisata adalah suatu gejala yang sangat kompleks yang ada dalam masyarakat.

Di mana dari istilah tersebut mengandung unsur-unsur yang saling terkait satu sama lain. Dalam suatu pariwisata antara lain terdapat objek wisata, hotel, souvenir shop, angkutan umum, biro perjalanan dan rumah makan. Menurut Soekadijo (1996) “Pariwisata merupakan suatu gejala sosial yang sangat kompleks yang menyangkut manusia seutuhnya dan memiliki berbagai aspek, antara lain: aspek sosiologis, psikologis, ekonomis dan ekologis. Aspek yang mendapat perhatian yang paling besar dan dianggap aspek yang penting adalah aspek ekonomis (hlm. 15)”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (bussines) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka-ragam.

b. Jenis dan MacamPariwisata

(3)

commit to user

Sesuai dengan potensi yang dimiliki atau warisan yang ditinggalkan nenek moyang pada suatu negara, maka timbullah bermacam-macam jenis pariwisata yang dikembangkan sebagai kegiatan, yang lama-kelamaan mempunyai cirinya sendiri. Untuk keperluan perencanaan dan pengembangan kepariwisataan itu sendiri, perlu pula dibedakan antara pengertianpariwisata dengan jenis pariwisata, karena dengan demikian akan dapat ditentukan kebijakan apa yang dapat mendukung, sehingga jenis dan macam pariwisata yang dikembangkan dapat terwujud seperti apa yang diharapkan.

Ditinjau dari segi ekonomi, pengelompokan tentang jenis pariwisata dianggap penting, karena dengan cara itu dapat menentukan berapa penghasilan devisa yang diterima dari suatu macam pariwisata yang dikembangkan di suatu tempat atau daerah tertentu. Di lain pihak, pengelompokan ini juga sangat berguna untuk menyusun statistik kepariwisataan atau untuk mendapatkan data penelitian yang diperlukan dalam perencanaan di masa yang akan datang. Jenis dan macam pariwisata menurut Oka A. Yoeti (1996) antara lain :

1) Menurut letak geografis, kegiatan pariwisata itu berkembang dalam tiga aspek pariwisata yaitu :

a) Pariwisata Lokal (Local Tourism).

Adalah pariwisata setempat, yang mempunyai ruang lingkup relatif sempit dan terbatas dalam tempat-tempat wisata yang tertentu.

b) Pariwisata Regional (Regional Tourism).

Yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang di suatu tempat atau daerah yang ruang lingkupnya lebih luas bila dibandingkan dengan local tourism, tetapi lebih sempit jika dibandingkan dengan nationaltourism.

c) Kepariwisataan Nasional (National Tourism).

(1) Kepariwisataan dalam arti sempit.

Yaitukegiatankepariwisataanyang berkembang dalam wilayah suatu negara atau dengan kata lain pariwisata dalam negeri, yang bertitik berat kepada orang melakukan perjalanan wisata adalah warga sendiri dan orang-orang asing yang berdomisili di negara tersebut.

(2) Kepariwisataan dalam arti luas.

(4)

commit to user

Yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang di suatu wilayahnegara, selain kegiatan domestic tourism juga dikembangkan foreign tourism. Jadi selain adanya lalu lintas wisatawan di dalamnegeri sendiri, juga ada lalu lintas wisatawan dari luar negeri.

d) Regional-international Tourism.

Yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang di suatu wilayahinternasional yang terbatas, tetapi melewati batas-batas lebih dari duaatau tiga negara dalam wilayah tersebut. Misalnya kepariwisataanASEAN.

e) International Tourism.

Pengertian ini sinonim dengan kepariwisataan dunia (world tourism),yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang di seluruh negara didunia.

2) Menurut pengaruhnya terhadap Neraca Pembayaran, kegiatan kepariwisataan terhadap Neraca Pembayaran dapat dibagi atas dua jenis kegiatan kepariwisataan yang penting yaitu:

a) In Tourism atau pariwisata aktif.

Yaitu kegiatan kepariwisataan yang ditandai dengan gejala pariwisata aktif, dapat memasukkan devisa bagi negara yang dikunjungi karena posisi neraca pembayaran negara yang dikunjungi wisatawan tersebut.

b) Out Going atau pariwisata pasif.

Yaitu kegiatan kepariwisataan yang ditandai dengan gejala keluarnya warga negara sendiri bepergian ke luar negeri sebagai wisatawan. Disebut sebagai pariwisata pasif, karena ditinjau dari segi pemasukkan devisa negara, kegiatan ini merugikan negara asal wisatawan, karena uang yang seharusnya dibelanjakan di dalam negeri dibawa ke luar negeri. Pariwisata semacam ini jarang dikembangkan oleh suatu negara.

c) Menurut alasan/tujuan perjalanan : (1) Businnes Tourism.

Yaitu jenis pariwisata yang pengunjungnya datang untuk tujuan dinas, usaha dagang, atau yang berhubungan dengan pekerjaan, kongres, seminar, conversation, dan musyawarah kerja.

(2) Vacational Tourism.

(5)

commit to user

Yaitu jenis pariwisata yang orang-orangnya melakukan perjalanan wisata terdiri dari orang-orang yang sedang berlibur dan cuti.

(3) Educational Tourism.

Yaitu jenis pariwisata yang pengunjungnya melakukan perjalanan untuk tujuan studi atau mempelajari suatu bidang ilmu pengetahuan.

3) Menurut saat atau waktu berkunjung : a) Seasonal Tourism.

Yaitu jenis pariwisata yang kegiatannya berlangsung pada musim-musim tertentu, termasuk di dalamnya adalah Summer Tourism atau Wimter Tourism, yang biasanya ditandai dengan kegiatan olah raga.

b) Occational Tourism.

Yaitu jenis pariwisata yang perjalanan wisatanya dihubungkan dengan kejadian (occusion) atau suatu event, misalnya Sekaten di Solo.

4) Pembagian menurut objeknya : a) Cultural Tourism.

Yaitu jenis pariwisata yang memotivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan disebabkan karena ada daya tarik atau seni budaya suatu tempat atau daerah. Jadi, objek kunjungan adalah warisan nenek moyang, benda-benda kuno.

b) Recuperational Tourism.

Disebut dengan pariwisata kesehatan, bertujuanuntuk menyembuhkan suatu penyakit. Misalnya mandi di suatu sumber air panas.

c) Commercial Tourism.

Disebut dengan pariwisata perdagangan, karena perjalanan wisata ini dikaitkan dengan kegiatan perdagangan nasional ataupun internasional.

d) Sport Tourism.

Yaitu perjalanan orang-orang yang bertujuan untuk melihat atau menyaksikan suatu pesta olah raga di suatu negara.

e) Political Tourism.

(6)

commit to user

Biasa disebut dengan pariwisata politik, yaitu suatu perjalanan yang bertujuan melihat suatu peristiwa yang berhubungan dengan kejadian suatu negara.

f) Social Tourism.

Pariwisata sosial jangan diasosiasikan sebagai suatu pariwisata yang berdiri sendiri. Pengertian ini hanya dilihat dari segi penyelenggaraan yang tidak menekankan pada mencari keuntungan saja.

g) Religion Tourism.

Jenis pariwisata yang bertujuan melakukan perjalanan untukmelihat atau menyaksikan upacara-upacara keagamaan.

Menurut Nyoman S. Pendit (1986), selain pembagian jenis pariwisata di atas, pariwisata dapat dibagi dalam beberapa macam pariwisata, yaitu :

1) Wisata Budaya, perjalanan ini dilakukan untuk memperluas pandangan dan pengetahuan seseorang mengenai cara hidup, kebiasaan, adat-istiadat, budaya dan seni masyarakat di lain negara.

2) Wisata Kesehatan, perjalanan wisata yang bertujuan untuk berisitirahat dan bisa menyehatkan atau menyembuhkan suatu penyakit.

3) Wisata Olahraga, perjalanan wisata yang bertujuan berolahraga atau mengambil bagian dari pesta olah raga di suatu negara atau tempat.

4) Wisata Komersial, yang termasuk jenis ini adalah perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan panen raya yang bersifat komersial.

5) Wisata Industri, adalah perjalanan yang dilakukan oleh orang awam maupun mahasiswa ke suatu kompleks atau daerah perindustrian dengan tujuan untuk melakukan peninjauan atau penelitian.

6) Wisata Politik, perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagian dengan aktif dalam kegiatan politik.

7) Wisata Konvensi, sejenis wisata politik dengan menyediakan gedung yang dilengkapi ruangan sidang, musyawarah, konvensi atau pertemuan.

8) Wisata Sosial, pariwisata ini memberikan kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan wisata.

(7)

commit to user

9) Wisata Pertanian, perjalanan wisata yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, pembibitan yang bertujuan untuk penelitian maupun menikmati lingkungan.

10) Wisata Maritim atau Bahari, pariwisata ini dikaitan dengan kegiatan olahraga di air, seperti di danau, bengawan, pantai, atau teluk untuk memancing, berlayar, menyelam, dan sebagainya.

11) Wisata Cagar Alam, pariwisata ini mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat-tempat atau daerah cagar alam atau hutan lindung.

12) Wisata Buru, jenis wisata ini banyak dilakukan di negara-negara yang memiliki daerah tempat berburu yang dibenarkan dan digalakkan oleh pemerintah.

13) Wisata Pilgrim, jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayan umat atau kelompok dalam masyarakat.

14) Wisata Bulan Madu yaitu suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan pengantin baru.

15) Wisata Petualangan. Dikenal dengan Adventure Tourism, seperti masuk hutan belantara yang belum pernah dijelajahi.

Dari jenis dan macam pariwisata di atas dapat disimpulkan bahwa pariwisata Telaga Sarangan merupakan jenis pariwisata budaya (vocational tourism), di mana bila pengunjung datang pada saat yang tepat atau sedang ada event misal larung sesaji atau Tumpeng pada awal bulan Syuro pariwisata ini bisa menjadi occational tourism. Selain itu pariwisata Telaga Sarangan juga merupakan jenis pariwisata aktif, karena mendatangkan devisa bagi pemerintah setempat. Telaga Sarangan selain dijadikan tempat berlibur, juga bisa menambah pengetahuan tentang kesejarahan sehingga bersifat education.

c. ManfaatPariwisata

Pariwisata merupakan suatu industri yang terus berkembang dengan baik di Indonesia maupun di dunia. Bagi negara-negara yang telah maju, kepariwisataan merupakan bagian dari kebutuhan hidup. Kegiatan kepariwisataan bahkan sudah

(8)

commit to user

merupakan aktivitas dan permintaan yang wajar untuk dipenuhi. Menurut pendapat Oka A.Yoeti (1996) terdapat beberapa manfaat pariwisata antara lain :

1) Manfaat Ekonomi.

a) Memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Usaha kepariwisataan berkaitan dengan dibutuhkannya tenaga kerja yang banyak sehingga bersifat padat karya sehingga sangat membantu dalam memecahkan masalah pengangguran.

b) Memperbesar penerimaan devisa negara yang bersumber dari pengeluaran wisatawan luar negeri karena itu dapat memperbaiki neraca pembayaran negara.

c) Meningkatkan pendapatan masyarakat di Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang berasal dari pengeluaran-pengeluaran yang dibelanjakan oleh para wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara.

d) Memperbesar pendapatan pemerintah pusat maupun daerah berupa pajak termasuk bea cukai.

e) Memperbesar penanaman modal baik oleh pemerintah maupun oleh swasta di berbagai sektor yang langsung berhubungan dengan pembangunan sarana dan fasilitas kepariwisataan maupun yang mendukung pembangunan kepariwisataan.

f) Meningkatkan produksi serta transaksi barang-barang guna memenuhi kebutuhan yang timbul karena perjalanan dan kunjungan.

g) Meningkatkan kepariwisataan dan menumbuhkan usaha-usaha ekonomi dalam kerangka pembangunan ekonomi nasional.

h) Mendorong pembangunan prasarana dan sarana terutama di daerah yang tidak memiliki potensi ekonomi kecuali dengan menyelenggarakan kegiatan kepariwisataan.

2) Manfaat sosial-budaya dan lingkungan hidup.

a) Mendorong pemeliharaan pembangunan nilai-nilai budaya bangsa, menghidupkan kembali seni tradisional yang hampir punah serta meningkatkan mutu seni, baik seni tari, seni ukir, seni lukis maupun seni budaya lainnya.

(9)

commit to user

b) Menumbuhkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa sebagai akibat berkembangnya suatu pengenalan terhadap kekayaan budaya bangsa dan tanah air.

c) Meningkatkan rasa penghargaan terhadap seni budaya sendiri.

d) Kontak-kontak langsung yang terjadi antara wisatawan dan masyarakat yang dikunjungi, sedikit banyak akan menghembuskan nilai hidup baru dalam arti memperluas cakrawala pandangan pribadi terhadap nilai-nilai kehidupan lain. Manusia akan belajar menghargai nilai-nilai orang lain dan memperluas nilai-nilai pribadi, karena nilai pribadi yang ramah merupakan daya tarik yang dihargai orang asing.

e) Pariwisata dapat mendorong terciptanya lingkungan hidup yang serasi dan harmonis, oleh karena itu wisatawan yang mempunyai tujuan pokok untuk rekreasi, menginginkan suatu lingkungan yang menimbulkan suasana baru dari kejenuhan kehidupan mereka sehari- hari.

d. ObjekWisata dan Daya Tarik Wisata

Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan merupakan sumber daya potensial dan belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata, sampai adanya jenis pengembangan tertentu. Objek dan daya tarik wisat merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik di suatu daerah atau tempat tertentu, kepariwisataan sulit untuk dikembangkan.

Menurut A. Hari Karyono (1997) “Agar suatu daerah wisata mempunyai daya tarik, dan objek wisata, suatu daerah tujuan wisata harus mempunyai syarat daya tarik yaitu: 1) ada sesuatu yang bisa dilihat (something to see), 2) ada sesuatu yang bisa dikerjakan (something to do), dan 3) ada sesuatu yang bisa dibeli (something to buy) (hlm 28)”.

(10)

commit to user

Menurut Undang–Undang No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan dalam MA.

Desky (2001)disebutkan bahwa objek dan daya tarik wisata adalah suatu tempat yang menjadi sasaran wisata terdiri dari atas :

1) Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam, flora, dan fauna

2) Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni, dan budaya, wisata agro, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan komplek hiburan.

Perencanaan dan pengelolaan objek dan daya tarik wisata alam, sosial budaya, maupun objek wisata minat khusus harus berdasarkan pada kebijakan rencana pembangunan nasional maupun regional. Jika kedua kebijakan belum tersususn, tim perencana pengembangan objek dan daya tarik wisata harus mampu mengasumsikan rencana kebijakan yang sesuai dengan area yang bersangkutan.

Menurut pendapat Maryani (1991) tentang syarat-syarat untuk pengembangan daerahsuatu objek wisata dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan, antara lain:

1) What to see

Tempat tersebut harus ada objek wisata dan atraksi wisata yang berbeda dengan daerah lain. Dengan kata lain daerah tersebut harus memiliki daya tarik khusus dan atraksi budaya yang dapat dijadikan “entertainment” bagi wiasatawan. What to see meliputi pemandangan alam, kegiatan kesenian dan atraksi wisata.

2) What to do

Tempat wisata selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatawan merasa nyaman tinggal di tempat wisata tersebut.

3) What to buy

Tempat tujuan harus tersedia fasilitas untuk berbelanja terutama souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal.

4) What to arrived

(11)

commit to user

Termasuk aksesbilitas, bagaimana kita mengunjungi objek wisata tersebut, kendaraan apa yang akan digunakan, dan berapa lama tiba ke tempat tujuan wisata tersebut.

5) What to stay

Bagaimana wisatawan akan tinggal sementara selama dia berlibur di tempat wisata tersebut. Diperlukan penginapan-penginapan baik hotel bebintang atau hotel non berbintang dan sebaiganya.

Perkembangan suatu kawasan wisata juga tergantung pada apa yang dimiliki kawasan tersebut untuk dapat ditawarkan kepada wisatawan. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan kawasan wisata, sebagaimana dikatakan Oka A.

Yoeti (1997) bahwa berhasilnya suatu tempat wisata hingga tercapainya industri pariwisata sangat tergantung pada tiga A (3A), yaitu atraksi (attraction), mudah dicapai (accessibility), dan fasilitas (amenities).

1) Atraksi (attraction)

Atraksi wisata yaitu sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat, dinikmati, dan termasuk dalam hal ini adalah : tarian-tarian, nyanyian, kesenian rakyat tradisional, upacara adat dan lain-lain. Dalam Oka A. Yoeti (1997) tourism disebut attractive, yaitu segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata merupakan daya tarik agar orang-orang mau berkunjung ke suatu tempat wisata, antara lain adalah :

a) Benda-benda yang tersedia terdapat di alam semesta, yang dalam istilah Natural Amenities, termasuk dalam kelompok ini adalah :

(1) Iklim, contoh curah hujan, sinar matahari, panas, hujan dan salju (2) Bentuk tanah dan pemandangan, contohnya pegunungan,

perbukitan, pantai, air terjun dan gunung api (3) Hutan belukar

(4) Flora dan fauna, yang tersedia di Cagar alam dan daerah perburuan.

(12)

commit to user

(5) Pusat-pusat kesehatan, misalnya : sumber air mineral, sumber air panas, dan mandi lumpur. Tempat tersebut diharapkan dapat menyembuhkan macam-macam penyakit.

b) Hasil ciptaan manusia (man made supply). Kelompok ini dapat dibagi dalam empat produk wisata yang berkaitan dengan tiga unsur penting yaitu historical (sejarah), cultural (budaya), dan religious (agama).

(1) Monument bersejarah dan sisa peradaban masa lampau (artifact).

(2) Museum, art gallery, perpustakaan, kesenian rakyat, dan kerajinan tangan.

(3) Acara tradisional, pameran, festival, upacara naik haji, pernikahan, khitanan, dan lain-lain.

(4) Rumah-rumah ibadah, seperti masjid, candi, gerejja, dan kuil.

2) Aksesibilitas (accessibility)

Aktivitas kepariwisataan banyak tergantung pada transportasi dan komunikasi karena faktor jarak dan waktu yang sangat memengaruhi keinginan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata. Unsur yang terpenting dalam aksesbilitas adalah transportasi, dengan maksud untuk frekuensi penggunanaanya, kecepatan yang dimilkidapat mengakibatkan jarak yang jauh seolah-olah menjadi dekat.Selain transportasi yang berkaitan dengan aksesbilitas adalah prasarana yang meliputi jalan, jembatan, terminal, stasiun,dan bandara. Prasaran ini berfungsi utuk menghubungkan suatu tempat ke tempat lain, keberadaan prasarana transportasi akan memengaruhi laju tingkat transportasiitu sendiri.

Kondisi prasarana yang baik akan membuat laju transportasi yang optimal.

3) Fasilitas (amenities)

Fasilitas pariwisata tidak dapat dipisahkan dengan akomodasi perhotelan, karena hal ini akan menunjukkan tidak berkembang tanpa adanya penginapan. Fasilitas wisata merupakan hal-hal penunjang terciptnya kenyamanan wisatawan untuk dapat mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Adapun saran-sarana penting yang berkaitan dengan perkembangan priwisata adalah sebagai berikut :

a) Akomodasi hotel

(13)

commit to user b) Restoran

c) Air bersih d) Komunikasi e) Hiburan f) Keamanan

Menurut Inskeep (1991)Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi daya tarik yang dimiliki objek tersebut dengan mengacu pada kriteria atas keberhasilan pengembangan yang meliputi berbagai kelayakan antara lain :

1) Kelayakan Finansial.

Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dari pembangunan objek wisata tersebut. Perkiraan untung-rugi sudah harus diperkirakan dari awal.

Berapa tenggang waktu yang dibutuhkan untuk kembali modal pun sudah harus diperkirakan.

2) Kelayakan Sosial Ekonomi Regional.

Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yangditanamkan untuk membangun suatu objek wisata juga akan memiliki dampak sosial ekonomi secara regional, dapat menciptakan lapangan kerja/berusaha,dapatmeningkatkan penerimaan devisa, dapat meningkatkan penerimaan pada sektor yang lain seperti pajak, perindustrian, perdagangan, pertanian dan lain-lain. Halini perlu dipertimbangankan karena tidak semata-mata komersial saja tetapi juga memerhatikan dampak secara lebih luas. Sebagai contoh, pembangunan kembali candi Borobudur tidak semata-mata mempertimbangkan soal pengembalian modal pembangunan candi melalui uang retribusi masuk candi, melainkan juga memperhatikan dampak yang ditimbulkan, seperti jasa transportasi, jasa akomodasi, jasa restoran, industri kerajinan, pajak dan sebagainya.

3) Kelayakan Teknis

Pembangunan objek wisata harus dapat dipertanggung jawabkan secara teknis dengan melihat daya dukung yang ada. Tidaklah perlu memaksakan diri untuk membangun suatu objek wisata apabila daya dukung objek wisata tersebut rendah.

(14)

commit to user

Daya tarik suatu objek wisata akan berkurang atau bahkan hilang bila objek wisata tersebut membahayakan keselamatan para wisatawan.

4) Kelayakan Lingkungan

Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai acuan kegiatan pembangunan suatu objek wisata. Pembangunan objek wisata yang mengakibatkan merusak lingkunganharus dihentikan. Pembangunan objek wisata bukanlah untuk merusak lingkungan tetapi sekedar memanfaatkan sumber daya alam untuk kebaikan manusia dan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia sehingga menjadiseimbangan, selarasan dan serasi dalam hubungan antar manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan alam dan manusia dengan Tuhan.

e. Wisatawan

Cohen dalam Rose dan Marianto (1998), mengemukakan bahwa “Wisatawan adalah pelancong yang melakukan perjalanan atas kemauan sendiri dan untuk sementara saja, dengan harapan mendapat kenikmatan dari hal-hal baru dan perubahan yang dialami selama dalam perjalanan yang relatif lama dan tidak berutang”(hlm. 5).

Suatu daerah pariwisata akan hidup atau mengalami perkembangan jika di daerah wisata tersebut terdapat wisatawan. Banyak atau sedikit wisatawan yang berkunjung dapat menjadi indikator bagus tidaknya suatu tempat wisata. Menurut IUOTO (International Union of Official Travel Organization), dalam Gamal Suwantoro (2009 : 4) mengungkapkan batasan mengenai wisatawan secara umum: pengunjung (visitor) yaitu setiap orang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal lain dan dengan maksud tertentu kecuali untuk melakukan pekerjaan yang menerima upah. Jadi ada dua kategori mengenai sebutan pengunjung, yakni:

1) Wisatawan (tourist) adalah pengunjung yang tinggal sementara, sekurang- kurangnya 24 jam di suatu negara. Wisatawan dengan maksud perjalanan wisata dapat digolongkan menjadi :

a) Pesiar (leisure), untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, study, keagamaan, dan olahraga.

(15)

commit to user

b) Hubungan (relationship), dagang, sanak saudara, kerabat, dan sebagainya.

2) Pelancong (ekscursionist) adalah pengunjung sementara yang tinggal dalam suatu negara yang dikunjungi dalam waktu kurang dari 24 jam.

Menurut Nyoman S. Pendit (1990) “Wisatawan adalah semua orang yang memenuhi syarat, yaitu mereka meninggalkan rumah untuk jangka waktu kurang dari satu tahun dan mereka mengeluarkan uang di tempat yang mereka kunjungi tanpa dengan maksud mencari nafkah di tempat tersebut”(hlm. 37).

Dalam praktik terdapat banyak batasan mengenai apa yang dimaksud dengan

“wisatawan”. Dalam Intruksi Presiden No. 9/1969 dinyatakan bahwa wisatawan adalah setiap orang yang berpergian dari tempat tinggal untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dari kunjungan itu.

Kenyataan semua itu adalah konsumen dan pembawa devisa. Yang perlu diperhatikan ialah bahwa mereka tidak melakukan kegiatan yang bersifat produktif di negara yang dikunjungi, serta tidak pula melakukan pekerjaan yang mendapatkan bayaran. Dengan kata lain, uang yang mereka belanjakan tidak diperoleh dan bukan berasal dari negara yang dikunjungi (Oka . A yoeti, 1996:

185).

Menurut Undang-Undang No 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan disebutkan wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Sedangkan Sihite (2000:49) tentang pengertian wisatawan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Wisatawan nusantara adalah wisatawan dalam negeri atau wisatawan domestik.

2) Wisatawan mancanegara adalah warga negara suatu negara yang mengadakan perjalanan wisata keluar lingkungan dari negaranya (memasuki negara lain).

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan dari tempat tinggal ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu, baik dengan tujuan berwisata.

Banyak orang asing yang berdatangan ke suatu negara, tapi mereka belum tentu sedang melakukan wisata. Sebagian dari mereka ada yang bekerja dan yang

(16)

commit to user

berwisata. Orang asing yang bisa dianggap sebagai wisatawan, menurut Oka A.

Yoeti (1985) wisatawan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1) Mereka yang mengadakan perjalanan untuk kesenangan karena alasan keluarga, kesehatan, dan rekreasi.

2) Mereka yang mengadakan perjalanan untuk keperlua perternuan- perternuan atau karena tugas-tugas tertentu (ilrnu pengetahuan, tugas pemerintahan, diplomasi, agama, dan olah raga).

3) Mereka yang mengadakan perjalanan dengan tujuan usaha.

4) Mereka yang datang dalam rangka perjalanan dengan kapal laut walaupun tinggal di suatu negara kurang dari 24 jam.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa wisatawan adalah setiap orang yang melakukan perjalanan dari tempat tinggal ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu, baik dengan tujuan berwisata ataupun bekerja.

Menurut Oka A. Yoeti ( 1996) wisatawan berdasarkan sifat perjalanan dan lokasi di mana perjalanan wisata dilakukan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Wisatawan Asing (Foreign Tourist) adalah orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu negara lain yang bukan merupakan negara di mana biasanya tinggal. Wisatawan asing disebut juga wisatawan mancanegara atau disingkat Wisman.

2) Domestic Foreign Tourist adalah orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal di suatu negara karena tugas, dan melakukan perjalanan wisata dalam wilayah negara di mana ia tinggal. Misalnya, staf kedutaan Belanda yangmendapat cuti tahunan dan tidak pulang ke Belanda, melainkan melakukanperjalanan wisata di Indonesia (tempat bertugas).

3) Wisatawan Domestik (Domestic Tourist) adalah seorang waga negara suatunegara yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah negaranyasendiri tanpa melewati perbatasan negaranya. Misalnya, warga negara Indonesia yang melakukan perjalanan ke Bali atau Danau Toba.

Wisatawan ini disebut juga wisatawan dalam negeri atau wisatawan nusantara (Wisnu).

(17)

commit to user

4) Indigenous Foreign Tourist merupakan warga negara suatu negara tertentu yang karena tugas atau jabatan berada di luar negara asal dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negara sendiri. Misalnya, warga negara Perancis yang bertugas sebagai konsultan di perusahaan asing di Indonesia, ketika liburan ia kembali ke Perancis dan melakukan perjalanan wisata di sana. Jenis wisatawan ini merupakan kebalikan dari Domestic Foreign Tourist.

5) Transit Tourist adalah wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke suatu negara tertentu, yang terpaksa mampir atau singgah pada suatu pelabuhan/airport/stasiun bukan atas kemauan sendiri.

6) Business Tourist adalah orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis, bukan wisata, tetapi perjalanan wisata dilakukan setelah tujuan utamanya selesai. Jadi, perjalanan wisata merupakan tujuan sekunder, yaitu setelah tujuan primer (bisnis) selesai.

f. Sarana Prasarana Pariwisata.

1) Sarana objek

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuanwisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmatiperjalananwisata.

Pembangunan sarana wisata di daerahtujuan wisata maupun objek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari ituselera pasar pun dapat menentukan tuntutan sarana yang di maksud. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran, dan rumah makan serta sarana pendukung lain. Tidak semua objek wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut harus disesuikan dengan kebutuhan wisatawan (Ediwarsyah, 1987).

Sarana wisata secara kuantitatif menunjuk pada jumlah sarana wisata yang harus disediakan, dan secara kualitatif menunjukkan pada mutu pelayanan yang diberikan dan yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh pelayanan (Maryani, 1991).

(18)

commit to user

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalan wisata (Suwantoro, 2004).

Dalam hubungannya dengan jenis dan mutu pelayanan sarana wisata di daerah tujuan wisata telah disusun suatu standar wisata yang baik secara nasional maupun internasional, sehingga penyediaan sarana wisata tinggal memilih atau menentukan jenis dan kualitas yang akan disediakan.

2) Prasarana Objek Wisata

Prasarana (infrastructures) adalah fasilitas yang dapat memungkinkan proses perekonomian berjalan dengan lancar, sehingga dapat memudahkan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya.

Prasarana objek wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanan di daerah tujuan wisata seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya, dan itu termasuk ke dalam prasarana umum. Untuk kesiapan objek wisata yang akan dikunjungi oleh wisatawan di daerah tujuan wisata, prasarana wisata tersebut perlu sesuai dengan lokasi dan kondisi objek wisata yang bersangkutan (Suwantoro, 2004).

g. Promosi dan Pemasaran Objek Pariwisata.

Menurut James J. Spilane Pemasaran adalah seluruh kegiatan untuk mempertemukan permintaan dan penawaran, sehingga pembeli mendapat kepuasan dan penjual mendapat keuntungan maksimal dengan resiko sangat rendah (Ediwarsyah.1987). Menurut Mursid (2003) Pemasaran adalah semua kegiatan usaha yang bertalian dengan arus penyerahan barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen.

Lebih lanjut Winardi mengatakan bahwa pemasaran adalah aktifitas dunia usaha yang berhubungan dengan arus benda-benda serta jasa- jasa dari produksi sampai konsumsi termasuk tindakan membeli, menjual, mengadakan reklame, menstandarisasi, pemisahan menurut nilai, mengangkut, menyimpan benda-benda, serta informasi pasar(Ediwarsyah, 1987).

(19)

commit to user

Berdasarkan keterangan di atas di ambil kesimpulan bahwa dalam kegiatan pemasaran maka akan ada kegiatan promosi, karena promosi ini sangat diperlukan untuk mempertemukan antara produsen dengan konsumen, memperkenalkan jenis dan mutu barang dan jasa yang dihasilkan sehingga antara Si pembeli dan Si penjual mendapat kepuasan.

Menurut Herman Bahar (2002)tentang beberapa penjelasan tentang arti promosi atau juga promosi penjualan antara lain :

1) Promosi penjualan adalah setiap kegiatan bukan tatap muka yangberhubungan dengan promosi penjualan, tetapi seringkali mencakupperiklanan.

2) Promosi adalah setiap upaya marketing yang fungsinya untuk memberikaninformasi atau meyakinkan para konsumen yang potensial mengenaikegunaan suatu produk atau jasa dengan tujuan unuk mendorongkonsumenbaik melanjutkan atau memulai pembelian pada harga tertentu.

3) Promosi adalah pencarian peluang-peluang usaha dan organisasi pencarian dana, harta kekayaan, dan kemampuan manajemen untuk terjun dalam usaha dengan tujuan untuk mencari laba.

Promosi kepariwisataan menurut Badan Promosi Pariwisata Nasional dalam buku M. Linggar Anggoro (2005), yakni :

1) Para pejabat pemerintah di tingkat pusat dan daerah, aparat pegawai negeri yang khusus, serta instansi dan pejabat lain yang terkait.

2) Para distributor, yakni agen-agen perjalanan wisata, penyelenggara paket wisata, serta pengelola wisata-wisata konvensi (rapat dinas, lokakarya, seminar ilmiah, perundingan bisnis dan sebagainya).

3) Penyelenggara transportasi, baik itu transportasi laut, darat, maupun udara.

4) Perbankan, perusahaan pengelola kartu kredit, serta lembaga-lembaga keuangan yang menerima cek perjalanan (travelers check).

5) Para pemilik hotel, khususnya kelompok-kelompok manajemen internasional sebagai pengelola jaringan hotel bertaraf internasional.

(20)

commit to user

6) Organisasi kendaraan bermotor (yang menangani mobil Derek bila ada kerusakan, bengkel bergerak, perusahaan yang menyewakan kendaraan kepada para wisatawan, dan sebagainya).

7) Para pengunjung atau wisatawan itu sendiri, baik itu turis biasa, para pengunjung yang datang dalam rangka melakukan suatu kegiatan dinas (wisata konvensi), para mahasiswa asing, anggota-anggota delegasi resmi untuk suatu konferensi, olahragawan mancanegara, pengelana, dan sebagainya.

8) Para pencipta dan pemimpin di masyarakat.

Industri kepariwisataan daerah berkaitan dengan tugas dan fungsi Seksi Pemasaran, Promosi dan Produk Wisata dalam merencanakan dan melaksanakan strategi komunikasi pemasaran untuk mempromosikan jasa pariwisata lokasi objek wisata untuk menarik wisatawan dan para investor yang dituju suatu lembaga atau organisasi yang bersangkutan.Politikpemerintahdalamlembaga pemerintah daerah di bidang kepariwisataan sangaterat hubungannya dan berpengaruh kuat dalam industri pariwisata. Dalam hubungan ini, ada duafaktor penting yang terkait dengan politik pemerintah suatu daerah yakni secara langsung dan tidak langsung memengaruhi pertumbuhan serta perkembangan industri pariwisata daerah tersebut. Secara langsung, adalah sikap pemerintah daerah terhadap kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara, dan secara tidak langsung yakni adanya situasi dan kondisi stabil dalam perkembangan politik, ekonomi serta keamanan dalam daerah itu sendiri.

Promosi dan publisitas dalam pariwisata memegang peranan penting dalam mengemban dan mengembangkan peradaban manusia dengan menonjolkan aspek moral, kultural, sosial, etika, edukasi, dan psikologi yang dimiliki khalayak di suatu daerah. Perencanaan promosi dan publisitas pariwisata didasarkan pada landasan strategi komunikasi pemasaran, cara, strategi, taktik dan teknik yang telah dikuasai sebaik-sebaiknya

2. Pariwisata Berbasis Masyarakat.

Pariwisata berbasis masyarakat merupakan langkah yang lebih maju yang dilakukan dalam bidang pariwisata. Pariwisata bentuk ini diterapkan untuk

(21)

commit to user

memperjelas peran masyarakat setempat terhadap keberhasilan kegiatan tersebut.

Pariwisata berbasis masyarakat ditandai dengan keterlibatan masyarakat sejak perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan pariwisata. Dalam hal ini yang paling penting adalah meyakinkan dan membuktikan penduduk setempat bahwa pariwisata memang dapat memberikan keuntungan.

Menurut Hartono (2003)menyatakan bahwa “Pariwisata berbasis masyarakat ini menjadikan masyarakat sebagai perencana, pelaksana, pengelola, dan pengembang sampai pada tahaap pemantauan dan evaluasi. Masyarakat terlibat aktif dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidupmasyarakat” (hlm. 164).

Pariwisata berbasis masyarakat dikembangkan berdasarkan prinsip keseimbangan dan keselarasan. Prinsip pembangunan community based tourism menekankan pembangunan pariwisata yang memuat dari, oleh dan untuk masyarakat. Dalam hal ini pariwisata menggantungkan peran masyarakat sekitar untuk memajukan pariwisata seperti dalam wisata kawasan karst. Masyarakat setempat atau mereka yang bertempat tinggal di sekitar daerah tujuan wisata mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan pariwisata didaerahnya. Peran serta masyarakat di dalam memelihara sumber daya alam dan budaya yang berpotensi untuk menjadi daya tarik wisata tidak dapat diabaikan.

Dalam konteks ini hal yang terpenting adalah upaya memberdayakan masyarakat setempat dengan mengikutsertakan mereka dalam berbagai kegiatan pembangunan pariwisata (Rara Sugiarti, 2006).

Pariwisata berbasis masyarakat menuntut adanya koordinasi dan kerja sama serta peran dari semua pihak yang terkait, karena itu partisipasi masyarakat sangat mendorong terwujudnya kerja sama. Usaha-usaha yang akan dilaksanakan dalam pariwisata berbasis masyarakat harus memperhatikan kondisi dan karakteristik masyarakat setempat serta sifat masing-masing objek dan daya tarik wisata. Hal ini berkaitan dengan adanya program sadar wisata yaitu kondisi dimana masyarakat saat memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang pariwisata dan arti penting pembangunan pariwisata bagi kehidupan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. Sehingga sebagian masyarakat belum menyadari

(22)

commit to user

bahwa pembangunan pariwisata dapat memberikan keuntungan. Dengan memahami hal itu, masyarakat diharapkan akan berperan serta dalam berbagai program pengembangan pariwisata.

Menurut pendapat Rara Sugiarti (2006) dalam mengelola dan mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat hal lain yang perlu diperhatikan adalah mempertahankan unique values yang berupa adat istiadat, upacara tradisional, kepercayaan, seni pertunjukkan tradisional, dan seni kerajinan khas yang dimiliki oleh masyarakat di kawasan tersebut.

Dalam upaya mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat, pengembangan itu perlu diarahkan untuk menciptakan keseimbangan dalam memenuhi kepentingan generasi yang akan datang tanpa mengurangi nilainya. Pengembangan kawasan berdasarkan konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan menekankan adanya sikap berwisata yang positif dan bertanggung jawab, baik dari pandangan wisatawan, pengelola maupun masyarakat disekitar lokasi pariwisata.

Keberhasilan pembangunan pariwisata kawasan karst akan tercermin dari penerapan sikap tersebut dalam pengembangan berbagai jenis wisata minat khusus, seperti wisata peninggalan sejarah (heritage tourism), wisata spiritual (spiritual tourism), wisata pertanian (agritourism), wisata budaya (culture tourism), wisata pedesaan (rural tourism), wisata berbasis kegiatan budaya (event tourism) dan berbagai jenis wisata minat khusus lainnya.

3. Perubahan Sosial.

a. PerubahanSosial.

Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencangkup sistem sosial. Terdapat perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan. Berbicara tentang perubahan, menurut Strasser &

Randel (1981), kita membayangkan sesuatu yang terjadi setelah jangka waktu tertentu; kita berurusan dengan perbedaan keadaan yang diamati antara sebelum dan sesudah jangka waktu tertentu. Untuk mendapatkan perbedaan, ciri-ciri awal unit analisis harus diketahui dengan cermat-meski terus berubah (Piotr Szotompka, 2008 ; 3). Jadi konsep dasar perubahan sosial mencangkup tiga

(23)

commit to user

gagasan; 1) perbedaan; 2) pada waktu berbeda; dan 3) di antara keadaan sistem sosial yang sama.

Kita hidup dalam dunia yang terus berubah. Masyarakat dan kebudayaan terus menerus mengalami perubahan-perubaan, kebiasaan, aturan kesusilaan, hukum, lembaga-lembaga, terus berubah, dan semua perubahan-perubahan ini mengakibatkan perubahan lain lagi, secara timbal balik dan berbelit-belit.

Perubahan ini berlangsung terus menerus, walaupun kecepatan perubahan tidak selalu sama, sehingga pada masyarakat yang bersifat statis (Adham Nasution 1983). Perubahan-perubahan dalam masyarakat terjadi melalui pengenalan unsur- unsur baru yang diperkenalkan dalam masyarakat dalam dua cara yaitu, dengan penemuan-penemuan baru yang terjadi dalam masyarakat itu dan melalui pengaruh masyarakat lain (Adham Nasution 1983).

Perubahan sosial sebagai bagian dari proses sosial yang mencakup perubahan dalam struktur fungsi, budaya kelompok manusia dan lembaga kemasyarakatan (Daldjoeni, 1979). Selain itu perubahan sosial adalah perubahan-perubahan dalam lembaga masyarakat yang memengaruhi sistem sosial, termasuk di dalamnya nilai sikap dan pola perilaku antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.Perubahan sosial adalah proses sebagai akibat adanya dinamika anggota masyarakat yang didukung oleh sebagaian besar anggota masyarakat yang merupakan tuntutan kehidupan dalam mencari kestabilan (Nursid Kusumaatmaja, 1986).

Tercipta suatu keseimbangan atau kegoncangan, konsesus atau pertikian, harmoni atau perselisihan, kerja sama atau konflik, damai atau perang, kemakmuran atau krisis dan sebagainya, berasal dari sifat saling memengaruhi dari keseluruhan ciri- ciri sistem sosial yang kompleks. Adakala perubahan itu hanya terjadi sebagian, terbatas ruang lingkup, tanpa menimbulkan akibat besar terhadap unsur lain dari sistem. sistem dari keseluruhan tetap, tak terjadi perubahan menyeluruh atas unsur-unsur meski di dalam terjadi perubahan sedikit demi sedikit (Piotr Szotompka, 2008).

Menurut Gillin dan Gillin dalam Soerjono Soekanto (1990) “bahwa perubahan sosial adalah suatu variabel dari cara-cara hidup yang telah diterima oleh masyarakat, yang disebabkan oleh adanya perubahan kondisi

(24)

commit to user

geografis,kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena ada difusi dan penemuan baru dalam masyarakat” (hlm. 336).

Pitirim A. Sorokin dalam Soerjono Soekanto (1982) berpendapat bahwa segenap usaha untuk mengemukakan adanya suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam perubahan-perubahan sosial tidak akan berhasil baik. Dia meragukan kebenaran akan adanya lingkaran-lingkaran perubahan sosial tersebut. Akan tetapi, perubahan-perubahan tetap ada dan yang paling penting adalah lingkaran terjadinya gejala-gejala sosial harus dipelajari karena dengan jalan tersebut barulah akan dapat diperoleh suatu generalisasi. Sedangkan Kingsley Davis (1990) mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat

b. PenyebabPerubahanSosial.

Penyebab perubahan sosial juga bisa datang dari faktor pribadi mayarakat, misalnya keinginan dari setiap individu yang ada dalam masyarakat untuk merubah kehidupan, sehingga mau tidak mau struktur masyarakat tersebut berubah pula. Pendapat ini diperkuat oleh Morris Ginsberg sebagaimana dikutip dalam Tilaar (2002) sebagai berikut;

”Moris Ginsberg menelaah mengenai faktor-faktor penyebab perubahan. Dari beberapa faktor yang dikemukakannya dapat kita catat tiga faktor yang bertumpu pada pribadi seseorang. Sebab-sebab tersebut ialah: 1) Keinginan-keinginan dan keputusan yang sadar dari pribadi-pribadi untuk mengadakan perubahan. 2) sikap pribadi tertentu karena kondisi sosial yang telah berubah. 3) pribadi atau kelompok yang menonjol di dalam suatu masyarakat yang menginginkan perubahan” (hlm 7).

Menurut pendapat Soerjono Soekanto (2005) dalam proses perubahan sosial, terdapat ciri-ciri sebagai berikut:

1) Tidak ada satu masyarakat pun yang berhenti berkembangan, karena setiap masyarakat pasti mengalami perubahan.

2) Perubahan sosial budaya tidak dapat dibatasi pada bidang tertentu saja.

3) Perubahan pada lembaga kemasyarakatan tertentu saja akan diikuti oleh lembaga kemasyarakatan.

(25)

commit to user

4) Perubahan sosial budaya yang cepat biasanya akan menimbulkan adanya disorganisasi yang bersifat sementara, sebab dalam proses penyesuaian diri.

Astrid S. Susanto (1983) mengungkapkan faktor-faktor yang mempermudah jalannya perubahan sosial sebagai berikut Jiwa yang terbuka terhadap perubahan.

1) Berkembangnya ilmu pengetahuan yang dapat menambah pemecahan mengenai berbagai masalah yang dihadapai.

2) Timbulnya keinginan-keinginan baru yang dijadikan sebagai cita-cita rasional yang harus memperjuangkan pencapaiannya dalam membuka hati bangsa sehingga mendorong terjadinya perubahan.

3) Bertambahnya pendidikan.

4) Penemuan-penemuan baru di sektor sosio budaya tertentu yang menjadi peluang penting dan membutuhkan perubahan kode etik dan perilaku yang selaras dengan pola-pola baru yang masih terbentuk.

5) Kemajuan negara lain yang merupakan faktor peluang bagi negara berkembang untuk mengadakan perubahan di sektor utama kehidupan Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat bisa terjadi secara lambat dan secara cepat. Perubahan-perubahan yang terjadi secara lambat dan secara cepat dalam masyarakat dapat digambarkan sebagai berikut :

1) Perubahan yang terjadi secara lambat

Perubahan yang terjadi secara lambat (evolusi) adalah perubahan dalam jangka waktu yang lama, terdapat rentetan perubahan-perubahan kecil yang mengikuti dengan lambat. Pada perubahan yang lambat ini perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa suatu rencana atau kehendak tertentu. Perubahan-perubahan terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, kondisi-kondisi baru yang timbul seiiring dengan pertumbuhan masyarakat. Terdapat beberapa teori perubahan secara evolusi dalam masyarakat, yang diantaranya adalah sebagai berikut :

a) Unilinear Theories Of Evolution, dinyatakan bahwa manusia dan masyarakat termasuk kebudayaan mengalami perkembangan melalui tahap-tahap tertentu dari mulai yang sederhana menuju yang

(26)

commit to user

sempurna. Dikatakan pula bahwa masyarakat berkembang melalui tahap-tahap yang masing-masing didasarkan pada suatu sistem kebenaran. Pada dasar tahap pertama kepercayaan, dasar tahap kedua adalah indra dan dasar tahap terakhir adalah kebenaran.

b) Universal Theories Of Evolution, dinyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidaklah perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap.

Bahwa kebudayaan manusia telah mengikuti garis evolusi yang tertentu. Masyarakat merupakan suatu hasil dari perkembangan dari kelompok homogen ke kelompok yang heterogen.

c) ImultilinetTheories Of Evolution, perubahan-perubahan terjadi secara bertahap, maka tiap-tiap perubahan kebudayaan menimbulkan pengaruh sosial. Sebagai contoh perubahan sistem pencaharian dari berburu ke masa bercocok tanam menimbulkan pengaruh pada kehidupan sosial dengan mulai hidup menetap dan membentuk masyarakat.

2) Perubahan yang terjadi secara cepat.

Perubahan secara cepat (revolusi) adalah perubahan yang terjadi secara cepat mengenai sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat seperti lembaga-lembaga dalam masyarakat. Di dalam perubahan secara revolusi ini perubahan dapat direncanakan maupun tidak direncanakan. Menurut Soerjono Soekanto (2005) tentang syarat-syarat terjadinya revolusi sebagai berikut :

a) Harus ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan.

b) Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin mayarakat tersebut.

c) Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan-keinginan masyarakat, kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas masyarakat untuk dijadikan arah dan gerak masyarakat.

d) Pemimpin tersebut dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat.

Ada momentum untuk mengadakan suatu revolusi, yaitu suatu saat yang tepat untuk melakukan revolusi. Sebagai contoh terjadi proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Saat yang tepat, yaitu bertepatan dengan

(27)

commit to user

kekalahan Jepang terhadap Sekutu. Ada para pemimpin yang mampu menampung keinginan-keinginan masyarakat dan merumuskan tujuan.

4. Pengembangan Ekonomi Lokal.

Ekonomi adalah sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Kata "ekonomi" sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti "keluarga, rumah tangga" dan νόμος (nomos), atau "peraturan, aturan, hukum," dan secara garis besar diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau "manajemen rumah tangga" (Sastradipoera, 2001).

Pengertian lokal dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan setempat.

Namum dalam pengertian lokal yang terdapat dalam definisi pengembangan ekonomi lokal tidak merujuk pada batasan wilayah administratif tetapi lebih pada peningkatan kandungan komponen lokal maupun optimalisasi pemanfaatan sumber daya lokal (Poerwadarminta, 1987).

Pengembangan ekonomi lokal merupakan suatu konsep pembangunan ekonomi yang mendasarkan pada pendayagunaan sumber daya lokal yang ada pada suatu masyarakat, sumber daya manusia, sumber daya alam. Pendayagunaan sumber daya tersebut dilakukan oleh masyarakat dan bersama pemerintah lokal maupun kelompok-kelompok masyarakat yang ada. Untuk mencapai tersebut, pemerintah daerah dan masyarakat harus secara bersama-sama mengambil inisiatif dalam pengembangan ekonomi lokal.Menurut World Bank (2001) pengembangan ekonomi lokal sebagai proses yang dilakukan secara bersama oleh pemerintah, usahawan, dan organisasi non pemerintah untuk menciptakan kondisi yang lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di tingkat lokal.

Menurut Blakely dan Bradshaw dalam Suandy (1998) dimana pengembangan ekonomi lokal adalah proses pemerintah lokal dan organsisasi masyarakat terlibat untuk mendorong, merangsang, memelihara aktivitas usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaankemitraan antara dunia usaha dan pemerintah dan masyarakat pada wilayah tertentu, yang memungkinkan kerjasama dalam perancangan dan pelaksanaan strategi pembangunan secara umum, dengan menggunakan sumber

(28)

commit to user

daya lokal dan keuntungan kompetitif dalam konteks global, dengan tujuan akhir menciptakan lapangan pekerjaan yang layak dan merangsang kegiatan ekonomi.

Dari sisi masyarakat, pengembangan ekonomi lokal diartikan sebagai upaya untuk membebaskan masyarakat dari semua keterbatasan yang menghambat usahanya guna membangun kesejahteraan. Kesejahteraan tersebut dapat diartikan secara khusus sebagai jaminan keselamatan bagi usaha, dan bagi harga diri sebagai manusia. Semua jaminan tersebut tidak dapat diperoleh dari luar sistem masyarakat karena tidak berkelanjutan, dan oleh karena itu harus diupayakan dari sistem masyarakat itu sendiri yang kerap kali disebut kemandirian. usaha, dan bagi harga diri sebagai manusia. Semua jaminan tersebut tidak dapat diperoleh dari luar sistem masyarakat karena tidak berkelanjutan, dan oleh karena itu harus diupayakan dari sistem masyarakat itu sendiri yang kerap kali disebut kemandirian. Dengan demikian, pembangunan ekonomi lokal merupakan upaya pemberdayaan masyarakat ekonomi dalam suatu wilayah dengan kekuatan masyarakat lokal, baik itu kekuatan nilai lokasi, sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi, kemampuan manajemen kelembagaan (capacity of institutions) maupun aset pengalaman (Haeruman, 2001).

Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan kesejahteraan masyarakat telah menumbuhkan aspirasi dan tuntutan baru dari masyarakat untuk mewujudkan kualitas kehidupan yang lebih baik. Aspirasi dan tuntutan masyarakat itu dilandasi oleh hasrat untuk lebih berperan serta dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur dan sejahtera. Dalam ekonomi yang makin terbuka, ekonomi makin berorientasi pada pasar, peluang dari keterbukaan dan persaingan pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan ekonominya lemah. Dalam keadaan ini harus dicegah agar prosesterjadinya kesenjangan yang makin melebar, karena kesempatan yang muncul dari ekonomi yang terbuka hanya dapat dimanfaatkan oleh wilayah, sektor, dan golongan ekonomi yang lebih maju. Secara khusus perhatian harus diberikan dengan pemihakan dan pemberdayaan masyarakat melalui pembangunan ekonomi lokal.

(29)

commit to user B. Kerangka Berpikir

Gambar 1 : Skema Kerangka Berpikir Penelitian Tentang Eksistensi Pariwisata Telaga Sarangan

Dari skema di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

Kota Magetan adalah kota kecil dengan sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian di bidang pertanian. Kota ini memiliki potensi kekayaan alamyang indah dan masih alami karena terletak di daerah pegunungan dengan kesejukan udara yang belum tercemari berbagai macam polusi udara sehingga merupakan tempat tujuan rekreasi para wisatawan dari berbagai daerah untuk melepaskan kepenatan dari kesibukan sehari-hari. Objek pariwisata yang ada di

Pariwisata Masyarakat

Perubahan sosial ekonomi masyarakat

sekitar Potensi dan Daya Tarik Wisata Telaga

Sarangan

Pemerintah Daerah Wisata Telaga

Sarangan Kawasan Objek

Wisata Sarangan

(30)

commit to user

Kabupaten Magetan antara lain adalah Telaga Sarangan, Air Terjun Pundak Kiwo, dan Telaga Wurung. Tetapi yang paling utama dan banyak menambah kas Kabupaten Magetan adalah Objek WisataTelaga Sarangan.

Kawasan Wisata Telaga Sarangan yang terletak di lereng gunung Lawu dengan ketinggian 1200 MDplmerupakan pintu gerbang pariwisata Jawa Timur dari arah barat serta berdekatan dan berbatasan dengan objek wisata Tawang Mangu, Karanganyar, Jawa Tengah sehingga Kawasan Wisata Telaga Sarangan ini mempunyai lokasi yang sangat strategis dalam pengembangan kepariwisataan.

Peran masyarakat dan pemerintah terutama dinas pariwisata sangat penting untuk mengelola daerah objek wisata menjadi lebih baik dan berkembang. Dinas Pariwisata Kabupaten Magetan berperan besar dalam pegelolaan objek wisata Telaga Sarangan, misalnya saja dengan memberikan dana bantuan untuk mengembangkan objek wisata Telaga Sarangan dengan harapan bisa menarik wisatawan lebih banyak lagi.

Semakin ramainya wisatawan yang berkunjung, maka akan membuka peluang usaha bagi masayarakat sekitar objek wisata Telaga Sarangan. Misalnya saja ada yang berdagang, menyewakan tempat parkir, dan sebagainya. Masyarakat sekitar juga dilibatkan dalam pengelolaan objek wisata Telaga Sarangan. Beberapa penduduk sekitar dijadikan sebagai pegawai objek wisata Telaga Sarangan. Ada yang menjadi guide, petugas kebersihan dan tukang parkir. Masyarakat sekitar juga banyak yang membuka usaha, seperti berjualan kerajinan tangan, makanan dan minuman di sekitar lokasi objek wisata.

Dengan adanya objek wisata Telaga Sarangan akan meningkatkan pendapatan daerah bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Magetan. Selain itu juga akan membawa perubahan sosial dan ekonomi bagi masyarakat khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar objek wisata Telaga Sarangan, melalui berbagai jenis usaha yang dijalankan.

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa rumusan masalah yang diambil dari latar belakang di atas adalah: Bagaimana merancang aplikasi pesan dengan menerapkan algoritma ELGamal dalam pengamanan

Bab ini berisi tentang ulasan mengenai teori dari Jan Hendriks mengenai Pembangunan Jemaat menjadi Jemaat vital dan menarik serta kaitannya dengan visi-misi dan konsepsi

Pengaruh konsentrasi aktivator dan waktu perendaman yang semakin bertambah menyebabkan kadar abu mengalami fluktuasi karena semakin banyak dan lamanya aktivator

Pe- nempatan Siti Zaitun sebagai Pegawai Bank, orang kampung menyebutnya “Orang Bank”, sudah cukup memberi in- formasi bahwa Siti Zaitun adalah tokoh wanita yang

Sepanjang pengetahuan penyelidik, kajian lepas yang melaporkan tentang amalan pemberian makanan kepada kanak-kanak dan remaja autisme dan sumber maklumat pemakanan dalam

Dengan menggunakan teori ketergantungan ini sebagai salah satu faktor pendukung penelitian ini diharapkan dengan teori ini peneliti dapat memberikan hasil yang

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat, hidayah dan segala petunjuk yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi yang berjudul ”Penetapan Kadar Hidrokuinon dalam Sediaan

Pelaksanaan Pembelajaran Tajwid Di Madrasah Diniyah Takmiliyah Nurul Jannah Kelas VI Desa Cinta Puri Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Banjar berusaha untuk