BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Etiket Komunikasi
2.1.1 Etiket
Hal mendasar yang harus dijunjung oleh setiap insan di manapun berada yaitu etiket. Etiket berasal dari kata Etiqueete yang berasal dari Perancis yaitu kartu undangan. Awalnya etiket digunakan di masa kerajaan Perancis yang sedang mengadakan pertemuan resmi seperti pesta ataupun resepsi untuk kalangan elite kerajaan atau bangsawan.
Ketika pelaksanaan pertemuan tersebut maka telah ditentukan berbagai peraturan atau tata krama yang harus dipatuhi seperti cara berpakaian, cara duduk, cara bersalaman, cara berbicara, dan cara bertamu dengan sikap serta perilaku yang pemuh sopan santun dalam pergaulan resmi.
Sedarmayanti menyatakan etiket merupakan cara bicara yang sopan, cara duduk, menerima tamu, dan sopan santun lainnya (Sedarmayanti, 2005). Selain itu, Ernawati menjelaskan cara bergaul antar individu yang meliputi aturan, tatakrama, tata terbit, sopan santun dalam tindakannya dapat disebut dengan etiket (Ernawati, 2004).
Sehingga dari pengertian tersebut dapat diketahui etiket merupakan perilaku yang dapat digunakan dalam memperlancar pergaulan dan dapat pula untuk membantu seseorang dalam menunjang dan mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam perkembanganya, etiket menitikberatkan pada bagaimana cara seseorang dalam berbicara yang sopan, cara berpakaian, cara duduk, cara menerima tamu dengan sopan santun. Etiket merupakan sekumpulan peraturan-peraturan yang tidak tertulis, namun sangat penting untuk diketahui oleh setia orang.
Dalam artian sempit etiket juga sering disebut dengan etika yang artinya tata cara dalam berhubungan dengan individu lain. Sedangkan dalam arti luas etiket merupakan tindakan mengatur tingkah laku atau
dikarenakan agar manusia tidak melanggar norma atau kebiasaan yang berlaku di masyarakat (Kasmir, 2004). Maka dari itu, Etiket dan etika memiliki hubungan yang erat antara satu sama lain dengan standar penilaian perilaku manusia.
K. Bertens menyatakan bahwa terdapat empat perbedaan antara etika dengan etiket, yaitu:
1. Etiket menyangkut cara atau tata cara manusia yang baik dalam melakukan perbuatan sehari-hari. Sedangkan etika menyangkut cara dilakukannya suatu suatu perbuatan sekaligus memberi norma dari perbuatan itu sendiri.
2. Etiket berlaku ketika terdapat situasi di mana seseorang tidak sedang sendiri atau dapat berlangsung ketika terdapat orang lain disekitarnya. Sehingga ketika tidak ada orang lain disekitar individu maka etiket tidak dapat berlaku. Berbeda dengan etiket, etika akan berlaku ketika seseorang sedang sendiri ataupun bersama dengan orang lain.
3. Etiket bersifat relative di mana suatu hal dapat dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan atau kelompok maka belum tentu dianggap tidak sopan dengan kebudayaan atau kelompok lain. Etika bersifat absolut yang artinya tidak dapat ditawar- tawar yang mana ketika perbuatan itu baik maka akan dipuji sedangankan perbuatan buruk akan diberi sanksi.
4. Etiket memandang seseorang dari sisi lahiriah di mana yang tampak berperilaku sopan dan santun belum tentu bersifat baik, namun bisa saja memiliki sifat yang buruk. Etika memandang manusia dari sisi dalam di mana orang yang beretika bersikap etis dan baik dari dalam diri mereka dengan sadar.
Bertens menyatakan bukan hanya memiliki perbedaan, namun etika dan etiket juga memiliki persamaan yaitu etiket dan etika menyangkut dengan perilaku manusia dalam kesehariannya. Selain itu, etika dan etiket sama-sama mengatur perilaku manusia secara normative yang
artinya memberikan norma kepada manusia yang bertujuan untuk mengetahui apa yang boleh dilakukan dan tidak dibolehkan
2.1.2 Komunikasi
Dalam bahasa inggris, komunikasi dapat disebut dengan Communication yang berawal dari kata communis yang dapat diartikan yaitu sama. Maksud dari kata sama dari arti communis yaitu adanya kesamaan makna dalam suatu percakapan. Maka komunikasi akan berjalan ketika terdapat kesamaan makna antara keduabelah pihak yang terlibat dalam pengiriman pesan (Nurudin, Ilmu Komunikasi Ilmiah dan Populer , 2017).
Hafied Cangara, dalam bukunya pengantar komunikasi mengutip dari pernyataan Rogers bahwasannya proses suatu ide berupa pesan dipindahkan dari sumber kepada penerima yang dapat berupa individu atau kelompok yang memiliki tujuan tingkah laku dari seseorang akan berubah merupakan pengertian dari komunikasi (Cangara, 2016).
Pendapat ahli lain menurut Hovland yang dikutip Effendy, komunikasi merupakan kegiatan terstruktur seseorang dalam merumuskan secara tegas asas penyampaian informasi dalam membentuk pendapat dan sikap dari lawan bicaranya (Effendy, 2017).
Ketika seseorang berkomunikasi terdapat berbagai unsur menurut Joseph A. Devito, K. Sereno dan Erika Vora, terdapar unsur-unsur dalam proses berkomunikasi memiliki seperti sumber, pesan, media, penerima, dan umpan balik (Oktarina & Abdullah, 2017).
a. Source (Sumber)
Ketika berkomunikasi, seseorang akan menyertakan sumber sebagai penyampai pesan /informasi. Dalam hal komunikasi pada pembelajaran jarak jauh, dasar sebagai sumber dalam berkomunikasi antara pengajar dan peserta ajar yaitu buku cetak, dokumen, dan sebagainya.
b. Message (pesan)
Pesan merupakan materi pernyataan yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Seperti ketika dosen menyampaikan pesan berupa materi pelajaran kepada mahasiswa.
Dosen dapat menyampaikan pesan melalui lisan maupun tulisan, atau juga berupa lambang, gambar, warna, ataupun isyarat lainnya dengan syarat antara komunikator dan komunikan saling memahami mengenai pesan yang disampaikan.
c. Channel (media)
Media atau channel dapat diartikan sebagai alat yang menunjang dalam pemindahan informasi atau pesan dari komunikator kepada komunikan. Media adalah saluran sebagai penyampaian pesan yang dapat ditunjukan kepada komunikan baik individu, kelompok maupun massa.
d. Komunikan (Penerima)
Komunikan atau yang dapat disebut sebagai decorder atau receiver memiliki arti yaitu seseorang yang menerima pesan. Seorang komunikan dapat berupa individu atau kelompok yang menaungi partai, massa, lembaga, ataupun negara. Komunikan memiliki suatu tugas dalam kegiatan decoding yaitu proses penafsiran pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan. pada komunikasi pada pembelajaran jarak jauh, mahasiswa memiliki peran sebagai komunikan.
e. Komunikator
Komunikator merupakan pihak yang menyampaikan pesan. Dosen ataupun guru dapat berperan sebagai komunikator yang mengirimkan informasi kepada siswa/mahasiswanya.
f. Efek/pengaruh
Efek dapat disebut sebagai hasil dari penerimaan pesan yang telah disampaikan berupa lisan, lambang, ataupun simbol yang dapat membuaat perubahan baik dalam pengetahuan, sikap, ataupun tindakan terhadap individu ataupun kelompok. Dalam hal pembelajaran, dosen yang telah memberikan materi pembelajaran
kepada mahasiswa akan mendapatkan pengaruh baik berupa perubahaan sikap atau tingkah laku mahasiswa.
g. Feedback
Feedback atau yang bisa disebut umpan balik yaitu suatu bentuk tanggapan dari penerima kepada penyampai pesan yang dapat berupa tindakan, pemikiran atau hal lain hasil dari komunikasi. Pengaruh yang diterima secara langsung oleh komunikator merupakan umpan balik (Cangara, 2016).
Keenam komponen tersebut apabila dilaksanakan sebagaimana mestinya maka komunikasi akan berjalan dengan efektif, baik, dan efisien. Maka dari itu dapat disimpulkan proses komunikator dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan yang memiliki efek atau tujuan tertentu.
2.1.3 Etiket Komunikasi
Keberhasilan proses komunikasi dapat ditentukan juga dari etiket karena pesan yang disampaikan dapat sampai dengan baik apabila komunikasi dilakukan bersamaan dengan etiket. Dalam berkomunikasi antar manusia juga memiliki dimensi norma benar dan salah sehingga ketika berkomunikasi harus dibimbing oleh pertimbangan etis dengan memperhatikan keefektifan dan kepuasaan. Oleh karena itu, etiket komunikasi dapat diartikan sebagai cara seseorang berinteraksi yang sesuai dengan nilai atau norma yang berlaku di dalam masyarakat atau kelompok tertentu.
Pada dasarnya komunikasi dapat dilakukan secara tatap muka, bermedia, tulisan, ataupun secara isyarat. Bagaimanapun cara berkomunikasi, etiket seseorang perlu diperhatikan. Seperti ketika berkomunikasi secara media dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, etiket berkomunikasi antara mahasiswa dan dosen harus dijunjung.
Etiket dapat juga dikatakan dengan turunan atau bagian dari etika yang diwujudkan dengan tatakrama atau tata cara seseorang dalam menjalin hubungan dengan individu lain sehingga bersifat relatif. Dapat
diartikan etiket tergantung dengan sudut pandang dan kebiasaan yang dilakukan dalam suatu kelompok tertentu.
Etika dan etiket adalah hal yang mendasar dalam kehidupan. Etiket komunikasi dalam sehari-hari yang dapat diterapkan yaitu berbahasa yang baik, ramah dan sopan, berinisiatif sebagai pembuka dialog, menggunakan panggilan/sebutan orang dengan baik, bertingkah laku yang baik/ramah, lapang dada dalam berkomunikasi, bersikap dewasa tidak kekanak- kanakan, menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai dengan karakteristik lawan bicara, menggunakan volume, nada, atau intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik, menggunkaan komunikasi non verbal yang baik sesuai dengan budaya yang berlaku seperti berjabat tangan, mengucapkan permisi, merunduk, hormat, dan dapat menerima segala perbedaan pendapat (Yusuf, 2021)
Etiket dapat diartikan juga dengan etika, sehingga ketika berkomunikasi komunikan ataupun komunikator harus memahami dasar- dasar dari etika komunikasi. Suranto menyatakan terdapat 6 dasar-dasar dari etika komunikasi yaitu (Suranto A. , 2011) :
1. Berperilaku sopan dan ramah kepada siapapun.
2. Memberikan perhatian kepada lawan bicara atau tidak egois dengan tidak mementingkan diri sendiri.
3. Memperhatikan perasaan orang lain ketika berbicara dengan tidak memotong pembicaraan saat berkomunikasi.
4. Memiliki rasa ingin membantu terhadap orang lain.
5. Memiliki sikap toleransi kepada siapapun
6. Dapat mengendalikan diri terhadap orang lain dengan mengendalikan emosi dalam situasi apapun.
Dalam berkomunikasi juga terdapat kesalahan-kesalahan dalam beretika, antara lain :
1. Menggunakan bahasa yang tidak tepat ketika berkomunikasi.
Dalam pembelajaran jarak jauh, mahasiswa sudah seharusnya
menggunakan bahasa yang sopan dan dapat dimengerti ketika berkomunikasi dengan dosen.
2. Setiap orang memiliki kesibukan masing-masing, namun tidak jarang individu tidak menghargai waktu lawan bicaranya.
3. Ketik berkomunikasi secara jarak jauh, komunikasi dilakukan melalui media seperti smartphone. Komunikator tidak seharusnya berkomunikasi ketika di waktu istirahat disebabkan mengganggu dan terkesan tidak menghargai waktu komunikan.
4. Kesalahan ketika menyapa seperti dalam komunikasi termediasi maka komunikasi dapat dilakukan seperti ketika mengawali chat kepada dosen maka diawali dengan ucapan salam dan mengenalkan diri, tidak langsung keinti pembicaraan.
5. Kurangnya kepekaan saat mendengar ketika berkomunikasi sehingga membuat pesan yang tersampaikan berjalan secara tidak efektif.
6. Mempermalukan indindividu lain ketika terdapat kesalahan secara di depan umum. (Suranto, 2010)
2.2 Proses komunikasi termediasi
Semakin pesatnya teknologi komunikasi memudahkan manusia dalam berkomunikasi di manapun dan kapan tanpa terbatasnya ruang dan waktu.
Pada masa kini manusia dapat berkomunikasi tanpa harus bertemu secara langsung atau yang biasa disebut dengan face to face, namun komunikasi dapat dilakukan ketika komunikan dan komunikator berada di tempat yang berbeda.
Fenomena tersebut dapat hadir dengan terciptanya berbagai teknologi komunikasi seperti smartphone dan laptop, yang dapat diketahui dengan sebutan CMC (computer mediated communication) atau komunikasi yang termediasi oleh perangkat komputer. Maksud dari CMC, komputer yang digunakan bukan hanya perangkat personal computer (PC), namun dapat berupa alat berbasis komputer lain seperti smartphone, laptop, ataupun tablet.
(Munadi, 2010).
CMC dapat diketahui sebagai komunikasi yang dilakukan komunikan dan komunikator melalui media komputer yang telah tersambung oleh internet. CMC menggunakan teknologi telekomunikasi yang memfasilitasi pertukaran pesan yang diproses melalui satu atau lebih komputer antar individua tau kelompok (Budiargo, 2015). CMC merupakan sebuah kebutuhan masyarakat di masa kini di mana teknologi komputer digunakan pada kehidupan sehari-hari terutama sebagai interaksi sosial.
Selain menggunakan komputer, proses CMC dapat berjalan dengan didukungnya perangkat internet dan aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan.
Komunikasi termediasi ini memiliki cakupan dalam berkomunikasi seperti chatting, media sosial, website, yang termasuk dapat berkomunikasi dengan tekstual, grafis, foto, audio ataupun video.
Komunikasi yang dilakukan secara tatap muka ataupun komunikasi termediasi pastinya memiliki kelemahannya masing-masing. Salah satu kelemahan dari CMC yaitu komunikasi yang dilakukan secara kinetik sehingga memiliki keterbatasan bahasa dan mengenal ekspresi. Kinetik yang digunakan sistem komputer sangatlah berbeda dibandingkan ketika berkomunikasi secara langsung. Hal tersebut yang dapat memungkinkan terjadinya hambatan komunikasi.
Menurut Budiargo dalam bukunya berkomunikasi ala Net Generation, komunikasi yag dilakukan melalui mediasi komputer meminimalisasikan bahkan menghilangkan konteks “frame”. Maksud dari “frame” tersebut adalah bagaimana seseorang menggambarkan penampilam ataupun perilaku dari lawan bicaranya sehingga membuat pelaku komunikasi dapat mengkontekstualisasikan produksi budaya dari lawan bicaranya ketika sedang berinteraksi (Budiargo, 2015). Pada komunikasi secara face to face, seseorang dituntut untuk memahami latar belakang dari lawan bicaranya yang menjadi identitas namun, ketika berkomunikasi secara termediasi melalui computer dapat memudarkan stereotype yang mempengaruhi komunikasi tersebut disebabkankomunikan dan komunikator tidak bertemu secara langsung.
Dengan komunikasi termediasi juga mempermudah komunikasi pada dunia pendidikan terkhusus pada pembelajaran jarak jauh. Perkembangan
teknologi membuat komunikasi dapat berlangsung secara jarak jauh, begitupula dengan pembelajaran seperti yang dinyatakan oleh kemendikbud bahwasannya pembelajaran jarak jauh dapat diketauhi juga sebagai PJJ yaitu pendidikan dengan kondisi peserta didik dan pengajar terpisah lokasi sehingga pembelajaran menggunakan teknologi informasi dan komunikasis sebagai media pembelajaran.
Dilihat dari prosesnya, pendidikan dan komunikasi memiliki kesamaan dalam arti terdapat proses yang melibatkan komunikan dan komunikator yang saling mengirimkan pesan. Dalam tingkat perkuliahan, komunikator adalah dosen yang menyampaikan pesan berupa materi, sedangkan komunikan yaitu mahasiswa yang menerima materi yang dijelaskan oleh dosen (Effendy, 2017).
Bukan hanya terdapat kesamaan, komunikasi dan pendidikan juga memiliki perbedaan yang dapat dilihat dari tujuan dan efeknya. Pendidikan memiliki efek dan tujuan yang lebih khusus dibandingkan komunikasi.
Sedangkan, komunikasi memiliki efek dan tujuan yang umum. Kekhususan ini yang menyebabkan terlahirnya istilah khusus dalam proses komunikasi seperti penerangan, propaganda, indoktrinasi, agitasi, dan pendidikan.
Maksud dari istilah tersebut yaitu untuk mencapai persetujuan suatu pokok permasalahan yang termasuk kedalam kepentingan bersama.
Dalam pelaksanaan belajar, diskusi menjadi salahsatu cara berkomunikasi yang efektif. Diskusi dapat dilakukan antara dosen dengan mahasiswanya sendiri ataupun antara mahasiswa dengan mahasiswa lain.
Diskusi dinyatakan efektif disebabkan dalam prosesnya peserta komunikasi akan terbiasa dalam mengungkapkan pendapat atau argumen dan dapat mengkaji dirinya sendiri. Pentingnya diskusi ketika proses pembelajaran berlangsung disebabkan2 hal, yaitu:
1. Di dalam materi yang dibawakan untuk berdiskusi dapat meningkatkan intelektualitas.
2. Dalam komunikasi, sifat dari diskusi yaitu intracommunication dan intercommunication. Intercommunication merupakan kondisi dimana komunikasi dilakukan dengan dirinya sendiri sebagai
bentuk persiapan sebelum melakukan intracommunication (Effendy, 2017)
2.3 Pembelajaran Jarak Jauh
Pengertian dari pembelajaran jarak jauh yaitu salah satu metode pembelajaran yang mana kegiatan pembelajaran berlangsung secara terpisah antara pengajar dan pelajar. Terpisahnya kegiatan ini dilakukan karena perbedaan jarak fisik antara dosen dan mahasiswanya. Salah satu ciri khas dari pembelajaran jarak jauh yaitu terpisahnya pengajar dan pelajar dalam kegiatan pembelajaran (Warsita, 2011).
Pendapat lain menyatakan bahwa pembelajaran jarak jauh yaitu pembelajaran yang dilakukan secara jarak jauh disebabkan terpisahnya pengajar dan pelajar dengan syarat terdapat kemandirian dari diri pelajar dan terdapat alat pendukung untuk pembelajaran seperti komputer yang terakses internet. (Asandhimitra, Zainuddin, Widyasari, & Winataputra, 2004).
Dapat disimpulkan pendidikan jarak merupakan model pembelajaran yang dapat tidak terikat pada ruang dan waktu melalui perantara media komunikasi.
Sistem pembelajaran jarak jauh memiliki karakteristik sebagai berikut (Warsita, 2011) :
1. Pada umumnya guru/instruktur dan peserta didik saat pembelajaran berlangsung dilakukan secara terpisah tanpa bertemu.
2. Proses pembelajaran dilakukan secara mandiri.
3. Memiliki lembaga sebagai naungan yang berperan dalam perencanaan, pengembangan, dan penyampaian bahan pembelajaraan.
4. Pembelajaran dilaksanakan melalui berbagai media.
5. Komunikasi dilakukan secara langsung seperti video conference dan dilakukan secara tidak langsung seperti chatting.
6. Memliki keterbatasan pembelajaran secara praktik dan kelompok belajar
7. Adanya semacam proses industri dalam pengembangan, pengadaan, pendistribusian bahan pembelajaran
Wisnu mengungkapkan bahwa terdapat nilai dan norma ketika proses pembelajaran jarak jauh berlangsung. Etika menjadi panduan dasar dari proses pembelajaran dalam meningkatkan pengetahuan, pembentukan sikap, dan perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma (Khalisha, 2021).
2.4 Penelitian Terdahulu
1. Penerapan Etika Komunikasi Di Kalangan Remaja SMA Al-Mubarok Islamic Boarding School
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penarapan etika komunikasi pada remaja kepada gurunnya di SMA Al-Mubarok. Metode dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu bahwasanya guru berhasil menerapkan strategi komunikasi kepada siswa dan siswi di SMA Al-Mubarok dan mereka mampu menjalankan etika komunikasi. Guru memiliki peran sebagai pelaksana program pembina akhlak dan pendidikan karakter santri, selain itu guru juga memiliki peran dalam memberikan dan membuat peraturan secara tertulis dan tidak tertulis yang bertujuan untuk mengajarkan santri agar beretika ketika berkomunikasi. Selain membuat peraturan, guru juga membuat sanksi dan menghukumsantri ketika terdapat yang melanggar peraturan. Hasil lain dari penelitian ini yaitu faktor pendukung berjalannya etika komunikasi yaitu peraturan tertulis, motivasi yang kuat, dan pengawasan dari pengurus sekolah. Selain itu, terdapat faktor penghambat dalam penelitian ini yaitu kurangnya sikap menghargai antar santri.
Perbedaan dengan penelitian yang akan diteliti yaitu penulis akan meneliti etika komunikasi yang dilakukan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi saat melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Peneliti akan mengetahui apakah mahasiswa melaksanakan etika komunikasi atau tidak ketika pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (Muti'ah, 2018).
2. Penerapan Etika Komunikasi di Media Sosial : Analisis Pada Grup WhatsApps Mahasiswa PPKN Tahun Masuk 2016 Fakultas Ilmu
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana penerapan etika komunikasi pada media sosial terkhusus aplikasi WhatsApp pada mahasiswa yang mengikuti mata kuliah PPKN. Metode yang dipilih oleh peneliti yaitu analisis isi kualitatif dan menggunakan observasi dan dokumentasi sebagai teknik analisis sehingga objek dari penelitian ini yaitu postingan mahsiswa yang mengikuti mata kuliah PPKN di media WhatsApp. Hasil dari penelitian ini yaitu penerapan etika komunikasi yang dilakukan oleh mahasiswa sudah sangat baik dan sopan dilihat dari penyampaian salam dan sapaan ketika mengawali pembicaraan, ucapan terimakasih ketika telah mendapatkan informasi, dan merespon dosen atau mahasiswa lain ketika bertanya. Selain itu, mahasiswa juga memberikan informasi dengan sangat baik dibuktikan dengan pemberian informasi dari sumber yang terpercaya dan positif, tidak menyebarkan konten pornografi, tidak memberikan informasi yang memicu terjadinya konflik dan bersifat SARA, dan tidak adanya plagiat atas hak kekayaan intelektual orang lain. Mahasiswa juga menghargai privasi orang lain. Perbedaan dengan penelitian yang akan diteliti yaitu penulis tidak berfokus kepada satu aplikasi dalam pelaksanaan PJJ. Penulis juga akan melakukan penelitian dengan wawancara dan observasi (Afriani
& Azmi, 2020).
2.5 Basis Teori
Teori pendukung dalam penelitian ini yaitu teori Computer Mediated Communication (CMC). Dengan menggunakan teori ini permasalah yang diteliti akan menjadi lebih jelas ketika berlangsungnya penelitian.
Teori Computer Mediated Communication (CMC)
Di Era masa kini dengan teknologi informasi yang semakin berkembang, metode komunikasi juga semakin berkembang. Komunikasi dapat dilakukan melalui perantara internet atau dapat disebut dengan computer mediated communication atau komunikasi termediasi oleh komputer.
Computer mediated communication (CMC) merupakan istilah komunikasi yang dilakukan oleh dua individua atau kelompok melalui perantara perangkat komputer yang berbeda. Maksud dari hal tersebut yaitu komunikasi antara dua individu atau kelompok dilakukan menggunakan alat bantu berupa komputer yang terdapat aplikasi pada komputer tersebut. Dalam teori ini, komunikan dan komunikator harus melibatkan komputer dengan internet, namun bukan hanya itu computer juga harus memiliki aplikasi tertentu demi menunjangnya komunikasi seperti Whatssapp, Gmail, Line, dan sebagainya.
Dengan berkembangnya teknologi, maksud dari komputer pada teori ini tidak hanya berupa perangkat Personal Computer, namun juga smartphone, tablet, dan laptop. Pada pembelajaran jarak jauh aplikasi yang dapat menunjang terjalinnya komunikasi seperti zoom, google classroom, google meet, dan sebagainya.
Terdapat dua tipe pada teori CMC, yang dapat ditentukan dari jenis komunikasi yang terjadi, yaitu:
1. Synchronous communication
Pada tipe ini, interaksi dapat terjadi apabila komunikan dan komunikator berkomunikasi secara real-time atau komunikasi yang dilakukan pada waktu yang sama. Komunikan dan komunikator memiliki peran sebagai pengirim sekaligus penerima pesan. Seperti halnya ketika komunikasi dilakukan melalui panggilan telepon atau video call. Dalam pembelajaran jarak jauh seperti interaksi aktif antara mahasiswa dengan dosen.
2. Asynchronous communication
Tipe asynchronous communication merupakan kegiatan komunikasi yang mana interaksi dapat tertunda. Pada tipe ini, komunikan dan komunikator menyampaikan pesan secara bergantian. Seperti ketika seseorang melakukan komunikasi melalui e-mail. Dalam pembelajaran jarak jauh metode ini dilakukan dengan memberikan video dan forum diskusi (Pearson, Judy, & dkk., 2006).
Komunikasi termediasi komputer biasa disangkut pautkan dengan komunikasi secara tatap muka. Perbedaan dari dua metode komunikasi tersebut dilihat dari isyarat verbal dan waktu yang lebih panjang (Griffin, 2008). Pada proses komunikasi tatap muka, komunikasi dapat berlangsung dengan simbol verbal seperti menggunakan bahasa dan menggunakan simbol nonverbal seperti gestur tubuh atau eksppresi muka. Sedangkan, komunikasi termediasi menggunakan sistem isyarat melalui aplikasi, seperti ketika menyampaikan ekspresi dapat melalui emoticon.
2.6 Fokus Penelitian
Adanya fokus penelitian bertujuan untuk memilah dan memilih informasi yang ada dilapangan sehingga dapat terfokus kepada konteks permasalahan pada rumusan masalah yang sudah dirumuskan.
Fokus dari penelitian kali ini yaitu mengenai bagaimana praktik etiket komunikasi pada mahasiswa baru jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2020 pada pembelajaran jarak jauh di masa pandemi Covid- 19. Etiket dan etika memiliki kesamaan dimana artinya tata cara dalam berhubungan dengan individu lain yang memiliki dasar-dasar, seperti yang disebutkan oleh Suranto yaitu sopan dan ramah kepada siapapun, memberikan perhatian kepada orang lain/tidak mementingkan diri sendiri, menjaga perasaan orang lain/tidak memotong pembicaraan orang lain saat berbicara, ingin membantu orang lain, memiliki sikap toleransi kepada siapapun, dan dapat menguasai diri, mengendalikan emosi dalam setiap situasi.
Pada penelitian kali ini juga menggunakan teori Computer Mediated Communication dimana pada teori menjelaskan mengenai komunikasi secara jarak jauh seperti pada saat pembelajaran jarak jauh komunikasi dilakukan antara mahasiswa dengan dosen ataupun dengan mahasiswa lain. Pada teori ini juga menjelaskan bahwa komunikasi secara termdiasi oleh komputer tetap memiliki konteks sosial seperti sopan santun.