1
TERM OF REFERENCE (TOR)
PEMBINAAN PROGRAM MINYAK DAN GAS BUMI KEGIATAN TA 2022
Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Unit Eselon II : Direktorat Pembinaan Program Migas Program : JA - Program Energi dan Ketenagalistrikan
Sasaran Program : 05 - Terwujudnya ketahanan dan kemandirian energi migas melalui pasokan migas yang memadai dan dapat diakses masyarakat pada harga yang terjangkau secara berkelanjutan
Indikator Kinerja Program :
Kegiatan : 6348 - Pengelolaan Minyak dan Gas Bumi
Sasaran Kegiatan : 13 - Optimalnya Tingkat Komponen Dalam Negeri pada Kegiatan Hulu Migas
Indikator Sasaran Kegiatan :
Klasifikasi Rincian Output (KRO) : BDH - Fasilitasi dan Pembinaan Badan Usaha
Indikator KRO :
Rincian Output (RO) : 001 - Fasilitasi Pembinaan Publik SKUP
Indikator RO :
Volume RO : 43
Satuan RO : Badan Usaha
l
2 A. LATAR BELAKANG
a. Dasar Hukum
1. Undang Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi 2. Undang Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
3. Undang Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik 4. Undang Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
5. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi
6. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2009 Tentang Perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 Tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi 7. Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan
Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal 8. Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 9. Peraturan Menteri ESDM No.15 Tahun 2013 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri
Pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
10. Peraturan Menteri ESDM No. 13 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
11. Peraturan Menteri ESDM No. 08 Tahun 2017 tentang Kontrak Bagi Hasil Gross Split.
12. Peraturan Menteri ESDM No. 52 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri ESDM No. 08 Tahun 2017 tentang Kontrak Bagi Hasil Gross Split.
13. Peraturan Menteri ESDM No. 14 Tahun 2018 tentang Kegiatan Usaha Penunjang Migas
b. Gambaran Umum
Minyak dan Gas Bumi merupakan sumber daya alam yang sangat strategis bagi Indonesia, bukan hanya sebagai pemasuk kebutuhan bahan bakar dan bahan baku industri di dalam negeri, namun juga merupakan andalan sumber penerimaan dan devisa negara. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan energi yang optimal untuk mewujudkan keamanan pasokan energi dalam negeri (security of supply).
Berdasarkan Perpres No. 05 Tahun 2006, target bauran energi tahun 2006 minyak bumi 51,66% dan gas bumi 28,57% dari total energi mix nasional. Komposisi tersebut pada tahun 2025 diharapkan minyak bumi menjadi kurang dari 20% dan gas bumi menjadi lebih dari 30%, sehingga sumber energi alternatif dan potensial lainnya dapat meningkat peranannya. Terkait dengan kondisi di atas peluang investasi pengembangan industri migas di Indonesia, baik di bidang hulu maupun hilir di masa mendatang masih sangat menjanjikan. Secara geologi, Indonesia masih mempunyai potensi ketersediaan hidrokarbon yang cukup besar.
Sifat industri minyak dan gas bumi yang padat modal, padat teknologi dan penuh resiko memerlukan investor yang berpengalaman dalam menangani industri ini. Gambaran industri migas yang padat modal terlihat dari biaya yang harus dikeluarkan untuk drilling 1 well onshore yang rata- rata membutuhkan US$ 5 juta, sedangkan offshore US$ 50 juta. Ini pula yang melandasi Indonesia menerapkan pengelolaan Production Sharing Contract (PSC) dengan berpedoman kepada bagi hasil produksi, antara pemilik sumber daya dan investor.
Pada Tahun 2017 Pemerintah melalui Menteri ESDM mengeluarkan Permen ESDM No. 08 Tahun 2017 tentang Kontrak Bagi Hasil Gross Split dan Permen ESDM No. 52 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri ESDM No. 08 Tahun 2017 tentang Kontrak Bagi Hasil Gross Split. Kontrak bagi hasil gross split adalah suatu kontrak bagi hasil dalam kegiatan usaha hulu migas berdasarkan prinsip pembagian gross produksi tanpa mekanisme pengembalian biaya operasi. Pelaksanaan gross split ini dapat menguntungkan pemerintah, namun harus tetap memperhatikan kemampuan industri dalam negeri yang bergerak di kegiatan minyak dan gas bumi.
3
Undang-Undang Migas No.22 Tahun 2001 terdapat ketentuan Pemerintah tidak diperbolehkan mengeluarkan investasi dan menanggung resiko finansial (pasal 6 ayat 2) sektor hulu, sehingga dibutuhkan investor yang mau menanggung resiko dalam pengelolaannya.
Di sektor hilir, untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar dalam negeri, dibutuhkan investasi untuk pembangunan dan mengembangkan kilang migas, serta pembangunan beberapa infrastruktur lain seperti pembangunan tangki penyimpanan, pipa transmisi dan distribusi gas bumi serta moda transportasi lainnya. Seluruh potensi investasi di sektor hulu dan hilir migas, merupakan peluang bagi kegiatan usaha penunjang migas, baik untuk industri maupun jasa penunjang migas.
Dalam rangka mendorong investasi migas khusunya di usaha penunjang migas, perlu dilakukan pengembangan dan pengawasan investasi meliputi:
1. Pembinaan kemampuan investasi pada kegiatan usaha penunjang migas 2. Pengawasan kepatuhan usaha penunjang migas
3. Melakukan pembaharuan data pada buku APDN, agar peluang investasi di usaha jasa penunjang migas dapat tercapture
4. Melakukan monitoring dan evaluasi capaian investasi migas 5. Terlaksananya fasilitasi dan layanan kegiatan investasi migas 6. Terlaksananya forum dan koordinasi investasi migas
Dalam rangka pengembangan kegiatan investasi usaha minyak dan gas bumi dilakukan beberapa kegiatan di bawah ini:
1. Memberikan informasi peluang dan potensi investasi migas serta kebijakan pemerintah, baik di kegiatan hulu, hilir dan penunjang migas.
2. Menanamkan image positif kegiatan investasi migas di Indonesia agar investor dari dalam dan luar negeri tidak ragu-ragu berinvestasi di kegiatan usaha migas Indonesia.
3. Menetapkan kebijakan dan strategi liberalisasi jasa energi bidang minyak dan gas bumi dalam negeri
4. Adanya status perdagangan jasa (offer and request) Indonesia yang update baik tingkat organisasi perdagangan regional maupun internasional.
5. Mengembangkan pasar jasa energi sub sektor migas
6. Mengikuti sidang perundingan World Trade Organization (WTO), AFAS, dan ACIA 7. Meningkatkan penggunaan produk dalam negeri yang berkualitas dan berdaya saing
pada bidang jasa migas.
8. Meningkatkan kemampuan usaha jasa untuk industri dalam negeri yang bergerak di kegiatan migas.
9. Melakukan verifikasi dan audit kepatuhan atas kemampuan produksi dalam negeri 10. Mengevaluasi dan memonitor industri penunjang migas yang telah berinvestasi di dalam
negeri agar selalu meningkatkan kemampuan industri dalam negeri serta peningkatan dalam pemanfaatan peralatan, material, dan tenaga kerja dalam negeri.
B. PENERIMA MANFAAT a. Pemerintah
1. Terciptanya pelayanan publik yang bermutu (mudah, jelas dan cepat) oleh setiap masyarakat pelaku kegiatan usaha migas terkait dengan pengurusan non perizinan/rekomendasi melalui web migas secara on-line
2. Terpromosikannya peluang dan pontensi investasi migas dalam kegiatan pameran 3. Tersedianya visi misi dan strategi bagi pemerintah dalam melaksanakan peningkatan
kemampuan produksi dalam negeri pada kegiatan usaha minyak dan gas bumi
4. Terlaksananya pembinaan dan pengawasan atas kebijakan dan pedoman bagi pemerintah dalam peningkatan kemampuan jasa dalam negeri yang beregerakpada kegiatan usaha migas
5. Meningkatnya belanja dalam negeri sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi
4 b. Investor
1. Memperoleh data dan informasi yang terkini dari pertumbuhan dan peluang investasi di kegiatan usaha minyak dan gas bumi
2. Menumbuhkan keyakinan akan iklim investasi yang kondusif di kegiatan usaha minyak dan gas bumi
3. Mendapatkan pedoman sebagai acuan dalam kegiatan pada bidang jasa dalam kegiatan usaha migas
4. Terberdayakannya kemampuan jasa dalam negeri secara maksimal dalam kegiatan usaha migas.
C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN
6348.BDH - Fasilitasi dan Pembinaan Badan Usaha 001. Fasilitasi Pembinaan Publik SKUP
051. Verifikasi Kemampuan Usaha Jasa Penunjang Migas 1. Metode Pelaksanaan:
1) Pelaksanaan dilakukan secara swakelola
2) Melakukan verifikasi berdasarkan dokumen pendukung yang diajukan dalama proses permohonanan SKUP Migas.
3) Dokumen-dokumen yang akan verifikasi berdasarkan kelengkapan dan kebenaraanya, meliputi:
- Aspek Manajemen
• Sejarah perusahaan
• Status hukum/usaha
• Organisasi perusahaan
• Sistem manajemen mutu
• Sistem manajemen lingkungan
• Sistem keselamatan dan kesehatan kerja - Aspek Teknis
• Jenis jasa yang diusahakan di kegiatan migas
• Pengalaman pekerjaan
• Tenaga kerja yang dimiliki
• Peralatan/software yang dimiliki
• Standar Operasional Prosedur (SOP)
• Komitmen peningkatan TKDN dan keberpihakan dalam negeri
• Jalur pemasaran, layanan purna jual
4) Pembinaan terhadap usaha jasa migas yang mengajukan SKUP Migas meliputi wilayah Jawa Barat dan Banten (wilayah sekitar Jabodetabek).
2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
No. Verifikasi Kemampuan Usaha Jasa Penunjang Migas
Bulan Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Membuat atau memperbaharui prosedur
pelaksanaan verifikasi kemampuan usaha jasa penunjang migas.
2. Inventarisasi data terhadap industri jasa dalam negeri yang bergerak di kegiatan minyak dan bumi.
3 Melakukan evaluasi/verifikasi terhadap permohonan SKUP Migas
3 Melakukan koordinasi pembahasan permasalahan sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan ini
4 Pelaporan hasil verifikasi
5
052. Audit Kepatuhan Usaha Jasa Penunjang Migas 1. Metode Pelaksanaan
Dalam pengembangan investasi migas pada industry jasa penunjang migas, Ditjen Migas menerbitkan Surat Kemampuan Usaha Penunjang (SKUP) Migas yang diterbitkan berdasarkan data/dokumen pendukung yang lengkap dan benar. Untuk memastikan SKUP yang diterbitkan itu benar, maka Direktorat melakukan pengawasa terhadap perusahaan-perusahaan yang telah memiliki SKUP sesuai amanat Permen ESDM No.
14 Tahun 2018 Pasal 15 dalam bentuk Audit Kepatuhan. Pelaksanaan audit kepatuhan dilakukan terhadap:
1) Capaian Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan/atau Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Usaha Industri Penunjang Migas;
2) Nilai investasi;
3) Peralatan, pengalaman kerja, dan tenaga kerja;
4) Jenis bidang jasa perusahaan sebagai industri penunjang migas 5) Alih teknologi;
6) Kegiatan pemberdayaan masyarakat; dan
7) Evaluasi aspek keselamatan dan kesehatan kerja serta keteknikan
Dari hasil Audit kepatuhan tersebut dapat menentukan rating bintang perushaan.
Apabila rating terendah tidak terpenuhi atau terindikasi pelanggaran berat, maka SKUP yang telah diterbitkan dapat dicabut.
Adapun wilayah yang merupakan lokasi perusahaan sebagai industri penunjang migas meliputi Jawa Barat dan Kalimantan Timur.
2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
No Audit Kepatuhan Usaha Jasa Penunjang Migas
Bulan ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Perusahaan melapor per 6 bulan atau kebutuhan
2 Pelaksanaan audit kepatuhan 3 Melakukan review hasil audit 4 Pelaporan
053. Monitoring dan Evaluasi Usaha Jasa Penunjang Migas 1. Metode Pelaksanaan:
Pelaksana Kegiatan ini dilaksanakan secara swakelola. Ditjen Migas akan berkoordinasi dengam membentuk sebuah tim yan terdiri dari satuan kerja Ditjen Migas, Kemenpupr, Kemendag, SKK Migas, KKKS, dan Asosiasi Industri Jasa Penunjang Migas.
Monitoring dan evaluasi usaha jasa penunjang migas merupakan salah bentuk pembinaan Ditjen Migas untuk memonitor usaha jasa penunjang yang melakukan bisnisnya di kegiatan migas berjalan sesuai koridor-koridor yang belaku.
Tahapan pelaksanaan pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Usaha Jasa Penunjang Migas adalah:
1) Melakukan indentifikasi dan pengumpulan data terkait hasil laporan Usaha Penunjang yang bergerak pada kegiatan usaha migas
2) Dalam kondisi hasil laporan tidak diterima atau perlu dikonfirmasi ulang, Ditjen Migas mengaudit kembali Usaha Jasa Penunjang Migas yang telah memiliki SKUP Migas serta memastikan validitas data-data kemampuan dengan secara dokumen maupun kunjungan lapangan.
3) Mengunjungi Kontraktor Kontrak kerja Sama (KKKS) untuk mengklarifikasi Jawa Barat atau Riau.
6
4) Mengunjungi produsen dalam negeri yang bergerak dalam usaha penunjang migas Jawa Barat atau Riau.
5) Melakukan koordinasi & monitoring bersama dengan beberapa instansi:
- Kepala Divisi Pengelolaan Pengadaan Barang dan Jasa SKK Migas - Supply Chain Manager para KKKS
- Asosiasi yang bergerak di bidang jasa penunjang migas.
6) Melaksanakan Pelaporan 2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan dengan tahapan dan waktu pelaksanaan sebagai berikut:
No Jenis Kegiatan Bulan ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Melakukan indentifikasi dan pengumpulan data terkait hasil laporan Usaha Penunjang yang bergerak pada kegiatan usaha migas
2 Ditjen Migas mengaudit kembali Usaha Jasa Penunjang Migas yang telah memiliki SKUP Migas
3 Mengunjungi Kontraktor Kontrak kerja Sama (KKKS) untuk mengklarifikasi
4 Mengunjungi produsen dalam negeri yang bergerak dalam usaha penunjang migas.
5 Melakukan koordinasi, &
monitoring
6 Melaksanakan Pelaporan
054. Koordinasi Kebijakan Pelayanan Usaha Jasa Penunjang Migas 1. Metode Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan secara swakelola dan melibatkan Kemenpanrb terkait reformasi birokrasi yang didalamnya terdapat unsur pelayanan publik.
Dalam rangka memfasilitasi kebijakan terkait pelayanan usaha penunjang migas dan peningkatan pelayanan dalam proses permohonan SKUP Migas online, Ditjen Migas melakukan pendampingan atau konsultasi yang dapat dilakukan baik secara online via email atau di Ruang Pelayanan Publik Ditjen Migas yang secara umum tentang:
• Proses (tahapan) proses pengajuan permohonan
• Kendala-kendala teknis yang dihadapi saat proses pengajuan permohonan.
Fasilitasi kebijakan juga melakukan koordinasi dengan Kementerian dan Unit terkait, serta Badan Usaha dalam rangka meningkatkan pelayanan yang cepat, tepat dan transparan di wilayah Banten & Kepulauan Riau.
2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
No Jenis Kegiatan Bulan ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pendampingan dan konsultasi
2
Melakukan koordinasi dengan BU dan Instansi terkait terkait pelayanan publik 3 Laporan
7 D. KURUN WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN
Waktu pencapaian Rincian Output (RO) Fasilitasi Pembinaan Publik SKUP adalah 12 bulan Tahun Anggaran 2022.
E. BIAYA YANG DIPERLUKAN
Biaya yang diperlukan dalam rangka melaksanakan Rincian Output (RO) Fasilitasi Pembinaan Publik SKUP sebesar Rp 912,142,000.- (Sembilan Ratus Dua Belas Juta Seratus Empat Puluh Dua Ribu Rupiah) dengan rincian sebagai berikut:
No. Sub Output Jumlah Anggaran
(Rp)
051 Verifikasi Kemampuan Usaha Jasa Penunjang Migas 124,974,000 052 Audit Kepatuhan Usaha Jasa Penunjang Migas 166,668,000 053 Monitoring dan Evaluasi Usaha Jasa Penunjang Migas 476,540,000 054 Koordinasi Kebijakan Pelayanan Usaha Jasa Penunjang Migas 143,960,000
TOTAL 912,142,000
Jakarta, F e bruari
Menyetujui,
Direktur Pembinaan Program Migas, Selaku Penanggung Jawab Kinerja
Ir. Dwi Anggoro Ismukurnianto, M.Sc., NIP. 196602081991031002