• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beragam akan suku, agama, ras dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beragam akan suku, agama, ras dan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar belakang

Indonesia merupakan negara yang beragam akan suku, agama, ras dan budaya, kita patut berbangga akan keragaman ini dengan penuh toleransi dan berbagai sikap yang baik dalam menangani berbagai masalah yang terjadi didalam didalam masyarakat yang penuh keragaman tersebut. Akan tetapi dilain sisi keragaman ini bisa menjadi bumerang tersendiri bagi negara Indonesia, yaitu sebagai pemecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia jika masing- masing kelompok lebih mengutamakan sikap ke egoisme nya, serta dibarengi dengan adanya oknum-oknum atau kelompok-kelompok radikalis dan fundamentalis yang sering menggunakan kekerasan demi mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Peristiwa-peristiwa kekerasan tersebut yang dilakukan oleh oknum-oknum radikalis dan fundamentalis sudah lama terjadi baik di Indonesia maupun manca negara, dalam hal ini bentuk-bentuk kekerasan tersebut sering disebut dengan aksi terorisme, dimana aksi terorisme ini telah menyebabkan banyak negara mengalami kekacauan dan masyarakat disekitar mereka menjadi menderita, dalam hal ini kita bisa mengambil contoh di negara suriah.

Salah satu basis aksi terorisme di Negara timur tengah menyebut dirinya dengan menamakan kelompok Islamic State Iraq and Suriah(ISIS) yang salah satu tujuanya kelompok ini adalah menebar teror termasuk melakukan

1

(2)

kekerasan/penganiayaan, pembunuhan, pemerkosaan, penculikan dan perbudakan, serta ingin mendirikan negara sendiri yang biasa disebut dengan negara Khilafah1.

Dalam berbagai media nasional maupun internasional cukup signifikan kampaye dan memberikan respon atas munculnya gerakan ISIS yang lingkupnya internasional, karena anggotanya diklaim berasal dari berbagai negara, termasuk salah satunya adalah warga negara Indonesia. Sebagaimana yang disampaikan oleh Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly, ahwa terdapat sekitar 1.276 warga indonesia yang tergabung didalam organisasi teroris tersebut, 297 diantaranya tervalidasi memiliki paspor indonesia, dan sebagian tidak memiliki paspor karena mereka pergi tanpa memiliki izin dari pemerintah, akan tetapi kementrian Hukum dan HAM akan terus mendata kembali warganya yang berada di kamp-kamp penampungan ISIS tersebut, supaya pemerintah akan mengetahui pasti berapa jumlah masyarakat yang berada di kamp-kamp pengungsian ISIS2.

Dengan demikian cukup banyak masyarakat Indonesia yang diduga yang tertarik untuk terlibat dalam perjuangan atau gerakan ISIS dengan bersandar pada pandangan dan pemahamannya tentang islam, bahkan terdapat yang tidak memiliki Paspor. Hal ini menurut penulis, hal ini sangat menarik karena mereka benar-benar niat untuk menjadi bagian dari gerakan. Tapi menjadi menarik bagi penulis, bagaimana cara pemerintah Indonesia mengidetifikasi masyarakat Indonesia yang berada disana, dan bagaimana cara mereka sampai disana dan

1 Najamuddin Khairur Rijal Eksistenis dan Perkembangan ISIS dari Irak Hingga Indonesia.

2 Haryanti Puspa Sari, Kompas.com, Kementrian Hukum dan HAM (Yasonna Laoly) (25/2/2020).

(3)

tidak diketahui oleh pemerintah. Menjadi kewajiban pemerintah untuk memberikan verifikasi dan identifikasi secara mendalam mengenai hal tersebut, karena jangan sampai hal ini berhubungan dengan kepentingan politik negara negara di dunia maupun Indonesia untuk mengesahkan kebijakan revisi undang- undang terorisme. Karena pemerintah Indonesia tidak memiliki data lengkap terkait jumlah warga Indonesia yang berada di kamp. Pemerintah Indonesia memperoleh data mengenai jumlah mereka sebanyak 689 orang itu berasal dari Central Intelegence Agent (CIA) dan International Committee of the Red Cross (ICRC) atau Palang Merah Internasional.3

Disamping itu, menjadi konsekuen logis warga masyarakat yang tergabung dengan gerakan kelompok ISIS yang tidak hanya berdampak pada dirinya secara pribadi, melainkan berdampak juga pada keluarga anggota kelompok. Mengingat gerakan yang bersifat kekerasan dan penindasan terhadap setiap orang, menjadikakan ia menjadi sasaran dan musuh bersama berbagai negara- negara didunia.

Dengan terjadinya kekalahan didalam kekuasaan ISIS yang berada di kota- kota di negara Suriah, banyak anggota ISIS yang menyerahkan diri atau ditangkap oleh SDF (Syrian Democratic Forces) atau biasa disebut pasukan demokratik suriah, Hal ini tentu membuat khawatir keluarga dari pejuang ISIS tersebut, pasalnya dengan kekalahan ISIS tersebut keluarga yang ditinggalkan/ditangkap oleh pasukan demokratik suriah mereka menjadi terlantar, dengan kondisi dikamp-kamp penampungan ISIS sangat

3 CNN Indonesia, Cara Jokowi Mengacuhkan ISIS Eks WNI di Timur Tengah, dalamhttps://voi.id/berita/2739/cara-jokowi-mengacuhkan-isis-eks-wni-di-timur-tengah, yang diakses pada tanggal 29 Januari 2021.

(4)

memprihatinkan dan sangat tidak cukup untuk menampun ribuan keluarga yang ada, serta disana tidak ada bantuan guna mencukupi kebutuhan pokok mereka.

Akibat kekalahan perang, banyak anggota ISIS yang menjadi pasukan tentara ditangkap di kamp-kamp, sehingga banyak keluraga dan anak dari mereka yang mengalami kondisi yang tidak baik, bahkan meninggal dunia. Karena kurang kebutuhan makanan, kesehatan yang buruk, dan banyak mereka yang berasal dari negara lain ingin kembali ke negara asalnya yang salah satunya warga negara Indonesia.

Akan tetapi isu kepulangan keluarga dari eks anggota ISIS ini di warnai banyak kontroversi dan penolakan baik dari masyarakat maupun dari pemerintah itu sendiri. Salah satu bentuk penolakan masyarakat adalah seperti yang dilakukan masyarakat yang tergabung dalam Barisan Relawan Bhineka Jaya (barabaja) melakukan unjuk rasa menolak rencana kedatangan 600 WNI eks anggota ISIS, dengan membawa poster di depan Istana Merdeka.4 Demikian juga pemerintah Indonesia melalui Presiden Jokowi menyatakan tidak memiliki rencana mengenai pemulangan terhadap 600 WNI eks anggota ISIS ke Indonesia.5 Bakan terdapat pakar hukum internasional Universitas Islam Indonesia, Jawahir Thontowi mengatakan sikap menolak pemulangan keluarga anggota ISIS ke Indonesia merupakan sikap yang rasional dan ekstra hati-hati

4 Wahyu Putro A, Foto Aksi Tolak Pemulangan WNI Eks ISIS, dalam https://kumparan.com/kumparannews/foto-aksi-tolak-pemulangan-wni-eks-isis, yang diakses pada 29 Januari 2021.

5 Ahmad Naufal Dzulfaroh, 2021, Polemik Pemulangan Eks Simpatisan ISIS dan Istilah Eks WNI dari Jokowi, dalamhttps://www.kompas.com/tren/read/2020/02/14/061000465/polemik- pemulangan-eks-simpatisan-isis-dan-istilah-eks-wni-dari-jokowi, diakses pada 29 Januari 2021

(5)

untuk lebih mengutamakan perlindungan terhadap kemanan 270 juta jiwa WNI.6

Pada satu sisi kondisi WNI eks ISIS mengalami kondisi yang memprihatinkan, sementara pemerintah memutuskan untuk memberikan ruang bagi mereka untuk kembali ke Indonesia, dan diperkuat dengan pernyataan salah satu Anggota Komisi I DPR RI Hasanuddin menilai bahwa larangan pemulangan Warga Negara Indonesia (WNI) yang merupakan eks ISIS tidak melanggar Hak Asasi Manusia (HAM). Sebaliknya, pemulangan 660 WNI yang diduga menjadi Foreign Terrorist Fighter (FTF) ini berpotensi menjadi ancaman terorisme baru di Indonesia.7

Menurut penulis dalam konteks dan kondisi kebijakan pemerintah yang menolak pemulangan 600 lebih WNI eks anggota ISIS dan disertai dengan respon penolakan masyarakat, terdapat beberapa hal menjadi menarik untuk dibahas dan dikaji adalah bagaimana pertimbangan pemerintah untuk memutuskan kebijakan tersebut. Termasuk bagaimana status mereka sebagai warga negara Indonesia (WNI) apakah akan tetap memiliki atau hilang, dengan sekedar kebiiakan pencabutan kewarganegaraan dari Presiden. Disamping atas kebijakan tersebut jika dihubungan dengan hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara, apakah mereka telah dikatakan melanggar hukum negara sehingga mencabut status kewarganegaraanya.

6 Ahmad Naufal Dzulfaroh, 2021, Polemik Pemulangan Eks Simpatisan ISIS dan Istilah Eks WNI dari Jokowi, dalamhttps://www.kompas.com/tren/read/2020/02/14/061000465/polemik- pemulangan-eks-simpatisan-isis-dan-istilah-eks-wni-dari-jokowi, diakses pada 29 Januari 2021.

7 Azka, Larang Eks ISIS Pulang Ke Indonesia Tak Langgar HAM, dalam https://www.dpr.go.id/Larang+Eks+ISIS+Pulang+ke+Indonesia+Tak+Langgar+HAM, yang diakses pada 29 Januari 2021.

(6)

Salah satu mantan Hakim Agung, Gayus Lumbuun merespon atas kebijakan pemerintah yang menolak pemulangan WNI eks Anggota ISIS, dengan menyatakan:

Langkah apa yang harus dilakukan oleh pemerintah, mengingat Indonesia adalah negara hukum sehingga harus bertindak sesuai dengan hukum. Harus diproses hukum melalui pengadilan dan bukan dengan menggunakan kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah. Pemerintah memang berhak mencegah mereka masuk kembali ke Indonesia demi kepentingan masyarakat yang lebih banyak. Ada prosedur hukum yang harus tetap dipenuhi oleh pemerintah.8

Terdapat pro kontra dalam mencabut kewarganegaraan warga negara yang terlibat dalam gerakan ISIS, yang salah satu alasanya adalah “masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden” dan “secara sukarela mengakat sumpah atau menyatakan janji setia kepda atau bagian dari negara asing tersebut”.

Masalahnya, meskipun sebagian WNI yang berada di area pertempuran ISIS ini sudah dilatih secara militer/paramiliter, tidak serta-merta mereka dianggap sudah menjadi bagian dari tentara asing karena ISIS bukan negara berdaulat yang diakui eksistensinya oleh komunitas internasional sehingga istilah "tentara

8 Norman Edwin, 2020, Polemik Pencabutan Kewarganegaraan WNI eks ISIS, dalam https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5e/polemik-pencabutan-kewarganegaraan-wni- eks-isis, yang diakses pada 29 Januari 2021

(7)

asing" atau "negara asing" sebagaimana disebutkan dalam undang-undang tersebut tidak tepat.9

Sementara terdapat pandangan lain mengenai Dinas Ketentaraan yakni dari salah satu Guru besar Universitas Indonesia (UI), Prof Hikmahanto Juwana, menyatakan WNI yang ikut ISIS hilang kewarganegaranny, karna dalam UU Kewarganegaraan, ISIS bisa dikategorikan sebagai tentara asing.

Memang secara hukum internasional, ISIS bukan negara karena tidak memenuhi syarat yang ditentukan oleh Pasal 1 Konvensi Montevideo. Namun ada 2 alasan kenapa tetap bisa kehilangan kewarganegaraan. WNI yang menjadi anggota ISIS bisa dikenakan Pasal 23 huruf f UU Nomor 12/2006 di atas.

"Pertama, menurut saya huruf d itu kan tidak mengacu pada istilah negara tapi 'tentara asing'. Kedua terkait huruf f di situ yang digunakan selain negara juga ada istilah 'bagian dari negara asing tersebut'. Nah bagian dari negara asing itu bisa pemberontak yang hendak menggulingkan pemerintah yang sah. ISIS kan pemberontak yang ada di Suriah dan mereka menggunakan cara-cara teror untuk menggantikan negara Suriah dan Irak.10

Dengan demikian, dari para ahli hukum pun mengenai status kewarganegaraan masih banyak pro dan kontra yang salah satunya mengenai dinas tentara asing, untuk itu menjadi sangat menarik membahasnya secara mendalam.

9 BBC News, WNI Eks ISIS di Suriah yang Ingin Kembali ke Indonesia, di dalam:

https://www.bbc.com/indonesia/dunia-51410570 diakses pada 09 Juni 2021.

10 Andi Saputra, Prof Hikmanto beberkan alasan WNI yang ikut ISIS hilang Kewarganegaraan, dalam: https://news.detik.com/berita/d-4887915/prof-hikmahanto- beberkan-alasan-wni-yang-ikut-isis-hilang-kewarganegaraannya, yang diakses pada 09 Juni 2021

(8)

Dengan demikian, proses hukum untuk menghilangkan kewarganegaraan haus melalui proses peradilan, guna untuk memberikan keadilan bagi warga negara yang menjadi WNI anggota Eks ISIS. Terutama undang-undang nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan dan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh, Kehilangan dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia.

Kehilangan kewarganegaraan Indonesia diatur dalam Pasal23, Pasal25 dan Pasal26 UU RI Nomor 12 Tahun 2006.Akan tetapi jika pemerintah menolak memulangkan WNI eks ISIS ada opsi yang bisa ditempuh yaitu dengan memberlakukan undang-undang yang memungkingkan status kewarganegaraan seseorang dihapuskan11.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas bahwa salah satu isu yang akhir-akhir ini sering di beritakan baik di media cetak maupun media elektronik adalah terkait status kewarganegaraan eks keluarga ISIS sebagai warga negara indonesia selain itu apakah mereka juga tetap mendapatkan hak dan kewajibannya sebagai warga negara indonesia? maka dengan hal ini yang akan dibahas didalam Skripsi yang berjudul “Analisis Yuridis Status Kewarganegaraan Eks Keluarga ISIS Ditinjau Dari Hak dan Kewajiban Sebagai Warga Negara Indonesia”.

11 Agus Salim dan Andi Gadjong, 2007, Pemerintahan Daerah Kajian Politik Dan Hukum, Ghalia Indonesia, Bogor, Hal. 33.

(9)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang masalah yang telah diuraikan diatas maka pokok permasalahan yang akan dicari pemecahan permasalahannya melalui penelitian ini adalah :

1. Apakah eks keluargaIslamic State of Iraq and Syria (ISIS) berhak tetap memiliki status kewarganegaraan sebagai warga negara Indonesia?

2. Apakah eks keluarga Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) berhak tetap mendapatkan hak dan kewajibannya sebagai warga negara Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dalam peenelitan hukum ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah eks keluarga Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) berhak tetap memiliki status kewarganegaraannya sebagai warga negara indonesia.

2. Untuk mengetahui apakah eks keluargaIslamic State of Iraq and Syria (ISIS)berhak tetap mendapatkan hak dan kewajibannya sebagai warga negara Indonesia.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis.

Memberikan pandangan mengenai kebijakan-kebijakan yang harus dilakukan pemerintah dalam sudut pandang kewarganegaraan serta hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan sudut pandang Hak Asasi

(10)

Manusia. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai pandangan para praktisi dalam menyelesaikan kasus dalam menangani Eks keluarga ISIS/teroris secara keseluruhan.

2. Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini semoga dapat menambah wawasan dalam memahami kebijakan pemerintah dalam menangani WNI eks ISIS tersebut dilihat dari perspektif kewarganegaraan serta hak dan kewajibannya sebagaiwarga negara dan prespektif HAM.

E. Kegunaan Penelitian.

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1) Sebagai suatu kegiatan ilmiah yang di harapkan dengan adanya penelitian ini mampu memberikan kontribusi besar terhadap gagasan mengenaistatus kewarganegaraan eks keluarga islamic state of iraq and syria (isis) ditinjau dari hak dan kewajiban sebagai warga negara indonesia.

2) Dapat dijadikan bahan bacaan untuk masyarakat guna mengetahui terkait isu-isu hukum terkait eks keluarga ISIS tersebut dan untuk negara yaitu sebagai bahan pembelajaran kedepannya dalam menangani problematika dalam menangani keluarga-keluarga eks ISIS/teroris tersebut.

(11)

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian.

Pembahasan yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah bentuk pendekatan perundang-undangan (statute approach).Pendekatan perundang-undangan (statute approach) adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara melakukan telaah dan kajian bahan hukum yang berupa undang-undang dan regulasi-regulasi yang berkaitan dengan isu hukum yang sedang diangkat oleh penulis12.

2. Bahan Hukum

Berdasarkan jenis penelitian yang telah di tentukam diatas, data yang di gunakan di dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data perilaku terapan dari ketentuan normatif dalam peristiwa hukum in concreto.13 Berkaitan dengan data primer, diperoleh dari lokasi peneletian yang berasal dari pengumpulan data melalui media berita dan sumber-sumber media lainnya. Data sekunder merupakan data normatif yang berasal dari perundang-undangan, buku, jurnal, dan media cetak. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

a. Bahan Hukum Primer

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia.

12 Peter Mahmud Marzuki, 2008,Penelitian Hukum, Kencana Cetakan Ke 2, Jakarta. Hal.

93.

13 Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditya Bakti:

Bandung, Hal. 151.

(12)

3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang.

4) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.

b. Bahan Hukum Sekunder

Data sekunder merupakan data yang di peroleh dari studi kepustakaan dengan mengumpulkan buku, artikel, makalah di internet dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang dapat menunjang penelitian ini dan objek dari penelitiannya berhubungan dengan penelitian ini. Data sekunder dapat mendukung bahan hukum primer yang nantinya akan memperkuat penjelasan yang sudah di bahas dalam bahan hukum primer.

3. Metode Pengumpulan Bahan Hukum.

Metode pengumpulan bahan hukum merupakan persoalan metodologis yang kaitannya dengan teknik-teknik pengumpulan bahan hukum.14 Mengenai penentuan alat pengumpulan hukum yang mana yang akan digunakan harus di sesuaikan dengan permasalahan yang akan diamati.

Karena penelitian ini menggunakan penelitian hukum Yuridis Normatif maka peneliti memilih untuk menggunakan studi dokumen dan atau

14 Satrisno Hadi, 1993,Metode Research Jilid I Penerbit Andi offset, Yogyakarta, Hal. 83.

(13)

dokumentasi sebagai alat dalam pengumpulan datanya. Studi dokumen dalam penelitian hukum meliputi studi bahan-bahan hukum yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

a Studi Kepustakaan.

Yakni melakukan penelusuran bahan-bahan hukum seperti peraturan perundang undangan, buku, jurnal-jurnal, majalah, artikel, dengan cara membaca, melihat, mendengarkan, maupun sekarang banyak dilakukan penelusuran dengan melalui internet.

b Dokumentasi.

Yakni suatu metode pengumpulan data, atau bahan hukum dan pencatatan terhadap berkas-berkas atau dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan materi yang dibahas.

4. Analisa Bahan Hukum

Dalam penelitian hukum ini menggunakan analisisdeskriptif kualitatif yakni dengan cara mengemukakan bahan dan informasi kemudian dilakukan menganalisis dengan menggunakan teori dan disimpulkan sebagai hasil temuan. Menurut Sunarto, deskriptif kualitatifadalah penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasikan kondisi, atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat yang sedang terjadi atau kecenderungan yang sedang berkembang.

(14)

G. Sistematika Penulisan

Penulisan hukum ini dibagi dalam 4 (empat) bab, yang mana dalam setiap bab akan dibagi menjadi beberap sub bab didalamnya. Adapun sistematika penulisan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum. Di dalam sub bab metode penelitian akan diuraikan tentang jenis penelitian dan pendekatan, bahan hukum, teknik pengumpulan bahan serta analisa data.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini membahas teori teori yang digunakan dalam menelaah objek penelitian penulis, yang meliputi deksripsi mengenai : (1) Tinjauan Umum Tentang Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), yang membahas apa itu Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), dan tujuan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). (2) Tinjauan Umum Tentang Kewarganegaraan, yang membahas pengerti warga negara dan kewarganegaraan, hak dan kewajiban warga negara, dan teori kewarganegaraan. Dan (3) Tinjauan Umum Tentang Kehilangan Kewarganegaraan, yang membahas dasar hukum hilangnya kewarganegaraan, alasan hilangnya kewarganegaraan.

(15)

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang didalamnya mendeskripsikan dan memaparkan data hasil penelitian yang berkaitan dengan dua hal yakni :

1. Apakah Eks Keluarga Islamic State of Iraq and Syria (ISIS)Masih Memiliki Status Kewarganegaraan Sebagai Warga Negara Indonesia ? 2. Apakah Eks Keluarga Islamic State of Iraq and Syria (ISIS)masih

mendapatkan hak dan kewajibannya sebagai warga negara indonesia?

BAB IV PENUTUP

Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran, yang dimana kesimpulan memuat mengenai inti atas hasil penelitian dan analisa peneliti terhadap objek penelitian. Sedangkan saran memuat mengenai masukan, rekomendasi atas masalah yang diteliti oleh peneliti yang dianggap penting untuk menjawab persoalan yang telah dianalisa dan disimpulkan pada bagian sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Pola dan rancangan restorasi merupakan dasar untuk pelaksanaan restorasi dan merupakan kondisi dasar supaya kegiatan restorasi dapat dilaksanakan secara efektif dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kimia, total senyawa fenolik (TSF) , dan sifat organoleptik tempe dengan penambahan bekatul, kitosan, dan

Kinerja pegawai yang baik tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya organisasi yang kuat dalam perusahaan tersebut, hal ini didukung oleh hasil penelitian

IKA dihitung dari 7 parameter kualitas air sungai, sedangkan IKU merupakan representasi dari kualitas udara ambien yang mewakili 4wilayah, dan IKTL diperoleh dari

 Berdasarkan kegiatan membuat rangkaian seri dan paralel peserta didik berdiskusi kelompok, dan membuat kesimpulan (creative thinking) mengenai rangkain listrik.

Memproduksi sistem merupakan tahap dimana iklan yang telah dirancang diwujudkan secara nyata dalam sebuah video. Pada tahap ini pembuatan desain grafis yang mendukung

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebagai patokan untuk mengukur kemampuan siswa dan ketuntasan belajar siswa dalam menguasai materi. Instrumen

Pemeriksaan pengawasan tidak mencakup semua indikator sebagaimana yang dilaksanakan untuk pemeriksaan penuh pensertifikasian ( pemeriksaan awal, pensertifikasian ualng