eJournal Administrasi Publik, 9 (3): 2022 : 5536-5546 ISSN 2541-674x, ejournal.ap.fisip-unmul.ac.id
© Copyright 2022
IMPLEMENTASI PROGRAM KAMPUNG KELUARGA BERENCANA DI DESA SUNGAI
TUAK KECAMATAN TANAH GROGOT
Armanita Eka Saputri, Fajar Apriani, Santi Rande
eJournal Administrasi Publik
Volume 9, Nomor 3, 2022
HALAMAN PERSETUJUAN PENERBITAN ARTIKEL EJOURNAL
Artikel eJournal dengan identitas sebagai berikut :
Judul : Implementasi Program Keluarga Berencana di Desa Sungai Tuak Kecamatan Tanah Grogot
Pengarang : Armanita Eka Saputri
NIM : 1402015082
Program Studi : Administrasi Publik
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
telah diperiksa dan disetujui untuk dionlinekan di eJournal Program S1 Administrasi Publik Fisip Unmul.
Samarinda, 17 Februari 2022
Pembimbing I Pembimbing II,
Dr. Fajar Apriani, S.Sos,M.Si Dr. Santi Rande, M.Si NIP. 19830414 200501 2 003 NIP. 19751001200604 2001
Bagian di bawah ini DIISI OLEH STAF PRODI YANG DITUGASKAN Identitas terbitan untuk artikel di atas
Nama Terbitan : eJournal Administrasi Publik Program Studi Administrasi Publik Volume : 9
Nomor : 3
Tahun : 2022 Dr. Fajar Apriani, M.Si
NIP.19830414 200501 2 003 Halaman : 5536 - 5546
eJournal Administrasi Publik, 9 (3): 2022 : 5536 - 5546 ISSN 2541-674x, ejournal.ap.fisip-unmul.ac.id
© Copyright 2022
IMPLEMENTASI PROGRAM KAMPUNG KELUARGA BERENCANA DI DESA SUNGAI TUAK KECAMATAN
TANAH GROGOT
Armanita Eka Saputri,1 Fajar Apriani,2 Santi Rande3
Abstrak
Penelitian dimaksudkan untuk menganalisis dan mendeskripsikan serta untuk mengidentifikasi faktor penghambat implementasi Program Kampung Keluarga Berencana di Kecamatan Tanah Grogot. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan fokus penelitian yaitu komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasi serta faktor penghambat dalam implementasi program Kampung Keluarga Berencana di Kecamatan Tanah Grogot. Dalam penelitian ini yang menjadi key informan ialah Kepala Desa Sungai Tuak. Informannya ialah Camat Tanah Grogot, Kabid. Keluarga Berencana dan Kesejahteraan Dinas P2KBP3A, Ketua Kampung KB Sungai Tuak, dan Masyarakat yang mengikuti Kampung KB. Teknik pengumpulan yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan ialah model interaktif yang dikembangkan oleh Miles, Huberman dan Saldana.
Temuan dalam implementasi program Kampung KB adalah dari komunikasi implementasi program Kampung KB belum berjalan dengan baik. Sumberdaya manusia belum berjalan dengan maksimal, namun dari sumberdaya finansial pelaksanaan program kampung sudah memadai. Selanjutnya disposisi juga belum berjalan dengan baik karena kurangnya komitmen para pelaksana untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang dimiliki oleh pera pelaksana berdasarkan pada Undang-undang Kependudukan dan Keluarga Berencanaselain itu juga ditambah dengan kurangnya dukungan dari masyarakat.
Namun dari struktur birokrasi sudah berjalan dengan baik karena implementor kebijakan/ program Kampung KB bekerja sesuai dengan SOP.
Kata Kunci : Implementasi Program, Kampung KB.
1 Mahasiswa Program Studi Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email: [email protected]
2 Dosen Pembimbing 1, Dosen Program Studi Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman
3 Dosen Pembimbing 2, Dosen Program Studi Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman
Implementasi Program Kampung Keluarga Berencana (Saputri, Apriani, Rande)
5537 Pendahuluan
Besarnya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan kondisi kesejahteraan yang baik masih menjadi permasalahan pokok di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk tahun 2017, menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Indonesia telah mencapai 262.015.300 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 129.879.000 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 133.136.300 jiwa. Jumlah penduduk di Indonesia masih akan terus meningkat setiap tahunnya.
Jumlah penduduk Indonesia saat ini melaju dengan cepat dan mengakibatkan angka pengangguran dan kemiskinan semakin tinggi. Pada dasarnya hasil dari program KB berguna untuk pembangunan dan perkembangan masyarakat Indonesia itu sendiri. Upaya untuk terus memaksimalkan pelaksanaan program KB tentu menjadi pilihan mutlak bagi pemerintah saat ini. Pelaksanaan program KB Nasional dimandatkan kepada Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional sebagai sebuah lembaga non kementerian. BKKBN merupakan lembaga resmi pelaksana teknis program yang pelaksana kegiatannya terstruktur secara hierarkis dan terkoordinasi mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang berada di kecamatan dan kelurahan/desa. BKKBN harus dapat melakukan berbagai langkah penguatan program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) yang benar–benar memiliki daya ungkit terhadap upaya pencapain target/sasaran, serta penguatan kegiatan–kegiatan prioritas secara komprehensif dan berkelanjutan di seluruh tingkatan wilayah Selain itu, BKKBN juga harus memperlihatkan perkembangan lingkungan strategis dan berbagai permasalahan program yang harus dihadapi saat ini. Beberapa permasalahan yang perlu mendapat perhatian khusus antara lain stagnasi pencapaian program dan semakin melemahnya implementasi Program KKBPK di lini lapangan.
Berdasarkan hasil evaluasi internal yang dilakukan dan atas petunjuk Presiden RI, maka kemudian dirumuskan beberapa inovasi strategis penguatan program KKBPK untuk periode 2015-2019 terutama untuk melaksanakan kegiatan prioritas yang memiliki daya ungkit terhadap upaya pencapaian target/sasaran yang telah ditetapkan serta memperluas cakupan penggarapan Program KKBPK di seluruh wilayah.
Berdasarkan data yang diperoleh dari P2KBP3A, sebanyak 10 kecamatan yang terpilih sebagai lokasi kampung KB, salah satunya yaitu Desa Sungai Tuak Kecamatan Tanah Grogot. Kecamatan Tanah Grogot merupakan salah satu di Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 73.570 jiwa. Kecamatan Tanah Grogot merupakan daerah yang sedang berkembang yang tidak luput dari program pemerintah yang bertujuan menekan laju pertumbuhan penduduk yaitu program Kampung KB.
Sepanjang tahun 2018, program Kampung KB di Kecamatan Tanah Grogot belum berjalan dengan baik. Dengan jumlah penduduk 73.570 jiwa terdiri atas laki- laki 38.261 jiwa dan perempuan 35.309 jiwa, berdasarkan capaian jumlah
eJournal Administrasi Publik, Volume 9, Nomor 3, 2022 : 5536 -5546
5538
Pasangan Usia Subur (PUS) aktif hingga saat ini sudah mencapai 22.948 jiwa.
Sedangkan peserta KB atau akseptor KB di Kecamatan Tanah Grogot hingga tahun 2018 telah mencapai 10.524 orang atau sama dengan 46 persen dari jumlah PUS.
Sedangkan PUS yang belum ber KB mencapai 12.424 orang atau sama dengan 54 persen dari jumlah PUS. Artinya keterlibatan masyarakat Desa Sungai Tuak yang tergolong pasangan Usia Subur masih sangat kurang untuk mengikuti program tersebut Pola pikir masyarakat Desa Sungai Tuak Kecamatan Tanah Grogot yang sudah tertanam yaitu “banyak anak banyak rejeki “ sehingga pola pikir tersebut menjadi salah satu penyebab masih rendahnya partisipasi masyarakat khususnya pasangan usia subur.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi Program Kampung Keluarga Berencana di Desa Sungai Tuak Kecamatan Tanah Grogot?
2. Apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam implementasi Program Kampung Keluarga Berencana di Desa Sungai Tuak Kecamatan Tanah Grogot?
Teori dan Konsep Kebijakan Publik
Jenkin (dalam Suaib, 2016:74) mengatakan kebijakan publik adalah serangkaian keputusan yang saling berkaitan, yang diambil oleh seorang aktor politik atau sekelompok aktor politik berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi dimana keputusan- keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam batas-batas kewenangan kekuasaan dari para aktor tersebut. Kemudian Anderson (dalam Sadhana 2011:55) menerangkan bahwa kebijakan publik merupakan serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan.
Jadi dapat dipahami bahwa kebijakan publik adalah suatu keputusan sistem politik yang berkesinambungan dan saling terkait yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah dalam mengatur, mengelola dan menyelesaikan segala persoalan publik. Artinya kebijakan publik diputuskan/disetujui oleh pemerintah sebagai sistem politik yang diberikan mandat oleh rakyat dalam usaha menjalankan segala yang menjadi keinginan dari rakyat terutama dalam hal penyelesaian suatu masalah yang ditimbul atau yang sedang berkembang di masyarakat. Kebijakan yang ditetapkan atau disetujui oleh pemerintah tidak selamanya dapat diterapkan atau dilaksanakan dalam masyarakat karena kondisi dan suatu hal yang dapat memaksa kebijakan tersebut tidak dapat diterapkan dalam masyarakat.
Implementasi Kebijakan
Menurut Mazmanian dan Sabatier (dalam Wahab 2012:135)
Implementasi Program Kampung Keluarga Berencana (Saputri, Apriani, Rande)
5539 implementasi kebijakan adalah memahami apa yang sebenarnya terjadi sesudah sesuatu program dinyatakan berlaku dan dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan publik yang mencangkup baik usaha- usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian. Kemudian Edwards III (dalam Winarno, 2002:125) menyatakan impelementasi kebijakan adalah tahap pembuatan kebijakan antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa implementasi kebijakan publik merupakan tahapan pelaksanaan atau proses dari kebijakan publik sangat krusial yang harus dipersiapkan secara terstruktur dan matang agar dalam pelaksanaannya dapat mencapai tujuan dan bisa memecahkan masalah-masalah yang ada di dalam masyarakat. Implementasi kebijakan publik juga merupakan keputusan dari badan publik yang harus dilaksanakan baik dalam bentuk peraturan dasar seperti Undang- undang atau pun perintah-perintah yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengatasi persoalan-persoalan publik.
Sadhana (2011:209-211) mengatakan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan publik, dapat dicatat beberapa hal yang penting bagi implementasi suatu kebijakan publik yaitu:
a) Akurasi keputusan dan pola koordinasi implementasi kebijakan. Semakin akurat keputusan kebijakan publik dan komando implementasi ditransmisikan kepada pelaksana kebijakan, semakin tinggi probabilitas pelaksanaan mengimplementasikan.
b) Komitmen dari seluruh jajaran implementor kebijakan.
c) Kualitas sumberdaya “the periphery”.
d) Ukuran kelompok dan tingkat kohesivitasnya.
e) Kohesivitas kelompok juga ditentukan oleh pola komunikasi langsung atau tidak langsung (dengan perantara).
f) Komunikasi implementasi yang tidak konsisten atau kurang jelas Kinerja Konsep Kependudukan
Penduduk menurut Handayani (2010 : 2) adalah semua orang yang mendiami suatu daerah dalam suatu waktu atau jangka waktu tertentu. Hatmadji (2003 : 58) mengemukakan bahwa kebijakan pembangunan kependudukan adalah kegiatan dan program yang dibuat untuk menunjang pencapaian ekonomi, sosial, demografi, politik, dengan cara memperngaruhi variabel-variabel demografi yang penting yaitu jumlah dan pertumbuhan penduduk, distribusi geografi dan karakteristik demografinya.
Selanjutnya Hatmadji (2003 : 55) mengemukakan bahwa kebijakan kependudukan tidak saja dimaksud untuk mempengaruhi aspek kualitas (jumlah, komposisi, distribusi) penduduk tetapi juga aspek kualitas penduduk masa yang akan datang. Ada dua dimensi yang perlu diperhatikan yaitu : demografi
eJournal Administrasi Publik, Volume 9, Nomor 3, 2022 : 5536 -5546
5540
(pertumbuhan, komposisi, distribusi, dan mobilitas penduduk) serta dimensi sosial, ekonomi, politik, dan ekologi (pendidikan, kesejahteraan, kebebasan dan kualitas hidup).
Jadi kebijakan kependudukan memfokuskan perhatiannya pada beberapa perubahan demografi, khususnya pada pertumbuhan penduduk yang tinggi. Dalam upaya menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk tersebut maka dilakukan upaya pengendalian fertilitas yang instrumen utamanya adalah Program Kampung KB.
Masalah kependudukan juga berhubungan dengan jumlah persebaran mobilitas, kualitas, dan kondisi kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, budaya, agama serta lingkungan penduduk.
Kampung Keluarga Berencana
BKKBN (dalam Petunjuk Teknis Kampung KB, 2015 : 3-4) menyatakan bahwa Program Kampung Keluarga Berencana atau yang lebih dikenal dengan program Kampung KB merupakan salah satu contoh dalam pelaksanaan program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) dengan melibatkan seluruh bidang yang ada di lingkungan BKKBN dan bekerjasama dengan instansi terkait dengan kebutuhan dan kondisi wilayah setempat, serta dilaksanakan di tingkat pemerintah terendah (RW/RT). Kampung KB merupakan salah satu model pelaksanaan total program KKBPK serta merupakan program strategis dalam upaya percepatan agenda program pembangunan khususnya pada daerah pinggiran.
Definisi Konsepsional
Adapun definisi konsepsional dalam penelitian ini yaitu: Implementasi Program Kampung Keluarga Berencana adalah salah satu upaya penguatan program Kependudukan,KB dan Pembangunan Keluarga yang dikelola untuk masyarakat dalam memberdayakan dan memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk memperoleh pelayanan total progam KB sehingga dapat mewujudkan keluarga yang berkualitas.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Adapun fokus penelitian ini antara lain adalah:
1. Implementasi Program Kampung Keluarga Berencana yang meliputi:
a. Komunikasi yang berkenaan dengan:
1. Penyampaian informasi tentang proses pelaksanaan Program Kampung KB
2. Kejelasan penyampaian informasi tentang pelaksanaan Program Kampung KB meliputi tujuan serta waktu pelaksanaan.
3. Konsistensi tentang pelaksanaan Program Kampung KB dan konsistensi penyampaian informasi mengenai pelaksanaan Program kampung KB
Implementasi Program Kampung Keluarga Berencana (Saputri, Apriani, Rande)
5541 b. Sumberdaya yang berkenaan dengan:
1. Sumberdaya manusia dalam program ini yang memiliki kewenangan dalam implementasi Program Kampung KB.
2. Sumberdaya non manusia seperti fasilitas dan wewenang yang mendukung implementasi tersebut.
c. Disposisi, kecenderungan sikap positif dan pelimpahan kewenangan pelaksanaan untuk melaksanakan kebijakan yang menjadi tujuan dalam implementsi program Kampung KB.
d. Struktur birokrasi yang berkenaan dengan:
Standard Operating Procedures (SOP) adalah mekanisme, sistem, dan prosedur pelaksaan kebijakan, pembagian tugas pokok, fungsi kewenangan, dan tanggungjawab dalam implementasi program kampung KB serta fragmentasi yang meliputi upaya penyebaran tanggung jawab kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas pegawai diantara beberapa unit kerja.
2. Faktor penghambat dalam implementasi Program Kampung KB di Desa Sungai Tuak Kecamatan Tanah Grogot.
Dalam penelitian ini digunakan dua sumber data yaitu: Data primer dan data sekunder. Key informan sebagai sumber data primer adalah Kepala Desa Sungai Tuak Tanah Grogot dan informan yaitu Camat Tanah Grogot, Kepala Dinas P2KBP3A, Ketua Kampung KB Desa Sungai Tuak dan Masyarakat yang terlibat aktif didalam program Kampung KB. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari dokumen, arsip dan laporan terkait dengan implementasi program kampung KB di Desa Sungai Tuak Kecamatan Tanah Grogot.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) tinjauan pustaka (library research), (2) Penelitian lapangan (field work research) yaitu melalui observasi, wawancara dan penelitian dokumen. Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah metode analisis kualitatif menurut Miles, Huberman dan Saldana (2014:31-33) yang meliputi kegiatan: (1) Kondensasi Data (Data Condesation), (2) Penyajian Data (Data Display), (3) Penyimpulan/Verifikasi (Drawing and Verifying Conclusions)
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Implementasi Program Kampung Keluarga Berencana di Desa Sungai Tuak Kecamatan Tanah Grogot
a. Komunikasi
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa faktor komunikasi dalam implementasi program kampung KB di Desa Sungai Tuak Kecamatan Tanah Grogot, belum terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah partisipasi masyarakat dalam sosialisasi program yang dilakukan kurang dari 50 persen. Kemudian komunikasi yang dilakukan pihak Kecamatan hanya masif pada awal program saja. Dengan komunikasi yang seperti itu menjadikan implementasi program di Desa Sungai Tuak tidak berjalan
eJournal Administrasi Publik, Volume 9, Nomor 3, 2022 : 5536 -5546
5542
dengan maksimal disamping itu juga ada hal lain sesuai dengan data jumlah rata-rata anak pertahun Desa Sungai Tuak yang semakin naik.
Dengan demikian bahwa dari faktor komunikasi implementasi program Kampung belum terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah partisipasi masyarakat yang kurang maksimal. Menurut Edwads III (2009:31) merujuk pada empat variabel yang berperan penting dalam pencapaian keberhasilan implementasi. Empat variabel yaitu komunikasi, sumberdaya, disposisi, struktur birokrasi. Dalam hal ini komunikasi merupakan salah satu hal yang penting karena komunikasi menunjuk bahwa setiap kebijakan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika terjadi komunikasi yang efektif antara pelaksana program (kebijakan) dengan para kelompok sasaran (target group). Tujuan dan sasaran dari program/kebojakan dapat disosialisasikan secara baik sehingga dapat menghindari adanya distorsi atas kebijakan dan program. Ini menjadi penting karena semakin tinggi pengetahuan kelompok sasaran atas program maka akan mengurangi tingkat penolakan dan kekeliruan dalam mengaplikasikan program dan kebijakan dalam ranah yang sesungguhnya. Komunikasi salah hal penting harus diperhatikan oleh implementor dalam melaksanakan suatu kebijakan/program agar bisa dapat dukungan dari semua pihak yang menjadi kelompok sasaran dari kebijakan/program tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa komunikasi yang dilaksanakan dalam implementasi program Kampung KB di Desa Sungai Tuak Kecamatan Tanah Grogot belum berjalan dengan baik, dengan hal ini maka pengetahuan masyarakat kurang mengenai kampung KB.
b. Sumberdaya
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pemahaman pegawai/personil pengenai program Kampung KB ini masih belum baik hal ini terlihat dari minimnya petugas dan pengurus yang terlibat dan paham terkait program Kampung KB, selain sumberdaya ini masih ada kekurangan terlebih dari fasilitas pendukung yaitu tempat permanen atau posko untuk program tersebut belum tersedia dengan baik, selain itu ketersediaan dari sumberdaya finansial dalam Kampung KB yang sudah tersedia dengan baik pula.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Edward III bahwa faktor lainnya yang bisa mempengaruhi implementasi kebijakan adalah sumberdaya. Menurut Edward III (dalam Indiahono 2009:31) setiap kebijakan harus didukung oleh sumberdaya yang memadai, baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya finansial. Sumberdaya manusia adalah kecukupan baik kualitas maupun kuantitas implementor yang dapat melingkupi seluruh kelompok sasaran. Sumberdaya finansial adalah kecukupan modal investasi atas sebuah program/kebijakan. Keduanya harus diperhatikan dalam implementasi program/kebijakan pemerintah.
Implementasi Program Kampung Keluarga Berencana (Saputri, Apriani, Rande)
5543 Sebab tanpa kehandalan implementor, kebijakan menjadi kurang enerjik dan berjalan dengan lambat dan seadanya. Sedangkan, sumberdaya finansial menjamin keberlangsungan program/kebijakan. Tanpa ada dukungan finansial yang memadai, program tidak dapat berjalan efektif dan cepat dalam mencapai tujuan dan sasaran.
c. Disposisi (Komitmen Pelaksana)
Berdasarkan hasil penelitian bahwa komitmen dari para pelaksana dalam menjalankan program Kampung KB belum berjalan dengan baik sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang dimiliki oleh masing-masing pelaksana/program. Karena di tataran petugas lapangan masih sering berganti-ganti petugas sehingga kinerja petugas menjadi tidak maksimal hal ini dipandang menjadi sebuah kegagalan.
Disposisi menurut Edward III (dalam indiahono 2009:31) yaitu merujuk karakteristik yang menempel erat kepada implementor kebijakan/program. Karakter yang dimiliki oleh implementor adalah kejujuran, komitmen, dan demokratis. Implementor yang memiliki komitmen tinggi dan jujur akan senantiasa bertahan diantara hambatan yang ditemui dalam program/kebijakan. komitmen dari para pelaksana dalam implementasi program kampung KB di Desa Sungai Tuak kecamatan Tanah Grogot belum berjalan dengan baik sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang dimiliki oleh masing-masing pelaksana kebijakan/program yang berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sebagai dasar pelaksanaan program Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk tidak memfokuskan hanya pada masalah pembangunan keluarga juga harus mendapatkan perhatian. Akan tetapi melihat data akseptor KB selama kurun waktu dua tahun terakhir angka akseptor KB mengalami penurunan hal ini dipandang sebuah kegagalan tapi jika melihat lagi komitmen yang dilakukan oleh para pelaksana yang belum komit pada tugas pokok dan fungsi dengan memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kampung KB. Jadi penurunan akseptor KB bukanlah kegagalan dari program Kampung KB, yang terpenting kesadaran masyarakat yang sudah mulai sadar dengan kondisi lingkungannya dengan mengikuti kegiatan kampung KB telah meningkat sekalipun belum secara maksimal karena masih ada juga yang pasif dan belum mengikuti.
d. Struktur Birokrasi
Berdasarkan hasil penelian bahwa dalam pelaksanaan Perlindungan Anak dilakukan sesuai dengan SOP berdasarkan pada Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sebagai dasar pelaksanaan Program
eJournal Administrasi Publik, Volume 9, Nomor 3, 2022 : 5536 -5546
5544
Kependudukan dan Keluarga Berencana. Selain itu dalam menjalankan Kampung KB pihak saling berkoordinasi dan bekerjasama satu sama lain untuk menjalankan kampung KB di Desa Sungai Tuak kecamatan Tanah Grogot.
Dengan demikian sejalan dengan pendapat Edward III (dalam indiahono 2009:31) Struktur Birokrasi, yaitu menunjuk bahwa struktur birokrasi menjadi penting dalam implementasi kebijakan. Aspek struktur birokrasi ini mencakup dua hal penting pertama adalah mekanisme dan struktur organisasi pelaksana sendiri. Mekanisme implementasi program biasanya sudah ditetapkan melalui Standard Operating Procedure (SOP) yang dicantumkan dalam guideline program/kebijakan. SOP yang baik mencantumkan kerangka kerja yang jelas sistematis, tidak terkait dan mudah dipahami oleh siapapun karena akan menjadi acuan dalam bekerjanya implementor. Sedangkan struktur organisasi pelaksana pun sejauh mungkin menghindari hal yang berbelit, panjang dan kompleks.
Struktur organisasi pelaksanan harus dapat menjamin adanya pengambilan keputusan atas kejadian luar biasa dalam program secara cepat.
2. Faktor Penghambat Implementasi Program Kampung Keluarga Berencana di Desa Sungai Tuak Kecamatan Tanah Grogot.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapati sejumlah hambatan yang dirasakan dalam implementasi program Kampung keluarga berencana di Desa Sungai Tuak Kecamatan Tanah Grogot ialah sebagai berikut:
a. Tidak tercapainya target dalam pelaksanaan Kampung KB. Dukungan dari masyarakat dalam mengikuti sosialisasi, partisipasi masyarakat yang berKB pun sudah tidak terlalu banyak. Masih banyak menganggap bahwa banyak anak banyak rejeki dan kata mereka dua itu sedikit sekali. Antusias masyarakat yang mulai berkurang seiring berjalannya waktu karena sibuk dengan urusan masing-masing.
b. Belum maksimalnya kinerja sumberdaya manusia yang ada. Dari sumberdaya manusia yang tersedia belum bekerja secara maksimal seperti pengurus Kampung KB yang terlibat dalam kegiatan sangat minim.
Sumberdaya manusia penting untuk menunjang dalam pelaksanaan program. Sehingga pengetahuan yang akan diberikan ke masyarakat dapat tersampaikan dengan baik.
c. Kurang komitmen petugas di lapangan dalam pelaksanaan Kampung KB.
Disposisi (komitmen pelaksana) yang menjadi hambatan yaitu kurang komitmennya petugas-petugas yang ada. Karena bentuknya petugas ini hanya sukarelawan sehingga sering berganti-ganti. Ini yang membuat kinerja di lapangan menjadi tidak maksimal antara waktu kerja dengan pelaksanaan kegiatan sering bertabrakan. Dalam pelaksanaan program Kampung KB bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah semata
Implementasi Program Kampung Keluarga Berencana (Saputri, Apriani, Rande)
5545 melainkan semua elemen yang ada di dalam masyarakat, oleh sebab itu kerjasama antar semua pihak dalam hal pelaksanaan kampung KB merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan.
Penutup Kesimpulan
1. Implementasi program Kampung KB di Desa Sungai Tuak Kecamatan Tanah Grogot secara umum terlaksana dengan cukup baik sebab segi sumberdaya dan struktur birokrasi sudah berjalan dengan baik. Namun dari komunikasi dan komitmen masih mengalami hambatan.
a) Dari komunikasi, implementasi program Kampung KB di Desa Sungai Tuak Kecamatan Tanah Grogot belum berjalan dengan baik yang dibuktikan dengan kurangnya partisipasi masyarakat yang terlibat didalam kegiatan Kampung KB.
b) Dari sumberdaya, implementasi program Kampung KB di Desa Sungai Tuak Kecamatan Tanah Grogot untuk sumber daya manusia belum bejalan dengan maksimal, namun dari sumberdaya finansial dalam pelaksaan program kampung sudah memadai.
c) Dari disposisi (komitmen pelaksana), implementasi program Kampung KB di Desa Sungai Tuak Kecamatan Tanah Grogot dikatakan belum berjalan dengan baik karena kurangnya komitmen para pelaksana untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang dimiliki oleh masing-masing para pelaksana berdasarkan pada Undang-undang Kependudukan dan Keluarga Berencana selain itu juga ditambah dengan kurangnya dukungan dari masyarakat.
d) Dari struktur birokrasi, implementasi program Kampung KB di Desa Sungai Tuak Kecamatan Tanah Grogot dapat diakatakan sudah berjalan dengan baik karena implementor kebijakan/program kampung Kb bekerja sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP) dan tetap saling koordinasi dalam kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang dimiliki oleh para pelaksana.
2. Faktor penghambat implementasi program kampung KB di Desa Sungai Tuak Kecamatan Tanah Grogot antara lain tidak tercapainya target dalam pelaksanaan Kampung KB, belum maksimalnya kinerja sumberdaya manusia yang ada, dan kurangnya komitmen petugas di lapangan dalam pelaksanaan Kampung.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disimpulkan di atas, maka ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan terkait Implementasi Program Kampung Keluarga Berencana di Desa Sungai Tuak Kecamatan Tanah Grogot, antara lain:
1. Perlu peningkatan kualitas komunikasi, baik isi pesan yang disampaikan
eJournal Administrasi Publik, Volume 9, Nomor 3, 2022 : 5536 -5546
5546
maupun media yang digunakan sehingga akibat komunikasi yang ditimbulkan dapat lebih tepat sasaran dan dapat diterima dengan baik dan sempurna, yang pada akhirnya memberikan kontribusi positif.
2. Pengurus Kampung KB lebih berinisiatif menyampaikan materi materi pembinaan yang telah didapatkan kepada masyarakat Kampung KB dengan membuat kegiatan atau sosialisasi untuk masing-masing Poktan (kelompok kegiatan) agar tercapainya pembangunan keluarga di Kampung KB.
3. Perlu mengeluarkan dan menambah aturan terkait dengan yang lebih mampu menjelaskan program Kampung KB tidak hanya sebatas surat edaran saja, melainkan juga perlu adanya sanksi yang mengikat atas setiap pelanggaran ketika implementor tidak menjalankan tugas pokok dan fungsi yang sudah diberikan. Sehingga tidak hanya sekedar teguran saja dan dapat dipatuhi serta dijalankan dengan baik dan dapat dipahami.
Daftar Pustaka
BKKBN. 2016. Petunjuk Teknis Kampung KB. Jakarta: BKKBN BKKBN. 2017.
Pedoman Pengelolaan Kampung KB. Jakarta: BKKBN
Burhan, Bungin. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana , Yogyakarta:
Pustaka Rihama.
Hatmadji, Sri Harijati, 2003. Kebijakan Kependudukan Di Indonesia : Analisis Data Sensus dan Survei, Jakarta: Lembaga Demografi-FEUI.
Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik berbasis Dynamic Policy Analisis.Yogyakarta: Gava Media.
Keputusan Bupati Paser Nomor 188/199/Kept/403.013/2017/ Tentang Pembentukkan Kelompok Kerja Kampung Keluarga Berencana Kabupaten Paser.
Miles, Matthew. B. Dan A. Michael Huberman dan Jhonny Saldana. 2014.
Qualitative Data Analysis, A Methods Sourcebook. Edisi Ketiga. Sage publication, Inc
Mulyadi, Deddy. 2015. Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik, Konsep dan Aplikasi Proses Kebijakan dan Pelayanan Publik. Bandung: Alfabeta.
Profil Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2KBP3A) Tahun 2019
Sadhana, Kridawati. 2011. Realitas Kebijakan Publik. Malang: Universitas Negeri Malang
Suaib, Muhammad Ridha. 2016. Pengantar Kebijakan Publik: dari administrasi negara, kebijakan publik, administrasi publik, pelayanan publik, good governance, hingga implementasi kebijakan . Jakarta: Calpulis
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Wahab, Solichin Abdul.2014. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Penyusunan Model-Model Implementasi Kebijakan Publik . Jakarta: Bumi Aksara
Implementasi Program Kampung Keluarga Berencana (Saputri, Apriani, Rande)
5547 Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik Teori, Proses dan Studi Kasus, Jakarta:
PT. Buku Seu