• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN Z-SCORE Studi Pada Perusahaan Penerbangan Indonesia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN Z-SCORE Studi Pada Perusahaan Penerbangan Indonesia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

REZA SAPUTRA 105731123918

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2022

(2)

ii

KARYA TUGAS AKHIR MAHASISWA

JUDUL PENELITIAN

PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN Z-SCORE

Studi Pada Perusahaan Penerbangan Indonesia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Oleh:

REZA SAPUTRA 105731123918

Untuk Memenuhi Pensyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2022

(3)

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Tidak ada orang suci tanpa masa lalu, tidak ada orang berdosa tanpa masa depan – Augustine

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas Ridho-Nya serta karunianya sehingga skripsi ini telah terselesaikan dengan baik.

Alhamdulilahi Rabbil’alamin

Skripsi ini ku persembahkan untuk kedua orang tuaku tercinta, saudaraku, orang-orang yang saya saying dan almamaterku sebagai

tanda bakti, hormat, memberikan kasih sayang, segala dukungan,

dan rasa terima kasih yang tiada terhingga.

(4)

ii

(5)

iii

(6)

iv

(7)

v

(8)

ii

ABSTRAK

REZA SAPUTRA. 2022. Prediksi Financial Distress Dengan Menggunakan Model Altman Z-Score (Studi Pada perusahaan Penerbangan Indonesia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia). Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh: Muhammad Najib Kasim dan Idrawahyuni.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana memprediksi Financial distress dengan menggunakan model Altman Z-Score pada perusahaan penerbangan Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hypothesis testing dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan penerbangan yang terdaftar di Burda efek Indonesia. Sampel dalam penelitian ini yaitu Perusahaan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan PT AirAsia Indonesia Tbk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan PT AirAsia Indonesia Tbk keduanya di prediksi mengalami financial distress baik PT Garuda Indonesia (Persero) TBk maupun PT AirAsia Indonesia Tbk sama-sama menunjukkan kinerja keuangan yang memburuk atau sedang dalam kondisi financial distress di setiap periode. Namun jika dibandingkan kinerja keuangan kedua perusahaan ini antara PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan PT AirAsia Indonesia Tbk dari tahun 2018 sampai 2020 maka PT Air Asia Indonesia lebih menunjukkan kinerja yang lebih baik, hal tersebut dapat dilihat dari nilai skor Z yang dihasilkan PT AirAsia Indonesia Tbk lebih tinggi dibandingkan hasil skor Z yang dihasilkan oleh PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang berarti bahwa PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk memiliki prediksi kebangrutan yang lebih besar dibandingkan dengan PT AirAsia Indonesia Tbk.

Kata kunci : Financial Distress, Model Altman Z- Score dan Perusahaan Penerbangan

(9)

iii ABSTRACT

REZA SAPUTRA. 2022. Prediction of Financial Distress Using the Altman Z- Score Model (Study on Indonesian Aviation Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange). Essay. Department of Accounting, Faculty of Economics and Business, University of Muhammadiyah Makassar. Supervised by: Muhammad Najib Kasim and Idrawahyuni.

This study aims to determine how to predict financial distress using the Altman Z- Score model for Indonesian airlines listed on the Indonesia Stock Exchange. The type of research used in this research is hypothesis testing with a quantitative approach. The population in this study are airlines registered with the Indonesian Stock Exchange. The samples in this study are PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk and PT AirAsia Indonesia Tbk. The results showed that the financial performance of PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk and PT AirAsia Indonesia Tbk were both predicted to experience financial distress, both PT Garuda Indonesia (Persero) TBk and PT AirAsia Indonesia Tbk both showing deteriorating financial performance or being in financial condition. distress in each period. However, when compared to the financial performance of these two companies between PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk and PT AirAsia Indonesia Tbk from 2018 to 2020, PT Air Asia Indonesia showed a better performance, this can be seen from the Z Score generated by PT AirAsia.

Indonesia Tbk is higher than the Z Score produced by PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, which means that PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk has a higher prediction of bankruptcy than PT AirAsia Indonesia Tbk.

Keywords : Financial Distress, Altman Z-Score Model and Airline Companies

(10)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya.

Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Prediksi Financial Distress Dengan Menggunakan Model Altman Z-Score (Studi Pada Perusahaan Penerbangan Indonesia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia).

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan program Sarjana Strata (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis bapak Sukman dan Ibu Emi Hartini yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus. Dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, serta dukungan baik materi maupun moral, dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan

(11)

v

yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. H. Andi Jam’an.,SE.,M.Si Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Mira.,SE.,M.Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. Muhammad Najib Kasim.,SE.,MM. selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga Skripsi selesai dengan baik.

5. Ibu Idrawahyuni.,S.Pd.,M.Si. selaku Pembimbing II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

6. Bapak/Ibu dan Asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

8. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Akuntansi Angkatan 2018 khususnya Ak18F yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.

9. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan Skripsi ini.

(12)

vi

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan Skripsi ini.

Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater tercinta Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.

Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Makassar, 12 Mei 2022

Penulis,

Reza Saputra

(13)

vii

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERNYATAAN KEABSAHAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR . Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

1. Manfaat Teoritis ... 11

2. Manfaat Praktis ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Tinjauan Teori ... 12

1. Signaling Theory ... 12

2. Laporan Keuangan ... 12

3. Analisis Laporan Keuangan ... 13

4. Financial Distress ... 15

5. Cara Memprediksi Financial Distress... 21

B. Tinjauan Empiris ... 24

C. Kerangka Pikir ... 28

(14)

viii

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

C. Jenis dan Sumber Data ... 30

D. Populasi dan Sampel ... 31

E. Metode Pengumpulan Data ... 31

F. Defenisi Operasional Variabel ... 31

G. Metode Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Gambaran Umum Instansi ... 35

1. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk ... 35

2. PT. AirAsia Indonesia Tbk ... 43

B. Hasil Penelitian ... 50

1. Prediksi Financial Distress Pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk 50 2. Prediksi Financial Distress Pada PT AirAsia Indonesia Tbk ... 57

C. Pembahasan ... 64

BAB V PENUTUP ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

LAMPIRAN ... 75

(15)

ix

DAFTAR TABEL

Table 1.1 Daftar Perusahaan Penerbangan Yang Terdaftar Di BEI ... 4

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 24

Tabel 3.1 Daftar Sampel Perusahaan ... 31

Tabel 3.2 Kriteria Memprediksi Financial Distress ... 34

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Altman Z-Score ... 52

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Altman Z-Score ... 54

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Altman Z-Score ... 55

Tabel 4.4 Hasil Rekapitalasi Nilai Altman Z-Score ... 56

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Altman Z-Score ... 58

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Altman Z-Score ... 60

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Altman Z-Score ... 62

Tabel 4.8 Hasil Rekapitalasi Nilai Altman Z-Score ... 63

Tabel 4.9 Hasil Perbandingan Z-Score PT Garuda Indonesia Tbk dan PT AirAsia Indonesia Tbk ... 67

(16)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 29 Gambar 4.1 PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk ... 40 Gambar 4.2 PT AIRASIA INDONESIA Tbk ... 49

(17)

xi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Hasil Rekapitalasi Nilai Altman Z-Score ... 57 Grafik 4.2 Hasil Rekapitalasi Nilai Altman Z-Score ... 64

(18)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Tempat Penelitian... 75 Lampiran 2 Dokumentasi Surat Balasan Penelitian ... 76 Lampiran 3 Dokumentasi laporan Keuangan Perusahaan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk ... 77 Lampiran 4 Dokumentasi Laporan keuangan Perusahaan PT AirAsia Indonesia Tbk ... 93

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman yang diikuti dengan perkembangan teknologi dan perubahan siklus ekonomi menyebabkan dunia usaha juga terus mengalami perubahan. Perubahan ini berdampak pada persaingan ketat yang dialami semua kalangan pelaku dalam dunia bisnis (Sinambel, 2009). Perusahaan diharapkan tidak hanya mempu beradaptasi dengan keadaan, tetapi juga dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan di tengah perubahan yang terus terjadi.

Kemampuan perusahaan untuk dapat bersaing sangat ditentukan oleh kinerja perusahaan. Perusahaan yang tidak mampu bersaing untuk mempertahankan kinerjanya akan tergusur dari lingkungan industrinya dan akan mengalami kebangkrutan. Agar kelangsungan hidup suatu perusahaan tetap terjaga, maka pihak manajemen harus dapat mempertahankan atau terlebih lagi memacu peningkatan kinerjanya. Pada dasarnya tujuan didirikannya perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan perusahaan dan memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan.

Tujuan tersebut pihak manajemen perusahaan dituntut untuk melakukan kinerja secara optimal dalam aktivitas perusahaan terutama masalah keuangan sehingga terhindar dari kondisi rugi dan terjadi kebangkrutan.

Peningkatan kinerja perlu terus dijaga dan ditingkatkan oleh setiap perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan agar kondisi keuangan tetap stabil dan tidak bermasalah. Secara umum kinerja suatu perusahaan

(20)

ditunjukkan dalam laporan keuangan yang di publikasikan (Batubara, 2012:1).

Sektor transportasi merupakan salah satu sektor industri yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam menunjang berbagai kegiatan dalam kehidupan (Fitriani dan Huda, 2020). Seiring berjalannya waktu, trasnportasi baru banyak bermunculan, salah satunya dalam sektor transpotrasi udara sedangkan kalau Berbicara mengenai gaya hidup serta kepentingan sosial masyarakat yang semakin hari semakin beragam seperti berlibur, perjalanan bisnis, dalam hal medis, menempuh pendidikan dan lain sebagainya, transportasi udara menjadi salah satu pilihan yang banyak diminati oleh masyarakat asing dan lokal, ini dikarenakan transportasi udara dianggap lebih cepat untuk mengantarkan penumpang ketempat tujuan.

Persaingan jasa penerbangan di Indonesia mengalami kemajuan pesat.

Beberapa perusahaan yang bergerak di bidang penerbangan menawarkan berbagai macam rute baik domestik maupun internasional dengan harga yang kompetitif satu sama lain. Wilayah Indonesia yang luas mendukung beberapa perusahaan untuk memberikan jasa transportasi udara kepada masyarakat. Transportasi udara merupakan pilihan bagi masyarakat yang bepergian dari satu tempat ke tempat yang lain dimana jarak tempuh yang cukup jauh dapat dicapai dengan waktu yang relatif singkat dan biaya yang terjangkau. Hal ini menjadikan semakin tingginya permintaan jasa penerbangan di Indonesia (Idris :2019).

Perusahaan penerbangan termasuk perusahaan skala besar terlepas apakah terdaftar di bursa efek atau tidak. Dikatakan perusahaan berskala besar dikarenakan membutuhkan sumber daya keuangan yang besar dan

(21)

sumber daya manusia yang banyak. Sehingga pihak manajemen khususnya yang menangani keuangan perlu memperhatikan posisi keuangan perusahaan baik periode yang sudah lalu, sekarang dan prediksi ke depan.

Perusahaan penerbangan memiliki perlakuan yang sama dalam hal pembuatan laporan keuangan seperti perusahaan lain. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Kasmir, (2014) bahwa pembuatan laporan keuangan dibuat sesuai dengan kaidah keuangan yang berlaku agar mampu menunjukkan kondisi dan posisi keuangan yang sesungguhnya. Laporan keuangan dibuat sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga mudah dibaca, dipahami, dimengerti oleh berbagai pihak yang berkepentingan.

Pada Perusahaan penerbangan terdapat persaingan untuk memperebutkan pasar domestik antara maskapai penerbangan. Menurut survey Amin (2018) mengatakan bahwa pada tahun 2014, Lion Air mendominasi penerbangan domestik di Indonesia, selanjutnya pada tahun 2015, penerbangan domestik di Indonesia di dominasi oleh Garuda Indonesia. Kemudian pada tahun 2016 jumlah keberangkatan pesawat domestik mencapai 764.156 kali penerbangan. Dimana Garuda Indonesia melakukan penerbangan sebanyak 186.482 (24,4%), kemudian Lion Air dengan jumlah penerbangan 180.581 kali penerbangan (23,6%), Wings Air dengan jumlah 86.313 kali penerbangan (11,3%), Citilink Indonesia dengan 78.935 kali penerbangan (10,3%), kemudian Batik Air dan Sriwijaya Air.

Tidak hanya penerbangan dalam negeri, namun penerbangan tujuan luar negeri juga terdapat persaingan untuk merebutkan pasar domestik. Dimana Air Asia melakukan jumlah penerbangan tujuan luar negeri terbanyak pada tahun 2015, kemudian sejak tahun 2016 Garuda Indonesia menjadi

(22)

maskapai terbanyak melakukan penerbangan keluar negeri dengan keberangkatan luar negerimencapai 71.487 kali penerbangan pada tahun 2016, Garuda Indonesia menguasai sebanyak 27.577 kali (38,6%), kemudian Air Asia sebanyak 22.209 kali penerbangan (31,1%), Lion Air sebanyak 9.212 kali penerbangan (12,9%) dan sisanyamaskapai penerbangan lain (Amin, 2018).

Pada 15 perusahaan penerbangan di Indonesia terdapat 2 perusahaan penerbangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia yaitu PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) dan PT. Airasia Indonesia Tbk. (Sumber Kementrian Perhubungan dan BEI 2019) sebagai berikut:

Table 1.1 Daftar Perusahaan Penerbangan Yang Terdaftar Di BEI

No Kode Saham Nama Perusahaan

1. GIAA PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

2. CMPP PT AirAsia Indonesia Tbk

Sumber BEI

Analisis atas laporan keuangan yang telah dipublikasikan oleh perusahaan sangat penting untuk dibuat, analisis tersebut bermanfaat bagi pihak manajemen perusahaan agar pihak manajemen perusahaan mengetahui kondisi kinerja perusahaan secara tepat dan kemudian informasi yang didapatkan dari analisis tersebut digunakan dalam pengambilan keputusan. Analisis atas suatu laporan keuangan juga bermanfaat bagi manajemen dalam menentukan strategi keuangan perusahaan agar perusahaan dapat memperoleh laba secara optimal. Apabila laba atau keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan, hal tersebut akan berdampak serius kepada

(23)

perusahaan. Kerugian yang dialami oleh perusahaan secara terus menerus dapat memberikan dampak financial distress atau kesulitan keuangan terhadap perusahaan atau kemungkinan terburuk yang terjadi adalah kebangkrutan perusahaan.

Financial distress merupakan tahapan penurunan kondisi keuangan suatu perusahaan. Ketidakmampuan perusahaan untuk melunasi hutang memberikan bukti bahwa kinerja perusahaan bernilai negatif dan menunjukkan bahwa adanya masalah dalam keuangan. Ketidakmampuan atau kegagalan perusahaan-perusahaan tersebut dapat di sebabkan oleh dua hal. Pertama, kegagalan keu- 5 angan (financial failure), Kedua kegagalan ekonomi (economi failure) (Ramadhani dan Lukviarman, 2009).

Menurut Fitriani dan Huda (2020) kondisi financial distress dapat terjadi karena berbagai faktor, salah satu faktor penyebab terjadinya financial distress adalah pihak manajemen perusahaan tidak mampu beradaptasi dengan keadaan lingkungan usaha yang berubah, salah satu faktor yang dapat mengubah lingkungan usaha adalah bencana alam. Tahun 2020 merupakan tahun yang sangat berat bagi dunia usaha khususnya di Indonesia karena ditemukannya virus baru yang berbahaya dan mudah menular yang bernama virus SARS Cov-2 (Covid19).Pandemi Covid – 19 berdampak terhadap semua sektor perekonomian, salah satu yang terdampak yaitu sektor transportasi udara. Covid-19 menurunkan minat masyarakat untuk menggunakan transportasi udara, hal tersebut merupakan efek dari penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan penutupan berbagai objek wisata yang ada di Indonesia.

(24)

Dilansir dari Merdeka.com (https://m.merdeka.com) Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penumpang pesawat anjlok hingga 90%

pada Mei 2020, penurunan jumlah penumpang terjadi di semua bandara utama yang diamati, yaitu Bandara Ngurah Rai - Denpasar 94,56%, Juanda - Surabaya 94, 48%, Kualanamu - Medan 87,76%, Hasanuddin - Makassar 86,33%, dan Soekarno Hatta - Banten 85,60%.

Peristiwa tersebut mempengaruhi profitabilitas yang dialami oleh berbagai maskapai penerbangan, diantaranya yaitu PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan PT. Air Asia Indonesia Tbk. Dilansir dari (Dua Maskapai Penerbangan Rugi Triliunan Rupiah Akibat Pandemi Covid-19 - Korporasi Katadata.co.id). Berdasarkan laporan keuangan, pendapatan PT Garuda Indonesia (Persero) anjlok 6 hingga 67,84% dan PT Air Asia Indonesia 71,0%. Laba bersih kedua perusahaan yang berhasil diperoleh pada kuartal III tahun lalu berbalik menjadi rugi bersih sepanjang sembilan bulan tahun ini.

PT Garuda Indonesia Tbk merupakan salah satu ikon terbesar dalam dunia penerbangan nasional dan satu-satunya maskapai plat merah yang masih bertahan di sektor transportasi udara sampai saat ini. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa perusahaan BUMN Indonesia menunjukkan kinerja yang negative sehingga dikategorikan perusahaan- perusahaan tersebut berpotensi mengalami kebangkrutan. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk merupakan salah satu perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang Jasa Angkutan Udara Niaga. Perusahaan ini sedang ramai di perbincangkan karena menunjukkan kinerja yang menurun selama tahun 2012-tahun saat ini terlihat dari pergerakan saham yang terus

(25)

menerus merosot meskipun pada tahun 2016 juga sempat mengalami peningkatan.

Selama tahun 2018, PT Garuda Indonesia memiliki total utang perseroan sebesar USD 3,46 miliar melonjak dari total hutang tahun 2017 sebesar USD 2,83 miliar. PT Garuda Indonesia menyisil hutang avtur kepada Pertamina dengan total hutang Rp 2 triliun (www.merdeka.com). Ini menunjukkan bahwa jika pendapatan sedikit lebih tinggi sedangkan hutang sangat besar akan menyulitkan perusahaan ditambah dengan beban bunga yang akan dibayarkan (www.wartaekonomi.com). Kenyataan di lapangan PT. Garuda Indonesia cenderung mengalami penurunan laba setiap tahunnya. Dimana pada tahun 2018 PT Garuda Indonesia mencatatkan kerugian sebesar Rp 2,4 Triliun.

Penurunan laba bersih PT. Garuda Indonesia dikarenakan total pengeluaran yang semakin banyak, pengeluaran tersebut diantaranya kenaikan biaya bahan 7 bakar, biaya extra ordinary, dan denda legal, hal ini sesuai dengan yang ditulis oleh Sugianto (2018) dalam berita detik finance, bahwa banyaknya total pengeluaran yang naik yaitu sebesar 13% dari Rp 49,95 Triliun menjadi Rp 57,375 Triliun. Kenaikan yang paling besar dari biaya bahan bakar yang naik 25% dari Rp 12,4 Triliun menjadi Rp 15,5 Triliun. Kenaikan biaya bahan bakar dikarenakan meningkatnya bahan bakar dan juga meningkatnya produksi pesawat sehingga mengakibatkan volume bahan bakar juga naik.

PT. Air Asia Indonesia Tbk (CMPP) mencatatkan perbaikan pendapatan sebelum bunga dan pajak (EBIT) pada kuartal I tahun 2019. Pendapatan Air Asia Indonesia pada kuartal I 2019 mencapai Rp1,3 triliun atau mengalami

(26)

kenaikan 58 persen dibanding catatan pada periode yang sama tahun 2018, yakni Rp843 miliar. Namun, peningkatan pendapatan itu juga dibarengi kenaikan biaya operasional sebesar 26 persen. Pada kuartal I 2019, biaya operasional Air Asia Indonesia tercatat senilai Rp1,412 triliun. Sementara pada kuartal I 2018, biaya operasional Air Asia hanya mencapai Rp1,116 triliun. Akibatnya, keuangan Air Asia Indonesia masih tercatat minus Rp79,393 miliar pada kuartal I 2019. Meski begitu, angka itu masih lebih baik dibanding kondisi keuangan Air Asia Indonesia pada kuartal I 2018 yang tercatat minus Rp273,143 miliar (www.tirto.id).

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan dari transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun buku keuangan yang bersangkutan (Baridwan, 2011: 17). Laporan keuangan yang telah selesai dibuat dapat dijadikan sebagai dasar dalam menilai kinerja keuangan perusahaan selama periode tertentu. Oleh karenanya, diperlukan suatu analisis prediksi yang dapat berguna untuk mengukur tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan yang dapat dijadikan sebagai early warning bagi perusahaan jika perusahaan tersebut berada pada titik financial distress, hal tersebut bertujuan untuk menghindari dan mengantisipasi potensi terjadinya kebangkrutan yang akan dialami oleh perusahaan pada masa yang akan datang. Hal tersebut akan sangat membantu berbagai pihak seperti pemegang saham, investor, pemerintah, akuntan dan manajemen perusahaan yang bersangkutan untuk memperoleh informasi mengenai seberapa besar perusahaan dapat bertahan atau seberapa besar prediksi kebangkrutan perusahaan tersebut. Informasi tersebut bisa

(27)

didapatkan melalui rasio-rasio keuangan yang terdapat didalam laporan keuangan perusahaan yang dijadikan sebagai dasar penilaian.

Analisis Altman Z-Score mengkombinasikan beberapa rasio menjadi model prediksi dengan teknik statistik yaitu analisis diskriminan yang digunakan untuk memprediksi kabangkrutan perusahaan dengan metode Altman Z-Score. Z-Score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan (Supardi, 2003). Analisis ini telah digunakan sejak era 1970-an dan menjadi terkenal pada era 1980-an.

Model analisis yang dikembangkan oleh Altman ini telah menjadi rujukan bagi setiap investor dan manajer investasi di Amerika Serikat dalam proses menelaah keputusan investasi mereka untuk menghindari kemungkinan kesalahan investasi pada perusahaan yang bangkrut. Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan kondisi ekonomi serta perilaku pasar Analisis Z-score yang pertama kali dikembangkan oleh Altman pada 1968 tersebut dinilai kurang relevan dengan kekurangan antara lain dari model ini tidak dapat mutlak digunakan karena ada kalanya terdapat hasil yang berbeda jika kita menggunakan obyek penelitian yang berbeda (Endri, 2009). Selain itu model ini juga tidak melihat dampak dari perubahan nilai harga saham karena dalam model ini menggunakan market value of equity sebagai salah satu indikator yang dihitung dalam formula tersebut.

Dengan alasan kekurangan itulah Altman kembali memodifikasi formula Z- score-nya pada tahun 1995 dengan mengubah beberapa indikator baru.

Indikator tersebut antara lain Net Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total Assets, Earnings Before Interest and Taxes to total Assets,

(28)

dan Book Value of Equity to Total Liability. Beberapa penambahan tersebut dimaksudkan untuk menutupi kekurangan dan juga untuk menambah tingkat akurasi yang lebih baik. Akan tetapi disisi lain masih sering ditemukan masih relevannya metode Altman Z-Score 1968 pada masa modern walaupun Altman sendiri telah melakukan penyempurnaan pada tahun 1995.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka perlu dilakukan penelitian dalam memprediksi financial distress yang akan memicu terjadinya kebangkrutan sebuah perusahaan. Dimana yang membedakan penelitian ini dan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian (Ramly Dkk, 2019) objek dalam penelitiannya adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan sekarang penelitian ini memiliki objek pada perusahaan penerbangan Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Dari Uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul

“Prediksi Financial Distress dengan Menggunakan Model Altman Z- Score (Studi Pada Perusahaan Penerbangan Indonesia Yang Terdaftar

Di Bursa Efek Indonesia).”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana prediksi Financial Distress perusahaan penerbangan Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan model Altman Z Score?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana memprediksi Financial distress dengan

(29)

menggunakan model Altman Z-Score pada perusahaan penerbangan Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini menambah wawasan mengenai prediksi financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan model Altman Z-Score.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan ilmu pengetahuan dalam memprediksi Financial Distress pada perusahaan penerbangan indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menggunakan model Altman Z score.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu wadah untuk memperluas wawasan dan pengetahuan penulis dalam ilmu akuntansi terkait financial distress dan ilmu lainnya yang selama ini sudah di peroleh dalam bangku perkuliahan untuk memecahkan persoalan-persoalan nyata di lapangan.

b. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah masukan dan juga gambaran bagi perusahaan terlebih kepada manajemen dalam sebuah perusahaan sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan kedepannya agar jauh lebih baik.

(30)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori 1. Signaling Theory

Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal itu berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik (Wolk,2011). Laporan keuangan dibuat berdasarkan aktivitasaktivitas yang dilakukan perusahaan. Dalam laporan keuangan akan dapat diketahui kinerja dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan.

Almilia dan Kristija (2003), menjelaskan bahwa perusahaan yang mempunyai laba positif selama dua tahun berturut turut merupakan kategori perusahaan yang sehat dan mencerminkan kondisi kinerja perusahaan yang baik. Sebaliknya, ketika perusahaan memiliki laba negatif selama 2 tahun berturut-turut merupakan perusahaan yang mengalami kondisi financial distress.

Melalui informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan, pihak luar mampu menilai apakah perusahaan mampu melakukan pembalikan arah (corporate turnaround) untuk keluar dari kondisi financial distress dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka waktu yang lama.

2. Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah informasi tentang kondisi kinerja perusahaan (Fahmi, 2011:22). Selain itu, menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)

(31)

(2002), laporan keuangan adalah informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan perusahaan yang bisa digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Berdasarkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2002). Maka penerbitan laporan keuangan memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Sebagai informasi untuk melakukan investasi dan pemberian kredit oleh potensial investor, investor, dan kredito

b. Untuk prospek perolehan kas dan dividen, penjualan atau bunga dari penerimaan, penebusan, atau pinjaman.

c. Informasi tentang sumber daya yang ada di perusahaan.

Menurut Harahap (2013:105) laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan terkini atau dalam periode tertentu. Kondisi keuangan perusahaan terkini yaitu keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi). Laporan keuangan biasanya dibuat per periode, misalnya tiga bulan atau enam bulan tergantung kepentingan intern dari perusahaan itu sendiri, adapun laporan yang lebih luas dilakukan 1 tahun sekali. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan terkini atau pada periode tertentu yang meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan atas laporan keuangan dan laporan lainnya.

3. Analisis Laporan Keuangan

Menurut Soemarso (2002: 21). Analisis laporan keuangan (Financial statement analysis) pada hakikatnya adalah menghubungkan angka-angka

(32)

yang terdapat dalam laporan keuangan dengan angka lain atau menjelaskan arah perubahan (trend). Analisis laporan keuangan tidak lain merupakan suatu proses untuk membedahkan laporan keuangan ke dalam unsur - unsurnya, menelaah masing-masing unsur-unsur tersebut, dan menelaah hubungan diantara unsur-unsur tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri (Prastowo dan Juliati, 2002:52).

Analisis laporan keuangan berarti melakukan penelaahan atau mempelajari hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan (Falikhatun dan Nugrahaningsih, 2007:6).

Menurut Mahmudi (2009: 9). Analisis dimaksudkan untuk membantu bagaimana cara memahami laporan keuangan, bagaimana mengevaluasi laporan keuangan, dan bagaimana menggunakan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.

Menurut Prastowo dan Juliati (2002:53), analisis laporan keuangan dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan, diantaranya:

a. Sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger.

b. Sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa datang.

c. Sebagai proses diagnosis terhadap masalah manajemen, operasi atau masalah lainnya.

d. Sebagai alat evaluasi terhadap manajemen.

(33)

Kesimpulan dari pengertian analisis laporan keuangan adalah suatu proses analisis atau penelaahan (mempelajari) laporan keuangan untuk memperoleh pemahaman dan pengertian yang baik dan tepat untuk pengambilan keputusan pada organisasi sektor publik atau organisasi sektor swasta.

4. Financial Distress

a. Pengertian Financial Distress

Financial distress atau sering disebut dengan kesulitan keuangan, terjadi sebelum suatu perusahaan benar-benar mengalami kebangkrutan. Financial distress merupakan suatu kondisi yang menunjukkan tahap penurunan dalam kondisi keuangan perusahaan yang teIjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. (Almilia, 2006 dan Ramadhani dan Lukviarman, 2009). Financial distress juga bisa didefinisikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban finansial yang telah jatuh tempo.

Financial distress bisa terjadi di berbagai perusahaan dan bisa menjadi penanda (sinyal) dari kebangkrutan yang mungkin akan dialami perusahaan. Jika perusahaan sudah masuk dalam kondisi financial distress, maka manajemen harus berhati-hati karena bisa saja masuk pada tahap kebangkrutan. Financial distress berbeda dengan kebangkrutan karena kesulitan keuangan terjadi sebelum kebangkrutan perusahaan, oleh karena itu manajemen perusahaan perlu untuk mengetahui kondisi perusahaan dalam kondisi sehat atau tidak melalui prediksi financial distress.

(34)

Perusahaan yang mengalami kondisi financial distress dapat dilihat atau ditentukan oleh berbagai faktor (Fachrudin, 2008). yaitu:

1) Financial distress terjadi dalam suatu perusahaan jika terdapat pemberhentian tenaga kerja atau menghilangkan pembayaran dividen.

2) Mengukur financial distress dengan cara adanya arus kas yang lebih kecil dari utang jangka panjang saat ini.

3) Perusahaan dikatakan mengalami financial distress jika perusahaan ter sebut mengalami pelanggaran teknis dalam hutang dan diprediksikan perus ahaan tersebut mengalami kebangkrutan pada periode yang akan datang.

4) Perusahaan dikatakan mengalami financial distress jika perusahaan tersebut dihentikan operasinya atas wewenang pemerintah dan perusahaan tersebut dipersyaratkan melakukan perencanaan restrukturisasi.

5) Financial distress teIjadi pada perusahaan yang mengalami laba bersih operasi (net operating income) negatif.

b. Penyebab Financial Distress

Financial distress bisa terjadi pada semua perusahaan. Penyebab terjadinya financial distress juga bermacam - macam. (Fachrudin, 2008) mengelompokkan penyebab kesulitan, yang disebut dengan Model Dasar Kebangkrutan atau Trinitas Penyebab Kesulitan Keuangan.

Terdapat 3 alasan utama mengapa perusahaan bisa mengalami financial distress dan kemudian bangkrut, yaitu:

(35)

1) Neoclassical model

Financial distress dan kebangkrutan terjadi jika alokasi sumber daya di dalam perusahaan tidak tepat. Manajemen yang kurang bisa mengalokasikan sumber daya (aset) yang ada di perusahaan untuk kegiatan operasional perusahaan.

2) Financial model

Pencampuran aset benar tetapi struktur keuangan salah dengan liquidity constraints. Hal ini berarti bahwa walaupun perusahaan dapat bertahan hidup dalam jangka panjang tapi ia harus bangkrut juga dalam jangka pendek.

3) Corporate governance model

Menurut model ini, kebangkrutan mempunyai campuran aset dan struktur keuangan yang benar tapi dikelola dengan buruk.

Ketidakefisienan ini mendorong perusahaan menjadi Out of the market sebagai konsekuensi dari masalah dalam tata kelola perusahaan yang tak terpecahkan.

c. Dampak Financial Distress

Ketika manajemen perusahaan yang go public mengumumkan bahwa mereka sedang mengalami kondisi financial distress, maka pasar modal akan bereaksi (Almilia: 2006), meneliti tentang reaksi pasar setelah perusahaan melakukan pengumuman financial distress. Di penelitiannya dia menguji abnormal return perusahaan pasca pengumuman financial distress. Hasilnya pelaku pasar modal bereaksi terhadap pengumuman financiai distress tersebut. Kondisi financial distress merupakan kondisi yang tidak diinginkan oleh berbagai pihak.

(36)

Jika terjadi financial distress, maka investor dan kreditor akan cenderung berhatihati dalam melakukan investasi atau memberikan pinjaman pada perusahaan terserbut.

Kondisi financial distress memberikan dampak buruk bagi perusahaan karena kepercayaan investor dan kreditor serta pihak eksternal lainnya. Oleh karena itu, manajemen harus melakukan tindakan untuk dapat mengatasi kondisi financial distress dan mencegah terjadinya kebangrutan. Stakeholder akan cenderung bereaksi negatif terhadap kondisi ini. Oleh karena itu, manajemen perusahaan harus segera mengambil tindakan untuk mengatasi masalah financial distress dan mencegah kebangkrutan (Almilia: 2006).

d. Manfaat Memprediksi Financial Distress

Prediksi financial distress ini sangat penting bagi berbagai pihak.

Hal ini menjadi perhatian bagi berbagai pihak karena dengan mengetahui kondisi perusahaan yang mengalami financial distress, maka berbagai pihak tersebut dapat mengambil keputusan atau tindakan untuk memperbaiki keadaan ataupun untuk 17 menghindari masalah. Berbagai pihak yang berkepentingan untuk melakukan prediksi atas kemungkinan terjadinya financial distress adalah (Almilia dan Kristijadi, 2003):

1) Pemberi pinjaman (Kreditor)

Institusi pemberi pinjaman memprediksi financial distress dalam memutuskan apakah akan memberikan pinjaman dan menentukan kebijakan mengawasi pinjaman yang telah diberikan pada perusahaan. Selain itu juga digunakan untuk menilai kemungkinan

(37)

masalah suatu perusahaan dalam melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga.

2) Investor

Model prediksi financial distress dapat membantu investor ketika akan memutuskan untuk berinvestasi pada suatu perusahaan.

3) Pembuatan peraturan atau badan regulator

Badan regulator mempunyai tanggung jawab mengawasi kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan perusahaan individu. Hal ini menyebabkan perlunya suatu model untuk mengetahui kesanggupan perusahaan membayar hutang dan menilai stabilitas perusahaan.

4) Pemerintah

Prediksi financial distress penting bagi pemerintah dalam melakukan antitrust regulation.

5) Auditor

Model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna bagi auditor dalam membuat penilaian going concern perusahaan.

Pada tahap penyelesaian audit, auditor harus membuat penilaian tentang going concern perusahaan. Jika ternyata perusahaan diragukan going concern-nya, maka auditor akan memberikan opini wajar tanpa pengeculian dengan paragraf penjelas atau bisa juga memberikan opini disclaimer (atau menolak memberikan pendapat).

6) Manajemen

Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan, maka perusahaan akan menanggung biaya langsung (akuntan dan pengacara) dan

(38)

biaya tidak langsung (kerugian penjualan atau kerugian paksaan akibat ketetapan pengadilan). Oleh karena itu, manajemen harus melakukan prediksi financial distress dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk dapat mengatasi kesulitan keuangan yang terjadi dan mencegah kebangkrutan pada perusahaan.

Analisis financial distress sangat bermanfaat bagi stakeholder atau pihakpihak terkait sebagai warning system atau peringatan dini berdasarkan gejala-gejala yang terjadi. Hal tersebut tentunya juga bisa menjadi acuan dalam pengambilan langkah-langkah antisipatif dalam menghadapi keadaan terburuk yang mungkin bisa terjadi (Priambodo, 2017).

e. Solusi Bagi Perusahaan Mengalami Financial Distress

Perusahaan yang mengalami financial distress biasanya memiliki arus kas yang negatif sehingga mereka tidak bisa membayar kewajiban yang jatuh tempo. Ada 2 solusi yang bisa diberikan jika perusahaan mempunyai arus kas negatif (Pustylnick, 2012), yaitu:

1) Restrukturisasi hutang

Manajemen bisa melakukan restrukturisasi hutang yaitu mencoba meminta perpanjangan waktu dari kreditor untuk pelunasan hutang hingga perusahaan mempunyai kas yang cukup untuk melunasi hutang tersebut.

2) Perubahan dalam manajemen

Jika memang diperlukan, perusahaan mungkin harus melakukan penggantian manajemen dengan orang yang lebih berkompeten.

Dengan begitu, mungkin saja kepercayaan stakeholder bisa kembali

(39)

pada perusahaan. Hal ini untuk menghindari larinya investor potensial perusahaan pada kondisi financial distress.

5. Cara Memprediksi Financial Distress

Berbagai model untuk memprediksi financial distress yang disusun dari berbagai rasio keuangan:

a. Model Altman Z-Score

Model Altman Z-Score bisa diartikan sebagai tools atau bahkan sebuah metode dalam sistem pengukuran potensi kesulitan keuangan perusahaan yang bersifat predictable. Metode ini pertama kali digagas oleh Edward I. Altman pada tahun 1968. Altmans mengembangkan model ini dengan menggunakan metode Multiple Discriminant Analysis pada lima jenis rasio keuangan (Patunrui dan Yati, 2017).

Z-Score adalah bilangan yang diberikan kepada perusahaan berdasarkan pengukuran yang dilakukan pada rasio-rasio yang ditetapkan pada model Altman. Pada model Altman ini digunakan lima rasio keuangan sebagai variabel-variabel penentu nilai Z yang dihasilkan melalui sebuah formula yang telah ditetapkan dan hasil dari formula tersebut akan di interpretasikan ke dalam beberapa kategori yang telah di tetapkan.

Z= 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 0,999X5

Keterangan:

X1= Working Capital / Total Aset X2= Retained Earning / Total Aset

X3= Earnings Before Interest and Taxes / Total Aset X4= Book Value of Equity / Total Liabilitas

(40)

X5= Sales / Total Aset

Dalam sistem perhitungan Model Altman nantinya diperoleh nilai Z- Score yang dibagi dalam tiga tingkatan kategori sebagai berikut:

1) Apabila didapati Z > 2,99 maka perusahaan dikategorikan pada tingkat safe area atau sehat secara finansial.

2) Apabila didapati 1,81 < Z < 2,99 maka perusahaan dikategorikan pada tingkat grey area atau kondisi finansial perusahaan belum dapat ditentukan sehat atau bermasalah.

3) Apabila didapati Z < 1,81 maka perusahaan dikategorikan distress area artinya keuangan bermasalah dan harus segera dievaluasi (Annuri dan Ruzikna, 2017).

b. Model Springate

Model springate tahun 1978 merupakan model prediksi kebangkrutan yang dibuat mengikuti prosedur model Altman. Model ini memperhatikan empat rasio keuangan untuk memprediksi financial distress yaitu rasio working capital/total assets, net profit before interest and taxes/total assets, net profit before taxes/current liabilities, dan sales/total assets (Priambodo, 2017).

S-Score = 1,03X1 + 3,07X2 + 0,66X3 + 0,4X4 Keterangan:

X1= Working Capital / Total Aset

X2= Net Profit Before Interest and Taxex / Total Aset X3= Net Profit Before Tax / Total Liabilitas

X4= Sales / Total Aset

(41)

S-Score menghasilkan suatu angka atau skor tertentu. Angka ini memiliki penjelasan atau interprestasi sebagai berikut:

1) Skor S < 0,862 diklasifikasikan sebagai perusahaan tidak sehat dan berpotensi bangkrut

2) Skor S > 0,862 diklasifikasikan sebagai perusahaan tidak berpotensi bangkrut.

c. Model Grover

Model grover merupakan pengembangan dari model altman. Model ini dikemukakan oleh Jeffrey S Grover. Model grover adalah sebagai berikut:

Score = 1,650X1 + 3,404X3 + 0,016ROA + 0,057

Keterangan:

X1= Working Capital / Total Aset

X3= Earnings Before Interest and Taxes / Total Aset ROA= Net Income / Total Aset

Kriteria pengambilan keputusan dalam model grover adalah sebagai berikut:

1) Skor S < 0,02 diklasifikasikan sebagai perusahaan tidak sehat dan berpotensi bangkrut.

2) Skor S > 0,01 diklasifikasikan sebagai perusahaan tidak berpotensi bangkrut.

d. Model Zmijewski

Model keempat untuk melakukan prediksi kondisi keuangan perusahaan yaitu model Zmijewski. Model ini dikembangkan oleh Zmijewski pada tahun 1983. Model Zmijewski adalah sebagai berikut:

(42)

X = -4,3 – 4,5X1 + 5,7X2 – 0,004X3 Keterangan:

X1= Return on Assets

X2= Financial Leverage / Debt Ratio X3= Liquidity / Current Assets

Kriteria pengambilan keputusan untuk model zmijewski adalah sebagai berikut:

1) Skor X > 0 diklasifikasikan sebagai perusahaan kategori bangkrut (BR=Bankruptcy).

2) Skor X < 0 diklasifikasikan sebagai perusahaan kategori tidak bangkrut (NBR=NonBankruptcy).

B. Tinjauan Empiris

Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian terdahulu yang terdapat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No.

Nama Peneliti dan

Tahun Penelitian

Judul Penelitian

Variabel (Kuantitatif)

Alat Analisis

Hasil Penelitian 1. Dian Pratiwi

dan Alvianita Gunawan Putri (2021)

Analisis Prediksi financial Distress dengan Mengguna kan Model Altman Z- Score Pada Perusaha an Ritel tahun 2018- 2020.

Working capital/Total asset,Retained earning/Total Asset,Earning before interest and taxed/Total Asset,Book value of equity/Total liability.Sales/

Total Assset.

Analisis diskriminan

Pada tahun 2018-2019 yaitu

hypermarket, supermarket, minimarket,d an dalam keadaan aman tetapi sudah ada gejala

financial distress.

tahun 2020 yaitu

(43)

AMRT,MPPA , dan RANC dalam

keadaan tidak

aman(financi al distress).

Tahun 2020 yaitu rasio aktivitas dan likuiditas mengalami penurunan diabndingkan tahun

sebelumnya.

2. Yonas Nigussie Isayas (2021)

Financial Distress and Its Deternima nts:

Evidance From Insurance Companie

s in

Ethiopia

Financial

distress,Profitabili ty,Firm

size,Leverage,Lik uidity,Capital adequacy,Earnin g

Growth,Conpany age,Asset

Tangbility,Loss ratio.

Statictic Descriptive dan

econometric tools

Profitability,Li kuidity, Leverange,Fi rm size, Age of

companies,io sclaimed ratio,Asset tangibility,Pre mium

growth,dan Capital adequacy menyatakan bahwa perusahaan dalam keadaan aman karna menunjukkan nilai 2,97.

3. Siti Nur Kholisah Dwiarti dan Rina (2020)

Analysis of

Fundamen tal

Variables and Macroeco nomic Variables in

Predicting Financial Distress

Financial distress,Current Ratio Debt To Assets Ratio (DAR),Return on Equity

(ROE),Total Assets Turnover Ratio

(TATO),Inflasi,Ku rs,Suku bunga

Regresi logistik

ROE memiliki pengaruh negatif terhadap financial distress.CR, DAR,TATO,I nflasi,Nilai tukar, dan Suku bunga tidak

berpengaruh

(44)

terhadap financial distress.

4. Christine Wahyu

Indayani dan Vinola

Herawaty (2019)

Analisa Fundamen tal

Terhadap Prediksi Financial Distress.

1. Financial Distress

2. Net profit margin

3. Current ratio 4. DER

5. Sales growth 6. Board size

Analisis regresi logistik (logistic regression).

Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap financial distress.

Likuiditas,Le verange,Sale s growth, dan Board size memiliki pengaruh positif dengan financial distress.

5. Barbara Gunawan dan Diesy Nurfithriyani (2019)

Prediksi Financial Distress Pada BUMN Dalam Rangka Menilai Kinerja Perusaha an

Pemerinta h.

1. Model Altman 2. Zmijewski 3. Springate 4. Grover 5. Fulmer

Analisis diskriminan.

Altman, dan Springate perusahan di dominasi kebangrutan.

Zmijawski, Grover, dan Fulmer perusahaan dalam keadaan sehat.

6. Ramly (1), Linda

Arisanty Razak (2), Sitti Sulaeha (3), dan Asriani

Hasan (2019)

Prediksi Financial Distress dengan Mengguna kan Informasi Fundamen tal (Studi Pada Perusaha an Property dan Real Estate yang Terdaftar Di Bursa

Financial distress, Current ratio, Debt to equity, Return on asset, dan perputaran persediaan

Analisis linear berganda

Current ratio, Return on asset

berpengaruh positif

terhadap financial distress.

Debt to

equity ratio berpengaruh negative terhadap financial distress. Dan Inventory turnover tidak

(45)

Efek Indonesia.

berpengaruh apa-apa.

7. Yusbardini dan Rosmita Rashid (2019)

Prediksi Financial Distress dengan Pendekata n Altman Pada Perusaha an

Manufaktu

r Di

Indonesia

Financial ditress, Leverage,

Profitabilitas, Firm

size, dan

Likuiditas

Analisah linear berganda

Leverange (DAR),Profita bilita

(ROA),Likuidi tas (CR), Firm Zise secara Bersama- sama memiliki pengaruh signifikan terhadap financial distress.

8. Rabia Luqman (2018)

Profitabilit

y of

Financial Distress and Proposed Implement ation of Corporate Governan ce

Structure:

Evidence from Pakistan.

Cotton textile, Chemical

sector,Engineerin g sector,Sugar sector,Cement sector,Fuel and energy

sector,Miscellane ous sector.

Analysis Deskriptive, dan

analysis corelasi,dan analysis regresi logistic.

Blockholder, Ownership, dan audit commite dengan profitability berpengaru h negative terhadap financial distress.Cor porate Governance Structur diuji dengan hubungan kausal dan hasilnya mengarah pada nilai rendah atas kesulitan keuangan.

9. Sumani (2017)

Prediksi Financial distress:

Rasio Leuangan dan Sensitivita s

Makroeko

Financial Distress,Nilai tukar,Suku bunga,Current ratio,Return on asset,Total asset turnover,Debt to asset ratio,Sales growth

Analisis regresi logistic

Variabel makroekono mi yaitu nilai tukar, suku bunga,CR,T ATO dan Sales Growth tidak

terprediksi

(46)

nomi Perusaha ann Sektor Perimer.

financial distress.ROA berpengaruh negatif dan DAR memiliki pengaruh positif terhadap financial distress.

10. Annisa

Nurfajrina (1), Hermanto Siregar (2), dan Imam Teguh

Saptono (3).

(2016)

Analisis Financial Distress Pada Perusaha an

Agribisnis Di Bursa Efek Indonesia.

1. Debt Service Covorage Ratio (DSCR) (Y).

2. Leverage (DAR).

3. Prifitabilitas (ROE).

4. Aktivitas (TATO).

5. Likuiditas (WC/TA).

Efesiensi (EBITDA/TA).

Analisis regresi data panel

EBITDA/TA, ROE,dan TATO, Memiliki pengaruh positif signifikan terhadap financial distress.

DAR dan WC/TA tidak memiliki pengaruh apa-apa terhadap financial distress.

C. Kerangka Pikir

Pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya kondisi financial distress dalam suatu perusahan, yaitu dengan menganalisis variabel perusahaan yang diproksikan dengan rasio keuangan.

Secara keseluruhan, Kerangka pikir dalam penelitian ini menjelaskan kemampuan variabel yaitu working capital, retained earning, earning before interest and taxes, book value of equity dan sales dalam memprediksi kondisi financial distress perusahaan.

(47)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Working Capital to Total Asset

(X1)

Retained Earning to Total Asset

(X2)

Earning Before Interest and Taxes

to Total Asset (X3)

Book value of Equity to Total Liabilities

(X4)

Sales to Total Asset (X5)

MODEL ALTMAN Z-SCORE

(48)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dengan mendasarkan pada tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian hypothesis testing dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian hypotesis testing adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara satu variabel dengan variabel lainnya. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data- data yang menunjukkan gambaran tentang pengaruh rasio keuangan terhadap terjadinya kondisi financial distres.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian untuk keperluan penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada perusahaan penerbangan Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan waktu penelitian akan dilakukan selama 2 bulan yaitu mulai bulan Februari hingga April 2022.

C. Jenis dan Sumber Data

Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data kuantitatif, sedangkan sumber data dari penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder artinya data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh para peneliti sebelumnya dari sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder yang digunakan di dalam penelitian ini bersumber dari website Bursa Efek Indonesia melalui situs PT Bursa Efek Indonesia (idx.co.id) Data yang digunakan adalah data laporan keuangan dari perusahaan Penerbangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Pada penelitian ini data yang di gunakan adalah laporan keuangan periode tahun 2018 sampai tahun 2020.

(49)

D. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan penerbangan Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Selain dipersyaratkan perusahaan telah mengungkapkan laporan keuangan secara lengkap pada periode penelitian. Berdasarkan pensyaratan tersebut peneliti mengambil sampel pada 2 perusahaan bidang industri penerbangan Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Alasan peneliti melakukan hanya memilih 2 sampel perusahaan karena kedua maskapai ini bisa memberikan data-data yang akurat dan juga untuk sekarang masih ada 2 perusahaan aja di dalam sektor industri transportasi udara yang terdaftar di BEI.Berikut adalah tabel dari sampel perusahan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Daftar Sampel Perusahaan

No Kode Saham Nama Perusahaan

1. GIAA PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

2. CMPP PT AirAsia Indonesia Tbk

Sumber Oleh BEI

E. Metode Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan di dalam pengumpulan data untuk penelitian adalah teknik dokumentasi, dimana informasi yang diperoleh berasal dari dokumen yang memuat mengenai laporan keuangan dari sampel. Serta informasi lain yang bersumber dari jurnal penelitian sebelumnya maupun dari website yang dapat mendukung penelitian.

F. Defenisi Operasional Variabel 1. Working Capital to Total Asset

(50)

Rasio ini menunjukan kemampuan suatu perusahaan di dalam menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimiliki perusahaan tersebut (Oktarina, 2017).

Rumus dari rasio ini sebagai berikut:

2. Retained Earning

Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan di dalam menghasilkan laba ditahan dari total aktiva. Atau dapat juga diartikan sebagai rasio perbandingan antara laba ditahan dengan total asset (Maksum & Wardayani, 2020).

Rumus dari rasio ini sebagai berikut:

X2= Retained Earning + Total Asset

3. Earning Before Interest and Taxes to Total Asset

Rasio ini digunakan untuk menunjukan kemampuan perusahaan di dalam menghasilkan laba sebelum pajak (Kasmir, 2008:186).

Rumus rasio ini sebagai berikut:

X3= EBIT + Total Asset

4. Book Value of Equity to Total Liabilities

Rasio ini digunakan guna menunjukan kemampuan perusahaan di dalam memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal sendiri (Kasmir, 2008:186).

Rumus rasio ini sebagai berikut:

X4= Book Value of Equity + Total Asset

X1= Current Asset – Current Liabilities + Total Asset

(51)

5. Sales to Total Asset

Rasio ini digunakan untuk menunjukan kemampuan perusahaan di dalam menghasilkan penjualan (Pratiwi et al., 2019).

Rumus rasio ini sebagai berikut:

X5= Sales + Total Asset

G. Metode Analisis Data

Data yang digunakan adalah data laporan keuangan dari PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan PT AirAsia Indonesia Tbk. Laporan keuangan tersebut terdiri dari modal kerja, laba ditahan, EBIT, nilai pasar saham, total hutang, serta penjualan dan total aset. Teknik analisis data yang digunakan didalam penelitian ini adalah metode Altman Z-Score. Metode ini memiliki formulasi sebagai berikut (Sawiya & Munandar, 2015):

Z= 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 0,999X5

Keterangan:

X1 = (Aktiva lancar – Hutang lancar) / Total aktiva X2 = Laba yang ditahan / Total Aktiva

X3 = Laba sebelum Bunga dan pajak / Total aktiva X4 = Nilai pasar modal / Nilai buku hutang

X5 = Penjualan / Total aktiva

Kriteria yang digunakan untuk dapat memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan adalah sebagai berikut (Sawiya & Munandar, 2015):

(52)

Tabel 3.2 Kriteria Memprediksi Financial Distress

Nilai Z Keterangan

Z > 2,99 Perusahaan dalam keadaan sehat Z antara 1,81 hingga 2,99 Perusahaan dalam keadaan grey area /

rawan bangkrut

Z < 1,81 Perusahaan dalam keadaan financial distress Sumber Oleh Penulis

(53)

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Instansi

1. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

a. Profil dan Sejarah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

PT Garuda Indonesa (Persero) Tbk adalah maskapai penerbangan nasional yang dimiliki oleh Pemerintah Indonesia ( BUMN ). Sejarah berdirinya PT Garuda Indonesia bermula pada tanggal 16 juni 1948.

Presiden pertama RI, Ir Soekarno memberikan idennya di depan sejumlah pemuka pedagang aceh untuk membeli pesawat DC 3 (Dakota) dalam rangka melanjutkan dan meningkatkan revolusi kemerdekaan melawan belanda. Pidato Soekarno yang berkharisma tersebut dapat memukau dan meyakinkan mereka sehingga dalam tempo dua hari, mereka dipimpin oleh Bapak Djuned Yusuf dan Bapak Said Muhammad Alhabsyi, berhasil mengumpulkan uang sebanyak 130.000 Strait Dollar dan 20 kg emas (Rispan, 2005).

Dengan modal tersebut Opsir Udara II, Wiseko Supomo selaku ketua misi pembelian yang kemudian disusul oleh beberapa pedagang aceh pergi ke Singapura untuk membeli pesawat DC-3 (Dakota). Pada akhir Oktober 1948 pesawat tersebut dibawa ke Indonesia dan ditempatkan di Maguwo, Yogyakarta. Pesawat tersebut kemudia diberi nama RI 001 “SEULAWAH” (gunung emas) yang diambil dari nama sebuah gunung di Aceh, sebagai ucapan terima kasih kepada rakyat Aceh (Rispan, 2005). Seperti yang diungkapkan Rispan (2005) perusahaan penerbangan bernama Garuda Indonesia Airways

(54)

dinyatakan berdiri bersamaan dengan pengakuan kedaulatan Republik Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Tetapi sejarah mencatat bahwa pada tanggal 26 januari 1949 merupakan hari lahirnya penerbangan niaga Indonesia.

Pada awalnya Garuda Indonesia merupakan hasil kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan Koninklijke Luchtvaart Maatschappij (KLM), yang merupakan maskapai Belanda yang kemudian semua sahamnya dimiliki oleh Indonesia pada tahun 1953. Pada tahun 1953, Garuda Indonesia telah berhasil memiliki 27 pesawat berserta staf-staf profesional.

Perkembangan penyedia jasa penerbangan Garuda Indonesia semakin meningkat. Pada tahun 1960-an, Garuda Indonesia mendatangkan tiga pesawat turboprop Lockheed L-188C Electra seiring dengan dibuka-nya rute penerbangan baru ke Hong Kong. Beberapa tahun kemudian, Garuda kembali mendatangkan tiga pesawat baru jenis Convair 990A yang merupakan pesawat yang memiliki kecepatan tinggi dengan teknologi canggih. Dengan pesawat baru ini, Garuda kembali membuka rute penerbangan dari Jakarta ke Amsterdam melewati Kolombo, Bombay, Roma, dan Praha. Tak berhenti sampai di sana, pada tahun 1966, Garuda kembali mendatangkan pesawat jet baru, yaitu Douglas DC-8 dan membeli beberapa pesawat turboprop baru, Fokker F27 guna melayani penerbangan domestik.

Pada awal tahun 1970-an Garuda kembali memperkuat armada-nya dengan membeli beberapa jenis narrow-body jet yaitu McDonnell- Douglas DC-9 dan Fokker F28 serta pesawat jenis turboprop Fokker

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi dalam menangani citra dari perusahaan atau sebuah produk perusahaan, biasanya perusahaan akan menggunakan jasa dari agensi public relations, agensi

Pada tugas akhir ini, Lazarus digunakan untuk meranang perangkat lunak yang digunakan untuk mengubah grafis komputer 3 dimensi, dalam bentuk file .obj yang dihasilkan oleh

Sisa potongan tali pusat pada bayi harus dirawat, jika tidak dirawat dengan baik maka dapat memperlambat putusnya tali pusat dan menjadi tempat koloni bakteri yang berasal

Pada bagian kedua ini merupakan bagian munculnya buih. Pertama yang memulai tabuhan adalah instrumen Bonang Penerus, jika. pola tersebut memasuki rambahan yang

Analisis Financial Distress dengan Menggunakan Metode Altman Z-score untuk Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan (Studi pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa

Pengungkapan mengenai kontrak asuransi jiwa menurut PSAK No 36 diungkapkan dalam laporan keuangan melalui Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) termasuk kebijakan

Tabel 1 menunjukkan bahwa penggunaan lahan di lokasi penelitian didominasi oleh perdagangan sehingga hambatan samping dari ruas jalan tersebut dapat dikategorikan

Sifat ZnO yang mudah bereaksi menjadikan bahan tersebut dapat disintesis menjadi nanopartikel sebagai filler pada pembuatan bio- nanokomposit film berbahan