• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS UNJUK KERJA INTERNET PADA JARINGAN MULTI SERVICE ACCES NODE STUDI KASUS PT TELKOM MSC SEMARANG SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS UNJUK KERJA INTERNET PADA JARINGAN MULTI SERVICE ACCES NODE STUDI KASUS PT TELKOM MSC SEMARANG SKRIPSI"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS UNJUK KERJA INTERNET PADA JARINGAN MULTI SERVICE ACCES NODE

“STUDI KASUS PT TELKOM MSC SEMARANG”

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Program Studi Teknik Informatika

Oleh:

Kristi Wisnu Aji 075314016

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2013

(2)

ii

ANALYST PERFORMANCE INTERNET ON MULTY SERVICE ACCES NODE

"CASE STUDY PT TELKOM MSC SEMARANG"

A THESIS

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements to Obtain the Sarjana Komputer Degree

in Informatics Engineering Study Program

By:

Kristi Wisnu Aji 075314016

INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM INFORMATICS ENGINEERING DEPARTMENT

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA 2013

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

(7)

vii ABSTRAK

MSAN merupakan perangkat access network yang melayani multi servis, seperti Asymmetric Digital Subscriber Line(ADSL), SymmetricalDigital Subscriber Line (SDSL), dan Ethernet.MSAN merupakan generasi ketiga dari teknologi Optical Access Network(OAN) yang memiliki kemampuan untuk memberikan berbagai jenis layanan. Secara umum MSANakan sampai ke pelanggan dengan layanan triple play yaitu menyalurkan layanan High Speed Internet Access (HSIA).Saat ini PT. Telkom meluaskan layanan MSAN kesuluruh Indonesia. MSAN yang telah diimplementasikan di daerah regional- regional seperti di Jabodetabek, Jabar, Jatim dan wilayah Indonesia timur. Namun belum melakukan pengukuran dan penghitungan parameter kinerja jaringan dari sisi user. Parameter kinerja jaringan yang diukur dan dihitung adalah delay, packet loss, dan throughput.

Dalam skrispsi ini, pengukuran dan penghitungan kinerja internet pada jaringan MSAN dilakukan dalam kondisi normal dan sibuk dengan banyak pengguna yang berbeda masing-masing kondisi. Pengukuran ini dilakukan dengan cara mengunduh file JPG, MP3, dan MPEG. Pengunduhan dilakukan selama 5 hari dan setiap hari dilakukan 10 kali pengunduhan, 5 kali pada jam sibuk dan 5 kali pada jam normal untuk masing-masing file. Untuk mendapatkan delay dan throghput digunakan software DU meter. Sedangkan packet loss diperoleh dari software Axence Net Tool.

Secara keseluruhan kinerja jaringan internet pada jaringan MSAN di PT Telkom MSC Semarang sudah termasuk baik karena kinerja jaringannya pada saat normal dan sibuk cenderung dalam kategori baik. Delay termasuk kategori excellent sesuai standar ITU-T. Packet lossdi semua kondisi menunjukkan tidak ada yang buruk sesuai standar ITU. Throughputjuga dalam kategori baik.

(8)

viii ABTRACT

MSAN is a multi-services access network device, like ADSL, SDSL, and ethernet. MSAN is OAN's third generation which has the ability to deliver many services. In general, MSAN will be received by the customer or user through triple play service which deliver HSIA. Nowadays, PT. Telkom is developing the MSAN all around Indonesia. Although the performance parameter on the users's end has not been counted and measured yet, MSAN has been carried out in several regions such as Jabodetabek, West Java, East Java, and Indonesia East regions. The performance parameters are delay, packet loss, and throughput.

In this thesis, the measuring and counting of MSAN internet performances are done in several different circumstances, normal and busy hours. the measuring are done by downloading JPG, MP3, and MPEG files. these proccesses have to be done during 5 days with 10 downloads per day. Five downloads for each circumstance, normal and busy hours. DU meter sofware is used to check the delay and throughput, while Axence Net Tool is used to check the packet loss.

Overall, the MSAN performance at PT. Telkom MSC, Semarang is considered as good because of its stability through nomal and busy hours. According to ITU-T standards, the delay is excellent, packet loss is not bad, and throughput is good.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan anugerah yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skrispi“Analisa Unjuk Kerja Internet Pada Jaringan Multi Service Acces Node “Studi Kasus PT.Telkom MSC SEMARANG””

ini dengan baik. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan sejumlah pihak, oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Tuhan Yesus Kristus, yang selalu mendampingi setiap langkah hidup

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si, M.Sc. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.

3. Ibu Ridowati Gunawan, S.Kom., M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika.

4. Bapak Damar Widjaja, S.T., M.T selaku dosen pembimbing skripsi dari penulis dan motivator dalam menjalani hidup sebagai mahasiswa.

5. Bapak Alb. Agung Hadhiatma, S.T., M.T. dan H. Agung Hermawan, S.T., M.Kom.selaku penguji skripsi ini.

6. Ibu Puput Sri Amintasih terkasih, Bapak Karyanto, MasRovi dan mbak tatik mbak dian, mas suko, keponkan kanda, nathan,tea, aga. Dan bapak Boni dan Ibu lies de Rere dan Rani. Keluarga besar dari penulis yang telah memberi dukungan doa, materi, dan semangat. Tanpa semua itu penulis tidak akan

(10)

x

(11)

xi

MOTTO

Kesabaran dan kasih adalah kunci dari kehidupan. (Penulis)

Mimpi adalah bagian terpenting untuk meraih sukses.(Penulis)

Satu-satunya sumber pengetahuan adalah pengalaman.

(albert Einstein)

” I never think of the future. It comes soon enough. “ (Albert Einstein)

“You’llNever Walk Alone”

(Oscar Hammerstein II)

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konfigurasi MSAN menurut NEC Indonesia ... 9

Gambar 2.2 Konfigurasi perangkat-perangkat NGN ... 11

Gambar 2.3 Screenshoot software Axence Net Tool... 21

Gambar 2.4 Grafik DU Meter ... 17

Gambar 3.1 Flowchart alur pengujian ... 24

Gambar 3.2 Model jaringan MSAN yang dianalisis ... 25

Gambar 4.1 Grafik pengukuran delay (latency) berdasarkan besaran file ... 31

Gambar 4.2 Grafik pengukuran Throughput berdasarkan besaran file ... 33

Gambar 4.3 Grafik pengukuran Packetloss berdasarkan besaran file ... 34

Gambar 4.4 Grafik delay ... 36

Gambar 4.5 Grafik throughput ... 37

Gambar 4.6 Grafik Packet loss... 39

Gambar 4.7 Grafik pengukuran delay (latency) berdasarkan MSAN ... 40

Gambar 4.8 Grafik pengukuran throughput berdasarkan MSAN... 42

Gambar 4.9 Grafik pengukuran packetloss berdasarkan MSAN ... 43

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis Delay ... 18

Tabel 2.2 Kebutuhan Aplikasi Terhadap QoS ... 20

Tabel 3.1 Standar Delay ... 28

Tabel 3.2 Standar Packet Loss ... 29

Tabel 4.1 Data Pengukuran rata-rata delay (latency) selama 5 hari dengan ukuran (dalam ms). ... 30

Tabel 4.2 Perbandingan delay (latency) Telkom MSC dengan ITU-T X.642 ... 32

Tabel 4.3 Data Pengukuran rata-rata Throughput selama 5 hari dalam ukuran (dalam KBps)... 32

Tabel 4.4 Data Pengukuran rata-rata packetloss selama 5 hari dalam ukuran (dalam %)... 34

Tabel 4.5 Data Pengukuran rata-rata delay(latency) selama 5 hari dengan ukuran (dalam ms)... 35

Tabel 4.6 Data Pengukuran rata-rata throughput berdasarkan hari (dalam Kbps)... 37

Tabel 4.7 Data Pengukuran rata-rata packetloss berdasarkan hari (dalam %)... 38

Tabel 4.8 Data Pengukuran rata-rata delay (latency) berdasarkan MSAN (dalam ms)... 40

Tabel 4.9 Data Pengukuran rata-rata throughput berdasarkan MSAN (dalam Kbps)... 41

Tabel 4.10 Data Pengukuran rata-rata packetloss berdasarkan MSAN (dalam %)... 43

(14)

xiv

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .. ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT .. ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

MOTTO ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR ISI ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Rumusan Masalah ... 3

I.3 Tujuan ... 3

I.4 Manfaat ... 3

I.5 Batasan Masalah ... 4

I.6 Metodologi Penulisan ... 4

I.7 Sistematika Penulisan ... 6

II. DASAR TEORI ... 7

II.1 Next Generation Network ... 7

II.2 DEFINISI MSAN ... 8

II.3 Gambaran Umum MSAN ... 8

II.3.1 Teknologi MSAN dengan Roadmap .... ... 10

II.3.2 Teknologi IP DSLAM... ... 10

(15)

xv

II.4 Keistimewaan MSAN ... 12

II.5 Parameter Performansi Jaringan ... 14

II.6 Metode statistika ... 20

II.7 Alat pengukur ... 20

III. Rancangan Penelitian ... 24

III.1 Diagram Alur Pengujian ... 24

III.2 Model Jaringan MSAN yang diteliti ... 25

III.3 Rencana Kerja ... 26

III.4 Rencana Analisa... ... 27

III.5 Pengolahan dan Analisa Data ... 27

III.6.1 Delay ... 27

III.6.2 Packet Loss ... 28

III.6.3 Throughput ... 28

IV. Data DAN Analisa Kinerja Jaringan ... 30

IV.1 Data dan Analisa MSAN 1 dan MSAN 2 Berdasarkan File ... 30

IV.1.1 Delay (latency).. ... 30

IV.1.2 Throughput ... ... 32

IV.1.3 Packet Loss ... 34

IV.2 Data dan Analisa MSAN 1 dan MSAN 2 Berdasarkan Hari ... 35

IV.2.1 Delay (latency) ... 35

IV.2.2 Throughput ... 37

IV.2.3 packet Loss ... 38

IV.3 Analisa MSAN 1 dan MSAN 2 ... 40

IV.3.1 Delay (latency) ... 40

IV.3.2 Throughput ... 41

IV.3.3 Packet Loss ... 42

IV.4 Analisa Keseluruhan MSAN... 44

IV.4.1 Delay (latency) ... 44

IV.4.2 Throughtput ... 44

IV.4.3 Packet loss ... 44

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

(16)

xvi

V.1 Kesimpulan ... 45

V.2 Saran ... 46

Daftar Pustaka ... 47

Lampiran Data ... 48

Lampiran MSAN ... 60

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Judul

Analisis Unjuk Kerja Internet Pada Jaringan Multi Service Acces Node (MSAN) “studi kasus di PT. Telkom MSC Semarang” diukur dari Delay, Packet Loss, Troughput.

1.2 Latar Belakang

Teknologi komunikasi di Indonesia berkembang sangat cepat. Kebutuhan masyarakat Indonesia akan layanan telekomunikasi yang bukan sekedar suara tapi juga data dan multimedia, membuat beberapa perusahaan telekomunikasi di Indonesia terus mengembangkan diri. Salah satunya adalah PT. Telkom Indonesia. Saat ini, PT. Telkom sedang menjalankan sistem jaringan telekomunikasi yang efisien. Jaringan telekomunikasi yang dikembangkan PT.

Telkom diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia, yaitu kebutuhan akan telekomunikasi komunikasi yang berupa suara, data, dan multimedia. Beberapa tahun terakhir ini, dunia telekomunikasi telah memperkenalkan jenis jaringan yang berbasis paket yang disebut Next Generation Network (NGN). PT. Telkom Indonesia sedang mengembangkan dan telah mengimplementasikan jaringan Multi Service Acces Node (MSAN) untuk menuju ke arah NGN [1].

(18)

2

MSAN merupakan perangkat access network yang melayani multi servis, seperti Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL), Symmetrical Digital Subscriber Line (SDSL), dan Ethernet [2]. MSAN merupakan generasi ketiga dari

teknologi Optical Access Network (OAN) yang memiliki kemampuan untuk memberikan berbagai jenis layanan. Secara umum MSAN akan sampai ke pelanggan dengan layanan triple play yaitu menyalurkan layanan High Speed Internet Access (HSIA), voice, packet, dan layanan IPTV. Layanan triple play disalurkan secara bersamaan melalui infrastruktur yang sama yaitu MSAN.

Saat ini PT. Telkom meluaskan layanan MSAN kesuluruh Indonesia.

MSAN yang telah diimplementasikan di daerah regional- regional seperti di Jabodetabek, Jabar, Jatim dan wilayah Indonesia timur. Proyek MSAN ini menarik perhatian beberapa vendor besar seperti huawei, ZTE, dan NSN untuk ikut memberikan produknya kepada pihak PT. Telkom. PT. Telkom biasanya hanya melakukan perawatan terhadap perangkat kerasnya saja. Misalnya membersihkan atau mengganti kabel yang biasa dilakukan oleh PT. Telkom. Tapi, pengecekan terhadap performansi MSAN tidak dilakukan oleh PT. Telkom.

Pengecekan performansi biasanya dilakukan oleh pihak perusahaan yang bekerja sama dengan PT. Telkom seperti ZTE, huawei, dan NSN. Sementara itu, PT.

Telkom yang biasa melakukan maintenance dan service merasa perlu tahu performansi dari MSAN. Data performansi MSAN akan dijadikan bahan evaluasi PT. Telkom untuk terus meningkatkan kepuasan pelanggan.

Pada tugas akhir ini, penulis ingin meneliti performansi MSAN dari sisi user. MSAN yang diteliti oleh penulis adalah MSAN yang telah terpasang di

(19)

wilayah Semarang. Data hasil penelitian bisa digunakan PT. Telkom untuk terus memuaskan pelanggan. Terlebih dapat memberikan bantuan kepada beberapa pegawai PT. Telkom MSC untuk mengecek performansi MSAN. Hal yang dianalisis berhubungan dengan Quality of Service (QoS) dari MSAN berupa delay, troughput, dan packet loss.

1.3 Rumusan Masalah

Beberapa permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana performansi koneksi internet pada jaringan MSAN dengan mengukur parameter delay, packet loss, dan throughput.

1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah mengukur dan menganalisa performansi MSAN melalui data kinerja jaringan yaitu delay, throughput, dan packet loss yang diambil dan kemudian dijadikan evaluasi bagi PT. Telkom Semarang sehingga mampu memberikan yang terbaik bagi pelanggan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah agar PT. Telkom Semarang dapat memanfaatkan hasil dan informasi tentang kinerja jaringan MSAN untuk mengoptimalkan jaringan MSAN dan menjadi lebih baik dalam pelayanan terhadap para pelanggan.

(20)

4

1.6 Batasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas maka penulis akan membatasi dalam penulisan ini dengan hal - hal sebagai berikut:

1. Jaringan yang dibahas hanya jaringan MSAN 2. Parameter yang diukur diperoleh dari sisi pelanggan.

3. Kinerja yang dianalisis hanya mencakup delay, packet loss, dan throughput.

4. Tidak membahas masalah IP pada setiap pelanggan dan MSAN.

5. Tidak membahas algoritma routing pada jaringan MSAN.

6. Pengukuran akan dilakukan selama 5 hari. Pengambilan data dilakukan sehari 2 jam, yaitu jam sibuk 09.00-11.00 dan jam normal 13.00- 16.00.

7. Pengukuruan dilaksanakan selama 5 hari.

1.7 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan oleh penulis pada penulisan Tugas Akhir ini adalah:

1. Studi kasus

Mewawancarai beberapa orang PT. Telkom MSC tentang permasalahan mengenai MSAN.

2. Studi literatur

(21)

Mempelajari tentang jaringan MSAN dan QOS dengan mengumpulkan jurnal-jurnal, buku-buku, dan referensi lainnya yang dapat mendukung topik ini.

3. Metode pengumpulan data

Data yang diambil dalam penelitian ini adalah berupa hasil pengukuran terhadap delay, packet loss, dan throughput pada jaringan MSAN,

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

a) Metode observasi

Kegiatan observasi dalam penelitian dilakukan untuk mengamati proses penggunaan jaringan MSAN, yang diamati langsung ditempat penilitian.

b) Metode dokumentasi

Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambar atau foto tentang tempat penelitian, perangkat dan software serta data-data yang yang didapat saat penelitian.

4. Metode analisis data

Dalam metode ini penulis menganalisa dan menyimpulkan hasil penelitian yang telah didapat. Hal itu dilakukan dengan melakukan perbandingan terhadap data dari beberapa kali pengukuran dan dicari penyebab jika terjadi perbedaan terhadap data tersebut. Dari hal-hal tersebut dapat ditarik kesimpulan tentang performansi jaringan MSAN tersebut sudah baik atau belum.

(22)

6

1.8 SISTEMATIKA PENULISAN BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, batasan masalah, metodologi penelitian yang digunakan, dan sistematika penulisan.

BAB II DASAR TEORI

Bab ini berisi landasan teori yang mendukung penulisan tugas akhir ini, seperti teori MSAN dan QOS.

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang rencana kerja yang akan dilakukan peneliti dalam mengerjakan tugas akhir ini.

BAB IV HASIL dan PENGAMATAN

Bab ini berisi performansi pada MSAN di PT. TELKOM, pengukuran dan analisa terhadap hasil pengukuran yang didapat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bagian terakhir yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran yang bermanfaat untuk pengembangan sistem jaringan komputer di masa yang akan datang.

(23)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Next Generation Network

Pengembangan infrastruktur akses broadband yang dapat mendukung Next Generation Network (NGN) dan transisi dari Public Switching Telephone Network (PSTN) membutuhkan suatu konsep jaringan akses multiservice yang dapat mengakomodasi perubahan layer service node secara fleksibel dan ekonomis [3]. Tanpa konsep ini, setiap transisi service node, misalnya dari jaringan Time-Devision Multiplexing (TDM) menuju jaringan paket akan memunculkan jenis acces node baru. Di lapangan dijumpai perangkat acces node yang digunakan hanya bagi layanan Plain Old Telephone Service (POTS), acces gateway untuk layanan voice paket, dan acces node untuk layanan akses broadband. Perangkat acces node tersebut diimplementasikan secara kolektif. Akibatnya tidak sedikit kendala dan masalah yang terjadi dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan perangkat tersebut termasuk penyediaaan sumber daya manusia yang berkompeten.

Konsep MSAN merupakan suatu konsep jaringan akses yang menyediakan memberikan layanan data, suara, dan video dalam satu perangkat. Solusi yang diberikan MSAN akan menjadi efisien di era NGN.

(24)

8

2.2 DEFINISI MSAN

MSAN yaitu suatu platform jaringan akses yang menyediakan layanan umum untuk memberikan layanan broadband dan narrowband dalam jaringan PSTN dan NGN [3]. MSAN memiliki tiga fungsi penting yaitu :

1. Sebagai sistem akses broadband.

2. Sebagai akses gateway dalam NGN.

3. Sebagai jaringan akses tradisional PSTN jaringan telphone.

Namun secara umum, MSAN adalah layanan multiservice yang sejalan dengan NGN yang menyediakan fungsi broadband akses multiplexer sebagai Internet Protocol Digital Subscriber Line Acces Multiplexer (IP DSLAM) yang berdasarkan pada teknologi Internet Protcol (IP), Asynchronus Transfer Mode (ATM), atau TDM melalui jaringan kabel tembaga atau fiber optik.

MSAN diimplementasikan untuk menyediakan suatu solusi layanan berbasis jaringan lokal akses fiber atau tembaga dengan cost-effective pada suatu layer jaringan yang konvergen dengan layanan PSTN, NGN dan jaringan broadband berada pada daerah yang sama.

2.3 GAMBARAN UMUM MSAN

MSAN menghubungkan pelanggan telepon ke core network sehingga pelanggan dimungkinkan untuk memperoleh sambungan telepon biasa, Integrated Services Digital Network (ISDN) atau fasilitas broadband seperti DSL dengan hanya menggunakan single platform [3]. MSAN merupakan gabungan dari beberapa teknologi antara lain Telepon TDM yang didalamnya

(25)

terdapat ISDN, Passive Optical Network (PON), dan Fiber to The X (FTTX).

Gambar 2.1 menunjukkan konfigurasi MSAN secara umum menurut versi Nippon Electric Company (NEC) Indonesia.

Gambar 2.1 Konfigurasi MSAN menurut NEC Indonesia [3].

Pelanggan dilayani dari acces node yang terdistribusi di sekitar pelanggan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. MSAN merupakan platform akses tunggal yang memiliki kemampuan untuk menggabungkan semua layanan. Layanan akses ini didukung oleh backbone operator menuju ke resedensial, tele-working, dan skenario aplikasi bisnis. Aplikasi bisnis merupakan harapan dari operator untuk memberikan solusi akses. Solusi akses ini harus berkemampuan multiservice, multivendor, multiskenario dan aman untuk digunakan di masa yang akan datang.[4] Solusi teknologi MSAN pada dasarnya dapat dibedakan ke dalam dua urutan besar roadmap yang berasal dari dua teknologi multiservice akses yang berkembang pada saat yang bersamaan yaitu:

(26)

10

2.3.1 Teknologi MSAN dengan Roadmap.

Teknologi ini merupakan teknologi Optical Access Network (OAN) generasi II yang memungkinkan layanan telepon berbasis TDM dan data paket menggunakan xDSL dilewatkan pada satu perangkat platform.

Roadmap teknologi MSAN berbasis teknologi Multi Service Optical Access Network (MSOAN) mampu berintegrasi dengan platform eksisting.

Kemampuan tersebut antara lain TDM switch dan kemampuan integrasi layanan dengan platform NGN sebagai akses gateway dan broadband sistem untuk layanan internet sebagai DSLAM.

2.3.2 Teknologi IP DSLAM

Teknologi IP DSLAM merupakan teknologi broadband akses yang sangat baik dalam memberikan layanan broadband. Untuk layanan suara, secara alami IP DSLAM masih menggunakan koneksi fisik split dari layanan broadband ke TDM switch. Teknologi MSAN yang berbasis IP DSLAM dilakukan dengan menempatkan fungsi akses gateway di IP DSLAM sebagai mediasi ke softswitch selain fungsi broadband akses multiplexer ke layanan data. Gambar 2.2 merupakan konfigurasi perangkat NGN.

(27)

Gambar 2.2 Konfigurasi perangkat-perangkat NGN [3]

Trafik mengalir sebagai data terintegrasi dalam protokol Multi Protocol Label Switching (MPLS), dengan koneksi yang disusun dalam Voice Call (VC) berbasis IP. Dari MSAN, trafik dilarikan ke Metro Node, yang merupakan NGN media gateway dengan kapasitas besar. Metro Node adalah jaringan komputer yang mencakup area luas. Metro Node saling dihubungkan dengan IP core network.

(28)

12

2.4 Kedudukan MSAN

Konsep MSAN merupakan suatu konsep jaringan akses yang terintegrasi yang dapat menyediakan varian layanan data, suara, dan video dalam satu platform perangkat [4]. MSAN juga mengubah lalu lintas dari teknologi last mile (misalnya, ADSL) ke Ethernet untuk pengiriman ke pelanggan.

Pada layer 2 MSAN menggunakan ethernet untuk meneruskan lalu lintas internet dari pelanggan ke internet. MSAN meneruskan dan mengontrol aktifitas internet dari pelanggan ke core network kemudian disambungkan ke internet.

Pada layer 3 MSAN lebih menggunakan fungsi router ip untuk meneruskan lalu lintas internet dan iptv. Waktu pelanggan menginginkan pergantian channel maka MSAN akan merubah ip pada channel yang diinginkan pelanggan.

2.5 Keistimewaan MSAN

Beberapa keistimewaan yang dimiliki MSAN antara lain [4]:

a) Kemampuan multi-service

MSAN menyediakan layanan narrowband untuk data dan suara serta layanan broadband untuk kemampuan internet, data, dan multimedia.

Layanan MSAN memungkinkan kemampuan download file dan penjelajahan internet yang lebih cepat bagi pelanggan. Dengan fleksibilitas kemampuan

(29)

multiservice mampu menyediakan operator telekomunikasi dengan kapasitas penghasilan yang lebih besar.

b) Modularitas perangkat FTTx

Node akses MSAN telah didesain untuk dapat melayani pelanggan sampai dengan 2000 pelanggan. Modularitas ini menyiratkan bahwa lokasi penempatan node sebaiknya diletakkan di dalam gedung atau ditanam.

c) Penggunaan interface standar

MSAN dirancang untuk solusi multi vendor. Penggunaan interface standar berada di layer transport, layer signalling, dan level manajemen jaringan. Hal ini memungkinkan MSAN untuk secara penuh interoperable dengan peralatan vendor lain, sehingga dengan begitu memungkinkan operator untuk memilih solusi jaringan sesuai dengan pemeliharaan yang baik secara layer demi layer.

d) Cakupan topologi yang luas, kapasitas dan penempatan

MSAN memastikan bahwa pilihan terbaik dari sisi ekonomis/teknis selalu ada sehingga akan meminimalisasi biaya investasi untuk mendapatkan suatu keuntungan/pengembaliaan modal yang maksimum. MSAN mendukung beberapa hal sebagi berikut :

1. Cakupan topologi yang luas (ring, star, tree) .

(30)

14

2. Teknologi yang berbeda dengan penggunaan tembaga atau serat optik dalam berbagai kombinasi (misalnya dengan FTTx dan xDSL).

3. Melayani area demografis dengan kapasitas setiap node berkisar antara 30 sampai dengan 2000 line dan dapat dipasang di lokasi indoor atau outdoor.

e) Manajemen jaringan yang terintegrasi

Transport layanan narrowband dan layanan broadband diatur di dalam suatu common system. Pemakaian MSAN yang mudah untuk dioperasikan dapat menampilkan seluruh data operasional, seperti performansi, konfigurasi layanan, alarm, security, dan lainnya. Monitor tunggal seluruh alarm di elemen jaringan dapat ditampilkan, sehingga akan mengurangi sumber daya yang dibutuhkan untuk mengatur dan memonitor layer jaringan.

2.6 PARAMETER PERFORMASNSI JARINGAN Quality of Service Quality of Service (QoS) didefinisikan sebagai suatu pengukuran tentang seberapa baik suatu jaringan dan merupakan suatu usaha untuk mendefinisikan karaktristik dan sifat dari suatu layanan [5]. QoS mengacu pada kemampuan suatu jaringan untuk menyediakan layanan yang lebih baik pada trafik jaringan tertentu dengan teknologi yang berbeda-beda. Tujuan dari QoS adalah untuk memenuhi layanan yang berbeda yang menggunakan infrastruktur yang sama.

(31)

Kinerja jaringan dapat bervariasi akibat dari beberapa masalah, seperti halnya masalah bandwidth, delay, jitter, trougput, dan packet loss yang dapat membuat efek yang cukup besar bagi beberapa aplikasi. Sebagai contoh, komunikasi suara atau video streaming dapat membuat pengguna mengeluh ketika paket data yang dialirkan di atas bandwidth yang tidak cukup baik dengan delay yang tidak dapat diprediksi atau jitter yang berlebihan. Fitur QoS bisa digunakan untuk memprediksi bandwidth, jitter, dan delay dapat diprediksi.

Beberapa alasan yang menyebabkan QoS penting adalah :

1. Memberikan prioritas terhadap aplikasi-aplikasi yang kritis.

2. Memaksimalkan penggunaan investasi jaringan.

3. Merespon perubahan aliran trafik yang ada di jaringan.

4. Meningkatkan performansi untuk aplikasi yang sensitif terhadap delay, seperti voice dan video.

Terdapat banyak hal yang bisa terjadi pada paket ketika ditransmisikan dari asal sampai tujuan yang mengakibatkan masalah-masalah dilihat dari sudut pandang pengirim atau penerima, dan sering disebut dengan parameter- parameter QoS.

1. Throughput

Throughput yaitu kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dengan satuan bps (bit per second). Throughput merupakan jumlah total

(32)

16

kedatangan paket yang sampai ke tujuan selama interval tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut. Ada juga yang disebut dengan goodput. Goodput merupakan kecepatan transfer yang berada antara aplikasi di pengirim ke aplikasi di penerima. Semakin besar nilai throughput, maka semakin baik kualitas jaringan tersebut.

2. Packet Loss

Packet Loss merupakan parameter yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang pada saat transmisi. Packet loss diukur dalam persen (%).

Paket dapat hilang karena disebabkan oleh collision dan congestion pada jaringan. Hal ini berpengaruh pada semua aplikasi, karena retransmisi akan mengurangi efisiensi jaringan secara keseluruhan, meskipun bandwidth yang disediakan mencukupi. Bandwidth adalah lebar jalur yang dipakai untuk transmisi data atau kecepatan jaringan. Secara umum perangkat jaringan memiliki buffer (tampungan sementara) untuk menampung data yang diterima. Jika terjadi congestion yang cukup lama, maka buffer akan penuh dan tidak bisa menampung data baru yang akan diterima, sehingga mengakibatkan paket selanjutnya hilang. Berdasarkan standar ITU-T X.642 ( rekomendasi X.642 International Telecommunication Union) ditentukan persentase packet loss untuk jaringan adalah :

 Good (0-1%)

 Acceptable (1-5%)

 Poor (5-10%)

(33)

Secara sistematis packet loss dapat dihubungkan dengan cara : Packet loss = 𝑃𝑑

𝑃𝑠

𝑥 100%

………. (2.1) Dengan Pd adalah jumlah packet yang mengalami drop dan Ps adalah jumlah packet yang dikirim.

3. Packet Drop

Packet drop berkaitan dengan antrian pada link. Jika ada paket datang pada suatu atrian yang sudah penuh, maka paket akan didrop/dibuang sesuai dengan jenis antrian yang dipakai.

4. Delay (Latency)

Delay adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal sampai ke tujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik, congestion, atau juga waktu proses yang lama. Selain itu adanya antrian atau mengambil rute lain untuk menghindari kemacetan juga dapat mempengaruhi delay. Oleh karena itu mekanisme antrian dan routing juga berperan dalam hal ini. Semakin kecil nilai delay, maka semakin baik kualitas jaringan tersebut. Tabel 2.3 menunjukkan beberapa jenis delay.

Tabel 2.1 Jenis Delay

Jenis Delay Keterangan

Processing delay Delay ini terjadi pada saat proses coding, compression, decompression dan decoding.

Delay ini tergantung standar codec yang

(34)

18

digunakan.

Packetization delay

Delay yang disebabkan oleh pengakumulasian bit voice sample ke frame. Seperti contohnya standar G.711 untuk payload 160 bytes memakan waktu 20 ms.

Serialization delay Delay ini terjadi karena adanya waktu yang dibutuhkan untuk pentransmisian paket IP dari sisi originating (pengirim).

Propagation delay Delay ini terjadi karena perambatan atau perjalanan paket IP di media transmisi ke alamat tujuan. Seperti contohnya delay propagasi dia dalam table akan memakan waktu 4-6 µs perkilometer.

Queuing delay Delay ini disebabkan karena waktu tunggu paket selama antrian sampai dilayani.

Component delay Delay ini disebabkan oleh banyaknya komponen yang digunakan didalam sistem transmisi.

5. Jitter

Jitter didefinisikan sebagai variasi delay dari sebuah paket yang berasal dari aliran data yang sama. Jitter yang tinggi artinya perbedaan waktu delay besar, sedangkan jitter yang rendah artinya perbedaan waktu delay kecil.

(35)

Jitter dapat diakibatkan oleh variasi-variasi panjang antrian, waktu pengolahan data, dan juga dalam waktu penghimpunan ulang (reasembly) paket-paket di akhir perjalanan.

6. Reliability

Realibility adalah karakteristik kehandalan sebuah aliran data dalam jaringan internet. Masing-masing program aplikasi memiliki kebutuhan realibility yang berbeda. Jaringan internet harus dapat diandalkan dibandingkan dengan konferensi audio atau saluran telepon.

7. Bandwidth

Bandwith adalah lebar jalur yang dipakai untuk transmisi data atau kecepatan jaringan. Aplikasi yang berbeda membutuhkan bandwith yang berbeda.

Dalam beberapa aplikasi, kebutuhan akan parameter QoS berbeda- beda. Tabel 2.2 memperlihatkan bahwa kebutuhan untuk e-mail sangat tinggi terhadap reliability, begitu juga dengan file transfer (FTP). Namun, e-mail rendah atau tidak sensitif terhadap delay, jitter, dan bandwidth. Untuk aplikasi semacam audio atau video, telephony, dan video conferencing sangat sensitif terhadap jitter sehingga tidak menjamin reliability data yang ditransmisikan.

Tabel 2.2 Kebutuhan Aplikasi Terhadap QoS [5].

(36)

20

2.7 Metode Statistika

Proses mengolah data dalam tugas akhir ini digunakan beberapa rumus statistik. Untuk data pengukuran digunakan perhitungan mean (nilai rata-rata) [5].

i. Mean (Rata-Rata)

Mean adalah ukuran rata-rata yang merupakan penjumlahan dari seluruh nilai dibagi jumlah datanya.

n

xn ..

...

...

x2 x2 x1 X

  ...(2.1)

2.8 Alat Pengukuran

Proses pengukuran dalam Tugas Akhir ini akan menggunakan Software Axence Net Tool atau wireshark [6].

1. Software Axence Net Tool

Software Axence Net Tool ini dibuat oleh Axence Sofware, Inc yang berfungsi untuk memonitor performansi jaringan dengan cepat. Axence Net

(37)

Tool berbasis grafik (GUI) sehingga dapat mudah dipahami. Gambar 2.3 menunjukkan screenshot grafik dari software Axence Net Tool .

Gambar 2.3 Screenshoot software Axence Net Tool [6].

Terdapat berbagai macam menu yang dapat digunakan untuk mengukur performansi jaringan.

 New Watch

Menu ini menampilkan host yang dimonitor, response time dan paket yang dikirim maupun yang hilang. Terdapat juga grafik yang menunjukkan antara response time dan packet lost (%).

 Win Tool

Untuk mengidentifikasi informasi tentang perangkat atau device yang dimiliki suatu host.

 Local Info

(38)

22

Menampilkan beberapa tabel informasi tentang konfigurasi jaringan seperti statistik TCP/UDP dan ICMP, IP address table, ARP table, IP routing table, dan informasi network adapter.

 Net Stat

Menampilkan daftar koneksi yang masuk dan koneksi yang keluar, dan informasi tentang port-port TCP/UDP.

 Ping

Melakukan pengecekan terhadap koneksi suatu host dengan proses ping.

 Trace

Menunjukkan rute koneksi dan informasi yang dilakukan suatu host.

 Lookup

Untuk mengetahui informasi tentang DNS (Domain Name Server)

 Bandwidth

Untuk mengetahui berapa bandwidth yang ada di jaringan.

 Net Check

Untuk mengukur kualitas hardware yang ada di jaringan.

 TCP/IP Workshop

Untuk melakukan troubleshooting terhadap koneksi TCP dan UDP serta melakukan tes terhadap layanan yang berbeda.

 Scan Host

Melakukan scanning terhadap host yang berada di jaringan beserta port- port yang digunakan.

 Scan Network

(39)

Melakukan scanning terhadap jaringan untuk menemukan IP address, nama host, MAC, service, system dan response time.

 SNMP

Untuk melakukan pencarian informasi terhadap suatu host dengan memakai bantuan SNMP agent.

2. DU METER

DU Meter merupakan sebuah software untuk mengukur kecepatan transfer data aktual atau throughput sebuah jaringan. Tanda anak panah ke bawah dengan warna merah menunjukkan transfer rate karena aktivitas download, sedangkan tanda anak panah ke atas dengan warna hijau menunjukkan transfer rate karena aktivitas upload. Gambar 2.4 menunjukkan screenshot grafik upload dan download menggunakan DU Meter.

Gambar 2.4 Grafik DU Meter.

(40)

24

BAB III

RANCANGAN PENELITIAN

3.1 Diagram Alur Pengujian

Dalam pengujian MSAN inimemerlukan alur data agar memperoleh hasil yang tepat. Gambar 3.1 menunjukkan flowchart alur pengujian yang digunakan oleh penulis.

Gambar 3.1 Flowchart alur pengujian.

Penulis memulai dengan menentukan model jaringan yang akan diambil datathroughput, delay, dan packet loss. Kemudian penulis mencoba untuk melihat konfigurasi dari sistem MSAN. Setelah penulis mengetahui bagaimana sistem

Mulai

Penentuan Desain Jaringan

Konfigurasi sistem

Pecatatan delay, packet, dan throughput

Befungsi?

Analisa data

selesai

(41)

MSAN, penulis mengambil data, jika data bisa diperoleh, maka akan dilanjutkan dengan analisa data dan mengambil kesimpulan tentang data apakah sudah baik atau belum. Setelah menentukan hasil kesimpulan proses selesai. Jika penulis tidak bisa mengambil data, maka penulis mencoba melihat kembali konfigurasi sistem MSAN dan melakukan percobaan pengambilan data kembali.

3.2 Model Jaringan pada MSAN yang diteliti

Gambar 3.1 menunjukkan jaringan yang dimiliki oleh PT. Telekomunikasi MSC, Tbk Semarang. Jaringan menghubungkan MSAN dengan pelanggan.

Gambar 3.1 Model jaringan MSAN yang dianalisis

Gambar 3.1 merupakan model jaringan dari MSAN yang akan diambil data packetloss, delay, dan troughput oleh peneliti.Terdapat beberapa asumsi sebelum melakukan pengukuran terhadap kinerja MSAN. Asumsi tersebut yaitu:

(42)

26

1. Pengukuran yang dilakukan tidak mempertimbangkan kondisi internal yang ada dalam jaringan MSAN, misalkan gangguan transmisi atau cuaca.

2. Pengukuran dilakukan di PT. Telkom MSC Semarang dari komputer pelanggan langsung ke MSAN.

3. Tidak tergantung pada besaran packet yang dikirimkan.

3.3 Rencana Kerja

Rencana Kerja yang akan digunakan dalam proses pengukuran adalah sebagai berikut:

1. Memastikan model jaringan yang diukur.

2. Mengunduh fileJPG, mp3 , mpegdari server internet melalui komputer yang tersambung ke MSAN.

3. Besarnya file jpg (402 KB), MP3 (4260 KB), dan MPEG (22000 KB)

4. Pengukuran delay, throughput,danpacket loss akan dilakukan dengan menggunakan SoftwareAxence Net Tooldan DU Meter.

5. Pengukuran dilakukan selama 5 hari. Pengukuran dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu jam sibuk dan jam normal. Jam 09:00 untuk jam sibuk dan jam 13:00 untuk jam normal (berdasarkan survey dan informasi karyawan PT. Telkom MSC).

6. Selalu mengakses internet dan mengunduh data.

7. Setiap mengunduh file akan dilakukan percobaan pengunduhan sebanyak 10 kali. 5 kali pada jam sibuk dan 5 kali pada jam normal.

8. Melihat pada output alat pengukuran delay, throughput, dan packet loss

(43)

pada saat mengunduh file.

9. MSAN yang akan di ambil datanya berada di 2 titik.MSAN yang akan diuji MSAN 1 diwilayah krapyak Semarang Barat dan MSAN 2 di Jl letjend Sudirman

3.4 Rencana Analisa

Rencana analisa data yang akan digunakan dalam proses analisa adalah sebagai berikut:

1. Mengambil rata-rata dari data yang telah di ambil meliputi rata-rata throughput, delay, dan packetloss. Rata-rata yang digunakan adalah rata- rata dari setiap pengambilan data.

2. Menganalisa semua data dari 5 hari pengukuran.

3. Menampilkan hasil analisa dalam bentuk grafik dan tabel.

4. Mengambil kesimpulan.

3.6Pengolahan dan Analisa Data 3.6.1 Delay

Pengukuran delay dilakukan dengan mengunduh beberapa filedi waktu sibuk dan normal selama 5 hari.Pengukuran menggunakan DU meter sehingga dapat dilihat waktu yang dibutuhkan data yang diambil dari server internet tertentu sampai ke client. Hasil pengukuran akan dibandingkan dengan standarisasi ITU-T X.642, untuk mengetahui hasil pengukuran besar kecilnya delay tersebut termasuk dalam kualitas

(44)

28

yang baik atau buruk.Jika termasuk dalam kategori belum baik, maka akan dicari penyebabnya. Tabel 3.2 menunjukkan standart delay yang dimiliki ITU-T X 642.

Tabel 3.1 Standar Delay [6]

KATEGORI BESAR DELAY

Excellent < 150 ms

Good 150 s/d 300 ms

Poor 300 s/d 450 ms

Unacceptable > 450 ms

3.6.2 Throughput

Pengukuran throughput dilakukanketika proses pengunduhan setiap file.

Penulis menggunakan softwareDU METER. DU METERakan langsung memperlihatkan besarnya throughput. Kemudian throughput akan di rata-rata dan dianalisis. Setelah mendapatkan hasil makadibandingkan teori throughput yang ada di bab 2 .Hasil analisis throughput tersebut dapat diketahui sudah baik atau belum.

3.6.3Packet Loss

Packetloss merupakan suatu parameter yang menggambarkan suatu kondisi yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang Pengukuran Packetlossmenggunakan software yang berbeda, yaitu Axence Net Tool. Dengan

(45)

menggunakan software ini,besar kecilnya paket yang hilang dapat dilihat pada saat transmisi data. Berdasarkan standar ITU-T X.642 (rekomendasi X.642 International Telecommunication Union), standar prosentasepacketloss untuk jaringan adalah sebagai berikut: Sangat bagus (0 - 1%), Bagus (1% - 3% ), Sedang (4% - 15%), dan Buruk (16% - 25%). Dapat dilihat pula standar persentase packet loss melalui standar ITU-T X.642 yaitu pada Tabel 3.2 sebagai berikut [6]

Tabel 3.2 Standar Packet Loss[6]

KATEGORI PACKET LOSS

Sangat bagus 0 – 1%

Bagus 1 – 3%

Sedang 4 – 15%

Buruk 16– 25%

(46)

30

BAB IV

DATA DAN ANALISIS KINERJA JARINGAN

4.1 DATA PENELITIAN dan ANALISA MSAN 1 dan MSAN 2 BERDASARKAN BESAR FILE

Pengukuran dilakukan di dua titik MSAN 1 berada di Diwilayah krapyak semarang barat dan MSAN 2 berada di JL. Letjend Sudirman. Hasil pengukuran di semarang yang didapat selama lima hari berupa rata-rata dari delay(latency), packet loss, dan throughput ditunjukkan dalam bentuk tabel dan grafik tabel dibawah ini.

4.1.1 Delay (latency)

Data delay (latency) selama 5 hari dapat dilihat dalam tabel dan grafik di subab ini. Tabel 4.1 menunjukkan data pengukuran rata-rata delay (latency) per file (dalam KB). Tabel 4.1 akan dibuat kedalam bentuk grafik agar memberikan penjelaskan lebih detail. Gambar grafik 4.1 menunjukkan grafik rata-rata pengukuran delay (latency) selama 5 hari berdasarkan file yang diunduh.

Tabel 4.1 Data Pengukuran rata-rata delay (latency) selama 5 hari dengan ukuran (dalam ms).

File(KB) MSAN1 MSAN 2

(47)

Sibuk Normal Sibuk Normal 402 42,53 27,56 27,71 21,99 4260 60,26 41,072 47,83 31,09 22000 121,85 118,02 122,66 115,85

Gambar 4.1 Grafik pengukuran delay (latency) berdasarkan besaran file.

Sesuai dengan standar ITU-T X.642 delay (latency), saat kondisi normal maupun sibuk, dengan ukuran file 402 KB , termasuk dalam kondisi excellent yaitu kurang dari 150 ms/0.15 second. Sedangkan untuk ukuran file 4260 KB dan 22000 KB termasuk dalam kondisi good, yaitu antara 150 s/d 300 ms. Semakin besar ukuran file, maka delay (latency) juga semakin besar. Besar delay (latency) akan mencapai kondisi yang hampir sama pada saat ukuran file 22000 KB terlepas apakah pada saat keadaan normal atau keadaan sibuk.

Hasil pengukuran delay(latency) selama 5 hari menunjukkan bahwa delay (latency) waktu normal dan sibuk berbeda. MSAN 1, menunjukkan bahwa grafik sibuk memiliki delay (latency) yang lebih besar dari pada grafik normal.

Demikian juga pada MSAN 2. Table 4.2 menunjukkan perbandingan delay

0 20 40 60 80 100 120 140

0 4000 8000 12000 16000 20000 24000

delay (ms)

ukuran besaran paket (KB)

delay (latency)

sibuk MSAN1 normal MSAN 1 sibuk MSAN 2 normal MSAN 2

(48)

32

(latency) dari Telkom MSC dengan ITU-T X.642. Jika dibandingkan dengan standar ITU-T X.642 maka, MSAN 1 dan MSAN 2 memiliki delay (latency) dengan standar yaitu excellent.

Table 4.2 Perbandingan delay (latency) Telkom MSC dengan ITU-T X.642

File (KB) MSAN1 MSAN 2 ITU-T X.642

Sibuk Normal Sibuk Normal

402 42,53 27,56 27,71 21,99 Excellent

4260 60,26 41,072 47,83 31,09 Excellent

22000 121,85 117,9 122,66 115,85 Excellent

4.1.2 Throughput

Data throughput selama 5 hari dapat dilihat dalam tabel dan grafik di subab ini. Tabel 4.3 menunjukkan data pengukuran rata-rata throughput per file.

Throughput selama 5 hari juga dapat digambarkan pada Gambar 4.1.2 yang menunjukkan grafik rata-rata pengukuran throughput selama 5 hari berdasarkan file yang diunduh.

Tabel 4.3 Data Pengukuran rata-rata Throughput selama 5 hari dalam ukuran (dalam KBps).

file (KB) MSAN1 MSAN 2

Sibuk Normal Sibuk Normal

402 47,01 88,98 53,8 64,04

(49)

4260 350,07 694,28 538,63 745,56 22000 1102,44 1476 1035,38 2212

Gambar 4. 2 Grafik pengukuran Throughput berdasarkan besaran file.

Semakin besar ukuran file, maka throughput juga semakin besar. Besar throughput mencapai kondisi yang hampir sama pada saat ukuran file 402 KB, 4260 KB, maupun 22000 KB terlepas apakah pada saat keadaan normal atau keadaan sibuk. Tetapi perbedaan throughput antara keadaan normal dan keadaan sibuk cukup besar.

Gambar 4.2 ini menunjukkan bahwa pada MSAN 1, throughput pada jam normal selalu lebih besar dari pada jam sibuk. Ini berarti kualitas jaringan pada MSAN 1 lebih baik waktu normal dari pada jam sibuk. Jika mengacu pada BAB 2, semakin besar throughtput pada sebuah jaringan semakin baik juga kualitas jaringannya. Hal ini juga terjadi pada MSAN 2.

0 400 800 1200 1600 2000 2400

0 4000 8000 12000 16000 20000 24000

throughput kbps

ukuran file KB

Grafik Throughput

sibuk MSAN 1 normal MSAN 1 sibuk MSAN 2 normal MSAN 2

(50)

34

4.1. 3 Packet Loss

Data Packet loss selama 5 hari dapat dilihat dalam tabel dan grafik di subab ini. Tabel 4.4 menunjukkan data pengukuran rata-rata packet loss per file.

Packetloss selama 5 hari juga dapat digambarkan pada Gambar 4.3 yang menunjukkan grafik rata-rata pengukuran packet loss selama 5 hari berdasarkan file yang diunduh.

Tabel 4.4 Data Pengukuran rata-rata Packetloss selama 5 hari dalam ukuran (dalam %).

File (Kb) MSAN1 MSAN 2

Sibuk Normal Sibuk Normal

402 0,4 0,08 0 0

4260 0,6 0,2 0,72 0,36

22000 1,16 0,52 1,48 0,84

Gambar 4.3 Grafik pengukuran packet loss berdasarkan besaran file.

0 0,5 1 1,5 2

0 4000 8000 12000 16000 20000 24000

PacketLoss (%)

ukuran paket (KB)

Grafik PacketLoss

sibuk MSAN1 normal MSAN 1 sibuk MSAN2 normal MSAN2

(51)

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa packet loss pada MSAN 1 saat jam sibuk selalu lebih besar dari pada jam normal. Ini berarti kinerja packet loss lebih baik pada waktu jam normal. Demikian juga pada MSAN 2.

Semakin besar file, packet loss juga semakin besar. Hal ini bisa terjadi karena banyaknya user dan perilaku user yang tidak dapat di prediksi. Tetapi masih sesuai dengan standart ITU-T X 642 yang ada di bab 3. Packet Loss untuk ukuran file 402 KB dan 4260 KB dalam kategori sangat bagus dan ukuran 22000 KB dalam kategori bagus.

4.2 DATA PENELITIAN MSAN 1 dan MSAN 2 BERDASARKAN HARI 4.2.1 Delay (latency)

Tabel 4.5 menunjukkan data didapat selama lima hari berupa rata-rata dari delay (latency) berdasarkan hari di kedua MSAN. Delay (latency) berdasarkan hari juga dapat digambarkan dalam grafik pada Gambar 4.4 berdasarkan hari dengan ukuran file 22000 KB.

Tabel 4.5 Data Pengukuran rata-rata delay(latency) selama 5 hari dengan ukuran (dalam ms).

HARI MSAN1 MSAN 2

Sibuk Normal Sibuk Normal Senin 123,55 118,65 122,66 116,43

Selasa 122,29 118,22 123,42 115,06

(52)

36

Rabu 124,41 120,04 122,3 115,69

Kamis 120,35 116,37 122,44 115,1

Jumat 118,64 116,82 122,49 116,91

Gambar 4.4 Grafik delay

Gambar 4.4 menunjukkan delay (latency) pada MSAN 1 saat jam sibuk selalu diatas jam normal. Hal ini berarti kinerja delay (latency) lebih baik pada waktu normal. pada waktu jam sibuk trafik lebih tinggi sehingga delay (latency) lebih besar. Demikian juga pada MSAN 2. Hal ini menunjukkan konsistensi selama lima hari.

Kondisi delay (latency) tidak konsisten antara keadaan normal dan keadaan sibuk bisa terjadi. Hal ini disebabkan pada keadaan sibuk traffic lebih tinggi dari pada keadaan normal. Banyaknya user yang memakai jaringan dan perilaku user yang tidak dapat diprediksi, menjadi salah satu faktor tidak konsisten.

110 112 114 116 118 120 122 124 126

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat

sibuk MSAN 1 normal MSAN 1 sibuk MSAN2 normal MSAN2

(53)

4.2.2 Throughput

Tabel 4.6 menunjukkan data didapat selama lima hari berupa rata-rata dari throughput berdasarkan hari di kedua MSAN. Throughput berdasarkan hari juga dapat digambarkan dalam grafik pada Gambar 4.5 berdasarkan hari dengan ukuran file 22000 KB.

Tabel 4.6 Data Pengukuran rata-rata throughput berdasarkan hari (dalam Kbps)

HARI MSAN1 MSAN 2

Sibuk Normal Sibuk Normal Senin 1000 1300 1031 2440

Selasa 945,6 1260 1034,9 2100

Rabu 933.3 1200 1031 2120

Kamis 940 1600 1040 2180

Jumat 1.160 2,020 1040 2220

Gambar 4.5 Grafik throughput

0 500 1000 1500 2000 2500 3000

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat

Throughput

sibuk MSAN1 normal MSAN1 Sibuk MSAN2 normal MSAN2

(54)

38

Gambar 4.5 menunjukkan bahwa throughput pada MSAN 1 saat jam normal selalu lebih besar dari pada jam sibuk. Hal ini berarti kinerja throughput lebih baik pada waktu normal. Pada jam sibuk throughput lebih kecil karena trafik lebih tinggi dari jam normal. Demikian juga pada MSAN 2. Hal ini menunjukkan konsistensi selama lima hari.

Kondisi throughput tidak konsisten antara keadaan normal dan keadaan sibuk bisa terjadi. Hal ini disebabkan pada keadaan sibuk traffic lebih tinggi dari pada keadaan normal. Banyaknya user yang memakai jaringan dan perilaku user yang tidak dapat diprediksi, menjadi salah satu faktor tidak konsisten.

4.2. 3 Packet Loss

Tabel 4.7 menunjukkan data didapat selama lima hari berupa rata-rata dari packet loss berdasarkan hari di kedua MSAN. Packet loss berdasarkan hari juga dapat digambarkan dalam grafik pada Gambar 4.6 berdasarkan hari dengan ukuran file 22000 KB.

Tabel 4.7 Data Pengukuran rata-rata packet loss berdasarkan hari (dalam %)

HARI MSAN1 MSAN 2

Sibuk Normal Sibuk Normal

Senin 2 1.2 1,4 0,6

Selasa 1,6 0,6 1,4 0,6

(55)

Rabu 1 0 1,6 1

Kamis 0,2 0 1,4 1

Jumat 1.2 0.8 1,6 1

Gambar 4.6 Grafik packet loss

Gambar 4.6 menunjukkan bahwa pengukuran packet loss selama 5 hari pada MSAN 1 saat jam sibuk selalu diatas jam normal. Hal ini berarti kinerja packet loss lebih baik pada waktu normal. pada waktu jam sibuk trafik lebih tinggi sehingga packet loss lebih besar. Demikian juga pada MSAN 2. Hal ini menunjukkan konsistensi selama lima hari.

Kondisi packet loss tidak konsisten antara keadaan normal dan keadaan sibuk bisa terjadi. Hal ini disebabkan pada keadaan sibuk traffic lebih tinggi dari pada keadaan normal. Banyaknya user yang memakai jaringan dan perilaku user yang tidak dapat diprediksi, menjadi salah satu faktor tidak konsisten. Hal ini terjadi pada MSAN 1 trendline packetloss pada jam sibuk paling kecil pada hari kamis yaitu 0,2 %.

0 0,5 1 1,5 2 2,5

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat

sibuk MSAN1 normal MSAN1 Sibuk MSAN2 normal MSAN2

(56)

40

4.3 ANALISA MSAN 1 dan MSAN 2 4.3.1 Delay (latency)

Tabel 4.8 menunjukkan data berupa rata-rata dari delay (latency) berdasarkan MSAN. Delay (latency) berdasarkan MSAN juga dapat digambarkan dalam grafik pada Gambar 4.7 berdasarkan MSAN dengan ukuran file yang berbeda.

Tabel 4.8 Data Pengukuran rata-rata delay (latency) berdasarkan MSAN (dalam ms).

delay sibuk 402

delay normal 402

delay sibuk 4260

delay normal 4260

delay sibuk 22000

delay normal 22000

MSAN 1 42,53 27,56 60,26 41,072 121,85 118,02

MSAN 2 27,71 21,99 47,83 31,09 122,66 115,85

Gambar 4.7 Grafik pengukuran delay(latency) berdasarkan MSAN Gambar 4.7 menunjukkan delay (latency) dalam keadaan sibuk dan normal dengan ukuran file 402 KB, 4260 KB, dan 22000 KB di kedua MSAN.

0 20 40 60 80 100 120 140

MSAN 1 MSAN 2

delay sibuk 402 delay normal 402 delay sibuk 4260 delay normal 4260 delay sibuk 22000 delay normal 22000

(57)

Dilihat besarnya delay (latency) pada tiap-tiap MSAN tidak memperlihatkan perbedaan yang terlalu jauh, besarnya delay (latency) pada saat keadaan sibuk lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan normal.

Hal ini menunjukkan di kedua MSAN pada saat kondisi normal mempunyai delay (latency) lebih dibandingkan dengan kondisi sibuk. Hal ini bisa terjadi karena beban dari jaringan juga kecil.

4.3.2 Throughput

Tabel 4.9 menunjukkan data berupa rata-rata dari throughput berdasarkan MSAN. Throughput berdasarkan MSAN juga dapat digambarkan dalam grafik pada Gambar 4.8 dengan ukuran file yang berbeda.

Tabel 4.9 Data Pengukuran rata-rata throughput berdasarkan MSAN (dalam Kbps)

throughput sibuk 402

throughput normal 402

throughput sibuk 4260

throughput normal 4260

throughput sibuk 22000

throughput normal 22000

MSAN 1 47,01 88,98 350,07 694,28 1102,44 1476

MSAN 2 53,8 64,04 538,63 745,56 1035,38 2212

(58)

42

Gambar 4.8 Grafik pengukuran throughput berdasarkan MSAN.

Gambar 4.8 menunjukkan throughput dalam keadaan sibuk dan normal dengan ukuran file 402 KB, 4260 KB, dan 22000 KB di kedua MSAN. Terlihat perbedaan throughput yang tidak terlalu jauh antara MSAN 1 dan MSAN 2 jika dilihat dari ukuran file yang sama. Perbedaan kedua kondisi jaringan untuk throughput dikedua MSAN dalam kondisi normal mempunyai throughput yang lebih besar dibandingkan kondisi sibuk. Kondisi ini mengindikasikan saat kondisi jaringan sibuk mempunyai beban jaringan yang lebih besar.

4.3.3 Packet Loss

Tabel 4.10 menunjukkan data berupa rata-rata dari packet loss berdasarkan MSAN. Packet loss berdasarkan MSAN juga dapat digambarkan dalam grafik pada Gambar 4.9 dengan ukuran file yang berbeda.

0 500 1000 1500 2000 2500

MSAN 1 MSAN 2

throughput sibuk 402 throughput normal 402 throughput sibuk 4260 throughput normal 4260 throughput sibuk 22000 throughput normal 22000

(59)

Tabel 4.10 Data Pengukuran rata-rata Packet loss berdasarkan MSAN (dalam %)

Column1 packetloss sibuk 402

packetloss normal 402

packetloss sibuk 4260

packetloss normal 4260

packetloss sibuk 22000

packetloss normal 22000

MSAN 1 0,4 0,08 0,6 0,2 1,16 0,52

MSAN 2 0 0 0,72 0,36 1,48 0,84

Gambar 4.9 Grafik pengukuran packet loss berdasarkan MSAN.

Gambar 4.9 menunjukkan bahwa packet loss di semua MSAN menunjukkan perbedaan yang tidak cukup besar. Kondisi sibuk masih mempunyai packet loss paling besar di semua ukuran file. Packet loss di MSAN 2 baik keadaan normal maupun keadaan sibuk untuk ukuran 402 KB menunjukkan tidak ada paket yang dibuang sehingga tidak mengurangi efisiensi jaringan. Sedangkan untuk MSAN 1 masih terdapat paket yang terbuang. Hal ini bisa terjadi karena pengguna pada MSAN 1 lebih banyak dari MSAN 2.

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6

MSAN 1 MSAN 2

packetloss sibuk 402 packetloss normal 402 packetloss sibuk 4260 packetloss normal 4260 packetloss sibuk 22000 packetloss normal 22000

(60)

44

MSAN 2 memiliki packet loss paling tinggi yaitu pada ukuruan file 22000KB. Ini bisa terjadi karena banyaknya user yang memakai jaringan dan perilaku user yang tidak dapat diprediksi.

4.4 ANALISA keseluruhan MSAN 4.4.1 Delay (latency)

Delay (latency) untuk semua MSAN dalam kategori excellent sesuai dengan standar delay dari ITU-T X. yaitu kurang dari 150 ms/0.15 second.

Kinerja delay (latency) pada kedua MSAN tidak perlu diadakan perbaikan karena dalam kondisi excellent.

4.4.2 Throughput

Secara keseluruhan, throughput pada kedua MSAN saat jam normal selalu lebih tinggi dari pada jam sibuk. Ini terjadi karena banyaknya pengguna pada keadaan sibuk dibandingkan dengan keadaan normal sehingga trafik menjadi lebih tinggi. Teori yang ada di bab 2 membuktikan bahwa pada waktu normal kinerja throughput lebih baik.

4.4.3 Packet Loss

Kinerja packet loss pada kedua MSAN saat jam normal termasuk dalam kategori sangat baik. Pada jam sibuk termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan standar ITU pada bab 3. Standar yang berbeda dipengaruhi oleh trafik yang lebih tinggi pada jam sibuk. Banyaknya user yang memakai jaringan dan perilaku user yang tidak dapat diprediksi.

(61)

45 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari penghitungan dan analisa kinerja internet jaringan didua MSAN pada PT Telkom Semarang yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut :

1. Secara keseluruhan kinerja internet pada jaringan MSAN pada PT Telkom Semarang sudah termasuk baik menurut standarisasi ITU-T X.642 untuk layanan internet karena kinerja jaringan pada saat kondisi normal dan sibuk tidak menemukan permasalahan dalam jaringan komputer.

2. Delay saat kondisi normal dan sibuk dalam kategori excellent sesuai dengan standar ITU untuk layanan internet. Semakin banyak pengguna dan semakin padat beban jaringan, delay juga semakin besar.

3. Throughput saat kondisi normal dan sibuk dalam kategori bagus. Pada kondisi normal throughput lebih besar dibandingkan throughput pada kondisi sibuk.

4. Besar packeloss dalam kategori sangat bagus sesuai dengan standar ITU-T X.642 yaitu kurang dari 1% sedangkan dalam kondisi sibuk ketiga besar packetloss masuk dalam kategori bagus karena antara 1 s/d 3%.

(62)

46

5.2. Saran

Beberapa saran dari penulis agar peneliti selanjutnya dapat memperhatikan hal-hal di bawah ini, guna perbaikan ke arah yang lebih baik. Adapun saran tersebut adalah:

1. Pengambilan data untuk penghitungan kinerja parameter-parameter jaringan hanya dilakukan lima kali dalam sehari. Sebaiknya untuk mendapatkan sample yang lebih akurat, penelitian perlu dilakukan pengambilan data dalam jangka waktu tertentu dan lebih dari lima kali dalam sehari sesuai dengan standar ilmu statistika 2. Pengukuran berikutnya diharapkan lebih memperhatikan aspek – aspek seperti perangakat media user yang digunakan, kondisi area pengujian, posisi saat pengambilan data, dan mobilitas pengambilan data untuk menentukan posisi yang tepat.

(63)

47

DAFTAR PUSTAKA

[1] Gipson, Albert. “KAJIAN INTEROPERABILITY MULTI SERVICE ACCESS NODE(MSAN) PADA JARINGAN EXISTING PT.

TELKOM”, http://riset.budiluhur.ac.id/wp-

content/uploads/2012/06/ARSITRON_VOL-1_NO-2-1.pdf diakses (14 juni 2012)

[2] Aisyah Caronge, “PerencanaanJaringan Berbasis NGN DenganMenggunakan NGN di wilayahBandung”, desember 2008

[3] bakthiar, yudha “PERANAN METRO ETHERNET SEBAGAI PENGHUBUNG KOMUNIKASI ANTAR”

http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp- content/uploads/2012/05/L2F008099_MKP.pdf (Diakses tanggal 19/05/2012)

[4] Brett V Handley, “Multi-Access Service Node (MSANs):

Gateway untuk Next-Generation Network (NGN)”, HAL 432

[5] Stallings, William, Data and Computer Communications 6th Edition, Prentice Hall Inc, New Jersey, 2000.

[6] ITU-TX.642 Recommendation . 2001. “End-User Multimedia QoS Categories”

Gambar

Gambar  2.1  menunjukkan  konfigurasi  MSAN  secara  umum  menurut  versi  Nippon Electric Company (NEC) Indonesia
Gambar 2.2 Konfigurasi perangkat-perangkat NGN [3]
Tabel 2.1 Jenis Delay
Tabel 2.2 Kebutuhan Aplikasi Terhadap QoS [5].
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh variasi waktu aging pada kristalinitas ZSM-5 yang disintesis secara langsung dari kaolin Bangka tanpa

Hal ini menunjukkan bahwa semakin sesuai harga yang ditawarkan laptop merek Acer maka akan semakin tinggi juga keputusan pembelian dari konsumen untuk membeli laptop merek

The thesis entitled in: “THE INFLUENCE OF USING RECOUNT TEXT ON THE STUDENTS’ WRITING SKILLS AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF MTs SYARIF HIDAYATULLAH CIREBON is presented

Kebiasaan merokok bagi suami juga mempempengaruhi pengetahuan terhadap bahaya merokok sehingga suami yang merokok pada saat bersama istri yang sedang hamil kurang mengetahui bahwa

Desa Pakuncen memiliki kegiatan dalam bidang kesehatan yakni Posyandu (pos pelayanan terpadu) yang bekerja sama dengan Puskesmas, ibu-ibu PKK (pembinaan

Muncul tiga istilah yakni, n-good yaitu apabila dari tiap-tiap faktorisasi setidaknya ada satu faktornya yang periodik, jika tidak ada yang periodik maka disebut n-bad, dan

pun kan berpengaruh yaitu setelah kelas interval nomor 3 yaitu kelas interval nomor 4, 5, 6, 7 akan memperoleh nilai d' positif. Kalau Anda renungkan kembali, antara

Jumlah Kotoran Sapi yang dihasilkan dari 500 ekor dengan rute pengiriman dari pelabuhan Kupang menuju pelabuhan Tanjung Priok adalah 37500 kg selama 3 hari memiliki