• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA PSIKOLOGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Ahmad Sayuti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MAKNA PSIKOLOGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Ahmad Sayuti"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Mubtadiin, Vol. 2 No. 02 Januari-Juli 2017

MAKNA PSIKOLOGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Ahmad Sayuti

Abstract

Humans have a wide variety of inner needs and birth, but limited human needs as those needs are also required by other humans. Since man always needs a lifeline is called religion because people feel that there is a feeling in his soul which recognizes the Almighty where they take refuge and begged for help. So that the human balance based on religious beliefs. The attitude of adults in religion is very prominent if the need for religious ingrained in him. The stability of a person's life in religion and religious behavior person is not a static stability.

The change was due to the consideration of the mind, knowledge, and perhaps because of the existing conditions.

Religious behavior of adults have a wide perspective is based on the values chosen.

Keywords: Psychology of Learning

Dosen STAI An Nur Lampung Selatan

(2)

Jurnal Mubtadiin, Vol. 2 No. 02 Januari-Juli 2017

A. Pendahuluan

Manusia memiliki bermacam ragam kebutuhan batin maupun lahir, akan tetapi kebutuhan manusia terbatas karena kebutuhan tersebut juga dibutuhkan oleh manusia lainnya. Karena manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama karena manusia merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya yang Maha Kuasa tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan. Sehingga keseimbangan manusia dilandasi kepercayaan beragama.

Sikap orang dewasa dalam beragama sangat menonjol jika, kebutuhan akan beragama tertanam dalam dirinya.

Kestabilan hidup seseorang dalam beragama dan tingkah laku keagamaan seseorang bukanlah kestabilan yang statis. Adanya perubahan itu terjadi karena proses pertimbangan pikiran, pengetahuan yang dimiliki dan mungkin karena kondisi yang ada. Tingkah laku keagamaan orang dewasa memiliki perspektif yang luas didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya.

B. Pembahasan

1. Pengertian Psikologi dan sejarah singkatnya

Secara bahasa, kata Psikologi berasal dari Bahasa Inggris psychology. Kata ini diadopsi dari Bahasa Yunani yang berakar dari dua kata yaitu psyche yang berarti jiwa atau roh, dan logos berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi dapat diartikan sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan.

Beberapa ahli memberikan pendapat mengenai arti psikologi. RS. Woodworth berkata “Psychology can be defined as the science of the activities of the individual”.

Ngalim Purwanto menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Tingkah laku disini meliputi segala kegiatan yang tampak maupun yang tidak tampak, yang dilakukan secara sadar

(3)

Jurnal Mubtadiin, Vol. 2 No. 02 Januari-Juli 2017

atau tidak sadar. Sedang Sarwono mendefinisikan psikologi dalam tiga definisi. Pertama, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan. Kedua, psikologi adalah ilmu yang mempelajari hakikat manusia. Ketiga, psikologi adalah ilmu yang mempelajari respon yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu dalam interaksi dengan lingkungannya.

Pada dasarnya, psikologi menyentuh banyak bidang kehidupan diri organisme, baik manusia maupun hewan. Psikologi berhubungan dengan penyelidikan mengenai bagaimana dan mengapa organisme- organisme itu berbuat atau melakukan sesuatu. Akan tetapi secara lebih spesifik, psikologi lebih banyak dikaitkan dengan kehidupan organisme manusia. Dalam hubungan ini, psikologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu, dan juga memahami bagaimana manusia berpikir dan berperasaan.

Awalnya psikologi digunakan para ilmuwan dan para filosof untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam memahami akal pikiran dan tingkah laku aneka ragam makhluk hidup. Sebelum menjadi disiplin ilmu yang otonom, psikologi termasuk dalam pembahasan filsafat.

Namun kemudian psikologi melepaskan diri dari filsafat dan menjadi disiplin ilmu yang otonom pada tahun 1879 saat William Wund (1832-1920) mendirikan laboratorium psikologi di Jerman.

Sebagai suatu disiplin ilmu yang telah berdiri sendiri, psikologi telah banyak dipergunakan dan diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan,

(4)

Jurnal Mubtadiin, Vol. 2 No. 02 Januari-Juli 2017

seperti pendidikan, pengajaran, ekonomi, perdagangan, industri, hukum, politik, militer, sosial, kepemimpinan, pelatihan dan agama. Penggunaan dan implementasi disiplin ilmu psikologi dalam bidang-bidang kehidupan di atas, kemudian timbul berbagai cabang psikologi yang mengkaji tingkah laku manusia dalam situasi yang lebih khusus, baik untuk tujuan teoritis maupun praktis. Salah satu cabang psikologi yang mengkaji suatu obyek secara khusus adalah psikologi belajar.

2. Konsep Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), secara etimologis belajar memiliki arti "berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman". Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu.

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku manusia berdasarkan pengalaman dan latihan, dari belum tahu menjadi tahu, dari pengalaman yang sedikit kemudian bertambah.

Hilgard sebagaimana dikutip Wina Sanjaya menulis bahwa “Learning is the process by wich an activity originates or changed through training producers (wether in the laboratory or in the natural enviorenment)”. Bagi Hilgard, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku peserta didik melalui kegiatan berupa pelatihan baik di laboratorium maupun di lingkungan yang alamiah. Hal ini dimaksudkan bahwa dari manapun sumber perubahan itu asalkan melaui pelatihan maupun pengalaman dapat dikatakan sebagai kegiatan belajar, dan yang penting untuk proses perubahan tingkah laku ini ditimbulkan sebagai akibat adanya interaksi dengan lingkungan sekitar.

(5)

Jurnal Mubtadiin, Vol. 2 No. 02 Januari-Juli 2017

Surya menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Relevan dengan Surya, Slameto dan Ali menyatakan bahwa belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Belajar itu sendiri merupakan suatu upaya membelajarkan atau suatu upaya mengarahkan aktivitas siswa kearah aktivitas belajar. Di dalam proses pembelajaran terkandung dua aktivitas sekaligus, yaitu aktivitas mengajar (guru) dan aktivitas belajar (siswa).

Proses pembelajaran merupakan proses interaksi, yaitu antara guru dan siswa dan antara siswa dan siswa.

Proses pembelajaran merupakan situasi psikologis, dimana banyak ditemukan aspek-aspek psikologis dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki pemahaman tentang psikologi guna memecahkan berbagi persoalan psikologis yang muncul dalam proses pembelajaran.

Pengertian Belajar menurut C.T. Morgan dalam buku Introduction To Psychology, Belajar adalah suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat/hasil dari pengalaman yang lalu.

Ringkasnya ia mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.Siswa mengalami suatu proses belajar.

Dalam proses belajar tesebut, siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan belajar. Kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan

(6)

Jurnal Mubtadiin, Vol. 2 No. 02 Januari-Juli 2017

psikomotorik yang dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi semakin rinci dan menguat. Adanya informasi tentang sasaran belajar, adanya penguatan-penguatan, adanya evaluasi dan keberhasilan belajar, menyebabkan siswa semakin sadar, akan kemampuan dirinya.

Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai latihan dan pengalaman. Bisa juga dikatakan belajar adalah proses adaptasi yang berlangsung secara progresif. Banyak aktivitas yang oleh hampir setiap orang dapat disetujui kalau disebut perbuatan belajar, misalnya mendapatkan perbendaharaan kata-kata baru, menghafal syair, menghafal nyanyian, dan sebagainya. Belajar sebagai proses atau aktivitas disyaratkan oleh banyak sekali hal- hal atau faktor-faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu adalah banyak macamnya.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengarui Belajar

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi dua macam, yakni :

1) Faktor Internal (faktor dari dalam siswa) Faktor internal meliputi dua aspek, yakni a. Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi, memilih pola istirahat dan

(7)

Jurnal Mubtadiin, Vol. 2 No. 02 Januari-Juli 2017

olahraga yang ringan secara teratur dan berkesinambungan.

Kondisi organ-organ khusu siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan. Apabila daya pendengaran dan daya penglihatan siswa rendah, akan menyulitkan sensory register dalam menyerap item-iten informasi yang bersifat echoic dan econic (gema dan citra). Akan berakibat terhambatnya proses informasi yang dilakukan oleh system memori siswa tersebut.

Untuk mengatasi timbulnya masalah mata dan telinga, sebaiknya bekerja sama dengan pihak sekolah untuk memperoleh bantuan pemeriksaan rutin (periodic) dari dinas-dinas kesehatan setempat. Kiat lain yang tak kalah penting ialah menempatkan mereka di deretan bangku terdepan secara bijaksana. Tidak perlu menunjukkan sikap dan alasan mengapa mereka di tempatkan di depan kelas. Langkah bijaksana ini, perlu diambil untuk mempertahankan self-esteem dan self confidence siswa-siswa tersebut. Kemerosotan self-esteem dan self confidence (rasa percaya diri) seorang siswa akan menimbulkan frustasi.

b. Aspek Psikologis

Semua keadaan dan fungsi psikis tentu saja berpengaruh terhadap proses belajar yang bersifat psikis juga. Beberapa factor psikis yang utama, yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar, ialah:

1) Intelegensi

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988).

Jadi, intelegensi bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh

(8)

Jurnal Mubtadiin, Vol. 2 No. 02 Januari-Juli 2017

lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hamper seluruh aktivitas. Tingkat kecerdasan (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karna itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tinggkat intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orangtua dan lain sebagainya.

2) Sikap Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relative tetap terhadap objek, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negative.

Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama pada guru dan mata pelajaran yang di bawanya pertanda awal yang baik bagi proses belajar belajar siswa tersebut.

3) Bakat

Hampir tak ada orang yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat yang dimilki, akan memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. Akan tetapi banyak hal-hal yang selalu menghalangi untuk trcipatanya kondisi yang sangat diingini oleh setiap orang.

Dalam lingkungan sekolah (SMP, SMA) belum semua sekolah member pelajaran pilihan bebas, yang memang sesuai dengan bakat anak-anak.

(9)

Jurnal Mubtadiin, Vol. 2 No. 02 Januari-Juli 2017

Memang diakui alat pengukur bakat yang benar- benar dapat diandalkan sampai saat ini masih langka. Secara mudah, bila dijumpai muruid- murid berprestasi sangat menonjol dalam bidang tertentu kiranya ini perlu mendapatkan perhatian khusus, sebab ada kemungkinan anak tersebut mempunyai bakat dalam bidang itu.

4) Minat

Jika seseorang mempelajari sesuatu dengan penuh minat, maka dapat diharapkan bahwa hasilnya akan lebih baik, sebaliknya kalau seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuata, jangan diharapkan bahwa akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut. Karena persoalan yang biasa timbul ialah bagaimana mengusahakan agar hal yang diinginkan sebagai pengalaman belajar itu menarik minat para pelajar atau bagaimana cara menentukan agar para pelajar dapat belajar sesuai dengan minatnya.

5) Motivasi

Motivasi belajar artinya bagaimana permulaannya seseorang itu mau belajar. Karena, belajar merupakan suatau keharusan. Keinginan untuk hidup sebagai manusia haruslah melakukan belajar. Belajar terjadi karena timbulnya kebutuhan. Kebutuhan inilah yang mendorong sesorang untuk belajar. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbulnya dari dalam orang yang bersangkutan, tanpa rangsangan atau dorongan dari orang lain. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa motivasi instrinsik lebih efektif dalam mendorong seseorang dalam belajar daripada motivasi ekstrinsik.

(10)

Jurnal Mubtadiin, Vol. 2 No. 02 Januari-Juli 2017

6) Emosi

Sesuai dengan proses belajar dalam perkembangan kehidupan sesorang maka terbentuklah suatu tipe atau keadaan kepribadian tertentu, antara lain menjadi seseorang yang emosional, mudah putus asa. Hal ini tentu ikut menentukan bagaimana ia menerima, menghayati pengalaman yang diperoleh. Keadaan emosi yang labil, mudah marah, mudah t ersinggung, merasa tertekan, dapat menggangu keberhasilan anak dalam belajar. Sedangkan, perasaan gembira, bebas, merupakan aspek yang mendukung dalam kegiatan belajar.

7) Kemampuan kognitif

Yang dimaksud dengan kemampuan kognitif adalah kemampuan menalar yang dimiliki oleh siswa. Perlu diketahui bahwa penalaran kognitif tidak akan berkembang dengan baik, tanpa adanya latihan. Untuk itu, belajar secara teratur akan meningkatkan kemampuan kognitif yang dimiliki seseorang.

2) Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa)

Faktor eksternal terdiri dari tiga macam, yaitu:

a. Faktor Lingkungan

1) Lingkungan Alami yaitu kondisi alam yang dapat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, seperti: suhu udara, kelembaban udara, cuaca, musim yang sedang berlangsung, termasuk kejadian alam yang ada.

2) Lingkungan Sosial. Lingkungan sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan, teman sekelas, masyarakat, keluarga. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihat suri tauladan yang baik. Kondisi masyarakat yang serba kekurangan

(11)

Jurnal Mubtadiin, Vol. 2 No. 02 Januari-Juli 2017

akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Yang lebih banyak mempengaruhi ialah orang tua dan keluarga siswa.

3) Lingkungan non sosial. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non social ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar dan waktu yang digunakan siswa. Factor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar (study time preference), seorang ahli bernama J.

Biggers (1980) berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih efektif daripada waktu lainnya. Namun, menurut penelitian beberapa ahli, hasil belajar tidak bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiapsiagaan siswa (Dunn et al, 1986).

Dengan demikian, waktu yang digunakan siswa untuk belajar yang selama ini sering dipercaya berpengaruh terhadap prestasi siswa, tak perlu dihiraukan. Sebab, bukan waktu yang penting dalam belajar melainkan kesiapan system memori siswa dalam menyerap, mengelola, dan menyimpan item-item informasi dan pengetahuan yang dipelajari siswa.

b. Faktor-Faktor instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan pengujiannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Factor inilah yang dapat dimanipulasi untuk mencapai tujuan belajar yang telah dirancang. Faktor instrumental antara lain:

1) Kurikulum

Kurikulum sekolah yang belum mantap, dapat mengganggu proses belajar siswa. Terutama siswa yang terkena aturan perubahan kurikulum.

Kurikulum yang baik, jelas, dan mantap

(12)

Jurnal Mubtadiin, Vol. 2 No. 02 Januari-Juli 2017

memungkinkan para siswa untuk dapat belajar lebih baik pula.

2) Program

Program pendidikan dan pengajaran di sekolah yang telah dirinci dalam suatu kegiatan yang jelas, akan memudahkan siswa dalam merencanakan dan mempersiapkan untuk mengikut program tersebut. Program-program yang jelas tujuannya, sasarannya, waktunya, dan kegiatannya membantu siswa dalam proses belajar.

3) Bahan atau alat yang di pelajari

Bahan atau hal yang dipelajari akan menentukan bagaimana proses belajar itu terjadi dan akan menentukan pula kuantitas maupun kualitas belajar. Berbeda dalam prose, berbeda pula dalam hasil belajar.

4) Sarana dan fasilitas

Keadaan gedung/tempat belajar siswa, termasuk penerangan, fentilasi, dan tempat duduk dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.

Penerangan yang cukup, fentilasi yang memungkinkan pergantian udara secara baik, tempat duduk yang memadai dan ruangan yang bersih akan membuat iklim yang kondusif untuk belajar. Alat-alat pelajaran lengkap, perpustakaan yang memadai, koperasi, kantin, dan bursa buku merupakan factor pendukung keberhasilan dan kemudahan bagi para siswa.

5) Guru/tenaga kerja

Kelengkapan jumlah tenaga pengajar dan kualitas dari guru tersebut akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Disamping itu, cara guru mengajar akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Kemampuan guru, kedisiplinan dan cara mengajar yang baik yang

(13)

Jurnal Mubtadiin, Vol. 2 No. 02 Januari-Juli 2017

dimiliki oleh setiap guru, memungkinkan para murid belajar secara baik.

6) Faktor Pendekatan Belajar

Faktor pendekatan belajar yaitu jenis upaya belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan efisiensi dalam proses pembelajaran materi tertentu. Srategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.

C. Simpulan

Psikologi agama Islam adalah ilmu yang membahas, mempelajari dan memahami kehidupan beragama pada manusia dan hubungannya dengan sikap dan perilaku keberagamaan. Ruang lingkup atau lapangan penelitian psikologi agama adalah gejala-gejala jiwa yang memantul dan terpancar dari motivasi, ekspresi, sikap dan perilaku yang berkaitan dengan kesadaran, pengalaman, dan kematangan beragama manusia. Psikologi agama dapat digunakan disemua aspek seperti dalam bidang industri yaitu meningkatnya jumlah produksi dan penghasilan dan meminimalkan bentuk kejahatan dalam industri seperti pencurian.

Begitu juga dalam bidang pendidikan yaitu siswa menjadi rajin, aktif, tidak menyontek ketika ujian dan menambah semangat dalam belajar.

(14)

Jurnal Mubtadiin, Vol. 2 No. 02 Januari-Juli 2017

Daftar Pustaka Al-Qur‟an dan Terjemahannya.

Jalaluddin, Psikologi Agama (Edisi Revisi), PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.

Ahyadi, Abdul „Aziz, Psikologi Agama, Penerbit Sinar Baru, Bandung.

Sururin, M.Ag. Ilmu Jiwa Agama, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.

H. Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta, Radar Jaya, 2009.

Referensi

Dokumen terkait

mengharamkan riba 17 [Q.S. Proses transaksi dalam jual beli merupakan salah satu kegiatan yang telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Agama islam telah memberi

Dalam membangun citra diri yang positif tersebut, pramugari dituntut untuk selalu menampilkan hal yang positf pada dirinya dan merahasiakan hal-hal negatif di depan para

Trayek operasional angkutan umum di Tamiang Layang Kabupaten Barito Timur melayani enam trayek secara tetap setiap harinya, di dalam penelitian ini mengevaluasi

Dengan demikian, sebesar 47,3% produksi nelayan Desa Pecangaan dipengaruhi oleh faktor lain diluar jumlah solar yang digunakan, jumlah hari melaut, konsumsi, GT kapal,

Pengajaran mikro merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa untuk mengambil mata kuliah PPL. Pengajaran mikro merupakan kegiatan praktik

Penentuan karakter seleksi didapatkan bahwa karakter tinggi tanaman, jumlah gabah isi per malai, dan produktivitas dapat dijadikan sebagai karakter seleksi untuk padi sawah tadah

Aktivitas pemberian kredit oleh PT BFI Finance juga sudah aman terhadap risiko terjadinya kecurangan dan penipuan, hal tersebut didukung oleh penerapan sistem pengendalian

Dalam implementasi kebijakan PATEN ini, terdapat juga kendala yang sering terjadi yaitu: Sumberdaya manusia, berdasarkan hasil wawancara tersebut, diketahui bahwa kendala yang