• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPILASI MATERI PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH PEMOTONGAN HEWAN (RPH)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KOMPILASI MATERI PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH PEMOTONGAN HEWAN (RPH)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPILASI MATERI PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH PEMOTONGAN HEWAN (RPH)

1. Pengertian RPH

Rumah Potong Hewan adalah suatu bangunan atau kompleks bangunan dengan disain tertentu yang digunakan sebagai tempat memotong hewan selain unggas bagi konsumsi masyarakat luas (Manual Kesmavet, 1993). RPH merupakan unit atau pelayanan masyarakat dalam penyediaan daging sehat yang berfungsi sebagai: (a) tempat dilaksanakannya pemotongan hewan secara benar, (b) tempat dilaksanakannya pemotongan hewan sebelum dipotong (ante-mortem) dan pemeriksaan daging (post-mortem), (c) tempat melacak atau mendeteksi penyakit hewan yang ditemukan pada pemeriksaan antemortem sebagai pencegahan dan memberantas penyakit hewan menular di daerah asal hewan dan, (d) melaksanakan seleksi dan pengendalian pemotongan hewan besar betina bertanduk yang masih produktif.

2. Pengertian Limbah RPH

Limbah RPH adalah buangan dari proses pemotongan hewan potong dan hasil ikutan yang tidak dimanfaatkan. Hasil ikutan adalah hasil samping dari pemotongan hewan potong yang berupa darah, kulit, bulu, lemak, tanduk, tulang dan kuku (Manual Kesmavet, 1993).

Limbah Cair RPH merupakan seluruh air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah potong hewan, yaitu air yang berasal dari pemotongan, pembersihan lantai tempat pemotongan, pembersihan kandang penampung, pembersihan kandang isolasi, dan pembersihan isi perut serta air sisa perendaman. Sanjaya dkk (1996) menyatakan bahwa untuk menangani limbah yang dihasilkan oleh kegiatan RPH, maka ada tiga kegiatan yang perlu dilakukan yaitu identifikasi limbah, karakterisasi dan pengolahan limbah. Hal ini harus dilakukan agar dapat ditentukan suatu bentuk penanganan limbah RPH yang efektif.

3. Karakteristik Limbah RPH

Industri RPH merupakan salah satu industri pangan. Ciri dan limbah industri pangan adalah kandungan bahan organik yang cukup tinggi dan mudah terurai di perairan. RPH memiliki tiga sumber limbah utama, yaitu: tempat penampungan hewan (stock yard), tempat penyembelihan hewan (slaughter house) dan tempat pengolahan karkas atau daging (packing house).

Ditambahkan Janie dan Rahayu (1993) bahwa limbah utama yang dihasilkan oleh RPH adalah berasal dari isi perut, rendering, pemotongan bagian-bagian yang tidak berguna, pengolahan, dan pekerjaan pembersihan.

Limbah cair yang dihasilkan pada RPH terdiri dari darah, air pemandian sapi, air pembersihan ruangan dan keranjang, air pencucian kandang, air pencucian karkas, pencucian lantai, cairan rumen, dan cairan isi perut.

Limbah utama dari RPH berasal dari penyembelihan, pemindahan, pembersihan rambut, penjadian (rendering), pengaturan, pemrosesan, dan pembersihan.

Scahill (2003) memberikan statistik lebih rinci tentang kedua berat sapi dimah pemotongan hewan. Seekor sapi dengan berat 400 kg akan memiliki berat karkas yang dikurangi menjadi sekitar 200 kg setelah pemotongan. Selain itu, kehilangan sekitar sepertiga lemak dan tulang setelah melewati pencacahan daging. Oleh karena itu, seekor sapi yang masih hidup mempunyai berat 400 kg akan memberikan sekitar 140 kg daging yang dapat

(2)

dimakan, yang hanya mewakili 35% dari bobot hidupnya. Sisanya, 65% adalah limbah padat dan limbah cair (260 kg).

Menguatkan temuan di atas, Gannon et al. (2004) menunjukkan bahwa seekor sapi yang dipotong menghasilkan 13.6 kg darah sebagai limbah cair, sisanya dikumpulkan lalu dimanfaatkan lagi sebagai tepung darah sebab jumlah darah yang dihasilkan dari penyembelihan adalah sekitar 7.7% dari bobot sapi yaitu sebesar 30.8 kg. Limbah padat dikurangi lagi dengan cairan rumen dan cairan isi perut yang dihasilkan pada proses pemotongan sebesar 20 kg dari seekor sapi, jadi limbah padat kurang lebih sebesar 209.2 kg dari seekor sapi. Jumlah sapi yang dipotong dalam sehari di UPTD RPH Bubulak sekitar 40 kepala per hari, maka perhitungan jumlah limbah cair dalam bentuk darah yang dihasilkan dalam satu hari adalah Limbah cair darah = 13.6 kg/ ekor x 40 ekor/ hari= 544 kg/ hari

4. Komposisi Kimia pada Limbah RPH

Salah satu industri yang banyak ditemukan di Indonesia ialah agroindustri. Limbah cair agroindustri pada umumnya kaya akan nutrien N (nitrat), P (fosfat), C (karbon), dan K (kalium) yang merupakan nutrisi bagi pertumbuhan sel mikroalga (Kabinawa dan Agustini, 2005). Contoh agroindustri dengan kategori nutrien tinggi adalah RPH. Limbah RPH merupakan limbah organik, berserat, voluminous (bervolume besar). Limbah organik yang dihasilkan RPH adalah berupa darah, sisa lemak, tinja, isi rumen, dan usus dengan kandungan protein, lemak, dan karbohidrat yang cukup tinggi.

Berdasarkan istilah teknis dan sumbernya, limbah RPH termasuk dalam golongan limbah industri. Dilihat dari komposisi dan pengaruhnya terhadap perairan, limbah RPH mirip dengan sampah domestik (domestic sewage). Namun karena kandungan bahan organiknya yang tinggi, maka bahaya kontaminasi mikroorganisme patogen limbah RPH lebih besar dari sampah domestik. Menurut Sugiharto (1987) limbah RPH mempunyai sifat- sifat umum yaitu kelarutan dan campuran zat organik tinggi, darah, protein, dan lemak. Cara pengolahan limbahnya dapat dilakukan dengan cara pemisahan, pengendapan, dan penyaringan.

Pendirian Rumah Potong Hewan (RPH) didekat pemukiman menimbulkan berbagai masalah seperti pencemaran lingkungan akibat dari limbah ternak. Pencemaran lingkungan berdampak pada manusia terutama ketika memproduksi limbah-limbah yang dapat mencemari air, menimbulkan polusi udara (bau) yang sangat mengganggu masyarakat yang ada di sekitar usaha RPH. Hal ini terjadi karena kurangnya manajemen dalam penegelolaan limbah (Anonimous, 2011)

Menurut Revo (2011) bahwa limbah yang tidak dikelola secara sadar lingkungan semakin membuat warga merasakan gangguan akan dampak yang ditimbulkan. Seperti bau kotoran hewan yang keluar dari tumpukan isi perut hewan yang dipotong serta limbah air dari hasil pencucian. Bau timbul karena adanya kegiatan mikroorganik yang menguraikan zat organik menghasilkan gas tertentu. Di samping itu bau juga timbul karena terjadinya reaksi kimia yang menimbulkan gas. Kuat tidaknya bau yang dihasilkan limbah tergantung pada jenis dan banyak gas yang ditimbulkan.

Menurut Widya dalam Roihatin dan Rizqi (2007) bahwa Limbah Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yang berupa feces urine, isi rumen atau isi lambung, darah afkiran daging atau lemak, dan air cuciannya, dapat bertindak sebagai media pertumbuhan dan perkembangan mikroba sehingga limbah tersebut mudah mengalami pembusukan. Dalam proses pembusukannya di dalam air, mengakibatkan kandungan NH3 dan H2S di atas maksimum kriteria kualitas air, dan kedua gas tersebut menimbulkan bau yang tidak sedap serta dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan yang disertai dengan reaksi fisiologik tubuh berupa rasa mual dan kehilangan selera makan. Selain menimbulkan gas berbau busuk juga

(3)

adanya pemanfaatan oksigen terlarut yang berlebihan dapat mengakibatkan kekurangan oksigen bagi biota air.

Kusnoputranto (1995) menyatakan limbah ini akan berdampak pada kualitas fisik air yaitu warna dan pH disamping itu total padatan terlarut. Padatan tersuspensi, kandungan lemak, BOD5. Ammonium, nitrogen, fosfor akan mengalami peningkatan. Limbah terbesar berasal dari darah dan isi perut (Tjiptadi, 1990) sedangkan darah berdampak pada peningkatan nilai BOD dan padatan tersuspensi. Disamping itu isi perut (rumen) dan usus akan meningkatkan jumlah padatan. Pencucian karkas juga meningkatkan nilai BOD.

Sedangkan Bewick (1980) menyatakan bahwa limbah ternak merupakan sumber pencemaran bagi air yang mempunyai kandungan BOD tinggi dan kandungan oksigen yang terlarut didalam air relatif sedikit.

Di sisi lain, pengolahan limbah cair akan menimbulkan permasalahan tersendiri bagi RPH yaitu tingginya biaya pengolahan. Hal ini karena limbah cair RPH termasuk ke dalam kategori limbah cair kompleks (complex wastewater) yang mengandung bahan organik, padatan tersuspensi, serta bahan koloid seperti lemak, protein, dan selulosa dengan konsentrasi tinggi (D.J Batstone, dkk, 2000; Claudia E.T. Caixeta, dkk, 2002; D.I Masse, dkk, 2001; dan L.A. Nunez, dkk, 1999).

Teknologi yang paling lazim untuk mengolah air limbah RPH adalah dengan pengolahan secara kimia fisika diikuti dengan pengolahan secara biologis. Koagulasi dan flokulasi menggunakan bahan-bahan kimia menghasilkan lumpur kimia yang memerlukan penanganan lebih lanjut sehingga memerlukan biaya tersendiri. Proses pengolahan secara biologis (khususnya) aerobik juga memiliki beberapa keterbatasan antara lain memerlukan energi yang tinggi untuk aerasi dan menghasilkan lumpur dalam jumlah besar sehingga memberikan permasalahan terendiri bagi lingkungan. Di sisi lain, proses pengolahan air limbah RPH secara anaerobik juga memiliki beberapa keterbatasan karena proses pengolahan berjalan lambat karena akumulasi padatan tersuspensi dan lemak yang mengapung di reaktor sehingga menghambat pertumbuhan mikroba metanogenesis dan banyak biomasa yang terikut bersama keluaran (washout) (Masse, D, dkk., 2002; Rajehwari, K.V., dkk., 2000).).

(4)

ISTILAH-ISTILAH

Hewan potong adalah sapi, kerbau, kuda, kambing dan domba (Manual Kesmavet, 1993).

Pemotongan hewan potong adalah kegiatan untuk menghasilkan daging yang terdiri dari pemeriksaan ante mortem, penyembelihan, penyelesaian penyembelihan dan pemeriksaan post mortem (Manual Kesmavet, 1993).

Pemeriksaan ante mortem adalah pemeriksaan kesehatan hewan potong sebelum disembelih (Manual Kesmavet, 1993).

Penyembelihan hewan potong adalah kegiatan mematikan hewan potong dengan cara menyembelihnya (Manual Kesmavet, 1993).

Penyelesaian penyembelihan adalah kegiatan lebih lanjut setelah penyembelihan hewan potong guna memungkinkan pemeriksaan dagingnya (Manual Kesmavet, 1993).

Pemeriksaan post mortem adalah pemeriksaan daging dan bagian-bagiannya setelah selesai penyelesaian penyembelihan (Manual Kesmavet, 1993).

Karkas adalah bagian dari hewan potong yang disembelih setelah kepala dan kaki dipisahkan, dikuliti, serta isi rongga perut dan dada dikeluarkan (Manual Kesmavet, 1993).

Hasil ikutan adalah hasil samping dari pemotongan hewan potong yang berupa darah, kulit, bulu, lemak, tanduk, tulang dan kuku (Manual Kesmavet, 1993).

Limbah adalah buangan dari proses pemotongan hewan potong dan hasil ikutan yang tidak dimanfaatkan (Manual Kesmavet, 1993).

Petugas pemeriksa adalah dokter hewan pemerintah yang ditunjuk atau petugas lain yang berada dibawah pengawasan dan tanggung jawab dokter hewan dimaksud untuk melakukan pemeriksaan ante mortem dan post mortem di rumah pemotongan hewan atau tempat pemotongan hewan (Manual Kesmavet, 1993).

Penanganan daging adalah kegiatan yang meliputi pelayuan, pemotongan bagian- bagian daging, pelepasan tulang, pemanasan, pembekuan, pendinginan, pengangkutan, penyimpanan, dan kegiatan lain untuk menyiapkan daging guna penjualannya (Manual Kemavet, 1993).

DAPUS

Kesmavet, Manual. 1993. Pedoman Pembinaan Kesmavet. Direktorat Bina Kesehatan Hewan Direktorat Jendral Peternakan. Jakarta : Departemen Pertanian.

Sugiharto. 1987. Dasar – dasar Pengelolaan Air Limbah, Cetakan Pertama. Jakarta : UI Press

Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Winarno, F.G., S. Farsiaz dan D. Fardiaz, 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Jenie, B.S.L dan W.P. Rahayu. 1993. Penanganan Limbah Idustri Pangan. Jakarta : Kanisius Scahill, Jeremy. 2007. Blackwater: The Rise of The World’s Most Powerful Mercenery Army.

New York: Nations Book.

(5)

Roihatin. A dan Rizqi A. K. 2007 Pengolahan Air Limbah Rumah Pemotongan Hewan (RPH) dengan Cara Elektrokoagulasi Aliran Kontinyu. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.

Kusnoputranto H. 1996. Toksikologi Lingkungan Logam Toksik dan B3. Jakarta:

UI-Press.

Tjiptadi, W. 1990. Pengendalian Limbah Pertanian. Makalah pada Perdidikan

Kependudukan dan Lingkungan Hidup Bagi Wydiasnara Sespa, Sepadya, Sepala dan Sespa Antar Departemen. Jakarta.

Bewick.M.W.M. 1980. Handbook of Organic Waste Convertion Litton Educational Publishing, Inc. New York.

D.J. Batstone, J. Keller, R.B. Newell, dan M. Newland. Modelling anaerobic degradation of complex wastewater. I: model development, Bioresource Technology, 75(2000), Pages 67-74 Sanjaya, A.W. Sudarwanto, M. Pribadi, E.S. 1996. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Potong

Hewan di Kabupaten Dati 11 Bogor. Media Veteriner Vol. III (2). Depok-Bogor.

Kabinawa, I. N. K., dan N. W. S. Agustini. 2005. Aplikasi Chlorella Pyrenoidosa Strain Lokal (INK) dalam Penanggulangan Limbah Cair Agroindustri. Pusat Penelitian Bioteknologi – LIPI, Bogor.

Limbah cair rumah potong hewan (RPH) terdiri dari air bekas pencucian yang tercampur dengan feces, darah, urine, dan lemak hewan, sehingga limbah cair RPH mengandung protein, lemak dan karbohidrat dengan materi organik terlarut dan tersuspensi relatif tinggi.

(Setyobudiarso, 2012)

5. KLASIFIKASI MIKROORGANISME

a. Berdasarkan Kebutuhan Nutrisi (Nutritional Requirements), mikroorganisme terdiri atas 2 (dua) jenis mikroorganisme yaitu : Autotrophic organisms, adalah mikroorganisme yang menggunakan CO2 atau HCO3 sebagai sumber karbon, dan Heterotrophic organisms adalah mikroorganisme yang mempergunakan bahan organik sebagai sumber karbon

b. 2. Berdasarkan Kebutuhan Energi (Energy Requirements), mikroorganisme terdiri atas 2 (dua) jenis mikroorganisme yaitu : Phototrophs organisms, adalah mikroorganisme yang menggunakan sinar/lampu (light) sebagai sumber energi, dan Chemotrophs organisms adalah mikroorganisme yang mempergunakan hasil reaksi oksidasi-reduksi sebagai sumber energi. Chemotrophs organisms terdiri dari 2 (dua) jenis Chemoorganotrophs organisms yaitu mikroorganisme yang mempergunakan molekul organik komplek sebagai pendonor elektronnya dan Chemoautotrophs organisms yaitu mikroorganisme yang mempergunakan molekul organik sederhana seperti Hidrogen sulfida (H2S) atau Amonia (NH3) sebagai pendonor elektronnya.

c. 3. Berdasarkan Rentang Temperatur (Temperature Range), mikroorganisme dibagi menjadi 3 (tiga) jenis mikroorganisme yaitu : Psychrophilic organisms, adalah mikroorganisme yang dapat hidup optimal pada rentang temperatur 15-30 C, Mesophilic organisms adalah mikroorganisme yang dapat hidup optimal pada rentang temperatur 30-

(6)

45 C, dan Thermophilic organisms adalah mikroorganisme yang dapat hidup optimal pada rentang temperatur 45-70 C,

d. 4. Berdasarkan Kebutuhan Oksigen (Oxygen Requirements), mikroorganisme terdiri atas 2 (dua) jenis mikroorganisme yaitu : Aerobes organisms, adalah mikroorganisme yang hidupnya tergantung pada ketersediaan oksigen dan Anaerobes organisms adalah mikroorganisme yang hidupnya tidak tergantung pada keberadaan oksigen

e. Facultative organisms, merupakan mikroorganisme yang bisa mempergunakan komponen oksigen atau komponen kimia lainnya dalam hidupnya (pertumbuhan).

Adapun hal – hal mengenai degradasi lemak, protein dan karbohidrat menurut Hayati, 2013 adalah :

1. Biodegradasi Protein

Unsur kimia utama protein terdiri dari C, H, O dan N. Maka berdasarkan penyusunnya protein dapat diartikan Polimer dari beberapa asam amino (+/- 20 macam) yang terhubung dengan suatu ikatan yang disebut dengan ikatan peptida, sehingga protein disebut juga dengan ikatan Polipeptida (ikatan yang terdiri dari peptida-peptida). Atau protein terdiri dari karboksil dan Amino, sehingga protein terdiri dari asam-asam amino. Bau busuk timbul karena pemecahan dari bahan organik yang mengandung Nitrogen (peptida dan asam amino).

Koagulasi protein yang dapat mempercepat pembusukan. Contoh bakteri yang bersifat proteolitik adalah jenis: Bacillus, Clostridium, Pseudomonas dan Proteus.

2. Biodegradasi Lemak

Lemak merupakan senyawa organik yang tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam pelarut organik. Lemak disintesa dari 1 molekul gliserol dan 3 molekul asam lemak.

Sehingga dalam perombakannya lemak akan dirombak menjadi gliserol dan asam-asam lemak. Jenis mikroba yang bersifat lipolitik Contoh bakteri Pseudomonas, Alcaligenes, dan Stapylococcus. Kapang: Rhizopus, Geotrichum, Aspergillus dan Penicillium Khamir:

Candida, Rhodotarula, Hansemula.

3. Biodegradasi Karbohidrat

Molekul Karbohidrat terdiri dari atom-atom C, H dan O Karbohidrat terdiri dari senyawa-senyawa, yaitu: monosakarida, oligosakarida dan polisakarida, dalam pemecahannya Karbohidrat akan dirombak menjadi senyawa sederhana atau monosakarida (Gula). Mikroorganisme yang bersifa Amilolitik terutama beberapa jenis kapang dan beberapa jenis bakteri. Contoh bakteri pemecah pati: Bacillus subtilis. Contoh kapang pemecah pati Aspergillus niger.

DAPUS:

Setyobudiarso, Hery, 2012. Penurunan COD,TSS dan Warna Limbah Cair Rumah Potong Hewan (RPH) Menggunakan Anaerobic Baffled Reactor (ABR). FTSP ITN-MALANG.

Hayati, Nurul, 2013. Biodegradasi Protein, Lemak dan Karbohidrat. Kimia Organik 2.

(7)

6. Teknologi pengolahan limbah RPH

Adapun teknologi pengolahan limbah yang dapat diterapkan untuk mengolah limbah rumah potong hewan adalah:

a. Pengenceran (dilution)

Yakni air buangan diencerkan terlebih dahulu sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan air. Pada keadaan tertentu dilakukan proses pengolahan sederhana terlebih dahulu seperti pengendapan dan penyaringan (Kusnoputranto, 1985).

b. Irigasi luas

Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali dan air akan merembes masuk ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan (Kusnoputranto, 1985).

c. Kolam oksidasi (Oxidation Ponds/Waste Stabilization Ponds Lagoon)

Merupakan suatu pengolahan air buangan untuk sekelompok masyarakat kecil dan cara ini terutama dianjurkan untuk daerah pedesaan. Prinsip kerjanya adalah memanfaatkan pengaruh sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air buangan dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk persegi panjang dengan kedalaman 1-1,5 meter. Dinding dan lapisan kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Luas kolam tergantung pada jumlah air buangan yang akan diolah, biasanya digunakan luas 1 acre (= 4072 m2) untuk 100 orang (Kusnoputranto, 1985) . d. Pengolahan Primer dan Sekunder

Merupakan cara pengolahan air buangan yang lebih kompleks dan lengkap yaitu pengolahan secara fisik dan mekanik (primer) dan secara biologis (sekunder) terutama di daerah perkotaan dan umumnya air buangan dari segala jenis, baik yang berasal dari rumah tangga, kota praja maupun industri (Said, 2007).

(8)

Gambar 1. Pengolahan Primer Sekunder Limbah RPH

e. Tegnologi Bersih

Pengelolaan limbah dengan pendekatan produksi bersih di industri menunjukkan dengan jelas adanya pergeseran posisi dari biaya ke penghematan, dari parsial ke terintegrasi, dari inefisien ke efisiensi, dari teknologi pencemar ke Teknologi Produksi Bersih. Teknologi Produksi Bersih sebagai salah satu alternatif solusi untuk mengantisipasi limbah di RPH Cakung dilakukan dengan pendekatan yang meliputi (Anonim, 2011):

Pengurangan limbah pada sumbernya

Pendayagunaan limbah dengan memanfaatkan hasil sampingnya

Pengurangan Limbah Pada Sumbernya

Pendayagunaan limbah dengan memanfaatkan hasil sampingnya Adapun mekanisme tegnologi bersih:

(9)

Sumber:

Anonim, 2011. Penerapan Tegnologi Bersih di Rumah Potong Hewan.

http://produksibersih.wordpress.com/tag/rumah-potong-hewan/ . diakses: 19 Oktober 2011 Pukul 15.00 WIB.

Kusnoputranto, H. 1985. Kesehatan Lingkungan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Indonesia, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Said, Nusa Idaman. 2007. Instalansi Pengolahan Limbah Rumah Potong Hewan Kapasitas 400 M3 per Hari. Direktorat Tegnologi Lingkungan. Jakarta.

7. Hasil dari Pengolahan Limbah

Pendayagunaan limbah adalah teknik pengelolaan limbah hasil proses industri dengan cara memanfaatkan hasil produk atau hasil sampingnya dalam berbagai bentuk/cara seperti limbah di gunakan sebagai bahan baku proses produksi lain menjadi suatu produk yang bermanfaat. RPH pada umunya dalam pendayagunaan limbah cair dan limbah padatnya menggunakan cara biologi, karena diharapkan akan adanya pemanfaatan limbah cair yang dapat digunakan sebagai energi alternatif serta dihasilkannya kompos dari proses limbah padat.

Proses pendayagunaan limbah cair RPH dilakukan secara biologi dengan sistem anaerobik menggunakan reaktor tipe Fixed Bed. Proses dimulai dimulai dengan pemisahan limbah padat yang kasar dengan menggunakan penyaring otomatis dengan tujuan untuk melindungi pompa dari padatan kasar yang mungkin akan menyumbat pompa. Limbah cair

(10)

yang keluar dari saringan kasar dialirkan langsung menuju penampung dan selanjutnya dialirkan ke atas saringan halus. Limbah cair yang keluar dari saringan dialirankan menuju tangki pencampuran dan penyimpanan, sedangkan limbah padat yang terbuang ditampung pada tempat penampungan.

Limbah cair dari tangki penampung dialirkan dengan pompa ke dalam tangki pengendapan/sedimentasi. Endapan lumpur padatan organik dipompa ke penampung lumpur yang lebih padat Limbah cair yang sudah dipisahkan akan dialirkan ke dalam dua unit Fixed Bed reaktor pengolahan limbah cair anaerobik melalui stasiun pompa. Fungsi pengolahan anaerobik ini adalah untuk mendegradasi bahan organik di limbah cair dan merubah bahan organik yang terdegradasi menjadi biogas. Kemudian gas yang dihasilkan oleh proses reaktor anaerobik disimpan dalam penampungan gas, pengisian gas akan dilakukan secara otomatis dengan sistim tekanan yang kemudian dialirkan untuk menjalankan generator dengan tenaga listrik kurang lebih 70 KW, diperkirakan akan dihasilkan gas sebanyak 757 m3 per hari dengan kandungan gas metana 76,5 %. Energi yang dihasilkan dalam bentuk biogas akan digunakan energi listrik untuk menjalankan keseluruhan proses pendayagunaan limbah cair dan limbah padat.

Gambar 2. Skema Diagram Alir dari Limbah Cair dan Limbah Padat.

Gambar 3. Tangki pencampuran dan sedimentasi awal sebelum limbah cair dimasukkan ke reaktor anaerobik.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan remaja pedesaan lebih terbuka dan tidak membeda bedakan , Dari aspek menolong pada remaja kota dan desa terdapat perbedaan, untuk remaja yang berada di desa

Dalam hal ini, likuiditas saham diproksikan dengan besarnya aktivitas volume perdagangan atau trading volume activity (TVA) saham di sekitar kejadian pengumuman

Dari sembilan varietas beras pecah kulit yang diuji diperoleh hasil bahwa secara umum beras lokal Bogor dan beras IR 64 Parung banteng memiliki ketahanan yang lebih

Dari hasil analisis dan penilaian diatas dapat disimpulkan bahwa probabilitas > 0'05' maka Ho diterima' Sehingga disimpulkan bahwa Rata - rata motivasi kerja dosen

Tujuan penelitian dalam penulisan tesis ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis perlindungan hukum pembeli lelang yang beritikad baik atas lelang yang dinyatakan

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dimana disetiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan,

Kegiatan ‘kritik karya’ dalam arsitektur pada dasarnya hanya dapat dilakukan oleh kalangan profesional arsitek dan profesional terkait bidang arsitektur lain, yang didalam melakukan

JUDUL : PAGI INI DI JALAN MALIOBORO JALAN SEHAT HARI DIABETES SEDUNIA. MEDIA