EVALUASI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA
PENGOMPOSAN LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN
(Kasus pada PD Dharma Jaya, Cakung, Jakarta Timur)
SKRIPSI
LENNY MAYA SOFA R
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
RINGKASAN
LENNY MAYA SOFA R. D34102063. 2006. Evaluasi Kelayakan Finansial
Usaha Pengomposan Limbah Rumah Potong Hewan (Kasus pada PD Dharma Jaya, Cakung, Jakarta Timur). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc. Agr. Pembimbing Anggota : Ir. Ujang Sehabudin.
Salah satu komponen yang termasuk dalam mata rantai penyediaan daging bagi masyarakat adalah Rumah Potong Hewan (RPH). Rumah Potong Hewan (RPH) mempunyai dampak terhadap lingkungan, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak negatif yang paling besar dari keberadaan RPH ini adalah adanya limbah.
Salah satu cara yang dilakukan pihak RPH untuk mengatasi limbah kotoran adalah dengan melakukan pengomposan. Usaha pengomposan ini membutuhkan biaya terutama untuk investasi dan peralatannya. Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) mengetahui sistem pengomposan limbah RPH yang dilakukan oleh PD Dharma Jaya, 2) menganalisis kelayakan usaha secara finansial dengan menggunakan kriteria NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period, 3) menganalisis sensitivitas usaha pengomposan di PD Dharma Jaya terhadap perubahan-perubahan indikator ekonomi.
Penelitian ini merupakan studi kasus. Data diambil di PD Dharma Jaya Cakung Jakarta Timur dan di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta. Pengambilan data dilakukan dengan cara mewawancarai kepala bagian pupuk dan beberapa karyawan pada bagian pupuk. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 6 Maret-6 April 2006. Analisis data menggunakan analisis deskriptif, analisis finansial dan analisis sensitivitas.
Usaha pengomposan limbah RPH merupakan usaha sampingan yang cukup menguntungkan bagi PD Dharma Jaya. Limbah yang dihasilkan mencapai 15,2 ton/hari. Proses pengomposan di PD Dharma Jaya dilakukan dengan menggunakan sistem open window sehingga proses aerasi terjadi secara alami. Proses pengomposan ini berlangsung selama 6 sampai 8 minggu. Dari 15,2 ton limbah dihasilkan kompos matang sebanyak 7,6 ton karena adanya penyusutan selama proses pengomposan yaitu sebanyak 50%. Kemudian dilakukan penyaringan (kompos halus dan kasar). Dari hasil penyaringan diperoleh perbandingan 4:1 antara kompos halus dan kompos kasar. Pada akhirnya diperoleh kompos halus sebanyak 6,08 ton (80%) dari kompos matang.
260/kg, sehingga diperolah penerimaan rata-rata dari penjualan kompos sebesar Rp 431.720.000/tahun.
Berdasarkan hasil perhitungan NPV dengan proyeksi 15 tahun (berdasarkan umur ekonomis sebagian besar peralatan) usaha pengomposan ini layak pada tingkat diskonto 3%. Tingkat diskonto 3% merupakan suku pinjaman lunak karena sebagian besar investasi (90%) merupakan hibah yang diberikan pemerintah Jerman melalui kerjasama dengan BPPT. Hal ini ditunjukkan dengan nilai NPV yang positif yaitu Rp 228.071.228,20 pada tingkat diskonto tersebut. Nilai IRR lebih dari tingkat diskonto yang diujikan yaitu sebesar 5,34%. Net B/C pada tingkat diskonto tersebut juga lebih dari satu, yaitu 1,14 yang menunjukkan bahwa net benefit yang positif atau net benefit lebih besar daripada net benefit yang negatif atau net costs. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, usaha pengomposan di PD Dharma Jaya layak pada kenaikan harga pengemasan sebesar 5% dan kenaikan biaya tenaga kerja sebesar 20%.
ABSTRACT
The Financial Feasibility Evaluation of Composting Business on Slaughterhouse Waste (The Case in Dharma Jaya, PD, Cakung, East Jakarta).
Rachmat, Lenny. M. S., S. Mulatsih and U. Sehabudin
Slaughterhouse is one of the components of meat supplying cycle for society. It has impacts on the environment, either positive or negative. The biggest negative impact of the existing of slaughterhouse is waste. Business of waste composting of the slaughterhouse is profitable enough for PD Dharma Jaya. The waste that is produced can reach 15.2 ton per day. The composting process in PD Dharma Jaya is done by using open window system, therefore the aerate system occured naturally. The composting process persisted for six to eight weeks. It obtains 7.6 ton ripe compost from 15.2 ton waste because during the composting process, there is 50% of reduction. The filtering process is done afterwards the composting process (between rough and soft compost). It produced 4:1 of proportion for rough and soft compost. At the final process, it obtains 6.08 ton or 80% of soft compost of 7.6 ton waste. The average of the production for the last three years (from 2003 up to 2005) is 1,004 ton per year with the assumption of 300 work days per year. From that production, 502 ton or 50% of it is sold to the business partners on the bulk form. The remains are packed in sacks amo unted to 502 ton or equal with 14,342 sacks. The package compost is sold to markets at the price of 600 rupiahs per kg, while the price of the bulk forms to the partners is 260 rupiahs per kg only, therefore the average of the revenue from selling compost is 431,720,000 per year. Based on the NPV calculation with 15 years projection, the composting business is feasible on 3% of discount rate. It is shown by the positive value of NPV, that is 228.071.228,20 rupiahs on that discount rate. The IRR value is more than the tested discount rate, that is 5,34%. The Net B/C on that discount rate is more than one, that is 1.14. It shows that positive net benefit is more than the negative net benefit. Based on the sensitivity analysis, the composting of slaughterhouse in Cakung, East Jakarta, is feasible on the increase of of price of the packed amounted to 5% and the increase of the labour amounted to 20%.
EVALUASI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA
PENGOMPOSAN LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN
(Kasus pada PD Dharma Jaya, Cakung, Jakarta Timur)
LENNY MAYA SOFA R
D34102063
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
EVALUASI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA
PENGOMPOSAN LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN
(Kasus pada PD Dharma Jaya, Cakung, Jakarta Timur)
Oleh
LENNY MAYA SOFA R
D34102063
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 31 Juli 2006
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc, Agr. Ir. Ujang Sehabudin
NIP. 131 849 397 NIP. 132 062 246
Dekan
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 02 Juni 1984. Penulis adalah
anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Rachmat Ilahi dan Ibu
Suciningsih.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1996 di SDN
Rengas, penulis melanjutkan sekolah ke SLTPN 1 Ciputat dan lulus pada tahun
1999. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah ke Madrasah Aliyah
Negeri 4 (MAN 4) Pondok Pinang, Jakarta Selatan dan lulus pada tahun 2002. Pada
tahun tersebut penulis juga diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Program Studi Sosial Ekonomi
Peternakan, Fakultas Peternakan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan
yaitu HIMASEIP. Penulis menjadi anggota HIMASEIP pada tahun 2003/2004 dan
berada di bawah Departemen Kesekretariatan. Penulis juga pernah menjabat sebagai
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat, kekuatan, kemudahan serta jalan keluar dari setiap masalah yang penulis
hadapi sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.
Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Skripsi yang berjudul Evaluasi Kelayakan Finansial Usaha Pengomposan
Limbah Rumah Potong Hewan (Kasus pada PD Dharma Jaya, Cakung, Jakarta
Timur) dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem
pengomposan limbah RPH di PD Dharma Jaya, mengkaji apakah usaha
pengomposan limbah RPH layak jika dilihat dari aspek finansial dan mengkaji
sensitivitas kelayakan usaha pengomposan limbah RPH terhadap perubahan
indikator- indikator ekonomi.
Skripsi ini diharapkan dapat berguna khususnya bagi penulis sebagai latihan
akademik academic exercise, berguna bagi PD Dharma Jaya untuk menentukan langkah-langkah yang tepat dalam mengelola perusahaan dan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi pada usaha pengomposan
limbah di RPH lain.
Akhir kata, penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini tidaklah sempurna,
masih banyak kekurangan pada skripsi ini baik dalam hal panyajian maupun isi, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga
skripsi ini bisa bermanfaat baik bagi penulis ataupun semua pihak yang
membutuhkan. Penulis berharap skripsi ini merupakan salah satu karya terbaik yang
bisa penulis persembahkan terutama untuk keluarga tercinta. Amin.
Bogor, Juli 2006
DAFTAR ISI
Rumah Potong Hewan dan Limbah Rumah Potong Hewan ... 5
Teknik Pengomposan ... 7
Biaya dan Manfaat ... 11
Kelayakan Finansial ... 12
Analisis Sensitivitas ... 13
Kelayakan Usaha ... 13
METODE PENELITIAN ... 15
Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15
Data dan Metode Pengambilan Data ... 15
Pengolahan dan Analisis Data ... 15
Batasan Istilah ... 18
Asumsi-asumsi yang Digunakan ... 19
KEADAAN UMUM LOKASI ... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23
Proses Pengomposan Limbah Padat PD Dharma Jaya ... 23
Karakteristik Kompos PD Dharma Jaya ... 25
Pemasaran Kompos ... 26
Analisis Biaya dan Manfaat ... 27
Input dan Biaya Usaha Pengomposan ... 27
Analisis Manfaat ... 31
Analisis Sensitivitas ... 32
KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
Kesimpulan ... 34
Saran ... 35
UCAPAN TERIMAKASIH ... 36
DAFTAR PUSTAKA ... 37
EVALUASI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA
PENGOMPOSAN LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN
(Kasus pada PD Dharma Jaya, Cakung, Jakarta Timur)
SKRIPSI
LENNY MAYA SOFA R
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
RINGKASAN
LENNY MAYA SOFA R. D34102063. 2006. Evaluasi Kelayakan Finansial
Usaha Pengomposan Limbah Rumah Potong Hewan (Kasus pada PD Dharma Jaya, Cakung, Jakarta Timur). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc. Agr. Pembimbing Anggota : Ir. Ujang Sehabudin.
Salah satu komponen yang termasuk dalam mata rantai penyediaan daging bagi masyarakat adalah Rumah Potong Hewan (RPH). Rumah Potong Hewan (RPH) mempunyai dampak terhadap lingkungan, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak negatif yang paling besar dari keberadaan RPH ini adalah adanya limbah.
Salah satu cara yang dilakukan pihak RPH untuk mengatasi limbah kotoran adalah dengan melakukan pengomposan. Usaha pengomposan ini membutuhkan biaya terutama untuk investasi dan peralatannya. Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) mengetahui sistem pengomposan limbah RPH yang dilakukan oleh PD Dharma Jaya, 2) menganalisis kelayakan usaha secara finansial dengan menggunakan kriteria NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period, 3) menganalisis sensitivitas usaha pengomposan di PD Dharma Jaya terhadap perubahan-perubahan indikator ekonomi.
Penelitian ini merupakan studi kasus. Data diambil di PD Dharma Jaya Cakung Jakarta Timur dan di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta. Pengambilan data dilakukan dengan cara mewawancarai kepala bagian pupuk dan beberapa karyawan pada bagian pupuk. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 6 Maret-6 April 2006. Analisis data menggunakan analisis deskriptif, analisis finansial dan analisis sensitivitas.
Usaha pengomposan limbah RPH merupakan usaha sampingan yang cukup menguntungkan bagi PD Dharma Jaya. Limbah yang dihasilkan mencapai 15,2 ton/hari. Proses pengomposan di PD Dharma Jaya dilakukan dengan menggunakan sistem open window sehingga proses aerasi terjadi secara alami. Proses pengomposan ini berlangsung selama 6 sampai 8 minggu. Dari 15,2 ton limbah dihasilkan kompos matang sebanyak 7,6 ton karena adanya penyusutan selama proses pengomposan yaitu sebanyak 50%. Kemudian dilakukan penyaringan (kompos halus dan kasar). Dari hasil penyaringan diperoleh perbandingan 4:1 antara kompos halus dan kompos kasar. Pada akhirnya diperoleh kompos halus sebanyak 6,08 ton (80%) dari kompos matang.
260/kg, sehingga diperolah penerimaan rata-rata dari penjualan kompos sebesar Rp 431.720.000/tahun.
Berdasarkan hasil perhitungan NPV dengan proyeksi 15 tahun (berdasarkan umur ekonomis sebagian besar peralatan) usaha pengomposan ini layak pada tingkat diskonto 3%. Tingkat diskonto 3% merupakan suku pinjaman lunak karena sebagian besar investasi (90%) merupakan hibah yang diberikan pemerintah Jerman melalui kerjasama dengan BPPT. Hal ini ditunjukkan dengan nilai NPV yang positif yaitu Rp 228.071.228,20 pada tingkat diskonto tersebut. Nilai IRR lebih dari tingkat diskonto yang diujikan yaitu sebesar 5,34%. Net B/C pada tingkat diskonto tersebut juga lebih dari satu, yaitu 1,14 yang menunjukkan bahwa net benefit yang positif atau net benefit lebih besar daripada net benefit yang negatif atau net costs. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, usaha pengomposan di PD Dharma Jaya layak pada kenaikan harga pengemasan sebesar 5% dan kenaikan biaya tenaga kerja sebesar 20%.
ABSTRACT
The Financial Feasibility Evaluation of Composting Business on Slaughterhouse Waste (The Case in Dharma Jaya, PD, Cakung, East Jakarta).
Rachmat, Lenny. M. S., S. Mulatsih and U. Sehabudin
Slaughterhouse is one of the components of meat supplying cycle for society. It has impacts on the environment, either positive or negative. The biggest negative impact of the existing of slaughterhouse is waste. Business of waste composting of the slaughterhouse is profitable enough for PD Dharma Jaya. The waste that is produced can reach 15.2 ton per day. The composting process in PD Dharma Jaya is done by using open window system, therefore the aerate system occured naturally. The composting process persisted for six to eight weeks. It obtains 7.6 ton ripe compost from 15.2 ton waste because during the composting process, there is 50% of reduction. The filtering process is done afterwards the composting process (between rough and soft compost). It produced 4:1 of proportion for rough and soft compost. At the final process, it obtains 6.08 ton or 80% of soft compost of 7.6 ton waste. The average of the production for the last three years (from 2003 up to 2005) is 1,004 ton per year with the assumption of 300 work days per year. From that production, 502 ton or 50% of it is sold to the business partners on the bulk form. The remains are packed in sacks amo unted to 502 ton or equal with 14,342 sacks. The package compost is sold to markets at the price of 600 rupiahs per kg, while the price of the bulk forms to the partners is 260 rupiahs per kg only, therefore the average of the revenue from selling compost is 431,720,000 per year. Based on the NPV calculation with 15 years projection, the composting business is feasible on 3% of discount rate. It is shown by the positive value of NPV, that is 228.071.228,20 rupiahs on that discount rate. The IRR value is more than the tested discount rate, that is 5,34%. The Net B/C on that discount rate is more than one, that is 1.14. It shows that positive net benefit is more than the negative net benefit. Based on the sensitivity analysis, the composting of slaughterhouse in Cakung, East Jakarta, is feasible on the increase of of price of the packed amounted to 5% and the increase of the labour amounted to 20%.
EVALUASI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA
PENGOMPOSAN LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN
(Kasus pada PD Dharma Jaya, Cakung, Jakarta Timur)
LENNY MAYA SOFA R
D34102063
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
EVALUASI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA
PENGOMPOSAN LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN
(Kasus pada PD Dharma Jaya, Cakung, Jakarta Timur)
Oleh
LENNY MAYA SOFA R
D34102063
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 31 Juli 2006
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc, Agr. Ir. Ujang Sehabudin
NIP. 131 849 397 NIP. 132 062 246
Dekan
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 02 Juni 1984. Penulis adalah
anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Rachmat Ilahi dan Ibu
Suciningsih.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1996 di SDN
Rengas, penulis melanjutkan sekolah ke SLTPN 1 Ciputat dan lulus pada tahun
1999. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah ke Madrasah Aliyah
Negeri 4 (MAN 4) Pondok Pinang, Jakarta Selatan dan lulus pada tahun 2002. Pada
tahun tersebut penulis juga diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Program Studi Sosial Ekonomi
Peternakan, Fakultas Peternakan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan
yaitu HIMASEIP. Penulis menjadi anggota HIMASEIP pada tahun 2003/2004 dan
berada di bawah Departemen Kesekretariatan. Penulis juga pernah menjabat sebagai
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat, kekuatan, kemudahan serta jalan keluar dari setiap masalah yang penulis
hadapi sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.
Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Skripsi yang berjudul Evaluasi Kelayakan Finansial Usaha Pengomposan
Limbah Rumah Potong Hewan (Kasus pada PD Dharma Jaya, Cakung, Jakarta
Timur) dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem
pengomposan limbah RPH di PD Dharma Jaya, mengkaji apakah usaha
pengomposan limbah RPH layak jika dilihat dari aspek finansial dan mengkaji
sensitivitas kelayakan usaha pengomposan limbah RPH terhadap perubahan
indikator- indikator ekonomi.
Skripsi ini diharapkan dapat berguna khususnya bagi penulis sebagai latihan
akademik academic exercise, berguna bagi PD Dharma Jaya untuk menentukan langkah-langkah yang tepat dalam mengelola perusahaan dan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi pada usaha pengomposan
limbah di RPH lain.
Akhir kata, penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini tidaklah sempurna,
masih banyak kekurangan pada skripsi ini baik dalam hal panyajian maupun isi, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga
skripsi ini bisa bermanfaat baik bagi penulis ataupun semua pihak yang
membutuhkan. Penulis berharap skripsi ini merupakan salah satu karya terbaik yang
bisa penulis persembahkan terutama untuk keluarga tercinta. Amin.
Bogor, Juli 2006
DAFTAR ISI
Rumah Potong Hewan dan Limbah Rumah Potong Hewan ... 5
Teknik Pengomposan ... 7
Biaya dan Manfaat ... 11
Kelayakan Finansial ... 12
Analisis Sensitivitas ... 13
Kelayakan Usaha ... 13
METODE PENELITIAN ... 15
Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15
Data dan Metode Pengambilan Data ... 15
Pengolahan dan Analisis Data ... 15
Batasan Istilah ... 18
Asumsi-asumsi yang Digunakan ... 19
KEADAAN UMUM LOKASI ... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23
Proses Pengomposan Limbah Padat PD Dharma Jaya ... 23
Karakteristik Kompos PD Dharma Jaya ... 25
Pemasaran Kompos ... 26
Analisis Biaya dan Manfaat ... 27
Input dan Biaya Usaha Pengomposan ... 27
Analisis Manfaat ... 31
Analisis Sensitivitas ... 32
KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
Kesimpulan ... 34
Saran ... 35
UCAPAN TERIMAKASIH ... 36
DAFTAR PUSTAKA ... 37
DAFTAR TABEL
Jumlah dan Jenis RPH di Indonesia Tahun 2002 ...
Standar Kualitas Kompos Menurut Bank Dunia (Persyaratan Minimum Bagi Program Subsidi Kompos) ...
Bahan Baku Kompos dengan C/N-nya ...
Komposisi Kompos PD Dharma Jaya ...
Harga dan Jumlah Permintaan Kompos ……….
Komposisi Limbah Padat PD Dharma Jaya ………....
Biaya Investasi Usaha Pengomposan PD Dharma Jaya ...
Biaya Operasional Usaha Pengomposan PD Dharma Jaya ...
Jumlah Produksi Kompos Selama Tahun 2003-2005 ...
Rata-rata Penerimaan dari Penjualan Kompos ………...
Nilai Kelayakan Finansial Usaha Pengomposan
PD Dharma Jaya ...
Nilai Sensitivitas Usaha Pengomposan PD Dharma Jaya...
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Bagan Kerangka Pemikiran ...
Proses Pemotongan Hewan di RPH Beserta Hasil
Sampingannya ...
Proses Pengomposan Open Window ... Proses Pengomposan Limbah Padat PD Dharma Jaya...
Saluran Pemasaran Kompos di PD Dharma Jaya...
Wheel-loader ...
Compost Turning Machine ...
Compost Screen machine ...
4
6
23
25
27
28
29
DAFTAR LAMPIRAN
Biaya Operasional Usaha Pengomposan PD Dharma Jaya ...
Daftar Pertanyaan ...
Daftar Aktiva Tetap dan Penyusutan ...
Analisis Biaya dan Manfaat Usaha Pengomposan PD Dharma Jaya pada Tingkat Diskonto 3% (Rupiah) ...
Analisis Biaya dan Manfaat Usaha Pengomposan PD Dharma Jaya Saat Terjadi Kena ikan Biaya Pengemasan 5%
(Rupiah) ………...
Analisis Biaya dan Manfaat Usaha Pengomposan PD Dharma Jaya Saat Terjadi Kenaikan Biaya Tenaga Kerja 20%
(Rupiah) ………...
Analisis Biaya dan Manfaat Usaha Pengomposan PD Dharma Jaya Saat Terjadi Kenaikan Biaya Pengemasan 5% dan Biaya Tenaga Kerja 20% (Rupiah) ………...
Analisis Biaya dan Manfaat Usaha Pengomposan PD Dha rma Jaya pada Tingkat Diskonto 16% (Rupiah) ...
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu komponen yang termasuk dalam mata rantai penyediaan daging
bagi masyarakat adalah Rumah Potong Hewan (RPH). Rumah Potong Hewan (RPH)
mempunyai dampak terhadap lingkungan, baik dampak positif maupun dampak
negatif. Dampak negatif yang paling besar dari keberadaan RPH ini adalah adanya
limbah.
Limbah RPH terdiri dari limbah cair dan limbah padat yang berasal dari
kotoran, sisa pakan, darah, isi rumen serta serpihan daging dan lemak yang terbuang
bersama air cucian ruang proses. Limbah RPH memiliki konotasi negatif
di masyarakat dan cenderung dijauhi. Limbah RPH dapat menyebabkan masalah
pencemaran lingkungan, seperti : menjadi sumber bau yang tidak sedap,
mengganggu estetika dan mencemari perairan. Oleh karena itu, keberadaan RPH
harus ditunjang dengan teknologi pengolahan limbah. Limbah padat RPH dapat
digunakan sebagai sumber nutrisi tumbuhan, diantaranya dengan mengubah limbah
RPH menjadi kompos. Pembuatan kompos juga sesuai dengan program pemerintah
yaitu bertanam organik tahun 2010.
Limbah padat RPH merupakan bahan baku kompos yang memiliki
perbandingan kadar karbon dan nitrogen yang optimal, porositas bahannya baik,
ukuran partikel dan kadar airnya optimal, memperbaiki sifat fisik tanah, memelihara
dan mempertahankan fertilitas tanah, serta bebas bahan beracun berbahaya (B3).
Limbah padat RPH di PD Dharma Jaya telah diolah menjadi kompos dengan
menggunakan peralatan yang berteknologi tinggi. Pemanfaatan teknologi
pengomposan ini mendatangkan dua keuntungan sekaligus yaitu dapat
terpecahkannya dampak negatif yang diakibatkan oleh limbah tersebut dan
terproduksinya barang komersial berupa pupuk kompos yang dapat memberikan
tambahan penghasilan.
Teknologi yang digunakan oleh PD Dharma Jaya adalah teknologi yang
membutuhkan biaya investasi tinggi. Biaya investasi ini diperoleh dari hibah yang
diberikan pemerintah Jerman melalui kerjasama dengan Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT). Agar usaha pengomposan ini bisa terus berlanjut,
finansial. Analisis finansial ini dilakukan untuk melihat tingkat keuntungan dari
investasi. Selain itu, dilakukan juga analisis sensitivitas untuk melihat faktor- faktor
apa saja yang sangat berpengaruh terhadap usaha pengomposan di PD Dharma Jaya.
Perumusan Masalah
Berdasarkan kondisi diatas, maka terdapat beberapa permasalahan yang
menjadi kajian utama penelitian ini, yaitu :
1. bagaimana sistem pengomposan limbah RPH yang dilakukan oleh PD Dharma
Jaya?
2. bagaimana kelayakan usaha pengomposan limbah RPH dilihat dari aspek
finansial?
3. bagaimana sensitivitas kelayakan usaha pengomposan limbah RPH terhadap
perubahan indikator- indikator ekonomi?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. mengetahui sistem pengomposan limbah RPH di PD Dharma Jaya.
2. mengkaji apakah usaha pengomposan limbah RPH layak jika dilihat dari aspek
finansial.
3. mengkaji sensitivitas kelayakan usaha pengo mposan limbah RPH terhadap
perubahan indikator- indikator ekonomi.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :
1. Peneliti sebagai latihan akademik academic exercise yang merupakan syarat untuk ujian Sarjana dan sebagai referensi penelitian lebih lanjut dengan tema
serupa.
2. PD Dharma Jaya dalam menentukan langkah- langkah yang tepat dalam
mengelola perusahaan.
3. Rumah Potong Hewan lainnya sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
KERANGKA PEMIKIRAN
Hasil sampingan yang dikeluarkan RPH adalah limbah, baik limbah padat
ataupun limbah cair. Limbah padat yang dihasilkan antara lain feses, isi rumen dan
sisa pakan. Sedangkan limbah cair yang dihasilkan berupa air cucian jeroan, darah
dan air cucian kandang. Proses pengolahan limbah ini sangat penting mengingat
bahwa limbah dapat menjadi sumber pencemaran lingkungan jika tidak diolah
dengan baik dan benar.
PD Dharma Jaya, yang mengelola RPH Cakung telah memiliki teknologi
pengolahan limbah RPH sejak tahun 2002. Teknologi tersebut membutuhkan biaya
investasi yang tinggi, sebaliknya dari kegiatan pengolahan diperoleh manfaat baik itu
secara ekonomi maupun finansial. Secara ekonomi usaha pengomposan ini
memberikan manfaat dalam hal penyerapan tenaga kerja an pengurangan dampak
negatif dari limbah RPH (pencemaran lingkungan). Sedangkan secara finansial usaha
ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa keuntungan bagi PD Dharma Jaya.
Manfaat yang diperoleh idealnya lebih besar dari investasi yang dikeluarkan
agar dalam jangka panjang usaha pengomposan tersebut bisa bertahan atau tetap
layak. Untuk itu diperlukan kajian kelayakan investasi, salah satunya adalah
kelayakan finansial. Dengan uji ini dapat diketahui apakah kegiatan pengomposan
limbah tersebut menghasilkan keuntungan atau tidak serta layak untuk terus
dijalankan atau tidak. Selain uji kelayakan finansial, dilakukan juga uji sensitivitas
untuk melihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap usaha pengomposan di PD
Keterangan : ruang lingkup penelitian Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
PD Dharma Jaya
Daging Limbah Tidak
Diolah
Mencemari Lingkungan
Diolah
Mengurangi Pencemaran Lingkungan
Memiliki Nilai Jual Membutuhkan
Biaya (Investasi)
Manfaat/ Benefit Analisis
Kelayakan Finansial (NPV,IRR,Net
B/C dan Pp)
Analisis Sensitivitas
Layak/tidak layak
TINJAUAN PUSTAKA
Rumah Potong Hewan dan Limbah Rumah Potong Hewan
Rumah Potong Hewan (RPH) adalah tempat yang didesain khusus sebagai
sarana penyedia kebutuhan masyarakat akan daging yang sehat, higienis dan aman
untuk dikonsumsi (Wahyono et al., 2003). Pada tahun 2002, di Indonesia terdapat 988 buah RPH dan 622 diantaranya berada di Jawa-Bali. Menurut golongannya RPH
dibedakan menjadi tiga yaitu tipe A (jumlah pemotongan lebih dari 100 ekor
ternak/hari), tipe B (50-100 ekor ternak/hari) dan tipe C (5-10 ekor ternak/hari).
Jumlah dan tipe RPH di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1 terlihat
bahwa hampir semua RPH yang memiliki kapasitas potong di atas 50 ekor ternak
/hari berada di Jawa-Bali (Wahyono et al., 2003).Berdasarkan Tabel 1, RPH Cakung merupakan RPH tipe A (jumlah pemotongan lebih dari 100 ekor ternak/hari) dan
memiliki kapasitas kandang 2000 ekor.
Tabel 1. Jumlah dan Jenis RPH di Indonesia Tahun 2002
Propinsi RPH (Sapi) RPH (Babi) RPH (Ayam) Jumlah
Menurut Wahyono et al., (2003) dan Irfan (2000), dari aktivitas pemotongan ternak, selain dihasilkan daging, RPH juga menghasilkan produk sampingannya
berupa limbah padat dan cair yang berasal dari kotoran ternak, isi rumen, sisa pakan,
darah dan serpihan daging dan lemak yang terlontar. Gambar 2 menunjukkan proses
pemotongan hewan di RPH beserta hasil sampingannya. Penumpukan limbah di
tempat terbuka menimbulkan bau busuk akibat terbentuknya gas amonia dan
hidrogen sulfida. Kondisi limbah yang basah dan berbau tersebut juga mengundang
Limbah peternakan yang berupa kotoran dan sisa pakan dapat menurunkan
mutu lingkungan dan menggangu kesehatan masyarakat. Kotoran ternak yang
tercecer akan terbawa oleh aliran air hujan ke daerah-daerah yang lebih rendah dan
selanjutnya akan menyebarkan penyakit (Setiawan, 1996).
Gambar 2. Proses Pemotongan Hewan di RPH Beserta Hasil Sampingannya Sumber : Ensmingers, 1991
Widarto dan Suryanta (1995) menyatakan perairan secara alamiah memiliki
daya purifikasi tersendiri yang mampu mengubah bahan-bahan organik berkat adanya bakteri aerobik. Limbah yang mengandung bahan-bahan organik tersebut
akan terurai, namun bila tingkat pencemarannya terlalu tinggi akan berbahaya bagi
biota air. Peningkatan jumlah polutan menyebabkan penambahan populasi bakteri
pengurai limbah, akan tetapi pada suatu tingkatan tertentu aktivitasnya cenderung
menurun sejalan dengan makin terbatasnya oksigen (O2). Selanjutnya timbul gas
Sapi
Isi lambung dan usus
beracun seperti : amonia, hidrogen sulfida, metan, amina, merkaptan, sulfida, dan
disulfida.
Penggunaan kotoran ternak untuk pupuk sudah lama dilakukan dan
penggunaanya sudah meluas. Selanjutnya dikatakan bahwa kotoran ternak yang
dimanfaatkan sebagai pupuk dapat menyuburkan tanah, yang akan mempengaruhi
sifat tanah antara lain, memudahkan penyerapan air hujan, memperbaiki kemampuan
tanah dalam mengikat air, mengurangi erosi, memberikan lingkungan tumbuh yang
baik bagi kecambah biji dan akar serta merupakan sumber unsur hara tanaman
(Setiawan, 1998).
Teknik Pengomposan
Kompos adalah pupuk campuran yang berasal dari bahan-bahan organik yang
telah mengalami proses sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan menjadi bahan
yang mempunyai perbandingan C/N yang rendah mendekati C/N tanah (Gumelar,
2002). Sedangkan menurut Murbandono (2001), kompos adalah bahan-bahan
organik (sampah organik) yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya
interaksi antara mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang ada didalamnya.
Menurut Wahyono (1998), secara ilmiah kompos mempunyai fungsi sebagai
soil conditioner yang mengandung unsur hara seperti nitrogen, fosfor dan kalium, serta mineral penting yang dibutuhkan tanaman. Fungsi ini akan memperbaiki
struktur serta tekstur lahan kritis, meningkatkan porositas aerasi dan dekomposisi
mikroorganisme tanah. Selain itu menurut Murbandono (2001), penggunaan kompos
sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu : (1)
menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman; (2) menggemburkan tanah; (3)
memudahkan pertumbuhan akar tanaman; (4) meningkatkan daya ikat tanah terhadap
air dan (5) menyimpan air tanah lebih banyak.
Bahan organik yang sudah dikomposkan dengan baik akan memperkaya
bahan makanan untuk tanaman, karena memiliki kandungan unsur hara yang lebih
tinggi daripada bahan kering biasa dan berperan memperbaiki struktur tanah. Aerasi
di dalam tanah menjadi lancar, karena kompos mampu membuat agregat atau butiran
tanah menjadi besar dan mampu menampung air di dalam butiran-butirannya
Menurut Salundik (2000), Pengomposan composting, adalah suatu cara
biokonversi bahan organik dengan bantuan mikroorganisme menjadi bahan yang bernilai guna sebagai pupuk tanaman. Dalam pengertian modern, pengomposan
adalah proses penguraian limbah padat organik menjadi materi yang stabil oleh
mikroorganisme dalam kondisi terkendali (Wahyono et al., 2003). Tidak jauh berbeda dengan dua pengertian di atas, pengomposan menurut Wikipedia Indonesia
(2006) merupakan penguraian dan pemantapan bahan-bahan organik secara biologis
dalam temperatur tinggi thermophilic dengan hasil akhir berupa bahan yang cukup bagus untuk diaplikasikan ke tanah.
Mengingat banyak perubahan yang terjadi di dalam timbunan bahan kompos,
maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi pengomposan.
a. Rasio C/N
Rasio C/N untuk proses pengomposan tidak lebih dari 30. Bila C/N terlalu kecil
atau kurang dari 20 akan memperlambat proses pengomposan yang
mengakibatkan peningkatan kehilangan nitrogen dengan cara denitrifikasi (Miner
et al., 2000). b. Mikroba Perombak
Proses pengomposan akan lebih cepat denga n adanya aktivitas mikroba yang
dapat merombak bahan organik. Selama pengomposan populasi mikroorganisme
mengalami fluktuasi mikroorganisme yang dominan pada temperatur 10-450C,
yang kemudian disebut mikroorganisme mesophilik dan mikroorganisme yang
hidup pada temperatur 45-670C disebut mikroorganisme thermophilik (Kelling et al., 1996).
c. Kadar air dan Aerasi
Kadar air yang optimal tergantung dari bahan dasar yang digunakan untuk
pengomposan, yaitu berkisar antara 60-65% (Yang, 1997). Sedangkan untuk
kebutuhan aerasi tergantung dari proses pengomposan yang berlangsung. Aerasi
yang cukup akan memperlancar proses pengomposan (Gaur, 1983).
d. Ukuran Bahan
Bahan yang berukuran lebih kecil akan lebih cepat terdekomposisi melalui
peningkatan luas permukaan kontaminasi untuk aktivitas mikroba perombak.
diperlukan serta karbondioksida yang dihasilkan (Gaur, 1981). Selanjutnya
Indriani (2002), menambahkan bahwa ukuran cacahan yang baik berkisar antara
1-5 cm.
e. Suhu
Menurut Indriani (2002), suhu optimal adalah 30-500C. Bila suhu terlalu tinggi
maka mikroorganisme akan mati. Sebaliknya jika suhu terlalu rendah,
mikroorganisme belum dapat bekerja.
f. Keasaman (pH)
Nilai pH permulaan dalam tumpukan kompos pada umumnya asam sampai
netral, yaitu sekitar 6,5-7,5 (Indriani, 2002).
g. Penggunaan Inokulum sebagai Aktivator
Aktivator adalah setiap zat atau bahan yang dapat mempercepat dekomposisi
bahan organik dalam tumpukan kompos. Berdasarkan hasil penelitian Subhati
(2003), diperoleh hasil bahwa penambahan aktivator stardec mempercepat proses pengomposan. Penambahan aktivator ini juga menghasilkan tekstur yang paling
remah jika dibandingkan dengan kontrol. Hal ini diduga karena di dalam
aktivator tersebut terdapat mikroba yang lebih kompleks.
Adanya pedoman dalam pembuatan kompos diharapkan dapat menghasilkan
kompos yang memiliki kualitas yang baik. Kualitas kompos ditentukan oleh tingkat
kematangan kompos (Harada et al., 2003), dengan indikasi sebagai berikut (1) temperatur mendekati temperatur lingkungan, (2) warnanya cokelat kehitaman, (3)
tidak berbau dan teksturnya remah (Gaur, 1983). Tabel 2 menunjukkan standar
kualitas kompos menurut Bank Dunia.
Menurut Murbandono (2001), faktor- faktor yang mempengaruhi kecepatan atau
keberhasilan dalam pembuatan kompos adalah bahan baku, suhu, Nitrogen dan
kelembaban.
Bahan Baku. Memanfaatkan kekayaan alam yang semula terbuang. Alam telah
menyediakan bahan bakunya secara melimpah. Seperti sisa-sisa tanaman yang
terbuang, jerami dan sampah hijau. Kecepatan suatu bahan menjadi kompos
dipengaruhi oleh kandungan C/N. Semakin mendekati C/N tanah (11:12) maka
bahan tersebut akan lebih cepat menjadi kompos. Perbandingan beberapa bahan
Tabel 2. Standar Kualitas Kompos Menurut Bank Dunia (Persyaratan Minimum Bagi Program Subsidi Kompos)
Parameter Kualitas Satuan Standar Kualitas
Kualitas umum Sumber : Kementerian Lingkungan Hidup, 2005
Tabel 3. Bahan Baku Kompos dengan C/N-nya
Bahan C/N
Sumber : Murbandono, 2001
Selain kandungan C/N dalam bahan, permukaan bahan (besar/kecilnya
bahan) juga mempengaruhi kecepatan pengomposan. Semakin luas permukaan
bahan, semakin cepat proses pengomposannya.
Suhu. Menjaga kestabilan suhu (mempertahankan panas) pada suhu ideal (40-500C)
amat penting dalam pembuatan kompos. Salah satu caranya adalah dengan
menimbun bahan sampai ketinggian tertentu, idealnya 1,25-2 m. Timbunan yang
terlalu pendek akan menyebabkan panas mudah menguap, hal ini disebabkan tidak
adanya bahan material yang digunakan untuk menahan panas dan menghindari
pelepasan panas. Sebaliknya, timbunan bahan yang terlalu tinggi membuat
bahan-bahan jadi memadat, suhu menjadi terlalu tinggi, dan udara di dasar timbunan
berkurang. Suhu yang terlalu tinggi bisa membunuh bakteri pengurai.
Nitrogen. Nitrogen adalah zat yang dibutuhkan bakteri penghancur untuk tumbuh
dan berkembang biak. Timbunan bahan kompos yang kandungan nitrogennya rendah
Apabila tidak tersedia bahan-bahan yang mengandung nitrogen, bahan kompos bisa
ditambah dengan berbagai kotoran ternak.
Kelembaban. Kelembaban di dalam timbunan kompos mutlak harus dijaga.
Kelembaban yang tinggi (bahan dalam keadaan becek) akan mengakibatkan volume
udara menjadi berkurang. Kelembaban timbunan harus mencapai 40-60% atau
keadaannya selembab karet busa yang diperas.
Biaya dan Manfaat
Dalam analisis suatu proyek, tujuan-tujuan analisis harus disertai dengan
definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat (Gittinger, 1986). Biaya-biaya
yang umumnya dimasukkan dalam analisis usaha adalah biaya-biaya yang
berpengaruh langsung terhadap suatu investasi seperti biaya investasi, biaya
operasional dan biaya-biaya lainnya. Sedangkan manfaat yang biasa dimasukkan
dalam analisis finansial adalah produksi total, pinjaman dan nilai sewa (Kurniasari,
2000).
Biaya bagi perusahaan adalah nilai faktor- faktor produksi yang digunakan
untuk menghasilkan output. Secara sederhana suatu biaya adalah segala sesuatu yang
mengurangi suatu tujuan dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang membantu
suatu tujuan (Gittinger, 1986).
Menurut Purba (1997), unsur-unsur biaya dalam suatu usaha atau proyek
adalah :
1. biaya langsung untuk pemakaian material dan pemakaian peralatan, upah
langsung karyawan dan honor tenaga kerja ahli yang langsung terlibat dalam
menangani pekerjaan proyek,
2. biaya tak langsung terdiri dari honor tenaga-tenaga pembantu dan tenaga-tenaga
ahli dan tenaga-tenaga kerja lainnya yang tidak langsung terlibat dalam pekerjaan
proyek,
3. biaya overhead (O/H) proyek yang meliputi biaya umum, biaya kantor, biaya
administrasi, dan lain- lain yang digunakan di proyek,
4. biaya subkontraktor (bila ada). Bila biaya subkontraktor relatif kecil, dapat
5. biaya O/H pusat yang dibebankan kepada proyek yang bersangkutan (alokasi
biaya pusat untuk masing- masing proyek) yang meliputi biaya direksi dan
komisaris, biaya-biaya keuangan, pembukuan, administrasi, public relation, dan lain- lain termasuk depresiasi kantor, gedung, peralatan kantor tahan lama,
alat-alat pengangkutan dan harta tetap fixed assets.
Sebagai dasar persetujuan atau penolakan suatu proyek dilaksanakan,
digunakan suatu kriteria investasi. Dasar penilaian investasi adalah perbandingan
antara jumlah nilai yang akan diterima sebagai manfaat dari investasi tersebut dengan
manfaat-manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai perbedaannya adalah berupa
tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari investasi dengan adanya proyek
(Gittinger, 1986).
Kelayakan Finansial
Dalam analisa finansial proyek dilihat dari sudut badan atau orang yang
menanam modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek.
Analisa finansial ini penting artinya dalam memperhitungkan rangsangan incentive
bagi mereka yang turut serta dalam mensukseskan pelaksanaan proyek (Kadariah,
2001).
Menurut Soeharto (1999), analisis finansial berangkat dari tujuan yang
umumnya dimiliki oleh perusahaan swasta yaitu kepentingan unt uk meningkatkan
kekayaan perusahaan maximize firm’s wealth yang diukur dengan naiknya nilai saham.
Sedangkan menurut Kadariah (2001), tujuan analisa finansial adalah
menentukan apakah perusahaan The enterprise secara finansial akan dapat hidup, artinya, akan dapat memenuhi kewajiban finansialnya, menghasilkan laba yang
pantas, reasonable bagi modal yang diinvestasikan, dan dalam kasus-kasus tertentu hasilnya dapat memberi sumbangan kepada biaya investasi untuk waktu-waktu yang
akan datang.
Sedangkan aspek ekonomi, mengkaji manfaat dan biaya bagi masyarakat
secara menyeluruh. Dalam proses mengkaji kelayakan proyek atau investasi dari
aspek finansial, pendekatan konvensional yang dilakukan adalah dengan
menganalisis perkiraan aliran kas keluar dan masuk sela ma umur proyek atau
perkiraan biaya pertama, modal kerja, biaya operasi, biaya produksi dan revenue
(Soeharto, 1999).
Salah satu keuntungan nyata dari analisa proyek secara finansial ataupun
ekonomi yang dilakukan secara teliti adalah bahwa dari hasil analisa tersebut dapat
diketahui atau diperkirakan kapasitas hasil proyek bila terjadi hal-hal diluar
jangkauan asumsi yang telah dibuat pada waktu perencanaan (Gittinger, 1986).
Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah penelaahan kembali suatu analisis untuk melihat
pengaruh-pengaruh yang terjadi akibat keadaan yang berubah- ubah (Gittinger, 1986).
Analisa kepekaan sensitivity analysis membantu menemukan unsur yang sangat menentukan hasil proyek the critical elements. Analisa ini dapat membantu mengarahkan perhatian orang pada variabel-variabel yang penting untuk
memperbaiki perkiraan-perkiraan dan memperkecil bidang ketidakpastian. Analisa
kepekaan ini juga dapat me mbantu pengelola proyek (pimpinan proyek) dengan
menunjukkan bagian-bagian yang peka yang memerlukan pengawasan yang lebih
ketat untuk menjamin hasil yang diharapkan akan menguntungkan perekonomian
(Kadariah, 2001).
Menurut Umar (2003), manfaat dari analisis kepekaan yaitu berupa
pemaksaan kepada manajer proyek untuk mengidentifikasikan sebanyak mungkin
variabel- variabel yang belum diketahui dan mengungkapkan taksiran-taksiran yang
menyesatkan atau yang tidak tepat. Selain itu, kekurangan dari analisis inipun ada,
salah satunya adalah sangat relatifnya nilai- nilai dari optimistis dan pesimistis itu
sendiri. Masalah kedua adalah mengenai variabel-variabel yang mendasarinya bisa
jadi saling berhubungan (dalam ilmu statistika sering disebut dengan istilah
multikolonieritas).
Kelayakan Usaha
Studi kelayakan diadakan untuk menentukan apakah suatu usaha akan
dilaksanakan atau tidak; artinya pengeluaran untuk studi kelayakan diadakan
yang dianggap sebagai biaya usaha adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sesudah
pengambilan keputusan (Kadariah, 2001).
Studi kelayakan usaha adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu usaha
dilakukan dengan berhasil. Pengertian berhasil mungkin agak berbeda-beda. Artinya
yang lebih terbatas, terutama dipergunakan oleh pihak swasta yang lebih berminat
tentang manfaat ekonomis suatu investasi. Sedangkan dari pihak pemerintah atau
lembaga non profit, pengertian menguntungkan bisa dalam arti yang lebih relatif.
Mungkin dipertimbangkan berbagai faktor seperti manfaat bagi masyarakat luas yang
bisa berwujud dalam penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumberdaya yang
melimpah di tempat tersebut (Husnan dan Suwarsono, 1999).
Pada umumnya studi kelayakan proyek akan menyangkut 3 aspek yaitu:
1. manfaat ekonomi proyek tersebut bagi proyek itu sendiri atau sering disebut
manfaat finansial, yaitu apakah proyek itu dipandang cukup menguntungk an
apabila dibandingkan dengan resiko proyek tersebut;
2. manfaat ekonomi proyek tersebut bagi negara tempat proyek itu dilakukan (sering
disebut manfaat ekonomi nasional), yang menunjukkan manfaat proyek tersebut
bagi ekonomi makro suatu negara;
3. manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat sekitar proyek tersebut. Ini
merupakan studi yang relatif paling sulit untuk dilakukan (Husnan dan
Suwarsono, 1999).
Menurut Husnan dan Suwarsono (1999), intensitas studi kelayakan
berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : jumlah dana yang
ditanamkan, tingkat ketidakpastian proyek dan kompleksitas faktor yang
mempengaruhi proyek tersebut. Semakin besar dana yang ditanam, semakin tidak
pasti taksiran yang dibuat dan semakin kompleks faktor-faktor yang
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Potong Hewan (RPH) PD Dharma Jaya,
Cakung, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa
RPH tersebut merupakan RPH terbesar di Indonesia, ditinjau dari jumlah ternak yang
dipotong, luas lokasi dan telah memiliki unit pengolahan limbah dengan
menggunakan peralatan yang berteknologi tinggi. Penelitian ini dilakukan selama
Maret sampai dengan April 2006.
Data dan Metode Pengambilan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung dan wawancara
langsung dengan kepala bagian pupuk maupun karyawan bagian pupuk PD Dharma
Jaya dengan menggunakan kuisioner yang telah disesuaikan dengan masalah dan
tujuan penelitian. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan keuangan milik
PD Dharma Jaya dan literatur- literatur yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan.
Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif,
analisis kelayakan finansial dan analisis sensitivitas. Analisis deskriptif digunakan
untuk melihat gambaran umum perusahaan yang meliputi sejarah berdirinya,
manajemen, sistem pemasaran dan pembayaran.
Usaha pengomposan yang ada dilaksanakan sebagai usaha baru yang dirasa
cukup mempunyai peluang pasar yang tinggi dan banyak diminati oleh masyarakat.
Usaha pengomposan ini menggunakan investasi yang tinggi dan pengadannya
didapat dari hibah. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis kelayakan untuk
mengetahui prospek usaha pengomposan di masa yang akan datang. Aspek teknis
pengomposan dalam usaha tersebut menjadi pedoman dalam perhitungan cash flow. Analisis kelayakan investasi usaha pengomposan limbah ini dilakukan
Sebagai kriteria kelayakan investasi digunakan beberapa indikator kelayakan
antara lain adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net
Benefit Cost (Net B/C) dan Payback Period (Pp).
a. Net Present Value (NPV)
NPV dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus pendapatan yang
ditimbulkan oleh investasi (Husnan dan Suwarsono, 1994). Rumus yang
digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut :
NPV
=
∑
Bt = Penerimaan benefit pada tahun ke-t (Rupiah) Ct = Biaya cost pada tahun ke-t (Rupiah)
n = Umur proyek (Tahun)
i = Tingkat suku bunga majemuk dalam persen discount rate
Dalam metode NPV terdapat tiga kriteria kelayakan investasi, yaitu:
1. Apabila NPV > 0, maka proyek untung dan dapat dilaksanakan.
2. Apabila NPV = 0, maka proyek tidak untung tetapi tidak juga rugi, jadi
tergantung kepada pihak manjemen perusahaan.
3. Apabila NPV < 0, maka proyek ini rugi karena untung lebih kecil dari biaya,
jadi lebih baik tidak dilaksanakan.
b. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah nilai discount rate yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi
perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen
(Gittinger,1986). Suatu usaha atau kegiatan investasi dikatakan layak jika nilai
IRR lebih besar dari tingkat discount rate yang ditentukan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat discount rate maka usaha atau kegiatan investasi tersebut tidak layak untuk dijalankan. Rumus yang digunakan dalam menghitung
IRR adalah sebagai berikut:
Dimana:
i1 = Tingkat suku bunga majemuk dalam persen discount rate yang
menghasilkan NPV positif (NPV1)
i2 = Tingkat suku bunga majemuk dalam persen discount rate yang
menghasilkan NPV negatif (NPV2)
c. Net Benefit Cost (Net B/C)
Net B/C merupakan perbandingan nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan
nilai sekarang arus biaya. Kriteria yang digunakan untuk pemilihan ukuran Net
B/C dari manfaat proyek adalah memilih semua proyek yang nilai Net B/C
sebesar 1 atau lebih jika arus biaya dan manfaat dicompoundingkan pada tingkat
biaya opportunitas kapital (Gittinger,1986). Rumus yang digunakan dalam
penghitungan Net B/C adalah sebagai berikut:
Net B/C =
i = Tingkat suku bunga majemuk dalam persen discount rate
Nilai Net B/C mengandung tiga arti penting yaitu:
1. Apabila Net B/C > 1 maka proyek untung dan dapat dilaksanakan.
2. Apabila Net B/C = 1 maka proyek tidak untung tetapi tidak juga rugi jadi
tergantung pada pihak manajemen perusahaan.
3. Apabila Net B/C < 1 maka proyek ini rugi karena keuntungan lebih kecil dari
biaya jadi lebih baik tidak dilaksanakan.
d. Payback Period (Pp)
Metode payback period adalah salah satu metode pengambilan keputusan
investasi yang mendasarkan diri pada perbandingan lamanya periode payback
dengan periode payback yang disyaratkan. Metode ini mencoba mengukur
seberapa cepat investasi bisa kembali dengan menggunakan dasar aliran kas dan
maka proyek dikatakan mengntungkan, sedangkan kalau lebih lama maka proyek
ditolak. Masalah utama dari metode ini adalah sulit menentukan periode payback
period maksimum yang disyaratkan untuk dipergunakan sebagai angka
pembanding secara normatif. Kelemahan lain dari metode ini adalah
diabaikannya nilai waktu uang, diabaikannya aliran kas setelah periode payback
(Husnan dan Suwarsono,1994). Rumus yang digunakan dalam perhitungan
Payback Period (Pp) adalah :
Dimana :
P = Payback Period (Tahun)
I = Investasi (Rupiah)
B = Benefit (Rupiah) C = Cost (Rupiah) D = Depresiasi (Rupiah)
Batasan Istilah
Rumah Potong Hewan (RPH) adalah tempat yang digunakan untuk memotong
hewan tertentu dan sebagai sarana penyedia kebutuhan daging masyarakat.
Analisis Finansial adalah suatu analisa yang dilakukan dengan menggunakan harga
pasar.
Analisis Sensitivitas adalah suatu teknis analitik untuk menguji secara sistematik
apa yang akan terjadi pada kapasitas penerimaan suatu proyek apabila
kejadian-kejadian berbeda dengan perkiraan yang dibuat di dalam perencanaan.
Biaya dalam Analisis Finansial adalah tiap barang dan jasa yang digunakan dalam
suatu proyek yang akan mengurangi tujuan yang harus ditempuh tergantung dari segi
mana analisis akan dilakukan.
Manfaat dalam Analisis Finansial adalah tiap barang dan jasa yang diproduksi oleh
suatu proyek yang selanjutnya dijadikan tujuan yang harus ada dan merupakan titik
awal analisis dilakukan.
Kompos adalah pupuk campuran yang berasal dari bahan-bahan organik yang telah
mengalami penguraian oleh mikroorganisme yang ada didalamnya. P = I
Limbah RPH terdiri dari limbah cair dan padat yang berasal dari kotoran, sisa
pakan, isi rumen serta serpihan daging dan lemak yang terlontar bersama air cucian
ruang proses.
Window adalah tumpukan limbah yang dibentuk memanjang.
Sunk Cost adalah biaya yang sudah dikeluarkan pada waktu lampau untuk suatu
usaha atau biaya yang sudah dikeluarkan sebelum diambil keputusan untuk
melaksanakan usaha.
Asumsi-asumsi yang Digunakan
1. Umur ekonomis bangunan ditetapkan 20 tahun berdasarkan informasi yang
diperoleh.
2. Umur ekonomis peralatan penunjang ditetapkan 15 tahun berdasarkan informasi
yang diperoleh, sedangkan peralatan pendukung ditetapkan 5 tahun.
3. Harga peralatan ditetapkan berdasarkan data yang diperoleh dari Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), hasil wawancara dan survei harga
pasar.
4. Proyeksi dilakukan selama 15 tahun, hal ini didasarkan pada umur ekonomis
sebagian besar peralatan.
5. Perhitungan penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus.
6. Penjualan kompos dilakukan di tempat pengomposan (PD Dharma Jaya).
7. Usaha pengomposan belum wajib pajak.
8. Penentuan nilai produksi diasumsikan tetap flat.
9. Harga penjualan kompos tetap selama proyeksi dilakukan.
10.Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga pinjaman lunak
yaitu 3%, karena investasi yang digunakan merupakan hibah dari kerjasama
BPPT dan Pemerintah Jerman.
11.Tingkat suku bunga pasar (16%) digunakan sebagai pembanding untuk
mengetahui kelayakan usaha pengomposan jika investasi yang digunakan
merupakan investasi non hibah.
12.Hari efektif kerja per tahun adalah 300 hari.
13.Hasil produksi 50% dijual curah kepada mitra dan 50% dijual kepada konsumen
14.Analisis sensitivitas yang digunakan adalah terhadap kenaikan biaya pengemasan
5%, hal ini didasarkan pada rata-rata kenaikan harga bahan baku pengemasan.
15.Analisis sensitivitas yang digunakan adalah terhadap kenaikan biaya tenaga kerja
20%, hal ini didasarkan pada kenaikan upah minimum regional (UMR) di
KEADAAN UMUM LOKASI
Rumah Potong Hewan (RPH) ini dikelola oleh PD Dharma Jaya yang
merupakan unit usaha milik Pemda DKI Jakarta. PD Dharma Jaya terletak di Jalan
Raya Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur.
Kondisi geografis RPH Cakung berada pada ketinggian 6,9 m di atas
permukaan laut dengan suhu udara 30oC. Jarak dari pusat pemerintahan yaitu kantor
Kecamatan Cakung 5 km, jarak dari kantor Kota Jakarta Timur 1 km dan jarak dari
kantor Balaikota Provinsi DKI Jakarta 12 km.
Perusahaan Daerah Dharma Jaya didirikan berdasarkan Surat Keputusan
Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor. Ib.3/2/17/1966 tanggal 24
Desember 1966 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 78 Tahun 1971 pada
tanggal 2 Agustus 1971. Kemudian dipertegas lagi dengan Peraturan Daerah (Perda)
Nomor 5 Tahun 1985.
Pada awal pendiriannya, PD Dharma Jaya merupakan penggabungan dari tiga
unsur terkait yaitu :
1. Jawatan Kehewanan DKI Jakarta, yang mengelola Rumah Pemotongan Hewan
(RPH) di DKI Jakarta,
2. PN. Perhewani Unit Yojana, yang bergerak dalam pengelolaan pabrik “corned
beef”, pabrik kaleng, kamar pendingin, pabrik es, percetakan, pergudangan dan
perbengkelan dan
3. PKD Jaya Niaga dan Niaga Jaya, yang mengelola peternakan sapi, perkebunan
dan pergudangan.
Landasan pola pemikiran penggabungan tiga unit usaha adalah :
1. Meningkatkan efisiensi dan manfaat Rumah Pemotongan Hewan (RPH) sebagai
sumber keuangan Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta.
2. Meningkatkan mutu pelayanan umum dengan semakin pesatnya perkembangan
kota Jakarta.
3. Pengelolaan usaha yang berkaitan dengan produk kehewanan dalam bentuk
perusahaan agar berkembang lebih baik sesuai kebutuhan DKI Jakarta.
Dalam perjalanannya beberapa kegiatan usaha yang tidak efisien seperti
perbengkelan dilikuidasi. Saat ini kegiatan usaha yang dikelola PD Dharma Jaya
adalah :
- RPH Sapi/Kerbau di Jl. Penggilingan, Cakung-Jakarta Timur.
- RPH Babi di Jl. Peternakan II, Kapuk-Jakarta Barat.
- RPH Kambing/Domba di Jl. Palad, Pulogadung-Jakarta Timur dan Tanah Abang,
Jakarta Pusat.
- Jasa penyimpanan Cold Storage di Jl. Penggilingan Raya, Cakung dan Jl. Palad, Pulogadung-Jakarta Timur.
- Industri Kompos di Jl. Penggilingan Raya, Cakung-Jakarta Timur.
- Perdagangan ternak dan daging di Jl. Penggilingan Raya, Cakung-Jakarta Timur.
- Penggemukan Sapi di Desa Sukawana, Serang, Provinsi Banten.
Sejak awal pendirian sampai tahun 2001, kegiatan usaha PD Dharma Jaya
lebih terfokus pada jasa RPH. Namun seiring dengan perkembangan iklim usaha, PD
Dharma Jaya merubah visi usahanya dengan menjadikan sektor perdagangan sebagai
core business (bisnis inti), sedangkan jasa RPH sebagai core competency (bisnis penunjang). Visi dari PD Dharma Jaya adalah menjadi pemasok dan pemasar
terkemuka serta sebagai pemimpin pasar dalam perdagangan dan industri daging di
DKI Jakarta sedangkan misinya adalah membantu dan menunjang kebijaksanaan
umum pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
khususnya konsumen daging dan petani ternak.
Selanjutnya pada tahun 2002, proyek ini dibangun atas kerjasama PD Dharma
Jaya dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Proyek usaha
pengomposan ini dibuat dengan tujuan untuk mengantisipasi harga pupuk yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses Pengomposan Limbah Padat PD Dharma Jaya
Pengomposan merupakan proses biologis yang kecepatan prosesnya
berbanding lurus dengan kecepatan aktivitas mikroba dalam mendekomposisi limbah
organik. Sebelum proses pengomposan berlangsung, seluruh limbah padat yang
berasal dari RPH ditampung di tempat penampungan sementara interim store. Campuran berbagai macam limbah ini dibiarkan selama satu sampai tiga minggu di
interim store. Tujuan dari penampungan ini adalah untuk mencampur bahan-bahan yang akan dikomposkan homogenisasi dan melakukan dekomposisi awal sehingga proses pengomposan selanjutnya akan lebih mudah. Selama kurun waktu tersebut
limbah akan berkurang kadar airnya dan strukturnya mulai melapuk.
Proses pengomposan yang dilakukan di PD Dharma Jaya menggunakan
sistem open window. Pada ruang terbuka yang beratap dan berlantai sehingga proses aerasinya alamiah (Gambar 3).
Gambar 3. Proses Pengomposan “Open Window”
Tumpukan limbah dibuat memanjang dengan ukuran tinggi 1,3, lebar 2,5 dan
panjang 35 m. Tempat pengomposan PD Dharma Jaya didesain untuk mampu
menampung 12 baris window. Ketika campuran limbah sudah ditumpuk menjadi
window, berbagai mikroorganisme yang terdapat di dalam limbah mulai melakukan proses fermentasi aerobik. Fermentasi aerobik adalah proses perombakan limbah
secara biologis dengan membutuhkan udara. Idealnya proses fermentasi aerobik
tidak akan menimbulkan bau busuk karena gas yang diproduksi adalah gas
hanya akan tercium saat proses pembalikan window, karena pada titik-titik tertentu, terutama di bagian dalam terjadi proses fermentasi anaerobik. Guna mengendalikan
proses fermentasi anaerob, tumpukan dibalik dua kali seminggu. Pembalikan ini
berfungsi untuk mengoptimalkan aerasi pengomposan, membuat campuran limbah
yang homogen, membuat partikel bahan menjadi lebih kecil dan untuk higienisasi
limbah.
Selain pembalikan, dilakukan juga pemantauan temperatur dengan
menggunakan termometer khusus untuk kompos. Pemantauan ini dilakukan dua kali
sehari. Pada tahap awal pengomposan, temperatur window PD Dharma Jaya secara eksponensial naik dari temperatur kamar 25-28oC hingga mencapai 65-70oC.
Kenaikan temperatur ini disebabkan oleh pelepasan energi panas dari proses
perombakan limbah yang bersifat eksotermis. Pada kondisi tersebut biasanya akan
terlihat asap atau uap air pada permukaan window, dan terlihat jelas pada saat pembalikan window dengan mesin pembalik kompos. Temperatur yang tinggi akan bertahan antara dua sampai tiga minggu. Kondisi tersebut dapat menyebabkan
organisme patogen seperti bakteri, virus, parasit serta bibit gulma yang ada pada
limbah yang dikomposkan akan mati.
Window disiram dengan lumpur sludge yang berasal dari tangki sedimentasi IPAL. Saat ini produksi sludge dari IPAL bisa mencapai 5 m3/hari dengan kadar air 93%. Dengan jumlah sludge tersebut kebutuhan air untuk penyiraman selama proses pengomposan dapat terpenuhi sehingga tidak perlu lagi air dari sumber lain.
Penyiraman biasanya dilakukan setelah window dibalik, pada window yang baru dimasukkan sampai dengan yang berumur satu bulan. Window yang berumur lebih dari satu bulan tidak disiram lagi agar produk komposnya tidak terlalu lembab.
Setelah dua sampai tiga minggu, temperatur window akan mengalami penurunan
secara perlahan sampai temperaturnya menjadi 40oC dan kompos siap untuk dipanen.
Proses pengomposan PD Dharma Jaya ini tidak menggunakan tambahan zat
kimia ataupun inokulan mikroba sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama
yaitu sekitar enam sampai delapan minggu. Kompos yang telah matang ini,
yang tersaring masuk ke dalam ruang penyimpanan kompos halus, sedangkan yang
tidak tersaring dimasukkan ke dalam ruang penyimpanan kompos kasar untuk
dikembalikan lagi ke dalam proses pengomposan interim store. Kompos halus yang dihasilkan kemudian dikemas dalam karung plastik yang berukuran 35 kg. Untuk
lebih jelasnya proses pengomposan dapat dilihat pada Gambar 4.
50%
Gambar 4. Proses Pengomposan Limbah Padat PD Dharma Jaya
Karakteristik Kompos PD Dharma Jaya
Produk kompos PD Dharma Jaya yang murni dan organik, memiliki kualitas
fisik, kimia dan biologis yang dapat diandalkan. Secara fisik produk komposnya
memiliki tekstur yang relatif halus dan gembur serta memiliki warna coklat
kehitaman. Sedangkan secara kimia, komposisi kompos dapat di lihat pada Tabel 4.
secara umum komposisi kompos PD Dharma Jaya cukup baik jika dilihat dari
kandungan C dan pHnya. Namun jika dibandingkan dengan standar kualitas kompos
menurut Bank Dunia pada Tabel 2, kompos PD Dharma Jaya belum memenuhi
standar kualitas. Terlihat dari kandungan C/N yang lebih dari 20. Bahan baku: isi
rumen, feses dan
Pencampuran limbah sebanyak 15,2 ton di
Pengomposan
Penyaringan Kompos matang
sebanyak 7,6 ton
Kompos halus (6,08ton)
Jual curah kepada mitra
Pengemasan dengan karung plastik (3,04 ton) Dijual Kompos kasar
Secara biologis, kompos PD Dharma Jaya kaya akan keanekaragaman jasad
renik yang dapat membantu kesuburan lahan serta bebas dari bakteri patogen, parasit
dan bibit gulma.
Tabel 4. Komposisi Kompos PD Dharma Jaya
Parameter Satuan Nilai
N Total
Sumber : Laboratoruim Departemen Tanah, Fakultas Pertanian IPB, 2006
Pemasaran Kompos
Pemasaran kompos dilakukan di PD Dharma Jaya. Konsumen PD Dharma
Jaya terdiri dari konsumen individu (rumah tangga dan pedagang tanaman hias),
konsumen lembaga (Dinas Pertamanan, Dinas Pertanian dan Beberapa Hotel di
Jakarta) dan mitra kerja. Mitra kerja pada usaha pengomposan ini adalah masyarakat
yang tinggal di sekitar PD Dharma Jaya. Mitra kerja terdiri dari empat kelompok.
Masing- masing kelompok mitra memiliki pekerja/buruh rata-rata empat sampai lima
orang. Mitra kerja biasanya menjual kompos kepada penjual tanaman hias di sekitar
kawasan PD Dharma Jaya.
Kompos yang dijual kepada konsumen individu dan lembaga dikemas dalam
bentuk karung plastik berukuran 35 kg. Sedangkan kompos yang dijual kepada mitra
kerja adalah kompos curah. Tabel 5 menunjukkan harga dan persentase jumlah
kompos yang dijual di PD Dharma Jaya.
Tabel 5. Harga dan Jumlah Permintaan Kompos
Pembeli Persentase Harga
(Rp/Kg) Mitra Kerja
Konsumen (individu dan lembaga)
50
50
260
600
Perbedaan harga antara mitra dengan konsumen (individu dan lembaga)
disebabkan karena pihak PD Dharma Jaya menjual kepada mitranya dalam bentuk
curah. Biaya pengemasan dan tenaga kerjanya menjadi tanggungjawab mitra
sendiri.pembagian jumlah kompos yang dijual didasarkan atas kesepakatan kedua
belah pihak yaitu antara pihak PD Dharma Jaya dan mitra kerjanya. Saluran
pemasaran kompos dapat dilihat pada Gambar 5.
Keterangan: 1 : Jalur perdagangan langsung ke konsumen 2 : Jalur perdagangan melalui mitra kerja
Gambar 5. Saluran Pemasaran Kompos di PD Dharma Jaya
Analisis Biaya dan Manfaat
Input dan Biaya Usaha Pengomposan
Bahan Baku Limbah. Jumlah limbah padat yang diproduksi oleh PD Dharma Jaya
sekitar 15,2 ton/hari atau 26,7 m3/hari. Jumlah limbah tersebut berasal dari
pemotongan sapi sebanyak 167 ekor dan stok sapi yang ada dikandang rata-rata 785
ekor/hari. Limbah tersebut terdiri dari feses dan rumput sisa pakan yang berasal dari
kandang, isi rumen paunch manure yang berasal dari pemotongan sapi, dan limbah padat yang berasal dari instalasi pengolahan air limbah. Komposisi limbah padat PD
Dharma Jaya dapat dilihat pada Tabel 6.
Peralatan. Skala pengolahan limbah padat di PD Dharma Jaya memerlukan fasilitas
bangunan, mesin dan peralatan pendukung lainnya. Berikut adalah mesin dan
peralatan pendukung yang digunakan dalam usaha pengomposan. PD Dharma Jaya
(Produsen Kompos)
Konsumen Mitra Kerja
2
2
Tabel 6. Komposisi Limbah Padat PD Dharma Jaya
Jenis Limbah Jumlah Limbah
(Ton/Hari)
(%) Feses dan Rumput Sisa Pakan
Isi Rumen Paunch Manure
Limbah Padat dari Pengelolaan Limbah Cair
11,8 0,8 2,6
77,63 5,26 17,11
Jumlah Total Limbah Padat 15,2 100,00
Sumber : PD Dharma Jaya, 2002
1. Wheel-loader
Wheel-loader berfungsi untuk memindahkan atau mengangkut limbah padat sebelum dikomposkan dan mengangkut produk kompos serta untuk membuat
tumpukan window baru.
Gambar 6. Wheel-loader
2. Compost Turning Machine
Compost Turning Machine adalah mesin pembalik kompos. Mesin ini memiliki kapasitas 50 kw. Mesin ini dirancang untuk dapat membalik
Gambar 7. Compost Turning Machine
3. Compost Screen Machine
Compost Screen Machine adalah alat pengayak kompos dengan sistem getar yang memiliki panjang 1,8 m dan lebar 0,6 m. Kapasitas alat ini lebih dari 4
m3/jam.
Gambar 8. Compost Screen Machine
4. Peralatan penunjang lain yaitu timbangan, termometer, cangkul, skop, garpu
dan sepatu boot.
Tenaga Kerja. Tenaga kerja yang digunakan dalam usaha pengomposan ini adalah
tenaga kerja tetap yang berjumlah delapan orang dan tenaga kerja harian yang