• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN DESA INOVASI DI DESA GEBYOG KECAMATAN MOJOGEDANG KABUPATEN KARANGANYAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN DESA INOVASI DI DESA GEBYOG KECAMATAN MOJOGEDANG KABUPATEN KARANGANYAR"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN DESA INOVASI

DI DESA GEBYOG KECAMATAN MOJOGEDANG KABUPATEN KARANGANYAR

A. Gambaran Umum Desa

Desa Gebyog, Kecamatan Mojogedang, merupakan desa dataran rendah, terletak di sebelah selatan sejauh sekitar 11 km dari pusat kota ke. Lluas wilayah mencapai 4.816,375 km2, dengan jumlah penduduk sebanyak 6.821 jiwa yang terdiri dari 1.178 Kepala Keluarga (KK), tersebar di 6 Dusun, 18 RW dan 45 RT. Mayoritas penduduk bekerja di sektor pertanian: sawah, tegal, selepan.

Potensi desa terdiri dari potensi sumberdaya pemerintahan dan keuangan desa, potensi ekonomi dan produk unggulan desa, potensi sumberdaya alam, potensi sumberdaya manusia, dan potensi sumberdaya sosial. Potensi sumberdaya pemerintahan dan keuangan desa terdiri dari tersedianya sumberdana pembangunan dari Dana Desa, retribusi, dan bagi hasil kekayaan desa, serta terbentuknya Badan Usaha Milik Desa (BUMdes). Potensi Ekonomi dan produk unggulan desa terdiri dari industri kreatif, seni ukir CNC, pertanian, industri tempe serta Rumah Tempe/ Rumah Kedelai Karanganyar. Potensi SDA terdiri dari lahan pertanian yang cukup luas namun irisagsi hanya ada ketika musim hujan. Potensi SDM Desa berupa adanya sekelompok pemuda terpelajar (sarjana pulang desa) yang mendirikan komunitas Sekolah Tani Organik Intanpari. Adapun potensi sosial terdiri dari budaya gotong royong.

Kegiatan ekonomi masyarakat terutama adalah bidang pertanian dalam arti luas dan industri kreatif. Pada industri kreatif terdapat produk ukir CNC yang dikembangkan oleh Zaini Latif, S.T (Alumnus ITS dan pernah juara lomba robotik Internasional) yang memutuskan untuk pulang kampung membangun desa. Potensi

Di sektor pertanian, petani kebanyakan menanam padi, jagung, kedelai, bawang merah, cabai, dan singkong, namun belum memiliki produk unggulan dari sektor pertanian.

Potensi pertanian tersebut dapat dikembangkan dengan adanya SDM yaitu para sarjana yang balik desa dan mendirikan komunitas. Komunitas tersebut dipelopori oleh Burhan Efendi, S.P beserta 10 anggotanya yang merupakan alumnus dari berbagai perguruan tinggi mendirikan

“Sekolah Tani Organik Intanpari (STOI) ”. STOI merupakan sekolah non-formal yang menjadi media pertemuan untuk diskusi dan belajar bersama antara para pemuda yang ingin belajar pertanian dengan para ahli di bidang pertanian. Pengajar STOI adalah mbah Paiman (Praktisi Pertanian), Pak Mardiono (Dinas Pertanian Mojogedang), Pak Kunto (Dosen Agribisnis UNS), dan lain sebagainya. Adanya sekolah tani organik sebagai tempat belajar pertanian bagi generasi muda.

(2)

Kegiatan STOI lebih diditekankan pada praktikum, sehingga menghasilkan beberapa produk pupuk organik. Ada Induk bakteri (seperti EM4), JLK2 (fungisida organik), Pestisida Nabati, Trichoderma, PGPR, Pupuk Organik Cair, Nutrisi dan sebagainya. Produk yang sudah dipasarkan adalah pupuk organik padat fermentasi kotoran sapi. Kotoran sapi di warga biasanya belum dimanfaatkan, oleh karena itu tim STOI membeli kotoran tersebut kemudian diolah menjadi pupuk organik padat fermentasi. Setelah menjadi pupuk siap pakai, pupuk dijual ke petani dan warga. Selain untuk membantu mengorganikkan lahan di desa, hasil penjualan pupuk digunakan untuk operasional STOI.

STOI mengadakan beberapa kegiatan dan kerjasama dengan berbagai institusi, antara lain “Seminar Agroentrepreneur” menghadirkan pakar dari Fakultas Pertanian UGM dan UIN Jogjakarta, serta launching RPAP (Rumah Pintar Anak Petani). Selain itu juga bekerjasama dengan Muhammadiyah dengan membentuk Pondok Pesantren Pertanian Terpadu Al-Filaha Muhammadiyah Karanganyar yang terdiri dari kalangan mahasiswa, alumni, praktisi pertanian, dan praktisi pendidikan. Kegiatannya berupa penjualan beras organik yang didapatkan dari kelompok-kelompok tani organik yang berada di Karanganyar (BERASMU).

STOI juga mengadakan kegiatan “Festival Pertanian dan Gebyar Ramadhan”, diisi dengan pameran hasil pertanian dan seminar bersama Pak Iskandar Waworuntu (Owner Bumi Langit Institut) dan Pak Sri Pomo (Owner Agrowisata Amanah) dengan menghadirkan peserta dari luar kota seperti Pati, Pekalongan dan Sukoharjo.

Sebagai tindak lanjut pengembangan, STOI bersinergi dengan BUMDes membuat Rumah Kedelai Karanganyar. Tujuan Rumah Kedelai Karanganyar adalah memberdayakan kedelai lokal yang kaya manfaat (protein tinggi). Kondisi saat ini kedelai yang beredar dipasaran adalah kedelai impor yang masih dipertanyakan kesehatannya. Sementara itu telah terbukti secara kualitas bahwa kandungan kedelai lokal jauh lebih bagus dan sehat jika dibandingkan kedelai impor. Sehingga perlu dilakukan usaha agar petani memiliki kemauan menanam kedelai.BUMDes Gebyok akan menginstruksikan kepada para petani untuk menanam kedelai dengan jaminan harga yang jelas dan lebih mensejahterakan petani.

Olahan kedelai yang pertama dibuat adalah tempe dengan target pasar Agrowisata Amanah Karangpandan dan warga sekitar. Rencananya, Desa Gebyog akan dijadikan sebagai Desa Kedelai Karanganyar dengan memiliki ciri khas dibidang olahan kedelai. Secara bertahap jenis dan pasar olahan kedelai akan semakin diperluas. Untuk saat ini, inovasi yang sedang dikembangkan di Rumah Kedelai Karanganyar adalah tempe zero waste dengan bentuk daun cinta. Limbah perendaman dari pembuatan tempe diproses menggunakan

(3)

probiotik agar dapat digunakan sebagai pupuk organik cair, dan kulit ari dari kedelai digunakan untuk pakan ternak sehingga pembuatan tempe dapat 100% zero waste.

(4)

PENGEMBANGAN DESA INOVASI

DI DESA TEGOWANUH, KECAMATAN KALORAN KABUPATEN TEMANGGUNG

B. Gambaran Umum Desa

Desa Tegowanuh, Kecamatan Kaloram, Kabupaten Temanggung berada di pinggiran pusat kota, tepatnya Jl. Raya Kaloran- Temanggung Km 5. Wilayah desa ini terdiri dari persawahan, tegalan dan rawa, dengan jumlah penduduk mencapai 3.296 orang dan tersebar ke dalam 7 dusun. Mata pencaharian penduduk beragam, mulai ari sektor pertanian, jasa, perdagangan, kerajinan, dan sektor informal lainnya.

Potensi produk desa berupa tanaman pangan, hortikultura, olahan pangan, kerajinan gerabah/keramik dan batu bata, serta pariwisata terutama dengan adanya Rawa Pening Sendangsari dan festival adat, serta pasar tradisional. Untuk produk olahan, penduduk desa sudah mencoba mengolah bahan lokal seperti keong yang banyak terdapat di rawa untuk dijadikan kerupuk dan sate;

Desa ini beberapa kali menjadi lokasi KKN, terutama dari ISI Surakarta dan bekerjasama dengan Universitas Diponegoro dalam pengembangan potensi desa, terutama wisata. Di dalam pengembangan produk, melalui pembinaan dari ISI Surakarta akan dikembangkan produk kerajinan berbahan limbah keramik;

Dari aspek kelembagaan, terdapat beberapa lembaga masyarakat yang aktif, diantaranya kelompok tani (6 kelompok) dan Gabungan Kelompok Tani. Desa ini juga telah memiliki BUMDes yang bergerak dalam berbagai bidang usaha, terutama jasa usaha yang dibutuhkan masyarakat sesuai potensi desa. BUMDes juga memiliki berbagai agenda kerjasama dengan berbagai lembaga dalam pengembangan potensi desa;

Agenda pembangunan desa ke depan adalah pengembangan pariwisata desam terutama dengan adanya Rawa Pening seluas 7,6 hektare, dan 3,7 hektare diantaranya adalah milik kas desa dan sisanya milik masyarakat. Saat ini kawasan tersebut dimanfaatkan masyarakat untuk wisata mancing, oleh sebab itu masih banyak potensi yang perlu dikembangkan. Kawasan rawa akan dikembangkan sebagai area wisata yang dilengkapi dengan pendukungnya, antara lain kuliner (sate dan kerupuk keong), seni budaya, homestay, gazebo, outbound dan konservasi alam.

Desa ini juga memiliki BUMDes yang bergerak dalam berbagai bidang usaha, terutama jasa usaha yang dibutuhkan masyarakat sesuai potensi desa. Salahsatu usaha yang akan dikelola oleh BUMDes adalah pengembangan wisata Rawa Pening Sendangsari.

(5)

BUMDes juga memiliki berbagai agenda kerjasama dengan berbagai lembaga dalam pengembangan potensi desa. Di dalam pengembangan produk, melalui pembinaan dari ISI Surakarta akan dikembangkan produk kerajinan berbahan limbah keramik. Untuk produk olahan, penduduk desa sudah mencoba mengolah bahan lokal seperti keong yang banyak terdapat di rawa untuk dijadikan kerupuk dan sate. Pengembangan produk-produk tersebut di atas akan menjadi pelengkap daya tarik wisata.

(6)

PENGEMBANGAN DESA INOVASI

DI DESA SELOROJO, KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI

C. Gambaran Umum Desa

Desa Selorejo, Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri terletak di perbukitan dengan ketinggian 495 meter dari permulaan laut, dengan jarak ke pusat Kabupaten sejauh 24 Km. Desa ini memiliki luas 5 Km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 3.609 jiwa (781 KK) tersebar di 8 Dusun, 8 RW, dan 20 RT. dari kemampuan anggaran APBDes tahun 2017 sebesar Rp. 1.504.676.000,-, dan sebanyak 54.719.000,- diantaranya adalah Pendapatan Asli Desa (PADes). Secara sosial ekonomi terdapat kelompok-kelompok penggerak pembangunan desa yang terdiri dari Kelompok Tani, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Koperasi Gapoktan, BUMDES, serta kerjasama BUMDes (BUDES Bersama Lenggar Buja Giri)

Potensi perekonomian terdiri dari Pertanian secara luas dengan produk: Padi, Singkong, Empon-empon, Pisang, Cokelat, dan Buah-buahan lain. Peternakan terdiri dari sapi (komunal). Kemudian terdapat produk olahan seperti keripik daun singkong (bentuk paru), jamu instan, keripik pisang. Potensi distribusi terdapat pasar, supermarket dan kios.

Potensi sumberdaya alam terdiri dari lahan pertanian sawah, embung dan ladang yang berpotensi untuk buah-buahan.

Dalam rangka pengembangan potensi desa, kepala desa telah menjalin kerjasama dan studi banding dengan banyak pihak, terutama perguruan tinggi (UGM, UNS), dan lembaga pemerintah (litbang pertanian). Beberapa pengembangan yang telah dilakukan antara lain pertanian tanaman pangan, olahan pangan dan BUMDes.

Melihat berbagai peluang saat ini, serta adanya potensi desa, inovasi yang akan dikembangkan adalah budidaya buah-buahan, terutama lemon dan alpukat. Lahan yang berada di ketinggian dianggap cukup potensi untuk buah-buahan tersebut. Desa ini juga terbilang cukup subur, dengan ketersediaan sumber air yang memadai. Selain itu peluang dan nilai pasar yang besar menjadi pendorong komitmen inovasi tersebut.

(7)

PENGEMBANGAN DESA INOVASI

DI DESA KARANGPELEM, KECAMATAN KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN

D. Gambaran Umum Desa

Desa Karangpelem, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen merupakan desa berbasis pertanian yang cukup subur. Desa ini terletak 15 Km dari pusat kota Sragen ke arah barat daya, dengan ketinggian 300 meter di atas permukaan laut. Terdiri dari 3 (tiga) dusun dan 26 RT, dengan umlah penduduk 5.563 Jiwa (1.528 KK). Luas wilayah Desa Karangpelem 404.1790 Ha, terdiri dari 211.5320 Ha sawah, 14.6330 Hakebun/tegal dan 116.8650 Ha pekarangan. Kondisi iklim cukup air dengan curah hujan 200mm/tahun.

Produk unggulan ekonomi desa terdiri dari tanaman pangan, buah dan empon-empon, hasil peternakan dan olahannya, pengolahan pupuk organik, dan pariwisata desa. Produk tanaman pangan terdiri dari padi dan jagung. Untuk buah-buahan pada saat ini sedang diupayakan budidaya durian melalui penanaman bibit duran sebanyak 2.800 batang di pekarangan rumah tangga. Produk peternakan dan olahannya berupa Susu Kambing Etawa (PE). Saat ini terdapat 200 ekor kambing PE dan susunya diolah menjadi susu kambing bubuk untuk pasar di sekitar Solo Raya, bahkan telah merambah ke luar jawa. Persoalan susu kambing etawa adalah kurangnya stok bahan baku, karena jumlah peternak masih kurang.

Olahan lainnya adalah dari hasil pertanain tanamamobat atu empon-empon.

Masyarakat desa telah mengolah berbagai tanaman obat/empon-empon menjadi minuman kesehatan berbentuk serbuk. Kekurangnnya adalah kemasan produk masih sangat sederhana, serta lemahnya jaringan pasar.

Jenis usaha lain yang akan dikembangkan adalah pengolahan sampah dan pupuk organik. Potensi sampah pertanian dan rumah tangga cukup besar, oleh karena itu berpotensi diolah menjadi pupuk organik dan berbagai produk lain yang bernilai. Pengelolaan smapah juga bisa dieklola dalam bentuk bank sampah sehingga berperan dalam peningkatan nilai tambah bagi masyarakat.

Potensi lain adalah tersedianya sumber air dari bendungan dawuhan, yang menyediakan kebutuhan air baku baik untuk konsumsi maupun pertanian. Di sisi lain keberadaan waduk tersebut juga bisa dikelola sebagai salahsatu objek wisata dipadukan dengan potensi wisata pedesaan berbasis budaya dan sosial.

Dari aspek finansial, APBDes tahun 2018 sebesar Rp. 2.379.715.000,- yang terbilang cukup besar dibanding desa-desa lain yang rata-rata hanya 1,5 M. Pendapatan Asli Desa dari hasil usaha penyewaan tanah kas sebesar Rp.401.600.000,-, hasil pengelolaan

(8)

pasar/kios desa sebesar Rp. 12.120.000,-, dan hasil pengelolaan sumber air bersih desa sebesar Rp. 10.900.000,-. Angka tersebut mencapai lebih dari 17 persen dari total APBDes.

Kemudian ditambah swadaya masyarakat sebesar Rp. 39.000.000,-. Sisanya berasal dari Dana Desa (675.849.000,-), bagi hasil pajak dan retrebusi (36.810.000,-), ADD (524.936.000,-), serta bantuan keuangan Provinsi dan Kabupaten.

Berbagai potensi-potensi ekonomi tersebut tentunya harus dikelola dengan baik agar mampu memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat. Sesuai dengan anjuran pemerintah pusat melalui program Dana Desa dan karakter ekonomi masyarakat, lembaga ekonomi berupa Badan Usaha Milik Desa dianggap memiliki peran strategis dalam memegang peran penegmbangan potensi tersebut. Desa Karangpelem telah mendirikan BUMDes dengan nama BUDI MAKMUR sebagai sarana pengembangan usaha-usaha tersebut.

(9)

PENGEMBANGAN DESA INOVASI

DI DESA TIRTOMULYO, KECAMATAN PLANTUNGAN KABUPATEN KENDAL

E. Gambaran Umum Desa

Desa Tirtomulyo terletak 40 Km ke arah selatan dari pusat Kabupaten Kendal, berada di wilayah perbukitan. Desa ini berada di dataran tinggi dengan ketersediaan air yang cukup.

Luas desa 149.000 Ha.

Potensi desa terdiri dari pertanian dalam arti luas, pengolahan makanan, dan pariwisata (alam). Produk olahan berupa tepung mocaf, beras analog, mi jagung, telur asin, jahe instan, gula aren, kolang-kaling, keripik pisang, keripik tempe, widaran. Hasil pertanian meliputi kopi robusta, beras merah, ayam jawa super.

Desa ini telah memiliki BUMDes Tirti Manunggal Sejahtera dan Pasar Desa.

Terdapat beberapa kelompok tani dan kelompok wanita tani yang tergabung dalam Gapoktan Usaha Maju Sejahtera. Dalam rangka pengembangan produk olahan, KWT teklah bekerjasama dnegan UNDIP dan USM dalam rangka alih teknologi.

Beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan inovasi adalah masih rendahnya kualitas SDM, partisipasi yang masih perlu ditingkatkan dan keswadayaan yang agak kurang. Potensi produk dan kelompok bisa menjadi pendorong berkembangnya inovas.

Dukungan sumberdaya desa terdiri dari dana desa sebesar 850 juta rupiah dan total APBDes mencapai 1,5 Milyar rupiah

Berbagai potensi-potensi ekonomi tersebut tentunya harus dikelola dengan baik agar mampu memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat. Sesuai dengan anjuran pemerintah pusat melalui program Dana Desa dan karakter ekonomi masyarakat, lembaga ekonomi berupa Badan Usaha Milik Desa dianggap memiliki peran strategis dalam memegang peran penegmbangan potensi tersebut. Desa Tirtomulyo telah mendirikan BUMDes pada tahun 2016 dengan nama TIRTO MANUNGGAL sebagai sarana pengembangan usaha-usaha tersebut. BUMDes mengelola usaha loket pembayaran listrik, pulsa dan lainnya, e Warung, pasar/kios desa dan produk olahan makanan seperti widaran, bubuk kopi, krecek, sagon, gula aren, beras analog, mi jagung dan sebagainya. Hanya saja saat ini masih menemui kendala terbatasnya permodalam BUMDes, jaringan pemasaran dan pendampingan.

Kegiatan desa inovasi ini bertujuan memperkuat peran BUMDes di dalam pengelolaan potensi tersebut melalui berbagai inovasi. Inovasi berupa perbaikan manajemen

(10)

pengelolaan, proses produksi maupun kelembagaan. Untuk itu kegiatan Desa Inovasi di Desa Karangpelem diarahkan untuk memperkuat peran BUMDes tersebut.

(11)

PENGEMBANGAN DESA INOVASI

DI DESA WIRUN, KECAMATAN MOJOLABAN, KABUPATEN SUKOHARJO

F. Gambaran Umum Desa

Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo merupakan salahsatu desa yang memiliki potensi ekonomi kreatif. Desa ini terletak di sebelah utara pusat pemerintahan Kabupaten Sukoharjo (14 Km), dan dekat dengan Kota Surakarta (di sebelah selatan Kota Surakarta). Terdiri dari 8 Dusun, 15 RW, dan 52 RT, desa ini memiliki luas wilayah sebesar 268,8 Ha. Jumlah penduduk 6.977 Jiwa (2.198 KK).

Potensi ekonomi kreatif terdiri dari sentra kerajinan gamelan, kain tenun, kerajinan kain jumputan yang telah diekspor ke luar negeri, kerajinan wayang kertas, kerajinan keris, kerajinan genteng, kerajinan batik kayu, dan budidaya tanaman bonsai. Selain itu juga terdapat BUMDes yang bergerak dibidang jasa, serta adanya potensi sumebrdaya alam berupa embung desa dan lahan persawahan, serta kawasan miniatur dunia.

Kerajinan gamelan kini digeluti oleh 9 pengarjin, dan masing-masing memiliki rata- rata 10 tenaga kerja. Proses produksi secara tradisional, pemasarannya dijual dalam dan luar.

Industri tersebut melayani pesanan dari berbagai pihak, terutama untuk wilayah bali. Indusrti gamelan ini juga diminati sebagai objek wisata. Produksi kerajinan tenun, wayang, dan genteng juga berpotensi sebagai salahsatu atraksi wisata. Industri genteng terdapat kurang lebih 200 unit produksi, dengan mengunakan proses produksi cetak manual (mesin pres).

Di desa ini juga terdapat embung ddengan luas kurang lebih 2 Ha yang saat ini belum dikelola secara optimal, hanya dimanfaatkan untuk area pemancingan, di sisi lain memiliki potensi untuk dikelola sebagai area wisata. Potensi adat budaya terdiri dari bersih desa, acara ketoprak dan pagelaran budaya, wayang kulit.

Selain potensi di atas, di desa ini juga terdapat sarana ibadah dari aliran kepercayaan Hindu Jawa berupa lahan 2 Ha yang berisi bangunan miniatur candi/monumen dunia.

Rencana akan dibangun 1.000 miniatur bangunan. Tempat ini dikunjungi oleh banyak orang dari berbagai belahan dunia penganut kepercayaan tersebut.

Dari aspek kelembagaan, BUMDes bergerak di bidang penyediaan sarana pertanian, dan jasa perdagangan lainnya (kerjasama dengan gudang LUWES). Terdapat BPD, LPM, Kelompok Tani dan Gapoktan. Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) juga telah dibentuk, namun belum ada kegiatan yang dilaksanakan terkait pengelolaan wisata desa.

Dari aspek keuangan, potensi keuangan desa cukup besar, sekitar 3,6 Milyar rupah yang terdiri dari ADD, DD, PADes, dan dana program lainnya. Alokasi Dana Desa (ADD)

(12)

sebesar RP. 633.785.000 yang digunakan untuk untuk operasional Pemerintah Desa, Dana Desa (DD) sebesar Rp. 825.692.000 sebagian besar masih untuk pembangunan fisik, di tahun 2018 akan dialokasikan sebagian untuk peningkatan modal BUMDes. Pendapatan Asli Desa (PAD) sebesar Rp.47.000.000 untuk Operasional Pemerintah Desa, dan Retribusi sebesar Rp.144.703.000 untuk operasional Pemerintah Desa.

Dengan potensi wisata di atas, beberapa biro wisata atau hotel memiliki paket wisata ke Desa Wirun untuk mengunjungi sentra-sentra industri tersebut di atas. Wisatawan berasal dari kalangan domestik maupun asing. Akan tetapi, kunjungan belum terkoordinir, serta belum adanya pengelolaan wisata oleh desa dan masyarakat desa secara terpadu. Selain itu banyak atraksi wisata yang belum dikembangkan, seperti kerajinan wayang, keris, genteng, dan embung.

(13)

PENGEMBANGAN DESA INOVASI

DI DESA SEPAKUNG, KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG

G. Gambaran Umum Desa

Desa Sepakung, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang terletak di antara lereng Gunung Telomoyo dan Gunung Kendil, dengan ketinggian wilayah 960 mdpl. Jarak ke pusat kabupaten 31 km, dengan luas 1.050 hektar terdiri dari 12 Dusun, 17 RW, 40 RT.

Jumlah penduduk 4.909 jiwa terbagi dalam 1.342 KK.

Potensi Desa Sepakung dalam pertanian dan perkebunan meliptuti tanaman pangan (padi, ubi kayu, ubi jalar, dan jagung), tanaman buah-buahan (alpukat, pisang, jambu biji, kelengkeng, dan nangka), tanaman perkebunan (kelapa, cengkeh, dan kopi), tanama sayuran (kolbis, tomat, cabai, brokoli, sawi, dan onclang). Potensi peternakan meliputi sapi sebanyak 2.135 ekor, kambing sebanyak 886 ekor. Adapun potensi industri olahan (home industry) dan UMKM berupa olahan keripik (1 kelompok), tape (5 kelompok), gula semut (1 kelompok) dan gula aren (352 orang).

Desa Sepakung juga memiliki potensi adat dan budaya yang berasal dari kearifan lokal berupa kehidupan gotong royong, kegiatan kerja bakti, dan merti dusun atau sedekah bumi yang dilakukan guna menjaga eksistensi adat istiadat setempat.

Potensi lain adalah pariwisata. Di Sepakung terdapat wisata alam air terjun, tracking dan pemandangan alam yang bagus. Desa yang berada di lereng pegunungan ini memiliki potensi alam yang sudah dikembanngkan menjaid objek wisata oleh kelompok pemuda dan kelompok sadar wisata. Hanya saja, di dalam pengelolaan masih belum menggunakan prinsip pegelolaan yang baik akibat kekurangan kemampuan SDM.

Sumber keuangan desa sebesar Rp. 2.073.676.000,0 berasal dari Bantuan Keuangan Provinsi sebesar Rp. 5.000.000,-, Bagi Hasil Pajak Dan Retribusi Rp. 68.392.000,-, Hasil Usaha Desa Rp. 72.000.000, -, Swadaya, Partisipasi & Gotong Royong Rp. 187.670.000,-, Alokasi Dana Desa Rp. 665.620.000,-, dan Dana Desa Rp. 1.074.994.000,-.

Pembangunan desa Sepakung menghasilkan beberapa infrastruktur publik berupa jalan, jembatan, fasilitas pertaninan, sarana pendidikan dan kesehatan serta optimalisasi potensi wisata desa.

Prestasi yang telah diraih desa Sepakung diantaranya menjadi juara 3 Lomba Desa tingkat Provinsi Jawa Tengah, juara 1 Lomba Desa tingkat Kabupaten Semarang, juara 1 Lomba Desa tingkat Kecamatan Banyubiru, juara 2 Lomba Pos Daya tingkat Kabupaten Semarang, penghargaan Lunas PBB 100% sebelum jatuh tempo selama 5 tahun berturut-

(14)

turut, penghargaan sebagai desa ODF pada tahun 2015, penghargaan sebagai Desa Tangguh Bencana tahun 2018, dan juara 1 lomba prajuritan tk SD/MI kab. Semarang th.2016/2017.

Terjadi peningkatan taraf ekonomi dengan keberadaan desa wisata yang berdampak pada penurunan pengangguaran dan meingkatnya roda perekonomian mikro di desa. Jumlah wisatawan yang berkunjung pada tahun 2017 mencapai sekitar 48.000. Pembangunan dalam bidang pendidikan yaitu terealisasikannya sarana dan prasarana penunjang dari tingkat PAUD hingga tingkat SMP/MTs. Peningkatan ekonomi dengan adanya desa wisata menurunkan pengangguan, desa wisata meningkatkan perekonomian mikro desa. Jumlah wisatawan 2017 yaitu sekitar 48.000. pendidikan : terwujudnya fasilitas sarpras dari PAUD hingga SMP/MTs.

Desa Sepakung menciptakan sistem pelayanan masyarakat melalui program desa digital dengan memanfaatkan aplikasi mobile yang dapat diakses melalui smartphone. Keterbukaan informasi publik melalui media sosial dan situs resmi yang dikelola desa (www.sepakung.id).

(15)

PENGEMBANGAN DESA INOVASI DI DESA SURJO, KECAMATAN BAWANG

KABUPATEN BATANG

H. Gambaran Umum Desa

Desa Surjo, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang terletak di sebelah selatan, sekitar 30 Km dari pusat pemerintahan. Desa ini berbatasan dengan kecamatan Plantungan, Kabupaten Kendal. Desa Surjo terdiri dari 7 pedukuhan yaitu Dukuh Surjo, Dukuh Kuripan, Dukuh Lempuyang, Dukuh Gondangan, Dukuh Gabug, Dukuh Harjo Winangun, dan Dukuh Karangsari.

Wilayah ini merupakan daerah pegunungan dengan potensi tanaman perkebunan, tanaman pangan (jagung, ubi) dan hortikultura. Pada dekade 1970 an, sebagian besar penduduk menanam jeruk keprok sebagai komoditas unggulan. Namun kemudian terkena serangan virus sehingga tidka produktif lagi. Warga kemudian menggantinya dengan tanaman cengkeh yang nilainya cukup tinggi pada tahun 1980 an. Pada dekade terakhir, nilai dan potensi cengkeh sudah menurun, sehingga masyarakat beralih ke berbagai tanaman lainnya.

Wilayah ini juga terkenal dengan produksi emping melinjo. Desa Surjo merupakan produsen utama emping melinjo di wilayah Kabupaten Batang, potensi lainnya adalah adanya lahan hutan dan tempat bersejarah (yang dianggap keramat) sebagai aset wisata.

Pada beberapa tahun terakhir, banyak warga menanam kopi robusta. Hal ini diawali oleh seorang mantan transmigran di Lampung yang pulang ke desa dan membudidayakan kopi robusta. Keberhasilannya banyak ditiru oleh tetangga dan petani lain di wilayah Kecamatan Bawang. Pak Burochim menjadi pelopor budidaya dan mengembangkan varietas kopi lokal. Beliau juga sering diminta jasa untuk menyambungkan bibit kopi lokal dengan kopi yang lebih bekrualitas. Kopi Surjo saat ini dikenal kualitasnya lebih baik dibanding dengan kopi lain di sekitarnya melalui uji laboratorium.

Produksi kopi di Desa Surjo kini mencapai 20 ton sekali panen. Pak Burochim beserta sebagian petani membentuk kelompok tani Winang Sari, yang bergerak dari pembibitan dan penanaman. Namun kelompok ini belum mampu memanajemen usaha bersama sampai pada pemasaran. Selama ini pemasaran bersama hanya bagi mereka yang tergabung kelompok, adapin di luar itu penjualan dilakukan oleh masing-masing individu.

Selain budidaya, kelompok juga sedang bergerak ke produksi bubuk kopi. Pada tahun ini sedang proses mengurus ijin PiRT. Pada tahun ini, Dinas Pertanian dan Perkebunan

(16)

Provinsi Jawa Tengah memberikan fasilitasi untuk sertifikasi organik. Bantuan peralatan pngolah juga sedang dalam proses pencairan.

Dengan potensi tersebut, maka snagat diperlukan adanya optimalisasi agar mampu menghasilkan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Dibutuhkan suatu terobosan di dalam pengelolaan usaha budidaya kopi dari hulu – hilir melalui berbagai inovasi baik kelembagaan kelompok tani, teknis produski maupun pemasaran.

(17)

PENGEMBANGAN DESA INOVASI

DI DESA CEMPAKA, KECAMATAN BUMIJAWA KABUPATEN TEGAL

I. Gambaran Umum Desa

Desa Cempaka, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal berada di wilayah pegunungan, lereng Gunung Slamet. Desa ini memiliki ptensi sumberdaya alam yang sengat besar dengan kondisi tanah yang subur disertai ketercukupan sumberdaya air. Potensi sumberdaya air cukup besar, dimana terdapat banyak mata air di sekitar desa tersebut, yang selain bermanfaat untuk pertanian, juga sudah dikembangkan untuk pariwisata. Potensi alam lainnya berupa berbagai tanaman pertanian dan perkebunan yang menunjang perekonomian warga. Salahsatu tanaman potensial adalah bambu, yangs elain dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, juga dimanfaatkan untuk industri kreatif dan pariwisata.

Upaya pembangunan desa yang sedang digalakkan adalah pengembangan desa berbasis alam, budaya dan industri kreatif. Pengelolaan pariwsata dilakukan oeh kelompok sadar wisata (Pokdarwis) yang dimotori oleh generasi muda. Pokdarwis telah mengelola sumber-sumber mata air menjadi objek wisata kolam air yang saat ini sudah dikunjungi ratusan wisatawan setiap minggunya. Pokdarwis juga mengelola pasar tradisional dengan nama “Pasar Slumpring” di dalam kebun bambu yang lokasinya bersebelahan dengan objek wisata mata air.

Pasar Slumpring dikelola menyerupai pasar Papringan di Temanggung, dijual berbagai makanan tradisional, serta transaksi menggunakan mata uang bambu. Pasar Slumpring juga diramaikan dengan panggung seni.

Pendukung wisata salahsatunya adalah kerajinan bambu. Banyaknya sumberdaya pohon bambu dimanfaatkan masyarakat untuk diolah menjadi produk kerajinan. produk kerajinan terutaam berupa souvenir seperti gelas, teko, anyaman, tas, dan aneka bentuk lainnya. Produk kerajinan bambu tersebut sangat potensial sebagai produk pelengkap pariwisata. saat ini terdapat kelompok pengrajin bambu yang memiliki komitmen untuk pengembangan produknya.

Adapun pemanfaatan bambu untuk bahan baku konstruksi mendukung wisata masih kurang berkembang. Konstruksi bambu seperti gazebo, panggung, meja, kursi, dan pagar masih dibuat secara tradisional dan ala kadarnya. Potensi konstruksi bambu yang unik seperti jembatan, arena swafoto, dan sarana umum seperti toilet atau Mushola juga belum ada. Oleh sebab itu, perlu upaya inovatif pemanfaatan bambu sebagai bahan baku konstruksi yang unik pendukung wisata sebagaimana digambarkan di atas.

(18)

Oleh sebab itu, kegiatan pengembangan desa inovasi di Desa Cempaka diarahkan kepada pengembangan potensi alam dan budaya tersebut, yaitu berupa pariwisata berbasis alam dan kearifan lokal. Potensi ekonomi masyarakat desa diharapkan meningkat dengan adanya kegiatan wisata sebagai pendorong sektor lainnya. Salahsatunya adalah potensi industri kerajinan bambu sebagai souvenir wisata. Untuk menuju produk kerajinan yang berkualitas sebagai pendukung wisata, diperlukan upaya peningkatan wasan dan kapasitas pelaku usaha dalam rangka mengembangkan kreasi baru sesuai dengan perkembangan minat pasar. Selain itu juga dibutuhkan jejaring yang kuat dengan pihak terkait.

(19)

PENGEMBANGAN DESA INOVASI

DI DESA TLOGOSONO, KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

J. Gambaran Umum Desa

Desa Tlogosono terletak di sebelah utara pusat kabupaten, merupakan wilayah perbukitan, serta berbatasan dengan kawasan Perhutani. Desa ini terletak di pegunungan dengan potensi pertanian ladang yang subur. Potensi pertanian berupa ladang yang ditanami kayu keras, buah (kelapa, durian, dan pisang) dan sayur. Potensi buah unggulan adalah buah durian yang dijual dalam bentuk utuh ke luar daerah. Durian Tlogosono terkenal di kawasan Purworejo karena memiliki citarasa yang khas. Sebagaian penduduk juga membudidayakan ternak yait, kerbau, ayam, ikan, kambing, sapi.

Potensi lainnya berupa madu lokal, sudah terbentuk kelompok petani madu yang beranggotakan 32 orang. Mereka memelihara madu lokal, pernah mendapatkan bantuan lebah asal Australia, namun tidak sesuai dengan pola pemeliharaan petani, sehingga gagal. Selama ini madu dijual kepada pengepul seharga 200 ribu per botol (600 Ml), produksi rata-rata 50 – 60 botol sekali panen;

Di desa ini baru dibentuk BUMDes sebagai pengelola usaha jasa pedesaan, namun belum memiliki usaha riil. Diharapkan BUMDes ini nantinya mampu mengelola usaha produktif pedesaan.

Potensi lainnya berupa bentangan alam berupa lahan perhutani dan perbukitan yang memiliki potensi wisata minat khusus. Terdapat landscape yang menarik untuk wisatawan.

Selain itu lokasi ini sering digunakan sebagai arena olahraga offroad sepeda motor.

Kepala desa sudah berupaya menjajaki kerjasama dengan berbagai instansi untuk mengembangkan potensi tersebut, antara lain dengan Perhutani untuk pengelolaan wisata.

Namun saat ini masih menemui kendala antara lain dari aspek kelembagaan pengelola, sumberdaya dan pengalaman yang belum memadai.

Oleh sebab itu, kegiatan pengembangan desa inovasi di Desa Tlogosono diarahkan kepada pengembangan potensi bentangan alam tersebut, yaitu berupa pariwisata berbasis landscape alam. Potensi ekonomi masyarakat desa diharapkan meningkat dengana danya kegiatan wisata sebagai pendorong. Berkembangnya wisata diharapkan dapat meningkatkan produktifitas udaha lainnya antara lain produk buah dan madu, kuliner, dan industri kreatif lainnya, serta akomodasi wisata. Kegiatan wisata tersebut juga perlu dilembagakan dalam kelompok pengelola wisata desa yang bisa dilakukan oleh BUMDes atau Kelompok Sadar

(20)

Wisata dengan melibatkan masyarakat. Sehingga diharapkan mampu membangkitkan nilai tambah bagi pembangunan desa dan kesejahteraan masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal pembelian Unit Penyertaan KISI EQUITY FUND dilakukan oleh Pemegang Unit Penyertaan secara berkala sesuai dengan ketentuan butir 13.3 Prospektus, maka Formulir

Pelaksanaan pengabdian masyarakat ini mengambil sasaran Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) desa Tasikmadu dan desa Sumurgung Kecamatan Palang Kabupaten Tuban9. Hasil

Pemerintah desa telah membuat Badan Usaha Milik Kampung (BUMDes Sejahtera) yang bertujuan untuk menambah Pendapatan Asli desa dan juga mensejahterakan masyarakat

Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) adalah lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintah desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk

Mitra dalam program ini adalah Laundry Express, usaha yang baru dirintis pada bulan Agustus 2019 oleh pemiliknya Siti Komariah beralamatkan di Jalan Abimanyu

Peningkatan Daya Saing Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Kecamatan Mayong Kabupaten

Salah satu desa yang memiliki potensi untuk pengembangan BUMDES adalah Desa Klatak, Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.. Kata Kunci: Manajerial; BUMDes;

Dengan potensi demikian masyarakat dan pemerintah desa memamfaatkan lahan tambak tersebut sebagai salah satu potensi desa untuk mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)