• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KUALITAS MANAJERIAL PENGELOLA BUMDES UNTUK PENGUATAN ORGANISASI PADA TAHAP INFAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KUALITAS MANAJERIAL PENGELOLA BUMDES UNTUK PENGUATAN ORGANISASI PADA TAHAP INFAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

| 119

Published by

Asosiasi Dosen PkM Indonesia (ADPI)

Jl. Komp Unand Padang Besi, Kec Lubuk Kilangan Kota Padang Sumatera Barat Kode Pos 25166|Email: info@adpi-indonesia.id Phone: +6282386622140

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

PENINGKATAN KUALITAS MANAJERIAL PENGELOLA BUMDES UNTUK PENGUATAN ORGANISASI

PADA TAHAP INFAN

Nury Ariani Wulansari1, S. Martono2, Desti Ranihusna3, Anindya Ardiansari4 1,2,3,4Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

1

Email: nuryariani@mail.unnes.ac.id

ABSTRACT

The rural economy is vital to increase the sustainability of village development. Since the emergence of Law No. 6 of 2014, Government Regulation No. 6 of 2014 concerning Villages and Regulation of the Minister of Villages, Development of Disadvantaged Regions and Transmigration No. 4 of 2015, many Villages-Owned Enterprises (BUMDes) were formed. Currently, Central Java Province (Central Java) has 2,511 BUMDES spread over 35 districts and cities. However, out of 1,800 villages in Central Java, only 900 have BUMDES that are actively operating properly. This problem is a challenge for BUMDES management, especially in the Central Java region. One of the areas in the central part of Central Java that is interesting for studies related to BUMDES is Karanganyar Regency. The number of workers in the processing industry in Karanganyar Regency is the second largest in Central Java Province after Semarang City. Nevertheless, it turns out that Karanganyar's economic growth is only 5.02 percent or still below the average growth of the Central Java Province of 5.27 percent and the national average of 5.07 percent. Therefore, it is necessary to analyze and intervene for the development of BUMDES that focuses on sectors outside the traditional sector in Karanganyar Regency. One of the villages that has the potential to develop BUMDES is Klatak Village, Karangpandan, Karanganyar Regency.

Keyword : managerial, village-owned enterprises, Klatak, organization

ABSTRAK

Ekonomi pedesaan merupakan sentra utama yang diprioritaskan untuk meningkatkan kemajuan pembangunan desa. Sejak munculnya UU No 6 tahun 2014, Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa dan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi No. 4 Tahun 2015, maka banyak dibentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Saat ini Provinsi Jawa Tengah (Jateng) memiliki BUMDES sejumlah 2.511 yang tersebar di 35 kabupaten dan kota. Meskipun demikian, dari 1.800 desa di Jateng, hanya sebanyak 900 yang memiliki BUMDES yang aktif beroperasi dengan baik . Permasalahan ini merupakan tantangan bagi pengelolaan BUMDES khususnya di wilayah Jateng. Salah satu wilayah di bagian tengah Jateng yang menarik untuk studi terkait BUMDES adalah Kabupaten Karanganyar. Banyaknya tenaga kerja industri pengolahan di Kabupaten Karanganyar adalah yang terbanyak ke 2 di Provinsi Jawa Tengah setelah Kota Semarang. Meskipun demikian, ternyata pertumbuhan ekonomi Karanganyar hanya sebesar 5,02 persen atau masih berada di bawah rata-rata pertumbuhan Provinsi Jateng

(2)

| 120

Published by

Asosiasi Dosen PkM Indonesia (ADPI)

Jl. Komp Unand Padang Besi, Kec Lubuk Kilangan Kota Padang Sumatera Barat Kode Pos 25166|Email: info@adpi-indonesia.id Phone: +6282386622140

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. yaitu 5,27 persen dan nasional 5,07 persen. Oleh karena itu diperlukan analisis dan intervensi untuk pengembangan BUMDES yang fokus pada sektor di luar bidang tradisional di Kabupaten Karanganyar menjadi hal yang perlu dilakukan. Salah satu desa yang memiliki potensi untuk pengembangan BUMDES adalah Desa Klatak, Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.

Kata Kunci: Manajerial; BUMDes; Klatak; Organisasi

PENDAHULUAN

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia, pemerintah berusaha melakukan pembangunan pedesaan dengan memberdayakan masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas dan keragaman usaha di pedesaan. Hal ini dimaksudkan agar desa memiliki sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan ekonominya secara mandiri, membangun dan memperkuat kelembagaan yang mendukung rantai produksi dan pemasaran, serta mengoptimalkan sumber daya sebagai basis pertumbuhan ekonomi pedesaan. Kurang efektifnya sistem dan mekanisme kelembagaan ekonomi akan mengakibatkan ketergantungan terhadap bantuan pemerintah pusat dan dengan demikian melemahkan semangat desa untuk mandiri3. Untuk mencapai cita-cita pemerintah daerah dalam memajukan dan mengembangkan desa, pemerintah desa harus menerapkan strategi dalam mengelola pemerintahannya untuk memaksimalkan potensinya guna mendukung kehidupan masyarakat yang lebih baik, khususnya di bidang sosial ekonomi dan politik. Semangat demokrasi ekonomi lokal di Indonesia di tingkat pemerintahan desa mulai diwujudkan ketika Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah diterbitkan. Perpres ini menyamakan kedudukan desa dan daerah tingkat III (kabupaten/kota). Kemandirian pemerintahan desa semakin diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (diberi label UU Desa). Berkat peraturan ini, pemerintah desa kini mandiri sepenuhnya untuk mengelola dan membangun pemerintahannya, dan salah satu upaya yang dapat mereka lakukan untuk mewujudkannya adalah dengan mendirikan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa).

Dengan alokasi dana desa diperkirakan berkisar Rp 800 juta-Rp1,4 miliar per desa, diperoleh dari dana gabungan APBN, APBD provinsi, dan APBD kabupaten/ kota maka di Indonesia lebih dari 50% desa telah memiliki BUMDes. Dari jumlah tersebut, saat ini Provinsi Jawa Tengah (Jateng) memiliki BUMDes sejumlah 2.511 yang tersebar di 35 kabupaten dan kota. Meskipun demikian, dari 1.800 desa di Jateng, hanya sebanyak 900 yang memiliki BUMDes yang aktif beroperasi dengan baik.

Permasalahan ini merupakan tantangan bagi pengelolaan BUMDes khususnya di wilayah Jateng. Salah satu wilayah di bagian tengah Jateng yang menarik untuk studi terkait BUMDes adalah Kabupaten Karanganyar. Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Tengah, berbatasan dengan Kabupaten Sragen di sebelah Utara, Kabupaten Wonogiri dan Sukoharjo di sebelah

(3)

| 121

Published by

Asosiasi Dosen PkM Indonesia (ADPI)

Jl. Komp Unand Padang Besi, Kec Lubuk Kilangan Kota Padang Sumatera Barat Kode Pos 25166|Email: info@adpi-indonesia.id Phone: +6282386622140

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. Selatan, Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali di sebelah Barat dan Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi (Provinsi Jawa Timur) di sebelah Timur. Luas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah 77.378,64 (tujuh puluh tujuh ribu tiga ratus tujuh puluh delapan koma enam puluh empat) hektar. Saat ini peran industri pengolahan dalam perekonomian Karanganyar mulai menggeser sumbangan sektor agraris ke total perekonomian wilayah kabupaten. Banyaknya tenaga kerja industri pengolahan di Kabupaten Karanganyar adalah yang terbanyak ke 2 di Provinsi Jawa Tengah setelah Kota Semarang. Meskipun demikian, ternyata pertumbuhan ekonomi Karanganyar hanya sebesar 5,02 persen atau masih berada di bawah rata-rata pertumbuhan Provinsi Jateng yaitu 5,27 persen dan nasional 5,07 persen. Oleh karena itu diperlukan analisis dan intervensi untuk pengembangan BUMDes yang fokus pada sektor di luar bidang tradisional di Kabupaten Karanganyar menjadi hal yang perlu dilakukan.

Salah satu desa yang memiliki potensi untuk pengembangan BUMDes adalah Desa Klatak, Kecamatan Karangpandan, Karanganyar. Desa ini memiliki berbagai macam potensi baik fisik maupun budaya yang menjadi nilai utama dalam menyokong gerak perekonomian desa. Kampung Klatak di Kecamatan Karangpandan memiliki potensi untuk bisa dikembangkan sebagai sentra kuliner terbaru di Kabupaten Karanganyar. Ada berbagai jenis makanan dan minuman lezat yang dijajakan di sana. Saat ini, desa ini tengah dikembangkan oleh Masyarakat Klatak Peduli Wisata (Makladuta) sebagai sentra kuliner dengan nama Kampung Kuliner Klatak. Bagi masyarakat Desa Klatak, keberadaan BUMDes menjadi umpuan harapan akan kehidupan ekonomi yang lebih baik kedepannya akan tetapi BUMDes sebagai organisasi yang masih baru (infant organization) belum berjalan optimal.

Beberapa persoalan yang muncul dalam perjalanan mengelola BUMDes sebagai organisasi yang masih baru (infant organization), diantaranya adalah belum adanya SOP yang jelas mengenai pengelolaan BUMDes, operasional kantor BUMDes yang belum berjalan optimal, belum adanya pembagian tugas yang jelas diantara struktur pengelola BUMDes, pelaksanaan pekerjaan tanpa dukungan sistem informasi berbasis IT yang transparan dan profesional. Berdasarkan permasalahan mitra tersebut, tim pengabdi bermaksud untuk memberikan pelatihan peningkatan kualitas keterampilan manajemen pada pengusaha yang tergabung dalam BUMDes Desa Klatak, Karangpandan melalui pelatihan yang terstruktur, dimulai dari tahap pertama, brainstorming dengan pengusaha yang tergabung dalam BUMDes. Tahap kedua, mengadakan kegiatan pelatihan pada pengusaha dengan mengenalkan konsep-konsep manajemen. Dalam pelatihan ini terdapat kegiatan simulasi konflik (role play) dan membangun kekuatan tim (team building). Tahap ketiga, evaluasi untuk merefleksikan sejauh mana pelatihan telah dipahami dengan baik. Dengan kegiatan pengabdian ini, diharapkan dapat menjadi sarana penguatan kelembagaan bagi BUMDes Klatak terutama pada tahap awal (infant) perkembangan organisasi.

(4)

| 122

Published by

Asosiasi Dosen PkM Indonesia (ADPI)

Jl. Komp Unand Padang Besi, Kec Lubuk Kilangan Kota Padang Sumatera Barat Kode Pos 25166|Email: info@adpi-indonesia.id Phone: +6282386622140

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. METODE

Metode kegiatan yang dilakukan meliputi:

1. Studi pendahuluan kegiatan, yaitu tim pengabdi melakukan pengumpulan informasi untuk mendapatkan gambaran permasalahan pada BUMDES Klatak Kecamatan Karangpandan, Karanganyar. Dari hasil identifikasi awal didapatkan hasil bahwa, BUMDES Klatak terdiri atas pengusaha dengan bermacam-macam produknya yang memiliki potensi ekonomi cerah kedepannya. Mereka mengharapkan dengan adanya BUMDES, prospek usaha mereka akan lebih baik karena dikerjakan dengan cara yang profesional.

2. Kegiatan inti pengabdian yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:

 Tahap pertama, pelatihan sinergi organisasi atau manajerial. Pelatihan ini ditujukan untuk penguatan kelembagaan BUMDES sebagai organisasi infan yang rentan rapuh secara struktural. Oleh karena itu, penting untuk diadakan pelatihan dimulai dari: Pemberian materi mengenai konsep dasar manajemen organisasi; Penyusunan proses bisnis BUMDES; Mengidentifikasi kebutuhan anggota, termasuk didalamnya adalah mengkomunikasikan program pada anggota; Pemberian materi mengenai konsep dasar manajemen organisasi; Penyusunan proses bisnis BUMDES; Mengidentifikasi kebutuhan anggota, termasuk didalamnya adalah mengkomunikasikan program pada anggota; Pengenalan potensi masalah dalam operasional manajemen organisasi.

 Tahap kedua, pendampingan teknis pada peserta untuk tujuan penyelesaian masalah yang kedua, yaitu: Pendampingan penyusunan SOP; Penyusunan SO (struktur organisasi); Prosedur kerja; Sistem administrasi pencatatan berbasis IT; Penyusunan job description.

 Tahap ketiga, kegiatan evaluasi dan refleksi. Kegiatan ini ditujukan untuk evaluasi dan mendapatkan umpan balik (feedback) dari peserta pengabdian. Peserta akan merefleksikan sejauhmana pemahaman mereka terhadap konsep manajemen sinergi organisasi lalu mengukurnya dengan kuesioner dan terakhir, menyusun laporan pertanggungjawaban.

(5)

| 123

Published by

Asosiasi Dosen PkM Indonesia (ADPI)

Jl. Komp Unand Padang Besi, Kec Lubuk Kilangan Kota Padang Sumatera Barat Kode Pos 25166|Email: info@adpi-indonesia.id Phone: +6282386622140

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. Metode pelaksanaan penelitian digambarkan sebagai berikut (Gambar 1):

Gambar 1. Metode Pelaksanaan

Pengumpulan Informasi

Pengelola BUMDes Klatak, Karangpandan, Karanganyar

Manajemen Pengelolaan BUMDes yang Belum Optimal

Penyelesaian Pekerjaan yang berbasis IT

 Pelatihan Sinergi Organisasi (Manajerial)

Pendampingan Pembuatan SOP dan Job Description

Evaluasi

Sukses ss Belum Berhasil

(6)

| 124

Published by

Asosiasi Dosen PkM Indonesia (ADPI)

Jl. Komp Unand Padang Besi, Kec Lubuk Kilangan Kota Padang Sumatera Barat Kode Pos 25166|Email: info@adpi-indonesia.id Phone: +6282386622140

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi pandemi dan masih dalam rangka waspada COVID-19 tetap menuntut masyarakat untuk tetap saling jaga jarak dan larangan untuk mengadakan perkumpulan. Sehingga, kegiatan pengabdian yang semula mengajukan BUMDes Klatak sebagai masyarakat sasaran tidak bisa dilakukan karena kondisi ini, sehingga tim pengabdi mengganti masyarakat sasaran pada pengelola BUMDes Klatak, yang sedang menggarap proyek Desa Wisata dan membentuk komunitas Makladuta yang menginisiasi proyek ini. Selain itu, pengelola menyatakan keinginannya untuk didampingi oleh tim pengabdian dari Jurusan Manajemen FE UNNES, untuk membantu pengelola dalam mempersiapkan keperluan program desa wisata ini dan menguatkan dari aspek manajerial. Kesediaan mereka untuk didampingi secara online membuat kegiatan ini berjalan lebih mudah. Berdasarkan pertimbangan tersebut, tim pengabdi mengganti masyarakat sasaran pada kegiatan pengabdian ini. Berikut adalah hasil dari kegiatan pengabdian pada tahap kemajuan:

Brainstroming dengan pengelola Komunitas Duta Wisata Klatak

1. Dilaksanakan secara online melalui koordinasi via WA. Beberapa yang dikoordinasikan adalah mengenai identifikasi kebutuhan masyarakat sasaran dan berbagi bersama mengenai kondisi kampung wisata Klatak. Penyampaian materi mengenai pengelolaan manajerial serta membagikan video tutorial dan modul pencatatan/pengelolaan administrasi keuangan Bumdes. Diskusi dan koordinasi melalui WA ini disambut antusias oleh peserta. Hal ini terlihat dari banyaknya peserta yang mencoba berinteraksi dengan pemateri untuk menyampaikan masalah yang sedang dihadapi mengenai tata kelola keuangan dan manajerial. Adanya pelatihan ini diharapkan pengelola Bumdes di desa Klatak Kabupaten Karanganyar dapat mengelola manajerial dan administrasi keuangan dengan baik. Sebab, dengan pengelolaan manajemen yang baik tujuan organisasi akan tercapai. 2. Diskusi dan koordinasi ini untuk menangkap keinginan warga untuk mewujudkan kampung atau

desa wisata, didukung dengan potensi wilayah Klatak yang memungkinkan, dimana terdapat sungai yang mengalir serta potensi usaha lainnya sesuai dengan kehidupan masyarakat riil dan produk- produk rumah tangga yang beraneka ragam seperti: tempe gembus, tahu pong, usaha ternak kelinci.

3. Salah satu poin dari diskusi adalah semua potensi tersebut nantinya akan disinergikan dengan rencana pembenahan wilayah ini sebagai pusatnya ekonomi kreatif Karanganyar. Pembahasan terkait pendanaan adalah rencananya akan diajukan pada DAK (Dana Alokasi Kusus) Tahun 2021 yang akan datang dengan konsep tersedianya kuliner serta produk oleh-oleh dari produsennya langsung ditambah dengan bangunan-bangunan unik yang orisinil diharapkan mampu menarik pengunjung untuk datang nantinya.

(7)

| 125

Published by

Asosiasi Dosen PkM Indonesia (ADPI)

Jl. Komp Unand Padang Besi, Kec Lubuk Kilangan Kota Padang Sumatera Barat Kode Pos 25166|Email: info@adpi-indonesia.id Phone: +6282386622140

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. Pelatihan Pengelolaan Manajerial BUMDes

1. Dilaksanakan tanggal 9 September 2020. Pada acara ini tim pengabdi menyusun acara dengan mengundang Direktur Utama Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tirta Sejahtera Desa Pluneng, Kecamatan Kebonarum, Klaten, Agus Hariyanto melalui daring menggunakan Aplikasi Zoom meeting. Acara ini juga dihadiri oleh Wakil Bupati Karanganyar Rober Christanto SE sebagai wujud kepeduliannya terhadap Bumdes yang ada di wilayah Karanganyar.

2. Materi dari Bumdes dibawakan dengan tema pengelolaan Bumdes di masa Pandemi. Manajemen yang baik adalah kunci di balik suksesnya suatu usaha atau bisnis, termasuk dalam mengelola jasa pariwisata di tingkat desa. Jika tidak didukung sistem manajerial yang rapi, banyak objek wisata baru yang tak mampu bertahan lama meski sebenarnya memiliki potensi luar biasa.

3. Tirta Sejahtera adalah salah satu BUMDes di Klaten yang berhasil mengelola unit usaha jasa wisata selain BUMDes Tirta Mandiri Desa Ponggok. Pada 2018, omzet total BUMDes Tirta Sejahtera mencapai Rp 1,15 miliar. Mayoritas pendapatan itu dari pengelolaan objek wisata Umbul Pluneng. Kini, BUMDes tersebut mempekerjakan sekitar 24 karyawan dengan gaji hampir setara upah minimum Kabupaten Klaten.

4. Di balik suksesnya BUMDes Tirta Sejahtera, sedikitnya ada empat langkah awal yang bisa dipelajari oleh BUMDes lain, komunitas, atau perkumpulan yang akan mengelola usaha pariwisata di desa, yaitu:

a. Perekrutan karyawan

Perekrutan karyawan harus melalui tahapan yang terencana, dari analisa pekerjaan yang dibutuhkan hingga proses seleksi administrasi dan kompetensinya. Layaknya perusahaan profesional, pihak manajemen mesti menyiapkan kontrak kerja yang mengatur hak dan kewajiban karyawan.

b. Sistem keuangan transparan dan akuntabel

Sebelum mengelola Umbul Pluneng secara resmi pada Januari 2018, BUMDes Tirta Sejahtera telah menyiapkan sistem yang menerapkan prinsip- prinsip manajemen keuangan seperti standar akuntasi, akuntabilitas, konsistensi, viability (pengeluaran sejalan dengan pemasukan), dan integritas.

c. Pengaturan mekanisme kerja

Demi mencapai target yang telah ditetapkan, BUMDes Tirta Sejahtera mengatur sejumlah agenda rutin dengan intensitas, jumlah peserta, dan tujuan yang berbeda. Contoh, ada rapat pengurus harian, rapat koordinasi, rapat sharing personel, rapat konsultasi, hingga rapat penyampaian pertanggungjawaban. Dengan mekanisme yang teratur dan efektif, arah dan tujuan usaha serta ritme kerjanya bisa terjaga.

d. Tetapkan standar operasional dan prosedur

Dalam mengelola unit-unit usahanya, khususnya di bidang pariwisata, BUMDes Tirta Sejahtera telah menetapkan standar operasional dan prosedur atau SOP yang wajib

(8)

| 126

Published by

Asosiasi Dosen PkM Indonesia (ADPI)

Jl. Komp Unand Padang Besi, Kec Lubuk Kilangan Kota Padang Sumatera Barat Kode Pos 25166|Email: info@adpi-indonesia.id Phone: +6282386622140

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. dipatuhi seluruh karyawannya. Mulai dari bagaimana menjaga keamanan serta kenyamanan pengunjung hingga petunjuk kerja untuk meminimalisir potensi kebocoran pendapatan. Beberapa materi dan dokumentasi kegiatan ditampilkan sebagai berikut:

(9)

| 127

Published by

Asosiasi Dosen PkM Indonesia (ADPI)

Jl. Komp Unand Padang Besi, Kec Lubuk Kilangan Kota Padang Sumatera Barat Kode Pos 25166|Email: info@adpi-indonesia.id Phone: +6282386622140

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. Gambar 3. Materi tentang perkembangan pariwisata

(10)

| 128

Published by

Asosiasi Dosen PkM Indonesia (ADPI)

Jl. Komp Unand Padang Besi, Kec Lubuk Kilangan Kota Padang Sumatera Barat Kode Pos 25166|Email: info@adpi-indonesia.id Phone: +6282386622140

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. Gambar 4. Dokumentasi kegiatan pengabdian secara daring

Kesimpulan dan Saran

Brainstorming dapat dilakukan dengan pengelola Komunitas Duta Wisata Klatak menghasilkan identifikasi kebutuhan dalam program inisiasi desa wisata. Kegiatan dilanjutkan dengan pemberian pelatihan dengan mendatangkan narasumber Direktur Kampung Wisata Desa Ponggok, Klaten yang telah sukses secara ekonomi membangun desa wisata disana. Manajemen sinergisitas antar pengelola sangat dibutuhkan untuk mewujudkan tujuan bersama organisasi. Manajemen konflik haruslah diterapkan supaya terjadi sinergisitas anggota BUMDes.

Untuk kegiatan tahap berikutnya, perlu diadakan diskusi dan sarasehan bersama komunitas pelaksana pariwisata dan juga melibatkan masyarakat sekitar untuk mengetahui lebih dalam potensi dan peran yang bisa mereka lakukan dalam persiapan kegiatan ini. Pemberdayaan masyarakat adalah aspek penting yang harus dilibatkan untuk kesuksesan program membangun ekonomi desa.

REFERENSI

(11)

| 129

Published by

Asosiasi Dosen PkM Indonesia (ADPI)

Jl. Komp Unand Padang Besi, Kec Lubuk Kilangan Kota Padang Sumatera Barat Kode Pos 25166|Email: info@adpi-indonesia.id Phone: +6282386622140

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. BPS Karanganyar 2021 Kecamatan Karangpandan Dalam Angka

Jateng Today. (2019). Ada 2511 BUMDES di Jateng, belum semua digarap serius.

Maryunani. (2008). Pembangunan Bumdes dan Pemberdayaan Pemerintah Desa. Bandung: CV Pustaka Setia.

Najib, M., Putra, A. S. N., Hernawan, A. K., Setyono, K., Safitri, S. N., & Putri, A. D. K. (2019). Bumdes: Pembentukan dan Pengelolaannya. PUSDATIN BALILATFO Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia.

Sofyani H, Atmaja R and Rezki S B 2019 Success Factors of Village-Owned Enterprises (BUMDes) Performance in Indonesia: An Exploratory Study J. Account. Invest. 20

Tribun Jateng. (2016). Hampir Separo BUMDes Mati Suri, Bapermades Gandeng Bank Jateng Lakukan Ini - Tribun Jateng

Gambar

Gambar 1. Metode Pelaksanaan
Gambar 2. Materi yang disampaikan mengenai manajemen BUMDes
Gambar 3. Materi tentang perkembangan pariwisata
Gambar 4. Dokumentasi kegiatan pengabdian secara daring   Kesimpulan dan Saran

Referensi

Dokumen terkait

Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan teknologi yang ramah lingkungan dan menggunakan bahan bakar terbarukan (matahari), akan lebih diminati

Penyusunan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program sarjana di Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi

perbincangan dua hala dapat menyelesaikan masalah di tempat kerja, masalah dibincangkan dengan segera, kita perlu menceritakan masalah kerja kita kepada pihak yang

Dari ketentuan Undang-Undang diatas sangat jelas kalau suatu yayasan yang dalam Undang-Undang BHP masuk dalam badan hukum pendidikan penyelenggara harus

Dari kesimpulan diatas penulis berpendapat bahwa pengolahan bahan pustaka buku merupakan proses mengolah bahan pustaka untuk membantu pemakai dalam menemukan

Manajerial yaitu memahami kebutuhan terkait kelengkapan administrasi yang harus ada, misalkan Peraturan Desa dalam Pembentukan BUMDes, AD-ART BUMDes, Standart

Harapan pada kegiatan ini adalah adanya peningkatan pengetahuan mengenai pengelolaan BUMDes kepada Pemerintah Desa dan pengelola BUMDes, meningkatkan kompetensi

Dengan potensi demikian masyarakat dan pemerintah desa memamfaatkan lahan tambak tersebut sebagai salah satu potensi desa untuk mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)