• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Strategi Manajemen Diri Untuk Mengurangi Merokok.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Strategi Manajemen Diri Untuk Mengurangi Merokok."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas XI IPS SMA Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

oleh

Raden Dewi Noviyanti NIM 1000315

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh

Raden Dewi Noviyanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Raden Dewi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

EFEKTIVITAS STRATEGI MANAJEMEN DIRI UNTUK

MENGURANGI MEROKOK

Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI IPS SMAN 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : Pembimbing I

Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N., M.Pd. NIP 195206201980021002

Pembimbing II

Dr. Ilfiandra, M.Pd. NIP 197211241999031003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

DAFTAR ISI

hal

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN…...1

A.LatarBelakang Penelitian ... 1

B.Identifikasi dan RumusanMasalah Penelitian ... 8

C.TujuanPenelitian ... 11

D.ManfaatPenelitian... 11

E.Sistematika Penulisan ... 12

BAB II STRATEGI MANAJEMEN DIRI UNTUK MENGURANGI MEROKOK ... 13

A.Konsep Dasar Merokok ... 13

B.Konsep Dasar Manajemen Diri...25

C.Asumsi ... 39

D.Kerangka Pemikiran ... 40

E.Hipotesis Penelitian ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A.Lokasi dan Sampel Penelitian ... 42

B.Pendekatan dan Metode Penelitian ... 42

C.DefinisiOperasionalVariabel ... 43

(5)

E.UjiCobaAlatUkur ... 49

F. Prosedur dan Tahapan Penelitian ... 53

G.TeknikAnalisis Data ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

A.HasilPenelitian ... 55

B.PembahasanHasilPenelitian ... 72

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 100

A.Simpulan ... 100

B.Rekomendasi ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 111

(6)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Merokok ... ....46

Tabel 3.2 Kriteria Penyekoran Instrumen Merokok ... 49

Tabel 3.3Hasil Uji Validitas ... 49

Tabel 3.4Kriteria (Keterandalan Reliabilitas) Instrumen ... 50

Tabel 3.5Kisi-kisi Final Instrumen Merokok ... .... 51

Tabel 4.1 Hasil Uji Paired Samples Statistics Data Pre-test dan Post-test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 55

Tabel 4.2 Hasil Uji Paired Samples T-Data Pre-test dan Post-test Teknik Self-Monitoring dengan Teknik Stimulus Control ... 56

Tabel 4.3 Hasil Uji Paired Samples T-Data Pre-test dan Post-test Teknik Self-Contracting dengan Teknik Self-Reward ... 57

Tabel 4.4 Hasil Uji ANACOVA DataPretest-PosttestTeknik Self-Monitoring dengan Teknik Stimulus Control dan Teknik Self-Contracting dengan Teknik Self-Reward ... 57 Tabel 4.5 Efektivitas Strategi Manajemen Diri Terhadap Penurunan Aspek

(7)

DAFTAR GRAFIK

hal

Grafik 4.1Penurunan Merokok Siswa Melalui Teknik Self-Monitoring dan Teknik Stimulus Control ... .59

Grafik 4.2Penurunan Pada Kondisi Pre-test dan Post-test Indikator Perokok Sedang Kelompok Eksperimen ... 60 Grafik 4.3Penurunan Merokok Siswa Melalui Teknik Self-Contracting dan Teknik Self-Reward ... .65

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengangkatan Dosen Pembimbing Surat Izin Penelitian

Surat Pernyataan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 2 Kisi-Kisi Instrument Penelitian

Program Intervensi Strategi Manajemen Diri Untuk Mengurangi Merokok

Lampiran 3 Uji Validitas Uji Reliabilitas Uji ANACOVA Lampiran 4 Data Pretesdan Postest

Data Merokok Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 15 Bandung Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa Pada Proses Konseling

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Di era globalisasi semakin berkembangnya zaman, semakin berkembang hubungan sosial individu dengan adanya rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang ada di dunia sekitarnya. Perkembangan zaman sangat rentan bagi remaja karena remaja sangat rentan dengan pengaruh lingkungan. Sepanjang masa remaja hubungan sosial semakin tampak jelas dan sangat dominan. Kesadaran akan kesunyian menyebabkan remaja mencari hubungan dengan orang lain atau dengan pergaulan. Perubahan-perubahan pada remaja akan mempengaruhi perubahan kognisi dan kepribadiannya serta kehidupan sosialnya.

Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai

kematangan”. Istilah adolescence memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1991).

Masa remaja sering dilukiskan sebagai masa badai dan topan karena ketidaksesuaian antara perkembangan psikis dan sosial. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya (Monks dkk, 1989).Masa remaja termasuk pada tahapan kelima dalam fase perkembangan individu, rentang waktunya antara 13-21 tahun unutk remaja putri dan rentang waktu 14-21 tahun untuk remaja putra (Hurlock, 1994:27). Remaja juga sedang mangalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual. Perkembangan intelektual yang terus-menerus menyebabkan remaja mencapai tahap berpikir operasional formal. Tahap ini memungkinkan remaja mampu berpikir secara lebih abstrak, menguji hipotesis dan mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanya daripada sakadar melihat apa adanya (Shaw & Costanzo, 1985; Asrori & Ali, 2011).

(10)

periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanak sampai dengan awal masa dewasa. Kedaan remaja dikatakan penuh energi, serba ingin tahu, belum sepenuhnya memiliki pertimbangan yang matang, mudah terombang-ambing, mudah terpengaruh, nekat dan berani, emosi tinggi, selalu ingin mencoba dan tidak ingin ketinggalan. Sejumlah karakteristik sikap yang sering ditunjukan oleh remaja, yaitu: (1) kegelisahan, (2) pertentangan, (3) mengkhayal, (4) aktivitas berkelompok, (5) keinginan mencoba segala sesuatu (Asrori & Ali, 2011).

Pada setiap fase perkembangan individu, terdapat permasalahan termasuk pada masa remaja. Permasalahan-permasalahan yang dialami oleh remaja, yaitu: (1) masalah emosiyang menyebabkan remaja stress, stress pada remaja dapat mempengaruhi remaja untuk memulai penggunaan alkohol dan obat-obatan lainnya (Tombak, 2000), (2) masalah keluargayang dapat menyebabkan remaja berurusan dengan narkoba, sex (Richardson, 2004) dan merokok (McCubbinet al., 1985), (4) masalah penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap nilai dan frekuensi absen di sekolah (Duboiset al., 1994). Permasalahan pada remaja yang berupa perilaku menyimpang (maladjustment), yaitu perkelahian, tawuran, free sex, minum-minuman alkohol, geng motor, membolos sekolah, kabur dari rumah, membaca buku/menonton film porno, homoseksual, lesbian dan biseksual, prostitusi, pencurian, penyalahgunaan narkotika dan merokok.

Merokok bagi kehidupan manusia merupakan kegiatan yang

fenomenal”. Artinya, meskipun sudah diketahui akibat negatif merokok tetapi jumlah perokok bukan semakin menurun tetapi semakin meningkat dan usia perokok semakin bertambah muda.

(11)

yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Merokok merupakan aktivitas menghisap asap rokok ke dalam tubuh dengan menggunakan pipa rokok dan mengeluarkan asap rokok melalui mulut yang dapat dilakukan oleh orang dewasa, remaja usia sekolah menengah, anak-anak usia sekolah dasar bahkan balita.

Pelajar SMA berada pada masa remaja tengah dengan rentang usia 15-18 tahun. Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran penting, namun remaja sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri (self-directed). Pada masa ini remaja sudah mengembangkan tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu (Agustiani, 2009 : 29).

Menurut Erikson (Gatchel, 1989) remaja mulai merokok berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu pada masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya. Beberapa remaja melakukan perilaku merokok sebagai kompensatoris. Seperti yang dikatakan oleh Brigham (1991) bahwa perilaku merokok remaja merupakan perilaku simbolisasi. Simbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan dan daya tarik terhadap lawan jenis.

Menurut Leventhal (Efendi, 2005:635) ada kekhawatiran terhadap perilaku merokok pada remaja tersebut, yakni semakin muda seseorang memulai menjadi perokok, makin besar kemungkinan yang bersangkutan menjadi perokok berat di usia dewasa. Jika perilaku merorok pada remaja atau siswa tersebut dibiarkan terus berkembang tanpa adanya upaya pencegahan secara sistematis, maka akan membahayakan kehidupannya kelak.

(12)

Sebuah studi dilakukan di Amerika mengemukakan angka kebiasaan merokok pada remaja-remaja di Amerika serikat pada tahun 2000 melebihi 25% dari angka kebiasaan merokok orang dewasa dan terdapat peningkatan sekitar 50% dari tahun 1988. Lebih dari 80% remaja yang berusia 18 tahun sebagai perokok aktif dan 3000 remaja merokok setiap hari (Soetjiningsih, 2010).

WHO juga semakin mempertegas bahwa seluruh jumlah perokok yang ada di dunia sebanyak 30% adalah kalangan remaja. hampir 50% perokok di Amerika Serikat termasuk usia remaja. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa perilaku merokok dimulai pada saat masa anak-anak dan masa remaja.Hasil riset WHO (World Health Organization)menyebutkan bahwa Indonesia merupakan salah satu dunia dengan jumlah perokok terbesar di dunia dan senantiasa meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1998 menunjukan kelompok perokok aktif usia 10 tahun ke atas di Indonesia tercatat sebanyak 59,04% untuk pria dan 4,85% untuk wanita. Pada kelompok usia 10 tahun ke atas sebanyak 12,8% - 27,7% adalah laki-laki berusia muda (young males) dan sebanyak 0,64% - 1% adalah perempuan(Komalasari & Helmi, 2002; Dewi, 2012).

Jumlah perokok di Indonesia kurang lebih 65,000,000 orang. Jumlah perokok remaja usia 10-24 tahun di Indonesia berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, sekitar 13,5% dari jumlah remaja di Indonesia yaitu sebanyak 10,148,318 orang.Dengan perokok remaja perempuan 2% dari jumlah remaja perokok yaitu 2,029,663 orang dan perokok remaja laki-laki 8,118,655 orang (http://www.bps.go.id./).

Data riset kesehatan tahun 2007 di Indonesia, usia perokok pada usia 15-19 tahun mencapai 4,2 juta jiwa. Dari angka tersebut 7% usia perokok adalah sekolah dasar (SD), 16% usia sekolah menegah pertama (SMP), sedangkan usia sekolah menegah atas (SMA) sebanyak 24% (Deputi Bidang Pencegahan Badan Narkotika Nasional, 2012; Hardiyanti, 2012).

(13)

Global Tobacco Yputh Survey (GTYS) atau survey merokok pada remaja memperlihatkan bahwa 34% remaja di Jakarta pernah merokok dan 16,6% hingga kini masih merokok. Data Survey Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2006 menunjukan, prevalensi perokok remaja usia 15-19 tahun meningkat sebanyak 44% antara tahun 1995 dan 2004 (Rif’an, 2010:113).

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan Dinas Kesehatan Jawa Barat pada tahun 2007 menyebutkan kabiasaan merokok di Jawa Barat rata-rata didominasi sejak usia remaja 15-19 tahun dengan persentase mencapai 50,4%, disusul kelompok usia 25-29 tahun dengan persentase 7,1% dan 5,8% pada kelompok usia diatas 30 tahun (DepKes R.I, 2008).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan peneliti terhadap siswa laki-laki pada hari Senin, tanggal 10 Februari 2014 di SMA Negeri 15 Bandung, peneliti menemukan kasus merokok pada siswa laki-laki dan perempuan kelas XI IPS sejumlah 192 orang, diperoleh data sebagai berikut: perokok berat 1,56 % (3 siswa), perokok sedang 16,67% (32 siswa) dan perokok ringan 14,58% (28 siswa). Faktor yang mempengaruhi mereka untuk merokok, yaitu: faktor teman sebaya 10,16%, faktor iklan 1,56%, faktor kepribadian tipe A 7,65% dan faktor kepribadian tipe B 10,14%. Merokok berdasarkan fungsi merokok 8,28%, tempat merokok 16,43%, waktu merokok 17,92% dan dampak merokok 26,82%.

Merokok dilingkungan pelajar SMA dapat dilihat dari fenomena dan aktivitas remaja dalam merokok. Perokok dapat merasakan sensasi dari merokok. Merokok di kalangan remaja merupakan ajang atau pencarian jati diri, dalam hal ini remaja merokok sebagai simbol kejantanan dan dapat mengurangi kecemasan.

(14)

merokok disebabkan oleh faktor dari dalam diri individu dan juga di sebabkan oleh faktor lingkungan.

Masalah pokok dari remaja yang merokok adalah keinginan yang kuat dari dalam diri remaja untuk memperoleh ketenangan, kenyamanan dan kesenangan. Merokok akan menjadi awal permasalahan bagi remaja seperti terganggunya kesehatan, putus sekolah, perilaku seks yang tidak sehat, perilaku delinkuensi dan penggunaan alkohol serta merupakan pintu awal penggunaan obat-obatan terlarang di masa yang akan datang (Komalasari & Helmi, 2000:3).

Merokok di usia remaja mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak dan lapisan masyarakat. Di pihak sekolah, siswa remaja yang merokok mendapatkan perhatian khususnya dari konselor atau guru bimbingan dan konseling. Peserta didik merupakan tanggung jawab serta peran penting konselor atau guru bimbingan dan konseling dalam pemberian layanan bantuan untuk siswa yang memiliki kebiasaan merokok. Layanan bimbingan dan konseling diperlukan dalam rangka upaya kuratif terkait permasalahan pribadi dan sosial siswa. Bimbingan dan konseling pribadi-sosial merupakan bidang bimbingan di sekolah.

(15)

yang akrab, mengembangkan pemahaman diri, menyalurkan sikap positif serta kemampuan pribadi-sosial yang tepat dan akurat (Yusuf, 2009).

SMA Negeri 15 Bandung telah melakukan upaya untuk mencegah dan mengurangi perilaku merokok siswa yaitu dengan membuat peraturan sekolah mengenai larangan merokok bagi siswa. Upaya bimbingan dankonseling di SMA Negeri 15 Bandung dalam mencegah dan mengurangi merokok pada siswa yaitu dengan melaksanakan kegiatan layanan orientasi terhadap anak kelas X mengenai penyuluhanbahaya NARKOBA (Narkotika, Psikotropika dan Bahan adiktif lainnya), konselor mengenalkan alasan perlunya mentaati aturan dan norma berperilaku khususnya dalam mengurangi merokok serta melakukan layanan responsif berupa konseling individual terhadap siswa yang

tertangkap sedang merokok di lingkungan

sekolahdanmemanggilorangtuasiswabagisiswa yang tertangkapmerokok di sekolahsertamemberikansuratperjanjianuntuktidakmengulangperbuatannyalagi .

Merokok pada siswa kelas XI di SMA Negeri 15 Bandung merupakan bentuk kasus dan permasalahan siswa di sekolah. Permasalahan merokok pada siswa memerlukan sebuah upaya bantuan dari konselor sekolah melalui layanan konseling dalam rangka melakukan upaya kuratif terkait masalah pribadi-sosial siswa. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMA Negeri 15 Bandung terhadap perilaku merokok siswa, peneliti direkomendasikan oleh guru bimbingan dan konseling untuk membuat intervensi dalam mengurangi merokok siswa. Pada penelitian ini ditunjukan untuk memperoleh gambaran umum perilaku merokok siswa remaja dan strategi manajemen diri sebagai strategi untuk mengurangi merokok siswa, sehingga dapat menjadi rujukan bagi konselor dalam mengurangi merokok siswa remaja kelas XI di SMA Negeri 15 Bandung.

(16)

Cognitive-behavior therapy (CBT) merupakan salah satu rumpun aliran konseling

direktif yang dikemukakan oleh Williamson dengan modifikasi bersama teknik kognitif (Cormier&Cormier, 1985 : 519).

Manajemen diribertujuan untuk membantu siswa merubah perilaku negatifnyadan mengembangkan perilaku positifnya dengan jalan mengamati diri sendiri, mencatat perilaku-perilaku tertentu (pikiran, perasaan, dan tindakannya) dan interaksinya dengan peristiwa-peristiwa lingkungannya, menata kembali lingkungan sebagai isyarat khusus (cues) atau antesedent atau respon tertentu, serta menghadirkan diri dan menentukan sendiri stimulus positif yang mengikuti respon yang diinginkan (Asrori, 1995:38).

Dalam menggunakan strategi manajemen diri, di samping klien dapat mencapai perubahan perilaku sasaran yang diinginkan juga dapat berkembang kemampuan manajemen diri (Karoly & Kanfer, l982).Strategi manajemen diri berpotensi meningkatkan pengendalian diri remaja dengan mengatasi perilaku merokokkarena remaja tampaknya memiliki efek langsung pada merokok dan efek tidak langsung melalui teman sebaya yang merokok (Janet, 2006).

(17)

pusing-pusing, mudah gugup, lesu, sakit kepala, dan perasaan cemas (Theodorus, 1994). Sejumlah studi menunjukan merokok berhubungan dengan penggunaan alkohol dan obat-obatan (Sequera et al., 2004:32). Banyak penelitian membuktikan bahwa kebiasaan merokok meningkatkan resiko timbulnya berbagai penyakit, seperti penyakit kanker, paru-paru, jantung koroner, impotensi, stroke, merusak otak dan indra, mengancam kehamilan, merontokkan rambut, katarak, keriput, meusak pendengaran, merusak gigi, emfisema, osteoporosis, tukak lambung, kanker rahim dan keguguran, kelainan sperma, penyakit burger, dan gangguan psikologi (Ellizabet, 2010: 106). Merokok akan menjadi awal permasalahan bagi remaja seperti terganggunya kesehatan, putus sekolah, perilaku seks yang tidak sehat, perilaku delinkuensi dan penggunaan alkohol serta merupakan pintu awal penggunaan obat-obatan terlarang di masa yang akan datang (Komalasari & Helmi, 2000:3).

(18)

Penggantian Nikotin, (2) Pemberian obat-obatan bukan nikotin, (3) Metode Akupuntur, (4) Metode Hipnotis.

Beberapa peneliti telah melakukan suatu intervensi dalam mencegah dan mengatasi kebiasaan merokok, di antaranya adalah penelitianpada siswa SMA Negeri1Natar menggunakan pendekatan konseling behavioral dengan strategi self-control untuk mengurangi kebiasaan merokok siswa. Hasil penelitian

menunjukan kebiasaan merokok dapat dikurangi menggunakan pendekatan konseling behavioral strategi self-control(Ananda, 2013). Penelitian mengenai efektivitas penggunaan cognitive behavior therapy (Terapi Perilaku Kognitif) untuk meningkatkan perceived self efficacy (PSE) berhenti merokok di kalangan siswa SLTP. Hasil penelitian menunjukan pendekatan cognitive behavior therapy efektif dalam meningkatkan perceived self efficacy (PSE)

berhenti merokok siswa (Efendi, 2003). Upaya yang telah dilakukan pihak SMA Negeri 15 Bandung dengan membuat peraturan sekolah mengenai larangan merokok bagi siswa. Namun, hasil studi pendahuluan menunjukan bahwa upaya yang dilakukan pihak sekolah tidak membuat siswa mengubah perilaku merokoknya karena tidak mengubah pemikirannya tentang merokok.

Guru bimbingan dan konseling dapat melakukan upayauntuk mengurangi merokok siswa dengan srategi manajemen dirisebagai sebuah pendekatan kognitif-perilaku. Pendekatan kognitif-perilaku dibangun berdasarkan asumsi, teknik dan strategi riset yang menekankan pada pentingnya aspek kognitif yang berperan penting dalam perilaku. Perilaku dikendalikan oleh interaksi yang kompleks antara peristiwa internal dan kekuatan lingkungan (llfiandra, 2008:53).Manajemen dirimerupakan salah satu model dalam cognitive-behavior therapy. Manajemen dirimeliputi pemantauan diri (self-monitoring),

reinforcement yang positif (self-reward), kontrak atau perjanjian dengan diri

sendiri (self-contracting), dan penguasaan terhadap rangsangan (stimulus control) (Gunarsa, 1996: 225-226). Selanjutnya, dinyatakan bahwa

self-intractional (menginstruksi diri) merupakan teknik kognitif yang mempunyai

(19)

faulity constructs other cognitions about we world or people around us, or of

ourselves” (Yates, 1985:63). Pengaruh teori kognitif pada masalah-masalah manajemen diridisebabkan oleh kesalahan konstruksi-konstruksi atau kognisi-kognisi yang laintentang dunia atau orang-orang di sekitar kita atau diri kita sendiri. Self-instructional atau menginstruksi diri sendiri pada hakikatnya adalah bentukrestrukturisasi aspek kognitif. Teknik manajemen diridiyakini efektif karena teknik manajemen diridapat digunakan untuk berbagai perilaku sasaran (Krumboltz & Thorensen, 1976:426). Merokok pada remaja tidak boleh dibiarkan karena akan membahayakan remaja. Merokok pada remaja akan membahayakan remaja karena pada umunya akan menjadi prediktor bagi sejumlah problem pada remaja seperti putus sekolah, perilaku seks tidak sehat dan delikuensi (Mutia, 2010).

Berdasarkan identifikasi masalah, masalah penelitian dirumuskan dalam

pertanyaan “apakah strategi manajemen diri efektif untuk mengurangi merokok pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris tentang efektifitas strategi manajemen diri untuk mengurangi merokok siswa kelas XI IPS SMA Negeri 15 Bandung.

D. Manfaat Penelitian

(20)

merokoksehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan program layanan bimbingan dan konseling dengan strategi manajemen diri sebagai upaya bantuan kepada siswa di sekolah untuk mengurangi merokok siswa Sekolah Menengah Atas dan siswa menyadari tujuan dirinya mengkonsumsi rokok, mengetahui kerugian dari mengkonsumsi rokok yang tidak terkendali, serta siswa mampu mengendalikan keinginannya untuk merokok agar tidak menjadi kecanduan.

E. Sistematika Penulisan

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 15 Bandung, sasaran dan fokus pada kelompok yang dikenai penanganan adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 yang merokok sebagai sampel penelitian. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan pendekatan non probability sampling, yaitu pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2011). Penentuan sampel disesuaikan dengan karakteristik yang diperlukan dalam penelitian. Pemilihan sampel berdasarkan (1) ciri-ciri populasi yaitu siswa yang merokok, dan (2) kriteria tingkat merokok yang dijadikan subyek penelitian adalah siswa-siswa yang termasuk pada tahap becoming a smoker.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatifyaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan data berupa angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan kontrol (Sukmadinata, 2006:53). Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mendapatkan data numerik berupa persentase merokok siswa kelas XI IPS SMAN 15 Bandung dan keefektivan strategi manajemen diri untuk mengurangi merokok siswa.

(22)

diketahui efektivitas dari perbandingan teknik self-monitoring dan stimulus control dengan teknik self-contracting dan self-reward dalam mengurangi

merokok siswa. Pola desain yang digunakan (Creswell, 2010:310) sebagai berikut :

Keterangan :

E : Kelompok eksperimen melalui teknik self-monitoring dengan teknik stimulus control

K : Kelompok kontrolmelalui teknik contracting dengan teknik self-reward

X : Intervensi (Perlakuan) 01 : Pre-Test

02 : Post-Test 03 : Pre-Test 04 : Post-Test

C. Definisi Operasional Variabel 1. Merokok

Merokok pada siswa laki-laki dan perempuan kelas XI SMA adalah tindakan atau aktivitas yang dilakukan oleh siswa yang rata-rata berusia 16 tahun dalam membakar salah satu ujung gulungan tembakau lalu pada ujung lainnya asap dihisap ke dalam tubuh melalui mulut dan di hembuskan kembali ke luar mulut atau hidung.

2. Manajemen Diri

Manajemen diri merupakan suatu strategi dalam konseling untuk mengubah perilaku negatif dan mengembangkan perilaku positif

E 01 X02

(23)

individumelalui teknik pemantaun diri (self-monitoring), reinforcement positif (self-reward), perjanjian dengan diri sendiri (self-contracting), penguasaan terhadap rangsangan (stimulus control). Adapun tahapan implementasi teknik tersebut yaitusebagai berikut:

a. Self-monitoring merupakan upaya bantuan kepada konseli dengan

mengembangkan kemampuan pemantauan terhadap dirinya dengan mengamati, mencatat dan merekam perilaku yang ditampilkan sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungannya serta sebagai strategi pengumpulan data yang dapat digunakan sebagai evaluasi perubahan dalam perilaku konseli.Pada tahapan ini (1) konseli menyeleksi perilaku atau perasaan yang ingin diubah, (2) konseli menyusun tujuan-tujuan untuk target yang diharapkan dan menghindari hambatan-hambatanya, (3) konseli menargetkan reaksi-reaksi dari self-monitoring, (4) konseli mengawasi akibat dari setiap reaksi yang dialami, (5) konseli mengevaluasi pengelolaan monitoring untuk melihat keberhasilan manajemen dirinya.

b. Self-reward merupakan upaya bantuan kepada konseli dengan

mengembangkan kemampuannya dalam membuat penguatan positif (hadiah) dan negatif (ganjaran) terhadap perilaku yang ditampilkannya.Self-reward dibedakan dalam dua bentuk, yaitu: penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif dengan pemberian sesuatu yang menyenangkan. Pada tahapan ini (1) konseli memiliki perilaku, pikiran, atau perasaan yang ingin ditingkatkan atau dikurangi. Untuk masing-masing pilihan, remaja mendefinisikannya secara khusus dengan hadiah yang memadai, (2) Apabila semakin tinggi reaksi perubahannya, konseli berhak memperoleh rewardyang semakin tinggi, (3) konseli tidak melalukan perubahan perilaku yang besar dalam jangka waktu yang pendek.

(24)

ini (1) konseli membuat perencanaan untuk mengubah perilaku yang ingin dirubahnya, (2) konseli meyakini target yang ingin dirubahnya, (3) konseli bekerjasama dengan teman atau pun keluarga untuk program manajemen dirinya, (4) konseli akan menanggung resiko apapun mengenai program manajemen dirinya, (5) konseli menuliskan peraturan untuk diriya sendiri selama menjalani proses manajemen diri.

d. Stimulus Control merupakan upaya bantuan kepada konseli dengan

mengembangkan kemampuannya dalam mengendalikan respon yang muncul dalam situasi dan kondisi lingkungannya yang mempengaruhi terjadinya perilaku yang tidak diinginkan atau tidak baik. Pada tahapan ini (1) konseli memilih perilaku, pikiran, atau perasaan yang ingin ditinggalkan atau dikurangi, (2) konseli diarahkan untuk menemukan rangsangan atau stimulus yang mempertinggi reaksi dan yang menghambatnya, (3) konseli menyusun kembali rangsangan atau stimulus di sekitar yang ingin dia ubah.

D. Pengembangan Instrumen dan Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan berupa angket (questionnaire) merokok untuk mengungkap data merokok siswa melalui jawaban yang diberikan responden (siswa) sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pernyataan. Instrumen ini di konstruksikan sendiri oleh peneliti dengan merujuk pada teori yang diungkap oleh Leventhal & Clearly, 1980. Pengembangan instrumen dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Penyusunan Kisi-Kisi Instrumen

(25)

Tabel 3.1

Kisi – kisi Instrumen MerokokPadaSiswa

Aspek Indikator Pernyataan No. Item

(+) (-)

Fungsi

Merokok

Perasaan Positif Badan saya terasa segar setelah merokok 1 -

Saya merasa tenang/nyaman bila merokok 6 -

Perasaan Negatif Saya merokok karena dapat mengurangi rasa cemas dalam

menghadapi ujian

3 -

Saya merokok untuk mengurangi rasa kecewa 4 -

Intensitas

Merokok

Tipe Perokok Ringan

1-4 batang rokok perhari

Saya menghisap 1-4 batang rokok perhari 25 -

Tipe Perokok Sedang

5-14 batang rokok perhari

Saya menghisap 5-14 batang rokok perhari 2 -

Tipe Perokok Berat

Lebih dari 15 batang

rokok perhari

Saya menghisap lebih dari 15 batang rokok perhari 40 -

Tempat

Merokok

Tempat Khusus

(Homogen)

Saya merokok di kawasan bebas rokok (smoking area) 8 -

Tempat Umum

(Heterogen)

Saya merokok di mall 9 -

Saya merokok di warung internet (warnet) 10 -

Saya merokok di kafe/restoran 11 -

Saya merokok di area sekolah/kantin sekolah/toilet sekolah 12 -

Saya nongkrong di depan warung sambil merokok 13 -

Tempat Pribadi Saya merokok di kamar mandi 14 -

Merokok lebih nikmat saat udara dingin 22 -

(26)

Aspek Indikator Pernyataan No. Item

Saya merokok karena ditawarkan oleh teman dekat 24 -

Saya merokok karena sahabat saya juga merokok 5 -

Merokok lebih asik jika bersama teman-teman yang merokok 26 -

Saya merokok agar disebut gaul oleh teman-teman 27 -

Saya merokok karena diejek teman 28 -

Saya merokok karena ingin diterima oleh teman (gang) 29 -

Faktor Iklan Daya tarik kemasan rokok Saya merokok bermula dari mencoba produk terbaru di iklan 30 -

Daya tarik model iklan Saya merokok karena ingin seperti bintang iklan rokok 31 -

Saya merokok karena artis idola juga merokok 32 -

Persepsi terhadap pesan

iklan

Saya merokok karena iklan rokok melambangkan kejantanan

dan glamour

33 -

Faktor

Kepribadian

Tipe A

Bekerja cepat Saya merokok ketika harus menyelesaikan pekerjaan/tugas

dengan cepat

34 -

Terburu-buru Saya merokok untuk mengurangi tekanan karena terburu-buru

dalam mengerjakan tugas

35 -

Menghadapi strees Saya merokok untuk mengurangi stres menghadapi tugas yang

banyak

36 -

Kurang beristirahat Saya merokok karena banyak pekerjaan 37 -

Saya mengerjakan banyak hal sambil merokok 38 -

Faktor

Kepribadian

Tipe B

Lamban Saya mengerjakan pekerjaan/tugas dengan lamban sambil

merokok

39 -

Santai Saya memikirkan sesuatu dengan santai sambil merokok 7 -

Saya senang merokok ketika sedang santai/tidak ada kegiatan

lain

41 -

Saya menghabiskan rokok terlebih dahulu sebelum

mengerjakan tugas

42 -

(27)

2. Pedoman Skoring

Masing-masing pernyataan menyediakan dua alternatif jawaban, yaitu: Ya dan Tidak. Skor setiap pernyataan berkisar antara 0 sampai dengan 1, sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh subjek disajikan dalam tabel 3.2, yaitu sebagai berikut :

Aspek Indikator Pernyataan No. Item

(+) (-)

Dampak

Merokok

Kondisi Fisik Saya merokok walaupun tahu dapat menyebabkan otak

kekurangan oksigen

44 -

Saya merasa pusing setelah merokok 45 -

Saya merasa sesak nafas setelah merokok 46 -

Saya merokok walaupun saya tahu bahwa merokok

menyebabkan serangan jantung/impotensi/gangguan

kehamilan dan janin

47 -

Saya merasa deg-degan/jantung berdebar setelah merokok 48 -

Saya merokok walaupun saya tahu merokok dapat

menyebabkan kanker paru-paru/mulut/bibir

49 -

Mulut saya terasa pahit setelah merokok 50 -

Saya merokok walaupun mengetahui dapat menyebabkan

radang selaput lendir

51 -

Saya batuk-batuk setelah merokok 52 -

Sosio Emosional Saya merasa mood bekerja/mengerjakan tugas setelah

merokok

53 -

Saya merasa gelisah jika tidak merokok 54 -

Sosio Kultural Bila saya merokok di daerah saya dianggap hal yang wajar 55 -

Saya merokok untuk menjaga rasa gengsi 56 -

Saya merokok karena saya mampu membeli rokok 57 -

Religius Saya merasa berdosa ketika merokok 58 -

(28)

Tabel 3.2

Kriteria Penyekoran Instrumen Merokok

Skor Jawaban Favorable Unfavorable

Ya 1 0

Tidak 0 1

E. Uji Coba Alat Ukur

Pengembangan angket dilakukan melalui dua tahap pengujian, sebagai berikut :

1. Uji Validitas Butir Item

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen (Arikunto, 2006:78). Pengujian validitas butir item yang dilakukan dalam penelitian adalah seluruh item yang terdapat dalam angket yang mengungkap perilaku merokok. Kagiatan uji validitas butir item bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan mampu mengukur apa yang diinginkan. Pengujian validitas butir item akan menggunakan rumus korelasi Point Biserial. Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3

Kesimpulan Item Jumlah

Memadai 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21, 22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,33,34,35,36,37,38,39,40, 41,42,43,44,45,46,47,48,49,50,51,52,53,54,55,56,57,58,59

58

Tidak Memadai

32 1

(29)

2. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keajegan instrumen atau keterandalan instrumen yang digunakan sebagai ketepatan alat ukur. Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang baik, apabila instrumen tersebut memiliki kesamaan dalam waktu yang berbeda sehingga instrumen dapat digunakan berkali-kali. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas, intrumen diolahdengan metode Kuder-Richardson (KR-20)secara statistik memakai program Microsoft Excel 2010.

Kriteria dari Guilford (1956) yang digunakan sebagai tolak ukur koefisien reliabilitas, tersaji pada tabel 3.4.

Tabel 3.4

Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen

Kriteria Kategori

>0,20 Hubungan sangat kecil dan bisa diabaikan 0,20 - < 0,40 Hubungan yang kecil (tidak erat)

0,40 - < 0,70 Hubungan yang cukup erat 0,70 - < 0,90 Hubungan yang erat (reliabel)

0,90 -<1.00 Hubungan yang sangat erat (sangat reliabel)

1,00 Hubungan yang sempurna

Pada tabel 3.4 disajikan intepretasi ketercapaian tingkat reliabilitas instrumen. Dari hasil perhitungan data dengan menggunakan software Microsoft Excel 2010 pada 58 item pernyataan diperoleh nilai reliabilitas

(30)

Tabel 3.5

Kisi – kisi Final Instrumen MerokokPadaSiswa

Aspek Indikator Pernyataan No. Item

(+) (-)

Fungsi

Merokok

Perasaan Positif Badan saya terasa segar setelah merokok 1 -

Saya merasa tenang/nyaman bila merokok 6 -

Perasaan Negatif Saya merokok karena dapat mengurangi rasa cemas dalam

menghadapi ujian

3 -

Saya merokok untuk mengurangi rasa kecewa 4 -

Intensitas

Merokok

Tipe Perokok Ringan

1-4 batang rokok perhari

Saya menghisap 1-4 batang rokok perhari 25 -

Tipe Perokok Sedang

5-14 batang rokok perhari

Saya menghisap 5-14 batang rokok perhari 2 -

Tipe Perokok Berat

Lebih dari 15 batang

rokok perhari

Saya menghisap lebih dari 15 batang rokok perhari 40 -

Tempat

Merokok

Tempat Khusus

(Homogen)

Saya merokok di kawasan bebas rokok (smoking area) 8 -

Tempat Umum

(Heterogen)

Saya merokok di mall 9 -

Saya merokok di warung internet (warnet) 10 -

Saya merokok di kafe/restoran 11 -

Saya merokok di area sekolah/kantin sekolah/toilet sekolah 12 -

Saya nongkrong di depan warung sambil merokok 13 -

Tempat Pribadi Saya merokok di kamar mandi 14 -

Merokok lebih nikmat saat udara dingin 22 -

(31)

Aspek Indikator Pernyataan No. Item

Saya merokok karena ditawarkan oleh teman dekat 24 -

Saya merokok karena sahabat saya juga merokok 5 -

Merokok lebih asik jika bersama teman-teman yang merokok 26 -

Saya merokok agar disebut gaul oleh teman-teman 27 -

Saya merokok karena diejek teman 28 -

Saya merokok karena ingin diterima oleh teman (gang) 29 -

Faktor Iklan Daya tarik kemasan rokok Saya merokok bermula dari mencoba produk terbaru di iklan 30 -

Daya tarik model iklan Saya merokok karena ingin seperti bintang iklan rokok 31 -

Persepsi terhadap pesan

iklan

Saya merokok karena iklan rokok melambangkan kejantanan

dan glamour

32 -

Faktor

Kepribadian

Tipe A

Bekerja cepat Saya merokok ketika harus menyelesaikan pekerjaan/tugas

dengan cepat

33 -

Terburu-buru Saya merokok untuk mengurangi tekanan karena terburu-buru

dalam mengerjakan tugas

34 -

Menghadapi strees Saya merokok untuk mengurangi stres menghadapi tugas yang

banyak

35 -

Kurang beristirahat Saya merokok karena banyak pekerjaan 36 -

Saya mengerjakan banyak hal sambil merokok 37 -

Faktor

Kepribadian

Tipe B

Lamban Saya mengerjakan pekerjaan/tugas dengan lamban sambil

merokok

38 -

Santai Saya memikirkan sesuatu dengan santai sambil merokok 7 -

Saya senang merokok ketika sedang santai/tidak ada kegiatan

lain

40 -

Saya menghabiskan rokok terlebih dahulu sebelum

mengerjakan tugas

41 -

(32)

F. Prosedur dan Tahapan Penelitian 1. Proses Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Pre-test(Tes Awal)

Kegiatan pre-test dilakukan dengan menyebar angket merokok pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 15 Bandung untuk mendapatkan data mengenai gambaran merokok siswa kelas XI IPS SMA Negeri 15 Bandung.

Aspek Indikator Pernyataan No. Item

(+) (-)

Dampak

Merokok

Kondisi Fisik Saya merokok walaupun tahu dapat menyebabkan otak

kekurangan oksigen

43 -

Saya merasa pusing setelah merokok 44 -

Saya merasa sesak nafas setelah merokok 45 -

Saya merokok walaupun saya tahu bahwa merokok

menyebabkan serangan jantung/impotensi/gangguan

kehamilan dan janin

46 -

Saya merasa deg-degan/jantung berdebar setelah merokok 47 -

Saya merokok walaupun saya tahu merokok dapat

menyebabkan kanker paru-paru/mulut/bibir

48 -

Mulut saya terasa pahit setelah merokok 49 -

Saya merokok walaupun mengetahui dapat menyebabkan

radang selaput lendir

50 -

Saya batuk-batuk setelah merokok 51 -

Sosio Emosional Saya merasa mood bekerja/mengerjakan tugas setelah

merokok

52 -

Saya merasa gelisah jika tidak merokok 53 -

Sosio Kultural Bila saya merokok di daerah saya dianggap hal yang wajar 54 -

Saya merokok untuk menjaga rasa gengsi 55 -

Saya merokok karena saya mampu membeli rokok 56 -

Religius Saya merasa berdosa ketika merokok 57 -

(33)

b. Tratment(Perlakuan)

Treatment merupakan upaya penanganan yang dilakukan terhadap siswa

tipe perokok sedang kelas XI IPS (intensitas merokok 5-14 batang rokok per-hari) berdasarkan hasil pre-test menggunakan strategi manajemen diri. Treatment diberikan hanya kepada 32 orang siswa yang menjadi sampel

penelitian. Hal ini didasarkan pada asumsi dalam penentuan jumlah sampel yang diambil dalam penelitian eksperimental 15 individu untuk setiap kelompok pembanding dipandang cukup memadai (Sukmadinata, 2007 : 261). Karena ada kelompok pembanding maka sampel yang di ambil untuk kelompok eksperimen 16 orang dan kelompok kontrol 16 orang.

Pada treatment ini akan dilakukan delapan sesi pertemuan yang didasari oleh strategi manajemen diri, yaitu dengan tahapan yang ada pada teknik self-monitoring dan stimulus control bagi kelompok eksperimen, dan tahapan yang ada pada teknik self-contracting dan self-reward bagi kelompok kontrol. Setiap sesi dilakukan selama 45 menit per pertemuan dalam 1 minggu sekali. c. Post-test(Tes Akhir)

Pelaksanaan post-test dilakukan setelah melaksanakan serangkaian proses treatment atau perlakuan. Pelaksanaan post-test ini dilakukan dengan mengisi angket yang sama dengan pre-test, hal ini bertujuan untuk melihat perubahan perilaku siswa setelah diberikan treatment (perlakuan).

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menjawab pertanyaan penelitian yang telah disusun pada bab sebelumnya, yaitu :

1. Pertanyaan penelitian mengenai efektivitas strategi manajemen diri dirumuskan ke dalam hipotesis “strategi manajemen diri melalui teknik self-monitoring dengan teknik stimulus controllebih efektif dibandingkanstrategi manajemen diri melalui teknik self-contracting dengan teknik self-rewarduntuk mengurangi merokok”. Pengujian hipotesis dilakukan melalui uji ANACOVA dengan menggunakan software

(34)
(35)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Strategi manajemen diri melalui teknik self-monitoring dengan teknik stimulus controldan strategi manajemen diri melalui teknik self-contracting

dengan teknik self-rewardefektif untuk mengurangi merokok siswa. Tingkat merokok yang mendapat intervensi sebelumnya berada pada kategori perokok sedang setelah mendapat intervensi melalui strategi manajemen diri menurun menjadi kategori perokok ringan.Efektivitas strategi manajemen diri untuk mengurangi merokok siswa dapat dilihat dari penurunan kondisi sebelum intervensi (pretest) dan sesudah intervensi (post test). Hal itu ditandai oleh penurunan skor merokok pada konseli yang mengikuti intervensi konseling kelompok dengan strategi manajemen diri.

B. Rekomendasi

Hasil penelitian menujukan strategi manajemen diri efektif untuk mengurangi merokok siswa. Strategi manajemen diri dapat menjadi solusi terhadap permalasalahan remaja dalam merokok. Dengan demikian :

1. Guru BK/Konselor dapat mengimplementasikan strategi manajemen diri untuk mengurangi merokok siswa SMA sebagai salah satu upaya penanganan siswa yang merokok di sekolah melalui konseling.

2. Guru BK/Konselor diharapkan memanfaatkan hasil penelitian sebagai acuan untuk merancang suatu program bimbingan dan konseling yang mengintegrasikan unsur-unsur anti-merokok sebagai pencegahan merokok bagi siswa di sekolah.

(36)
(37)

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, H. (2009).Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri Remaja. Bandung : Refika Aditama.

Ananda, D. (2013). Mengurangi Kebiasaan Merokok Menggunakan Pendekatan Konseling Behavioral Strategi Self-Control Pada Siswa Sma Negeri 1 Natar Tahun Ajaran 2012/2013. [Online]. Tersedia :

http://himcyoo.files.wordpress.com/2012/04/mengurangi-kebiasaan- merokok-menggunakan-pendekatan-konseling-behavioral-strategi-self-control-pada-siswa-sma-negeri-intar-tahun-ajaran-2012-2013.pdf. Diakses Pada Tanggal 30 Oktober 2013.

Arifin, A. (2003). Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arthur J.F., et al. (1999). The Effects of Household and Workplace Smoking Restrictions on Quitting Behaviours. British Medical JournalPublishing Group Tobacco Control, Vol. 8, No. 3, pp. 261-265.

Asrori, M. (1995). Strategi Pengelolaan Diri untuk Pengembangan Proaktivitas Remaja dengan Menggunakan Model Cormier dan Cormier. DisertasiPPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Asrori, M & Ali, M. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Astuti, K. (2007). Jurnal Riset Daerah. [Online. Tersedia: http://www.google.com. Diakses Pada Tanggal 14 September 2013.

Bandura, A. (1986). Social Foundation of Thought and Action. Englewood Cliffs. New Jersey: Prentice-hall, Inc.

Brigham, C.J. (1991). Social Psychology. Boston: Harper Collins Publisher, Inc.

Carr, A. (2013). Berhenti Merokok Sekarang. Tanggerang : PAPERPLUS Publisher.

(38)

Corey, G. (2005). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Cormier, L.J. & Cormier, L.S. (1985). Interviewing Strategies for Helpers Second Edition, Montery, California: Brooks/Code Publ. Co.

Creswell, J.W. (2012). Educational Research: planning, conducting, and evaluating quantitative and qualitative research. Person Education, Inc.

DepKes R.I. (2008). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

DepKes R.I. (2012). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Detria. (2012). Efektivitas Teknik Manajemen Diri Untuk Mengurangi Kecanduan Online Game.Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Dewi, S.(2012). Profil Perilaku Merokok Siswa Kelas XI IPS SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Dubois, D.L.,et al. (1994). Effects of Family Environment and Parent-Child Relationships on School Adjustment during the Transition to Early Adolescence. Journal of Marriage and Family, Vol. 56, No. 2 (Mei), pp. 405-414.

Efendi, M. (2003). Kebiasaan Merokok di Kalangan Siswa (Studi Kasus Tigas SMK di Kota Malang. Jurnal Ilmu Pendidikan hal. 136- 144.[Online]. Tersedia: http://www.google.google.com/cognitive behavior therapy/htm. Diakses Pada Tanggal 30 Oktober 2013

Effendi, M. (2005). Penggunaan Cognitive Behavior Therapy untuk Mengendalikan Kebiasaan Rokok di Kalangan Siswa melalui Peningkatan Perceived Self-Efficafy Berkenti Merokok. Jurnal Pendidikan Kebudayaan. 056, (11), 633-63.

Elizabeth A.G & John P.P. (1997). Trends in Adolescent Smoking Initiation in the United States: Is Tobacco Marketing an Influence?. British Medical Journal Publishing Group Tobacco Control, Vol. 6, No. 2 , pp. 122-127.

Ellizabet, L. (2010). Stop Merokok.Yogyakarta:Garailmu.

(39)

Fitri, F. (2011). Hubungan Antara Stres Dengan Perilaku Merokok Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Felipe G.C. (1987). A Multivariate Model of the Determinants of Cigarette Smoking Among Adolescents. Journal of Health and Social BehaviorAmerican Sociological Association, Vol. 28, No. 3 September, pp. 273-289.

Fremouw, W.J., & Brown, J.P., Jr. (1980). The Reactivity of Addictive Behaviors to Self-Monitoring: A Functional Analysis. Addictive Behaviors, 5, 209- 217.

Gie, T.L. (1996).Strategi Hidup Sukses. Yogyakarta:Penerbit Liberty.

Gatchel, R.J. (1989). An Introduction to Health Psychology. New York: Mc Graw-Hill Book Company.

Guilford, J.P. (1956). Fundamental Statistic in Psychology And Aducation. 3rd Ed. New York : McGraw-Hill Book Company, Inc.

Gunarsa, S.D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Hafidz, D.H. (2010). Model Konseling Kognitif Perilaku Untuk Manangani Adiksi Obat. Disertasi Jurusan PPB FIP UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Hammen, C.L. (1971). Motivation, structure, and self-monitoring: Role of nonspecific factors in smoking reduction : Web Journal of Counsulting and Clinical Psychology, Vol 31(1), Augt 1971, 80-86. Doi : 10.1037/hoo31279. J Appl.

Hardiyanti, D.N. (2012). Rokok Dalam Kehidupan Remaja. [Online]. Tersedia : http://nurulitadewihardiyanti.blogspot.com/2012/11/rokok-dalamkehidupan-remaja.html. Diakses Pada Tanggal 27 Oktober 2013.

http://www.bps.go.id./

Hurlock, E. (1991). Adolescent Development. Tokyo: McGraw-Hill, Inc.

Hurlock, E. (1994). Developmental Psycology: A Life-Span Approach. Tokyo: McGraw-Hill, Inc.

(40)

Ilfiandra. (2008). Model Konseling Kognitif-Perilaku untuk Mengurangi Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Disertasi PPB FIP UPI Bandung:Tidak diterbitkan.

Jacken, A. (2002). Bye-bye Smoke: Buku Panduan Ampuh untuk Berhenti Merokok. Jakarta Barat: Nexx Media.

Janet, A-McGovern. (2006). The Impact of Self-Control Indices on Peer Smoking and Adolescent Smoking Progression. Journal of Pediatric Psychology 31(2) pp. 139–151.

Jennifer A. E., et al. (2000). Competence Skills Help Deter Smoking among Inner City Adolescents. British Medical JournalPublishing Group Tobacco Control, Vol. 9, No. 1, pp. 33-39.

Jones, R.T.,Nelson, R.E.,& Kazdin, A.E. (1977). “The Role of External Variables in Self-reincforcement: A Review.” Behavior Modification, 1, 147-178.

Kanfer, F.H. (1980). Self-management Methods. “dalam F.H. Kanfer & A.P Goldstein (Eds.), Helping People Change Second Edition, New York : Pergamon Press, 334-389.

Kartono, K.(1989). Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam. Bandung: CV. Mandar Maju.

Karoly, D. & Kanfer, F.H. (1982). Self-management and Behavior Change. New York: Pergamon Press.

Katrowitz, et al. (1978). Positive versus negative self monitoring in the self control of smoking: Web Journal of Counsulting and Clinical Psychology, Vol 46(5), Oct 1978.1148-1150.

Khairun. (2011). Efektivitas Teknik Restrukturisasi Kognitif Untuk Mereduksi Perilaku Merokok Remaja. Skripsi PPB FIP UPIBandung : Tidak diterbitkan.

Komalasari, D. & Helmi, A.F. (2000). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi Unversitas Gadjah Mada. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press. [Online]. Tersedia : http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perilakumerokok_avin.pdf. Diakses Pada Tanggal 14 September 2013.

Krumboltz, H.B. dan Shapiro, J. (1979). “Counseling Women In Behavioral

(41)

Krumboltz dan Thorensen. (1976). Counseling Methods. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Kurniawati, S. (2003). Orangtua Tularkan Kebiasaan Merokok pada Anak. Jurnal Pendidikan.

Laurence, M., et al. (2001). School Smoking Policies and Smoking Prevalence among Adolescents: Multilevel Analysis of Cross-Sectional Data from Wales. British Medical JournalPublishing Group Tobacco Control, Vol. 10, No. 2, pp. 117-123.

Lestari. (2011). Efektivitas teknik self-management untuk meningkatkan kedisiplinan siswa. Skripsi PPB FIP UPIBandung : Tidak diterbitkan.

Leventhal, H & Cleary, P.D. 1980. The Smoking Problem: A Review of the Research and Theory in Behavioral Risk Modification. Psychological Bulletin, 80(2): 370-405.

Levy, M.R. (1984). Lyfe and Health. New York: Random House.

Mahoney, M.K. & Thorensen, C.E. (1974). Self-Control: Power to the Person. Monterey, California: Brooks/Cole Publishing Company.

Manz. CC.(1986). Seni Manajemen Diri Sendiri. Penerbit: Kanisius.

McCubbin. H.I.,et al. (1985). Adolescent Health Risk Behaviors: Family Stress and Adolescent Coping as Critical Factors. Journal National Council on Family RelationsFamily Relations, Vol. 34, No. 1, The Family and Health Care (Januari), pp. 51-62.

Monks, F.J, et al. (1989). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Muchtar, A. (2005). Penularan Kebiasaan Merokok dari Orangtua. Jurnal Pendidikan.

Mu’tadin, Z. (2002). Remaja dan Rokok. [Online]. Tersedia:

http://epsikologi.com/remaja.050602.htm. Diakses Pada Tanggal 7 September 2013.

(42)

Mutia, R. (2010). Layanan Responsif Berbasis Transteoretical Model Untk Mereduksi Perilaku Merokok Pada Remaja. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.

Nainggolan. (2001). Anda Mau Berhenti Merokok? Pasti Berhasil!. Bandung : Indinesia Publishing House.

Nasution, K.I. (2007). PerilakuMerokokPadaRemaja. [Online]. Tersedia : http://usu.ac.id. Diakses Pada Tanggal 14 September 2013.

Nichter, et al. (1997). Smoking Experimentation and Initiation among Adolescent Girls: Qualitative and Quantitative Findings. British Medical JournalPublishing Group Tobacco Control, Vol. 6, No. 4, pp. 285-295.

Odgen, J. (2000). Health Psychology. Buckingham: Open University Press.

Oemarjoedi, A.K. (2003). Pendekatan Cognitive Behavior dalam Psikoterapi. Jakarta: Kreativ Media.

Paul,M.,et al. (2005). A Review of Self-Management Interventions Targeting Academic Outcomes for Students with Emotional and Behavioral Disorders. Journal of Behavioral Education, Vol. 14, No. 3 September, pp. 203-221.

Poerwadarminta. (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta: Erlangga.

Purnamasari, P.Rd. (2013). Rancangan Teknik Self-Monitoring dan Reinforcement Positiveuntuk mereduksi perilaku merokok. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Puspitaningtias, R.E. 2010. Efektivitas Teknik Self Monitoring dan Self Reinforcement untuk Mengurangi Perilaku Off Task Siswa Negeri 20 Malang. SkripsiUniversitasNegeri Malang.[Online]. Tersedia: http:library.um.ac.id. Diakses Pada Tanggal 18 November 2013.

Rahmayani N.R. (2011). Pengembangan Program Konseling untuk Siswa yang Mengalami Kecenderungan Body Dysmorphic Disorder (BDD) dengan Menggunakan Teknik Self-Management. Skripsi PPB FIP UPIBandung: Tidak Diterbitkan.

Rif’an, A.R. (2010). Merokok Haram. Jakarta : Repubika.

(43)

Rock, M. L. (2005). Use of strategic self-monitoring to enhance academic management, productivity, and accuracy of students with and with- out disabilities. Journal of Positive Behavior Interventions, 7, 3–17.

Rogayah. (2012). Asap Rokok sebagai Bahan Pencemar dalam Ruangan. Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RS Persahabatan. Jakarta.

Setuti. (2013). Penerapan konseling behavior dengan teknik penguatan positif untuk meminimalisir kecenderungan perilaku menyimpang siswa kelas VII B8 SMP Negeri singaraja. [Online]: ejournal. Undiksha. ac.id/index.Php/JJBK/article/view/909/779. Diakses Pada Tanggal 18 November 2013.

Sequera, et al. (2004). Smoking Cessations in adolescents: The role of nicotine dependence, stress, and coping methods: Archieves of Pediatrics and Adolescent Mediicine. Chicago. [Online]. Tersedia : http://www.proquest.com. Diakses Pada Tanggal 5 September 2013.

Shelton, J.L. (1979). Behavior Modification for Counseling Centers: A Guide for Program Development. Washington DC: ACPA-APGA.

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Semarang: PT. Gramedia.

Smith, B.W., & Sugai, G. (2000). A self-management functional assessment based behavior support plan for a middle school student with EBD. Journal of Positive Behavior Interventions, 2, 209–217.

Soetjiningsih. (2010). Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta : CV. SAGUNG SETO.

Stage, S.A., & Quiroz, D.R. (1997). A meta-analysis of interventions to decrease disruptive classroom behavior in public education settings. School Psychology Review, 26, 333–368.

Stinson, et al. (2012). A Systematic Review of Internet-based Self-Management Interventions for Youth with Health Conditions. Journal of Pediatric Psychology 34(5) pp. 495–510.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfa Beta.

(44)

Sukmadinata, N.S. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda.

Sunahwa dan Warsito. (2008). Penggunaan Strategi Self-Management Untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Di Lingkungan Pesantren. Jurnal Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan UNESA.

Suzanne L. Tyas & Linda L. Pederson. (1998). Review Article: Psychosocial Factors Related to Adolescent Smoking: A Critical Review of the Literature. British Medical JournalPublishing Group Tobacco Control, Vol. 7, No. 4, pp. 409-420.

Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syamsudin, A. (2004). Psikologi Kependidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Syafiie, R.M.,et al. (2009). Stop Smoking!; Studi Kualitatif Terhadap Pengalaman Mantan Pecandu Rokok Dalam Menghentikan Kebiasaannya. Jurnal Psikologi Universitas Dipenogoro. [Online]. Tersedia :http://eprints.undip.ac.id/10932/1/Jurnal_StopSmoking!.pdf. Diakses Pada Tanggal 30 Oktober 2013.

Theodorus. (1994). Ciri Perokok di Kalangan Mahasiswa/I Universitas Sriwijaya. Jurnal JEN. No. 3, pp. 19-24.

Tombak, L.P. (2000). Neurobehavioral Changes in Adolescence. Journal Sage Publications, Inc. on behalf of Association for Psychological Science Current Directions in Psychological Science, Vol. 9, No. 4 (Agustus), pp. 111-114.

Trim, B. (2006). Merokok Itu Konyol. Jakarta: Ganeca Exact.

Wilkinson, L.A. (2008). Self-Management for Children With High Functioning Autism Spectrum Disorders. Intervention in School and VOL. 43, NO. 3, JANUARY 2008 (PP. 150–157).

Yates, B.T. (1985). Self-Managrement: The Science and Art! of HelpingYourself. Berlmont, California: Wardsworth Publ. Co., A Division ofWardsworth, Inc.

Yusuf L.N, S. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung : Rizqi Press.

(45)

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.4
Tabel 3.5

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melaksanakan kegiatan layanan konseling behavioral dengan operant conditioning sebagai media bimbingan dan konseling yang dilakukan sebanyak 6 kali pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya guru bimbingan konseling dalam mengembangkan konsep diri negatif hingga terbentuknya konsep diri yang positif

1) Layanan dasar, strategi yang diberikan layanan dasar adalah dengan memberikan bimbingan klasikal di dalam kelas berupa penyajian materi “cara meningkatkan harga diri”. 2)

Strategi layanan bimbingan dan konseling sesuai dengan Lmapiran Permendikbud no 111 Tahun 2014 tentan Penyelenggaran layanan bimbingan dan konseli di sekolah dasar

Teknik manajemen diri diharapkan dapat mengurangi kecanduan online game pada siswa, karena tujuan dari tenik manajemen diri itu sendiri adalah membantu konseli

Strategi layanan BK yang dapat dilakukan untuk mengembangkan self- control siswa sekolah dasar adalah layanan dasar dengan strategi bimbingan kelompok, karena menurut

Strategi layanan BK yang dapat dilakukan untuk mengembangkan self- control siswa sekolah dasar adalah layanan dasar dengan strategi bimbingan kelompok, karena menurut Hurlock

Melihat fenomena-fenomena di atas, layanan bimbingan dan konseling sekolah dituntut dapat mengembangkan model untuk menumbuhkan kecakapan pengarahan diri,