• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI MASYARAKAT DEMOKRATIS MELALUI SITUS KEWARGANEGARAAN : Studi Kasus Pada Komunitas Bandung Creative City Forum.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI MASYARAKAT DEMOKRATIS MELALUI SITUS KEWARGANEGARAAN : Studi Kasus Pada Komunitas Bandung Creative City Forum."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Epin Saepudin, 2014

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh

Epin Saepudin

1201461

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Epin Saepudin, 2014

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI

(Studi Kasus Pada Komunitas Bandung Creative City Forum)

Oleh Epin Saepudin

1201461

Disetujui dan Disahkan Oleh

Pembimbing I

Prof. Dr. Endang Danial, AR.,M.Pd.,M.Si NIP. 19500502 197603 1 002

Pembimbing II

Dr. Prayoga Bestari, M.Si NIP. 19750414 200501 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

(3)

Epin Saepudin, 2014

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI

Oleh Epin Saepudin

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

@ Epin Saepudin 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

(4)

Epin Saepudin, 2014

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI MASYARAKAT DEMOKRATIS MELALUI SITUS KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Epin Saepudin (NIM. 1201461). Penguatan Nilai Kesukarelaan dalam Membangun Ekonomi Kewarganegaraan Bagi Masyarakat Demokratis melalui Situs Kewarganegaraan (Studi Kasus Pada Komunitas Bandung Creative City Forum).

(5)

Epin Saepudin, 2014

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI MASYARAKAT DEMOKRATIS MELALUI SITUS KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge based economy), serta (4) perlu penelitian lanjutan mengenai penguatan konsep quadro helix dalam pengembangan kemandirian warganegara di era demokrasi.

ABSTRACT

Epin Saepudin (NIM. 1201461). The Strengthening Value of Voluntarism to Develop Economic Civics for Democratic Citizen Through Site Citizenship (Case Study At Bandung Creative City Forum Community).

(6)

Epin Saepudin, 2014

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI MASYARAKAT DEMOKRATIS MELALUI SITUS KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

advocacy, monitoring and evaluation. The recommendations offered are; (1) empowering local organizations for supporting the program, (2) strengthen synergy community with academics, entrepreneurs, and government, (3) knowledge-based economic development, and (4) further research of strengthening quadro helix concept for developing self-reliance in democracy era.

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelaksanaan pembangunan nasional abad 21 mempunyai pelbagai

tantangan yang unik dan kompleks. Desakan arus globalisasi disamping

memberikan kebebasan dan keterbukaan warganegara untuk berinteraksi dengan

warganegara lain sebagai bagian dari “global citizen”, juga menghadirkan

pelbagai ancaman, hambatan dan tantangan yang harus dihadapi sebagai dampak

globalisasi.

Globalisasi bercirikan adanya persaingan terbuka yang sangat ketat dan

melibatkan negara-negara di seluruh dunia. Persaingan yang terjadi bukan hanya

berlaku bagi warga negara dalam satu negara, melainkan warga negara dalam satu

dunia yang melibatkan berbagai negara. Derajat kemampuan suatu negara dalam

menghadapi persaingan di era global tidak hanya diukur dari seberapa kaya suatu

negara akan sumber daya alam, melainkan seberapa cerdas negara dalam

mengelola sumber daya alam yang dimilikinya.

Sebagaimana dijelaskan Sanusi (1994: 8) bahwa kekayaan sumber daya

alam dari suatu negara bukan lagi merupakan unggulan utama untuk mampu

bersaing, tetapi lebih ditentukan oleh kemampuannya dalam mempersiapkan dan

memiliki sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas. Pertama, sumber

daya manusia yang mampu menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Kedua, memiliki kecerdasan dan kreativitas. Ketiga, memiliki daya

juang yang tinggi dan bermoral. Keempat, berketerampilan hidup.

Mengacu pada ciri karakteristik sebagaimana tersurat di atas, dapat

ditegaskan bahwa derajat kemampuan suatu negara untuk menghadapi persaingan

di era global amat ditentukan oleh kemampuannya mempersiapkan sumber daya

manusia yang mampu menyesuaikan diri dan mengembangkan pelbagai

kesempatan yang ada serta mampu merubah tantangan yang muncul dalam arus

lingkungannya menjadi sebuah peluang untuk meningkatkan harkat dan martabat

(8)

Akan tetapi, realitas menunjukan bahwa prasyarat-prasyarat dan harapan

sebagaimana tersurat di atas nampaknya belum terealisasi sepenuhnya dalam

konteks Indonesia kekinian. Hal tersebut ditandai dengan munculnya pelbagai isu

peningkatan jumlah pengangguran di Indonesia yang selama ini sarat menghiasi

berita di beberapa media, baik cetak maupun elektronik. Kondisi demikian

menunjukan masih rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat sebagai

warganegara merdeka menuju masyarakat madani. Kondisi yang lebih

memprihatinkan dan patut untuk menjadi bahan perenungan adalah banyak

pengangguran yang berasal dari kalangan orang-orang berpendidikan yang secara

formal mempunyai gelar sarjana, hal mana sangat bertentangan dengan tujuan

pendidikan nasional yakni mengembangkan sumber daya manusia secara

maksimal.

Peningkatan angka pengangguran di Indonesia merupakan masalah besar

yang dihadapi bangsa. Badan Pusat Statistik (BPS) sebagaimana dilansir dalam

tribun.com (tersedia di http://www.tribunnews.com/bisnis/ 2013/11/06/

pengangguran-di-Indonesia-mencapai-739-juta-orang diakses tanggal 29

Desember 2013) mencatat angka pengangguran di Indonesia saat ini sebesar 7,39

juta orang dari total angkatan bekerja 118,19 juta orang. Dalam setahun terakhir,

jumlah angkatan kerja di Indonesia bertambah tetapi tingkat partisipasi angkatan

kerja menurun 0,98 persen. Sebagaimana dijelaskan Suryamin bahwa

Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia pada Agustus 2013 mencapai 6,25

persen. Angka tersebut mengalami peningkatan dibanding TPT Februari 2013

sebesar 5,92 persen dan dibandingkan TPT Agustus 2012 meningkat 6,14 persen.

Jika kita kaji lebih dalam, sebenarnya era globalisasi membuka peluang

yang sebesar-besarnya bagi semua warga dunia untuk dapat membuka usaha.

Akan tetapi, besarnya peluang berkompetisi di era global tidak mungkin dapat

dimanfaatkan oleh warganegara dengan tingkat kreativitas dan inovasi yang

minim. Para lulusan SMA maupun perguruan tinggi dibelenggu dengan

paradigma bahwa menjadi pekerja adalah lebih baik daripada menjadi pengusaha,

karena minim resiko menghadapi kegagalan. Tetapi, paradigma yang berkembang

(9)

dimana para lulusan SMA maupun perguruan tinggi merasa kesulitan untuk

meniti karir di dunia kerja ketika selesai melaksanakan studinya karena tidak

memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan pasar.

Secara historis salah satu kegagalan bangsa Indonesia dalam menghasilkan

mutu lulusan yang produktif, merupakan dampak dari sistem pendidikan yang

diterapkan pada masa orde baru. Hal mana dijelaskan Todaro (2003:7) bahwa

pelembagaan nilai-nilai kebangsaan dapat memupuk nilai kebanggaan, kegigihan,

kejujuran, patriotisme yang sangat populer ketika zaman orde baru dan banyak

membuahkan hasil walaupun pada akhirnya pendidikan yang bersifat indoktrinatif

dan refresif dalam pendekatannya membuat rakyat Indonesia tidak berdaya,

kurang kreatif, kurang gigih dan militan dalam bekerja, senang berfikir instan dan

lebih senang bekerja daripada berusaha sendiri sehingga pembinaan karakter bagi

masyarakat harus terus dikembangkan sampai pada masa reformasi seperti

sekarang ini.

Sekaitan dengan itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Repiblik

Indonesia berupaya memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia dengan

mengarahkan pada pembangunan jiwa kewirausahaan peserta didik agar ketika

keluar dari bangku persekolahan atau perguruan tinggi mereka dapat menciptakan

lapangan usaha bagi sesamanya, dalam arti tidak hanya bergantung pada

lowongan kerja di perusahaan-perusahaan swasta, BUMN maupun menjadi

seorang Pegawai Negeri Sipil.

Salah satu inovasi yang dilakukan pemerintah adalah memasukkan

pendidikan kecakapan hidup yang mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial,

kecakapan akademik dan atau kecakapan vokasional di dalam kurikulum untuk

semua jenis dan jenjang pendidikan formal. Proses penyempurnaaan pendidikan

kecakapan hidup yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan memasukkan

pendidikan kewirausahaan dan ekonomi kreatif ke dalam kurikulum yang pada

praktiknya, pendidikan kewirausahaan dan ekonomi kreatif ini dapat terintegrasi

ke dalam mata pelajaran yang diajarkan guru dan atau secara khusus menjadi mata

(10)

Arah pendidikan yang bertuju pada terbentuknya jiwa wirausaha peserta

didik dewasa ini ditegaskan oleh Presiden Susilo Bambang Yodhoyono (Kompas,

30 Oktober 2009) yang menyatakan bahwa Kementerian Pendidikan Nasional

harus mengubah metodologi pembelajaran yang berpusat pada siswa, agar mampu

mendorong siswa menjadi kreatif dan inovatif, memunculkan semangat

kemandirian dan jiwa kewirausahaan peserta didik, serta menyelenggarakan

pendidikan berbasis karakter. Pernyataan tersebut merupakan salah satu bentuk

respon dari situasi dan kondisi yang terjadi di Indonesia, yang mana globalisasi

mempunyai banyak pengaruh terhadap seluruh aspek kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara dalam segala bidang terutama terkait dengan

peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Tujuan pendidikan nampaknya lebih luas daripada pembentukan pribadi

yang mampu bersaing dalam lingkup nasional, melainkan berorientasi pada

terbentuknya warga negara yang mampu untuk bersaing di era global. Pendidikan

sebagai sarana pencerdasan dan peningkatan wawasan serta intelektualitas warga

negara diarahkan untuk dapat membentuk peserta didik yang memiliki kreativitas,

semangat kemandirian berusaha yang pada akhirnya mampu menciptakan

lapangan pekerjaan sendiri dengan memanfaatkan situasi, potensi dan setiap

kesempatan yang ada dan bukan malah menggantungkan diri pada tangan orang

atau Negara lain sebagaimana jargon yang dikemukakan oleh Bung Karno bahwa

bangsa Indonesia harus menjadi bangsa yang berdikari (berdiri di atas kaki

sendiri)

Terkait dengan hal tersebut, Engkoswara (1999:46) menjelaskan kualitas

lulusan dituntut memiliki kemampuan kemandirian yang tangguh agar dapat

menghadapi tantangan, ancaman, hambatan yang diakibatkan terjadinya

perubahan global. Tantangan yang terjadi pada era global adalah semakin

menipisnya kualitas kemandirian masyarakat Indonesia yang kesemuanya itu

harus diselesaikan, salah satunya dengan menggalakan pendidikan kewirausahaan

pada setiap lini pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan harus terus dilakukan

karena berpengaruh terhadap output yang dihasilkan, karena itu pembelajaran

(11)

dilakukan secara efektif dan efisien agar peserta didik dapat menghayati dan

menjalani proses pembelajaran secara bermakna.

Transformasi nilai-nilai kewirausahaan dilakukan sebagai upaya

membentuk manusia Indonesia yang unggul dan berdikari, hal mana

memfokuskan pada penumbuhkembangan kreativitas dan kemandirian

warganegara. Kasmir (2007:18) menjelaskan bahwa secara sederhana arti

wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil

resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani

mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha,

tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti.

Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti pejuang, pahlawan,

manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha

adalah perbuatan amal, bekerja, dan berbuat sesuatu. Jadi wirausaha adalah

pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu (www.google.com diunduh tanggal 1

Maret 2012).

Berdasarkan Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusahan

Kecil Nomor 961/Kep/M/XI/1995 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Gerakan

Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan disebutkan

bahwa kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan

seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya

mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru

dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih

baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Mengacu pada definisi

tersebut, kewirausahaan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang dilakukan

oleh seseorang untuk membuat sesuatu yang baru dengan maksud untuk mencari

keuntungan pribadi sehingga ia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, membuka

lapangan pekerjaan bagi orang lain, yang pada akhirnya ikut berkontribusi dalam

menciptakan kesejahteraan warganegara.

Suryana (2010:11) menjelaskan kewirausahaan sebagai sesuatu

kemampuan kreatif dan inovatif (create new and different) yang dijadikan kiat,

(12)

barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko.

Selanjutnya, ia menjelaskan beberapa hal yang menjadi hakikat penting

kewirausahaan antara lain:

1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis.

2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different).

3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan.

4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth).

5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (inovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih. (Suryana, 2004: 10-11)

Berdasarkan hakikat kewirausahaan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa

salah satu tujuan pelembagaan nilai-nilai kewirausahaan semata untuk

memperbaiki kehidupan. Untuk mencapai hal tersebut, maka seorang yang akan

memulai suatu usaha harus mampu menganalisis kebutuhan pasar dan situasi

ekonomi yang sedang berkembang, kemudian menyikapi situasi tersebut dengan

gagasan-gagasan dan ide-ide kreatif yang dapat menjadikan sesuatu yang

bermanfaat baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Sebagaimana Geofrey

(2000:5) menjelaskan bahwa para wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai

kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan

sumber-sumber yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya dan

mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses. Karena itu, aspek

penting yang harus ditanamkan dalam proses transformasi nilai-nilai

kewirausahaan adalah menumbuhkan kreativitas, inovasi, dan gagasan-gagasan

dalam memandang berbagai peluang.

Seorang wirausahawan tidak terbatas pada usia, hal mana terkadang

membuat kita jemu dan rendah diri untuk memulai suatu usaha dikarenakan masih

kuatnya anggapan bahwa orang yang muda belum punya banyak pengalaman

(13)

berjalan maksimal bahkan cenderung gagal karena belum banyaknya pengalaman

yang dirasakan dalam dunia. Anggapan tentang pentingnya kematangan dari segi

usia untuk berwirausaha dapat terbantahkan dengan munculnya salah satu

perusahaan komputer terbesar di dunia Dell Computer Corporation.

Longenecker (2000:3) memberikan gambaran singkat mengenai sosok

wirausahawan yang mendirikan perusahaan “Dell Computer Corporate” ia adalah Michael Dell. Ketika menjadi mahasiswa baru di The University of Texas di

Austin, Michael Dell mulai menjual komponen-komponen komputer melalui

pesanan dari asramanya. Tak lama kemudian, dia telah mengirimkan

komponen-komponen tersebut senilai $80.000 tiap bulannya. dalam waktu singkat, dia mulai

membangun perusahaan IBM. Dari petikan cerita tersebut dapat dijelaskan bahwa

usia muda bukanlah hambatan bagi kesuksesan Michael Dell sebagai seorang

wirausaha. Dia memulai bisnisnya dengan modal yang sangat kecil dengan

berbekal tabungan sebesar $1.000 dan pinjaman bank yang dijamin dengan

mobilnya. Dell dapat mengembangkan usaha yang kecil menjadi sebuah bisnis

yang sangat luar biasa.

Menjadi seorang wirausahawan bukanlah sesuatu yang tidak disengaja

melainkan dipelajari dan dikembangkan. Sekaitan dengan itu, Danial (2010:37)

mengemukakan beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang

wirausahawan, antara lain:

1. Menyukai tanggung jawab

2. Lebih menyukai resiko menengah

3. Keyakinan akan kemampuan untuk meraih keberhasilan 4. Hasrat untuk memperoleh umpan balik

5. Tingkat energi yang tinggi 6. Orientasi kedepan

7. Keterampilan mengorganisasi

8. Menilai prestasi lebih tinggi daripada uang

Penumbuhkembangan kreativitas dan jiwa wirausaha amat potensial

dilaksanakan melalui proses pendidikan yang dewasa ini bertujuan untuk merubah

paradigma berfikir peserta didik menjadi seorang yang kreatif, inovatif dan

berpandangan jauh kedepan dengan memanfaatkan seluruh kemampuan yang ada

(14)

power means competent and strong enough to enable us, the majority of people,

to decide what kind of a world” yang artinya pendidikan sebagai kekuatan berarti

mempunyai kewenangan dan cukup kuat bagi kita, bagi rakyat banyak untuk

menentukan suatu dunia yang macam apa yang kita inginkan dan macam mana

mencapai tujuan semacam itu. Brameld yakin bahwa untuk menciptakan suatu

negara yang maju dapat ditempuh melalui pendidikan.

Proses pendidikan tidak hanya dimaknai sebagai pendidikan yang

berlangsung di sekolah saja, melainkan dapat berlangsung diluar sekolah seperti

di lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Sebagaimana dijelaskan

Richey dalam Darmadi (1999:2) bahwa:

“Education” refers to the broad function of preserving and improving the life of the group through bringing new members into its shared concern. Education is thus a far broader process than that which occurs in schools. It is an essential social activity by which communities continue to exist. In Communities this function is specialzed and institutionalized in formal education, but there is always the education, out side the school with which the formal process is related”

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa pendidikan adalah suatu

proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam sekolah saja

tetapi merupakan suatu aktivitas sosial yang memungkinkan masyarakat tetap ada

dan berkembang. Pada suatu masyarakat yang majemuk, fungsi pendidikan ini

mengalami spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal yang senantiasa

tetap berhubungan dengan proses pendidikan informal di luar sekolah. Proses

tersebut dipengaruhi oleh lingkungan yang mengajarkan bagaimana menjadi

orang yang dapat berguna bagi masyarakat. Thomson dalam Darmadi (1977:1)

menjelaskan bahwa pendidikan adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk

menghasilkan perubahan yang tepat didalam kebiasaan tingkah lakunya, pikiranya

dan perasaannya. Sekaitan dengan itu, pelembagaan nilai-nilai kreativitas dan

kewirausahaan dapat dilakukan melalui pengembangan komunitas-komunitas

bisnis di lingkungan masyarakat.

Pengembangan komunitas sebagai kekuatan dalam pembangunan kota

(15)

kreativitas, kemandirian, ekonomi kewarganegaraan dan demokrasi merupakan

salah satu fokus kajian pendidikan kewarganegaraan sebagai bidang ilmu yang

multidimensional. Keberadaan komunitas-komunitas tersebut dalam kajian

pendidikan kewarganegaraan dikenal dengan konsep situs kewarganegaraan (site

citizenship). Winataputra dan Budimansyah (2007:151) menjelaskan situs

kewarganegaraan sebagai modus lain dari pendidikan kewarganegaraan yang

mencakup berbagai kegiatan yang amat bervariasi dalam tujuan dan formatnya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa berbagai kegiatan inovatif dilakukan dalam

upaya pengembangan kualitas warganegara sesuai dengan konteks masing-masing

negara dan komunitas dalam negara itu. Situs kewarganegaraan sebagai wahana

dalam membangun ekonomi kewarganegaraan dilakukan di Italia secara

terintegrasi dengan Tirreno Network School Project yang dimulai tahun 1989

dengan pusat perhatian pada “economic and social problems” dan melibatkan

siswa, orang tua, guru, warga masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat.

Bandung sebagai kota kreatif mempunyai berbagai komunitas dalam

kaitannya dengan peningkatan kewirausahaan. Tumbuhnya pelbagai komunitas

pengusaha merupakan upaya dalam menekan angka pengangguran di Kota

Bandung. Badan Pusat Statistik Kota Bandung (2012) mencatat terjadinya

peningkatan jumlah angkatan kerja Kota Bandung pada tahun 2012 sebesar 3,70%

dibandingkan dengan tahun 2011. Pada tahun 2011, angkatan kerja yang berada di

Kota Bandung tercatat sebanyak 1.129.744 tenaga kerja dan meningkat menjadi

1.171.551 tenaga kerja di tahun 2012. Pada tahun 2012, sebanyak 90,83% dari

angkatan kerja telah memiliki pekerjaan dan sisanya sebesar 9,17% masih

menganggur. Tingkat pengangguran terbuka di Kota Bandung selama periode

2011-2012 mengalami penurunan yang cukup tinggi, dari sebesar 10,34% pada

tahun 2011 menjadi sebesar 9,17% pada tahun 2012 sebagaimana dapat dilihat

pada grafik 1. Kondisi demikian menunjukan bahwa bahwa secara makro, tingkat

(16)

Gambar 1.1

Perkembangan Tenaga Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka Kota Bandung Tahun 2011-2012

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bandung (2012)

Melihat data sebagaimana dijelaskan di atas, maka keberadaan

komunitas-komunitas wirausaha turut memberikan kontribusi positif dalam rangka

menurunkan angka pengangguran di Kota Bandung melalui program-program

guna meningkatkan kreativitas, inovasi dan gagasan-gagasan warga negara. Salah

satu komunitas yang konsen terhadap pengembangan nilai-nilai kewirausahaan

adalah Bandung Creative City Forum (BCCF), dimana salah satu fokus

kegiatannya adalah menumbuhkan kreativitas para pengusaha atau calon

pengusaha muda di Kota Bandung, karena itu tidak heran jika dalam

perjalanannya komunitas ini mampu menghasilkan para pengusaha yang berhasil

dan turut berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, bangsa dan

negara.

Menumbuhkembangkan kreativitas dalam upaya membangun ekonomi

kewarganegaraan tidak hanya cukup pada pemerolehan keuntungan semata, akan

tetapi lebih daripada itu gerakan ekonomi kewarganegaraan harus dilandasi

dengan semangat nasionalisme dalam arti ikhwal apa yang dilakukan merupakan

penjelmaan dari kesadaran sebagai sebuah bangsa yang harus mandiri dan

(17)

Indonesia mensyaratkan adanya upaya untuk terus menerus meningkatkan

perekonomian negara.

Hasil studi Przeworksi dan Limongi dalam Juoro (2004: 14) menunjukan

bahwa proyek demokatisasi akan gagal dilaksanakan bila pembangunan ekonomi

(diukur dengan pendapatan per kapita) suatu negara ada pada level rendah. Hal

senada juga diungkapkan Lipset dalam Collier (1979: 9) yang memberikan

postulat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan prasyarat terbukanya peluang

demokratisasi di masa mendatang. Tanpa ada pertumbuhan ekonomi, sulit bagi

terciptanya pemerintahan dan masyarakat demokatis. Karena itu perlu dilakukan

penguatan nilai nasionalisme dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat

dalam kerangka demokrasi. Nasionalisme sebagai manifestasi kesadaran nasional

yang mengadung cita-cita yang merupakan ilham yang mendorong dan

merangsang suatu bangsa untuk lebih mandiri menghadapi tantangan

demokratisasi dan globalisasi. Sebagaimana Isjwara (1982:130) yang menjelaskan

salah satu cita-cita nasionalisme adalah perjuangan untuk mewujudkan

persatuan nasional yang meliputi bidang politik, ekonomi, sosial, keagamaan,

kebudayaan, dan persekutuan serta adanya solidaritas.

Keberadaan komunitas-komunitas dalam pengembangan ekonomi

kewarganegaraan dilatarbelakangi oleh realitas kemiskinan masyarakat yang

memprihatinkan telah menarik perhatian pelbagai kelompok masyarakat, baik di

sektor swasta (private sector) maupun komunitas (voluntary sector) yang

menunjukan gerakan aksi kerelawanan untuk mewujudkan keadilan sosial.

Bandung Creative City Forum (BCCF) merupakan salah satu komunitas yang

mempunyai spirit kerelawanan dalam membangun kesejahteraan masyarakat.

Spirit ini penting karena semangat kesukarelaan menjadi faktor kunci bagi

keberlanjutan upaya penanggulangan kemiskinan. Kesukarelaan merujuk pada

tanggung jawab sosial masyarakat terhadap upaya penanggulangan kemiskinan

bukan hanya “kegiatan sesaat” yang semata hadir karena tuntutan proyek atau

kepentingan lain yang bersifat jangka pendek (Hilman, 2010: 44).

Kesukarelaan muncul ketika seseorang melihat kondisi lingkungan

(18)

minimal hidup yang sejahtera. Hilman (2010: 46) menjelaskan bahwa sikap yang

muncul dalam gerakan voluntarisme (kesukarelaan) adalah munculnya sikap

peduli dan rasa ingin melakukan sesuatu, mencari tahu apa yang sedang terjadi,

dan barangkali ada keinginan untuk mengubah kondisi lingkungannya menjadi

lebih baik.

Penguatan gerakan kesukarelaan (voluntarisme) diperlukan dalam upaya

membangun ekonomi kewarganegaraan agar tercipta masyarakat demokratis,

karena keberhasilan pelaksanaan demokrasi di suatu negara amat ditentukan oleh

kekuatan perekonomian negara bersangkutan. Sebagaimana dijelaskan oleh

Mujani (2006: 9) bahwa lambatnya pemulihan ekonomi bisa berdampak negatif

terhadap kepuasan publik terhadap praktek demokrasi di negara kita, dan pada

akhirnya masyarakat semakin tidak yakin bahwa demokrasi merupakan sistem

terbaik atau paling cocok untuk negara kita.

Mengacu pada pendapat sebagaimana tersurat di atas, dapat dijelaskan

bahwa lambannya pemulihan ekonomi nasional secara potensial dapat

mengancam legitimasi atas konsolidasi demokrasi. Untuk membangun ekonomi

kewarganegaraan dalam menciptakan tatanan kehidupan yang demokratis

diperlukan suatu gerakan voluntarisme, yakni sebuah gerakan yang dilakukan

masyarakat secara sukarela untuk membantu sesamanya sehingga dapat maju dan

berkembang bersama dengan menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan

bangsa serta dalam rangka menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.

Kekuatan kesukarelaan (voluntarisme) dalam membangun ekonomi

kewarganegaraan merupakan spirit pembangunan dalam upaya menciptakan

warganegara yang lebih kreatif, inovatif, bertanggungjawab, disiplin, memiliki

nilai-nilai kebangsaan dan kemandirian kuat yang didasari oleh semangat

kesukarelaan, keikhlasan, kepedulian sosial dan kebersamaan sebagai sebuah

bangsa.

Berdasarkan data dan pemikiran di atas, penulis merasa tertarik untuk

mengkaji lebih dalam mengenai pengembangan situs kewarganegaraan sebagai

(19)

warganegara. Karena itu, penulis mengangkat permasalahan ini kedalam suatu

penelitian dengan judul “Penguatan Nilai Kesukarelaan dalam Membangun

Ekonomi Kewarganegaraan Bagi Masyarakat Demokratis Melalui Situs

Kewarganegaraan (Studi Kasus di Komunitas Bandung Creative City

Forum)”

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Terkait dengan penelitian yang akan dilakukan, penulis dapat

mengidentifikasi beberapa permasalahan antara lain; Pertama, perjalanan

demokrasi tidak dibarengi dengan peningkatan ekonomi nasional; Kedua,

rendahnya kreativitas warganegara dalam menciptakan sesuatu dalam kaitannya

dengan pengembangan kehidupan ekonomi. Ketiga, tingginya tingkat

pengangguran di Indonesia; Keempat, masih kuatnya paradigma bahwa bekerja

adalah lebih baik daripada membuka usaha sendiri; Kelima, masih rendahnya

minat dan motivasi masyarakat terhadap wirausaha; Keenam, masih rendahnya

keberanian dalam mencari, mengembangkan dan menciptakan peluang dalam

upaya meningkatkan kehidupan kearah yang lebih baik. Ketujuh, perkembangan

ekonomi di Indonesia sebagian besar hanya berorientasi money oriented;

Kedelapan, semakin memudarnya nilai-nilai kebangsaan; Kesembilan,

pemerintahan memiliki banyak keterbatasan dalam meningkatkan kondisi sosial

masyarakat yang belum sejahtera. Karena itu, fokus permasalahan yang dikaji

dalam penelitian ini adalah penguatan nilai kesukarelaan dalam membangun

ekonomi kewarganegaraan bagi masyarakat demokratis melalui situs

kewarganegaraan.

2. Perumusan Masalah

Untuk menjawab permasalahan sebagaimana diidentifikasi di atas, maka

penulis merincinya ke dalam beberapa rumusan sebagai berikut:

a. Bagaimana latar belakang munculnya gerakan kesukarelaan dalam

membangun ekonomi kewarganegaraan bagi masyarakat demokratis

(20)

b. Bagaimana aktivitas dan kekuatan kesukarelaan dalam membentuk

ekonomi kewarganegaraan bagi masyarakat demokratis melalui situs

kewarganegaraan?

c. Faktor-faktor apa saja yang determinan terhadap pengembangan situs

kewarganegaraan dalam memobilisasi gerakan kesukarelaan untuk

mendukung keberhasilan program ekonomi kewarganegaraan bagi

masyarakat demokratis melalui situs kewarganegaraan?

d. Hambatan apa saja yang muncul dan upaya yang dilakukan dalam

penguatan nilai kesukarelaan sebagai upaya membentuk ekonomi

kewarganegaraan bagi masyarakat demokratis melalui situs

kewarganegaraan?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini dilakukan untuk mengkaji dan menganalisis

penguatan nilai kesukarelaan dalam membangun ekonomi kewarganegaraan bagi

masyarakat demokratis melalui situs kewarganegaraan yang pada akhirnya hasil

penelitian tersebut dapat digunakan oleh para pemerhati, pengembang dan para

pemangku kebijakan dalam menumbuhkembangkan spirit kesukarelawanan dan

kemandirian masyarakat dalam membangun kesejahteraan ekonomi dalam

mendukung perjalanan demokrasi di Indonesia.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan dan menganalisis latar belakang munculnya gerakan

kesukarelaan dalam membangun ekonomi kewarganegaraan bagi

masyarakat demokratis melalui situs kewarganegaraan.

b. Mendeskripsikan dan menganalisis aktivitas dan kekuatan kesukarelaan

dalam membentuk ekonomi kewarganegaraan bagi masyarakat demokratis

melalui situs kewarganegaraan.

c. Mendeskripsikan dan mengidentifikasi faktor-faktor yang determinan

(21)

gerakan kesukarelaan untuk mendukung keberhasilan program ekonomi

kewarganegaraan bagi masyarakat demokratis melalui situs

kewarganegaraan.

d. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan hambatan yang muncul dan upaya

yang dilakukan dalam penguatan nilai kesukarelaan sebagai upaya

membentuk ekonomi kewarganegaraan bagi masyarakat demokratis

melalui situs kewarganegaraan.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian dapat dijadikan referensi bagi

pengembangan keilmuan pendidikan kewarganegaraan berbasis masyarakat,

terutama dalam pengembangan konsep ekonomi kewarganegaraan bagi

masyarakat demokratis berbasis nilai kesukarelaan melalui situs

kewarganegaraan.

2. Secara Praktis

Selain memberikan manfaat secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat pada tataran praktis sebagai berikut:

a. Diketahuinya latar belakang munculnya gerakan kesukarelaan dalam

membangun ekonomi kewarganegaraan bagi masyarakat demokratis

melalui situs kewarganegaraan.

b. Diketahuinya aktivitas dan kekuatan kesukarelaan dalam membentuk

ekonomi kewarganegaraan bagi masyarakat demokratis melalui situs

kewarganegaraan.

c. Dikatahuinya faktor-faktor yang determinan terhadap pengembangan situs

kewarganegaraan dalam memobilisasi gerakan kesukarelaan untuk

mendukung keberhasilan program ekonomi kewarganegaraan bagi

masyarakat demokratis melalui situs kewarganegaraan.

d. Diketahuinya hambatan yang muncul dan upaya yang dilakukan dalam

(22)

kewarganegaraan bagi masyarakat demokratis melalui situs

kewarganegaraan.

E. Struktur Organisasi Tesis

Tesis ini dibagi menjadi lima bab, sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, merupakan rasional yang menjelaskan pentingnya

penelitian ini dilakukan. Isi dari bab ini meliputi; a) Latar belakang

masalah, b) Identifikasi dan perumusan masalah, c) Tujuan penelitian,

d) Manfaat penelitian dan e) Struktur organisasi tesis.

Bab II Kajian Pustaka, merupakan gambaran berbagai konsep, generalisasi dan

teori yang digunakan untuk menganalisis hasil penelitian. Isi dari bab

ini meliputi; a) Nilai kesukarelaan (voluntarisme), b) Konsep economic

civics, dan c) Situs kewarganegaraan, d) Kerangka pemikiran, dan e)

Penelitian terdahulu.

Bab III Metodologi Penelitian, merupakan penjelasan yang rinci mengenai

metode penelitian yang digunakan. Isi dari bab ini meliputi; a) Lokasi

dan subjek penelitian, b) Desain penelitian dan justifikasi penggunaan

desain tersebut, c) Metode penelitian dan justifikasi penggunaan metode

tersebut, d) Definisi operasional yang dirumuskan untuk setiap variabel,

e) Instrumen penelitian, f) Teknik pengumpulan data, dan g) Teknik

pengolahan dan analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, merupakan gambaran data yang

diperoleh dari lapangan untuk kemudian dianalisis menggunakan

berbagai teori yang relevan. Isi dari bab ini meliputi a) Gambaran

umum lokasi penelitian, b) Deskripsi hasil penelitian, dan c) Analisis

hasil penelitian.

Bab V Simpulan dan Saran, merupakan jawaban dari aspek yang diteliti. Bab

(23)

Epin Saepudin, 2014

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI MASYARAKAT DEMOKRATIS MELALUI SITUS KEWARGANEGARAAN

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek dan Lokasi Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Ketua BCCF, Pengurus BCCF,

Anggota BCCF, Partisipan BCCF dan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi

dan UKM Kota Bandung. Secara lebih jelas, subjek dalam penelitian ini dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

No Subjek Penelitian Jumlah

1 Ketua BCCF 1 Orang

2 Pengurus BCCF 2 Orang

3 Anggota BCCF 2 Orang

4 Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM

Kota Bandung

1 Orang

5 Partisipan BCCF 15 Orang

Jumlah 21 Orang

Sumber : Data diolah oleh Penulis (2014)

Subjek penelitian sebagaimana dijelaskan pada tabel di atas dipilih karena

dianggap dapat memberikan informasi yang rinci tentang penguatan nilai

kesukarelaan (voluntarisme) dalam membangun ekonomi kewarganegaraan bagi

masyarakat demokratis melalui situs kewarganegaraan.

Ketua BCCF dipilih karena dinilai mempunyai sejumlah informasi

berkaitan dengan aktivitas-aktivitas yang dilakukan BCCF, utamanya terkait

manajemen yang diterapkan guna mengoptimalkan gerakan kesukarelaan dalam

(24)

Epin Saepudin, 2014

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI MASYARAKAT DEMOKRATIS MELALUI SITUS KEWARGANEGARAAN

memperkuat hasil penelitian terkait aktivitas-aktivitas tersebut, peneliti juga

mengambil pengurus BCCF untuk memperoleh sejumlah informasi yang

diperlukan peneliti mengenai perkembangan situs kewarganegaraan (BCCF)

berbasis kesukarelaan (voluntarisme), utamanya ikhwal latar belakang munculnya

gerakan kesukarelaan melalui situs kewarganegaraan serta aktivitas dan kekuatan

gerakan kesukarelaan dalam membangun ekonomi kewarganegaraan melalui situs

kewarganegaraan.

Anggota BCCF dipilih sebagai subjek penelitian karena dianggap dapat

memberikan informasi mengenai sejauhmana kontribusi yang telah diberikan

dalam memperkuat gerakan kesukarelaan yang telah, sedang dan akan dilakukan

yang berkaitan dengan peningkatan ekonomi di kota Bandung. Dinas

Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kota Bandung merupakan

responden dari unsur pemerintahan yang dipilih karena kewenangannya dari sisi

kebijakan terkait peningkatan ekonomi kewarganegaraan dalam rangka

pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Selain melakukan wawancara dengan ketua BCCF, pengurus BCCF,

anggota BCCF dan pemerintah daerah, peneliti juga menentukan partisipan BCCF

sebagai subjek penelitian. Partisipan BCCF merupakan pihak-pihak baik berasal

dari komunitas ataupun individu yang mengikuti kegiatan BCCF, tetapi statusnya

tidak sebagai pengurus maupun anggota BCCF.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di sekretariat Bandung Creative City Forum

(BCCF) yang beralamat di Jalan Purnawarman No. 70 Kota Bandung. Pemilihan

Bandung Creative City Forum (BCCF) sebagai lokasi penelitian didasarkan pada

hasil pra penelitian yang dilakukan oleh penulis, bahwa komunitas tersebut

melakukan pelbagai aktivitas dalam upaya membangun kemandirian warganegara

melalui peningkatan ekonomi kewarganegaraan.

(25)

Epin Saepudin, 2014

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI MASYARAKAT DEMOKRATIS MELALUI SITUS KEWARGANEGARAAN

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan maksud

agar peneliti lebih leluasa dalam mengkaji dan menganalisis pelbagai fenomena

yang ditemui di lapangan secara komprehensif, sebagaimana dijelaskan Miles & Huberman (2007:2) bahwa “dengan data kualitatif kita dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab-akibat dalam lingkup

pikiran orang-orang setempat dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat”.

Selanjutnya, Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2000:3) menjelaskan penelitian kualitatif sebagai “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. Melalui pendekatan kualitatif ini diharapkan peneliti dapat melakukan kajian secara komprehensif berkaitan dengan masalah penelitian.

Sekaitan dengan itu, Alwasilah (2012: 64-67) menjelaskan beberapa ciri

yang membedakan pendekatan kualitatif dengan pendekatan lainnya sebagai

berikut:

1. Pemahaman makna, merujuk pada kognisi, afeksi, intensi, dan apa saja yang terpayungi dengan istilah “perspektif partisipan” (participant’s perspectives). Fokus pada makna seperti ini merupakan hal mendasar bagi mazhab interpretatif dalam studi ilmu sosial.

2. Pemahaman konteks tertentu, yakni dalam penelitian kualitatif perilaku responden dilihat dalam konteks tertentu dan pengaruh konteks terhadap tingkah laku itu.

3. Identitas alamiah dan pengaruh tidak terduga, yakni bagi peneliti kualitatif setiap informasi,kejadian, perilaku, suasana dan pengaruh baru adalah “terhormat” dan berpotensi sebagai data untuk membeking hipotesis kerja (hipotesis kini dan hipotesis sementara waktu)

4. Kemunculan teori berbasis data (grounded theory), yakni teori yang sudah jadi atau pesanan, atau a priori tidaklah mengesankan kaum naturalis, karena teori-teori ini akan kewalahan jika disergap oleh informasi, kejadian, suasana, dan pengaruh baru dalam konteks baru. 5. Pemahaman proses, yakni para peneliti naturalis berupaya untuk lebih

memahami proses (daripada produk) kejadian atau kegiatan yang diamati.

(26)

Epin Saepudin, 2014

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI MASYARAKAT DEMOKRATIS MELALUI SITUS KEWARGANEGARAAN

kejadian-kejadian itu berhubungan satu sama lain dalam kerangka penjelasan sababiyah lokal.

Mengacu pada pendapat sebagaimana tersurat di atas, dapat dijelaskan

bahwa penelitian kualitatif mamfokuskan pada pemberian makna terhadap realitas

yang teramati. Karena itu, penelitian kualitatif lebih menekankan pada kajian

secara komprehensif terhadap hasil penelitian daripada hanya sekedar memaknai

hasil penghitungan kuantitatif. Sebagaimana dijelaskan Creswell (2008:50) bahwa Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyzes words, reports detailed views of informants, and conducts the study in a natural setting.

Pernyataan ini menyiratkan bahwa pendekatan kualitatif merupakan suatu

pendekatan yang menekankan pada kajian interpretatif data hasil penelitian dan

tidak menggunakan kuantifikasi atau perhitungan statistik. Sebagaimana

dijelaskan Alwasilah (2012: 66) bahwa ”para peneliti naturalis berupaya untuk

lebih memahami proses (daripada produk) kejadian atau kegiatan yang diamati”.

C. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian dengan menggunakan

metode studi kasus. Gay dkk (2009:426) mengemukakan metode studi kasus

sebagai ”a qualitative approach to studying a phenomenon, focused on a unit af

study or a bounded system, not a methodological choice, but a choice of what to

study, an all-encompassing research method”. Melalui pemahaman ini dapat

dijelaskan bahwa penelitian studi kasus merupakan pendekatan kualitatif yang

digunakan untuk mempelajari fenomena yang terfokus atau terbatas pada satu unit

penelitian, serta merupakan metode penelitian yang mencakup secara keseluruhan

penelitian.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dijelaskan bahwa metode studi

(27)

Epin Saepudin, 2014

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI MASYARAKAT DEMOKRATIS MELALUI SITUS KEWARGANEGARAAN

yang diteliti sehingga hasil yang diperoleh lebih utuh menyeluruh. Terkait dengan

hal tersebut, Alwasilah (2012: 65) menjelaskan bahwa “peneliti kualitatif

lazimnya berkonsentrasi pada sejumlah orang atau situasi yang relatif sedikit dan

perhatiannya terkuras habis-habisan pada analisis kekhasan kelompok atau situasi

itu saja.

Penelitian ini akan menghasilkan sesuatu yang khas karena merupakan

penelitian yang tertuju pada suatu unit. Sebagaimana Danial (2009:64)

mengungkapkan bahwa studi ini tidak mengambil generalisasi, sebab kesimpulan yang diambil adalah kekhasan temuan kajian individu „tertentu karakteristiknya‟ secara utuh menyeluruh yang menyangkut seluruh kehidupannya, mulai dari

persepsi, gagasan, harapan, sikap, gaya hidup, dan lingkungan masyarakat.

D. Definisi Operasional

Untuk lebih memfokuskan kajian penelitian, diperlukan suatu definisi

operasional yang bertujuan untuk menjelaskan maksud dan batasan penelitian.

Definisi operasional merupakan seperangkat petunjuk yang lengkap mengenai apa

yang harus diamati serta bagaimana mengukur suatu konsep. Sekaitan dengan itu,

penelitian mengenai penguatan nilai kesukarelaan dalam membangun ekonomi

kewarganegaraan melalui situs kewarganegaraan mempunyai operasionalisasi

variabel sebagai berikut:

1. Kesukarelaan, yang dimaksud kesukarelaan dalam penelitian ini adalah

gerakan voluntarisme yang dilakukan oleh aktivis komunitas Bandung

Creative City Forum untuk mengembangkan ekonomi kewarganegaraan

secara bebas tanpa mengharapkan imbalan apapun.

2. Ekonomi kewarganegaraan, yang dimaksud ekonomi kewarganegaraan dalam

penelitian ini adalah kemampuan warganegara untuk mengembangkan diri

dengan lingkungannya melalui kemampuan berekonomi untuk kehidupan

dirinya, lingkungannya, dan masyarakat disekitarnya.

3. Situs kewarganegaraan, yang dimaksud situs kewarganegaraan dalam

(28)

Epin Saepudin, 2014

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI MASYARAKAT DEMOKRATIS MELALUI SITUS KEWARGANEGARAAN

melalui sebuah komunitas dalam rangka mentransformasikan nilai-nilai

kewirausahaan sebagai upaya membentuk ekonomi kewarganegaraan

misalnya pertemuan rutin mingguan, kegiatan insidental, pertemuan antar

pengusaha, dan lain sebagainya.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan faktor kunci yang menentukan

keberhasilan suatu penelitian. Terkait dengan hal tersebut, dalam penelitian

kualitatif instrumen penelitian merupakan peneliti sendiri. Artinya, peneliti bebas

menginterpretasikan hal-hal yang ia peroleh berdasarkan hasil wawancara,

observasi dan studi dokumentasi. Sebagaimana Moleong (2000: 132) menjelaskan

sebagai berikut:

“bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrumen utama karena ia menjadi segala bagi keseluruhan proses penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor penelitiannya” (Moleong, 2000:132).

Untuk memandu pelaksanaan penelitian, peneliti membutuhkan pedoman

penelitian yang disusun berdasarkan masalah penelitian. Tabel berikut merupakan

kisi-kisi instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Penguatan Nilai Kesukarelaan dalam Membangun Ekonomi Kewarganegaraan Bagi Masyarakat Demokratis melalui

Situs Kewarganegaraan

(Studi Kasus pada Komunitas Bandung Creative City Forum)

No Rumusan Masalah Sub Masalah Pertanyaan Penelitian Sumber Data

(29)

Epin Saepudin, 2014

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI MASYARAKAT DEMOKRATIS MELALUI SITUS KEWARGANEGARAAN

dalam membangun

membuat anda tertarik

untuk melakukan

melibatkan diri dalam

(30)

Epin Saepudin, 2014

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI MASYARAKAT DEMOKRATIS MELALUI SITUS KEWARGANEGARAAN

2 Bagaimana

anda tergabung dalam

(31)

Epin Saepudin, 2014

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI MASYARAKAT DEMOKRATIS MELALUI SITUS KEWARGANEGARAAN

mengembangkan:

a. Solidaritas

b. Gotong royong

c. Pengabdian

d. Tanggungjawab

e. Menciptakan

peluang untuk

partisipasi

6. Apakah ada nilai inti

yang diinternalisasikan?

Jika ada, mengapa nilai

tersebut dianggap

sebagai inti dari

pengembangan ekonomi

kewarganegaraan?

7. Kegiatan apa saja yang

dilakukan dalam

mengembangkan

kemandirian

warganegara dalam

berekonomi berbasis

gerakan voluntarisme?

8. Bagaimana strategi yang

dilakukan dalam

mengembangkan

ekonomi

kewarganegaraan

melalui situs

(32)

Epin Saepudin, 2014

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI MASYARAKAT DEMOKRATIS MELALUI SITUS KEWARGANEGARAAN

3 Faktor-faktor apa

4. Langkah apa saja yang

(33)

Epin Saepudin, 2014

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI MASYARAKAT DEMOKRATIS MELALUI SITUS KEWARGANEGARAAN

membentuk

kerjasama yang dijalin

oleh komunitas dengan

pemerintah dan swasta

dalam menguatkan

(34)

Epin Saepudin, 2014

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI MASYARAKAT DEMOKRATIS MELALUI SITUS KEWARGANEGARAAN

komunitas dalam

membangun ekonomi

kewarganegaraan?

7. Upaya apa yang

dilakukan komunitas

dalam menyamakan visi,

misi dan persepsi

anggota sebagai aktivis

gerakan voluntarisme?

8. Upaya apa yang

dilakukan komunitas

untuk menghadapi

hambatan yang muncul

dalam mengembangkan

ekonomi

kewarganegaraan?

9. Upaya apa yang

dilakukan komunitas

dalam menghadapi

hambatan yang muncul

dalam mengembangkan

karakter:

a. Solidaritas

b. Gotong royong

c. Pengabdian

d. Tanggungjawab

e. Menciptakan

peluang untuk

(35)

Epin Saepudin, 2014

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI MASYARAKAT DEMOKRATIS MELALUI SITUS KEWARGANEGARAAN

10.Upaya apa yang

dilakukan komunitas

untuk meningkatkan

daya dukung pemerintah

terhadap gerakan

voluntarisme dalam

membangun ekonomi

kewarganegaraan yang

dilakukan?

11.Upaya apa yang

dilakukan dalam

meningkatkan jalinan

kerjasama dengan

pemerintah dan swasta

dalam menguatkan

gerakan voluntarisme

sebagai upaya

membangun ekonomi

kewarganegaraan?

12.Upaya apa yang

dilakukan dalam

meningkatkan

efektivitas program yang

dilakukan komunitas

dalam membangun

ekonomi

kewarganegaraan?

(36)

Epin Saepudin, 2014

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI MASYARAKAT DEMOKRATIS MELALUI SITUS KEWARGANEGARAAN

1. Wawancara

Menurut Moleong (2000:150) wawancara adalah percakapan dengan

maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara memiliki

beberaapa keuntungan, sebagaimana dikemukakan oleh Craswell (2008:226)

bahwa “some advantages are that they provide useful information when you

cannot directly observe participants, and they permit participants to describe detailed personal information”.

Melalui teknik ini peneliti dapat memperoleh informasi yang berguna bagi

penelitian berdasarkan keterangan narasumber secara terperinci. Wawancara

memberikan keleluasaan kepada peneliti untuk mempertanyakan berbagai hal

yang berkaitan dengan objek yang diteliti, dimana setiap pertanyaan tersebut

dapat berkembang selama proses percakapan terjadi.

2. Observasi

Craswell (2008:221) mengemukakan bahwa “observation is a process of

gathering open-ended, firsthand information by observing people and places at a research site”. Menurutnya observasi adalah suatu proses pengumpulan data secara terbuka yang memperoleh informasi dengan cara mengamati orang-orang

dan tempat-tempat di lokasi penelitian.

Metode observasi dapat pula dikatakan sebagai metode survey seperti

yang dikemukakan Nazir (1988:65) bahwa metode survey (observasi) adalah “penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi

sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah”.

3. Studi Dokumentasi

Peneliti dalam penelitian kualitatif bertindak sebagai instrumen utama,

(37)

Epin Saepudin, 2014

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI MASYARAKAT DEMOKRATIS MELALUI SITUS KEWARGANEGARAAN

dan dokumen (non human resources). Menurut Lincoln dan Guba (1985:276-277) ”catatan dan dokumen ini dapat dimanfaatkan sebagai saksi dari kejadian-kejadian tertentu atau sebagai bentuk pertanggungjawaban”. Untuk keperluan penelitian

ini, peneliti mengumpulkan catatan dan dokuman yang dipandang perlu untuk

membantu analisis dengan memanfaatkan sumber kepustakaan berupa buku teks,

makalah, jurnal, dokumen kurikulum, hasil penelitian, dokumen negara. Kajian

dokumen difokuskan pada aspek materi atau substansi yang ada kaitannya dengan

penguatan nilai voluntarisme dalam membangun economic civics melalui situs

kewarganegaraan.

4. Studi Literatur

Studi literatur dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan

berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang

dihadapi/diteliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Faisal (1992:30)

mengemukakan bahwa “hasil studi literatur bisa dijadikan masukan dan landasan

dalam menjelaskan dan merinci masalah-masalah yang akan diteliti, termasuk

juga memberi latar belakang mengapa masalah tersebut penting diteliti”. Teknik

ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari dan mengkaji literatur-literatur

yang berhubungan dengan voluntarisme, situs kewarganegaraan dan economic

civics.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tiga

alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data,

penarikan kesimpulan/verifikasi (Miles dan Huberman, 2007:16-18). Analisis data

kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus. Secara

jelas teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat

pada bagan di bawah ini

Gambar 3.1

(38)

Epin Saepudin, 2014

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI MASYARAKAT DEMOKRATIS MELALUI SITUS KEWARGANEGARAAN

Bagan di atas dapat dijelaskan bahwa tiga jenis kegiatan utama analisis

data merupakan proses siklus dan interaktif. Peneliti harus siap bergerak di antara empat “sumbu” kumparan itu selama pengumpulan data, selanjutnya bergerak bolak balik di antara kegiatan reduksi, penyajian, dan penarikan

kesimpulan/verifikasi.

1. Reduksi Data

Dalam Penelitian ini, reduksi data dilakukan dengan memfokuskan hasil

penelitian pada hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti. Penelitian difokuskan

pada tanggapan pengurus dan anggota Bandung Creative City Forum (BCCF),

pakar ekonomi kewarganegaraan, dan pemerintah daerah mengenai penguatan

nilai kesukarelaan dalam membangun ekonomi kewarganegaraan melalui situs

kewarganegaraan.

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang akan memberikan

gambaran penelitian secara menyeluruh. Dengan kata lain menyajikan data secara

terperinci dan menyeluruh dengan mencari pola hubungannya. Penyajian data di Pengumpulan data

Reduksi data

Penarikan kesimpulan/verifikasi

Penyajian data

(39)

Epin Saepudin, 2014

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI MASYARAKAT DEMOKRATIS MELALUI SITUS KEWARGANEGARAAN

dilakukan terhadap hasil wawancara dengan pengurus dan anggota Bandung

Creative City Forum (BCCF), karena pertanyaan untuk pengurus dan anggota

BCCF relatif sama. Semua data hasil wawancara tersebut dipahami satu persatu

kemudian disatukan sesuai dengan rumusan masalah. Sedangkan data hasil

wawancara dengan pemerintah daerah dan partisipan BCCF sebagai penerima

manfaat digunakan untuk pembanding dari data yang diperoleh dari pengurus dan

anggota BCCF.

3. Kesimpulan/Verifikasi

Kesimpulan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mencari

arti, makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data yang telah dianalisis dengan

mencari hal-hal penting. Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat

tentang penguatan nilai kesukarelaan dalam membangun ekonomi

kewarganegaraan melalui situs kewarganegaraan.

Dengan demikian, secara umum proses pengolahan data dimulai dengan

pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian ditulis kembali dalam bentuk

unifikasi dan kategorisasi data, setelah data dirangkum, direduksi, dan disesuaikan

dengan fokus masalah penelitian. Selanjutnya data dianalisis dan diperiksa

keabsahannya melalui beberapa teknik, sebagaimana dikemukakan oleh Moleong

(2000:192), yaitu:

a. Data yang diperoleh disesuaikan dengan data pendukung lainnya untuk mengungkap permasalahan secara tepat.

b. Data yang terkumpul setelah dideskripsikan kemudian didiskusikan, dikritik ataupun dibandingkan dengan pendapat orang lain.

c. Data yang diperoleh kemudian difokuskan pada subtantif fokus penelitian.

Demikian prosedur pengolahan dan analisis data yang akan dilakukan

penulis dalam penelitian ini. Melalui tahap-tahap tersebut diharapkan penulis

memperoleh data secara lengkap mengenai penguatan nilai voluntarisme dalam

(40)

Epin Saepudin, 2014

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI MASYARAKAT DEMOKRATIS MELALUI SITUS KEWARGANEGARAAN

H. Validitas Data

Hasil penelitian kualitatif seringkali diragukan karena dianggap tidak

memenuhi syarat validitas dan reabilitas, oleh sebab itu ada cara-cara memperoleh

tingkat kepercayaan yang dapat digunakan untuk memenuhi kriteria kredibilitas

(validitas internal). Menurut Nasution (1996: 114-118) cara yang dapat dilakukan

untuk mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya, antara lain; “memperpanjang masa observasi, pengamatan terus-menerus, triangulasi, menggunakan bahan referensi, dan melakukan member check”.

1. Memperpanjang masa observasi

Pada saat melakukan observasi diperlukan waktu untuk betul-betul

mengenal suatu lingkungan, oleh sebab itu peneliti berusaha memperpanjang

waktu penelitian dengan cara mengadakan hubungan baik dengan orang-orang

disana, dengan cara mengenal kebiasaan yang ada dan mengecek kebenaran

informasi guna memperoleh data dan informasi yang valid yang diperlukan

dalam penelitian ini.

2. Pengamatan yang terus menerus

Untuk dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terperinci dan

mendalam, peneliti dapat melakukan pengamatan secara terus menerus (kontinu).

Melalui pengamatan yang kontinu, peneliti akan dapat memberikan deskripsi

yang terinci mengenai apa yang sedang diamatinya berkaitan dengan kajian

mengenai penguatan nilai kesukarelaan dalam membangun ekonomi

kewarganegaraan melalui situs kewarganegaraan.

3. Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2000:330). Selanjutnya

Sugiyono (2009:372) menjelaskan bahwa “dalam pengujian kredibilitas terdapat

(41)

Epin Saepudin, 2014

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI MASYARAKAT DEMOKRATIS MELALUI SITUS KEWARGANEGARAAN

tiga macam teknik triangulasi, yakni triangulasi berdasarkan sumber data,

triangulasi berdasarkan teknik pengumpulan data serta triangulasi berdasarkan

waktu pengumpulan data sebagai berikut

Gambar 3.2

Triangulasi dengan Tiga Sumber Data

Sumber : dikembangkan oleh Penulis (2014)

Triangulasi berdasarkan tiga sumber data dilakukan untuk memperkuat

pengambilan kesimpulan mengenai pelbagai aspek yang dikaji dalam penelitian,

dimana jika hasil wawancara dari ketiga responden tersebut mempunyai kesamaan

maka itulah yang dianggap sebagai jawaban sebenarnya (hasil temuan).

Gambar 3.3

Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan data

Triangulasi berdasarkan tiga teknik pengumpulan data dimaksudkan untuk

mengetahui derajat kesesuaian antara hasil wawancara, pengamatan (observasi)

dan studi dokumentasi, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam

pengambilan kesimpulan hasil penelitian.

Observasi Wawancara

Studi Dokumentasi Ketua Jurusan PKn

Pengurus BCCF Anggota BCCF

Pemerintah Daerah

(42)

Epin Saepudin, 2014

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI MASYARAKAT DEMOKRATIS MELALUI SITUS KEWARGANEGARAAN

Gambar 3.4

Triangulasi dengan Tiga Waktu Pengumpulan Data

Sumber : dikembangkan oleh Penulis (2014)

Triangulasi berdasarkan tiga waktu pengumpulan data dimaksudkan untuk

mengetahui derajat kesesuaian/konsistensi antara hasil penelitian pada minggu

ke-I, ke-Ike-I, dan ke-III sehingga dapat meyakinkan hasil temuan.

4. Menggunakan bahan referensi

Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan akan kebenaran

data, peneliti menggunakan bahan dokumentasi yakni hasil rekaman wawancara

dengan subjek penelitian atau bahan dokumentasi yang diambil dengan cara tidak

mengganggu atau menarik perhatian informan, sehingga informasi yang

didapatkan memiliki validitas yang tinggi.

5. Mengadakan member check

Salah satu cara yang sangat penting ialah melakukan member check pada

akhir wawancara dengan menyebutkan garis besarnya dengan maksud agar

responden memperbaiki bila ada kekeliruan, atau menambahkan apa yang masih

kurang. Tujuan member check ialah agar informasi yang penulis peroleh dan

gunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh

informan.

I. Alur Penelitian

Minggu ke-II Minggu ke-I

Minggu ke-III

(43)

Epin Saepudin, 2014

PENGUATAN NILAI KESUKARELAAN DALAM MEMBANGUN EKONOMI KEWARGANEGARAAN BAGI MASYARAKAT DEMOKRATIS MELALUI SITUS KEWARGANEGARAAN

Untuk memandu dan memudahkan peneliti dalam melakukan kajian

penelitian, diperlukan suatu alur penelitian yang berfungsi sebagai acuan

mengenai langkah-langkah yang akan ditempuh sampai akhirnya peneliti

menemukan hal ikhwal yang sedang dikaji. Berikut merupakan alur dalam

penelitian ini

Gambar 3.5 Alur Penelitian

Permasalahan (Input)

1. Tingkat pengangguran lebih tinggi dibandingkan angka produktivitas kerja

2. Paradigma (mindset) masyarakat masih terbatas mencari pekerjaan, bukan menciptakan pekerjaan. 3. Kreativitas masyarakat untuk menciptakan sesuatu yang lebih bermakna masih sangat kurang (masih

menunggu bola, bukan menjemput bola)

4. Perkembangan ekonomi di Indonesia sebagian besar hanya berorientasi money oriented 5. Semakin memudarnya nilai-nilai voluntarisme sebagai dasar pembangunan ekonomi

6. Keterbatasan pemerintah dalam meningkatkan kondisi sosial masyarakat yang belum sejahtera. 7. Masih terbatasnya transformasi nilai-nilai kewirausahaan dalam konteks pendidikan berbasis

masyarakat

Pengumpulan dan Analisis Data (Proses)

1. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus

2. Fokus penelitian meliputi; latarbelakang munculnya gerakan voluntarisme dalam membangun economic civic melalui situs kewarganegaraan, aktivitas dan kekuatan voluntarisme dalam membangun economic civics for democratic citizen melalui situs kewarganegaraan, faktor-faktor yang determinan terhadap situs kewarganegaraan dalam memobilisasi gerakan voluntarisme, hambatan yang muncul dan upaya yang dilakukan dalam penguatan voluntarisme sebagai upaya membangun

economic civics.

3. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara (pengurus, BCCF, anggota BCCF dan pemerintah daerah), observasi (aktivitas yang dilakukan oleh BCCF), studi dokumentasi (memotret kurikulum/program yang direncanakan), dan studi literature (mengkaji berbagai buku sumber terkait

economic civics, nasionalisme dan situs kewarganegaraan).

4. Data yang terkumpul kemudian dianalisis melalui tiga tahap; reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil (Output)

1. Berubahnya pola berfikir masyarakat mengenai urgensi berwirausaha

2. Terlembagakannya nilai-nilai voluntarisme sebagai dasar pengembangan economic civics for

democratic citizen seperti; kesukarelaan, gotong-royong, solidaritas, kemandirian, optimistis,

semangat juang tinggi, visioner, progresif, dan berdikari 3. Meningkatnya angka produktivitas kerja

4. Ditemukannya suatu model pengambangan economic civics berbasis nilai voluntarisme melalui situs kewarganegaraam

Outcome

Meningkatnya kesejahteraan masyarakat sebagai muara pengembangan economic civics

Sumber : dikembangkan oleh Penulis (2014)

Gambar

Gambar 1.1 Perkembangan Tenaga Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka Kota
Tabel 3.1 Subjek Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Gambar 3.2  Triangulasi dengan Tiga Sumber Data
+3

Referensi

Dokumen terkait