SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Oleh:
Ferdianka Nursaori
NIM 1002227
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(Studi Eksperimen di SMP Negeri 1 Karawang Barat)
Oleh
Ferdianka Nursaori
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Ferdianka Nursaori 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
SHOOT DALAM PERMAINAN BOLABASKET
(STUDI EKSPERIMEN DI SMP NEGERI 1 KARAWANG BARAT)
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Drs. Mudjihartono, M.Pd
196508171990011001
Pembimbing II
Lukmannul Haqim Lubay, M.Pd
197508122009121004
Mengetahui Ketua Program Studi
DAFTAR ISI
PERNYATAAN... i
ABSTRAK... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR TABEL... vi
DAFTAR GAMBAR... vii
DAFTAR LAMPIRAN... viii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Penelitian... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian... 6
C. Rumusan Masalah Penelitian... 7
D. Tujuan Penelitian... 8
E. Metode Penelitian... 8
F. Manfaat Penelitian... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 10
A. Kajian Pustaka... 10
B. Kerangka Pemikiran... 29
C. Hipotesis Penelitian... 30
BAB III METODE PENELITIAN... 31
A. Metode dan Desain Penelitian...31
B. Populasi dan Sampel... 32
D. Instrumen Penelitian... 37
E. Prosedur Penelitian... 39
F. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 47
A. Hasil Penelitian... 47
B. Pembahasan... 53
C. Diskusi Penemuan... 54
BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 56
A. Simpulan... 56
ABSTRAK
Ferdianka Nursaori (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (TGT) TeamGames Tournament Terhadap Hasil Belajar Lay Up Shoot dalam Permainan Bolabasket di SMP Negeri 1 Karawang Barat. Skripsi Program Studi PJKR Jurusan Pendidikan Olahraga FPOK-UPI. Pembimbing I: Drs. Mudjihartono, M.Pd Pembimbing II: Lukmannul Haqim Lubay, M.Pd. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya penggunaan model pembelajaran
terutama dalam mengajarkan olahraga permainan. Pelaksanaan penelitian yaitu
dengan mengujicobakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Games Tournament (TGT) terhadap olahraga permainan bolabasket khususnya dalam mengajarkan lay up shoot. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah eksperimen dengan menggunakan desain penelitian Pretest-Posttest
Control Group Design. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu sebanyak 28 orang siswa dari 30 orang populasi. Adapun instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah tes
keterampilan lay up shoot permenit menurut Jackson Baumgartner dan memiliki
validitas sebesar 0,78.Berdasarkan hasil penghitungan dan pengujian signifikansi
kedua kelompok antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, ternyata
kelompok eksperimen lebih memberikan peningkatan yang signifikan. Artinya,
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar lay up shoot di SMP
Negeri 1 Karawang Barat.
ABSTRACT
This research is motivated by the lack of the use of models of learning, especially
in teaching sports games.The implementation of the study is to pilot the
implementation of cooperative learning model Team Games Tournament (TGT)
in basketball games especially in teaching lay up shoot. The method used in this
study was an experiment by using a pretest-post test study design: Control Group
Design. Sampling from 28 students of 30 populations using ’purposive sampling’.
The research instruments used by researchers was lay up shoot skill test per
minute according to Baumgartner Jackson and it has a validity of 0.78. Based on
the results of the calculation and significance testing of the two groups between
the experimental group and the control group, the experimental group turned out
to be providing a significant improvement. That is, the implementation of
cooperative learning model Team Games Tournament (TGT) has significant
impact on learning outcomes lay up shoot in SMP Negeri 1 Karawang Barat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan memegang peranan penting untuk kemajuan dan masa depan
suatu bangsa, tanpa pendidikan yang baik mustahil bangsa tersebut akan maju.
Berbagai cara dilakukan oleh ahli pendidikan untuk meningkatkan mutu
pendidikan dimulai dari mengembangkan pendekatan mengajar, metode
pendidikan, model-model pendidikan hingga mengembangkan kurikulum
pendidikan. Semua itu dilakukan semata-mata untuk salah satunya menjawab
tantangan zaman yang semakin dinamis.
Pendidikan juga merupakan salah satu masalah yang sedang dihadapioleh
negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia seperti masalah kuantitas,
kualitas, efektivitas, dan masalah relevansi. Proses pendidikan dilaksanakan dari
tingkat sekolah dasar sampai dengan pendidikan tinggi. Pendidikan sebagai
perubahan perilaku sejak usia dini, maka dari itu peran guru harus memberikan
kontribusi yang besar terhadap proses pendidikan, seperti pendapat yang
diungkapkan Idris (dalam Melaz Nur Al Aziz, 2013, hlm. 1) “pendidikan adalah
menanamkan hasrat ingin tahu, eksploratif, berpikir kreatif, bukan sekedar
memori salah dan benar.”
Menurut Piaget (dalam Tite Juliantine, 2012, hlm. 7), “tujuan utama
pendidikan adalah untuk mengembangkan individu menjadi individu-individu
yang kreatif, berdaya cipta, dan yang dapat menemukan (discover).” Pendapat lain
dikemukakan oleh Tite Juliantine (2012, hlm. 7) menyebutkan bahwa “pendidikan
adalah proses menolong, membimbing, mengarahkan, dan mendorong individu
agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya,
sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan di masa sekarang
dan di masa yang akan datang.” Ini berarti bahwa guru harus mendidik anak
mengulang apa yang telah dilakukan generasi sebelumnya, dengan tetap tanpa
meninggalkan nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, pendidikan jasmani merupakan mata
pelajaran yang wajib diberikan secara formal. Banyak negara di dunia yang
menempatkan pendidikan jasmani sebagian bagian yang integral dari sistem
pendidikan yang diterapkan di negaranya. Misalnya, di Jepang, Cina, Malaysia,
Inggris, Jerman, Rusia, Kenya, Amerika, dan beberapa negara lainnya telah
melaksankan pendidikan jasmani meskipun dengan cara dan prosedur yang
berbeda.
Pendidikan jasmani merupakan proses yang dapat mengembangkan kegiatan
bermain siswa, juga dalam aktivitas jasmani yang dilakukan terdapat nilai-nilai
untuk mengembangkan pembentukan kepribadian. Hal ini sesuai dengan yang
dijelaskan Ateng Abdul Kadir (dalam Sucipto, 2010, hlm. 46) bahwa “penjas
bukan hanya mengembangkan aspek fisik saja, melainkan akan mengembangkan
aspek kognitif, emosi, mental, sosial, moral, dan estetika.”
Di Indonesia pendidikan jasmani sudah tidak dapat dipisahkan dari sistem
pendidikan nasional. Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (dalam Engkos
Koswara, 2013, hlm. 1) mengungkap bahwa:
Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan, dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.
Berdasarkan uraian tersebut membuktikan bahwa pendidikan jasmani bukan
hanya mengembangkan aspek fisik semata, melainkan juga mengembangkan
aspek-aspek kognitif, emosi, mental, sosial, moral, dan estetika. Dengan
mengembangkan beberapa aspek selain aspek fisik semata bukan tidak mungkin
Peranan guru pendidikan jasmani harus dapat menekankan pada peserta
didik bahwa penguasaan keterampilan motorik bukan merupakan satu-satunya
tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran, namun ada tujuan-tujuan
pendidikan lain yang harus ditumbuhkembangkan dalam diri siswa sebagai
individu utuh yang sedang tumbuh dan berkembang. tujuan-tujuan pendidikan
tersebut adalah pengembangan seluruh potensi yang dimiliki siswa baik yang
melibatkan dimensi kognitif, afektif, psikomotor, maupun sosial dalam pengertian
yang lebih luas.
Selama ini guru pendidikan jasmani dalam pengajarannya masih banyak
menganut sistem pendekatan yang konvensional atau bersifat teacher center,
dimana siswa hanya mendapatkan informasi langsung dari guru. Meskipun
pengajaran seperti ini dapat meningkatkan penguasaan keterampilan yang akan
diajarkan, namun kekurangannya adalah siswa tidak berperan aktif dan hanya
mengandalkan guru sebagai pemberi informasi yang baru. Hal ini menyebabkan
rendahnya partisipasi dan tidak berkembangnya kreatifitas siswa ketika
pembelajaran berlangsung khususnya pembelajaran permainan bolabasket.
Dengan demikian, proses pembelajaran menjadi tidak efektif dan akan sangat
berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal seperti ini terjadi
karena model pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan menggugah minat dan
partisipasi siswa, bahkan ketika mempelajari keterampilan yang kompleks seperti
layup shoot dalam permainan bolabasket. Dengan demikian, guru harus dapat memposisikan diri sebagai fasilitator dan juga mediator ketika proses
pembelajaran berlangsung agar dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk
lebih bertanggung jawab. Untuk menumbuhkan sikap aktif, inovatif, kreatif dari
siswa tidaklah mudah dan dibutuhkan guru yang profesional. Menurut Bafadal
(dalam Melaz Nur Al Aziz, 2013, hlm. 2), menyatakan bahwa:
pandangan yang tepat tentang pembelajaran, yaitu (1) pembelajaran merupakan jantung dalam proses pendidikan, sehingga kualitas pendidikan terletak pada kualitas pembelajarannya dan sama sekali bukan pada aksesoris sekolah; (2) pembelajaran tidak akan menjadi baik dengan sendirinya, melainkan melalui proses inovasi tertentu, sehingga guru dituntut melakukan berbagai pembaruan dalam hal pendekatan, metode, teknik, strategi, langkah-langkah, media pembelajaran, mengubah “status
quo” agar pembelajaran menjadi lebih berkualitas; dan (3) harus
dilaksanakan atas dasar pengabdian, sebagaimana pandangan bahwa pendidikan merupakan sebuah pengabdian bukan sebagai sebuah proyek. Inovasi pembelajaran pada hakikatnya merupakan sesuatu yang baru mengenai pembelajaran, bisa berupa ide, program, layanan, metode, dan proses pembelajaran.
Berdasarkan masalah-masalah di atas, penulis akan mencoba memberikan
salah satu solusi yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Team Games Tournament(TGT) yang bertujuan untuk memberikan pengaruh terhadap hasil belajar pendidikan jasmani, khususnya keterampilan layup shoot
dalam permainan bolabasket. Menurut Eggen dan Kauchak (dalam Tite Juliantine,
2013, hlm. 63) “pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi
pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai
tujuan bersama.” Sedangkan menurut Stahl (dalam Tite Juliantine 2013, hlm. 63)
“proses pembelajaran dengan model kooperatif mampu merangsang dan
menggugah potensi siswa secara optimal dalam suasana belajar pada
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari dua sampai enam orang siswa.” Pada pembelajaran koopeatif siswa didorong untuk dapat bekerjasama dan berinteraksi
dengan siswa yang lain agar tugas yang diberikan dapat diselesaikan. Dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament
(TGT) diharapkan siswa lebih termotivasi dan kegiatan yang sedang dilakukan
menarik sehingga hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT), teman dalam kelompok akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk bermain dalam game dengan mempelajari lembar
kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi ketika dalam
Dari sekian banyak materi yang harus disampaikan guru pendidikan
jasmani salah satunya adalah pembelajaran bolabasket. Permainan bolabasket
adalah permainan yang dimainkan dengan tangan, dalam arti bola selalu
dimainkan dari tangan ke tangan pemain dalam satu regu. Permainan bolabasket
memiliki gerakan yang lengkap, seperti gerakan kaki pada saat berlari dan
gerakan tangan pada saat menggiring bola ke keranjang lawan. Hal ini senada
dengan pendapat Sodikun (dalam Sucipto, 2010, hlm. 23), yang mengatakan
bahwa “bolabasket merupakan permainan yang gerakannya kompleks yaitu gabungan dari jalan, lari, lompat, dan unsur kekuatan, kecepatan, kelenturan, dan
lain-lain.” Permainan bolabasket terbilang sulit untuk diajarkan karena
keterampilan seperti layup shoot begitu kompleks.
Dalam melakukan layup shoot dibutuhkan koordinasi antara kaki dan
tangan yang baik. Menurut Imam Sodikun (dalam Sucipto, 2010, hlm. 27),
menyatakan bahwa “bolabasket termasuk jenis permainan yang kompleks gerakannya. Artinya gerakannya terdiri dari gabungan unsur-unsur gerak yang
terkoordinasi rapi sehingga pemain dapat bermain dengan baik.” Pada dasarnya
teknik dasar permainan bolabasket seperti layup shoot akan dapat dikuasai dengan
baik, apabila proses pembelajaran dan penggunaan model pembelajarannya baik
dan tepat.
Permasalahan yang sering terjadi ketika mengajarkan permainan
bolabasket terutama dalam mengajarkan layup shoot adalah berpusatnya
pengajaran pada guru atau teacher center dan juga guru kurang menguasai
keterampilan ini. Hal ini mengakibatkan rendahnya hasil belajar, sedangkan untuk
menguasai keterampilan layup shoot dibutuhkan model pembelajaran yang tepat
agar hasil belajar siswa meningkat. Dengan menggunakan model kooperatif tipe
Team Games Tournament (TGT) diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena karakteristik dari model ini seperti bermain dalam sebuah game
dengan mempelajari lembar kegiatan dan berdiskusi mengenai kesulitan yang
Dari persoalan-persoalan yang telah dijelaskan, penulis mencoba
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)
untuk melihat pengaruh model tersebut terhadap hasil belajar layupshoot. Maka,
berdasarkan uraian permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TeamGames Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Layup Shoot”.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Dalam penelitian adanya identifikasi masalah sangatlah penting untuk
memperjelas permasalahan yang timbul dalam penelitian. Masalah dalam
penelitian ini dilatarbelakangi oleh beberapa alasan, diantaranya yaitu dalam
pembelajaran bolabasket terutama ketika mengajarkan keterampilan layup shoot
selalu berpusat kepada guru atau teacher center dan model pembelajaran yang
digunakan model konvensional sehingga membuat rendahnya hasil belajar layup
shoot siswa.
Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament). Eggen dan
Kauchak (dalam Tite Juliantine, 2013, hlm. 63) berpendapat “pembelajaran
kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan
siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.” Model
pembelajaran ini dipilih karena di setiap pertemuan anak diharuskan berkelompok
dengan anggota yang berbeda untuk bekerjasama dan berinteraksi dengan baik
agar mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
Menurut Johnson & Johnson (dalam Tite Juliantine, 2013, hlm. 64) yang
termasuk indikator dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
a. Saling ketergantungan yang positif b. Tanggung jawab perseorangan c. Tatap muka
Menurut Oliver (dalam Heri Setiadi, 2013, hlm. 21) ada tahapan gerak yang
harus dilakukan dalam pembelajaran lay up shoot, yaitu:
(1) Lengan penembak diangkat tinggi sehingga membentuk huruf L, (2) bola dipegang dengan telapak jari pada tangan yang melakukan tembakan, (3) pemain melangkah dengan kaki yang benar dan melompat dengan kaki yang tepat, (4) pemain menjulurkan lengan untuk menembakan kearah titik sasaran pada papan, (5) pemain menggunakan tangan serta lengan yang tidak melakukan tembakan untuk menopang dan melindungi bola, (6) bola menyentuh titik sasaran pada papan.
Adapun model pembelajaran yang akan digunakan saat penelitian pada
kelompok kontrol adalah model pembelajran konvensional. Pembelajaran
konvensionalmerupakan salah satu dari model-model pembelajaran yang mana
cara penyampaiannya melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung
kepada sekelompok siswa. Model ini digunakan untuk melihat peningkatan hasil
belajar lay up shoot siswa pada kelompok eksperimen yang di treatment dengan
model pembelajaran kooperatif.
Pada penelitian ini yang menjadi fokus utama adalah hasil belajar lay up
shoot dimana hasil belajar diukur baik sebelum maupun sesudah dilakukan treatment. Menurut Sucipto (2010, hlm. 119) “lay up shoot adalah salah satu teknik lanjutan yang perlu dikuasai karena merupakan cara menembak yang
paling efektif untuk memasukkan bola ke keranjang.” Bentuk tembakan ini
memiliki kesempatan masuk yang besar jika dibandingkan dengan tembakan tiga
angka.
Untuk mengukur hasil belajar lay up shoot dalam penelitian ini yang
digunakan adalah tes layup shoot basket permenit menurut Jackson Baumgartner
(dalam Heri Setadi, 2013, hlm. 40) yang memiliki tingkat validitas 0,78.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah di uraikan,
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) terhadap
hasil belajar lay up shoot?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model
pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar lay up shoot?
3. Bagaimana perbandingan peningkatan hasil belajar lay up shoot dari
model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan
model pembelajaran konvensional?
D. Tujuan Penelitian
Atas dasar latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan,
penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team
Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar lay up shoot.
2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran konvensional terhadap
hasil belajar lay up shoot.
3. Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar lay up shoot dari model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan model
pembelajaran konvensional.
E. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
ekperimen. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 107):
Dalam penelitian eksperimen ada perlakuan (treatment), dengan demikian metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.
F. Manfaat/Signifikansi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi siswa, bagi guru, dan
bagi lembaga pendidikan berupa manfaat teoritis sekaligus manfaat praktis, antara
1. Bagi Siswa
1) Meningkatkan pembelajaran anak
2) Meningkatkan rasa percaya diri dan rasa senang terhadap proses
pendidikan jasmani
3) Merasanakan suasana kompetitif dalam pembelajaran
4) Meningkatkan pemahaman, pengetahuan, pemikiran konsep belajar
melalui model pembelajaran kooperatif
2. Bagi Guru
1) Memberikan pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan model
pembelajaran pada siswa
2) Meningkatkan pemahaman tentang penerapan model-model
pembelajaran
3) Mengembangkan kemampuan penerapan model-model pembelajaran
dalam pendidikan jasmani
3. Bagi Sekolah
1) Memberikan kontribusi bagi sekolah dalam mengembangkan
pembelajaran
2) Mendorong siswa untuk berprestasi melalui Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efisien, dan Menyenangkan (PAIKEM)
3) Mampu mengembangkan pengdekatan pembelajaran sesuai dengan
31
BAB III
METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian
Suatu penelitian diperlukan metode yang akan digunakan karena dengan
menggunakan metode penelitian, maka terdapat cara untuk menyelesaikan sebuah
penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
eksperimen. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 107) “metode eksperimen dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.”
Sedangkan menurut Arikunto (2006, hlm. 3) mengatakan bahwa:
Metode eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeleminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.
Jadi, metode eksperimen digunakan untuk mengungkap ada atau tidaknya
pengaruh dari variabel-variabel yang telah dipilih untuk dijadikan penelitian.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah
jenis metode penelitian yang dilakukan untuk mencari pengaruh akan
variabel-variabelnya.
2. Desain Penelitian
Untuk mempermudah penelitian diperlukan sebuah desain penelitian.
Desain penelitian berfungsi sebagai gambaran penelitian yang akan dilakukan.
Untuk penelitian eksperimen ada dua bentuk desain penelitian, yaitu posttest only
controldesign dan pretest-posttest control group design. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian pretest-posttest control group design.
diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol”. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 112) adapun bentuk desain untuk model ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Prestest-posttest Control Group Design
Kelompok Prestest Treatment/Perlakuan Posttest
Eksperimen A1 X1 A2
Kontrol B1 X2 B2
Keterangan:
A1 : hasil pretest kelompok eksperimen
B1 : hasil pretest kelompok kontrol
A2 : hasil posttest kelompok eksperimen
B2 : hasil posttest kelompok kontrol
X1 : model pembelajaran kooperatif tipe TGT
X2 : model pembelajaran konvensional
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Menurut Sugiyono (2013, hlm. 117) “populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.”Pendapat lain dikemukakan oleh Bambang Abduljabar (2012,
hlm. 14) bahwa “populasi adalah sekumpulan obyek atau subyek yang
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung atau pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.
Jadi, populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam
yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek
yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh
subyek atau obyek tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VII SMPN 1 Karawang yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bolabasket
yang berjumlah 30 orang siswa.
2. Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2013, hlm. 118) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Sedangkan menurut Bambang Abduljabar (2012, hlm. 14) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.” Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili) karena dari sampel tersebut dapat diperoleh
sebuah data dan informasi dari jumlah total populasi.
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah
sampel yang diharapkan seutuhnya mewakili populasi adalah sama dengan jumlah
anggota populasi itu sendiri. Namun, dalam penelitian ini penarikan sampel yang
digunakan adalah nonprobability sampling dengan teknik sampling purposive.
Sugiyono (2013, hlm. 122) berpendapat “nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.” Sedangkan
purposive sampling (Sugiyono, 2013, hlm. 124) adalah “teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.” Dengan menggunakan teknik sampling purposive
memudahkan peneliti untuk menentukan sampel penelitian, sehingga setelah
mendapatkan sampel peneliti hanya menentukan siswa mana yang termasuk
Adapun sampel dalam penelitian ini adalah siswa yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler bolabasket di SMPN 1 Karawang. Banyaknya sampel dalam
penelitian ini adalah 28 orang siswa. Dari jumlah sampel yang telah didapat akan
dibagi menjadi dua kelompok dengan cara pengundian. 14 orang siswa sebagai
kelompok treatment (perlakuan) dan 14 orang siswa yang lain sebagai kelompok
kontrol. Kelompok treatment akan diberikan perlakuan, yaitu penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT), sedangkan
kelompok kontrol tidak diberi perlakuan.
Banyaknya sampel didapatkan dari rumus yang dikembangkan oleh Isaac
dan Michael (dalam Sugiyono, 2013, hlm. 126). Rumusnya adalah sebagai
berikut:
�= � .�. .
� � − +� . .
Keterangan:
s : jumlah sampel d : 0,05
N : populasi P : 0,5
λ2
[image:20.595.109.488.266.746.2]:tingkat kesalahan Q : 0,5
Tabel 3.2 Sampel Penelitian
No. Nama Kelompok Jumlah
1 Kelompok Eksperimen 14 siswa
2 Kelompok Kontrol 14 siswa
Jumlah 28 siswa
Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang perlu
penafsiran-penafsiran agar tidak menimbulkan kekeliruan yang dapat menjauhkan dari
maksud dan tujuan penelitian. Adapun variabel tersebut antara lain:
1) Model Pembelajaran Kooperatif
Eggen dan Kauchak (dalam Tite Juliantine, 2013, hlm. 63) berpendapat “pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.” Sedangkan menurut Taniredja, dkk (2011, hlm. 55) “pembelajaran kooperatif
merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik
untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur.”
Pendapat lain dikemukakan oleh Abidin (2009, hlm. 42) “pembelajaran
kooperatif adalah strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap dan
perilaku bersama dalam bekerja, membantu diantara sesama dalam struktur kerja
yang teratur dalam kelompok.” Menurut Isjoni (2010, hlm. 16):
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.
Jadi, model pembelajaran kooperatif adalah model yang kegiatan belajar
mengajarnya berpusat pada siswa, terutama untuk mengembangkan kerjasama
siswa dalam proses pembelajaran.
2) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT)
empat sampai enam orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda.” Robert Slavin (2008, hlm. 166) berpendapat lain “pembelajaran koopertaif tipe Team Games Tournament (TGT) terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu tahap penyajian kelas (class presentation), belajar dalam
kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan
penghargaan kelompok (team recognition).” Berdasarkan pemaparan di atas,
maka pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
b. Games tournament c. Penghargaan kelompok
3) Lay Up Shoot
Menurut Sucipto (2010, hlm. 119) “lay up shoot adalah salah satu teknik lanjutan yang perlu dikuasai karena merupakan cara menembak yang paling
efektif untuk memasukkan bola ke keranjang.” Bentuk tembakan ini memiliki
kesempatan masuk yang besar jika dibandingkan dengan tembakan tiga angka.
Lay up shoot adalah keterampilan yang relatif sulit untuk dikuasai karena memerlukan koordinasi kaki dan tangan yang baik. Pemain harus dapat
menangkap dan menguasai bola dengan baik dan kemudian melakukan awalan
dua langkah yang dilanjutkan dengan gerakan lompatan ke atas mendekati ring.
Aspek penting yang perlu diperhatikan saat melakukan awalan adalah dua irama
langkah, setelah menangkap atau menguasai bola pemain harus
mengkonsentrasikan diri untuk melompat ke depan pada langkah pertama,
kemudian melangkah pada langkah kedua dan dilanjutkan dengan gerakan
meloncat ke atas dan melayang mendekati ring. Menurut Oliver (dalam Heri
Setiadi, 2013, hlm. 20) “keberhasilan dalam melakukan lay up shoot adalah dalam pengambilan langkah yang tepat untuk memaksimalkan hasil tembakan tersebut.”
Secara sederhana belajar dapat diartikan sebagai hasil dari latihan dan
pengalaman yang menimbulkan perubahan perilaku, menetap, dan dilakukan
secara sadar. Menurut Bloom (dalam Heri Setiadi, 2013, hlm. 20) “ada tiga ranah
hasil belajar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.” Ketiga ranah tersebut
merupakan tujuan utama dari proses pembelajaran. Dampak dari adanya sebuah
pembelajaran adalah hasil belajar yang dapat diamati dan diukur. Dalam
penelitian ini yang akan diteliti hanya dari ranah psikomotor atau yang akan
diukur berupa hasil belajar keterampilan geraknya. Hasil belajar lay up shoot
adalah menjadi fokus utama penelitian ini. Lay up shoot merupakan salah satu
teknik lanjutan dalam permainan bolabasket.
Menurut Oliver (dalam Heri Setiadi, 2013, hlm. 21) ada tahapan gerak yang
harus dilakukan dalam pembelajaran lay up shoot, yaitu:
(1) Lengan penembak diangkat tinggi sehingga membentuk huruf L, (2) bola dipegang dengan telapak jari pada tangan yang melakukan tembakan, (3) pemain melangkah dengan kaki yang benar dan melompat dengan kaki yang tepat, (4) pemain menjulurkan lengan untuk menembakan kearah titik sasaran pada papan, (5) pemain menggunakan tangan serta lengan yang tidak melakukan tembakan untuk menopang dan melindungi bola, (6) bola menyentuh titik sasaran pada papan.
D. Instrumen Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus mempersiapkan instrumen
yang akan digunakan. Sugiyono (2013, hlm. 147) menjelaskan bahwa “pada
prinsipnya instrumen penelitian adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam.” Menurut Nurhasan dan Hasanudin (dalam Heri Setiadi, 2013, hlm. 39) “pengukuran adalah proses pengumpulan data atau informasi dari suatu obyek tertentu dengan bantuan alat ukur.” Untuk memperoleh data secara objektif, diperlukan instrumen penelitian yang tepat sehingga masalah yang
diteliti akan terrefleksi dengan baik. Berdasarkan permasalah yang diangkat dalam
penelitian ini mengenai keterampilan, maka instrumen penelitian yang digunakan
Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes layup shoot basket permenit
menurut Jackson Baumgartner (dalam Heri Setadi, 2013, hlm. 40) yang memiliki
tingkat validitas 0,78.
Adapun rincian tesnya adalah sebagai berikut:
1. Tujuan : Mengukur keterampilan layup shoot dalam permainan bolabasket
2. Alat : Alat tulis, dua buah kursi, meteran, bolabasket, stopwatch, dan
lapangan bolabasket
3. Petugas pelaksana :
a. Petugas pelaksana dibantu oleh siswa SMPN 1 Karawang Barat yang
telah memahami tugas masing-masing, yaitu seorang yang menghitung
masuk, seorang yang mencatat hasil, dua orang yang membantu
menangkap bola dan meletakan kembali ke kursi, serta seorang testor
yang mengamati sah atau tidaknya testee dalam melakukan gerakan lay
up shoot
b. Pelaksanaan, testee berdiri di belakang garis tembakan hukuman. Pada
saat aba-aba “ya” atau bunyi peluit testee mengambil bola dari kursi
sebelah kanan dilanjutkan dengan gerakan lay up shoot ke arah ring
basket. Setelah melakukan layup shoot, testee menangkap bola tersebut
lalu mengoper kepada temannya yang berada di belakang kursi sebelah
kanan. Setelah itu, testee mengambil bola dari kursi sebelah kiri
dilanjutkan gerakan layup shoot ke arah ring basket, lalu menangkap bola
tersebut dan mengoper pada temannya yang berada di belakang kursi
sebelah kiri. Testee berusaha memasukan bola sebanyak mungkin ke
dalam ring basket dalam waktu satu menit.
Keterangan Gambar:
: Kursi
: Testee yang akan melakukan layup shoot
: Siswa yang membantu pelaksanaan
4. Penskoran: Skor dihitung 1 jika gerakan tester dalam teknik lay up shoot
benar dan bola masuk. Skor 0 jika tester melanggar peraturan traveling dan
melakukan gerakan lay up shoot yang salah. Jumlah bola yang masuk ke
dalam keranjang yang benar dijadikan penelitian.
Catatan:
a. Tembakan dianggap berhasil jika bola masuk ke dalam keranjang baik
secara langsung ataupun dipantulkan terlebih dahulu ke papan
b. Apabila bola tidak masuk mendapatkan skor 0
c. Tidak sah apabila melanggar aturan lay up shoot
d. Siswa memiliki waktu 1 menit untuk melakukan lay up shoot dan nilai
yang terbaik yang akan diambil
Jadi dalam tes ini siswa diberikan waktu selama 1 menit untuk melakukan
lay up shoot dengan tujuan utamanya adalah memasukkan sebanyak-banyaknya ke ring dan melakukan gerakan dengan benar. Tes hanya dilakukan sebanyak satu
kali, yaitu tes akhir (posttest) setelah diberikan serangkaian pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament
(TGT).
E. Prosedur Penelitian
Untuk memberikan kemudahan, maka perlu adanya prosedur kerja
yang dipilih oleh peneliti adalah siswa kelas VII SMPN 1 Karawang yang
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bolabasket yang berjumlah 30 orang.
Kemudian, peneliti menentukan sampel dari jumlah populasi. Sampel yang
didapatkan berjumlah 28 orang. Banyaknya sampel didapatkan dari rumus yang
dikembangkan oleh Isaac dan Michael (dalam Sugiyono, 2013, hlm. 126).
Setelah mendapatkan jumlah sampel, peneliti membagi sampel menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok
eksperimen diberikan treatment dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT, sedangkan kelompok kontrol menggunakan model
pembelajaran konvensional. Peneliti melakukan prestest untuk mengetahui
kemampuan awal siswa. Treatment diberikan sebanyak 16 kali pertemuan. Setelah
treatment selesai diberikan kemudian peneliti melihat hasil akhir dengan menggunakan tes keterampilan lay up shoot dari Jackson Baumgartner (dalam
Heri Setadi, 2013, hlm. 40) yang memiliki tingkat validitas 0,78. Dari data yang
didapat peneliti akan menganalisa dengan menggunakan statistika dan kemudian
membuat kesimpulan. Dengan demikian, peneliti menggambarkan prosedur
[image:26.595.174.465.475.744.2]penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.3 Prosedur Penelitian
Populasi
Sampel
F. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data 1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data peneliti menggunakan tes
keterampilan. Menurut Arikunto (2006, hlm. 150) “tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.” Sedangkan menurut Suharsiwi (dalam Heri Setiadi, 2013, hlm. 39) “tes merupakan suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.” Tes yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah tes keterampilan lay up shoot yang mana tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui
sejauh mana siswa dapat melakukan keterampilan lay up shoot.
2. Analisis Data
Data yang diperoleh dari pengukuran selanjutnya diolah dengan
menggunakan cara statistika dengan menggunakan Microsoft Excel untuk
mengolah data tersebut.
1) Dengan menggunakan Microsoft Excel
a. Mencari rata-rata (Mean) Kelompok Eksperimen:
Menggunakan Model Kooperatif Tipe TGT
Kelompok Kontrol: Menggunakan Model Pembelajaran yang Berpusat
Pada Guru
TesLay UpShoot
Analisis Data
b. Simpangan baku (Standar deviasi) (S)
c. Varians (S2)
d. Jumlah (Sum) (∑X)
2) Menguji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data dari hasil
pengukuruan berdistribusi normal atau tidak. Cara menguji normalitas data ini
dengan menggunakan uji Liliefors (dalam Bambang Abduljabar, 2012, hlm. 102).
Dan langkah-langkah penyelesaiannya adalah sebagai berikut:
a. Pengamatan X1, X2, X3....Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3...Zn dengan
menggunakan rumus:
= � −
X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan sompangan baku
sampel
b. Untuk setiap bilangan baku menggunakan daftar distribusi normal baku,
kemudian peluang F(Zi) = P(Z≤Zi)
c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, Z3....Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Z1, jika proporsi dinyatakan oleh S (Z1), maka
1 =
�� �� 1, 2, 3… � � ��<
�
d. Hitung selisih F(Z1)-S(Z1) kemudian tentukan harga mutlaknya
e. Ambil harga mutlak yang paling besar diantara harga-harga mutlak
selisih tersebut dan sebutlah harga tersebut Lo
f. Kriteria hipotesis adalah ditolak nol bahwa populasi berdistribusi normal
jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi Ltabel dari daftar.
Dalam hal ini hipotesis diterima.
Uji homogenitas dua varians adalah varians dari tes awal dan tes akhir baik
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Menguji homogenitas data
setiap butir dengan rumus:
� = � � � �
� � � � �
Hipotesis ditolak jika F ≤ F(1-α)(n-1;n-1), jadi data setiap butir tes adalah homogen apabila Fhitung lebih kecil dari Ftabel.
4) Uji-t
Uji-t yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata (satu pihak).
Menurut Nurhasan (dalam Heri Setiadi, 2013:43) “uji ini dipakai bila peneliti
sudah menonjolkan salah satu kelompok eksperimen yang dibandingkan. Oleh karena itu, dinamakan uji satu pihak.” Tahapan pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah
Ho : µ1 = µ2
H1 : µ1 ≠ µ2
2. = −211− −2 �1
+ 2 2
�2
3. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis
Terima hipotesis (Ho), jika <
1 1+ 2 2
1+ 2
Tolak hipotesis (Ho), jika ≥
1 1+ 2 2
1+ 2
4. Batas kritis penerimaan dan penolakan hipotesis (Ho)
1 = 21
�1 dan t1 = t 0,95 (14)
2 = 22
�2
dan t1 = t 0,95 (14)
1 1+ 2 2
5. Membandingkan thitung dengan ttabel
[image:30.595.107.518.536.727.2]6. Membuat kesimpulan dengan kalimat
Tabel 3.4
PROGRAM PEMBELAJARAN
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP HASIL BELAJAR LAY UP SHOOT
DI SMPN 1 KARAWANG BARAT
No .
Pertemua n
Materi Tujuan/Tugas Gerak
Proses Pembelajara
n
Keteranga n
1 1 Tes
Keterampilan
Awal (Pretest)
Untuk
mengetahui
kemampuan
awal dari
keterampilan
siswa dalam
Peneliti
memberikan
bentuk tes
lay up shoot tanpa ada
pembelajaran
Pemanasan
10 menit
Inti 60
menit
Pendingina
pembelajaran
lay up shoot
sebelumnya 10 menit
2 2, 3, dan 4 Mempertahank
an penguasaan bola (triple threat, ball fake) Memberikan sasaran kepada pengoper, menguasai bola dengan triple threat dan tipuan bola Peneliti memberikan arahan tentang cara
bermain 2 vs
1, 2 vs 2, dan
2 vs 3
dengan
tujuan akhir
lay up shoot
Pemanasan 10 menit Inti 60 menit Pendingina n 10 menit
3 5, 6, dan 7 Pembelajaran
offense (passing,
shooting, dan lay up shoot)
Menerima passing, menempatkan diri disudut-sudut kosong dan mencari ruang kosong Peneliti memberikan arahan tentang cara
bermain 2 vs
3 dan 3 vs 3
dengan
tujuan akhir
shooting dan lay up shoot
Pemanasan 10 menit Inti 60 menit Pendingina n 10 menit
4 8, 9, dan
10 Mempertahank an penguasaan bola dan mendukung pembawa bola Menggunakan
ball fake, jab step, dan mencari ruang kosong untuk membuka jalur passing Peneliti memberikan arahan tentang cara
bermain 2 vs
2 dan 2 vs 3
lay up shoot 5 11, 12,
dan 13 Menciptakan ruang dalam serangan (L-cut dan V-cut) Menciptakan jalur serang dengan menggunakan
L-cut dan V-cut untuk menyerang Peneliti memberikan arahan tentang cara
bermain 2 vs
2 dan 2 vs 3
dengan
tujuan akhir
lay up shoot
Pemanasan 10 menit Inti 60 menit Pendingina n 10 menit
6 14 dan 15 Pembelajaran
offense
Mengidentifika
si alur terbuka
ke basket
dengan passing
dan
dribblingdenga n cepat dan
melakukan lay
up shoot atau shooting
Peneliti
memberikan
arahan
tentang cara
bermain 3 vs
3 dan 3 vs 4
dengan
tujuan akhir
lay up shoot
Pemanasan 10 menit Inti 60 menit Pendingina n 10 menit
7 16 Tes Akhir
(Posttest) Untuk mengetahui kemampuan akhir dari keterampilan siswa dalam pembelajaran
lay up shoot
Peneliti
memberikan
tes akhir lay
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran khususnya model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT) berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar lay up shoot. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament(TGT) memudahkan guru pendidikan jasmani untuk menyampaikan materi permainan bolabasket khususnya mengajarkan keterampilan lay up shoot.
Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kelompok eksperimen setelah diberikan
treatment (perlakuan).
Selain itu model pembelajaran ini menumbuhkan kebiasaan dan
kemampuan untuk berpartisipasi aktif secara teratur, serta memberikan
keleluasaan kepada siswa ketika mempelajari keterampilan baru karena siswa
berdiskusi dan bekerja sama untuk memecahkan masalah yang akan dihadapi.
B. Saran
Sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 1
Karawang Barat, peneliti ingin menyampaikan beberapa saran, yaitu sebagai
berikut:
1. Dari sekian banyak model pembelajaran, sebaiknya guru pendidikan jasmani
menggunakan salah satu dari model pembelajaran yang ada. Dengan
menggunakan model pembelajaran akan memudahkan guru untuk
menyampaikan materi dan mengembangkan kemampuan berpikir kristis siswa
yang tidak bisa didapat jika menggunakan model pembelajaran konvensional.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)
siswa, sehingga model ini dirasa tepat ketika guru pendidikan jasmani akan
DAFTAR PUSTAKA
Al Aziz, Melaz Nur. (2013). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Team Achievment Division Dalam Aktivitas Permainan Bolabasket. Skripsi, FPOK, Universitas Pendidikan Indonesia.
Abidin, Yunus. (2009). Guru Dan Pembelajaran Bermutu. Bandung: Rizqy.
Arikunto. S. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineke Cipta.
Faozi, Rizal Ahmad. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Terhadap Perilaku Sosial dan Keterampilan Bermain Bola Voli. Skripsi, FPOK, Universitas Pendidikan Indonesia.
Isjoni. (2010). Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.
Juliantine, Tite dkk. (2012). Belajar dan Pembelajaran Penjas. Bandung: FPOK
UPI.
Juliantine, Tite dkk. (2013). Model-model Pembelajaran Pendidikan Jasmani.
Bandung: FPOK UPI.
Koswara, Engkos. (2013). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games
Tournament (TGT) Terhadap Pembentukan Kerjasama Dan Hasil Belajar Keterampilan Bermain Futsal. Skripsi, FPOK, Universitas Pendidikan Indonesia.
Lie, Anita. (2010). Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning
Mahendra, Agus. (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung:
FPOK UPI.
Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru.
Jakarta: Rajawali.
Setiadi, Heri. (2013). Pengaruh Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Lay
Up Shoot Dalam Permainan Bola Basket. Skripsi, FPOK, Universitas Pendidikan Indonesia.
Slavin, Robert E. (2008). Cooperative. Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa
Media.
Sucipto dkk. (2010). Permainan Bolabasket. Bandung: Prodi PJKR UPI.
Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.