• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EKONOMI pasar indonesia 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS EKONOMI pasar indonesia 2015"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EKONOMI

Negeri Maritim yang Merana

Kompas, Senin, 24 Maret 2008 01:27 WIB , FAISAL BASRI

Masih belum lekang dari ingatan kita ketika beberapa waktu lalu Kongres Amerika Serikat  menolak pengambilalihan pelabuhan­pelabuhan di negerinya oleh investor Timur Tengah.  Dalam waktu yang berdekatan, perusahaan minyak China juga batal mengakuisisi salah  satu perusahaan minyak besar AS. Akhirnya yang mengambil alih perusahaan minyak  tersebut adalah sesama perusahaan AS, Chevron.

Kasus penolakan atas penguasaan asing di AS bukanlah persoalan privatisasi karena kedua perusahaan yang hendak diambil alih adalah swasta murni. Tak pula ada aturan di AS yang  melarang kepemilikan asing pada usaha kepelabuhanan dan perminyakan. Penolakan lebih  sarat bermotif politik dan keamanan.

Di Indonesia sudah ada dua pelabuhan yang dioperasikan oleh swasta asing, yakni terminal  peti kemas di Tanjung Priok oleh perusahaan Hongkong dan pelabuhan peti kemas di  Tanjung Perak, Surabaya, oleh perusahaan Australia. Ada juga beberapa terminal yang  dioperasikan oleh swasta nasional.

Kehadiran asing di Tanjung Perak tak pernah menimbulkan kontroversi. Tidak demikian  halnya dengan keberadaan asing di Tanjung Priok. Sejak proses awal privatisasi hingga kini, sepak terjang perusahaan Hongkong tak pernah sepi dari kontroversi.

Proses privatisasi PT Pelindo II yang terjadi pada akhir pemerintahan Soeharto berbau  skandal. Entah bagaimana prosesnya, sekarang kepemilikan asing sudah mayoritas. Selain  itu, salah satu pasal dari perjanjian antara PT Jakarta International Container Terminal  (JICT)—yang mewadahi investor asing—dan PT Pelindo II dibatalkan oleh Komisi 

Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dan sudah memiliki kekuatan hukum tetap setelah  terbit putusan Mahkamah Agung yang membenarkan putusan KPPU. Pasal yang dibatalkan  itu menjadi biang keladi yang membuat investor asing sangat leluasa mengeruk keuntungan  melimpah tanpa menyuntikkan dana yang berarti.

Kekisruhan privatisasi di Pelabuhan Tanjung Priok lebih disebabkan kelalaian pemerintah  dan ”mandul gereget” PT Pelindo II sebagai badan usaha milik negara—bersama­sama  dengan BUMN kepelabuhanan lainnya—yang diberikan kewenangan oleh undang­undang  sebagai penyelenggara satu­satunya usaha kepelabuhanan di seluruh Indonesia.

Tak banyak maslahat

Setelah lebih dari satu dasawarsa, ternyata privatisasi dan kehadiran asing tak memberikan  banyak maslahat. Juga tak banyak mengubah peta dunia pelayaran nasional. Arus keluar­ masuk peti kemas masih saja lewat Singapura dan lebih dari 90 persen diangkut oleh kapal­ kapal asing. Pelabuhan­pelabuhan di Indonesia tetap saja tidak efisien dengan tarif efektif  jasa pelabuhan yang relatif sangat mahal.

Sementara itu, PT Pelindo praktis jalan di tempat sehingga kinerja pelabuhan­pelabuhan kita kian tertinggal dari pelabuhan­pelabuhan negara tetangga. Tanpa pembenahan mendasar,  pelayanan pelabuhan di Tanah Air akan semakin kedodoran melayani arus ekspor dan  impor yang terus naik.

(2)

sektor industri manufaktur dan sektor pertanian sulit berkembang secara optimal dalam  bertarung di kancah pasar global. Industri manufaktur akan tersingkir dari pola jaringan  produksi global yang mensyaratkan keandalan sistem logistik dan supply chain.

Pembenahan kepelabuhanan dan pelayaran tak bisa lagi dilakukan sekeping­sekeping. Titik  pijak dalam melakukan pembenahan ialah mewujudkan visi negara maritim yang tangguh  dan mengokohkan Indonesia sebagai negara kesatuan bagi sebesar­besar kemakmuran  rakyat.

Semua kelompok kepentingan yang bercokol di seputar usaha kepelabuhanan dan  pelayaran harus tunduk pada visi tersebut. Sah­sah saja mengedepankan dimensi bisnis,  tetapi jangan sampai merapuhkan kedaulatan negara. Kemampuan armada pelayaran  nasional harus terus dikedepankan dan menikmati porsi yang kian besar dalam lalu lintas  barang, terutama dalam pelayaran nusantara/nasional.

Kita menyayangkan ketidaksiapan pemerintah dalam upaya penguatan kerangka  institusional untuk menjawab tantangan berat yang kita hadapi guna mewujudkan visi  negara maritim yang tangguh. Proses pembahasan rancangan undang­undang (RUU)  pelayaran menunjukkan bahwa kalangan pemerintah sendiri belum memiliki kesatuan  pandangan dan sikap. Setiap instansi yang memiliki kepentingan berbeda melakukan  manuver sendiri­sendiri ke Dewan Perwakilan Rakyat yang sedang menggodok RUU ini. Publik tak tahu apakah penyusunan RUU didahului oleh kajian akademik yang solid. Lebih  parah lagi kalau kajian akademik tak pernah dilakukan sebagaimana ditengarai oleh salah  seorang anggota DPR yang turut berkecimpung langsung dalam pembahasan RUU  pelayaran ini.

Referensi

Dokumen terkait

Lokasi yang sama tapi sebelah kanan umumnya adalah lokasi untuk stoma kolon assendenB. Keluaran dari stoma sigmoid maupun stoma assenden dari se

Prinsip penentuan kadar air dengan destilasi adalah menguapkan air dengan “pembawa” cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi daripada air dan tidak dapat campur dengan

Untuk sebuah input berupa sinyal analog perlu proses awal yang bernama digitalisasi melalui perangkat yang bernama analog-to-digital conversion (ADC), dimana sinyal analog

Pada penelitian ini dilakukan kajian estimasi jumlah tangkapan yang aman secara biologis untuk dimanfaatkan dengan menggunakan dua strategi penangkapan yaitu feedback HCR

Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa agropolitan merupakan suatu pendekatan pembangunan melalui gerakan masyarakat dalam membangun sistem ekonomi berbasis

Untuk membangkitkan papan permainan yang memiliki ular dan tangga yang tidak saling bertabrakan, maka perlu dibuat perangkat lunak yang berbeda dari perangkat lunak yang telah

Matriks kerunutan yang akan dihasilkan antara lain kerunutan pemodelan proses bisnis dengan kebutuhan pengguna, kebutuhan pengguna dengan fitur, fitur dengan

Tidak banyaknya penelitian yang bersangkutan dengan pemeriksaan CRP dan aktivitas penyakit LES mendorong peneliti untuk melakukan penelitian serupa, yaitu mengenai hubungan