• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode dan Metodologi Fiqh dalam ekonomi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Metode dan Metodologi Fiqh dalam ekonomi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………1

KATA PENGANTAR……….2

DAFTAR ISI………...1

BAB .I. PENDAHULUAN a. Latar Belakang……….3

b. Rumusan Masalah………4

c. Tujuan Makalah………...…4

BAB .II. PEMBAHASAN a. Pengertian Metode dan Metodologi………5

b. Fiqih sebagai suatu Sistem Hukum………..6

c. Dasar Hukum Islam (Usul-Fiqih) ……….7

d. Usul Fiqih dan Isu-Isu terkait Kelompok……….9

e. Ekonomi sebagai ilmu pengetahuan social dan deskriptif……….11

f. Sumber dan metode dalam ekonomi islam………13

BAB .III. PENUTUP a. Kesimpulan………17

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas “Fiqh Muamalah Abad Klasik” yang berjudul “Metode dan Metodologid dalam Fiqh dan Ekonomi Islam”.

Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh sebab itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati kami ingin mengucapkan terima kasih.

Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami selaku penyusun dan penulis makalah ini pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya sebagai referensi tambahan di bidang Fiqh Muamalah Abad Klasik.

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti metode-metode berpikir (logika) yang digunakan dalam Fiqih dan membahas pengadopsiannya di dalam ekonimi Islam secara kritis. Pada penelitian ini diasumsikan bahwa metode-metode yang digunakan dalam Fiqih sebagian besar didesain untuk menentukan apakah suatu tindakan boleh dilakukan atau tidak. Sedangkan, ekonomi Islam, merupakan suatu ilmu sosial. Seperti halnya ilmu sosial lainnya, unit analisis yang tepat untuk ekonomi Islam adalah masyarakat. Karenanya, metodologi-metodologi Fiqih dan ekonomi Islam berbeda sebagaimana yang telah diasumsikan, Fiqih berfokus pada aturan-aturan (hukum Islam). Karenanya Fiqih mengatur apa yang harus atau boleh dan tidak boleh dilakukan oleh seseorang. Sebaliknya, ekonomi Islam lebih fokus pada fenomena ekonomi dan dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari suatu masyarakat ke yang lain. Sedangkan Fiqih khusus mengenai ibadah, dan aturan-aturan yang ada adalah sesuatu yang bersifat tetap (permanen). Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode-metode berpikir dalam mengetahui suatu kebenaran dalam Fiqih dan ekonomi Islam tidak selalu sama. Fiqih memiliki metodologi yang telah dikembangkan dengan baik yaitu usul-fiqih, sedangkan ekonomi Islam dalam usaha mengetahui suatu kebenaran harus menggunakan metodologi yang tepat atas sifat sosial dan deskriptifnya

(4)

pengadopsian standar-standar yang berbeda dalam proses penerimaan (akseptabilitas) suatu kejadian dapat menghasilkan pendekatan-pendekatan dan metodologi-metodologi yang berbeda. Pada bagian ini juga dijelaskan bahwa beberapa ilmu memiliki unit analisis atau objek penelitian yang berbeda. Sehingga, membuat adanya metode-metode berpikir yang berbeda. Penelitian ini meneliti metode-metode berpikir di dalam dasar hukum islam (usul-fiqih) dan membahas pengaplikasiannya dalam ekonomi dan isu-isu kelompok. Kemudian, di dalam penelitian ini ditegaskan bahwa ekonomi Islam harus menggunakan metodologi dan metode berpikir yang paling tepat atas sifat sosial dan deskriptifnya.

b. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Metode dan Metodologi?

2. Apakah tujuan dari metodologi?

3. Apakah Sumber dan metode dalam ekonomi islam?

4. Mengapa ekonomi Islam harus menggunakan metodologi dan metode berpikir dalam pengaplikasiannya?

c. Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari penyusunan makalah dengan judul “Teori dan Analisis Produksi” adalah sebagai berikut :

1. Memenuhi salah satu mata kuliah Fiqh Muamalah Abad Klasik

2. Melatih Mahasiswa untuk lebih aktif dalam pencarian bahan-bahan materi Ekonomi Islam

3. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Metode dan Metodologi dalam Fiqh dan Ekonomi Islam

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

a. Pengertian Metode dan Metodologis

Metode didefinisikan sebagai suatu rangkaian sistematik dan urutan ide (pemikiran). Hal ini merujuk pada suatu struktur berpikir seperti induksi atau deduksi atau teknik penelitian atau alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data seperti observasi, studi kasus, atau survey. Metode merupakan suatu mode, prosedur atau cara investigasi berdasarkan suatu rencana yang ditentukan. Metode mengarahkan kita bagaimana merangkai ide, opini, dan argument untuk menginvestigasi atau menjelaskan suatu kebenaran. Sedangkan metodologi merupakan filosofi penelitian. Metodologi menentukan pendekatan yang diambil oleh peneliti untuk memahami fenomena-fenomena terentu. Metodologi juga menentukan standar-standar diterimanya suatu kejadian dan menentukan peran berpikir di dalam investigasi. Metodologi merupakan suatu ilmu mengenai metode-metode dan pengaplikasiannya pada bidang tertentu. Metodologi melibatkan ketepatan metode-metode dan teknik-teknik berpikir yang digunakan di dalam suatu investigasi.

Perbedaan utama antara metodologi Islam dengan metodologi sekuler adalah pada pengakuan kejadian-kejadian tertentu. Metodologi Islam menjunjung keutamaan atas pewahyuan dan menerima hal tersebut sebagai suatu pengetahuan ; sedangkan metodologi sekuler mengakui penggunaan metode empiris (paham empiris atau empirisme) sebagai yang paling utama. Metodologi Islam mengakui sedikitnya peran yang dimiliki oleh empirisme, sedangkan metodologi sekuler sepenuhnya menolak peran pewahyuan dalam mengemukakan dan menjelaskan suatu kebenaran.

(6)

perbedaan unit analisis dasar. Suatu unit analisis mengartikan apakah suatu permasalahan penelitian memerlukan dilakukannya penelitian atas bentuk fisik, hukum, perilaku, individu atau kelompok. Jenis unit analisis nantinya dapat mempengaruhi pemilihan metode, dan rumusan masalahan penelitian. Sebagai contoh, bentuk fisik terdiri atas objek-objek yang tidak memiliki kebebasan berkehendak dan tidak dapat membuat pilihan-pilihan. Bentuk fisik ini diatur oleh hukum-hukum tertentu yang tidak dapat diubah. Peran dari pemikiran manusia adalah untuk mengetahui hukum-hukum tersebut melalui observasi, percobaan, induksi, deduksi, dan metode-metode ilmiah lainnya yang sebagian besar ditujukan untuk menghasilkan analisis-analisis deskriptif.

b. Fiqih sebagai suatu Sistem Hukum

Secara harfiah fiqih berarti memahami dan memiliki pengetahuan (ilmu) atas sesuatu. Secara teknis, fiqih merupakan ilmu mengenai peraturan-peraturan hukum yang berlaku (diterapkan) sebagaimana yang diperoleh dari sumber-sumber peraturan tersebut.

(7)

pahala, ditinggalkan tidak apa), boleh dilakukan (mubah: dilakukan tidak apa-apa, ditinggalkan tidak apa-apa), kurang baik (makruh: dilakukan tidak apa-apa-apa, ditinggalkan mendapat pahala), dan larangan (haram: dilakukan mendapat dosa). Sunnah Nabi adalah mencakup seluruh yang beliau katakan, lakukan, tindakan implisit yang mana penekanannya lebih kepada sunnah yang boleh dilakukan (sunnah tashri’iyyah).

c. Dasar Hukum Islam (Usul-Fiqih)

(8)

membenarkan banyaknya penggunaan prinsip berpikir Hanafi dan khususnya preferensi pendasaran hukum (istihsan) mereka sebagaimana yang membolehkan penggunaan pemikiran tanpa adanya batasan. Sehingga metodologi yang digunakan oleh Imam Syafi’i diidentifikasikan lebih dekat dengan para pewaris tradisi (ahli hadist). Meskipun begitu, metodologi-metodologi yang diadopsi oleh seluruh sekolah fiqih memiliki dasar yang serupa. Sekolah-sekolah tersebut memegang bahwa seluruh pemikiran yang dibuat patuh kepada wahyu. Namun, tetap ada sejumlah perbedaan.

Metodologi yang selanjutnya dikembangkan melalui usaha-usaha para perumus hukum Muslim disebut usul fiqih, yang paling memenuhi sifat dan persyaratan fiqih sebagai sistem hukum. Usul fiqih merepresentasikan suatu simbiosis antara wahyu dengan pemikiran yang mana pemikiran selalu patuh kepada wahyu Allah. Peran pemikiran manusia adalah untuk memperluas ajaran dari Al-Quran dan Sunnah ke dalam isu-isu hukum atau untuk memberikan jawaban kepada permasalahan-permasalahan hukum Islam yang baru melalui proses ijtihad. Usul fiqih melibatkan sumber-sumber Syariah, aturan-aturan interpretasi, dan metode pemikiran. Metode-metode pemikiran ini termasuk analogi (qiyas), konsensus opini (ijma’), preferensi pendasaran hukum (istihsan), kepentingan yang belum dijelaskan (maslaha al-mursalah), pembatasan arti (maksud) (sad al-dharai’), dugaan yang berlanjut (istishab), dan tradisi (‘urf). Eksistensi ijtihad melalui beragam metode pemikiran tersebut menghasilkan aturan-aturan hukum Islam yang sangat banyak. Menskipun begitu, banyaknya aturan tersebut hanya diambil yang berkaitan dengan tindakan dan perilaku mukallaf.

(9)

dari lingkup ijma’. Deduksi analogis (qiyas) didefinisikan sebagai perluasan nilai Syariah dari perihal aslinya (asl) menjadi perihal baru dikarenakan perihal baru tersebut memiliki sebab (‘illah) yang sama seperti perihal aslinya. Hukum yang diperluas ke dalam perihal yang baru harus berkaitan dengan perihal-perihal praktis. Hukum tersebut harus merupakan suatu peraturan yang berlaku yang berkaitan dengan hukum tersebut. Suatu peraturan tertentu yang tidak termasuk di dalam lingkup fiqih tidak dapat diperluas ke dalam perihal-perihal baru melalui qiyas. Istihsan sebagai suatu metode pemikiran bergantung pada qiyas yang awalnya dikemukakan oleh Sekolah Hanafi dan yang kemudian diadopsi oleh Sekolah-Sekolah Fiqih lainnya. Istihsan diaplikasikan ke dalam kasus-kasus dimana suatu keputusan yang diperoleh berdasarkan qiyas akan menghasilkan kesengsaraan bagi orang-orang. Hasilnya, seorang perumus hukum Muslim akan mengabaikan qiyas dan menaruh preferensi kepada bukti lainnya yang dapat menghilangkan kesengsaraan. Maslahah secara harfiah berarti manfaat. Secara teknis, maslahah mursalah merujuk kepada suatu pemikiran dengan seksama yang tepat dan sesuai dengan tujuan-tujuan Syariah; melindungi manfaat atau menghindari kerugian; dan Syariah tidak memberikan indikasi akan pemikiran tersebut valid atau tidak valid. Saad al-dharai’ didefinisikan sebagai pembatasan maksud atas tindakan buruk yang mungkin dilakukan jika maksud mengenai sesuatu hal tidak dihalangi. Berdasarkan metode ini, maksud-maksud itu sendiri jika diperbolehkan akan dinyatakan dilarang jika hal tersebut mengarah kepada suatu tindakan buruk atau larangan.

d. Usul Fiqih dan Isu-Isu terkait Kelompok

(10)

hampir diterima secara universal oleh seluruh sekolah-sekolah fiqih. Qiyas atau pemikiran dedukif merupakan pemikiran dari suatu prinsip. Qiyas memperluas suatu hukum Al-Quran dan Sunnah ke dalam suatu kasus yang baru yang mana nantinya memiliki sebab (‘illah) yang sama. Namun, merujuk pada qiyas, iqbal mengamati: “Sekolah Abu Hanifa cenderung mengabaikan kebebasan kreatif dan kemungkinan-kemungkinan di dalam kehidupan, dan ingin membangun suatu sistem hukum yang sempurna secara logis hanya dengan berlandaskan pemikiran. Kebebasan berpikir dan kemungkinan-kemungkinan di dalam kehidupan lebih jelas ada di dalam ilmu sosial pada umumnya dan ekonomi pada khususnya dibandingkan di dalam sistem hukum Islam. Eksistensi sejumlah besar variabel dan faktor-faktor yang mempengaruhi fenomena ekonomi dan sosial dan perubahan sifat dasar sosial dan kenyataan-kenyataan ekonomi menghalangi perumusan hukum-hukum permanen, serupa dengan yang terjadi pada fiqih.

Selain analogi (qiyas) metode usul fiqih lainnya yang kurang tepat diaplikasikan ke dalam permasalahan kelompok adalah konsensus opini yuridis (ijma’). Ijma’ berdasarkan opini mayoritas merepresentasikan suatu konsesus yuridis pada suatu permasalahan hukum (fiqhi). Suatu ijma’ juga mengikat generasi-generasi selanjutnya. Konsultasi (shura) dapat menjadi metode yang tepat untuk permasalahan-permasalahan yang mempengaruhi kelompok dan kolektivitas. Konsultasi merepresentasikan perundingan dan keputusan-keputusan para ahli di bidang tertentu selain hukum Islam (fiqih). Keputusan-keputusan ini sebaiknya tidak diaplikasian pada situasi-situasi serupa yang terjadi di kemudian hari. Pada shura ini, prinsip yang lebih penting adalah pertimbangan kepentingan publik.

(11)

Metode-metode pemikiran di dalam usul fiqih dapat di definisikan sebagai pemikiran dari prinsip-prinsip yang telah disebutkan sebelumnya dalam tulisan ini (Al-Quran dan Sunnah). Metode-metode tersebut membuat suatu perumus hukum Islam mendapatkan pernyataan normative dan memperluasnya menjadi kasus-kasus baru. Metode-metode pemikiran di dalam ilmu ekonomi dapat dideskripsikan sebagai pemikiran dari pengalaman dan observasi. Metode-metode pemikiran tersebut menghasilkan hipotesis deskriptif atau asumsi-asumsi yang menyarankan suatu hubungan tertentu antar variabel-variabel ekonomi atau menemukan suatu kebenaran ekonomi. Sebagai contoh, metode-metode pemikiran di dalam fiqih tidak dimaksudkan untuk menemukan atau menjelaskan pengaruh-pengaruh harga terhadap perilaku, hukum permintaan dan penawaran atau untuk member tahu kita bahwa pasar bergerak atas suatu keadaan yang diberikan. Metode-metode pemikiran ini dapat menjelaskan bahwa apa yang seharusnya ditawarkan dan apa yang seharusnya diminta atau apa yang sebaiknya dilakukan atau dihindari oleh seseorang. Sebaliknya, metode-metode pemikiran di dalam ilmu ekonomi tidak dibuat untuk menentukan tindakan-tindakan atau hal-hal boleh dilakukan atau tidak boleh.

e. Ekonomi sebagai ilmu pengetahuan sosial dan deskriptif

(12)

memungkinkan bagi penelitian ekonomi untuk menjadi nilai yang prediktif. Sebaliknya, peraturan fiqih merupakan sebuah pernyataan yang bersifat normatif. Pernyataan normatif adalah pernyataan nilai yang mengekspresikan sikap terhadap apa yang seharusnya. Hal tersebut juga mengekspresikan preferensi dan tidak berkepentingan untuk mendeskripsikan realita ekonomi atau ilmu pengetahuan.

(13)

menunjukkan reaksinya pada konteks ekonomi tertentu. Sebagai contoh, Caliph Umer (ra) menolak untuk mendistribusi tanah Iraq diantara para tentaranya di atas tanah tersebut kecuali jika tentara Arab menjadi penghuni tetap lahan tersebut dan berkemauan untuk berhenti jadi pejuang. Dia menyatakan bahwa berdasarkan pada sifat dasar manusia, jika seseorang menetap dan menyibukkan diri mereka dengan lahan yang dimilikinya, maka mereka akan lebih berkemungkinan untuk melepaskan keinginan jihadnya dan menyebabkan agama akan mengalami kerugian. Kami tidak lupa bahwa diantara para tentara ada rekan dan pewaris. Kebijakan ini dibuat dengan referensi pada sifat dasar manusia sebagaimana yang semestinya dan tidak semestinya. Oleh karena itu dinyatakan bahwa isu mengenai bagaimana seharusnya sikap sekelompok manusia harus dialamatkan dengan kebijakan-kebijakan ekonomi. Kebijakan ekonomi Islam harus dirancang dalam cara yang akan memastikan pemenuhan orang-orang dengan prinsip-prinsip syariah. Dengan demikian, perbedaan antara ekonomi Islam dan sekuler ada pada desain dan implementasi kebijakan - kebijakan ekonominya.

f. Sumber dan metode dalam ekonomi Islam

1. Al – Qur’an

Sumber utama pengetahuan ekonomi Islam adalah Al – Qur’an. Begitu juga dengan kasus-kasus fiqih. Akan tetapi, tidak seperti Fiqih yang berfokus pada ayat-ayat al - Qur’an yang merundingkan hak atau penetapan kewajiban pada individu (ayat al-ahkam), ekonomi Islam justru berfokus pada ayat-ayat yang mengandung pernyataan-pernyataan deskriptif mengenai sifat dasar manusia. Pernyataan deskriptif serupa dari al-Qur’an terkait dengan fenomena ekonomi dan ayat-ayat yang berkaitan dengan kelompok atau kolektivis ada dalam ambisi ekonomi Islam.

2. Sunnah Nabi

(14)

tidak legal (sunnah ghayr tashri’iyyah) telah menyajikan pedoman yang berguna dalam rangka untuk membedakan antara hadis yang menyajikan dasar bagi aturan fiqih dan hadis yang tidak menyajikan dasar bagi aturan fiqih. Dalam sunnah non-legal, ada juga peraturan yang berasal dari Nabi (pbuh) dalam kapasitasnya sebagai imam atau kepala negara seperti alokasi dan pembiayaan dana public, keputusan yang berkaitan dengan strategi militer dan perang, penunjukan pejabat-pejabat negara, distribusi barang rampasan, tanda-tanda perjanjian, dsb dimana aturan-aturan legal tidak dapat menghasilkan peraturan-peraturan demikian. Jenis sunnah seperti ini tidak memberikan berbagai hak bagi individu, atau menetapkan kewajiban bagi mereka, kecuali jika ada dekrit yang efeknya ditimbulkan dari otoritas yang sah menurut hukum.

(15)

atau masyarakat sebagai satu kesatuan. Hal ini berkaitan dengan keputusan atas isu-isu kebijakan dan tidak dimaksudkan untuk menjadi peraturan legal permanen.

3. Membaca fenomena ekonomi

Qur’an dan Sunnah, sebagaimana yang telah kita bahas, merupakan dua sumber utama ekonomi Islam. Keduanya juga dapat diklasifikasikan seperti membaca teks.Sumber lainnya bagi ekonomi Islam yakni membaca fenomena ekonomi. Dengan melakukan hal tersebut, maka akan memungkinkan para peneliti untuk meneliti fenomena ekonomi tertentu dan mengungkapkan hubungan antar berbagai variabel. Hal ini akan membantu untuk mengungkapkan realita yang sebenernya. Sarana untuk membaca fenomena ekonomi mencakup observasi, pengalaman, alasan induktif, survey, kuisioner, wawancara, penelitian pasar, metode statistik, penelitian kuantitatif dan metode-metode lainnya serta teknik-teknik analisis ekonomi yang dibangun dengan ekonomi konvensional.Ini merupakan jenis ijtihad yang berbeda dimana pikiran manusia diarahkan dengan pengungkapan-pengungkapan yang diterapkan untuk studi fenomena ekonomi.

4. Sasaran-sasaran syariah

(16)

islah.Islah berasal dari akar kata salaha yang secara harfiah bermakna bagus, tidak rusak, berada dalam keadaan yang benar atau tepat, atau merupakan keadaan yang tertata.Islah mengacu pada keadaan keseimbangan dimana semua hal berada dalam tatanan yang tepat dan seimbang.Ahli hukum Muslim juga menggunakan kata jahat (sharr) dan rusak (dharar) sebagai sinonim dari kata mafsadah.Ibnu Ashur menyatakan bahwa sejumlah bukti tekstual telah menyatakan fakta yang menghilangkan kerusakan (dar al mafasid) dan pencapaian kebaikan (jalb al masalih) yang merupakan “sasaran Syariah secara menyeluruh” serta “aturan universal mendasar syariah”. Ahli hukum Muslim berpendapat bahwa semua ukuran yang mencegah mafsada selalu sejalan dengan sasaran-sasaran syariah, bahkan jika ukuran tertentu tidak menyajikan indikasi kevalidannya atau sebaliknya, namun hal tersebut seharusnya tidak dimaknai sebagai tindakan haram yang diperbolehkan atau sebaliknya.

(17)

PENUTUP

a. Kesimpulan

Metode beralasan dan penelitian dalam dua disiplin tersebut memiliki perbedaan terkait dengan focus mereka pada dua unit analisis yang berbeda. Dalam fiqih, subjek masalahnya berupa tindakan, hak dan kewajiban seorang individu Muslim. Hal tersebut menentukan apakah tindakan tertentu bersifat wajib atau haram atau antara keduanya secara permanen.Selain itu, fokusnya juga berlandaskan pada pernyataan normatif Qur’an dan Hadits.Metode dalam fiqih didesain untuk mengembangkan pernyataan normatif tersebut pada kasus-kasus baru. Sebaliknya, ekonomi merupakan ilmu pengetahuan sosial dan deskriptif. Unit analisis dasarnya adalah sifat manusia, sumber-sumber yang menakutkan, fenomena ekonomi, dan sejumlah besar orang. Dengan demikian, pencarian peneliti untuk mengungkapkan kebenaran-kebenaran dalam ekonomi Islam dan fiqih harus berlandaskan pada dua metode yang berbeda sebagaimana objek penelitian kedua disiplin yang juga berbeda.

(18)

Ekonomi Islam harus memberikan perhatian yang besar pada ayat-ayat Al-Qur’an yang mendeskripsikan sifat dasar manusia dan fenomena ekonomi.Selain itu, pernyataan deskriptif Al-Qur’an mengenai kelompok-kelompok manusia dan kolektivis menyajikan landasan intelektual yang berharga bagi pengembangan pemikiran ekonomi Islam. Sunnah non-legal (sunnah ghoir tashri’iyyah) dan hadis mengenai pasar merupakan sumber ekonomi Islam yang lainnya. Fokusnya harus berada pada bagaimana cara untuk mengatasi kerusakan-kerusakan umum tertentu (mafsadah) yang ingin dicegah oleh hadis. Terkait dengan hal tersebut, dua sumber ekonomi Islam dapat menerapkan metode beralasan dan analisis yang dibangun oleh ekonomi konvensional.Hal ini akan membantu ahli ekonomi Muslim untuk mengetahui kenyataan dan menjelaskan fenomena ekonomi tertentu serta mengungkapkan hubungan tertentu antara variabel-variabel ekonomi. Pengetahuan mengenai sasaran syariah merupakan sumber lainnya dalam ekonomi Islam.Sasaran-sasaran syariah ketika mereka berkaitan dengan kelompok dan pencegahan kerusakan umum (mafsadah) tertentu serta membela kepentingan umum (maslahah) merupakan prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam perancangan kebijakan ekonomi berorientasi syariah.

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

metode baku histologi dengan pewarnaan Hemaktosilin Eosin (HE). Masing- masing preparat dibaca gambaran histopatologi di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran

Adanya riwayat kuning dari lahir sampai dengan umur 7 hari dan dibuktikan dengan kadar bilirubin total ≥ 5 mg/dL lebih banyak dijumpai pada kelompok kasus yaitu 12 anak

Tujuan penelitian adalah menetapkan kondisi optimum ukuran butiran zeolit yang digunakan dalam amobilisasi desaturase, laju alir substrat, dan stabilitas enzim

sudah atau buatlah menjadi cabang yang baru.. Teknik Pembentukan Topik

Untuk menjamin lancarnya proses komunikasi tersebut diperlukan pemaknaan yang tepat terhadap tanda tersebut sehingga makna yang ingin disampaikan oleh komunikator

Siswa dapat menuangkan peran Indonesia dalam kerja sama di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi, dan pendidikan dalam lingkup ASEAN ke dalam peta pikiran dengan

bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk mengikatkan diri dalam Kesepakatan Bersama tentang Kerja Sama Pengawasan Obat dan Makanan, dengan ketentuan

(14) JENIS-JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN.. JENIS PENERIMAAN NEGARA