• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS MANAJEMEN KEPERAWATAN TEORI TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS MANAJEMEN KEPERAWATAN TEORI TEORI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MANAJEMEN KEPERAWATAN

“TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN

DAN

GAYA KEPEMIMPINAN”

Dosen Pembimbing: RUSMEGAWATI, S.KEP, NS, M.KEP

Disusun Oleh Kelompok 6:

Ainun Jariah

Ahyunin Nadiro

Astuti Wahidah

Ardila

Dina Bunga Kasih

Hj. Juairiah

Isma’ul Nikmah

Muhdi

Siti Khoiriyah

Winda Sari

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

CAHAYA BANGSA BANJARMASIN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN DAN GAYA KEPEMIMPINAN” dengan baik dan tepat waktu.

Adapun pembuatan makalah ini dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas dari mata kuliah “MANAJEMEN KEPERAWATAN”. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk memberikan manfaat yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dan membantu dalam pembuatan makalah sehingga semua dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Selain itu, penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun terhadap kekurangan dalam makalah agar selanjutnya penulis dapat memberikan karya yang lebih baik dan sempurna. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi

pengetahuan para pembaca.

Banjarmasin, April 2014

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... 2

DAFTAR ISI... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ... 4 B. TUJUAN... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI KEPEMIMPINAN... 5 B. TEORI KEPEMIMPINAN... 5 C. GAYA KEPEMIMPINAN... 12

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN... 15 B. SARAN... 15

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kepemimpinan merupakan lokomotif organisasi yang selalu menarik dibicarakan. Daya tarik ini didasarkan pada latar historis yang menunjukkan arti penting keberadaan seorang pemimpin dalam setiap kegiatan kelompok dan kenyataan bahwa kepemimpinan merupakan sentrum dalam pola interaksi antar komponen organisasi. Lebih dari itu, kepemimpinan dan peranan pemimpin menentukan kelahiran, pertumbuhan dan kedewasaan serta kematian organisasi.

Pada tahun 1997, lebih dari 5000 perawat dari 120 negara bertemu dalam kongres ke-21 International Council Of Nurses (ICN) di Vancouver, British Columbia, untuk membahas arah pelayanan kesehatan internasional dari perawat diseluruh dunia. Tema utama dari kongres tersebut adalah bagaimana “memancing para perawat untuk melatih kemampuan kepemimpinan” mereka sebagai pendamping, dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Tenaga keperawatan merupakan salah satu sumber daya manusia dalam suatu unit pelayanan keperawatan, dimana kualitas pelayanan keperawatan sangat berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusianya (Nayak, 2007).

Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan bagian integral dari pelayanan rumah sakit secara menyeluruh, yang sekaligus merupakan tolak ukur keberhasilan pencapaian tujuan rumah sakit, bahkan sering menjadi faktor penentu citra rumah sakit di mata masyarakat. Hal ini bekaitan dengan kepemimpinan perawat dalam pelayanan keperawatan dan tuntutan profesi sebagai tuntutan global, bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional, dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia.

Peran dan fungsi perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun luar profesi keperawatan yang bersifat konstan. Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti. Melihat fungsinya yang luas sebagaimana tersebut di atas, maka perawat profesional harus dipersiapkan dengan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan tentang kepemimpinan. Pemimpin keperawatan dibutuhkan baik sebagai pelaksana asuhan keperawatan, pendidik, manajer, ahli, dan bidang riset keperawatan (Aziz Alimul, 2004).

B. TUJUAN

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk: a. Menjelaskan teori-teori kepemimpinan

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan adalah sebuah proses mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan tugas-tugas organisasi secara suka rela (Fairholm, 1991; Gardner, 2000). Bahkan menurut Gemmil dan Oakley (1992) kepemimpinan adalah sebuah proses kerjasama antara anggota organisasi dalam merumuskan metode baru untuk meningkatkan kualitas organisasi. Fulan (2000, hal. 3) mengatakan bahwa “leadership is a process of persuasion or example by which an individual (or leadership team) induce the group to pursue objectives shared by the leaders and his or her followers”. Fulan berpendapat bahwa kepemimpinan adalah suatu proses untuk mempengaruhi anggota organisasi lainnya untuk mencapai tujuan yang sudah dirumuskan oleh pemimpin dan anggota organisasi lainnya. Ini artinya bahwa kepemimpinan bukan hanya didefinisikan dari sudut jabatan, tapi lebih tepatnya, kepemimpinan ini adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain tanpa paksaan untuk mencapai sesuatu yang sudah dirumuskan sebelumnya oleh anggota organisasi.

B. TEORI KEPEMIMPINAN

Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.

Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain :

1. Teori Sifat

Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Ghizeli dan Stogdil:

(6)

ciri atau perangai pemimpin, justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.

Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :

 Kecerdasan

 Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial  Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi

 Sikap Hubungan Kemanusiaan

Untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil sangat ditentukan kemampuan pribadi pemimpin. Karena itu, timbul usaha dari para ahli untuk meneliti dan merinci kualitas seorang pemimpin yang berhasil melaksanakan tugas kepemimpinannya, kemudian hasilnya diformulasikan ke dalam sifat-sifat umum seorang pemimpin. Usaha tersebut berkembang menjadi teori kepemimpinan yang disebut “teori sifat kepemimpinan” (Robbins, at.al., 1994: 469).

Teori Sifat atau Pembawaan

(Sumber: Diadaptasi dari Chapter Seventeen, Leadership, 2001, The McGraw-Hill Company, Inc.)

Bakat-bakat kepemimpinan: merepresentasikan karakteristik personal yang membedakan para pemimpin dari bawahannya.

 Temuan historis menunjukkan bahwa pemimpin dan bawahan

dibedakan berdasarkan: - intelijensi,

- dominasi

- kepercayaan diri

- tingkat energi dan aktivitas

- pengetahuan yang relevan dengan tugas

 Temuan kontemporer menunjukkan bahwa:

- orang cenderung mempersepsikan seseorang selaku pemimpin ketika menunjukkan bakat yang berhubungan dengan intelijensi, maskulinitas dan dominasi

- orang mengharapkan pemimpin tersebut menjadi kredibel - pemimpin yang kredibel adalah pemimpin yang jujur,

berpandangan jauh ke depan dan cakap.

Teori Lahirnya Pemimpin

TEORI GENETIK

Seseorang hanya akan menjadi pemimpin yang efektif karena ia dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan

Pemimpin itu dilahirkan (Leaders are born)

TEORI SOSIAL

Siapapun dapat ditempa menjadi pemimpin yang efektif, melalui berbagai pendidikan dan pelatihan kepemimpinan.

Pemimpin itu dibentuk (Leaders are made)

(7)

Seorang bisa muncul sebagai pemimpin yg efektif bila dilandasi bakat yg dibawa sejak lahir serta diberi kesempatan menduduki jabatan pimpinan dan kesempatan mengikuti pendidikan dan pelatihan.

(Leader are born and made)

2. Teori Perilaku

Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok kearah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pimpinan mempunyai deskripsi perilaku:

 Konsiderasi dan struktur inisiasi

Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki cirri ramah tamah, mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Disamping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih meningkatkan tugas organisasi.

 Berorientasi kepada bawahan dan produksi

Perilaku pemimpin yang berorientasi kepada baawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.

Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continum pada dasasrnya ada dua yaitu berorientasi pada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan atau hubungan kerja. Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF. Soner, 1978: 442-443).

Tingkah laku pemimpin lebih terkait dengan proses kepemimpinan. Karena itu, ada dua dimensi utama kepemimpinan yang dikenal dengan nama konsiderasi dan struktur inisiasi. Dua macam kecenderungan perilaku kepemimpinan tersebut pada hakekatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan.

Teori Gaya Keperilakuan

(Sumber: Diadaptasi dari Chapter Seventeen, Leadership, 2001, The McGraw-Hill Company, Inc.)

 Studi Ohio State University mengidentifikasi dua dimensi

penting perilaku pemimpin

(1) Konsiderasi: menciptakan respek dan kepercayaan timbal-balik dengan bawahan

(8)

yang akan dikerjakan oleh anggota kelompok

 Studi Michigan University mengidentifikasi dua gaya

kepemimpinan yang sama dengan studi yang dilakukan oleh Ohio State University.

= salah satu gaya terfokus pada pekerja dan gaya yang satunya terfokus pada pekerjaan

 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada satu gaya

kepemimpinan yang terbaik. Efektivitas gaya kepemimpinan tertentu tergantung pada situasi di mana gaya tersebut diterapkan.

Berdasarkan tabel di atas dapat dipahami bahwa perilaku pemimpin yang efektif melakukan konsiderasi tergantung pada aspek berikut:

 Kepuasan pengikut terhadap pemimpin tergantung pada derajat konsiderasi yang

ditunjukkan oleh pemimpin.

 Konsiderasi pemimpin lebih berpengaruh terhadap pengikut ketika pekerjaan tidak

menyenangkan dan mendesak, dari pada ketika pekerjaan menyenangkan dan tidak mendesak.

 Pemimpin yang menunjukkan konsiderasi dapat melakukan inisiasi struktur yang lebih

banyak tanpa mengurangi kepuasan pengikutnya.

 Konsiderasi yang diberikan sebagai respons terhadap kinerja yang baik akan

meningkatkan kemungkinan kinerja yang baik di masa depan.

Sedangkan perilaku pemimpin yang efektif melakukan inisiasi struktur adalah:

 Inisiasi struktur yang memperjelas peran tambahan akan meningkatkan kepuasan.

 Inisiasi struktur akan menyurutkan kepuasan pengikut ketika struktur tersebut sudah

tersedia.

 Inisiasi struktur akan meningkatkan kinerja ketika tugas tidak jelas.

 Inisiasi struktur tidak akan mempengaruhi kinerja ketika tugas jelas(Leadership, 2001: 2). 

Uraian di atas memperjelas bahwa teori kepemimpinan perilaku mencoba menjelaskan keunikan gaya yang digunakan oleh pemimpin yang efektif, atau memahami sifat-sifat pekerjaan pemimpin. Sepuluh peran manajerial dari Henry Minzberg merupakan salah satu contoh teori kepemimpinan perilaku. Peneliti perilaku menekankan pada penemuan cara mengklasifikasikan perilaku yang dapat memberikan pemahanan mengenai kepemimpinan.

3. Teori Situasional

Keberhasilan seorang pimpinan menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan factor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah:

(9)

 Rentang kendali

 Ancaman dari luar organisasi

 Tingkat stress

 Iklim yang terdapat dalam organisasi

Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinan agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntunan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntunan situasi tertentu.

Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah model-model kepemimpinan berikut:

a. Teori Kontingensi

Teori kontingensi menganggap bahwa kepemimpinan adalah suatu proses di mana kemampuan seorang pemimpin untuk melakukan pengaruhnya tergantung dengan situasi tugas kelompok (group task situation) dan tingkat-tingkat daripada gaya kepemimpinannya, kepribadiannya dan pendekatannya yang sesuai dengan kelompoknya. Dengan perkataan lain, menurut Fiedler, seorang menjadi pemimpin bukan karena sifat-sifat daripada kepribadiannya, tetapi karena berbagai faktor situasi dan adanya interaksi antara Pemimpin dan situasinya.

Model Contingency dari kepemimpinan yang efektif dikembangkan oleh Fiedler (1967) . Menurut model ini, maka the performance of the group is contingen upon both the motivasional system of the leader and the degree to which the leader has control and influence in a particular situation, the situational favorableness (Fiedler, 1974:73).

(10)

b. Teori Normatif

Vroom dan Yetton (1973) mengembangkan model kepemimpinan normatif dalam 3 kunci utama: metode taksonomi kepemimpinan, atribut-atribut permasalahan, dan pohon keputusan (decision tree). 5 tipe kunci metode kepemimpinan yang teridentifikasi (Vroom & Yetton, 1973):

1) Autocratic I: membuat keputusan dengan menggunakan informasi yang saat ini terdapat pada pemimpin.

2) Autocratic II: membuat keputusan dengan menggunakan informasi yang terdapat pada seluruh anggota kelompok tanpa terlebih dahulu menginformasikan tujuan dari penyampaian informasi yang mereka berikan.

3) Consultative I: berbagi akan masalah yang ada dengan individu yang relevan, mengetahui ide-ide dan saran mereka tanpa melibatkan mereka ke dalam kelompok; lalu membuat keputusan.

4) Consultative II: berbagi masalah dengan kelompok, mendapatkan ide-ide dan saran mereka saat diskusi kelompok berlangsung, dan kemudian membuat keputusan.

5) Group II: berbagi masalah yang ada dengan kelompok, mengepalai diskusi kelompok, serta menerima dan menerapkan keputusan apapun yang dibuat oleh kelompok.

c. Teori Siklus Hidup

Konsep dasar teori siklus kehidupan adalah strategi dan perilaku pemimpin harus situasional dan didasarkan pada kedewasaannya dan para pengikutnya. Kedewasaan adalah kemampuan individu atau kelompok dalam menetapkan tujuan tinggi tetapi dapat dicapai,

Representasi Model Kontingensi Fiedler

(Sumber: diadaptasi dari Chapter Seventeen, Leadership, 2001,

(11)

ada kemampuan mereka untuk mengambil tanggung jawab. Perilaku tugas adalah tingkat dimana pemimpin cenderung untuk mengorganisasikan dan menentukan peranan-peranan para pengikut, menjelaskan setiap kegiatan yang dilaksanakan, kapan dan dimana, dan bagaimana tugas diselesaikan.Perilaku Hubungan berkenaan dengan hubungan pribadi pemimpin dengan individu atau para anggota kelompoknya.

Menurut Paul Hersey dan Blachard (1995:34) mengemukakan bahwa hubungan antara pemimpin dengan bawahannya berjalan melalui 4 (empat) tahap menurut perkembangan dan kematangan bawahan yaitu :

1) Gaya Penjelasan (telling style) yaitu pada saat bawahan pertama kali memasuki organisasi, orientasi tugas yang tinggi dan orientasi hubungan yang rendah paling tepat. Bawahan harus lebih banyak diberi perintah dalam pelaksanaan tugasnya dan diperkenalkan dengan aturan-aturan dan prosedur organisasi.

2) Gaya Menjual (selling style) yaitu pada tahap ini bawahan mulai mempelajari tugas-tugasnya. Kepemimpinan orientasi tugas yang tinggi masih diperlukan, karena bawahan belum bersedia menerima tanggung jawab yang penuh. Tetapi kepercayaan dan dukungan pemimpin terhadap bawahan dapat meningkat. Di mana pemimpin dapat mulai menggunakan perilaku yang berorientasi hubungan yang tinggi.

3) Gaya Partisipasi (participating style) yaitu tahap ini kemampuan dan motivasi pestasi bawahan meningkat, dan bawahan secara aktif mulai mencari tanggung jawab yang lebih besar. Di mana perilaku pemimpin adalah orientasi hubungan tinggi dan orientasi tugas rendah.

4) Gaya Pendelegasian (delegating style) yaitu tahap ini bawahan secara berangsur-angsur menjadi lebih percaya diri, dapat mengarahkan diri sendiri, cukup berpengalaman, dan tanggung jawabnya dapat diandalkan. Di mana gaya pendelegasian yang tepat yaitu orientasi tugas dan hubungan rendah.

d. Teori Kontinum

Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis.

Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa atau wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas berada di tangan pemimpin, karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya serta memegang tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui ancaman dan hukuman. Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai manfaat antara lain, pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada pimpinan serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan.Selain itu, orientasi utama dari perilaku otokratis ini adalah pada tugas.

(12)

pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi diskusi dan keputusan kelompok.

e. Teori Path-Goal

Tokoh-tokoh dari teori ini adalah Georgepoulos (Univ. Michigan), Martin Evans dan Robert House. Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan. Jalan itu seperti:

 Mengetahui dan atau menumbuhkan kebutuhan para bawahan untuk

menghasilkan sesuatu yang dapat dikontrol pemimpin.

 Memberikan insentif kepada bawahan yang mampu mencapai hasil dalam bekerja.  Membuat jalan yang mudah dilewati bawahan dalam menaikkan prestasinya.  Membantu karyawan dengan menjelaskan apa yang dapat diterapkan.  Mengurangi halangan yang dapat membuat frustasi.

 Menaikkan kesempatan untuk pemuasan karyawan yang memungkinkan tercapainya efektifitas kerja.

Perhatian utama model ini adalah perilaku pimpinan dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus diselesaikan oleh bawahannya.

Ada 4 tipe/gaya kepemimpinan, yaitu: kepemimpinan direktif (otokratis), kepemimpinan yang mendukung (supportive leadership), kepemimpinan partisipatif, kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi.

C. GAYA KEPEMIMPINAN

Berbagai study tentang macam-macam kepemimpinan ada 8 tipe kepemimpinan menurut Kartini Kartono (2009:80), yaitu:

1. Gaya Kepemimpinan Paternalistik

Tipe pemimpin paternalistik yang bersifat kepapakan, dengan sifat-sifat diantaranya : a. Overly protective.

b. Selalu bersikap maha tahu dan maha besar.

c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahanya untuk berinisiatif.

Hanya terdapat dilingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris.

2. Gaya Kepemimpinan Karismatik

(13)

3. Gaya Kepemimpinan Bebas

Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing -masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.

4. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi. Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan. Kepemimpinan demokratis biasanya berlangsung secara mantap dengan gejala-gejala sebagai berikut :

a. Organisasi dengan segenap bagianya berjalan lancar.

b. Otoritas sepenuhnya didelegasikan ke bawah, dan masing-masing menyadari tugas serta kewajibanya masing-masing.

5. Gaya Kepemimpinan Otokratis

Kepemimpinan otokrasis itu mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang harus dipatuhi. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, antara lain dalam bentuk kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat - alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka. pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya. Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

Pemimpin akan bersikap baik pada bawahanya asalkan bawahan itu patuh atas semua perintah yang telah diberikan.

6. Gaya Kepemimpinan Militeristis

Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah :

a. Lebih banyak menggunakan sistem perintah, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana.

b. Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.

c. Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan.

d. Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya.

e. Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya. f. Komunikasi hanya berlangsung searah.

7. Gaya Kepemimpinan Populistis

(14)

8. Gaya Kepemimpinan Administratif/Eksekutif

(15)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.

Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.

Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out).

B. SARAN

Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

James A.F. Stoner, Management, Secont Editions, Prentice-Hall International, Inc., 1982. Robert J. Thierauf, Robert C. Klekamp, Daniel W. Gedding, Management Principles and Practices: A Contigency and Questionnare Approach, John Willey & Son, New York, 1997

Stephen J. Carrol & Henry L. Tosy, Organizational Behavior, John Willey & Son, New York, 1977

Fiedler, F.E.1967. A Theory of Leadership Effectivenss, New York: McGraw-Hill. Stoner, James A.F dan R. Edward Freeman. 1989. Management, Prentice-Hall of India.

Vroom V. dan Yetton, P. 1974. Leadership and Decision Making, Pittsburgh, PA: University of Pittsbyrgh Press.

Robbins, Stephen, et.al. 1994. Organizational Beharviour: Concepts, Controversies and Applications, Prentice-Hall Australia and New Zealand.

Howell, J.M. dan Avolio, B.J. 1993. Transformational Leadership,Transactional

Leadership, Locus of Control Support for Innovation, Journal of Applied Psychology 78, p. 891-902.

http://mochazmcpower.blogspot.com/2013/01/macam-macam-gaya-kepemimpinan_20.html

Referensi

Dokumen terkait

Adalah Seorang Member Axogy yang bisa menunjukkan integritasnya sebagai Leader dan memiliki minimal 1000 member dibawahnya, berperilaku (attitude) yang baik,

(3) diketahui bahwa hasil dari korelasi Spearman besarnya yaitu 0,080, banyaknya responden N = 14 dan probabilitas uji dua pihak (2-tailed significance) sebesar

Karena menurunnya faktor daya (cos Ø) akan berakibat turunnya efisiensi pembangkit dalam menampung beban kerja serta akan memperbesar kemungkinan terjadinya kerusakan

akses dan partisipasi pelaku kegiatan prasarana dan sarana pertanian terbuka baik untuk laki-laki maupun perempuan, baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan

Hasil uji evaluasi sifat alir menyatakan bahwa semua formula memnuhi syarat sifat alir yaitu untuk formula 1 sebesar 1,635g/s lalu formula 2 sebesar 1,9g/s dan untuk formula 3

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Good Corporate Governance dan Corporate

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul

(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 Ayat (1) Peraturan Daerah ini, diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam)