• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Dan Kemampuan Manajemen Terhadap Kinerja Usaha Pada Ukm Toko Kain Jalan Perniagaan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Dan Kemampuan Manajemen Terhadap Kinerja Usaha Pada Ukm Toko Kain Jalan Perniagaan Medan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Kewirausahaan

Wirausaha berasal dari kata wira yang berarti pahlawan (berani) dan usaha berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). Dengan demikian wirausaha dapat didefenisikan sebagai seseorang yang dengan gigih berusaha untuk menjalankan sesuatu kegiatan bisnis dengan tujuan untuk mencapai hasil yang dapat dibanggakan (Sukirno, 2004:367).

Kao dalam Lupiyoadi, (2007:4) menyebut bahwa ”kewirausahaan sebagai suatu proses, yakni proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi baru) dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada (inovasi)”. Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah suatu proses yang mengacu pada kreatifitas individu yang direalisasikan dalam menciptakan usaha baru dengan tujuan kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi masyarakat.

(2)

Menurut Kuratko (2009:21) kewirausahaan adalah proses dinamis dari visi, perubahan dan penciptaan yang mensyaratkan aplikasi energi dan semangat terhadap penciptaan dan implementasi dari ide baru dan solusi kreatif. Tidak semua orang memiliki kapabilitas kewirausahaan. Hanya orang yang memiliki jiwa kewirausahaan dapat mendirikan dan mengelola usaha secara profesional (Echdar, 2013:19).

Kewirausahaan merupakan suatu proses melakukan sesuatu yang baru dan berbeda dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi individu dan memberi nilai tambah pada masyarakat (Winarto, 2004). Kewirausahaan merujuk pada sifat, watak, dan karakteristik yang melekat pada setiap indivu yang memilki kemauan keras untuk mewujudkan dan mengembangkan gagasan kreatif dan inovatif dalam setiap kegiatan yang produktif(Mulyasa, 2011: 189). Pengertian ini memberikan arti bahwa setiap orang bisa memiliki karakter kewirausahaan asalkan ia mau bekerja keras serta berpikir kreatif dan inovatif.

2.1.2 Orientasi Kewirausahaan

(3)

keputusan yang mendorong ke arah input baru dan mempunyai tiga aspek kewirausahaan, yaitu selalu inovatif, bertindak secara proaktif dan berani mengambil risiko (Lumpkin dan Dess, 1996).

Inovatif mengacu pada suatu sikap wirausahawan untuk terlibat secara kreatif dalam proses percobaan terhadap gagasan baru yang memungkinkan menghasilkan metode produksi baru sehingga menghasilkan produk atau jasa baru, baik untuk pasar sekarang maupun ke pasar baru.Kemampuan inovasi berhubungan dengan persepsi dan aktivitas terhadap aktivitas-aktivitas bisnisyang baru dan unik (Schumpeter dan Milton, dalam Suryanita 2006). Sedangkan proaktif mencerminkan kesediaan wirausaha untuk mendominasi pesaing melalui suatu kombinasi dan gerak agresif dan proaktif, seperti memperkenalkan produksi baru atau jasa di atas kompetisi dan aktivitas untuk rnengantisipasi permintaan mendatang untuk menciptakan perubahan dan membentuk lingkungan. Sikap aktif dan dinamis adalah kata kuncinya (Doukakis, 2002, dalam Suryanita 2006).Proaktif juga ditunjukkan dengan sikap agresif-kompetitif, yang mengacu pada kecenderungan perusahaan untuk bersaing secara ketat dan langsung bagi semua kompetitornya untuk menjadi yang terbaik dan meninggalkan para pesaingnya (Covin dan Slevin, 1989; Lumpkin and Dess, 1996; Morris and Paul, 1987).

(4)

tingginya orientasi kewirausahaan adalah bagaimana melibatkanpengukuran risiko dan pengambilan risiko secara optimal (Looy et al. dalam Suryanita,2006).

Orientasi kewirausahaan yang tercermin dari sikap penuh inovasi, proaktif dan keberanian mengambil risiko diyakini mampu mendongkrak kinerja perusahaan. Hal tersebut dikuatkan oleh Covin dan Slevin (1991); Wiklund (1999), yang menyatakan bahwa orientasi kewirausahaan yang semakin tinggi dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memasarkan produknya menujukinerja usaha yang lebih baik. Orientasi kewirausahaan dari seorang pelaku wirausaha dapat menimbulkan peningkatan kinerja usaha juga disampaikan oleh Covin dan Slevin (1991).

Miller (1983) menjelaskan orientasi kewirausahaan sebagai salah satuyang terlibat dalam inovasi produk-pasar, melakukan sedikit usaha berisiko, dan pertama kali datang dengan 'proaktif' inovasi, serta memberikan pukulan untuk mengalahkan

pesaing. Dalam pandangannya, Miller (1983) menyatakan bahwa orientasi kewirausahaan dapat ditentukan berdasarkan pada tiga dimensi, yaitu proactive,

innovative dan risk – Taking.

2.1.2.1 Proaktif (Proactive)

(5)

perubahan dan membentuk lingkungan. Orientasi Proaktif sebagai pemasar mencoba untuk mendefinisikan kondisi eksternal untuk mengurangi ketidakpastian dan mengurangi ketergantungan dan kerentanan (Morris, et.al., 2002: 6).

Covey (1995:44) berpendapat definisi dan pengertian tentang sifat proaktif setidaknya ada 5 (lima), yaitu :

1. Orang proaktif selalu bertanggung jawab. Mereka tidak menyalahkan keadaan, kondisi, atau pengkondisian untuk perilaku mereka. Perilaku adalah produk dari pilihan sadar, berdasarkan nilai, dan bukan produk dari suasana hati, conditioning, atau tekanan sosial yang diterima.

2. Orang proaktif menfokuskan upaya mereka pada lingkaran pengaruh (mencakup segala hal yang dapat dipengaruhi). Mereka mengerjakan hal-hal yang terhadapnya mereka dapat perbuat sesuatu. Sifat dari energi mereka adalah positif, memperluas dan memperbesar, yang menyebabkan lingkaran pengaruh mereka meningkat.

3. Berfokus pada lingkaran pengaruh, orang proaktif bekerja dari dalam ke luar (in side – out), yaitu berusaha memulai perubahan dengan mengubah dirinya lebih dahulu, bahkan dari yang paling dalam dari dirinya, yaitu dengan memeriksa kebenaran paradigma dan persepsi-persepsinya.

(6)

dipilihnya dengan sadar. Berdasarkan nilai-nilai itulah ia mengarahkan pilihan sikap dan perilakunya.

5. Orang proaktif mengembangkan dan menggunakan empat anugrah unik manusianya secara optimal. Empat anugrah itu adalah seperti yang diyakini oleh pengikut madzhab psikologi humanistik sebagai sifat-sifat unik manusia yang membuatnya berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Covey menyebutkan four unique himant gifts itu adalah Self Awareness (kesadaran diri), Conscience (hati nurani), Creative Imagination (imajinasi kreatif) dan Independent Will (kebebasan kehendak).

2.1.2.2 Inovasi (Innovative)

Inovasi adalah membangun perilaku, ukuran kinerja perusahaan (Baker & Sinkula, 2009: 447 - 448). Inovasi mencerminkan keinginan dasar untuk menyimpang dari status quo dan merangkul ide-ide baru (Baker & Sinkula, 2009: 447). Inovasi mengacu pada kesediaan untuk mendukung kreativitas dan eksperimentasi di memperkenalkan produk baru / jasa, dan kebaruan, kepemimpinan teknologi dan R & D dalam mengembangkan ide baru proses (Lumpkin dan Dess, 2001: 431).

Inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invensi maupun diskoveri.Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memcahkan suatu masalah tertentu (Sa’ud, Udin S, 2008).

(7)

kebutuhan, keinginan, dan permintaan pelanggan berubah-ubah (Larsen, P dan Lewis A, 2007:11) , sedangkan Hills (2008) mendefinisikan inovasi sebagai ide, praktek atau obyek yang dianggap baru oleh seorang individu atau unit pengguna lainnya.

Suryana (2003) mengemukakan inovasi adalah sebagai kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan dan peluang untuk

meningkatkan dan memperkaya kehidupan Zainal Hakim

(http://www.zainalhakim.web.id

2.1.2.3 Pengambilan Resiko (Risk Taking)

) mengemukakan bahwa inovasi merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda tersebut dapat dalam bentuk hasil seperti barang dan jasa, dan bisa dalam bentuk proses seperti ide, metode, dan cara. Sesuatu yang baru dan berbeda yang diciptakan melalui proses berpikir kreatif dan bertindak inovatif merupakan nilai tambah (value added) dan merupakan keunggulan yang berharga. Nilai tambah yang berharga adalah sumber peluang bagi wirausaha.

(8)

Pengambilan risiko mengarah pada perilaku yang menyatu dan dapat menghasilkan keputusan yang merugikan atau berbahaya, pada saat yang sama dapat menghasilkan kesempatan yang positif. Kuncinya adalah seberapa sempurna mendapatkan inormasi. Semakin sempurna informasi yang dikumpul dan semakin akurat pula besar resiko yang diperoleh (Hendro, 2011:258).

Menurut Ali (2004) resiko berupa potensi terjadinya suatu peristiwa yang memberikan pengaruh negatif, dapat menimpa siapa saja, apa saja, dimana saja, kapan saja, tak terkecuali terhadap UMKM. Risk Taking digambarkan seperti seseorang yang mengemudi dalam kecepatan tinggi, mengemudi dengan kecepatan tinggi dapat memberikan waktu tempuh yang lebih singkat sehingga seseorang dapat mencapai tujuan lebih cepat, namun potensi kecelakaan yang terjadi sangat tinggi ketika seseorang mengemudi dengan kecepatan tinggi.

2.1.3 Kemampuan Manajemen

Menurut Suci (2009), kemampuan manajemen merupakan sekumpulan keahlian dan kompetensi baik secara administrative maupun operasional dalam periode waktu tertentu. Menurut Tangkilisan (2007:10), kemampuan manajemen yaitu kemampuan untuk memanfaatkan dan menggerakkan sumber daya agar dapat digerakkan dan diarahkan bagi tercapainya tujuan melalui kegiatan orang lain.

(9)

dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk memperoleh efektivitas. Para peneliti memiliki pemikiran yang berbeda di dalam menetapkan berbagai atribut dari efektivitas managerial, tetapi pada dasarnya terdapat 4 komponen penting, yaitu membuat perencanaan, mengorganisasi, mengarahkan dan pengawasan (Latif, 2002).

Perusahan kecil atau berskala besar dalam pengelolaannya untuk mencapai hasil yang efektif dan efisien penerapan prinsip prinsip manajemen sangat diperlukan, peranan pimpinan atau pemilik usaha untuk memahami dan mampu menjalankan fungsi-fungsi utama manajemen menjadi hal yang utama bagi keberhasilan usaha dimasa mendatang.

2.1.3.1Membuat Perencanaan

Perencanaan dalam sebuah perusahaan dan oprganisasi merupakan hal penting yang harus dilakukan agar program-program tersebut dapat menunjang terlaksananya tujuan dari perusahaan atau organisasi yang tentunya ditentukan bagaimana cara seorang manager menyusun sebuah perencanaan tersebut. Menurut Stephen Robins dan Mary Coulter (2012 :36) perencanaan adalah sebuah proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan seluruh pekerjaan organisasi hingga tercapainya tujuan organisasi.

(10)

1. Rencana formal adalah rencana tertulis yang telah ditetapkan dan harus dilaksanakan suatu perusahaan atau organisasi dalam jangka waktu tertentu dan merupakan rencana bersama anggota korporasi. Maksudnya setiap anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana itu agar tujuan dapat diwujudkan. Rencana formal ini dibentuk untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan untuk tujuan bersama sebuah organisasi atau perusahaan.

2. Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Rencana informal ini biasanya mencakup pada kemampuan anggota dalam hubungannya dengan seorang manager. Maksudnya tidak tertulis disini adalah rencana yang tidak ada dalam ADRT sebuah perusahaan atau organisasi, rencana ini bersifat tidak tetap hanya berada pada kondisi tertentu saja.

2.1.3.2 Mengorganisasi

(11)

Menurut Lubis dah Husein (1987) bahwa teori organisasi itu adalah sekumpulan ilmu pengetahuan yang membecarakan mekanisme kerjasama dua orang atau lebih secara sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Teori organisasi merupakan sebuah teori untuk mempelajari kerjasama pada setiap individu. Adapun ciri-ciri organisasi yaitu:

1.Mempunyai tujuan dan sasaran

2. Mempunyai keterikatan format dan tata tertib yang harus ditaati 3.Adanya kerja sama dari sekelompok orang

4.Mempunyai koordinasi tugas dan wewenang

2.1.3.3 Mengarahkan

Menurut Terry ( 2008 : 181) Pengarahan adalah mengintegrasikan usaha – usaha anggota suatu kelompok sedemikian rupa, sehingga dengan selesainya tugas – tugas yang diserahkan kepada mereka, mereka memenuhi tujuan – tujuan individual dan kelompok. Cara mengarahkan bawahan / staf yang tepat dilakukan oleh manajer sebab :

1. Mengenal bawahannya

(12)

1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengambil tindakan yang efektif

2. Memberikan informasi mengenai lingkungan fisik dan manusia di tempat bekerja ( untuk pegawai baru)

3. Informasi cara bekerja yang baik

2.1.3.4Melakukan Pengawasan

Pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang berupaya agar rencana yang sudah ditetapkan dapat tercapai dengan efektif dan efisien.Fungsi manajemen lainnya seperti perencanaan,pengorganisasian, pelaksanakan tidak akan dapat berjalan dengan baik apabila fungsi pengawasan ini tidak dilakukan dengan baik.Demikian pula halnya dengan fungsi evaluasi terhadap pencapaian tujuan manajemen akan berhasil baik apabila fungsi pengawasan telah di lakukan dengan baik.

Schermerhorn dalam Ernie dan Saefullah (2005: 317), mendifinisikan pengawasan merupakan sebagai proses dalam menetapkan ukuran kinerja dalam

pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai

dengan ukuran yang telah ditetapkan tersebut. Sedangkan menurut Mathis dan Jackson

(2006: 303), menyatakan bahwa pengawasan merupakan sebagai proses pemantauan

kinerja karyawan berdasarkan standar untuk mengukur kinerja, memastikan kualitas atas

penilaian kinerja dan pengambilan informasi yang dapat dijadikan umpan balik

(13)

terpaku pada apa yang direncanakan, tetapi mencakup dan melingkupi tujuan organisasi. Hal tersebut akan mempengaruhi sikap, cara, sistem, dan ruang lingkup pengawasan yang akan dilakukan oleh seorang manajer. Pengawasan sangat penting dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan operasionalnya untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan–penyimpangan dengan melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebelumnya.

Harahap (2001: 14) menyatakan pengawasan adalah keseluruhan sistem, teknik, cara yang mungkin dapat digunakan oleh seorang atasan untuk menjamin agar segala aktivitas yang dilakukan oleh dan dalam organisasi benar-benar menerapkan prinsip efisiensi dan mengarah pada upaya mencapai keseluruhan tujuan organisasi. Sedangkan menurut Simbolon,Maringan (2004: 61), pengawasan adalah proses dimana pimpinan ingin mengetahui hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan bawahan sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, kebijakan yang telah ditentukan.

(14)

perusahaan tercapai. Dengan kata lain fungsi pengawasan menilai apakah rencana yang ditetapkan pada fungsi perencanaan telah tercapai.

2.1.4 Kinerja Usaha

Kinerja merujuk pada tingkat pencapaian atau prestasi dari perusahaan dalam periode waktu tertentu. Tujuan perusahaan yang terdiri dari tetap berdiri atau eksis (survive), untuk memperoleh laba (benefit) dan dapat berkembang (growth), dapat tercapai apabila perusahaan tersebut mempunyai performa yang baik (Suci, 2006). Kinerja (performa) perusahaan dapat dilihat dari tingkat penjualan, tingkat keuntungan, pengembalian modal, tingkat turn over serta pangsa pasar yang diraihnya dan strategi perusahaan selalu diarahkan untuk menghasilkan kinerja pemasaran (seperti volume penjualan dan tingkat pertumbuhan penjualan) yang baik dan juga kinerja keuangan yang baik. Hal ini menyebabkan beragam pengukuran kinerja dalam penelitian bidang bisnis terus berkembang dengan dasar indikasi yang bervariasi. Setiap organisasi atau usaha yang dibentuk mempunyai tujuan yang harus dicapai untuk keberlangsungan hidup. Dalam mencapai tujuan tersebut maka usaha harus melalui proses yang meliputi aktivitas-aktivitas positif demi tercapainya tujuan usaha yang diinginkan dimana kinerja usaha dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya langkah-langkah yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

(15)

manajemen yang memberikan gambaran sejauh mana hasil yang sudah dicapai dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam bentuk akuntabilitas publik baik berupa keberhasilan maupun kekurangan yang terjadi. Pencapaian hasil serangkaian kegiatan yang dimaksud meliputi standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan sejak awal dimulainya usaha Gibson et al(dalam Julita, 2013:95).

Rue dan Byars (dalam Riyanti, 2003:25) juga mengatakan bahwa kinerja dapat diartikan sebagai tingkat pencapaian hasil ataupun tujuan organisasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja usaha merupakan serangkaian capaian hasil kerja seorang pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan usahanya, baik dalam pengembangan produktivitas dan dalam hal pemasaran, dalam konteks wewenang dan tanggung jawabnya.

Gaskill dan Van Auken (1993) menyatakan kemudahan dalam berbisnis, pembuat kebijakan dan keterkaitan lain stakeholders untuk melayani sektor usaha kecil dan menengah mempengaruhi kinerja usaha. Kinerja adalah indikator yang paling utama untuk melihat kesuksesan dan ini terbukti secara nyata dan teoritis (Man

et al, 2002). Peningkatan pendapatan, penerimaan penjualan dan pekerja juga adalah indikator dari kinerja (Le Brasseur, 2003).

(16)

usaha dengan baik melalui satu orientasi strategi yang dipilih berdasarkan keputusan agar dapat bertahan dalam industri. Terdapat dua dimensi dalam kinerja, yaitu internal (kualitas produk, kepuasan pegawai), dan eksternal (lingkungan dan masyarakat) oleh Venkatraman & Ramanujam (1986: 803-804).

2.1.5 Usaha Kecil Menengah (UKM)

Menurut UU Nomor 9 tahun 1999 ditetapkan bahwa usaha kecil adalah suatu unit usaha yang dimiliki nilai asset netto (tidak termasuk tanah dan bangunan) tidak melebihi Rp 200 juta atau penjualan pertahun tidak lebih besar dari Rp 1 Milliar, milik WNI, berdiri sendiri langsung atau tidak langsung dengan usaha menengah atau besar dan berbentuk badan usaha perorangan, baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum. Defenisi yang tercantum dalam UU tersebut sebagai dasar dalam mengelompokkan jenis-jenis usaha.

Menurut Kementrian Negara Koperasi dan UMKM, kelompok usaha kecil termasuk kelompok usaha mikro. Usaha mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat yang bersekala kecil dan bersifat tradisonal dan informal dalam arti belum terdaftar, belum tercatat dan berbadan hukum, dan hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 100 juta. Sedangkan menurut (Biro Pusat Statistis ) BPS (2005), usaha kecil adalah unit usaha dengan jumlah pekerja paling sedikit 5 orang dan paling banyak 19 orang termasuk pengusaha.

(17)

kelompok usaha mikro, kecil dan menengah yang melibatkan banyak kelompok. Kriteria usaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah telah diatur dalam payung hukum berdasarkan undang-undang.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ada beberapa kriteria yang dipergunakan untuk mendefinisikan Pengertian dan kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Pengertian-pengertian UMKM tersebut adalah : 1. Usaha Mikro

Kriteria kelompok Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil

Kriteria Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

3. Usaha Menengah

(18)

usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

Tabel 2.1

Jenis-Jenis UMKM berdasarkan Asset dan Omzet

No Usaha Omzet Asset

1 Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta

2 Usaha Kecil > 50 Juta – 500 Juta > 300 Juta – 2,5 Miliar 3 Usaha Menengah > 500 Juta – 10 Miliar > 2,5 Miliar – 50 Miliar

Sumber : Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Berdasarkan Undang-undang tersebut, dari sudut pandang perkembangannya Usaha Kecil Dan Menengah dapat dikelompokkan dalam beberapa kriteria Usaha Kecil Dan Menengah yaitu :

1. Pedagang, merupakan Usaha Kecil Menengah yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima.

2. Usaha Mikro, merupakan Usaha Kecil Menengah yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.

(19)

4. Usaha Menengah, merupakan Usaha Kecil Menengah yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB)

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Judul Penelitian Variabel Penelitian Technology- Based

SMEs in Malaysia

(20)
(21)

Andwiani

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan studi empiris yang telah dilakukan, hubungan antara orientasi kewirausahaan serta kemampuan manajemen dengan kinerja usaha telah teruji signifikansinya. Studi awal yang menjelaskan tentang konsepsi orientasi kewirausahaan dikemukakan oleh (Covin dan Slevin ,1991) meliputi perilaku inovatif (innovativeness), pengambilan resiko (risk taking) dan tindakan proaktif (proactiveness).

(22)

melalui indikator pertumbuhan penjualan, pertumbuhan karyawan, pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan pesaing dan pertumbuhan pangsa pasar dibandingkan pesaing.

Studi lanjutan yang mendukung penerapan orientasi kewirausahaan dalam hubungannya dengan kinerja usaha telah dilakukan oleh Galetić dan Milovanović (2004). Dalam studinya, peneliti menggunakan istilah orientasi kewirausahaan untuk merujuk pada proses pembuatan strategi dan gaya perusahaan yang terlibat dalam kegiatan wirausaha. Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara orientasi kewirausahaan yang dimiliki oleh UKM toko kain di jalan Perniagaan dengan kinerja usaha yang diukur dengan kriteria berikut : tingkat penjualan, tingkat pertumbuhan penjualan, arus kas, laba bersih dan kemampuan untuk mendanai pertumbuhan bisnis dari keuntungan.

Seorang wirausahawan pada intinya apabila menerapkan orientasi kewirausahaan, dan kemampuan manajemen maka wirausahawan tersebut mempunyai tujuan yaitu untuk meningkatkan kinerja usaha. Karena orientasi kewirausahaan dan kemampuan manajemen memilki hubungan positif dan signifikan terhadap kinerja usaha.

(23)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang di kemukakan oleh peneliti adalah: “orientasi kewirausahaan dan kemampuan manajemen berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha Pada UKM Toko Kain Jalan Perniagaan Kota Medan”.

Orientasi Kewirausahaan

(X1)

Kemampuan Manajemen

(X2)

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

pada saat terbentuknya Persero sebagai pengganti Pertamina, badan usaha milik negara tersebut wajib mengadakan Kontrak Kerja Sama dengan Badan Pelaksana untuk melanjutkan

Metode yang digunakan untuk mengisolasi piperin dari lada hitam adalah Soxhlet.. yang merupakan pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan

masalah atau dilema moral. f) Pengenalan diri adalah kemampuan mengenali perilaku diri kita dan mengevaluasi secara kritis dan jujur.dalam pengenalan diri kemampuan

Berdasarkan dari penelitian yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa saran yang ingin peneliti paparkan, diantaranya yaitu sebagai berikut: (1) Untuk guru yang mengajar

[r]

Penerapan pembelajaran metode mind mapping dapat meningkat kan aktivitas belajar dengan kriteria pengamatan terdiri dari kegiatan visual meliputi siswa mengamati

Penerapan Teknik Behavior Contract untuk Meningkatkan Tanggung Jawab Pribadi Siswa Kelas XI-IPS 3 dalam Mengikuti Layanan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 2

Unsur “dengan sengaja menghubungkan atau memudahkan perbuatan cabul oleh orang lain dengan orang lain” adalah apabila seseorang melakukan suatu perbuatan yang mempunyai tujuan