• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PJKR 1203643 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PJKR 1203643 Chapter1"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya merupakan pengalaman belajar yang dipengaruhi

oleh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang

lebih baik dan terarah dalam kebiasaan perilaku, pikiran, dan sifatnya. Pendidikan

juga merupakan cikal bakal untuk membentuk kualitas sumber daya manusia

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dimasa yang akan datang. Bagastya

(2014, hlm. 554).

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

dijelaskan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.” Pendapat lain mengenai

pengertian pendidikan juga dikemukakan Thedore Brameld dalam Rilastyo (2011)

mengatakan bahwa:

Istilah pendidikan mengandung fungsi yang luas dari pemelihara dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama membawa warga masyarakat yang baru mengenal tanggung jawab bersama di dalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang memungkinkan masyarakat tetap ada dan berkembang. Di dalam masyarakat yang kompleks, fungsi pendidikan ini mengalami spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal yang senantiasa tetap berhubungan dengan proses pendidikan informal di luar sekolah.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha

(2)

bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang bertujuan untuk mengembangkan

potensi yang dimiliki oleh peserta didik sebagai bekal dikehidupan yang akan datang.

Pendidikan yang berkembang di Indonesia dilaksanakan oleh dua lembaga

pendidikan yang berbeda, namun memiliki tujuan yang sama. Lembaga pendidikan

tersebut adalah pendidikan formal yang dilaksanakan di sekolah dan pendidikan non

formal yang dilaksanakan di luar sekolah. Salah satu jenis pendidikan yang dilakukan

dalam lingkungan sekolah adalah pendidikan jasmani, dimana pendidikan jasmani

merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti oleh siswa sebagai sarana

bagi siswa agar dapat mengembangkan potensi diri dan untuk merubah tingkah laku.

Pendidikan jasmani menurut Juliantine dkk (2013, hlm. 2) menjelaskan bahwa

“pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan

dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan,

kecerdasan, emosional, dan pembentukan watak.” Adapun menurut Mahendra (2009,

hlm. 15) menjelaskan bahwa pendidikan jasamani adalah: “Pendidikan jasmani

adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga untuk

mencapai tujuan pendidikan.”

Pendidikan jasmani juga memiliki suatu tujuan yang harus dicapai, tujuan

pendidikan jasmani tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani

peserta didik, akan tetapi pendidikan jasmani memiliki tujuan yang bersifat

menyeluruh (holistik).

Menurut Mahendra (2009, hlm. 10) menyatakan bahwa tujuan pendidikan

jasamani adalah:

(3)

dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang, (6) menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk aktivitas olahraga.

Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani maka seorang guru pendidikan

jasmani harus mengetahi keadaan fasilitas olahraga yang ada di sekolah serta harus

mengetahui keadaan dan karakteristik peserta didik, sehingga dapat menentukan

metode, pendekatan, strategi, dan model yang tepat dalam proses pembelajaran

pendidikan jasmani. Tujuan pembelajaran pendidikan jasmani yang dirumuskan guru

dalam proses belajar mengajar harus mengacu pada tujuan kurikulum dan tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan sebalumnya.

Pembelajaran pendidikan jasmani disekolah bagi siswa menyenangkan, karena

siswa bisa belajar sambil bergerak. Selain itu dalam proses pembelajaran penjas

sangat berbeda dengan proses pembelajaran mata pelajaran lain, karena dalam proses

pembelajaran penjas dilakukan diluar kelas atau dilapangan dan siswa menggunakan

seragam olahraga yang bisa membuat siswa lebih bebas mengekspresikan dirinya

melalui bergerak.

Materi pembelajaran penjas yang diajarkan disekolah diantaranya bola voli,

bola basket, sepak bola, bulu tangkis, atletik, bola tangan, dll. Pembelajaran bola

tangan hanya diajarkan disekolah-sekolah tertentu, karena pembelajarn bola tangan

ini masih dibilang sebagai pembelajaran yang baru.

Permainan bola tangan adalah permainan beregu yang di mana dua regu dengan

masing-masing 7 pemain yang terdiri dari 6 pemain dan 1 penjaga gawang yang

setiap regunya berusaha memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan.

Bentuk dari pola permainan serta peraturan permainan bola tangan dapat dikatakan

merupakan modifikasi dari permainan sepak bola dan bola basket. Seperti dalam

permainan bola basket, selama permainan berlangsung, kegiatan permainan dalam

permainan bola tangan juga lebih banyak terjadi disekitar daerah bertahan. Pihak

penyerang berusaha dengan segala keterampilannya serta dengan macam-macam

(4)

berusaha menjaga dengan ketat dan berusaha setiap saat untuk merebut bola dan

menguasainya. Kemudian pihak bertahan dengan segera beralih menjadi pihak

penyerang dan regu yang tidak menguasai bola menjadi pihak yang bertahan,

demikian seterusnya. (Haris, 1988 hlm. 11).

Permainan bola tangan dapat diajarkan sebagai meteri pokok bukan hanya

sebagai materi pengganti dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Akan

tetapi, karena permainan bola tangan merupakan jenis permainan yang baru dikenal

oleh siswa, maka dalam proses pembelajarannya harus memperhatikan metode,

model, pendekatan, dan strategi pembelajaran yang tepat sehingga siswa dapat

mengerti, memahami dan merasa senang ketika mengikuti pembelajaran bola tangan.

Seperti uraian diatas bahwa pembelajaran penjas disekolah menurut siswa

menyenangkan, akan tetapi yang penulis dapatkan saat PPL di Mts Al-musyawarah

penulis melihat proses pembelajaran dengan materi bola tangan melalui model

pembelajaran direct instrucsion tidak berjalan dengan baik, karena saat pembelajaran

siswa melakukan gerak tidak bersemangat, malas-malasan, tidak aktif, dll.

Rendahnya partisipasi siswa terhadap pembelajaran menimbulkan pembelajaran yang

monoton. Dengan demikian siswa tidak dapat menguasai materi yang disampaikan,

akibatnya adalah siswa tidak menguasai keterampilan dasar permainan bola tangan

yang sesuai dengan harapan. Seperti siswa mampu melakukan keterampilan dasar

permainan bola tangan (passing, dribbling, dan shooting). Maka dari itu diperlukan

model-model pembelajaran yang beraneka ragam seperti yang dikemukakan oleh

Metzler yaitu: model pembelajaran direct instruction (pembelajaran langsung), model

pembelajaran kooperatif learning, model pembelajaran inkuiri, model pembelajaran

pendidikan olahraga (sport education model), model pendekatan taktis, model

pembelajaran personal (personal models), model pembelajaran peer teaching.

Menurut Juliantine dkk (2013, hlm. 8) model pembelajaran pada dasarnya

merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang

(5)

bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Adapun

menurut Menurut Slavin (2010), Model pembelajaran adalah suatu acuan kepada

suatu pendekatan pembelajaran termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan

sistem pengelolaanya. Sedangkan menurut Yuniawan, dkk. (2012 hlm.186) Model

pembelajaran merupakan sebuah rencana yang dimanfaatkan untuk pengajaran. Isi

yang terkandung di dalam model pembelajaran adalah berupa strategi pengajaran

yang digunakan untuk mencapai tujuan instruksional. Contoh strategi pengajaran

yang biasa guru terapkan pada saat proses belajar mengajar adalah manajemen kelas,

pengelompokkan siswa, dan penggunaan alat bantu pengajaran.

Menurut Killen (dalam Juliantine, dkk. 2013 hlm. 36). Direct Instruction

merujuk pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan

dari guru kepada murid secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan

tanya jawab). Adapaun menurut Metzler (2000 hlm. 162), “direct instruction is

characterized by decidedly teacher-centered decisions and teacher-directed engagement patterns for learners”. Artinya, model pembelajaran langsung ditandai dengan jelas oleh keputusan yang berpusat pada guru dan pola keterlibatan peserta

didik yang diarahkan oleh guru. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang berpusat

kepada guru yang menuntut siswa untuk melaksanakan segala instruksi yang telah

dirancang oleh guru.

Suatu model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher center, artinya dalam

PBM terjadi interaksi atau hubungan antara guru dengan siswa secara langsung, guru

memiliki peran yang sangat dominan sehingga guru dituntut agar dapat menjadi

seorang model yang menarik bagi siswa, namun bukan berarti peran siswa terlupakan

begitu saja, karena guru dalam PBM dengan model ini berperan sebagai model yang

langsung berhadapan dengan siswa secara nyata dalam mendemonstrasikan

(6)

Menurut Eggen&Kauchak (dalam Juliantine,dkk. 2013 hlm. 56). Pembelajaran

kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa

bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Adapun menurut

Riyanto, 2010 hlm. 267. Pembelajarn kooperatif adalah model pembelajaran yang

dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus

keterampilan social (social skill) termasuk interpersonal skill. Selain itu menurut

Sthal (dalam Juliantine, dkk. 2013 hlm. 57). Proses pembelajaran dengan MPCL ini

mampu merangsang dan menggugah potensi siswa secara optimal dalam suasana

belajar pada kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 6 orang siswa.

Pada saat siswa belajar dalam kelompok akan berkembang suasana belajar yang

terbuka dalam dimensi kesejawatan, karena pada saat itu akan terjadi proses belajar

kolaboratif dalam hubungan pribadi yang saling membutuhkan. Pada saat itu juga

siswa yang belajar dalam kelompok kecil akan tumbuh dan berkembang pola belajar

totor sebaya (peer group) dan belajar secara bekerjasama (cooperative).

Melihat dari kedua model pembelajaran tersebut, model pembelajaran langsung

(Direct Instruction), lebih menekankan pada penyampaian informasi secara langsung

dari guru kepada siswa. Guru lebih dominan aktif dalam pembelajaran ini, sementara

siswa hanya menerima informasi dan sedikit melakukan pengulangan gerak. Dengan

minimnya pengulangan gerak tentu saja siswa akan mengalami kesulitan dalam

penguasaan keterampilan dasar permainan bola tangan. Namun jika melihat dari

model pembelajaran kooperatif (cooperative Learning) yang menerapkan sistem

berkelompok dan pengulangan gerak yang banyak. Kita dapat beranggapan bahwa

dengan banyaknya pengulangan pembelajaran keterampilan dasar permainan bola

tangan, siswa dapat menguasai keterampilan dasar permainan bola tangan dengan

baik. Sehingga dengan pengulangan gerak yang banyak diasumsikan bahwa model

pembelajaran kooperatif lebih berpengaruh terhadap penguasaan keterampilan dasar

(7)

Dari pemaparan diatas, penulis ingin mengkaji dua model pembelajaran yaitu

model pembelajaran kooperatif learning dan model pembelajaran direct instruction.

Karena berdasarkan dari pengertian kedua model tersebut dapat memberikan

pengaruh untuk penguasaan keterampilan dasar permainan bola tangan. Adapun

kenapa model pembelajaran direct instruction karena seperti uraian diatas bahwa saat

PPL guru memberikan materi dengan menggunakan model pembelajaran direct

instruction terlihat diawal siswa semangat melakukan gerakan, akan tetapi

lama-kelamaan siswa mulai jenuh, bosan, malas-malasan, tidak aktif, dll. Berangkat dari

pengamatan tersebut penulis ingin mencoba membandingkan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif learning. Dengan pembelajaran

mengunakan model tersebut diharapkan siswa bisa saling berinteraksi satu sama lain,

siswa bisa lebih aktif serta bisa memberikan/mendapatkan pembelajaran dari siswa

lain, sehingga siswa mendapatkan pembelajaran bukan hanya dari guru saja akan

tetapi mendapatkan pembelajaran dari siswa lainnya. karena dalam proses

pembelajaran kooperatif siswa akan dibagi kedalam beberapa kelompok secara

heterogen dimana setiap kelompoknya terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan

tinggi, sedang, dan rendah. Jadi siswa yang belum mampu melakukan tugas gerak

yang diberikan oleh guru bisa dibantu oleh siswa yang memiliki kemampuan tinggi.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka penulis ingin meneliti

tentang “Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Learning dengan Model

Pembelajaran Direct Instruction Terhadap Keterampilan Dasar Permainan Bola

Tangan di Mts. Al-Musyawarah Lembang.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, adapula masalah yang timbul pada penelitian ini,

yaitu : Cara penyampaian materi pembelajaran yang masih menggunakan model

konvensional yang berpusat pada guru sehingga penguasaan keterampilan dasar

(8)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dari judul “Perbandingan Model

Pembelajaran Kooperatif Learning dengan Model Pembelajaran Direct Instruction

terhadap Keterampilan Dasar Permainan Bola Tangan di Mts Al-Musyawarah

Lembang, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

Apakah terdapat perbedaan keterampilan dasar permainan bola tangan antara

model pembelajaran kooperatif learning dan model pembelajaran direct

instruction?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka melalui

eksperimen, tujuan penelitian ini adalah untuk menguji bagaimana perbandingan

model pembelajaran kooperatif learning dengan model pembelajaran direct

instruction terhadap keterampilan dasar permainan bola tangan pada siswa/siswi

kelas VIII Mts Al-Musyawarah Lembang. Tujuan umum tersebut dijabarkan kedalam

tujuan khusus sebagai berikut:

Untuk mengetahui apakah ada perbandingan antara model pembelajaran

kooperatif learning dengan model pembelajaran direct instruction terhadap

keterampilan dasar permainan bola tangan pada siswa kelas VIII Mts

Al-Musyawarah Lembang.

E. Batasan Masalah

Untuk menghindari timbulnya penafsiran yang terlalu luas, dan untuk

memperoleh gambaran yang jelas maka perlu adanya ruang lingkup penelitian

sebagai berikut :

1. Permasalahan dalam penelitian ini adalah memfokuskan pada perbandingan

(9)

instruction terhadap keterampilan dasar permainan bola tangan pada siswa

kelas VIII-G Mts Al-Musyawarah Lembang.

2. Untuk penelitian hanya pada pembelajaran bola tangan.

3. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

4. Variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif learning dengan model

pembelajaran direct instruction serta variabel terikat adalah keterampilan

dasar permainan bola tangan.

5. Populasi penelitian adalah siswa kelas VIII G di Mts. Al-Musyawarah

Lembang sebanyak 30 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan

yaitu sampel jenuh. Dibagi kedalam dua kelompok yaitu pada model

pembelajaran kooperatif learning sebanyak 15 siswa dan pada model

pembelajaran direct instruction sebanyak 15 siswa.

6. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen penilaian

tes keterampilan lempar tangkap (passing), tes mendribble, tes menembak.

Dijelasakan oleh Nurhasan (2007 hlm. 251-253)

7. Penelitian ini dilakukan di Mts. Al-Musyawarah Lembang.

F. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teori:

Memperkuat teori-teori pembelajaran Penjas yang sudah ada dan

menyempurnakan keterkaitan dengan proses pembelajaran permainan bola

tangan di tingkat SMP dalam pengaplikasikan model pembelajaran dalam

pendidikan jasmani.

2. Secara praktis:

a. Bagi peneliti dapat memberikan pengalaman, wawasan dan manfaat

yang nantinya dapat menjadi acuan atau rujukan dalam proses

(10)

b. Bagi guru dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif didalam

memilih model-model pembelajaran. Selain itu sebagai bahan

rujukan dalam proses pembelajaran agar proses pembelajaran dapat

terencana dan memperolaeh hasil yang ingin dicapai.

c. Dapat dijadikan sebagai media pengembangan diri dan pembentukan

karakter diri yang positif bagi siswa.

d. Bagi sekolah diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan dalam penerapan model pembelajaran

kedepannya.

G. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjudnya, maka

berikut rancangan penulis untuk membuat kerangka penulisan yang akan di uraikan

berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Identitas Masalah

C. Rumusan Masalah

D. Batasan Masalah

E. Tujuan Penelitian

F. Manfaat Hasil Penelitian

G. Struktur Organisasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS

A. KAJIAN PUSTAKA

1. Hakikat Belajar

2. Model-model Pembelajaran

(11)

2) Pentingnya Penggunaan Model Pembelajaran

3. Model Pembelajaran Direct Instruction

1) Pengertian

2) Karakteristik Model Pembelajaran Direct Instruction

3) Kelebihan Model Pembelajaran Direct Instruction

4) Kekurangan Model Pembelajaran Direct Instruction

5) Tahapan/Penerapan Model Pembelajaran Direct Instruction dalam

Pembelajaran

6) Langkah-langkah Pembelajaran Model Pembelajaran Direct

Instruction

7) Langkah-langkah Pembelajaran Praktek Model Pembelajaran Direct

Instruction

4. Model Pembelajaran Kooperatif Learning

1) Pengertian

2) Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Learning

3) Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Learning

4) Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Learning.

5) Tahapan/Penerapan Model Pembelajaran Kooperstif Learning dalam

Pembelajaran

6) Langkah-Langkah Pembelajaran Praktek Model Pembelajaran

Kooperatif Learning

5. Permainan Bola Tangan

B. KERANGKA BERFIKIR

C. HIPOTESIS

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian,

B. Tempat Dan Waktu Penelitian,

(12)

D. Instrument Penelitian,

E. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengolahan dan Analisis Data, Diskusi Temuan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan

Referensi

Dokumen terkait

Pengambilan kayu dan pemanfaatan sumberdaya hutan yang dilakukan oleh komunitas lokal berlatar belakang sosial ekonomi dan budaya (kayu bakar dan membangun rumah

Upaya meningkatkan peran pustakawan dalam mendukung

Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than .001.. Omnibus Tests of

ETIKA TENAGA KERJA PETANI PADI DUSUN PLUMPUNGAN, KELURAHAN KAUMAN KIDUL, KECAMATAN SIDOREJO, KOTA SALATIGA.. LABOR ETHIC RICE FARMERS

Penulisan ilmiah ini menjelaskan tentang pembuatan modul interaktif yang diterapkan pada mata kuliah Struktur Bahasa Pemrograman, yang bermaksud untuk mempermudah pengguna

Adanya dikriminasi terhadap golongan penduduk sehingga mengakibatkan perbedaan institusi/pejabat yang berwenang membuat bukti sebagai ahli waris bagi golongan penduduk tersebut, hal

7.3 Berdasarkan graf beban-pemanjangan (rajah 7.9) bagi keluli lembut, labelkan had-had penting yang ditandakan.. 7.4 Isikan tempat kosong. a) Hukum Hooke sah dengan syarat

[r]