TINJAUAN PUSTAKA
Sungai
Sungai merupakan daerah yang dilalui badan air yang bergerak dari tempat yang
tinggi ketempat yang lebih rendah dan melalui permukaan atau bawah tanah. Karena itu
dikenal istilah sungai dan sungai bawah tanah. Sebuah sungai dapat dibedakan menjadi
hulu, hilir dan muara. Sungai bagian hulu dicirikan dengan badan sungai yang dangkal
dan sempit, tebing curam dan tinggi, berair jernih dan mengalir cepat serta mempunyai
populasi biota yang sedikit. Sungai bagian hilir umumnya lebih lebar, tebingnya curam
atau landai, badan air dalam, keruh, aliran air lambat dan biota populasi didalamnya
banyak. Sedangkan muara adalah bagian sungai yang berbatasan dengan laut. Dibagian
sungai ini mempunyai tebing landai dan dangkal, badan air dalam, keruh serta mengalir
lambat (Kordi dan Andi, 2010).
Sungai merupakan suatu sistem yang dinamis dengan segala aktivitas yang
berlangsung antara kompnen-komponen lingkungan yang terdapat di dalamnya.
Adanya dinamika tersebut akan menyebabkan suatu sungai berada dalam keseimbangan
ekologis sejauh sungai itu tidak menerima bahan-bahan asing dari luar. Pengaruh bahan
asing pada batas-batas kisaran tertentu masih dapat ditolerir dan kondisi keseimbangan
masih tetap dapat dipertahankan. Apabila suatu sungai menerima limbah dalam jumlah
sedikit atau masih dalam batas toleransinya, maka limbah tersebut akan dapat
dinetralisir oleh adanya dinamika ekologis tersebut (Barus, 2004).
Dalam UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, dinyatakan bahwa
sungai merupakan salah satu bentuk alur air permukaan yang harus dikelola secara
sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dengan demikian sungai harus dilindungi dan dijaga ke lestariannya, di tingkatkan
fungsi dan ke manfaatannya, dan dikendalikandampak negatif terhadap lingkungannya.
Dalam rangka mewujudkan kemanfaatan sungai serta mengendalikan kerusakan sungai,
perlu ditetapkan garis sempadan sungai, yaitu garis batas perlindungan sungai. Garis
sempadan sungai ini selanjutnya akan menjadi acuan pokok dalam kegiatan
pemanfaatan dan perlindungan sungai serta sebagai batas permukiman di wilayah
sepanjang sungai (Maryono, 2009).
Wisata Sungai
Di Indonesia istilah pariwisata dimulai pada awal tahun enampuluhan. Istilah ini
semakin menjadi pembicaraan, terutama setelah Presiden Suharto menyampaikan kata
sambutan dalam pertemuan ramah tamah dengan para peserta seminar dan rapat kerja
kepariwisataan tanggal 27 Nopember 1982 di istana negara. (Pendit, 1994). Untuk
menyamakan pemahamanmengenai istilah-istilah dan pengertian pariwisata, di
Indonesia mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1990
tentang Kepariwisataan, yang menyatakan bahwa Pariwisata adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta
usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. Sedangkan wisata adalah kegiatan
perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta
bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata (Kartawan, 2004).
Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai
salah satu sumber pndapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah, maka
diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi negara. Majunya industri pariwisata
suatu daerah sangat bergantung kepada jumlah wisatawan yang datang, karena itu harus
ditunjang dengan peningkatan pemanfaatan Daerah Tujuan Wisata (DTW) sehingga
industri pariwisata akan berkembang dengan baik. Negara indonesia yang memiliki
pemandangan alam yang indah sangat mendukung bagi berkembangnya sektor ndustri
pariwisata di Indonesia. Sebagai negara kepulauan, potensi indonesia untuk membangun
industri pariwisata sangatlah besar (Meta, 2002).
Menurut Razzak dan Surianti (2011) Untuk mernbedakan pengcrtian antara
wisata, wisatawan, pariwisata, keparirwisataan, usaha pariwisata obyek dan daya tarik
wisata, serta kawasan wisata, studi ini akan menggunakan definisi yang ditetapkan
dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (pasal 1), yaitu:
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan
pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka
waktu sementara
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata
3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan
Pemerintah Daerah.
4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan
bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan
setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat,
5. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan
nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia
yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
6. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi
pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
7. Kawasan pariwisata Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki
fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang
mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan
ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung
lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
8. Wisata kesehatan adalah perjalanan seseorang wisatawan dengan tujuan tertentuj
untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi
kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani, dengan mengunjungi
tempat peristirahatan, seperti mata air panas yang mengandung mineralyang dapat
menyembuhkan, tempat yang mempunyai iklim udara menyehatkanatau
tempat-tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.
Berdasarkan konsep pemanfaatan, wisata dapat diklasifikasikan menjaditiga
kelompok yaitu (Yulianda, 2007) :
a. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada
pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.
b. Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan budayasebagai
obyek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.
wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan
sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan.
Parameter Fisika Kimia Perairan
Kualitas suatu perairan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap
survival dan pertumbuhan makhluk hidup di perairan itu sendiri. Lingkungan yang baik
(hiegienis bagi hewan diperlukan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya)
(Minggawati dan Lukas, 2012).
Kualitas air merupakan faktor fisik, kimia, dan biologi dari perairan yang
mempengaruhi organisme perairan. Kualitas air yang cocok bagi ikan budiaya di
perairan tercantum di PP RI No:82 Tahun 2001 Kelas III (Tambunan, 2010).
a. Suhu
Produktivitas suatu perairan sangat ditentukan oleh sifat fisika dan kimia serta
organisme hidup pendukung lainnya. Suhu perairan merupakan faktor pembatas dari
proses produksi di perairan. Suhu yang terlalu tinggi dapat merusak jaringan tubuh
fitoplankton, sehingga akan mengganggu proses fotosintesa dan menghambat
pembuatan ikatan-ikatan organik yang kompleks dari bahan organik yang sederhana
serta akan mengganggu kestabilan perairan itu sendiri (Yuningsih, dkk., 2014).
Secara alami, suhu air merupakan lapisan yang lebih hangat karena mendapat
radiasi matahari pada siang hari. Suhu air pemukaan di perairan nusantara umumnya
berkisar antara 28 – 31 oC. Oleh karena kerja angin, maka di lapisan teratas sampai
kesalaman kira-kira 50-70 m dapat terjadi pengadukan. Akibatnya, di lapisan
kedalaman 50 – 70 m terdapat suhu hangat yang homogen (28 oC). Di perairan
Penurunan suhu udara pada malam hari, pada waktu hujan atau pada waktu
sinar matahari terhalang oleh awan, asap, debu atau pelindung Iainnya akan
menurunkan suhu air permukaan. Jika proses penurunan suhu udara terus berlangsung
sehingga suhu air permukaan sama dengan suhu lapisan bawah maka akan terjadi
proses pencampuran. Apabila penurunan suhu air permukaan terus berlanjut sehingga
lebih dingin dibanding dengan suhu air di dasar maka akan terjadi proses pembalikan
(Up Welling atau Turn Over) (Jangkaru, 2000).
b. Arus
Menurut Barus (2004) Arus air adalah faktor yang mempunyai peranan sangat
penting baik pada perairan lotik maupun perairan lentik. Hal ini berhubungan dengan
penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam air.
Kecepatan aliran air akan bervariasi secara vertikal. Arus air yang pada perairan lotik
umumnya bersifat turbulen, yaitu arus air yang bergerak ke segala arah sehigga air akan
terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan tersebut. Selain itu dikenal arur laminar,
yaitu arus air yang bergerak ke satu arah tertentu saja.
c. Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut merupakan zat yang paling penting dalam sistem kehidupan di
perairan, dalam hal ini berperan dalam proses metabolisme oleh makro dan
mikroorganisme yang memanfaatkan bahan organik yang berasal dari fotosintesis.
Selain itu mempunyai peranan yang penting dalam penguraian bahan-bahan organic
oleh berbagai jenis mikroorganisme yang bersifat aerobic, sehingga jika ketersediaan
oksigen tidak mencukupi akan mengakibatkan lingkungan perairan dan kehidupan
dalam perairan menjadi terganggu, sekaligus akan menurunkan kualitas air. Kadar
pencampuran (mixing), dan pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis,
respirasi, dan limbah (effluent) yang masuk ke badan air (Effendi, 2003).
d. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) merupakan suatu parameter penting untuk menentukan
kadar asam/basa dalam air. Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hidrogen dalam
suatu larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau melepas sejumlah ion Hidrogen
akan menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam/ basa. Di dalam air yang bersih
jumlah konsentrasi ion H+ dan OH- berada dalam keseimbangan, sehingga air yang
bersih akan bereaksi normal. Peningkatan ion hidrogen akan menyebabkan nilai pH
turun dan disebut sebagai larutan asam. Sebaliknya apabila ion hidrogen berkurang akan
menyebabkan nilai pH naik dan keadaan ini disebut sebagai larutan basa. Nilai pH yang
ideal untuk mendukung kehidupan organisme aquatik pada umumnya terdapat antara
7-8,5 (Barus, 2004).
Kisaran nilai pH yang baik adalah berkisar antara 7 – 8. Terjadinya perubahan
nilai pH disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : peningkatan gas CO
2 sebagai hasil
pernafasan dari organisme aquatik, pembakaran bahan organik di dalam air oleh jasad
renik, rendahnya konsntrasi oksigen terlarut, kandungan garam (salinitas) yang tinggi,
jumlah padat tebar yang tinggi, keadaan suhu air yang tidak stabil, serta tingginya
tingkat kekeruhan melebihi ambang batas (Pratiwi, 2010).
e. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD (Biochemical Oxygen Demand) atau kebutuhan
oksigenmenunjukkanjumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup
untuk memecahatau mengoksidasi bahan-bahan buangan di dalam air. Jika konsumsi
makaberarti kandungan bahan-bahan buangan yang membutuhkan oksigen
tinggi.Konsumsi oksigen dapat diketahui dengan mengoksidasi air pada suhu 20
0
Cselama 5 hari, dan nilai BOD yang menunjukkan jumlah oksigen yang
dikonsumsidapat diketahui dengan menghitung selisih konsentrasi oksigen terlarut
sebelumdan sesudah inkubasi (Hardjojo dan Djokosetiyanto, 2005).
Wijaya (2009) menyatakan bahwa perairan alami memiliki nilai BOD antara 0,5
– 7,0 mg/l. Selain itu, buangan hasil limbah domestic dan industry juga mempengaruhi
nilai BOD (Effendi, 2003). Lee, dkk., (1978) diacu Wijaya (2009) mengklasifikasikan
besarnya tingkat pencemaran perairan untuk kehidupoan organism akuatik berdasarkan
BOD5 seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Kualitas Air Berdasarkan BOD5
BOD5 Kualitas Air
Kecerahan merupakan kemampuan cahaya matahari untuk menembus perairan.
Kemampuan cahaya tersebut dipengaruhi oleh kekeruhan air. Kekeruhan yang tinggi
dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi. Misalnya pernapasan dan daya
lihat organisme akuatik serta dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekeruhan air adalah partikel halus yang tersuspensi seperti
lumpur, jasad renik (plankton) dan warna air (Sari, 2011).
Bahan organik dan anorganik yang berupa plankton dan organisme lainnya
dipengaruhi oleh kecerahan. Perairan terbuka memiliki nilai kecerahan yang tinggi
ataupun limbah pakan yang terdapat pada titik sampling. Menurut Alianto dkk (2007)
cahaya merupakan faktor pembatas bagi adanya bahan organik yang penting bagi
produktivitas primer perairan. Menurut Rohyati dkk (2003), kecerahan sangat
dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan padatan tersuspensi
(Yuningsih, 2014).
g.Nitrat
Nitrat merupakan produk akhir dari proses penguraian protein dan diketahui
sebagai senyawa yang kurang berbahaya dibandingkan dengan amonium/amoniak atau
nitrit. Nitrat adalah zat nutrisi yang dibutuhkan oleh organisme untuk tumbuh dan
berkembang (Barus, 2004).
h. Fosfor
Fosfor berasal terutama dari sedimen yang selanjutnya akan terfiltrasi ke dalam
air tanah dan akhirnya masuk ke dalam sistem perairan terbuka (sungai dan danau).
Selain itu, dapat berasal dari atmosfer dan bersama dengan curah hujan masuk ke dalam
sistem perairan (Barus, 2004). Fosfat adalah bahan nutrisi yang menstimulasi
pertumbuhan yang sangat luar biasa pada alga dan rumput-rumputan dalam danau,
estuaria, dan sungai berair tenang (Sasongko, 2006).
Baku Mutu Kualitas Air
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, baku mutu air adalah
ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus
ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air. Kriteria
1. Kelas satu ( I ) : bahan baku air minum dan peruntukan lain aadengan
asyarat kualitas air yang sama.
2. Kelas dua ( II ) : prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan aaikan air
tawar, peternakan, pertanaman, dan aaperuntukan alain
dengan syarat kualitas air yang aasama.
3. Kelas tiga ( III ) : pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,
aapertanaman, dan peruntukan lain dengan syarat
aakualitas air yang sama.
4. Kelas empat ( IV ) : mengairi pertanaman dan peruntukan lain dengan