• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) Terhadap Efektivitas Krim Tabir Surya Kombinasi Oktilmetoksisinamat dan Titanium Dioksida

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penambahan Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) Terhadap Efektivitas Krim Tabir Surya Kombinasi Oktilmetoksisinamat dan Titanium Dioksida"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Minyak Kelapa Murni

Pohon kelapa dipandang sebagai sumber daya berkelanjutan yang memberikan hasil panen yang berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan masyarakat di daerah tropis. Dan yang penting adalah buahnya, daging kelapa, air kelapa, santan, dan minyaknya (Darmoyuwono, 2006). Belakangan ini, pemanfaatan daging buah kelapa menjadi lebih variatif. Virgin coconut oil merupakan bentuk olahan daging kelapa yang baru-baru ini banyak diproduksi orang. VCO lebih terkenal dengan nama minyak perawan, minyak sara, atau minyak kelapa murni di beberapa daerah. (Setiaji dan Prayugo, 2006).

Seperti yang tertulis pada SNI 7381:2008, minyak kelapa virgin (VCO) adalah minyak yang diperoleh dari daging buah kelapa (Cocos nucifera L.) tua yang segar dandiproses dengan diperas dengan atau tanpa penambahan air, tanpa pemanasan atau pemanasan tidak lebih dari 60 °C dan aman dikonsumsi manusia. Cara memproduksi VCO harus dipersiapkan/diproses dan penanganannya mengacu pada peraturan tentang Pedoman Cara Produksi yang baik untuk pangan. VCO dikemas dalam wadah yang bersih dan tertutup rapat. Bahan kemasan tidak dipengaruhi atau mempengaruhi isi, sehingga produk tetap baik selama penyimpanan dan pengangkutan. Kemudian harus diberi label sesuai dengan peraturan tentang label dan iklan pangan (SNI, 2008).

Minyak kelapa murni merupakan hasil olahan kelapa yang bebas dari trans-fatty acid (TFA) atau asam lemak-trans. Asam lemak trans ini dapat terjadi

(2)

ekstraksi minyak kelapa ini dilakukan dengan proses dingin. Misalnya, secara fermentasi, pancingan, sentrifugasi, pemanasan terkendali, pengeringan parutan kelapa secara cepat dan lain-lain (Darmoyuwono, 2006).

Proses produksi VCO yang tidak menggunakan pemanasan yang tinggi

bukan hanya menghasilkan Medium Chain Fatty Acid (MCFA) yang tinggi, tetapi

juga dapat mempertahankan keberadaan vitamin E dan enzim-enzim yang terkandung

dalam daging buah kelapa (Syah, 2005). Minyak kelapa yang dihasilkan memiliki kadar air dan kadar asam lemak bebas yang rendah, berwarna bening, serta berbau harum. Daya simpannya lebih lama, bisa lebih dari 12 bulan (Rindengan dan Novarianto, 2004).

Minyak kelapa murni memiliki sifat kimia-fisika antara lain : 1. Penampakan : tidak berwarna, Kristal seperti jarum

2. Aroma : ada sedikit berbau asam ditambah bau karamel

3. Kelarutan : tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alcohol (1:1) 4. Berat jenis : 0,883 pada suhu 20⁰C

5. pH : tidak terukur, karena tidak larut dalam air. Namun karena termasuk dalam senyawa asam maka dipastikan memiliki pH di bawah 7

6. Persentase penguapan : tidak menguap pada suhu 21⁰ C (0%) 7. Titik cair : 20-25⁰ C dan Titik didih : 225⁰ C

8. Kerapatan udara (Udara = 1) : 6,91

9. Tekanan uap (mmHg) : 1 pada suhu 121⁰ C (Darmoyuwono, 2006).

(3)

(Wardani, 2007). Sedangkan menurut Price (2004) VCO mengandung 92% lemak jenuh, 6% lemak mono tidak jenuh dan 2% lemak poli tidak jenuh. Persyaratan mutu minyak kelapa virgin berdasarkan Standart Nasional Indonesia (2008) dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1 Persyaratan mutu minyak kelapa virgin berdasarkan Standart Nasional Indonesia (2008)

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan

1. Keadaan

1.1 Bau Khas kelapa segar, tidak tengik

1.2 Rasa Normal khas minyak kelapa

1.3 Warna Tidak berwarna hingga kuning

pucat

2. Air dan senyawa yang menguap

% Maks 0,2

3. Bilangan iod g iod/100 g 4,1-11,0

4. Asam lemak bebas (dihitung sebagai asam laurat)

7.1 Angka lempeng total koloni/ml Maks 10 8 Cemaran logam

(4)

Minyak kelapa murni bila digunakan secara topikal, dapat berfungsi sebagai pelindung pada kulit dan mencegah infeksi, memperbaiki sel kulit yang terbakar, melindungi kulit dari radikal bebas, dan melembabkan kulit (Silalahi dan Chemayanti, 2015). Di samping itu ternyata kandungan antioksidan di dalam VCO pun sangat tinggi seperti tokoferol dan betakaroten. Antioksidan ini berfungsi untuk mencegah penuaan dini dan menjaga vitalitas tubuh (Setiaji dan Prayugo, 2006).

2.2 Sediaan Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Krim mempunyai konsistensi relatif cair, diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air (Dirjen POM., 1995).

Prinsip pembuatan krim adalah berdasarkan proses penyabunan (safonifikasi) dari suatu asam lemak tinggi dengan suatu basa dan dikerjakan dalam suasana panas yaitu temperatur 70oC-80oC. Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak di dalam air. Basis vanishing cream termasuk dalam golongan ini, diberi istilah demikian karena waktu krim ini digunakan dan digosokkan pada kulit, hanya sedikit atau tidak terlihat bukti nyata tentang adanya krim tersebut (Lachman, dkk., 1994).

(5)

tidak berminyak serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing cream mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Humektan (gliserin, propilenglikol, sorbitol 70%) sering ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi o/w atau air dalam minyak untuk mengurangi peguapan air dari permukaan basis (Voight, 1995).

Dalam pembuatan krim diperlukan suatu bahan dasar. Bahan dasar yang digunakan harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Kualitas dasar krim yang diharapkan adalah sebagai berikut :

a. Stabil b. Lunak

c. Mudah dipakai

d. Dasar krim yang cocok e. Terdistribusi merata

Beberapa fungsi krim adalah sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit, sebagai bahan pelumas bagi kulit dan pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak langsung dengan zat-zat berbahaya (Anief, 1999).

2.3 Penyinaran Matahari dan Efeknya pada Kulit

(6)

Radiasi sinar ultraviolet dari matahari dibagi atas :

1. UVA terbagi dua yaitu UVA1 ialah sinar dengan panjang gelombang 340-400 nm dan UVA2 dengan panjang gelombang 320-340 nm dengan efektivitas tertinggi pada 340 nm (Wahlberg, et al., 1999; Kaur, et al., 2010).

2. UVB ialah sinar dengan panjang gelombang 290-320 nm dengan efektivitas tertinggi pada 297,6 nm (Velasco, et al., 2008; Kaur, et al., 2010).

3. UVC ialah sinar dengan panjang gelombang di bawah 280 nm, dapat merusak jaringan kulit, tetapi sebagian besar telah tersaring oleh lapisan ozon dalam atmosfer (Velasco, et al., 2008; Wahlberg, et al.,1999).

Pemaparan akut terhadap UVB dapat menimbulkan efek seperti eritema atau sunburn, udema, tanning, penipisan lapisan epidermis dan dermis, dan sintesis vitamin D. Pemaparan kronis terhadap UVB dapat menghasilkan photoaging (efek penuaan kulit oleh cahaya), imunosupresi, dan fotokarsinogenesis. Pemaparan terhadap UVA lebih efektif dalam menginduksi tanning dan kurang menyebabkan eritema, tetapi juga menyebabkan photoaging serta fotodermatosis akut dan kronik (Benson, 2008).

Umumnya eritema tersebut terjadi 2-3 jam setelah sengatan surya, gejala

tersebut akan berkembang dalam 10-24 jam. Sengatan surya akan merusak lapisan

bertaju, mungkin karena proses denaturasi protein. Kerusakan sel tersebut

menyebabkan terlepasnya mediator seperti histamin, sehingga terjadinya pelebaran

pembuluh darah dan eritema, juga menyebabkan edema kulit dan merangsang sel

basal untuk berproliferasi. Lukar bakar ringan dapat sembuh dalam waktu 24-36 jam,

(7)

Perbedaan jangkauan penetrasi sinar UV ke dalam kulit dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini :

Gambar 2.1 Perbedaan jangkauan penetrasi sinar UV ke dalam kulit Radiasi UVC di saring oleh ozon pada lapisan stratosfer, sehingga hanya UVA dan UVB yang dapat mencapai permukaan bumi. UVA lebih mudah untuk berpenetrasi ke dalam lapisan kulit terdalam dibandingkan dengan UVB. UVA tidak dapat tersaring oleh gelas dan diperkirakan sekitar 50% dari pemaparan UVA timbul dalam tempat teduh (Velasco, et al., 2008; Dutra, et al., 2004).

2.4 Mekanisme Perlindungan Alami Kulit

(8)

stratum korneum di permukaan kulit, kemudian teroksidasi oleh sinar UVA. Jika kulit mengelupas, butir melanin akan lepas, sehingga kulit kehilangan pelindung terhadap sinar matahari (Ditjen POM., 1985; Velasco, et al., 2008).

Semakin gelap warna kulit (tipe kulit seperti yang dimiliki ras Asia dan Afrika), maka semakin banyak pigmen melanin yang dimiliki, sehingga semakin besar perlindungan alami dalam kulit. Namun, mekanisme perlindungan alami ini dapat ditembus oleh tingkat radiasi sinar UV yang tinggi, sehingga kulit tetap membutuhkan perlindungan tambahan (EPA., 2006).

2.5 Bahan Tabir Surya

Banyak bahan tabir surya yang sudah beredar dipasaran. Beberapa syarat-syarat bahan aktif untuk preparat tabir surya yaitu:

a. Efektif menyerap radiasi UVB tanpa perubahan kimiawi, karena jika tidak demikian akan mengurangi efisiensi, bahkan dapat menjadi toksik atau menimbulkan iritasi

b. Stabil, yaitu tahan keringat dan tidak menguap

c. Mempunyai daya larut yang cukup untuk mempermudah formulasinya d. Tidak berbau atau boleh berbau ringan

e. Tidak toksik, f. Tidak mengiritasi

g. Tidak menyebabkan sensitisasi (COLIPA., 2007; EPA., 2006).

(9)

Ada 2 macam bahan tabir surya, yaitu: 1. Tabir surya kimia

Merupakan bahan-bahan yang dapat melindungi kulit dengan mengabsorbsi radiasi UV dan mengubahnya menjadi energi panas. Derivat sintesis senyawa ini dapat dibagi dalam 2 kategori besar, yaitu pengabsorbsi kimia UVB dan UVA (Velascao, et al., 2008).

Tabir surya kimia yang biasa digunakan adalah oktilmetoksisinamat sebagai UVB filter yang paling banyak digunakan. Oksibenson adalah benzofenon yang paling luas digunakan, mengabsorbsi UVA dan UVB. Kedua bahan ini memiliki kekurangan yaitu bersifat fotolabil serta terdegradasi dan teroksidasi (Nguyen dan Rigel, 2005).

Kandungan tabir surya kimia memungkinkannya terserap ke dalam tubuh dan bekerja dengan menyerap radiasi sinar UV. Umumnya, tabir surya kimia hanya menyerap sinar UVB saja, dan agar dapat bekerja sempurna jenis tabir surya ini harus digunakan minimal 20 menit sebelum terpapar sinar matahari (WHO., 2002; Iskandar, 2008).

2. Tabir surya fisik

(10)

merupakan tabir surya fisik yang lebih efektif dibandingkan titanium dioksida (Wasitaatmadja, 1997).

Sediaan dengan bahan yang mampu memantulkan cahaya dapat lebih efektif bagi mereka yang terpapar radiasi UV yang berlebihan, misalnya para pendaki gunung. Popularitas bahan-bahan ini meningkat belakangan ini karena toksisitasnya yang rendah. Zat-zat yang bekerja secara fisik sebenarnya lebih aman, karena tidak mengalami reaksi kimia yang tidak kita ketahui akibatnya. Bahan ini juga stabil terhadap cahaya dan tidak menunjukkan reaksi fototoksik atau fotoalergik (EPA., 2006; Nguyen dan Rigel, 2005).

2.5.1 Oktilmetoksisinamat

Oktilmetoksisinamat (OMC) adalah bahan yang paling banyak digunakan dalam sediaan tabir surya. Penggunaan secara topikal jarang menimbulkan iritasi kulit. Konsentrasi penggunaan berkisar antara 2-7,5%. Oktilmetoksisinamat tergolong dalam tabir surya kimia yang melindungi kulit dengan cara menyerap energi dan radiasi UV dan mengubahnya menjadi energi panas. Senyawa-senyawa golongan ini menyerap radiasi UV dan mengubahnya ke dalam bentuk radiasi dengan panjang gelombang yang lebih besar (Barel, et al., 2009; Wahlberg, et al., 1999).

(11)

Rumus bangun oktilmetoksisinamat dapat dilihat pada Gambar 2.2 dibawah ini :

Gambar 2.2 Rumus bangun oktilmetoksisinamat

Sifat fisikokimia oktilmetoksisinamat menurut Wahlberg, et al., (1999) Nama Kimia : 2 Ethylhexyl 3-(4-Methoxyphenyl)-2 Propenoate Struktur Kimia : C18H26O3, BM (290,40 g/mol)

Penampilan : cairan minyak berwarna kuning pucat yang jernih Rasa : tidak berasa

Kelarutan : larut dalam etanol, propilen glikol, isopropanol Indeks refraksi : 1,5420 – 1,5480

2.5.2 Titanium dioksida

Titanium dioksida (TiO2) berbentuk serbuk putih tidak berbau, tidak berasa dan tidak larut air serta pelarut organik. Titanium dioksida tergolong ke dalam jenis tabir surya fisik. Tabir surya fisik adalah partikel yang memantulkan energi dari radiasi UV. Dalam jumlah yang cukup, tabir surya jenis ini mampu berfungsi sebagai pelindung fisik terhadap paparan UV dan cahaya tampak. Senyawa ini memiliki fotostabilitas yang tinggi dan tingkat toksisitas yang rendah (Setiawan, 2010).

(12)

filter kimia tidak dapat menahan radiasi sinar UVA ke kulit (EPA., 2006; COLIPA., 2007).

2.6 Sediaan Tabir Surya

Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk membaurkan atau menyerap secara efektif sinar matahari, terutama daerah emisi gelombang ultraviolet dan inframerah, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit karena cahaya matahari. Mencegah interaksi sinar UV dengan kromofor kulit merupakan fungsi utama dari tabir surya (EPA., 2006).

Tabir surya tersedia dalam bentuk lotion, krim, salep, gel, dan larutan (solution). Efektivitas penggunaannya tergantung dari bahan kimia, daya larut dalam vehikulum (bahan pembawa) lipofilik atau hidrofilik, kemampuan absorbsi UV, konsentrasi bahan kimia, dan jumlah tabir surya yang dioleskan. Untuk hasil terbaik, disarankan pemakaian tabir surya dilakukan secara tipis pada permukaan kulit. Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan standar international, pemakaian tabir surya dengan ketebalan hanya sebanyak 2 mg/cm2 (Sayre, et al., 1979; WHO., 2002).

Tabir surya yang baik adalah dapat mengabsorbsi 99% gelombang UV dengan panjang gelombang 297 nm pada ketebalan 0,001 dan dapat meneruskan radiasi eritemogenik 15–20%. Dapat melindungi radiasi UV paling sedikit 25 kali dosis eritema minimal, dapat menahan radiasi selama 8 jam. (Setiawan, 2010; Velasco, et al., 2008).

Syarat-syarat preparat kosmetik tabir surya yaitu: a. Mudah dipakai

(13)

c. Bahan aktif dan bahan dasar mudah bercampur, bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.7 Sun Protection Factor

Efektifitas dari suatu sediaan tabir surya dapat ditunjukkan salah satunya adalah dengan nilai sun protection factor (SPF), yang didefinisikan sebagai jumlah energi UV yang dibutuhkan untuk mencapai minimal erythema dose (MED) pada kulit yang dilindungi oleh suatu tabir surya, dibagi dengan jumlah energi UV yang dibutuhkan untuk mencapai MED pada kulit yang tidak diberikan perlindungan. MED didefinisikan sebagai jangka waktu terendah atau dosis radiasi sinar UV yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya erythema. (Kaur, et al., 2010; Shaat, 1990)

Dosis minimum eritema diuji oleh setiap panelis pada tes SPF. Waktu atau dosis pada simulasi cahaya UV dibutuhkan untuk menghasilkan keseragaman, yang hampir tidak menampakkan kemerahan pada kulit. Nilai MED berbeda-beda berdasarkan tipe kulit seseorang (Nguyen dan Rigel, 2005).

Nilai SPF dapat juga menunjukkan tingkat lamanya tabir surya bisa melindungi kulit dari radiasi sinar matahari atau berapa lama anda bisa berada dibawah sinar matahari tanpa membuat kulit terbakar. Umumnya kulit perempuan asia dapat terbakar matahari dalam waktu 5-10 menit. Rumus menentukan berapa lamanya SPF bekerja yang tepat adalah :

(14)

(10 x 15) menit. Artinya krim tersebut dapat melindungi kulit selama 2 jam 30 menit sebelum terbakar. Setelah itu, anda harus kembali mengoleskan tabir surya (Aprilia, 2010).

Tambahan lagi, Food and Drug Administration (FDA) merekomendasikan agar tabir surya dioleskan kembali setiap dua jam (bahkan tabir surya tahan air ataupun tahan keringat sekalipun) pada waktu terpapar sinar UV terutama antara jam 10am dan 2pm saat sinar matahari terkuat (Aprilia, 2010).

Semakin tinggi nilai SPF maka semakin efektif sedian tersebut mencegah paparan sinar matahari. Tabir surya dengan SPF minimal 15 sangat disarankan untuk digunakan. Tetapi tabir surya dengan SPF 30 tidaklah menghasilkan efek dua kali lipat dari SPF 15, karena SPF 15 melindungi kulit 93% dari paparan sinar UV dan SPF 30 hanya melindungi kulit sebanyak 97%. Grafik Nilai SPF terhadap persentase perlindungan terhadap UVB dapat dilihat pada Gambar 2.3 di bawah ini (EPA., 2006).

Gambar 2.3 Grafik Nilai SPF terhadap persentase perlindungan terhadap UVB SPF hanya menunjukkan daya perlindungan terhadap UVB dan tidak terhadap UVA. Sebab, berbeda dengan UVB yang bekerja pada permukaan kulit dan menyebabkan kulit terbakar, UVA meresap masuk ke dalam kulit dan

(15)

merusak deoxyribonucleic acid (DNA). Ini membuat kekuatan UVA tidak bisa diukur dengan mudah karena efeknya tidak segera terlihat (Iskandar, 2008; Wahlberg, et al., 1999).

Pengukuran nilai SPF secara in vitro dengan metode spektrofotometri dapat menggunakan persamaan Mansur (1986) sebagai berikut :

����������� ℎ��������� =��×� ��(�) ×�(�) 320

290

���(�)

Keterangan: EE(λ) – spektrum efek eritema;

I(λ) – spektrum intensitas solar;

Abs(λ) – absorbansi produk tabir surya;

CF – faktor koreksi (=10)

Nilai dari EE × I sebagai tetapan fungsi sediaan adalah konstan. Nilai ini ditetapkan sebagai nilai normal yang diukur pada tiap kenaikan 5 nm panjang gelombang dari 290-320 yang dapat dilihat pada lampiran 13 (Sayre et al., 1979).

Gambar

Tabel 2.1 Persyaratan mutu minyak kelapa virgin  berdasarkan Standart Nasional       Indonesia (2008)
Gambar 2.1 berikut ini :
Gambar 2.2 Rumus bangun oktilmetoksisinamat
Gambar 2.3 Grafik Nilai SPF terhadap persentase perlindungan terhadap UVB

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sudah menunjukkan perilaku jujur , disiplin, tanggung jawab, peduli, santun dalam dalam menentukan peralatan dan bahan perakitan serta prosedur bongkar pasang

10.7 Pemberian Penjelasan mengenai isi Dokumen Pengadaan, pertanyaan dari peserta, jawaban dari Pokja ULP/Panitia Pengadaan, perubahan substansi dokumen, hasil peninjauan

Panitia Pengadaan Barang/ Jasa Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah tahun Anggaran 2012 akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan

Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan mengajukan permohonan Keterangan Belajar kepada Gubernur melalui Kepala Badan Kepegawaian Daerah dengan menyertakan ijazah yang

Bagi peserta lelang yang berkeberatan atas penetapan pelelangan ini sesuai ketentuan dalam Perpres 70/2012, diberi kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara

Penawaran yang memenuhi syarat adalah penawaran yang sesuai dengan ketentuan, syarat-syarat dan spesifikasi teknis yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan tanpa ada

Selain pengunjung, juga terdapat anggota yang telah melakukan registrasi yang mendapatkan fasilitas lebih dibandingkan pengunjung non anggota, Yaitu anggota bisa memasang iklan