• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur ( PUS ) Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kecamatan Medan Denai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur ( PUS ) Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kecamatan Medan Denai"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk

hidup yang bersangkutan. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas

manusia, baik yang dapat diamati langsung atau tidak dapat diamati oleh pihak

luar (Notoatmodjo, 2010).

Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2010), juga merumuskan bahwa

perilaku merupakan respon atau reaksi terhadap stimulus. Perilaku ini terjadi

melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, kemudian organisme

merespon sehingga teori Skinner disebut dengan “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respon. Skinner membedakan adanya dua respon, yaitu :

1. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan tertentu. Respon yang ditimbulkan relatif tetap. Misalnya,

cahaya terang menimbulkan mata tertutup. Respon ini juga mencakup

perilaku emosional seperti mendengar berita duka menjadi sedih atau

menangis.

2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.

Perangsang ini disebut dengan reinforcing stimulation atau reinforcer,

karena memperkuat respon. Misalnya, seseorang melaksanakan tugas

dengan baik (respon terhadap tugasnya), kemudian ia memperoleh

penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka orang tersebut

(2)

Berdasarkan teori S-O-R tersebut, perilaku manusia dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih

belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang

masih terbatas dalam bentuk perasaan, perhatian, persepsi, pengetahuan,

dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Perilaku tertutup (covert

behavior) ini dapat diukur dari pengetahuan dan sikap seseorang.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah

berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati oleh orang lain dari luar.

Misalnya, seorang remaja menjaga kebersihan organ genitalia dengan baik

ketika menstruasi dengan mengganti pembalut setelah penuh darah.

Contoh tersebut merupakan tindakan nyata, dalam bentuk kegiatan, atau

(3)

Berikut adalah teori S-O-R :

Bagan 2.1.Teori Stimulus Organisme Respon.

2.2. Domain Perilaku

Perilaku merupakan bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat

tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang-orang yang

bersangkutan.

Adapun domain perilaku menurut Notoatmodjo (2010) adalah sebagai

berikut :

1. Pengetahuan

a. Definisi pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu yang terjadi

melalui proses sensoris (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) terhadap

objek tertentu. Intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek tersebut

dapat mempengaruhi hasil pengindraan dan pengetahuan seseorang.

Sebagian besar, pengetahuan diperoleh melalui indra pendengaran (telinga)

dan indra penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010).

Stimulus Organisme Respon Tertutup :

Pengetahuan

Respon Terbuka :

(4)

b. Proses adopsi perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku didasari oleh

pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari

pengetahuan. Adapun menurut Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2010)

adalah sebagai berikut :

1) Awareness (kesadaran), individu menyadari adanya stimulus

2) Interest (tertarik), individu mulai tertarik pada stimulus

3) Evaluation (menimbang-nimbang), individu menimbang-nimbang

tentang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Pada proses

ketiga ini subjek sudah memiliki sikap yang lebih baik.

4) Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru

5) Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

sikap, dan kesadarannya terhadap stimulus.

c. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Mubarak

(2007) adalah sebagai berikut :

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kepribadian dan

kemampuan baik di dalam maupun luar sekolah (baik formal maupun

nonformal) yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan ini dapat

mengubah sikap dan tata laku seseorang dan kelompok serta mampu

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Selain

itu, pendidikan mempengaruhi proses belajar, dimana semakin tinggi

(5)

Sehingga semakin banyak informasi semakin banyak pula pengetahuan

yang didapat tentang kesehatan.

2) Informasi/ media massa

Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Selain itu, informasi

dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan,

menyiapkan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan

menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Informasi ini dapat

diperoleh dalam kehidupan sehari-hari dari data dan pengamatan

terhadap dunia sekitar.

3) Sosial, budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, orang akan

bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi

seseorang juga menentukan tersedianya fasilitas yang diperlukan untuk

kegiatan tertentu, sehingga status ekonomi akan mempengaruhi

pengetahuan seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada

dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal

balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh seiap

(6)

5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang

pengetahuan yang diperoleh dalam masalah yang dihadapi pada masa

lalu. Pengelaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan

memberikan pengetahuan yang profesional dan mengembangkan

kemampuan mengambil keputusan sebagai manifestasi keterpaduan

menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam

bidang kerjanya.

6) Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola

pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Pada

usia madya, individu berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan

sosial. Selain itu, mereka lebih banyak menggunakan banyak waktu

untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan

kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.

d. Domain pengetahuan

Adapun tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif menurut

(7)

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Dalam hal ini adalah cara individu recall (mengingat

kembali) sesuatu yang spesifik dari bahan yang telah dipelajari. Oleh

karena itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang sangat rendah.

Kata kerja yang digunakan adalah menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut dengan benar. orang yang paham

terhadap materi mampu menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, dan sebagainya.

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (nyata). Aplikasi disini

diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, metode, prinsip

pemecahan masalah.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih ada kaitanya satu

sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata

(8)

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Kata lain dari sintesis adalah mampu menyusun

formulasi-formulasi baru. Misalnya, dapat merencanakan, meningkatkan,

menyesuaikan dan sebagainya.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria

yang ditentukan sendiri atau kriteria yang telah ada. Misalnya,

membandingkan anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan

gizi.

e. Indikator pengetahuan kesehatan

Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup pengetahuan tentang

cara-cara memelihara kesehatan. Cara mengukur pengetahuan kesehatan yaitu

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaaan tertulis atau angket/kuesioner.

Indikator pengetahuan kesehatan adalah “tingginya pengetahuan” responden tentang kesehatan, atau besarnya persentase kelompok responden tentang

variabel-variabel kesehatan. Misalnya, berapa persen responden tahu

tentang cara-cara mencegah penyakit demam berdarah atau berapa persen

responden yang mempunyai pengetahuan tinggi dan sebagainya

(9)

2. Sikap

Sik ap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu yang melibatkan emosi dan pendapat seseorang yang bersangkutan.

Sikap merupakan kesiapan untuk bertindak dan predisposisi perilaku (tindakan)

(Notoatmodjo, 2010).

3. Tindakan/praktik

Tindakan/praktik merupakan salah satu bentuk perilaku, yaitu perilaku terbuka.

Dimana perilaku tersebut dapat dilihat oleh orang lain dalam bentuk tindakan

nyata. Tindakan ini juga sangat dipengaruhi oleh pengetahuan (Notoatmodjo,

2010).

Praktik kesehatan atau tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan

atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan. Cara mengukur perilaku

ini bisa secara langsung terhadap tindakan subjek dalam memelihara

kesehatannya. Misalnya, makanan yang disajikan ibu dalam keluarga untuk

mengamati praktik gizinya. Sedangkan secara tidak langsung yaitu dengan

menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui

pertanyaan-pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan

berhubungan dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

2.2.1. Determinan Perubahan Perilaku

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi

karena perilaku merupakan resultasi dari berbagai faktor, baik internal maupun

eksternal (lingkungan). Beberapa teori mengungkapkan determinan perilaku dari

analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang

(10)

Dalam teorinya mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat

kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh masyarakat,

dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu :

1. Faktor perilaku (behaviour causes)

2. Faktor diluar perilaku (non-behaviour causes).

Selanjutnya perilaku itu terbentuk dari 3 faktor. Faktor-faktor yang

berhubungan dengan perilaku menurut teori Lawrence Green (Notoadmodjo,

2003) yaitu :

1. Faktor predisposisi, yaitu faktor yang mempermudah terjadinya perilaku

seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan,

nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.

2. Faktor pemungkin, yaitu faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi

seseorang untuk melakukan tindakan atau perilaku. Yang dimaksud dengan

faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk

terjadinya tindakan kesehatan. Misalnya; posyandu, puskesmas, tempat

pembuangan sampah, dan sebagainya.

3. Faktor penguat, faktor yang memperkuat atau mendorong perilaku.

Kadang-kadang meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku

sehat, tetapi tidak melakukannya (Notoatmodjo, 2010).

Faktor-faktor pendorong (Reinforcing factors), Menurut Green (1980)

faktor pendorong atau penguat adalah mereka yang mendukung untuk

menentukan tindakan kesehatan. Faktor pendorong tentu saja bervariasi

tergantung pada tujuan dan jenis program. Dalam program pendidikan kesehatan,

(11)

serikat buruh dan keluarga. Faktor – faktor pendorong meliputi petugas kesehatan dan dukungan pasangan.

1. Peran Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan sangat berpengaruh terhadap pemakaian alat

kontrasepsi, petugas kesehatan berperan alat kontrasepsi. Petugas kesehatan

sangat banyak berperan dalam memberikan informasi pelayanan, informasi

penyuluhan, dan menjelaskan tentang alat kontrasepsi. Petugas kesehatan sangat

banyak berperan dalam tahap akhir pemilihan dan pemakaian alat kontrasepsi.

Calon akseptor yang masih ragu – ragu dalam pemakaian alat kontrasepsi akhirnya memutuskan untuk memakai alat kontrasepsi setelah mendapat dorongan

dari petugas kesehatan. Petugas kesehatan merupakan pihak yang mengambil

peran dalam tahap akhir proses pemilihan dan pemakaian kontrasepsi

(Budiadi,dkk, 2013)

2. Dukungan Pasangan

Isu gender adalah suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan wanita

dan pria dalam berbagai bidang kehidupan. Pada umumnya kesenjangan ini dapat

dilihat dari faktor akses, partisipasi, manfaat dan pengambilan keputusan

(control).

Ketidaksetaraan gender dalam bidang KB dan kesehatan reproduksi akan

berpengaruh pada keberhasilan program. Salah satu upaya untuk mengurangi

ketidaksetaraan gender adalah suami istri diharapkan dapat menjadi motivator

bagi suami atau istrinya untuk menjadi akseptor KB dan jika memungkinkan

(12)

Hartanto (2007) mengatakan bahwa metode kontrasepsi tidak dapat

dipakai istri tanpa kerja sama suami dan saling percaya. Keadaan ideal bahwa

pasangan suami istri harus bersama memilih metode kontrasepsi yang terbaik,

saling kerjasama dalam pemakaian membiayai pengeluaran kontrasepsi dan

memperhatikan tanda bahaya pemakaian.

3. Kader Posyandu

Peran serta atau keikutsertaan kader Pos Pelayanan terpadu melalui

berbagai organisasi dalam upaya mewujudkan dan meningkatkan pembangunan

kesehatan masyarakat desa harus dapat terorganisir dan terencana dengan tepat

dan jelas. Beberapa hal yang dapat atau perlu dipersiapkan oleh kader seharusnya

sudah dimengerti dan di pahami sejak awal oleh kader posyandu. Karena disadari

atau tidak keberadaan posyandu adalah sebuah usaha untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Upaya posyandu yang telah ada dan telah berjalan

selama ini mampu lebih di tingkatkan dan dilestarikan (Rachman, 2005)

2.3 Keluarga Berencana 2.3.1 Pengertian

Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau

pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif – objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak di inginkan, mendapatkan kelahiran yang memang di

inginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran

dalam hubungan dengan usia suami istri, dan menentukan jumlah anak dalam

(13)

2.4 Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

Metode Kontrasepsi jangka panjang adalah metode untuk menjarangkan

kehamilan atau menghentikan masa subur wanita, yang terdiri dari IUD, Implant,

MOW dan MOP.

2.5 Jenis – jenis Metode Kontrasepsi Jangka Panjang 2.5.1 IUD

IUD (Intras Uterin Devices) atau nama lain adalah AKDR (Alat

Kontrasepsi Dalam Rahim) merupakan kontrasepsi yang dimasukkan melalui

serviks dan di pasang di dalam uterus. AKDR memiliki benang yang

menggantung sampai liang vagina, hal ini dimaksudkan agar keberadaannya bisa

diperiksa oleh akseptor sendiri (Niken, 2010)

2.5.2 Mekanisme Kerja IUD

Mekanisme kerja IUD yaitu :

1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba pallopi.

2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

3. IUD mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat

sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi

kemampuan sperma untuk pembuahan.

4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus. (Hidayati,

2009).

Sejarah mula IUD/AKDR tidak begitu jelas. Akan tetapi terungkap bahwa

pada zaman dahulu orang arab memasukkan batu kedalam rahim unta mereka dan

ternyata unta mereka memang tidak hamil. IUD/AKDR mulai dikembangkan pada

(14)

benang sutra tebal yang dimasukkan kedalam rahim. Kemudian pada tahun 1930

berkembang dengan dibuatnya cincin perak yang juga dimasukkan kedalam rahim

dan hasilnya memuaskan. Pada tahun 1962 Dr.Lippes membuat IUD/AKDR dari

plastik yang disebut lippes loop (Niken, 2010).

2.5.3 Efektifitas IUD/AKDR

IUD/AKDR juga dapat mencegah kehamilan mencapai 98% hingga 100%

tergantung pada jenis IUD/AKDR . IUD/AKDR terbaru seperti copper T380A

memiliki efektifitas cukup tinggi, bahkan selama 8 tahun pengguna tidak

ditemukan adanya kehamilan. Pada penelitian yang lain ditemukan setelah

penggunaan 12 tahun ditemukan 2,2 kehamilan per 100 pengguna dan 0,4

diantaranya terjadi kehamilan (Niken, 2010).

2.5.4 Jenis IUD/AKDR Yang Beredar

Saat ini AKDR yang masih bisa kita temui adalah :

1. AKDR yang mengandung tembaga, yaitu copper T (CuT 380A) dan nova T

2. AKDR yang berkandungan hormone progesterone, yaitu Mirena.

3. Pada beberapa akseptor yang datang untuk melepas AKDR yang telah

dipakainya lebih dari 20 tahun, akan kita dapati bentuk lipes loop (Niken,

2010)

2.5.5 Keuntungan Menggunakan IUD/AKDR

1. Keuntungan

a. Efektif dengan segera yaitu setelah 24 jam dari pemasangan.

b. Reversible dan sangat efektif.

c. Tidak mengganggu hubungan seksual.

(15)

e. Tidak mengganggu produksi ASI.

f. Dapat dipasang segera setelah melahirkan ataupun pasca abortus.

2. Kerugian

a. Dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi panggul.

b. Tidak mencegah infeksi menular seksual ( IMS) termasuk HIV/AIDS

sehingga wanita memiliki peluang promiskuitas (berganti – ganti pasangan) tidak direkomendasikan untuk menggunakan alat

kontrasepsi ini.

c. Adanya perdarahan bercak selama 1 – 2 hari pasca pemasangan tetapi kemudian akan menghilang.

d. Kemungkinan terlepasnya AKDR. (Niken, 2010)

2.5.6 Waktu Pemasangan IUD

1. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dipastikan klien tidak hamil

2. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.

3. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu

pasca persalinan.

4. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak

ada gejala infeksi

5. Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi, (Sarwono,

(16)

2.6 Implant

Susuk (Implant) adalah suatu alat kontrasepsi bawah kulit yang

mengandung levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silastik silicon (

polydimethyl siloxane ) yang berisi hormon golongan progesteron yang

dimasukkan dibawah kulit lengan kiri atas bagian dalam yang berfungsi untuk

mencegah kehamilan.

2.6.1 Jenis-Jenis Implant

1. Norplant

Terdiri dari enam batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm ,

diameter 2,4 mm, berisi 36mg levonogestrel dengan lama kerja lima tahun.

2. Jedena dan Indoplant

Terdiri dari dua batang silastik lembut berongga dengan panjang 4,3 cm,

diameter 2,5 mm, berisi 75 mg levonogestrel dengan lama kerja tiga

tahun.

3. Implanon

Terdiri dari satu batang ilaastik lembut berongga dengan panjang kira – kira 4,0 cm diameter 2mm, berisi 68mg 3-keto-desogestrel dengan lama

kerja tiga tahun (Niken, 2010)

2.6.2 Keuntungan dan Kerugian Implant

1. Keuntungan

a. Daya guna tinggi.

b. Cepat bekerja 24 jam setelah pemasangan.

(17)

d. Mengurangi nyeri haid.

e. Tidak mengganggu proses senggama

2. Kerugian

a. Keluhan nyeri kepala.

b. Dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa pendarahan bercak,

c. Nyeri payudara.

d. Perasaan mual.

e. Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan

(Niken, 2010).

2.7 Metode Operasi Wanita

Kontrasepsi ini bisa disebut juga kontrasepsi mantap pada wanita disebut

tubektomi, yaitu tindakan memotong tuba fallopi. Tubektomi merupakan tindakan

medis berupa penutupan tuba uterine dengan maksud tertentu untuk tidak

mendapatkan keturuan dalam jangka panjang sampai seumur hidup.

2.7.1 Efektifitas

1. Sangat efektif ( 0,5 kehamilan per 100 prempuan selama tahun pertama

penggunaan)

2. Efektif 6 – 10 minggu setelah operasi. (Hartanto, 2004)

2.7.2 Jenis

1. Laparotomi

(18)

2.7.3 Manfaat

1. Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)

2. Tidak bergantung pada factor senggama.

3. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang

serius.

4. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal.

5. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.

6. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi

hormone ovarium)(Hartanto, 2004,).

2.7.4 Keterbatasan

1. Harus mempertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak

dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi.

2. Klien dapat menyesal kemudian hari.

3. Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum)

4. Rasa sakit/ ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan.

5. Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis

ginekologi atau dokter spesialis bedah untuk proses laparoskopi)

6. Tidak melindungi dari IMS termasuk HIV/AIDS (Hartanto, 2004)

2.7.5. Indikasi

1. Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup.

2. Umur 30 tahun dengan 3 anak hidup.

(19)

2.8 Faktor – Faktor yang memengaruhi dalam pemakaian Metode Kontrasepsi

Ada beberapa hal yang membuat pasangan usia subur mau menggunakan

alat kontrasepsi secara berkesinambungan dan terus menerus, selain karena

mereka memang sudak tidak ingin punya anak lagi atau tidak boleh punya anak

lagi, maka hal lain yang signifikan sangat mempengaruhinya adalah keinginan dan

kemauannya untuk menggunakan alat kontrasepsi itu muncul dari hati nuraninya

bukan dari pengaruh orang lain.

Menurut Atikah, dkk (2010) beberapa faktor yang mempengaruhi dalam

memilih metode kontrasepsi antara lain :

1. Faktor Pasangan dan Motivasi antara lain :

a. Umur

b. Gaya Hidup

c. Frekuensi Senggama

d. Jumlah Keluarga yang di inginkan

e. Pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu

2. Faktor Kesehatan, meliputi :

a. Status kesehatan

b. Riwayat Haid

c. Riwayat Keluarga

d. Pemeriksaan fisik dan panggul

3. Faktor metode kontrasepsi, meliputi :

a. Efektifitas

(20)

c. Biaya

Dalam memutuskan metode kontrasepsi yang akan digunakan, klien

dipengaruhi oleh :

1. Kepentingan pribadi

2. Faktor kesehatan

3. Faktor ekonomi dan aksesbilitas

4. Faktor budaya

Faktor – faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi dapat berubah seiring dengan bertambahnya usia reproduksi klien sehingga diperlukan

re-evaluasi terhadap metode apa yang paling baik untuk memenuhi individual

(21)

2.9 Kerangka Konsep

Menurut teori Green et. al (1999) dalam Notoatmodjo (2007), kesehatan

individu dan mayarakat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor perilaku dan

faktor – faktor diluar perilaku (non perilaku).

Variabel Independen Variabel Dependen

Berdasarkan kerangka konsep dapat di lihat bahwa faktor perilaku ini

termasuk dalam hal tindakan pemakaian alat kontrasepsi ditentukan oleh tiga

kelompok faktor meliputi : Faktor predisposisi, faktor penguat (reinforcing) :

1. Faktor predisposisi (predisposing factor). Faktor prediposisi mencakup

pengetahuan, sikap, keyakinan, keyakinan, nilai dan persepsi, berkenaan

dengan motivasi seorang atau kelompok untuk bertindak.

2. Faktor Penguat (Reinforcing factor). Faktor penguat adalah faktor yang

(22)

penguat tergantung pada tujuan dan jenis program. Faktor penguat bisa

Referensi

Dokumen terkait

Di salah satu kawasan yang dekat densan hutan, sebagian besar anak-anak umur sekolah tidak sekolah.. Dari 30 anak berumur sekolah aasar nanya 15 anak pang masih

Rs, sebagai informan kedua dalam penelitian ini, juga menceritakan hal yang sama, proses komunikasi terapeutik yang dilakukannya diawali dengan tahap persiapan, yaitu

From the project time management perspective, during project monitoring activity, pro- ject team would need to make up-to-date predictions on the project total duration as

Smith (2005) categorized some proactive strategies in formulating the strategic public relations. Based on the review of information gathered, the corporate communication of

Kelautan dan perikanan merupakan salah satu kegiatan ekonomi di Kabupaten Tapanuli Tengah khusus nya pada Desa Hajoran yang memiliki sumber daya alam dan laut yang

Pemilihan media untuk melakukan komunikasi politik dengan masyarakat memang sangat bervariatif, sejauh penelitian yang telah dilakukan, DPRD Kota Bandung sudah semaksimal

Perancangan Aplikasi Pengenalan Karakter Korea pada Platform Android Menggunakan Metode OCR Adaptive Classifier.. Image Preprocessing For Improving

Dari kedua penelitian yang ada, keunggulan dari penelitian ini adalah merancang video animasi 3D pengenalan rumah adat Jawa joglo menggunakan teknik highpoly , karena informasi