• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Terhadap Pelanggaran Lalu Lintas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Terhadap Pelanggaran Lalu Lintas"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

A. Ketentuan Pidana Dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Dalam suatu peraturan perundang-undangan, adanya pengaturan tentang sanksi atau hukuman pidana menjadi hal yang sangat penting karena didalam hukum pidana kita dapat mengetahui perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, dilarang, dan harus dilakukan dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar ketentuan tersebut.20

Bagian terpenting dari suatu sistem pemidanaan adalah menetapkan sanksi, keberadannya akan memberikan arah dan pertimbangan mengenai apa yang seharusnya dijadikan sanksi dalam suatu tindak pidana untuk menegakkan berlakunya norma.

Seperti undang-undang pada umumnya, Undang-undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan juga memiliki sanksi-sanksi pidana.

21

Sanksi pidana didalam undang-undang ini dirumuskan menggunakan sistem perumusan alternative. Dari aspek pengertian dan substansinya, sistem perumusan alternatif adalah sistem dimana pidana penjara dirumuskan secara alternatif dengan jenis sanksi pidana lainnya, berdasarkan urutan-urutan jenis sanksi pidana dari yang terberat sampai yang teringan. Dengan demikian, hakim

20

Djoko Prakoso, Pembaharuan Hukum Pidana di Indonesia, Yogyakarta : Liberty, 1987, hlm 19

21

(2)

diberikan kesempatan memilih salah satu jenis pidana yang dicantumkan dalam Pasal yang bersangkutan.22

Adapun sanksi pidana yang dikenakan pada pelaku pelanggaran lalu lintas dan angkutan jalan diatur dalam beberapa Pasal yaitu :23

1. Pasal 281

“Pelanggaran dalam Pasal ini yaitu perbuatan pengendara kendaraan bermotor roda dua atau lebih yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi atau sering disebut SIM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp.1.000.000 (satu juta rupiah).”

Pada undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan sebelumnya yaitu UU Nomor 14 Tahun 1992 Pasal 59 ayat (2) disebutkan pengendara kendaraan bermotor roda dua atau lebih yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp.6.000.000 (enam juta rupiah)

2. Pasal 282

“Pelanggaran dalam Pasal ini yaitu perbuatan pengendara kendaraan bermotor roda dua atau lebih yang tidak mematuhi pemerintah yang diberikan oleh petugas kepolisian, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat (3) dan dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp.250.000 ( dua ratus lima puluh ribu rupiah).”

3. Pasal 283

“Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan secara tidak wajar dan melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi di jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah).”

22

Lilik Mulyadi, Kapita Selekta Hukum Pidana Kriminologi dan Victimologi, Jakarta : Djambatan, 2004, hlm 19

23

(3)

4. Pasal 284

“Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor dengan tidak mengutamakan keselamatan pejalan kaki atau pesepeda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).”

5. Pasal 285

(1) “Setiap orang yang mengemudikan sepeda motor di jalan yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan, knalpot, dan kedalaman alur ban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (3) juncto Pasal 48 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).“

(2) “Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor beroda empat atau lebih di Jalan yang tidak memenuhi persyaratan teknis yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu mundur, lampu tanda batas dimensi badan kendaraan, lampu gandengan, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan, kedalaman alur ban, kaca depan, spakbor, bumper, penggandengan, penempelan, atau penghapus kaca sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (3) juncto Pasal 48 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).”

6. Pasal 286

“Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor beroda empat atau lebih di jalan yang tidak memenuhi persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (3) juncto Pasal 48 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).”

7. Pasal 287

(4)

(2) “Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang melanggar aturan perintah atau larangan yang dinyatakan dengan alat pemberi isyarat lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf c dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).”

(3) “Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang melanggar aturan gerakan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf d atau tata cara berhenti dan Parkir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf e dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).”

(4) “Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang melanggar ketentuan mengenai penggunaan atau hak utama bagi kendaraan bermotor yang menggunakan alat peringatan dengan bunyi dan sinar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, Pasal 106 ayat (4) huruf f, atau Pasal 134 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).”

(5) “Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang melanggar aturan batas kecepatan paling tinggi atau paling rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf g atau Pasal 115 huruf a dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).”

(6) “Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang melanggar aturan tata cara penggandengan dan penempelan dengan kendaraan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf h dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).”

8. Pasal 288

(5)

Pada undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan sebelumnya yaitu UU No 14 tahun 1992 pelanggaran serupa dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp.2.000.000 (dua juta rupiah).

Pada ayat (2) Pasal ini berisi ketentuan pidana terhadap pengemudi kendaraan bermotor yang tidak dapat menunjukkan surat izin mengemudi yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5) huruf b dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan dan/atau denda paling banyak Rp.250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah). Pada undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan sebelumnya yaitu UU 14 tahun 1992 pelanggaran serupa dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp.2.000.000 (dua juta rupiah).

9. Pasal 289

Pasal ini berisi ketentuan pidana terhadap pengemudi kendaraan roda empat atau lebih dan penumpang disampingnya yang tidak mengenakan sabuk keselamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (6) dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp.250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

(6)

10. Pasal 290

Pasal ini berisi ancaman pidana terhadap pengemudi dan penumpang kendaraan bermotor selain sepeda motor yang tidak dilengkapi dengan rumah-rumah dan tidak mengenakan sabuk keselamatan dan mengenakan helm sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (7) dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp.250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

11. Pasal 291

Pada ayat 1 (satu) Pasal ini mengatur pidana terhadap pengendara kendaraan bermotor roda dua yang tidak mengenakan helm Standard Nasional Indonesia (SNI) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (8) , sementara pada ayat 2 (dua) mengatur terhadap pengendara kendaraan bermotor roda dua yang membiarkan penumpangnya tidak mengenakan helm Standard Nasional Indonesia (SNI) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (8) dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp.250.000 (dua ratus lima puluh bribu rupiah).

Pada undang-undang lalu lintas dan jalan yang sebelumnya yaitu UU Nomor 14 Tahun 1992 pelanggaran serupa dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp.1.000.000 (satu juta rupiah).

(7)

maksudnya adalah helm yang memenuhi syarat keamanan oleh pemerintah dan memiliki tanda atau cap SNI di bagian tertentu dari helm tersebut

12. Pasal 292

Pasal ini berisikan ketentuan pidana terhadap pengemudi kendaraan bermotor roda dua tanpa kereta samping yang mengangkut penumpang lebih dari 1 (satu) orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (9) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)bulan atau denda paling banyak Rp.250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

13. Pasal 293

Pada ayat (1) Pasal ini disebutkan pidana terhadap pengemudi kendaraan bermotor yang tidak menyalakan lampu utama pada malam hari dan kondisi tertentu sebagaimana di maksud dalam Pasal 107 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp.250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

Pada ayat (2) yaitu pelanggaran terhadap pengemudi kendaraan bermotor roda dua tidak menyalakan lampu utama pada siang hari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (2) dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 15 (lima belas) hari atau denda paling banyak Rp.100.000 (seratus ribu rupiah).

(8)

14. Pasal 294

Pada ayat ini disebutkan pidana terhadap pengendara kendaraan bermotor yang membelok atau berbalik arah tanpa memberikan isyarat dengan lampu penunjuk arah atau isyarat tangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 ayat (1) dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp.250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

15. Pasal 295

Pada ayat ini disebutkan pidana terhadap pelanggaran pengendara kendaraan bermotor yang berpindah lajur atau bergerak kesamping tanpa memberikan isyarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp.250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

16. Pasal 296

(9)

17. Pasal 297

Pasal ini berisi ketentuan pidana bagi pengemudi kendaraan bermotor yang berbalapan dijalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115 huruf b dapat dipidana dengan pidana kurunagan paling lama 1 tahun atau denda paling bannyak Rp.3.000.000 (tiga juta rupiah).

18. Pasal 298

Pasal ini berisi ketentuan pidana bagi pengemudi kendaraan bermotor yang tidak memasang segitiga pengaman ,lampu isyarat peringatan bahaya, atau isyarat lain pada saat berhenti atau parkir dalam keadaan darurat di jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 121 ayat (1) dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling banyak Rp.500.000 (liam ratus ribu rupiah).

19. Pasal 299

Pasal ini berisi ketentuan pidana bagi pengendara kendaraan bermotor yang dengan sengaja berpegang pada kendaraan bermotor untuk ditarik, menarik benda-benda yang dapat membahayakan pengguna jalan lain, dan/atau menggunakan jalur-jalur kendaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 122 huruf a, huruf b atau huruf c dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 15 hari atau denda paling banyak Rp.100.000 (seratus ribu rupiah).

20. Pasal 300

(10)

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124 ayat 1 huruf c, bagi pengemudi kendaraan umum yang tidak memberhentikan kendaraannya selama menaikkan dan/atau menurunkan penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124 ayat 1 huruf d, tidak menutup pintu kendaraan selama kendaraan berjalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124 huruf e dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp.250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

21. Pasal 301

Ayat ini berisikan pidana pidana terhadap pengemudi berkendaraan angkutan barang yang tidak mengemudikan Kendaraan Bermotor angkutan barang yang tidak menggunakan jaringan jalan sesuai dengan kelas jalan yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 125 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

22. Pasal 302

(11)

23. Pasal 303

Ayat ini berisikan pidana terhadap setiap orang yang mengemudikan mobil barang untuk mengangkut orang kecuali dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 137 ayat (4) huruf a, huruf b, dan huruf c dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah)

24. Pasal 304

Pidana terhadap setiap orang yang mengemudikan kendaraan angkutan orang dengan tujuan tertentu yang menaikkan atau menurunkan penumpang lain di sepanjang perjalanan atau menggunakan kendaraan angkutan tidak sesuai dengan angkutan untuk keperluan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 153 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

25. Pasal 305

(12)

26. Pasal 306

Pidana terhadap setiap orang yang mengemudikan kendaraan angkutan barang yang tidak dilengkapi surat muatan dokumen perjalanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 168 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

27. Pasal 307

Pidana terhadap setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor angkutan umum .Orang yang tidak mematuhi ketentuan mengenai tata cara pemuatan, daya angkut, dimensi kendaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 169 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

28. Pasal 308

“Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah), setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor Umum yang:

a. tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan orang dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) huruf a;

b. tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan orang tidak dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) huruf b;

c. tidak memiliki izin dalam Pasal 173.”

29. Pasal 309

(13)

dalam Pasal 189 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah).

30. Pasal 310

(1) “Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan kerusakan kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).”

(2) “Setiap orang yang mengemudikan kendaraan yang karena kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan korban luka ringan dan kerusakan Kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (3), dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah).” (3) “Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang karena

kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).”

(4) “Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) “

31. Pasal 311

1) “Setiap orang yang dengan sengaja mengemudikan kendaraan bermotor dengan cara atau keadaan yang membahayakan bagi nyawa atau barang dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).”

(2) “Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan kerusakan Kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2), pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp4.000.000,00 (empat juta rupiah).”

(14)

dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun atau denda paling banyak Rp8.000.000,00 (delapan juta rupiah).”

(4) “Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4), pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah).”

(5) “Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mengakibatkan orang lain meninggal dunia, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun atau denda paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah).”

Untuk lebih jelasnya, pengaturan tentang ketentuan sanksi pidana dalam Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 1.

Ketentuan Sanksi Pidana dalam UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

NO PASAL PERBUATAN

SANKSI

DENDA KURUNGAN PENJARA

1. 281 Tidak memiliki SIM Rp. 1.000.000,00 4 bulan - dengan cara tidak wajar

Rp. 750.000,00 3 bulan - motor tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan

Rp. 250.000,00 1 bulan -

(15)

bermotor beroda 4 atau lebih tidak memenuhi persyaratan teknis 7. 286 Pengemudi kendaraan

bermotor beroda 4 tidak memenuhi persyaratan laik jalan

Rp. 500.000,00 2 bulan -

8. 287 (1) Melanggar perintah atau larangan rambu-rambu lalu lintas

Rp. 500.000,00 2 bulan -

9. 287 (2) Melanggar perintah atau larangan alat pemberi isyarat lalu lintas

Rp. 500.000,00 2 bulan -

10. 287 (3) Melanggar aturan gerakan lalu lintas

Rp. 250.000,00 1 bulan - 11. 287 (4) Melanggar ketentuan

mengenai penggunaan atau hak utama bagi kendaraan bermotor yang mngunakan bunyi dan sinar

Rp. 250.000,00 1 bulan -

12. 287 (5) Melanggar aturan kecepatan paling tinggi atau paling rendah

Rp. 500.000,00 2 bulan -

13. 287 (6) Melanggar aturan tata cara pergandengan atau penempelan dengan kendaraan lain

Rp. 250.000,00 1 bulan -

14. 288 (1) Tidak memiliki STNK atau surat tanda coba kendaraan bermotor

mobil barang, kereta gandeng dan tempelan yang tidak memiliki surat keterangan uji berkala dan tanda lulusnya

Rp. 500.000,00 2 bulan -

17. 289 Mengemudi atau menumpang di sebelah pengemudi dengan tidak mengenakan sabuk keselamatan

(16)

18. 290 Mengemudi dan menumpang kendaraan bermotor selain sepeda motor dengan tidak dilengkapi dengan rumah-rumah, sabuk keselamatan dan helm

Rp. 250.000,00 1 bulan -

19. 291 (1) Mengemudikan sepeda motor dengan tidak menggunakan helm SNI

Rp. 250.000,00 1 bulan -

20. 291 (2) Mengemudikan sepeda motor dengan

membiarkan

penumpangnya tidak mengenakan helm

Rp. 250.000,00 1 bulan -

21. 292 Mengemudikan sepeda motor tanpa kereta samping dengan mengangkut lebih dari satu orang

Rp. 250.000,00 1 bulan -

22. 293 (1) Mengemudikan kendaraan bermotor di jalan tanpa menyalakan lampu utama pada malam hari atau pada keadaan tertentu

Rp. 250.000,00 1 bulan -

23. 293 (2) Mengemudikan sepeda motor di jalan tanpa menyalakan lampu utama pada siang hari

Rp. 100.000,00 15 hari -

24. 294 Mengemudikan kendaraan bermotor yang akan berbelok atau berbalik arah tanpa menyalakan lampu penunjuk arah atau isyarat tangan

Rp 250.000,00 1 bulan -

25. 295 Mengemudikan kendaraan bermotor yang akan berpindah lajur atau bergerak ke samping

Rp. 250.000,00 1 bulan -

26. 296 Mengemudikan kendaraan bermotor pada perlintasan antara kereta api dan jalan

(17)

yang tidak berhenti saat sirine sudah berbunyi 27. 297 Mengemudikan

kendaraan bermotor dengan berbalapan di jalan

Rp. 3.000.000,00 1 tahun -

28. 298 Mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak memasang segitiga pengaman dan lampu isyarat pada saat berhenti darurat

Rp. 500.000,00 2 bulan -

29. 299 Mengendarai kendaraan tidak bermotor yang ditarik dengan kendaraan bermotor, menarik benda-benda yang dapat

membahayakan pengguna jalan lain, atau menggunakan jalur jalan kendaraan

Rp. 100.000,00 15 hari -

30. 300 Tidak menggunakan lajur yang telah ditentukan, tidak angkutan barang yang tidak menggunakan jaringan jalan dengan kelas yang ditentukan

Rp.250.000,00 1 bulan -

32. 302 Mengemudikan kendaraan bermotor umum angkutan orang yang berhenti selain di tempat yang telah ditentukan, mengetem, menurunkan

penumpang selain di

(18)

tempat yang ditentukan, melewati jaringan jalan di luar trayek

33. 303 Mengemudikan mobil barang untuk

mengangkut orang tanpa alasan yang diperbolehkan

Rp. 250.000,00 1 bulan -

34. 304 Mengemudikan kendaraan angkutan orang dengan tujuan tertentu yang tidak sesuai dengan angkutan untuk barang khusus yang tidak memenuhi ketentuan persyaratan keselamatan, pemberian tanda barang, parkir, bongkar muat, waktu operasi dan barang yang tidak dilengkapi surat muatan dokumen perjalanan

Rp. 250.000,00 1 bulan -

37. 307 Mengemudikan kendaraan bermotor angkutan umum barang yang tidak mematuhi ketentuan tata cara pemuatan, daya angkut, dimensi kendaraan

Rp. 500.000,00 2 bulan -

(19)

untuk

menyelenggarakan angkutan orang dalam trayek, angkutan orang tidak dalam trayek, angkutan barang khusus dan alat berat, dan menyimpang dari izin yang ditentukan

39. 309 Tidak mengasuransikan tanggung jawabnya untuk penggantian kerugian yang diderita penumpang, pengirim barang atau pihak ketiga kecelakaan lalu lintas dengan kerusakan kecelakaan lalu lintas dengan korban luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau kecelakaam lalu lintas dengan korban luka berat

Rp. 10.000.000,00 - 5 tahun

43. 310 (4) Kecelakaan yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia

(20)

44. 311 (1) Mengemudikan kendaraan bermotor dengan cara yang membahayakan nyawa atau barang

Rp. 3.000.000,00 - 1 tahun

45. 311 (2) Melakukan perbuatan yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas dengan kerusakan kendaraan dan/atau barang

Rp. 4.000.000,00 - 2 tahun

46. 311 (3) Melakukan perbuatan yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas dengan korban luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barng

Rp. 8.000.000,00 - 4 tahun

47. 311 (4) Perbuatan yang menyebabkan

kecelakaan lalu lintas dengan korban luka berat

Rp. 20.000.000,00 - 10 tahun

48 311 (5) Melakukan perbuatan yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia

Rp. 24.000.000,00 - 12 tahun

B.

Kecelakaan sangat ditentukan oleh faktor pengemudi. Pengemudi memiliki peranan yang besar dalam terjadinya kecelakaan lalu lintas. Pengemudi kurang antisipasi atau tidak mampu memperkirakan bahaya dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Laporan kecelakaan menunjukkan bahwa pengendaraan yang tidak baik, seringkali disertai pelanggaran hukum, terletak di dalam rantai

Ketentuan Pidana Terhadap Pengemudi Dalam Kecelakaan Lalu Lintas

Yang Mengakibatkan Orang Lain Meninggal Dunia Menurut

(21)

kejadian yang mengakibatkan 73% dari kecelakaan fatal dan 83% dari seluruh kecelakaan jalan raya.24

(4) “Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana

Ketentuan hukum mengenai kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia secara umum diatur dalam Pasal 359 KUHP dan secara khusus adalah diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Beberapa ketentuan pidana dalam UU LLAJ yang menjadi dasar hukum penjatuhan sanksi pidana bagi pengemudi dalam kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia yakni Pasal 310, Pasal 311, dan Pasal 312.

Pasal 310

(1) “Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan kerusakan kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).”

(2) “Setiap orang yang mengemudikan kendaraan yang karena kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan korban luka ringan dan kerusakan Kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (3), dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah).” (3) “Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang karena

kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).”

24

(22)

penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) “

Pasal 311

1) “Setiap orang yang dengan sengaja mengemudikan kendaraan bermotor dengan cara atau keadaan yang membahayakan bagi nyawa atau barang dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).”

(2) “Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan kerusakan Kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2), pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp4.000.000,00 (empat juta rupiah).”

(3) “Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan korban luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (3), pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun atau denda paling banyak Rp8.000.000,00 (delapan juta rupiah).”

(4) “Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4), pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah).”

(5) “Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mengakibatkan orang lain meninggal dunia, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun atau denda paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah).”

Pasal 312

“Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang terlibat Kecelakaan Lalu Lintas dan dengan sengaja tidak menghentikan kendaraannya, tidak

(23)

Negara Indonesia merupakan negara hukum yang sangat menjunjung tinggi keadilan, maka dari itu demi penegakan hukum yang paling baik untuk diterapkan, dibutuhkan pidana tambahan yang terdapat dalam Pasal 314 UU LLAJ.

Pasal 314

“Selain pidana penjara, kurungan, atau denda, pelaku tindak pidana lalu lintas dapat dijatuhi pidana tambahan berupa pencabutan surat izin mengemudi atau ganti kerugian yang diakibatkan oleh tindak pidana lalu lintas.”

Pidana tambahan yang secara khusus disoroti adalah pidana tambahan berupa pencabutan surat izin mengemudi. Pencabutan surat izin mengemudi mengakibatkan pelaku tindak pidana lalu lintas mendapat larangan mengemudi untuk kurun waktu tertentu bergantung pada berapa lama batas waktu dari larangan oleh putusan hakim. Dengan hukuman pencabutan SIM, pelaku akan lebih berhati-hati dalam mengemudikan kendaraannya sebab ia telah dihukum tidak dapat mengemudi yang walaupun mungkin bisa jadi singkat saja tetapi telah mencabut kebebasan dan haknya untuk mengemudi. Selama berlaku penjatuhan pidana tambahan kepada pelaku maka selama itu masyarakat akan terhindar dari kejahatan yang mungkin dilakukan oleh pelaku kembali. Oleh karena SIM si pelaku dicabut maka ia tidak dapat mengemudi, hal ini akan menghilangkan kesempatan bagi pelaku untuk mengulangi perbuatannya itu.25

Pencabutan SIM pun merupakan alternatif pidana yang bersifat pembinaan terhadap pelaku kejahatan. Pembinaan ini tampak pada konsekuensi akibat dari pencabutan SIM itu sendiri yang berujung pada perbaikan si pelaku yaitu

25

(24)

memperbaiki tingkah laku si pelaku melalui pengujian kembali kompetensi pengemudi dalam berlalu lintas, hal ini dapat dilihat dari isi Pasal 32 Perkapolri No. 9 Tahun 2012 tentang SIM.

Penjatuhan sanksi pencabutan SIM sebaiknya tidak bersifat pilihan melainkan bersifat keharusan. Maksud dari ia tidak lagi bersifat pilihan adalah agar penggunaan pidana tambahan berupa pencabutan SIM tidak menjadi terabaikan oleh karena penegak hukum cenderung mengutamakan sanksi pidana pokok penjara atau kurungan.

Frase kata “dapat dijatuhi pidana tambahan” dalam Pasal 314 ditafsirkan bahwasanya pidana tambahan bersifat pilihan. Dari sini kemudian muncul suatu pemikiran bahwa seharusnya frase kata tersebut diganti menjadi ”wajib”. Dapat dilihat dalam Pasal-Pasal dalam UU LLAJ cukup banyak pemakaian kata wajib dalam hal menekankan agar terpenuhinya maksud dari suatu Pasal. Berangkat dari pemikiran untuk menghasilkan deterrence effect kepada pengemudi kecelakaan lalu lintas terkhusus yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia maka pencabutan SIM sudah sewajarnya merupakan keharusan. Kewajiban penjatuhan sanksi pidana tambahan pencabutan SIM urgensinya terletak pada kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia. Demi mengurangi fatalitas korban agar jangan sampai ada lagi nyawa melayang oleh karena kesalahan dari pengemudi.

(25)

mengenai upaya perdamaian dalam kecelakaan lalu lintas.Berikut Pasal-Pasal di dalam UU LLAJ tentang upaya perdamaian kecelakaan lalu lintas :

Pasal 230

“Perkara Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diproses dengan acara peradilan pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Pasal 235 (1)

“Jika korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (1) huruf c, pengemudi wajib memberikan bantuan kepada ahli waris korban berupa biaya pengobatan dan/atau biaya pemakaman dengan tidak menggugurkan tuntutan perkara pidana.”

Pasal 236 (2)

“Kewajiban mengganti kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2) dapat dilakukan di luar pengadilan jika terjadi kesepakatan damai di antara para pihak yang terlibat.”

Kesimpulan yang didapat dari isi ketiga Pasal tersebut diatas adalah upaya perdamaian tidak menggugurkan tuntutan pidana. Hal yang paling ganjil adalah keberadaan akta perdamaian yang dibuat secara sukarela antara korban dan pelaku pun tidak mewakili rasa keadilan, jika berkaca pada UU LLAJ ini.

(26)

cenderung kepada vonis pidana penjara memunculkan gerakan untuk melakukan upaya penanggulangan kejahatan tanpa pemidanaan. Sejalan dengan pemikiran tersebut maka dalam skripsi ini penulis berusaha mencari suatu upaya yang mampu mereduksi kecelakaan dengan upaya pencegahan yang bersifat mendidik pelaku akan tetapi hal ini akan sangat bertentangan dengan keberadaan Pasal 230 yang bahkan menghendaki kasus kecelakaan lalu lintas ringan dan sedang diharuskan melewati proses persidangan yang kita tahu sangat berbelit-belit, menyita waktu, dan biaya.

Alasan dimuatnya ketentuan dalam Pasal 230 yang memasukkan kecelakaan lalu lintas berat (Pasal 229 ayat 4) diproses dengan acara peradilan pidana sangat masuk akal mengingat ketentuan ini memiliki landasan yuridis yang berangkat dari Pasal 359 dan Pasal 360 KUHP. Selain itu akibat yang ditimbulkan dalam kecelakaan lalu lintas berat sangat esensial karena mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat. Bertolak belakang dengan kecelakaan lalu lintas berat, ditinjau dari sudut politik hukum pidana dan melihat pada kelemahan sistem peradilan pidana pada masa sekarang dan juga kenyataan mengenai ovecapacity

(27)

Tabel 2.

Jenis Tindak Pidana dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 No Jenis Tindak Pidana Pasal dan Hukuman

Pasal yang diancam Sanksi Pidana 1 Tafo’Olo Lase als Tafo

terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana yang mengemudikan kendaraan bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan

lalu lintas yang mengakibatkan korban meninggal dunia

Pasal 310 ayat (2) Undang-undang No. 22 Tahun 2009

Tafo’Olo Lase als Tafo telah terbukti secara sah dan meyakinkan Tafo’Olo Lase als Tafo dengan penjara selama 6 (enam) bulan 15 (lima belas hari) 2 Sugeng Budi Prakoso

terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana kecelakaan lalu lintas

Pasal 310 ayat (2) Undang-undang No. 22 Tahun 2009

Telah terbukti secara sah dan menyakinkan pidana selama 3 (tiga) bulan penjara

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2.

Referensi

Dokumen terkait

Secara klinis diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan lesi kulit khas pada bayi baru lahir yang mengikuti garis Blaschko dengan gambaran histopatologis

Maka definisi konsepsioanl dari penelitian ini adalah kinerja pegawai SAMSAT dalam pemberian pelayanan publik pada kantor SAMSAT Pembantu Samarinda Seberang dimana

Apakah terdapat hubungan antara indeks massa tubuh pada siswa-siswi overweight dan obesitas dengan kejadian akne vulgaris di SMA kota Padang yang terdaftar sejak

Konsentrasi bahan organik akar, batang dan daun Eceng Gondok ( Eichhornia sp.) yang terkandung dalam tanah pada proses pembusukannya menggambarkan bahwa akar Eceng

komunal terpanggil untuk hubungan yang benar dan penuh kasih dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain dan penciptaan. Dalam prosesnya terdapat tiga pertumbuhan pada naradidik; 1)

[r]

System operasi open source berdeda dengan system operasi close source, system operasi open source hidupnya bergantung pada pengembang karena system operasi ini

Sedangkan dari hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa persepsi atas harga ber- pengaruh nyata negatif terhadap permintaan sayuran segar di Alpha Supermarket Semarang,