BAB II
PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM MENJATUHKAN
PIDANATERHADAP TURUT SERTA MELAKUKAN TINDAK PIDANA
PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH OKNUM POLRI BERDASARKAN PUTUSAN N0. 80/Pid.B/2010/PN-MDN
1. Pertimbangan Hukum Hakim
Pengambilan keputusan sangat diperlukan oleh hakim dalam membuat
keputusan yang akan dijatuhkan kepada terdakwa. Dalam pengambilan keputusan
ini hendaknya hakim dapat melihat dengan cermat kesesuaian fakta-fakta yang
ada dengan bukti-bukti yang dihadirkan dipersidangan sehingga dalam
menjatuhkan suatu keputusan tidak menyimpang dari apa yang seharusnya dan
tidak melanggar hak-hak asasi yang dimiliki oleh terdakwa.
Putusan hakim diajukan setelah dilakukan pembuktian, tuntutan
pidana, pembelaan, replik, dan duplik. Dalam perkara ini, Terdakwa tidak
mengajukan pembelaan secara tertulis, sehingga jawab-menjawab (replik-duplik)
tidak dilakukan. Oleh karena itu, Majelis Hakim melakukan penjatuhan putusan
yang merupakan tujuan akhir dari suatu pemeriksaan perkara agar mengetahui
bersalah atau tidaknya terdakwa. Putusan yang dijatuhkan Pengadilan, tergantung
dari hasil mufakat musyawarah Hakim berdasar penilaian yang mereka peroleh
dari surat dakwaan yang dihubungkan dengan segala sesuatu yang terbukti dalam
pemeriksaan di sidang Pengadilan.41
Adapun yang menjadi isi dari putusan yang dijatuhkan oleh Majelis
Hakim adalah sebagai berikut :
1. Menyatakan Terdakwa FERDIAN PURWO SETIO tersebut diatas telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana “Turut serta melakukan Pemerasan“.
2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana
penjara selama 3 (tiga) bulan.
3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani Terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.
4. Memerintahkan Terdakwa tetap dalam tahanan.
Adapun pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan yang
memeriksa dan mengadili perkara dengan Nomor 80/Pid.B/2010/PN,Mdn dalam
menjatuhkan putusan pada dasarnya berdasarkan pada fakta-fakta yang terungkap
di muka persidangan berupa :
a. Keterangan saksi-saksi yaitu : 1. Saksi Arga Paramanto Siagian
- Pada hari Kamis tanggal 29 Oktober 2009 sekitar pukul 22.30
Wib di Jalan Gaharu Gg. Langgar No.15 Medan Timur tempat
kos saksi, tiba-tiba dating terdakwa bersama dengan
teman-temannya untuk menangkap saksi karena dikira menggunakan
- Pada awalnya saksi diajak Taufik dan Erik untuk patungan
membeli sabu-sabu tetapi saksi tidak mau;
- Karena saksi tidak mau, lalu saksi keluar dari kos;
- Sekitar pukul 22.00 Wib saksi kembali ke kos, kemudian
melihat Taufik dan Erik sedang menggunakan sabu-sabu di
dalam kamar kos nya;
- Saksi berusaha mengusir Taufik dan Erik dari kosnya;
- Pada saat itulah bersamaan datang Abdul Tamba dengan
teman-temannya termasuk terdakwa;
- Pada saat itulah polisi Abdul Tamba dan teman-temannya
menuduh saksi menggunakan sabu-sabu sedangkan Taufik
dan Erik yang menggunakan sabu-sabu pergi begitu saja;
- Saksi disuruh mengakui menggunakan sabu-sabu oleh Abdul
Tamba dan disuruh memegang plastik kecil berisi serbuk
putih lalu di foto;
- Abdul Tamba menyuruh saksi menghubungi orangtua saksi
melalui handphone dan setelah itu meminta uang Rp 200 Juta
kepada orang tua saksi agar tidak diserahkan ke kantor polisi;
- Selanjutnya terjadi negosiasi dan sepakat antar orang tua saksi
dengan Abdul Tamba sebesar Rp 50 Juta;
- Pada hari Jumat tanggal 30 Oktober 2009 saksi dibawa para
oleh Ferdian Purwo Setio kearah Jalan Gatot Subroto dang
orang tua saksi datang dengan membawa uang Rp 50 Juta dan
diserahkan kepada Abdul Tamba laku saksi dilepaska;
- Terdakwa hanya ikut teman-temannya dan paling berperan
adalah Abdul Tamba;
- Sekarang saksi sudah berdamai dan memaafkan perbuatan
Terdakwa sedangkan uang Rp 50 Juta sudah dikembalikan
oleh para pelaku kepada orang tua saksi;
Atas keterangan saksi tersebut Terdakwa membenarkannya.
2. Saksi Antoni Pangaribuan
- Saksi bersama Arga telah ditangkap oleh Abdul Tamba dan
teman-temannya termasuk Terdakwa pada hari Kamis tanggal
29 Oktober 2009 sekitar pukul 19.00 Wib di tempat kos di
Jalan Gaharu Ujung Gg. Langgar No. 15 Medan karena telah
menggunakan sabu-sabu;
- Pada waktu itu yang dibawa polisi Arga dan Rio sedangkan
saksi dilepaskan lalu saksi menghubungi orang tua Arga;
- Setelah orang tua Arga datang, saksi melihat menyerahkan
uang kepada Abdul Tamba di Jalan Gatot Subroto sejumlah
Rp 50 Juta lalu Arga dilepaskan oleh Ferdian Purwo Setio;
3. Saksi Panata Fringady Manurung,ST
- Pada hari Kamis tanggal 29 Oktober 2009 sekitar pukul 16.00
Wib saksi diajak Abdul Tamba untuk datang ke Jalan Gaharu
Medan yang menyatakan ada pekerjaan;
- Sampai di Jalan Gaharu Medan bertemu dengan Abdul Tamba
dan terdakwa bersama dengan Taufik, Erik, Hidayat dan
Sofian;
- Di tempat tersebut Abdul Tamba mengatakan akan
menangkap pengedar dan pengguna sabu-sabu;
- Selanjutnya menuju tempat kos Arga Paramanto Siagian yang
sebelumnya Abdul Tamba telah menyuruh Taufik dan Erik
untuk mengajak Arga menggunakan sabu-sabu;
- Selanjutnya dilakukan penangkapan kepada Arga Paramanto
lalu Abdul Tamba menyuruhnya untuk menghubungi orang
tua Arga untuk meminta uang sebesar Rp 200 Juta agar Arga
dilepaskan;
- Akhirnya orang tua Arga bersepakat dengan Abdul Tamba
untuk menyerahkan uang sebesar Rp 50 Juta, dan kemudian
menyerahkan uang tersebut di Jalan Gatot Subroto;
- Setelah uang tersebut diterima, Abdul Tamba menyuruh
- Antar orang tua Arga dengan Terdakwa telah terjadi
perdamaian dan uang Rp 50 Juta telah dikembalikan kepada
orang tua Arga;
b. Keterangan Terdakwa Ferdian Purwo Setio
- Benar pada tanggal 29 Oktober 2009 sekitar pukul 16.00 Wib
Terdakwa diajak Abdul Tamba ke Jalan Gaharu Medan dan
pada saat itu juga menelepon Panata Fringady Manurung, ST;
- Sekitar pukul 22.00 Wib Abdul Tamba menyuruh Taufik dan
Erik pergi untuk bertemu dengan Arga yang kemudian
mengajak Arga untuk menghisap sabu-sabu;
- Kemudian sekitar pukul 22.00 Wib Terdakwa bersama Abdul
Tamba mendatangi kos Arga dan melakukan penangkapan
terhadap Arga dan Rio yang diborgol oleh Abdul Tamba;
- Kemudian Arga dibawa ke Jalan Krakatau (dekat sungai Deli)
Medan, Abdul Tamba menyuruh Arga untuk menghubungi
orang tuanya dan meminta uang sebesar Rp 200 Juta agar
dilepaskan;
- Kemudian antara Abdul Tamba dengan orang tua Arga
mencapai kesepakatan untuk memberikan uang sebesar Rp 50
Juta, dan penyerahan uang dilakukan di Jalan Gatot Subroto
Medan;
- Saat ini antara orang tua Arga dengan Terdakwa sudah
berdamai dan uang tersebut telah dikembalikan kepada orang
tuan Arga;
c. Petunjuk
Bahwa dari keterangan saksi-saksi dan terdakwa yang bersesuaian
antara satu dengan yang lain, maka diperoleh fakta-fakta sebagai berikut
:
- Bahwa pada hari Kamis tanggal 29 Oktober 2009 sekitar
pukul 22.00 Wib terdakwa bersama dengan Abdul Tamba,
Panata Fringady Manurung, ST, menangkap Arga Paramanto
Siagian di tempat kosnya Jalan Gaharu Ujung Gg. Langgar
No.15 Medan;
- Bahwa setelah Arga Paramanto Siagian ditangkap kemudian
Abdul Tamba meminta tebusan uang kepada orang tua Arga
sebesar Rp 200 Juta dan kemudian disanggupi sebesar Rp 50
Juta;
- Bahwa setelah uang diterima oleh Abdul Tamba kemudian
Arga dilepaskan lalu uangnya dibagi-bagikan dan Terdakwa
menerima bagian sebesar Rp 5.000.000 (lima juta rupiah);
- Saat ini telah terjadi perdamaian dengan orang tua Arga
Paramanto Siagian dan uangnya telah dikembalikan sebesar
d. Barang Bukti
Adapun barang bukti yang diajukan dalam persidangan adalah uang
tunai sebesar Rp 2.000.000 (dua juta rupiah).
Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan yang telah
penulis uraikan di atas dan untuk menanggapi tuntutan yang diajukan oleh Jaksa
Penuntut Umum, Hakim memberikan pertimbangan hukum sebagai berikut :
a. Bahwa berdasarkan surat dakwaan yang disusun secara alternatif
oleh Jaksa Penuntut Umum yakni dalam dakwaan pertama
terdakwa didakwa melakukan perbuatan yang melanggar Pasal 368
ayat (1) KUHP Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, dan pada
dakwaan kedua terdakwa didakwa melakukan perbuatan yang
melanggar Pasal 333 ayat (1) KUHP Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHP;
b. Dari fakta-fakta yang terungkap di persidangan Majelis Hakim
akan mempertimbangkan dakwaan pertama yaitu Pasal 368 ayat
(1) KUHP Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP karena lebih mendekati
dengan unsur-unsur dakwaan pertama yang menurut perumusan
deliknya mengandung unsur-unsur :
1. Barang siapa
2. Unsur secara melawan hukum menguntungkan diri sendiri
atau orang lain, memaksa seseorang dengan kekerasan atau
seluruhnya atau sebahagian adalah kepunyaan orang lain
yang dilakukan secara bersekutu
c. Bahwa dari fakta yang terungkap dipersidangan pada hari Kamis
tanggal 29 Oktober 2009 Terdakwa diajak oleh Abdul Tamba dan
Panata Fringady Manurung, ST ke kos saksi Arga Paramanto
Siagian untukl melakukan penangkapan;
d. Bahwa terhadap saksi Arga dilakukan penangkapan dengan alasan
karena menggunakan sabu-sabu padahal sebenarnya saksi Arga
tidak menggunakan shabu-shabu. Hal tersebut hanya alasan untuk
mendapatkan uang dari orang tua Arga yang bernama Pandapotan
Siagian dengan meminta uang Rp 200 Juta kalau Arga ingin
dilepaskan;
e. Bahwa setelah terjadi negosiasi akhirnya disepakati uang Rp 50
Juta yang akhirnya uang tersebut oleh Pandapotan Siagian
diserahkan kepada Abdul Tamba lalu Arga dilepaskan;
f. Bahwa sebelum dilepaskan Arga dibawa dengan mobil dan
diborgol dan pada waktu Abdul Tamba menerima uang dari
Pandapotan Siagian sementara Terdakwa menjaga Arga di dalam
mobil;
g. Bahwa dari uraian pertimbangan tersebut diatas, seluruh
karena itu dakwaan tesebut telah tebukti secara sah dan
meyakinkan;
h. Bahwa sebelumnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan
terlebih dahulu apakah Terdakwa adalah orang yang mampu
mempertanggung jawabkan perbuatannya di depan hukum;
i. Bahwa menurut pengamat Majelis selama berlangsungnya
persidangan perkara ini, dapat disimpulkan Terdakwa adalah orang
yang mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya di depan
hukum, hal ini terlihat dari tingkah laku, cara bicara, dan bertutut
kata serta penalarannya dalam mengikuti jalannya sidang,
disamping itu tidak ternyata bahwa Terdakwa mempunyai alasan
pemaaf dan atau alasan pembenar yang dapat meniadakan
pertanggungjawaban pidana pada dirinya, oleh karenanya maka
haruslah dijatuhi pidana setimpal dengan kesalahannya;
j. Bahwa sebelumnya perlu dipertimbangkan hal-hal yang dapat
mempengaruhi berat-ringannya pidana tersebut :
Hal-hal yang memberatkan :
- Perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat
- Perbuatan Terdakwa merugikan orang lain
Hal-hal yang meringankan :
- Terdakwa mengakui perbuatannya dan menyesalinya
- Antara Terdakwa dengan pihak Korban telah berdamai
k. Bahwa dengan mengingat tuntutan Penuntut Umum dan akibat
yang ditimbulkan oleh perbuatan Terdakwa serta mengingat pula
hal-hal yang memberatkan dan meringankan tersebut di atas, maka
menurut hemat Majelis, Pidana yang akan dijatuhkan kepada
Terdakwa sebagaimana dicantumkan dalam amar putusan,
dipandang sudah tepat dan telah memenuhi rasa keadilan;
l. Bahwa karena Terdakwa pernah ditahan, maka haruslah ditetapkan
agar masa penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan, dan untuk menjamin
penyelesaian perkara ini dengan baik, kepada Terdakwa haruslah
ditetapkan perintah agar tetap dalam tahanan;
m. Bahwa tentang barang bukti berupa : uang tunai sebesar Rp
2.000.000 (dua juta rupiah);
n. Bahwa karena Terdakwa dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana,
maka kepadanya juga harus dibebani untuk membayar biaya
perkara yang besarnya akan disebutkan dalam amar putusan;
2. Analisis Kasus
Dengan memperhatikan amar putusan Majelis Hakim, terlihat bahwa
hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap terdakwa didasarkan pada fakta-fakta
Penuntut umum, keterangan saksi-saksi dan keterangan terdakwa, barang-barang
bukti, petunjuk, dan unsur-unsur delik yang didakwakan.
Adapun vonis yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim dalam Perkara No.
80/Pid.B/2010/PN.Mdn., adalah vonis bersalah terhadap terdakwa Ferdian Purwo
Setio dengan hukumana pidana penjara tiga (3) bulan karena telah terbukti secara
sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana yaitu turut serta
melakukan tindak pidana pemerasan, dimana terdakwa merupakan seorang
anggota Polri.
Adapun yang menjadi pertimbangan Majelis Hakim dalam
menjatuhkan hukuman terhadap terdakwa berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan yuridis dan sosiologi yaitu diantaranya :
1. Pertimbangan yuridis
Dari fakta yang telah terungkap di persidangan, Majelis Hakim
mempertimbangkan apakah perbuatan yang terdakwa lakukan telah
memenuhi unsur-unsur dari Pasal yang didakwakan Jaksa Penuntut
Umum kepada terdakwa.
Bahwa Majelis Hakim telah mempertimbangkan surat dakwaan
Penuntut Umum, yang dibuat dalam bentuk alternatif. Majelis Hakim
memakai dakwaan yang pertama yaitu Pasal 368 ayat (1) KUHP Jo
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP karena telah memenuhi unsur-unsur
yang terkandung dalam surat dakwaan sehingga tidak perlu
dengan adanya tiga (3) orang saksi yang dihadirkan oleh Jaksa
Penuntut Umum di muka persidangan, dan kesaksian tersebut
dibenarkankan oleh Terdakwa. Selain itu, Majelis Hakim telah
mempertimbangkan keterangan terdakwa dan didukung dengan alat
bukti serta petunjuk yang menunjukkan adanya persesuaian antara
keterangan saksi-saksi dan keterangan terdakwa, serta telah
menimbang bahwa terdakwa dinyatakan telah terbukti bersalah dan
tidak didapati hal-hal yang dijadikan penghapusan pidana, baik alasan
pemaaf maupun alasan pembenar.
Berdasarkan pertimbangan yuridis di atas, penulis setuju dengan
pertimbangan-pertimbangan yang telah dilakukan oleh Majelis Hakim karena
sudah sesuai dengan fakta-fakta yang terungkap di persidangan.
2. Pertimbangan Sosiologis
Adapun pertimbangan sosiologis yang dilakukan oleh Majelis Hakim
terhadap terdakwa yaitu dengan mempertimbangkan hal-hal yang
memberatkan dan meringankan terdakwa.
Namun, pada hal-hal yang memberatkan terdakwa, Majelis Hakim
tidak mempertimbangkan bahwa terdakwa adalah seorang anggota Polri sehingga
terdakwa seharusnya mencerminkan perilaku yang baik.
Dalam menjatuhkan pidana, Majelis Hakim kurang
turt serta.Terdakwa didakwakan sebagai orang yang turut serta melakukan tindak
pidana pemerasan, dimana orang-orang yang turut serta dalam melakukan suatu
tindak pidana, dipidana sebagai petindak atau pelaku.Hal tersebut sudah dimuat
dalam dakwaan Penuntut Umum dengan mendakwakan terdakwa dengan Pasal
368 ayat (1) KUHP Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Dalam hal keturutsertaan (deelneming), terdakwa sebagai orang yang
turut melakukan (medeplegen) sudah dianggap sebagai pelaku (daders) karana
dalam perkara ini, terdakwa sudah memenuhi unsur-unsur delik sebagaimana
telah dimuat dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum. Apabila seorang turut
serta melakukan suatu tindak pidana telah memenuhi semua unsur-unsur delik,
maka dengan sendirinya perbuatan orang yang turut melakukan akan
menghasilkan pelaku tindak pidana (daderschap) sebagaimana dimaksud dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.42
Variasi-variasi turut serta yaitu :43
a. Penyerta yang (turut) melakukan tindak pidana itu, tidak
mengetahui bahwa tindakkanya itu merupakan tindak pidana, atau
ia terpaksa melakukannya, dan sebagainya (manus manistra);
42 P.A.F. Lamintang, Op.Cit., hal 630.
43
b. Penyerta benar-benar sadar dan langsung turut serta melakukan
tindak pidana (medeplegen);
c. Penyerta melakukan tindak pidana karena adanya sesuatu
keuntungan baginya atau ia dipermudah untuk melakukannya ;
d. Penyerta hanya sekedar membantu saja;
e. Ia dipandang sebagi penyerta dalam suatu pelanggaran, karena ia
adalah pengurus dan sebagainya.
Dalam perkara ini terdakwa sebagai penyerta yang benar-benar sadar
melakukan tindak pidana (unsur-unsur delik terpenuhi) hal ini dibuktikan dalam
keterangan saksi-saksi dan keterangan terdakwa yaitu :
“Bahwa terdakwa Ferdian Purwo Setio ditelepon oleh Abdul Tamba,
dan berjanji bertemu di Jalan Gaharu, setelah samapai terdakwa bertemu dengan
Abdul Tamba dan temannya yang lain yaitu Panata Fringady Manurung, St,
Taufik Prayudan Als Saddam, Erik Strada Als Erik, M. Hidayat Als Uncu, dan
Sopian.Setelah itu Abdul Tamba menyuruh Taufik Prayudan als Saddam dan Erik
Strada Als Erik untuk mendatangi korban yaitu Arga Paramanto Siagian di
kos-kosannya yang terletak di Jalan Gaharu Ujung Gg. Langgar No 15 Medan Timur.
Setelah sampai di kos korban sekitar puku 22.00 Taufik dan Erik tiba di kos
Dari keterangan di atas, bahwa terdakwa secara sadar melakukan
tindak pidana, dimana ia mengetahui maksud dari perbuatan mereka, yaitu
mendengar dan mengetahui bahwa teman-teman Abdul Tamba disuruh untuk
mengajak korban untuk menghisap sabu-sabu, dan kemudia mereka melakukan
penangkapan terhadap korban. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk
menjebakm korban, dan melakukan pemerasan terhadap korban melalui orangtua
korban.Sehingga, dengan sadarnya terdakwa sebagai pelaku turut serta
seharusnya terdakwa sudah dianggap sebagai pelaku tindak pidana.maka, sesuai
dengan Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP terdakwa dihukum sebagai orang yang
melakukan peristiwa pidana, dan patut dihukum sesuai tindak pidana yang di
dakwakan.
Sehingga penulis tidak sependapat atau tidak setuju dengan putusan
hakim yang menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Ferdian Purwo Setio dengan
pidana penjara selama 3 (tiga) bulan penjara, yang seharusnya ancaman pidana
sesuai Pasal 368 ayat (1) KUHP adalah 9 tahun penjara.
Selain itu, mengingat perbuatanTerdakwa Ferdian Purwo Setio telah
menimbulkan kerugian yang cukup besar terhadap korban yaitu Arga Paramanto
Siagian beserta dengan orang tuanya, selain itu perbuatan Terdakwa juga telah
mencemarkan nama baik korban dan orang tua korban karena menuduh korban
telah menggunakan sabu-sabu. Selain itu, putusan Majelis Hakim juga tidak
putusan Hakim telah mengatakan bahwa Terdakwa telah terbukti dalam turut
serta melakukan tindak pidana pemerasan. Sebagaimana tercantum dalam Pasal
368 ayat (1) KUHP ancaman pidana penjara adalah 9 (Sembilan) tahun, namun
putusan pengadilan sangatlah tidak sesuai yang menjatuhkan putusan pidana
penjara selama 3 (tiga) bulan terhadap Terdakwa. Sehingga menurut penulis,
putusan Majelis Hakim kurang mencerminkan rasa keadilan.
Kemudian, Majelis Hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap
Terdakwa tidak mengingat bahwa Terdakwa adalah seorang anggota Polri,
sehingga perlu adalah pertimbangan Hakim dalam penjatuhan hukuman dengan
mengacu pada Pasal 52 KUHP yang bunyinya sebagai berikut : “ Jikalau seorang
pegawai negeri melanggar kewajibannya yang istimewa dalam jabatannya karena
melakukan perbuatan boleh dihukum, atau pada waktu melakukan perbuatan yang
boleh dihukum memakai kekuasaan, kesempatan atau daya upaya yang diperoleh
dari jabatannya, maka hukumannya ditambah dengan sepertigannya”.
Selain itu, Majelis Hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap
terdakwa kurang memperhatikan latar belakang tindak pidana yang dilakukan,
dimana terdakwa melakukan turut serta melakukan tindak pidana pemerasan
kepada korban karena memaksa korba untuk mengakui bahwa korban adalah
pengguna sabu. Terdakwa bersama dengan teman-temannya memakai
kasus narkotika di masyarakat mendapat perhatian khusus karena sebagai salah
satu kejahatan yang berbahaya.
Dengan demikian hukuman terhadap Terdakwa seharusnya ditambah
sepertiga dari ancaman hukuman dari pasal yang didakwakan terhadap terdakwa,
yakni Pasal 368 ayat (1) KUHP dengan ancaman pidana 9 (Sembilan) tahun
penjara. Sehingga menurut hemat penulis, penjatuhan hukuman penjara 3 (tiga)
bulan tersebut sangatlah tidak mencerminkan rasa keadilan dengan mengingat