• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Trainer Kendali Kecepatan Motor DC Menggunakan Kendali PID dan GUI Matlab T1 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Trainer Kendali Kecepatan Motor DC Menggunakan Kendali PID dan GUI Matlab T1 BAB IV"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

22

BAB IV

PENGUJIAN DAN ANALISIS

Pada bab IV ini akan dijelaskan mengenai pengujian alat serta hasil dari pengujian. Pengujian dilakukan untuk mengetahui keberhasilan alat memenuhi setiap spesifikasi yang telah diajukan. Pengujian meliputi dari perbagian maupun pada keseluruhan sistem.

4.1. Pengujian Sensor Rotary Encoder

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan pembacaan sensor rotary encoder dengan alat ukur tachometer digital Lutron DT-1236L. Hasilnya ditunjukkan oleh tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Pengujian sensor rotary encoder No. Pembacaan

4.2. Pengujian PWM terhadap RPM

Pengujian dilakukan dengan membaca sensor encoder yang terdapat pada Motor DC. Kemudian data yang didapat dari sensor encoder tersebut diolah dan dikirim ke user interface untuk diplotkan melalui komunikasi serial setiap 350ms.

(2)

23

Gambar 4.1 Grafik pwm terhadap rpm

4.4. Pengujian Tanpa Gangguan

Pada sub bab ini dilakukan pengujian terhadap sistem open-loop maupun closed-loop tanpa adanya gangguan.

4.4.1. Pengujian Pada Sistem Open-loop

Pengujian dilakukan pada sistem open-loop sebagai berikut. Dengan nilai setpoint kelipatan 50 dimulai dari 0 hingga 500 rpm. Berikut merupakan hasil pengujiannya:

(3)

24

Dari Tabel 4.2 kita dapat melihat nilai error sangatlah besar ketika setpoint lebih kecil dari 200. Hal tersebut diakibatkan dari nilai pwm yang belum cukup untuk menggerakan motor tersebut. Dan untuk pengujian setpoint di atas 200 dapat dilihat nilai error semakin kecil.

4.4.2. Pengujian pada Sistem Closed-loop

Pengujian sistem closed-loop memvariasikan nilai dari Kp, Ki, dan Kd. Ketiganya dapat

dipakai bersamaan maupun sendiri-sendiri tergantung dari respon yang kita inginkan terhadap suatu plant.

4.4.2.1. Pengujian dengan Nilai Kp

Pada pengujian hanya menggunakan nilai Kp saja ditujukan untuk melihat rise time dan

settling time dari sistem. Pengambilan nilai error dan kecepatan aktual ketika sistem sudah dalam

kondisi steady state. Berikut merupakan hasil dari pengujian menggunakan nilai Kp yang di

variasikan:

Tabel 4.3 Pengujian menggunakan variasi nilai Kp

(4)

25

Dari hasil pengujian dapat disimpulkan nilai rise time dan settling time secara keseluruhan akan meningkat lebih cepat ketika nilai Kp juga meningkat menjadi besar namun menyebabkan

osilasi sehingga untuk mencapai kondisi steady state membutuhkan waktu lebih. Hal ini sejalan dengan dasar teori pada Bab II. Berikut merupakan grafik dari hasil pengujian menggunakan nilai Kpyang bervariasi:

(5)

26

Gambar 4.3 Setpoint 300 dan Kp = 2

(6)

27

Gambar 4.5 Setpoint 300 dan Kp = 4

(7)

28 4.4.2.2. Pengujian dengan Nilai Kp dan Ki

Tugas dari Kp adalah meningkatkan rise time. Sedangkan untuk nilai Kiselain membantu

rise time lebih cepat akan mengakibatkan osilasi yang lebih besar. Berikut merupakan hasil

pengujian dengan nilai Kp dan Ki.

Tabel 4.4 Pengujian menggunakan nilai Kp konstan dan nilai Kibervariasi

Kp Ki Set point

Dengan adanya nilai Ki yang semakin besar maka akan menyebabkan rise time meningkat

dan maksimal OS bertambah besar. Kontrol Ki dapat memperbaiki sekaligus menghilangkan

(8)

29

sistem. Sehingga menyebabkan kondisi untuk mencapai kondisi steady state dibutuhkan waktu yang lebih lama. Berikut merupakan grafik dari nilai Kp konstan dan nilai Ki yang bervariasi:

Gambar 4.7 Setpoint 300, Kp =2 dan Ki = 1

(9)

30

Gambar 4.9 Setpoint 300, Kp =2 dan Ki= 3

(10)

31

Gambar 4.11 Setpoint 300, Kp =2 dan Ki = 5

Gambar 4.12 Setpoint 300, Kp =2 dan Ki = 5 setelah 50 detik

Pada saat nilai Ki semakin besar maka osilasi bertambah besar dan membuat mencapai

(11)

32 4.4.2.3. Pengujian dengan Nilai Kp dan Kd

Untuk nilai Kd merupakan nilai yang akan bertanggung jawab untuk kemungkinan nilai

kesalahan mendatang, berdasarkan perubahan tiap waktu. Berikut merupakan pengujian alat dengan nilai setpoint konstan 300, Kp konstan bernilai 2 dan variasi nilai Ki.

Tabel 4.5 Pengujian menggunakan nilai Kp konstan dan nilai Kd bervariasi

Kp Kd

Dari Tabel 4.5 maka kita dapat melihat hasil perubahan dari nilai Kd dari kecil hingga besar.

Sesuai dengan teori bahwa nilai Kd dapat menurunkan nilai maksimal OS. Ketika hanya

menggunakan Kp bernilai 2, kita mendapatkan maksimal OS sebesar 337. Dan saat diberi nilai Kd

sebesar 1 maka nilai maksimal OS menurun menjadi 326. Akan tetapi ketika nilai Kd besar akan

menjadi masalah. Karena terlalu responsif terhadap perubahaan error(

(12)

33

Gambar 4.13 Setpoint 300, Kp = 2 dan Kd= 1

(13)

34

Gambar 4.15 Setpoint 300, Kp = 2 dan Kd = 3

Gambar 4.16 Setpoint 300, Kp = 2 dan Kd = 3 setelah 50 detik

Pengujian nilai Kd hanya dilakukan sampai 3 dikarenakan pada pengujian telah

(14)

35

Kd bermanfaat untuk mengurangi osilasi secara umum, akan tetapi bukan berarti menaikkan Kd

akan membuat redaman semakin besar. Jika Kd terlalu tinggi mengakibatkan tanggapan mulai

berosilasi dengan cepat atau disebut dengan chatter.

4.4.2.4. Pengujian dengan Nilai Kp, Ki dan Kd Tanpa Gangguan

Pada pengujian rpm closed-loop tanpa adanya gangguan dengan nilai Set point 200 dan 500 rpm dengan nilai Kp, Ki, Kd yang berbeda setiap data. Maka didapatkan hasil sebagai

berikut:

(15)

36

Gambar 4.18 Setpoint 300, Kp = 1, Ki = 1.5, Kd = 0.8

(16)

37

Gambar 4.20 Setpoint 500, Kp = 1, Ki= 1.5, Kd = 0.8

(17)

38

Gambar 4.22 Setpoint 300, Kp = 2, Ki = 0.8, Kd = 0.8

(18)

39

Gambar 4.24 Setpoint 500, Kp = 2, Ki = 0.8, Kd = 0.8

(19)

40

Gambar 4.26 Setpoint 300, Kp = 2.5, Ki = 1.5, Kd = 0.5

(20)

41

Gambar 4.28 Setpoint 500, Kp = 2.5, Ki = 1.5, Kd = 0.5

4.5. Pengujian dengan Gangguan

Pada sub bab ini dilakukan pengujian terhadap sistem open-loop maupun closed-loop yang diberi gangguan menggunakan magnetic brake dengan level 10.

4.5.1. Pengujian pada Sistem Open-loop dengan Gangguan

(21)

42

Gambar 4.29 Open-loop dengan gangguan saat Setpoint 200

Gambar 4.30 Open-loop dengan gangguan saat Setpoint 300 Saat diberi gangguan

Saat gangguan dilepas

Saat diberi gangguan

(22)

43

Gambar 4.31 Open-loop dengan gangguan saat Setpoint 400

Gambar 4.32 Open-loop dengan gangguan saat Setpoint 500

Pada saat sistem open-loop motor DC tidak mampu mengejar nilai setpoint ketika diberi gangguan. Dan ketika dilepaskan gangguannya nilai rpm hanya berkisar antara setpoint.

Saat gangguan dilepas Saat diberi gangguan

Saat diberi gangguan

(23)

44

4.5.2. Pengujian pada Sistem Closed-loop dengan Gangguan

Pengujian pada sistem closed-loop dilakukan ketika sudah mencapai kondisi steady state. Sehingga akan terlihat perubahan kecepatan rpm ketika diberi gangguan dan akan berusaha mengejar nilai setpoint kembali. Saat gangguan yang berupa gangguan magnetic brake dihilangkan maka akan terlihat rpm naik melebihi setpoint akan tetapi akan kembali stabil mengikuti nilai setpoint. Berikut merupakan hasil pengujian yang telah dilakukan:

Gambar 4.33 Closed-loop dengan gangguan Setpoint 200, Kp = 1, Ki = 1.5, Kd = 0.8

Saat diberi gangguan

Saat gangguan dilepas

(24)

45

Gambar 4.34 Closed-loop dengan gangguan Setpoint 300, Kp = 1, Ki = 1.5, Kd = 0.8

Gambar 4.35 Closed-loop dengan gangguan Setpoint 400, Kp = 1, Ki = 1.5, Kd = 0.8

Saat diberi gangguan

Mulai steady state Saat gangguan dilepas

Saat diberi gangguan

Mulai steady state

(25)

46

Gambar 4.36 Closed-loop dengan gangguan Setpoint 400, Kp = 1, Ki = 1.5, Kd = 0.8

(26)

47

Gambar 4.38 Closed-loop dengan gangguan Setpoint 300, Kp = 2, Ki = 0.8, Kd= 0.8

Gambar 4.39 Closed-loop dengan gangguan Setpoint 400, Kp = 2, Ki= 0.8, Kd = 0.8

Saat diberi gangguan

Mulai steady state Saat gangguan dilepas

Saat gangguan dilepas Mulai steady state

(27)

48

Gambar 4.40 Closed-loop dengan gangguan Setpoint 500, Kp = 2, Ki = 0.8, Kd = 0.8

Gambar 4.41 Closed-loop dengan gangguan Setpoint 200, Kp = 2.5, Ki= 1.5, Kd = 0.5

Saat diberi gangguan Mulai steady state Saat gangguan dilepas

Saat diberi gangguan

Mulai steady state

(28)

49

Gambar 4.42 Closed-loop dengan gangguan Setpoint 300, Kp = 2.5, Ki = 1.5, Kd = 0.5

(29)

50

Gambar 4.44 Closed-loop dengan gangguan Setpoint 500, Kp = 2.5, Ki= 1.5, Kd= 0.5

Diatas merupakan hasil pengujian yang telah dilakukan dengan memberi gangguan berupa

magnetic brake. Terdapat keterang pada grafik kapan diberi gangguan, saat kondisi mulai steady

state, dan saat gangguan dihilangkan.

4.6. Analisis Hasil Pengujian

Sistem telah berhasil bekerja dengan baik sesuai spesifikasi yang telah ditentukan. Respon sistem setiap percobaan berbeda sehingga mengakibatkan nilai rise time yang berbeda ketika diuji kembali dengan nilai yang sama. Respon motor untuk mencapai setpoint sangatlah cepat, sehingga menyebabkan grafik yang tertampil tidak semuanya mulai dari 0. Hal itu disebabkan adanya delay pada pembacaan data untuk ditampilkan.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dengan metode open-loop dan closed-loop maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada metode open-loop terlihat bahwa nilai dari motor dapat mengikuti setpoint ketika di atas 200. Akan tetapi ketika nilai set point dibawah 200 maka motor memiliki error yang jauh. Hal tersebut dikarenakan motor belum memiliki nilai pwm yang cukup untuk bergerak mengikuti setpoint.

Saat gangguan dilepas Mulai steady state

(30)

51

2. Pada metode closed-loop terlihat bahwa metode ini mampu mengontrol kecepatan dengan baik. Terlihat pada grafik kecepatan aktual dapat mengejar nilai setpoint walaupun di bawah 200 sekalipun dan mampu menjaga kecepatannya disekitar setpoint. Saat merubah nilai setpoint maka nilai Kp, Ki, dan Kd harus diganti untuk mendapatkan nilai yang baik.

Karena setiap adanya perubahan setpoint, maka nilai integral error bertambah terus dan mengakibatkan overshoot yang sangat besar. Kita dapat mengatasinya dengan merubah nilai Ki maka overshoot dapat dikurangi.

3. Pada trainer ini digunakan potensiometer tidak linear untuk mengatur nilai pada setpoint, Kp, Ki, dan Kd. Sehingga memiliki nilai berbeda ketika mecapai putaran tertentu dari

Gambar

Tabel 4.1 Pengujian sensor rotary encoder
Gambar 4.1 Grafik pwm terhadap rpm
Tabel 4.3 Pengujian menggunakan variasi nilai Kp
Gambar 4.2 Setpoint 300 dan Kp = 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

kasus matriks dengan operasi baris elementer dikerjakan dengan benar • UTS • rubrik • point keaktifak. untuk yang menjawab dengan benar 6 Mahasiswa diaharapkan dapat

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Humaniora (M.Hum.) pada Program Studi Linguistik.. © Lia Meirina Widianti 2016

truthful communication because the central bank is publishing its actual estimation of the implicit target for the next period, it is not equivalent to full transparency because

Mikroba utama yang terdapat dalam tembolok, usus halus dan sekum adalah golongan bakteri Lactobacilli, sehingga pH dalam usus halus dan sekum harus baik karena

Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali,

clustering PFCM dengan inisialisasi pusat cluster menggunakan ABC untuk kasus segmentasi citra.Metode segmentasi citra yang diusulkan tersebut telah dievaluasi

[r]

Hal tersebut tercermin dalam penjelasan UUD 1945 Bab VIII pasal 23 Hal Keuangan yang menyatakan cita-cita membentuk bank sentral dengan nama Bank Indonesia untuk memperkuat