• Tidak ada hasil yang ditemukan

PTK Kelas 5 IPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PTK Kelas 5 IPA"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

IPA KELAS V SD NEGERI 2

GUDANGHARJO TENTANG CAHAYA DAN SIFATNYA DENGAN

METODE BELAJAR KELOMPOK DAN DEMONSTRASI SEMESTER 2

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Danang Adhi Setyawan[1][1]

ABSTRAK

DANANG ADHI S.2014, “Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas V SD Negeri 2

Gudangharjo Tentang Cahaya dan Sifatnya Dengan Metode Belajar Kelompok dan Demonstrasi Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur serta melakukan perbaikan belajar siswa pada materi pokok Cahaya dan Sifat-sifatnya mata pelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Gudangharjo, Kecamatan paranggupito, Kabupaten Wonogiri. Dari penelitian yang telah dilakukan yaitu dengan menggunaan metode belajar kelompok dan demonstrasi. Dengan menggunakan metode tersebut pembelajaran dapat berjalan secara aktif, kreatif serta menyenangkan sesuai dengan prinsip pembelajaran (PAKEM), minat serta keaktifan siswa mengikuti pembelajaran dapat meningkat dan sangat memuaskan sesuai dengan tujuan kompetensi yang diharapkan. Dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa meningkat setelah melalui beberapa proses perbaikan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran mulai dari kegiatan Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2. Dari pengumpulan data yang diperoleh dalam pembelajaran prasiklus hanya 42,85% siswa yang tuntas belajar, siklus 1 meningkat menjadi 71,43% siswa yang mampu tuntas belajar, sedangkan pada hasil pengumpulan data siklus 2 diketahui bahwa 100% siswa tuntas belajar. Dengan data-data tersebut maka peneliti merasa bahwa penelitian yang dilaksanakan ini berhasil dan sesuai dengan harapan.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Cahaya dan sifatnya, Kelompok dan Demonstrasi

Pendahuluan

Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah

(2)

(SDM). Untuk dapat menjadi Negara yang maju dan mampu bersaing Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi hal yang paling diperhatikan. Supaya menjadi SDM yang berkualitas, pendidikan adalah hal yang diutamakan. Demikian halnya Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidik dalam perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk. Meski diakui bahwa pendidikan adalah investasi besar jangka panjang yang harus ditata, disiapkan dan diberikan sarana maupun prasarananya dalam arti modal material yang cukup besar, tetapi sampai saat ini Indonesia masih berkutat pada problemmatika ( permasalahan ) klasik dalam hal ini yaitu kualitas pendidikan. Problematika ini setelah dicoba untuk dicari akar permasalahannya adalah bagaikan sebuah mata rantai yang melingkar dan tidak tahu darimana mesti harus diawali. Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar ( SD ) dan Madrasah Ibtidaiyah ( MI ) sampai saat ini masih jauh dan apa yang kita harapkan. Betapa kita masih ingat dengan hangat akan standarisasi Ujian Akhir Sekolah ( UAS ) dengan nilai masing – masing mata pelajaran 4,50 dikeluhkan oleh semua para pendidik bahkan oleh orang – orang tua siswa sendiri, karena anak atau siswanya tidak dapat lulus. Hal lucu yang sebenarnya tidak perlu terjadi.

Keberagaman jenis kepribadian, sifat, bahkan kondisi sosial ekonomi pada siswa atau lingkungan keluarga seharusnya tidak menjadi penyebab terjadinya masalah dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Seorang guru harus mampu menguasai materi pembelajaran sekaligus mampu memadukannya dengan cara-cara mengajar yaitu dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran. Oleh sebab itu sebagai pengajar atau Guru dituntut untuk memiliki kreatifitas dan inovasi dalam melakukan sebuah pembelajaran supaya pelaksanaan pembelajaran yang Produktif, Aktif, kreatif, dan menyenangkan dapat tercapai.

Analisis Masalah

Dari berbagai masalah atau kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran khususnya pada siswa didik kami kelas V SDN II Gudangharjo, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri. Dalam penyampaian pembelajaran seringkali Guru menghadapi masalah dalam penyampaian pelajaran. Dalam pembelajaran IPA yang kami laksanakan pada kelas V SDN II Gudangharjo, siswa terlihat kurang bersemangat dan pasif dalam menanggapi materi yang kami sampaikan. Dari 14 siswa kelas 5 yang menjadi penelitian kami, hanya 6 siswa yang dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hanya 42,85% siswa yang mampu memahami atau yang tuntas belajar dalam materi “Cahaya dan sifat-sifatnya” yang kami sampaikan.

(3)

Dengan hal tersebut maka perbaikan dalam pembelajaran harus kami lakukan pada siswa kami kelas V SDN II Gudangharjo, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri. kami menyadari bahwa Guru diharuskan benar-benar kretif dalam menyampaikan pembelajaran serta mencari metode penyampaian materi yang lebih bervariasi.. Maka dari itu kami sebagai Guru terus berupaya untuk menciptakan kondisi yang menyenangkan bagi siswa, serta melakukan metode-metode yang beraneka ragam untuk terus membangkitkan motivasi siswa. Salah satunya yaitu dengan penggunaan alat bantu yang bertujuan untuk membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. Dengan harapan agar siswa dapat lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran sehingga dapat berprestasi dan hasil belajar siswa dapat terus meningkat. Melihat kondisi rendahnya prestasi atau hasil belajar siswa tersebut beberapa upaya dilakukan salah satunya adalah pemberian tugas kepada siswa selain itu dengan pembelajaran secara kelompok serta penggunaan Alat peraga diharapkan siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya, sehingga terjadi pengulangan dan penguatan terhadap meteri yang diberikan di sekolah dengan harapan siswa mampu meningkatkan hasil belajar dan prestasi siswa.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut didepan, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah :

 Apakah pembelajaran secara kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SDN II

Gudangharjo?

 Bagaimana cara untuk membangkitkan minat siswa dalam mengikuti dan menyimak pembelajaran

yang disampaikan?

Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Berikut adalah tujuan penelitian dari rumusan masalah dalam penelitian ini:

1. Untuk memberi dan menumbuhkan motivasi siswa dalam mengikuti dan menyimak pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam yang disampaikan oleh Guru.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode belajar kelompok dan Demonstrasi

menggunakan Alat peraga dalam pembelajaran khususnya untuk siswa kelas V SDN II Gudangharjo, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri.

Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Dari Penelitian yang kami tulis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

a. SDN II Gudangharjo

(4)

b. Guru

Sebagai bahan masukan guru tentang alternatif pembelajaran yang bisa digunakan dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya.

c. Siswa

siswa lebih aktif, kreatif untuk meningkatkan hasil belajarnya dengan cara membangun pikirannya sendiri dalam rangka meningkatkan prestasi belajarnya.

Kajian Pustaka Kajian Teori Motivsi Belajar

Telah banyak penelitian yang berkaitan dengan karakteristik kepribadian dan performasi calon guru dilakukan. Namun bukti yang berkaitan dengan sifat hubungan ini masih belum jelas. Para ahli psikologi yang tertarik dengan penelitian karakteristik kepribadian, motivasi, dan prilaku manusia, percaya bahwa motivasi memberikan ragam dalam intensitas prilaku manusia, serta arah terhadap prilaku tersebut.

Kebutuhan penelitian yang berhubungan dengan motivasi dalam dunia pendidikan guru telah diidentifikasi oleh Turner sejak tahun 1975 yang menyatakan bahwa:

Studies ... probe more deeply into the motivational basis ... [of student teachers] are needed. An efficient professional training system is one which invest substantial fund in the training ... [of] ... the least ... motivated candidates. A more efficient system would devote more intense and systematic training of the most talented and well motivated aspirants (hal.108-109).

Pentingnya kebutuhan tersebut juga telah dibahas oleh Howson (1976) dalam laporan The Bicentennial Commission on Education for the Profession of Teaching, yang menyatakan bahwa "society now demandsanewbreedofteachers–a wellprepared,highmotivatedprofessional".

Teori motivasi Maslow (1954) menyatakan bahwa:

An attempt to formulate a positive theory of motivation which will satisfy theoretical demands [while] confirming to known facts (about human behavior), clinical and observational, as well as experimental .

(5)

kebutuhan dasar (fisiologis), rasa aman (emosional), rasa memiliki (sosial), status-ego (personal), dan aktualisasi diri (personality). Menurut Maslow, suatu kebutuhan hanya dapat dipuaskan bila kebutuhan yang pada tingkatan yang lebih rendah telah terpenuhi, yang diatur dalam suatu hirarki yang disebut prepotensi. Misalnya, seseorang tak akan berhasil memenuhi kebutuhan aktualisasi diri (pengembangan diri) bila taraf pertama yang paling fundamental, yakni kebutuhan fisiologis (seperti makanan, minuman, dan sandang) tidak terpenuhi. Kebutuhan tersebut harus dapat dicapai agar kebutuhan-kebutuhan individu lainnya dapat dipuaskan, dan dimulai dari kebutuhan dasar (fisiologis).

Teori Maslow telah banyak digunakan secara luas dalam dunia industri untuk menunjukkan adanya hubungan antara pekerja dengan performansi kerja (Robert, 1972). Wamer (1978) juga telah melakukan penelitian tentang hubungan antara mahasiswa calon guru dalam hubungannya dengan praktek mengajar. Hasil penelitian Wamer menunjukkan bahwa ada hubungan yang logis antara hirarki kebutuhan Maslow, sikap kependidikan, dan konsep diri mahasiswa.

Para ahli psikologi menyatakan tentang adanya dua variabel sikap, yaitu: (a) sikap terhadap mengajar (Young, 1973), dan (b) konsep diri (Le Benne dan Gresene, 1965) yang secara erat dapat disatukan dengan motivasi; dengan asumsi bahwa variabel sikap bukan hanya memiliki kualitas motivasi yang dapat tumbuh dan mengatur prilaku, tetapi juga memberikan arah terhadap prilaku individu.

Aspek motivasi dari sikap dinyatakan oleh Young (1973):

As primarymotives(attitudes) arouse behavior; theysustain or terminatean activity and progress, theyregulateandorganizebehavior... andtheyleadtotheacquisitionofmotives,stable dispositions toact.

Pernyataan tersebut menggambarkan bagaimana sikap dapat membangkitkan, mengatur dan mengorganisasikan prilaku individu terhadap sekumpulan objek. Walau pun hubungan antara sikap dan prilaku tidak secara mudah dapat diidentifikasi, namun fungsi sikap dapat masuk dan menentukan prilaku manusia. Menurut Peak (1955), sikap memiliki "the effect emphasizing objects ... with the result that their probability of activation and of choice and selection is increased".

(6)

Karakteristik IPA di SD

Dalam perkembangannya usia anak sangat menentukan dalam mental dan proses berpikir anak untuk memahami serta melakukan tindakan dengan apa yang telah dipelajarinya. Dalam teorinya Jean Piaget menyebutkan kurang lebih ada empat tahapan dalam perkembangan anak. Diantaranya tahap Sensori motor, Pre-operasional, Konkret Operasional, serta Formal Operasional. Pada tahap Konkret Operasional berawal pada anak usia 7 tahun dan berakhir pada usia 11 tahun. Anak kelas 5 SD bisa dogolongkan kedalam tahap Konkret Operasional. Pada tahap ini ciri pola berfikir anak adalah dapat melakukan konservasi logika tentang kelas dan hubungan pengetahuan tentang angka berpikir terkait dengan yang nyata.

Dari pendapat tersebut bisa dikatakan bahwa tahap berpikir anak kelas 5 SD yang rata-rata masih berusia antara 10-11 tahun dalam proses berpikirnya masih terbatas dengan hal apa yang dilihatnya. Dalam usia dalam tahapan tersebut anak belum dapat melakukan pemikiran yang bersifat proporsional untuk melakukan hipotesis. Dari beberapa hal dasar tersebut maka penelitian tentang pembelajaran IPA di SD Negeri 2 Gudangharjo Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri kami lakukan.

Kajian tentang Alat Peraga 1. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam proses belajar mengajar. Penggunaannya sangat dianjurkan agar proses belajar mengajar antara guru dan murid tidak membosankan, serta dapat merangsang keaktifan, minat dan kreativitas siswa. Dengan demikian, kreatifitas guru dalam memanfaatkan media pembelajaran akan sangat dominan pengaruhnya untuk mewujudkan keaktifan, minat, dan kreativitas siswa tersebut.

Menurut Heinich (dalam Winataputra, 1997), media berasal dari bahasa latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti perantara (between) yaitu perantara sumber pesan (source) dengan penerima pesan (receiver). Sebagai perantara media pengajaran mencakup dua unsur, yaitu unsur perangkat keras atau peralatan (hard ware) dan unsur pesan (message) atau perangkat lunak (soft ware).

(7)

informasinya adalah siswa. Pesan atau informasi yang dikomunikasikan tersebut berupa sejumlah kemampuan yang perlu dikuasai oleh para siswa.

Masih banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Commonication Technology/AECT) di Amerika misalnya, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Gagne (1970 dalam Sadiman, 1986) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (1970 dalam Sadiman, 1986) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh-contohnya.

Agak berbeda dengan itu semua adalah batasan yang diberikan oleh Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA). Dikatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca (Sadiman, 1986). Informasi atau bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa menggunakan sarana atau peralatan yang digunakan untuk menyajikan pesan/bahan ajar tersebut kepada siswa. Jadi media pengajaran adalah sarana atau alat bantu perantara yang digunakan guru atau siswa dalam proses belajar mengajar untuk menyalurkan pesan/informasi pembelajaran dari sumber pesan ke penerima pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa serta mencegah vebalisme sehingga mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan.

Dari beberapa definisi media pengajaran di atas, maka dapat ditegaskan pula bahwa media pengajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message) atau informasi dari suatu sumber (resource) atau pengirim kepada penerimanya (receiver) sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar yang efektif terjadi.

2. Manfaat Media Pembelajaran

Secara umum media pembelajaran mempunyai manfaat atau kegunaan-kegunaan sebagai berikut ini. (1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). (2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya:

a) objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film atau model;

(8)

c) gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse atau high-sped photo-graphy;

d) kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video,

film bingkai, foto maupun secara verbal;

e) objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan

lain-lain; dan

f) konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualkan dalam

bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.

(3) Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran bermanfaat untuk:

a) menimbulkan kegairahan belajar;

b) memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan;

c) memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

(4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pembelajaran, yaitu dengan kemampuannya dalam:

a) memberikan perangsang yang sama.

b) mempersamakan pengalaman.

c) menimbulkan persepsi yang sama. 3. Media, Alat Pelajaran, dan Alat Peraga

Media pengajaran berbeda dengan alat pelajaran maupun dengan alat peraga. Alat pelajaran adalah alat yang dipakai untuk menunjang berlangsungnya proses belajar mengajar. Jadi, merupakan peralatan yang semata-mata dipandang dari segi hardware-nya saja. Dengan kata lain dapat disebutkan, alat pelajaran adalah hardware (perangkat keras) yang belum diisi program atau memang tidak dapat diisi program. Papan tulis yang masih bersih merupakan alat pelajaran yang belum diisi suatu program, sedangkan kapur tulis dan penghapus papan tulis merupakan alat pelajaran yang memang tidak dapat diisi suatu program. Dengan demikian, papan tulis yang masih bersih, kapur tulis, dan penghapus papan tulis tersebut bukan media pengajaran, melainkan sebagai alat pelajaran saja, sebab alat-alat tersebut tidak dapat diisi program pengajaran.

(9)

juga dengan alat peraga. Alat peraga pada hakikatnya hanya merupakan alat yang berfungsi memvisualkan suatu konsep tertentu saja.

Dilihat dari segi penggunaannya pun alat peraga berbeda pula dengan alat pelajaran maupun media. Penggunaan alat peraga dan alat pelajaran seratus persen di tangan guru. Tanpa guru alat peraga dan alat pelajaran tidak akan ada artinya. Lain halnya dengan media, tanpa kehadiran guru pun tetap dapat berfungsi sebagai pencipta suasana belajar.

Dari beberapa uraian di atas, dapat ditegaskan pula bahwa yang dimaksud dengan alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan guru dalam proses belajar mengajar dan berfungsi untuk menyalurkan pesan (message) atau informasi kepada penerimanya (siswa) sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar yang efektif terjadi

Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian serta Pihak yang Membantu 1. Subjek penelitian

Subyek dalam peniltian ini adalah siswa kelas V SDN 2 Gudangharjo Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri jumlah siswa 14 orang. Pertimbangan penulis mengambil subyek penilitiann tersebut dimana siswa kelas V telah mampu dan memiliki kemandirian dalam mengerjakan tugas seperti PR, karena siswa kelas V telah mampu membaca dan menulis serta berhitung yang cukup, selain itu penulis pengajar di kelas V.

2. Tempat Penelitian

Dalam penilitian ini penulis mengambil lokasi di SDN 2 Gudangharjo Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penlitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis.

3. Waktu Penelitian

Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan menggunakan waktu penelitian selama 2 bulan April s.d Mei. Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester II Tahun pelajaran 2013/2014.

4. Lama Tidakan

Waktu untuk melaksanakan tindakan pada bulan April s.d Mei, mulai dari Pra Siklus, siklus I, Siklus II.

(10)

Pelaksanaan penelitian dilakukankan di kelas V SD Negeri II Gudangharjo, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi pokok Cahaya dan Sifat-sifatnya.

6. Pihak yang Membantu penelitian

Pihak-pihak yang membantu terlaksanakannya penelitian antara lain: 1. Rakimin, S.Pd SD Kepala SD Negeri 2 Gudangharjo.

2. Sukisti, S.Pd sebagai teman sejawat atau supervisor 2.

3. Drs. Sidik Purnomo sebagai supervisor 1.

4. Siswa-siswi SD Negeri 2 Gudangharjo khusunya kelas V sebagai objek yang diteliti. B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Penelitian perbaikan pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Prosedur penelitian yang diterapkan dalam hal ini antara lain :

1. Perencanaan

Meliputi penyampaian materi pelajaran, latian soal, pembahasan latian soal, tugas pekerjaan rumah ( kegiatan penelitian utama ) pembahasan PR, ulangan harian.

2. Tindakan atau pelaksanaan dan pengamatan yang mencakup : a. Pra Siklus

b. Siklus I, meliputi : Pendahuluan, kegiatan pokok dan penutup.

c. Siklus II, meliputi : Pendahuluan, kegiatan pokok dan penutup.

3. Refleksi, dimana perlu adanya pembahasan antara siklus – siklus tersebut untuk dapat menentukan kesimpulan atau hasil dari penelitian.

Dari berbagai kegiatan setiap Siklus tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: Pra Siklus

1. Perencanaan

Dalam taham perencanaan pra siklus penulis tidak terlalu banyak melakukan kegiatan lain. Penulis melakukan kegiatan pembelajaran seperti rutinitas dan prosedur yang ada sesuai RPP pra siklus.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan dalam pra siklus penulis dapat uraikan sebagai berikut: a) Pendahuluan

Apersepsi dan Motivasi :

Memahami peta konsep tentang cahaya b) Kegiatan Inti

1. Eksplorasi

(11)

Siswa dapat Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan

menerapkan sifat-sifat cahaya

Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

2. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

Membuat kaca pembesar dari air

Membuat kaca pembesar dari bohlam

memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan

gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;

memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa

takut

Uji kompetensi

3. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa a) Penutup

Pekerjaan rumah

3. Pengamatan kegiatan

Penulis melakukan Pengamatan hasil kegiatan bersama dengan supervisor 2 sebagai bahan perbaikan utntuk bahan dasar pelaksanaan Siklus 1.

4. Refleksi

Dari hasil pengamatan yang dilaksanakan bersama supervisor 2, hasil pembelajaran pada kegiatan pra siklus tidak mendapatkan hasil yang bagus dan memuaskan. Dimana masih banyak siswa yang tidak mendapatkan nilai diatas KKM, dari hasil pengamatan tersebut maka penulis melakukan rencana perbaikan pembelajaran.

Siklus 1 1. Perencanaan

Setelah mengetahui hasil pengamatan dari kegiatan pembelajaran sebelumnya maka penulis melakukan beberapa hal diantaranya:

1. Membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran,

2. Menyusun tugas dan lembar kerja siswa,

3. Menyiapkan alat peraga.

(12)

a) Pendahuluan

Apersepsi dan Motivasi :

 Membuka pelajaran dengan salam dan berdoa  Mengabsen kehadiran siswa

 Memahami peta konsep tentang cahaya

Guru bertanya kepada siswa “ Anak-anak coba siapa yang tahu benda apa saja yang menggunakan lensa?”.

b) Kegiatan Inti 1. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

Guru menjelaskan tentang Cahaya dan Sifat-sifatnya.

Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang cahaya dan sifat-sifatnya.

Guru menunjukkan benda-benda yang penggunaannya menggunakan prinsip cahaya ( kaca

pembesar, priskop, cakram warna)

Siswa mengamati benda-benda yang ditunjukkan oleh guru.

Guru menjelaskan pengertian dan kegunaan dari masing-masing benda tersebut.

Siswa bertanya tentang hubungan cahaya dengan benda-benda tersebut.

Guru menjelaskan penerapan sifat-sifat cahaya pada benda-benda tersebut.

Guru menunjukkan contoh karya sederhana dari priskop dan kaca pembesar. 2. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

Guru membuat kelompok siswa masing-masing 3-4 orang.

Siswa berkumpul dan membentuk kelompok masing-masing berdasarkan urutan absensi (1,2,3)

(4,5,6) (dan seterusnya)

Guru menyiapkan alat-alat untuk membuat priskop dan kaca pembesar.

Guru menjelaskan dan menunjukkan proses pembuatan priskop dan kaca pembesar.

Siswa memperhatikan penjelasan tentang proses pembuatan priskop dan kaca pembesar.

Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk memilih membuat priskop atau membuat kaca

pembesar.

Kelompok siswa menentukan pilihan untuk membuat priskop atau kaca pembesar.

Guru membagikan peralatan untuk membuat priskop dan kaca pembesar kepada masing-masing

kelompok.

Siswa mulai membuat priskop atau kaca pembesar.

Guru berkeliling mengamati kegiatan masing-masing kelompok.

Guru menanyakan tentang kesulitan yang dialami siswa dalam membuat priskop dan kaca pembesar.

Siswa menanyakan tentang kesulitan yang dialaminya.

Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk mendemonstrasikan dan memberi penjelasan

maupun kesimpulan ke depan kelas.

(13)

Guru membubarkan kelompok dan siswa dikembalikan ke tempat duduk masing-masing

Siswa menanyakan hal-hal yang kurang dipahaminya.

Guru menjelaskan kembali hal yang belum dipahami siswa c) Penutup

 Guru mengadakan evaluasi kepada siswa

Guru menutup pelajaran dengan Doa dan Salam.

3. Pengamatan kegiatan

Penulis melakukan Pengamatan hasil kegiatan bersama dengan supervisor 2 sebagai bahan perbaikan utntuk bahan dasar pelaksanaan Siklus 2.

4. Refleksi

Dari hasil pengamatan yang dilaksanakan bersama supervisor 2, hasil pembelajaran pada kegiatan siklus 1 belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Dimana masih ada beberapa siswa yang belum mendapatkan nilai diatas KKM, dari hasil pengamatan tersebut maka penulis melakukan rencana perbaikan pembelajaran siklus 2.

Siklus 2 1. Perencanaan

Setelah mengetahui hasil pengamatan dari kegiatan pembelajaran pada siklus 1 maka penulis dalam tahap persiapan pada siklus 2 ini melakukan beberapa hal diantaranya:

1. Membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran,

2. Menyusun tugas dan lembar kerja siswa,

3. Menyiapkan alat peraga, dan

4. Menyiapkan lembar evaluasi siswa.

2. Pelaksanaan

 Menyampaikan Indikator Pencapaian Kompetensi dan kompetensi yang diharapkan.

 Guru memberikan motivasi kepada siswa ” anak-anak kalian pasti bisa memahami materi ini asalkan

kalian serius memperhatikan penjelasan dari pak guru”.

(14)

b) Kegiatan Inti 1. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

 Guru menjelaskan tentang Cahaya dan Sifat-sifatnya.

Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang cahaya dan sifat-sifatnya.

 Guru menunjukkan benda-benda yang penggunaannya menggunakan prinsip cahaya ( kaca pembesar, priskop, cakram warna)

Siswa mengamati benda-benda yang ditunjukkan oleh guru.

 Guru menjelaskan pengertian dan kegunaan dari masing-masing benda tersebut.

Siswa bertanya tentang hubungan cahaya dengan benda-benda tersebut.  Guru menjelaskan penerapan sifat-sifat cahaya pada benda-benda tersebut.

 Guru memberi kesempata kepada siswa untuk bertanya tentang hal yang belum dipahami tentang

fungsi dan kegunaan benda-benda tersebut.

 Guru menunjukkan contoh karya sederhana dari priskop dan kaca pembesar. 2. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

 Guru membuat kelompok siswa masing-masing 3-4 orang.

Siswa berkumpul dan membentuk kelompok masing-masing berdasarkan urutan absensi (1,2,3)

(4,5,6) (dan seterusnya)

 Guru menyiapkan alat-alat untuk membuat priskop dan kaca pembesar.

 Guru menjelaskan dan menunjukkan proses pembuatan priskop dan kaca pembesar.

Siswa memperhatikan penjelasan tentang proses pembuatan priskop dan kaca pembesar.

 Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk memilih membuat priskop atau membuat kaca

pembesar.

Kelompok siswa menentukan pilihan untuk membuat priskop atau kaca pembesar.

 Guru membagikan peralatan untuk membuat priskop dan kaca pembesar kepada masing-masing

kelompok.

Siswa mulai membuat priskop atau kaca pembesar.

 Guru berkeliling mengamati kegiatan masing-masing kelompok.

 Guru menanyakan tentang kesulitan yang dialami siswa dalam membuat priskop dan kaca pembesar.

Siswa menanyakan tentang kesulitan yang dialaminya.

 Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk mendemonstrasikan dan memberi penjelasan

maupun kesimpulan ke depan kelas.

Kelompok siswa bergantian mendemonstrasikan dan menjelaskan kegunaan karya yang mereka buat.  Guru membubarkan kelompok dan siswa dikembalikan ke tempat duduk masing-masing

 Guru memberikan soal uji kompetensi.

(15)

 Guru memberikan kepada siswa lain untuk menjawab pertanyaan dari temannya.

Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.

c) Penutup

 Guru memberikan motivasi untuk memodifikasi hasil rancangan sehingga menghasilkan

karya/model yang terbaik.

 Guru memberi motivasi untuk mengulang materi di rumah

3. Pengamatan kegiatan

Supervisor 1 dan supervisor 2 melakukan pengamatan terhadap jalannya pembelajaran.

4. Refleksi

Dari hasil pembelajaran siklus 2 ini peneliti berkonsultasi kepada para supervisor. Dari refleksi dari supervisor pembelajaran dari siklus kedua ini sudah berjalan dengan baik dan tidak perlu dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Pelaksanaan siklus kedua ini dapat disimpulkan tujuan pembelajaran dapat tercapai, dimana para siswa sudah mendapat dilai diatas KKM yang ditentukan.

C. Teknik Analisis Data

Dalam tahap ini untuk proses pengumpulan data penulis analisis secara kuantitatif. Proses analisis data penulis anggap yang paling penting karena data yang akurat dan efektif akan sangat menentukan tindakan pada penelitian yang dilakukan. Teknik observasi selain dari pengamatan hasil kegiatan praktik siswa, juga dengan tes pilihan ganda dan uraian menjadi metode pilihan untuk mengumpulkan data siswa.

Dari hasil observasi yang telah dilakukan, diketahui dalam tahap pra siklus hanya 42,85% siswa yang mampu memahami atau yang tuntas belajar dalam materi “Cahaya dan sifat-sifatnya”. Dengan data tersebut penulis harus melakukan penelitian terhadap metode pembelajaran maupun terhadap suatu objek untuk mencari penyebab rendahnya hasil belajar siswa dan selanjutnya dilakukan perbaikan.

Hasil dan Pembahasan

Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Deskripsi Pra Siklus

(16)

evaluasi hanya 6 siswa yang dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hanya 42,85% siswa yang mampu memahami atau yang tuntas belajar dalam materi “Cahaya dan sifat-sifatnya” yang kami sampaikan.

Dari hasil pembelajaran tersebut, penulis melakukan rencana perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode belajar kelompok dan demonstrasi dalam materi cahaya dan sifat-sifatnya. Dengan metode tersebut diharapkan pembelajaran dapat berjalan lebih baik dan efektif juga siswa lebih bersemangat dan aktif mengikuti pembelajaran.

Berikut adalah data hasil kegiatan pembelajaran pra siklus : Keterangan :

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) : 65

Jumlah siswa tuntas belajar : 6 siswa ( 4 laki-laki, 2 perempuan) Jumlah siswa belum tuntas belajar : 8 siswa ( 6 laki-laki, 2 perempuan ) Prosentase Nilai :

Siswa yang sudah tuntas : = 42,85%

Siswa yang belum tuntas : = 57,14%

Deskripsi Siklus 1

Rencana perbaikan pembelajaran siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 29 April 2014, dilaksanakan satu kali pertemuan 2x35 menit. Berikut tahapan-tahapan pelaksanaanya.

a) Perencanaan

Dari hasil pengamatan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Gudangharjo, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri mengikuti pembelajaran pra siklus. Dapat diketahui hasil belajar siswa masih jauh dari tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dimana hanya 42,85% siswa yang mampu mendapat nilai KKM atu yang tuntas belajar.

Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan pra siklus untuk mencari metode pemecahan masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Gudangharjo.

b) Pelaksanaan

(17)

1. Guru membuka pelajaran dengan berdoa dan memberi salam kemudian mengabsen kehadiran siswa.

2. Untuk memberi apresiasi guru bertanya kepada siswa “ Anak-anak coba siapa yang tahu benda apa

saja yang menggunakan lensa?”.

3. Selanjutnya guru menjelaskan tentang materi cahaya dan sifat-sifatnya, siswa memperhatikan

penjelasan yang disampaikan guru.

4. Guru menunjukkan benda-benda yang cara kerjanya menggunakan prinsip cahaya, siswa mengamati

benda-benda yang ditunjukkan oleh guru.

5. Guru menjelaskan pengertian dan kegunaan dari masing-masing benda tersebut, Siswa bertanya

tentang hubungan cahaya dengan benda-benda tersebut.

6. Guru menjelaskan penerapan sifat-sifat cahaya pada benda-benda tersebut.

7. Guru menunjukkan contoh karya sederhana dari priskop dan kaca pembesar.

8. Selanjutnya Guru membuat kelompok siswa masing-masing 3-4 orang, Siswa berkumpul dan

membentuk kelompok masing-masing berdasarkan urutan absensi (1,2,3) (4,5,6) (dan seterusnya) 9. Guru menyiapkan alat-alat untuk membuat priskop dan kaca pembesar dan Guru menjelaskan dan

menunjukkan proses pembuatannya, Siswa memperhatikan penjelasan tentang proses pembuatan priskop dan kaca pembesar.

10. Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk memilih membuat priskop atau membuat kaca

pembesar dan Kelompok siswa menentukan pilihan untuk membuat priskop atau kaca pembesar. 11. Guru membagikan peralatan untuk membuat priskop dan kaca pembesar kepada masing-masing

kelompok, Siswa mulai membuat priskop atau kaca pembesar.

12. Guru berkeliling mengamati kegiatan masing-masing kelompok, Guru menanyakan tentang

kesulitan yang dialami siswa dalam membuat priskop dan kaca pembesar, Siswa menanyakan tentang kesulitan yang dialaminya.

13. Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk mendemonstrasikan dan memberi penjelasan

maupun kesimpulan ke depan kelas, Kelompok siswa bergantian mendemonstrasikan dan menjelaskan kegunaan karya yang mereka buat.

14. Guru membubarkan kelompok dan siswa dikembalikan ke tempat duduk masing-masing

selanjutnya memberikan soal uji kompetensi dan Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru. 15. Guru kembali melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui atau yang kurang

dipahami siswa dan Siswa menanyakan hal-hal yang kurang dipahaminya selanjutnya Guru menjelaskan kembali hal yang belum dipahami siswa

16. Guru menutup pelajaran dengan Doa dan Salam. c) Observasi

(18)

Keterangan :

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) : 65

Jumlah siswa tuntas belajar : 10 siswa ( 8 laki-laki, 2 perempuan) Jumlah siswa belum tuntas belajar : 4 siswa ( 2 laki-laki, 2 perempuan ) Prosentase Nilai :

Siswa yang sudah tuntas : = 71,43%

Siswa yang belum tuntas : = 28,57%

Deskripsi Siklus 2

Rencana perbaikan pembelajaran siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2014, dilaksanakan satu kali pertemuan 2x35 menit. Berikut tahapan-tahapan pelaksanaanya.

a) Perencanaan

Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan siklus 1 untuk mencari metode pemecahan masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Gudangharjo.

b) Pelaksanaan

Sesuai dengan data yang diperoleh dari data siklus 1, bahwa hasil yang diperoleh dari pembelajaran siswa sudah ada kemajuan tetapi masih ada beberapa hal yang harus dikembangkan agar tujuan kompetensi dapat tercapai. Dari data siklus 1 dapat diketahui bahwa minat siswa dalam mengikuti pelajaran belum maksimal. Dalam siklus 2 ini peneliti diharapkan untuk memberi motivasi lebih untuk meningkatkan minat siswa mengikuti pelajaran, berikut uraian kegiatan siklus 2 :

1. Guru membuka pelajaran dengan berdoa dan memberi salam kemudian mengabsen kehadiran siswa.

2. Guru menyampaikan indikator pencapaian kopetensi yang diharapkan kepada siswa.

3. Guru memberi motivasi kepada siswa ” anak-anak kalian pasti bisa memahami materi ini asalkan

kalian serius memperhatikan penjelasan dari pak guru”.

4. Untuk memberi apresiasi guru bertanya kepada siswa “ Anak-anak coba siapa yang tahu benda apa

saja yang menggunakan lensa?”.

5. Selanjutnya guru menjelaskan tentang materi cahaya dan sifat-sifatnya, siswa memperhatikan

penjelasan yang disampaikan guru.

6. Guru menunjukkan benda-benda yang cara kerjanya menggunakan prinsip cahaya, siswa mengamati

benda-benda yang ditunjukkan oleh guru.

7. Guru menjelaskan pengertian dan kegunaan dari masing-masing benda tersebut, Siswa bertanya

tentang hubungan cahaya dengan benda-benda tersebut.

8. Guru menjelaskan penerapan sifat-sifat cahaya pada benda-benda tersebut.

9. Guru menunjukkan contoh karya sederhana dari priskop dan kaca pembesar.

10. Selanjutnya Guru membuat kelompok siswa masing-masing 3-4 orang, Siswa berkumpul dan

(19)

11. Guru menyiapkan alat-alat untuk membuat priskop dan kaca pembesar dan Guru menjelaskan

dan menunjukkan proses pembuatannya, Siswa memperhatikan penjelasan tentang proses pembuatan priskop dan kaca pembesar.

12. Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk memilih membuat priskop atau membuat kaca

pembesar dan Kelompok siswa menentukan pilihan untuk membuat priskop atau kaca pembesar. 13. Guru membagikan peralatan untuk membuat priskop dan kaca pembesar kepada masing-masing

kelompok, Siswa mulai membuat priskop atau kaca pembesar.

14. Guru berkeliling mengamati kegiatan masing-masing kelompok, Guru menanyakan tentang

kesulitan yang dialami siswa dalam membuat priskop dan kaca pembesar, Siswa menanyakan tentang kesulitan yang dialaminya.

15. Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk mendemonstrasikan dan memberi penjelasan

maupun kesimpulan ke depan kelas, Kelompok siswa bergantian mendemonstrasikan dan menjelaskan kegunaan karya yang mereka buat.

16. Guru membubarkan kelompok dan siswa dikembalikan ke tempat duduk masing-masing

selanjutnya memberikan soal uji kompetensi dan Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru. 17. Guru kembali melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui atau yang kurang

dipahami siswa dan Siswa menanyakan hal-hal yang kurang dipahaminya selanjutnya Guru menjelaskan kembali hal yang belum dipahami siswa

18. Guru menutup pelajaran dengan Doa dan Salam. c) Hasil kegiatan

Keterangan :

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) : 65

Jumlah siswa tuntas belajar : 14 siswa ( 10 laki-laki, 4 perempuan) Jumlah siswa belum tuntas belajar : 0 siswa ( 0 laki-laki, 0 perempuan ) Prosentase Nilai :

Siswa yang sudah tuntas : = 100%

Siswa yang belum tuntas : = 0%

Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Seperti Teori motivasi Maslow (1954) yang menyatakan menyatakan bahwa:

An attempt to formulate a positive theory of motivation which will satisfy theoretical demands [while] confirming to known facts (about human behavior), clinical and observational, as well as experimental .

(20)

status-ego (personal), dan aktualisasi diri (personality). Menurut Maslow, suatu kebutuhan hanya dapat dipuaskan bila kebutuhan yang pada tingkatan yang lebih rendah telah terpenuhi, yang diatur dalam suatu hirarki yang disebut prepotensi. Dengan metode yang penulis lakukan yaitu dengan menggunakan metode belajar kelompok dan demonstrasi, peserta didik merasa diwakili dan dipenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Dapat dilihat dari hasil belajar siswa dari kegiatan pra siklus, siklus 1, dan siklus 2, dari hasil kelulusan siswa pada kegiatan pra silkus yang hanya 42,85% siswa yang mampu memahami atau yang tuntas belajar dalam materi “Cahaya dan sifat-sifatnya” yang kami sampaikan, dan pada akhirya dapat tuntas belajar 100% pada kegiatan belajar siklus 2. Dari dasar tersebut penulis sebagai peneliti merasa berhasil dan puas dalam pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan di SD Negeri 2 Gudangharjo, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri.

Simpulan dan Saran Tindak Lanjut Simpulan

Dari penelitian perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan, penulis memberi kesimpulan bahwa :

1. Pembelajaran dengan metode kelompok dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti

pelajaran.

2. Pemberian motivasi dalam awal kegiatan dapat menumbuhkan minat siswa dalam pembelajaran IPA

di SD Negeri 2 Gudangharjo.

3. Dengan metode demonstrasi sisfa dapat lebih aktif dan kreatif untuk mencari pemecahan masalah

yang dihadapi dalam pembelajaran.

Saran Tindak Lanjut

Dari hasil penelitian ini penulis dapat memberikan masukan terhadap pembaca maupun dalam kegiatan pendidikan bahwa :

1. Hal pertama yang harus dilakukan dalam melaksanakan pelajaran adalah menarik perhatian siswa

dan memfokuskan perhatian siswa terhadap materi yang akan disampaikan.

2. Penggunaan metode yang bervariasi dari guru dapat membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti

pelajaran.

3. Dengan metode kelompok guru dapat meningkatkan pengetahuan siswa secara lebih merata.

4. Dengan metode demonstrasi guru dapat melihat langsung kemampuan siswa dan dapat

meningkatkan rasa tanggung jawab siswa.

5. Diharapkan dari semua pihak khususya dari pihak sekolah maupun dinas pendidikan dapat

memberikan dukungan menciptakan kondisi belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan supaya tujuan pendidikan yang diharapkan dapat tercapai.

(21)

Haryanto. (2011). Macam-macam Metode Pembelajaran. From http://belajarpsikologi.com/macam-macam-metode-pembelajaran/, 2014

Rustaman, Nuryani. (2012). Materi dan Pembelajaran IPA SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. Supriati, Amalia. (2009). Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Wardani, IG.A.K dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta; Penerbit Universitas Terbuka. Wardani, IG.A.K dkk. (2011). Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta; Penerbit Universitas Terbuka.

Wardani, IG.A.K dkk. (2013). Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Admin, (2009). Alat Peraga Pembelajaran. From http://gurupembaharu.com/home/wp-content/uploads/, 2014

(22)

NEW LAPORAN PTK IPA SD KELAS 5

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IPA berasal dari bahasa asing “science” berasal dari kata lain “scientia” yang berarti saya tahu. Kata science sebenarnya semula berarti ilmu pengetahuan yang meliputi baik ilmu pengetahuan sosial (social science) maupun ilmu pengetahuan alam (natural science). Lama kelamaan, bila seseorang mengatakan “science” maka yang dimaksud adalah “natural science” atau dalam bahasa Indonesia disebut Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA sendiri terdiri dari ilmu-ilmu fisik (physical science) yang antara lain adalah ilmu kimia, ilmu fisika, ilmu astronomi dan geofisika, serta ilmu-ilmu biologi (life science).

Untuk mengidentifikasi IPA dengan kata-kata atau kalimat yang singkat tidak mudah, karena sering kurang dapat menggambarkan secara lengkap pengertian IPA tersebut. Menurut H. W. Fowler “IPA adalah pengetahuan alam yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi”. Menurut Robert B. Sund “IPA adalah sekumpulan pengetahuan dan juga suatu proses”, dalam definisi ini IPA mengandung dua unsur yaitu sebagai sekumpulan pengetahuan dan sebagai suatu proses untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan tersebut. Dari definisi tersebut syarat-syarat IPA adalah obyektif, sistematik, mengandung metode tertentu yaitu metode ilmiah.

Dalam perkembangan jaman yang semakin pesat ini, pembelajaran IPA sangat penting karena pada hakikatnya IPA adalah produk proses dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat didalamnya. Banyak orang berpendapat bahwa menguasai IPA sangat penting, karena dalam pembelajaran IPA siswa diberi kesempatan dan bekal untuk memproses IPA dan menerapkannya dalam kehidupan sehari –hari melalui cara – cara yang benar dan mengikuti etika keilmuan dan etika yang berlaku dalam masyarakat.

(23)

pembelajaran di sekolah. Dalam melaksanakan pembelajaran unsur terpenting adalah merangsang dan mengarahkan siswa untuk belajar. Mengajar tidak lebih dari sekedar menolong para siswa untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap, serta idealisme dan apresiasi yang menjurus kepada perubahan tingkah laku dan pertumbuhan siswa.

Dalam pembelajaran IPA di SD, mengajar yang baik menurut Gagne meliputi delapan langkah yang sering disebut kejadian – kejadian instruksional (instruksional events) meliputi mengaktifkan siswa, memberitahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar, mengarahkan perhatian, merangsang ingatan, menyediakan bimbingan belajar, meningkatkan retensi, membantu transfer belajar, mengeluarkan pendapat, memberi umpan balik.

Dengan langkah – langkah tersebut diharapkan k0ualitas dan kuantitas kegiatan belajar mengajar lebih meningkat. Bagi kita kalangan pendidikan untuk dapat menyiapkan generasi masyarakat yang bermodal literasi (melek) sains, yaitu masyarakat yang mampu membuka kepekaan diri, mencermati, menyaring, mengaplikasikan, serta turut serta berkontribusi bagi perkembangan sains (teknologi) itu sendiri untuk peningkatan kesejahteraan dan kemaslahatan masyarakat. Literasi sains amat penting bagi kehidupan saat ini. Sains dengan karakteristik dan metodologi keilmuannya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menjadi peradaban modern. Menurut Carin (1997), masyarakat yang bermodal literasi sains dan teknologi mesti memiliki pemahaman terhadap aspek-aspek sains dan teknologi yang berarti dan sesuai dengan perkembangan mental kognitif mereka, dapat menemukan sains secara menyenangkan dan menghargainya, menggunakan pengetahuan sains dan teknologi untuk memenuhi dan menikmati kehidupannya.

Jadi, betapa pentingnya peran guru dalam proses pembelajaran untuk memperoleh prestasi yang baik dan dalam kehidupan bermasyarakat yang dipenuhi dengan munculnya teknologi-teknologi modern. Prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi peran guru. Menurut pendapat Ace Suryadi dan H. AR. Tilar dalam bukunya yang berjudul “ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH” dijelaskan bahwa prestasi belajar dipengaruhi beberapa faktor yang ditemukan sangat ampuh didalam memberikan efek terhadap prestasi belajar. Menurut beberapa studi di Indonesia (Moegjadi, 1974; Ace Suryadi, 1932; Nuhi Nasution, 1980; Shaefer, 1980) faktor yang berpengaruh adalah faktor guru, buku pelajaran, managemen sekolah, besarnya kelas, dan faktor keluarga. Faktor-faktor tersebut termasuk permasalahan yang sering terjadi dalam pembelajaran.

(24)

diberikan guru pada materi pokok organ pernapasan manusia artinya pembelajaran yang penulis laksanakan belum tuntas. Oleh sebab itu perlu diadakan perbaikan.

Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran penulis mencoba mengupayakan / mencari jalan keluar untuk perbaikan pembelajaran IPA yang diwujudkan dalam kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan diberi judul “Upaya Peningkatan Pembelajaran IPA Materi Alat Pernapasan Manusia Melalui Media Gambar Siswa Kelas V Semester 1 SDN TEGOWANU 2 Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2012/2013”.

Laporan ini disusun berdasarkan catatan ketika merancang kegiatan perbaikan selama pelaksanaan, observasi, dan diskusi pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan dalam dua siklus PTK untuk pelajaran IPA.

1. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas dan dari hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan di kelas v semester 1 SDN TEGOWANU 2 Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak mata pelajaran IPA dengan kompetensi dasar “Mengidentifikasi Fungsi Organ Pernapasan Manusia dan Hubungannya dengan Makanan dan Kesehatan”,identifikasi masalah yang ditemukan antara lain :

- Rendahnya penguasaan materi IPA dengan kompetensi dasar “Mengidentifikasi Fungsi Organ

Pernapasan Manusia dan Hubungannya dengan Makanan dan Kesehatan “.

- Penyampaian materi terlalu cepat

- Media yang kurang tepat

- Siswa bosan dan tidak tertarik dengan penjelasan guru

- Metode yang kurang tepat

- Siswa kurang berani bertanya meskipun mengalami kesulitan

2. Analisis Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dianalisis penyebab rendahnya penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran IPA yang diajarkan oleh guru dengan Kompetensi Dasar “ Mengidentikasi Fungsi Organ Pernapasan dan Hubungannya dengan Makanan dan Kesehatan “ di kelas V semester 1 antara lain:

Penyebab dari sisi guru :

- Penggunaan metode yang kurang bervariasi

- Kurangnya penjelasan guru

- Pembelajaran kurang menarik perhatian siswa

(25)

- Guru kurang optimal dalam memanfaatkan sarana dan media pembelajaran

Penyebab dari sisi siswa :

- Siswa kurang berani mengajukan pertanyaan kepada guru

- Siswa masih banyak yang belum menguasai materi

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merencanakan untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ), agar hasil belajar yang dilaksanakan mengalami peningkatan sesuai dengan yang kita harapkan. Adapun masalah yang menjadi fokus perbaikan adalah “ Apakah penggunaan media gambar dapat meningkatkan pembelajaran materi organ pernapasan manusia dan hubungannya dengan makanan dan kesehatan” pada siswa kelas V semester 1 di SDN Tegowanu 2 Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak tahun pelajaran 2012/2013.

C. Tujuan Penelitian

Secara operasional tujuan perbaikan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendiskripsikan proses pembelajaran IPA Kompetensi Dasar “Mengidentifikasi fungsi

organ pernapasan manusia “pada siswa kelas V semester 1 SDN Tegowanu 2 Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak tahun pelajaran 2012/2013.

2. Untuk mencari model pembelajaran yang efektif dan mudah dipahami oleh siswa pada

Kompetensi Dasar “Mengidentifikasi fungsi organ pernapasan manusia “ siswa kelas V Semester 1 SDN Tegowanu 2 Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak tahun pelajaran 2012/2013.

3. Untuk mendeskripsikan prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPA Kompetensi Dasar

“Mengidentifikasi fungsi organ pernapasan manusia siswa kelas V semester 1 SDN Tegowanu 2 Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak tahun pelajaran 2012/2013, dengan menggunakan media gambar alat pernapasan manusia.

D. Manfaat Penelitian

Perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru sangat besar manfaatnya baik bagi peserta didik/siswa, guru, maupun bagi sekolah. Penulis dalam hal ini akan menguraikan manfaat perbaikan tersebut secara umum dan secara khusus.

Manfaat Secara Umum

1. Bagi siswa :

(26)

c. Menumbuhkan rasa senang terhadap pelajaran IPA

d. Model bagi para siswa dalam bersikap kritis terhadap hasil belajarnya 2. Bagi guru :

a. Membantu guru memperbaiki pelajaran

b. Membantu guru berkembang secara professional c. Meningkatkan rasa percaya diri guru

d. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan 3. Bagi sekolah :

a. Meningkatkan kualitas pendidikan

b. Pengelolaan kegiatan sekolah secara keseluruhan

c. Menumbuhkan iklim kerjasama yang kondusif untuk memajukan sekolah

Manfaat Secara Khusus

1. Bagi siswa

a. Meningkatkan rasa percaya diri siswa

b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berbagi kepandaian

c. Pembelajaran berlangsung komunikatif karena keaktifan siswa dalam pembelajaran alat pernapasan manusia menggunakan prinsip motivasi yang didasarkan pada teori Expectasy Value menurut teori ini motivasi dapat dilihat dari usaha siswa.

2. Bagi guru

a. Menimbulkan rasa puas karena telah melaaksanakan sesuatu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas yang dikelolanya

3. Bagi sekolah

Terciptanya suasana kerja yang kondusif, karena dalam setiap kesempatan dapat digunakan untuk membahas usaha –usaha dalam meningkatkan kinerja guru di sekolah.

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Pembelajaran IPA

Dalam berbagai sumber dinyatakan bahwa hakikat sains adalah produk, proses, dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat didalamnya. Produk sains yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori dapat dicapai melalui penggunaan proses sains, yaitu melalui metode-metode sains atau metode ilmiah (scientific methods), bekerja ilmiah (scientific inquiry). Raka Joni mengutip Marzano (1992) bahwa titik pusat hakikat belajar, pengetahuan pemahaman terwujud dalam bentuk pemberian makna oleh siswa kepada pengalaman melalui berbagai keterampilan kognitif di dalam mengolah informasi yang diperolehnya melalui alat indera.

Banyak orang berpendapat bahwa sains memberikan kesempatan bagi orang yang mau belajar berbuat, berpikir dan bertindak seperti ilmuwan (scientist). Dengan demikian, belajar memproses sains dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari melalui cara-cara yang benar dan mengikuti etika keilmuwan dan etika yang berlaku dalam masyarakat.

(28)

B. Pengertian IPA

Menurut H. W. Fowler “IPA adalah pengetahuan alam yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi”. Menurut Robert B. Sund “IPA adalah sekumpulan pengetahuan dan juga suatu proses”.

Pendidikan IPA di sekolah dasar bertujuan agar siswa menguasai pengetahuan, fakta, siswa dalam mempelajari diri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mencari tahu dan berbuat sehingga mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Filosofi IPA sebagai cara untuk mencari tahu yang berdasarkan pada observasi. Dengan demikian, pengetahuan dalam IPA merupakan hasil observasi. Kebenaran harus dibuktikan secara empiris berdasarkan observasi atau eksperimen. Pengembangan pembelajaran IPA yang menarik, menyenangkan, layak, sesuai konteks, serta didukung oleh ketersediaan waktu, keahlian, sarana dan prasarana merupakan kegiatan yang tidak mudah untuk dilaksanakan. Seorang guru dituntut memiliki kemampuan dan kreativitas yang cukup agar pembelajaran dimiliki seorang guru adalah tentang pemahaman dan penguasaan terhadap pendekatan pembelajaran. Menurut Herawati Susilo (1998) mengemukakan bahwa pendekatan berifat aksiomatis yang menyatakan pendirian, filosofi, dan keyakinan yang berkaitan dengan serangkaian asumsi.

Berdasarkan kurikulum 2004, IPA seharusnya dibelajarkan secara inkuiri ilmiah (scientivic inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup.

C. Media dalam Pembelajaran IPA

1. Pengertian Media

(29)

disampaikan kepada penerima informasi. Contohnya adalah film, televisi, diagram, materi pembelajaran, komputer, dan instruktur. Media dipandang sebagai media instruksional apabila membawa pesan yang mengandung tujuan instruksional.

Sedangkan tujuan penggunaan media secara umum adalah untuk memfasilitasi komunikasi. Dalam pembelajaran tujuan penggunaan media antara lain untuk meningkatkan kualitas dan efektifitas pembelajaran, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, memberikan arahan tentang tujuan yang akan dicapai, menyediakan evaluasi mandiri, member rangsangan kepada guru untuk kreatif, menyampaikan materi pembelajaran, membantu pelajar yang memiliki kekhususan tertentu.

2. Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran

Menurut Heinich dkk. (1996), dalam merencanakan dan menyelenggarakan pembelajaran perlu melakukan hal berikut, yaitu memahami karakteristik siswa, menentukan tujuan pembelajaran, menentukan jembatan atau penghubung antara pengetahuan, keterampilan, dan perilaku siswa dengan tujuan yang akan dicapai melalui pembelajaran, menentukan metode dan format media yang cocok atau tepat, menggunakan media, melibatkan siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, melakukan evaluasi dan revisi terhadap pembelajaran.

Format media adalah bentuk fisik yang berisi pesan untuk disampaikan atau ditunjukkan, misalnya berupa clip charts, slide, audio, film, video, atau komputer multi media, yang dapat bersifat visual tidak bergerak, visual bergerak, kata-kata yang tercetak, atau kata-kata yang disampaikan secara lisan.

3. Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Adapun manfaat media pembelajaran antara lain :

- Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

- Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa, dan

memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran yang lebih baik.

- Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan

kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.

- Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru,

(30)

4. Jenis Media Pembelajaran

Ada beberapa jenis media pembelajaran menurut Heinich yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran antara lain :

- Media tidak diproyeksikan (non projected media) seperti objek nyata, model, bahan tercetak,

bahan ilustrasi

- Media diproyeksikan (projected viual) seperti transparansi, slide

- Media audio seperti kaset, rekaman fonograf, compact disk, audio cards

- Media gerak seperti film atau video

- Komputer

- Media radio

Dalam laporan ini , penulis dalam melakukan perbaikan pembelajaran menggunakan media gambar untuk memperjelas pemahaman siswa. Media gambar termasuk media visual, supaya pembelajaran terencana dalam membina pengetahuan sikap dan keterampilan siswa melalui interaksi siswa dengan lingkungan belajar yang diatur guru pada hakikatnya mempelajari lambang-lambang verbal dan visual, agar diperoleh makna yang terkandung didalamnya. Lambang-lambang tersebut dicerna, disimak oleh para siswa sebagai penerima pesan yang disampaikan guru. Menurut Schramm, klasifikasi media ada dua jenis,yaitu media sederhana (papan tulis, gambar, poster, peta) dan media canggih (radio, film, televise, komputer). Jadi, gambar merupakan media visual sederhana, adapun keunggulan dan kelemahannya adalah

Keunggulannya antara lain

- Media ini dapat menerjemahkan ide/gagasan yang sifatnya abstrak menjadi konkret

- Banyak tersedia dalam buku-buku, majalah, surat kabar, kalender, dan sebagainya

- Mudah menggunakannya dan tidak memerlukan peralatan lain

- Tidak mahal, bahkan mungkin tanpa mengeluarkan biaya

- Dapat digunakan pada setiap tahap pembelajaran dan semua tema

Sedangkan kelemahannya adalah

(31)

BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. Subjek Penelitian

a. Tempat Perbaikan Pembelajaran

Nama Sekolah : SDN Tegowanu 2 Alamat : SDN Tegowanu 2

Kec. Karangawen Kab. Demak

Kelas : V

Jumlah Siswa : 27

Mata Pelajaran : IPA b. Waktu Pelaksanaan

- Tanggal 1 Oktober 2012 : Pelaksanaan siklus I

- Tanggal 8 Oktober 2012 : Pelaksanaan siklus II

c. Karakteristik Siswa

- Kebiasaan siswa tidak masuk kelas karena kurangnya perhatian orang tua.

- Siswa sering tidak mengerjakan PR karena kurangnya pantauan dari orang tua dalam hal

kegiatan belajar siswa.

- Siswa banyak mengikuti kegiatan diluar jam sekolah pada sore hari, sehingga pada waktu

belajar siswa sudah kecapekan.

B. Prosedur Pelaksanaan a. Prosedur Penelitian

 Prosedur PTK

Perbaikan pembelajaran dilaksanakan dalam proses berdaur yang terdiri dari 4 tahap yaitu

- Melakukan perencanaan (planning)

- Melakukan tindakan (acting)

- Mengamati (observasi)

- Refleksi (reflecting)

Hasil refleksi yang dilakukan penulis dijadikan pedoman untuk melakukan perbaikan selanjutnya, jika tindakan yang dilakukan dianggap belum berhasil, perbaikan dapat dilaksanakan beberapa kali sampai pembelajaran tercapai dengan baik dan hasil nilainya meningkat serta memuaskan.

 Informasi tentang observer

(32)

Nama : Mukaromah

Jabatan : Guru Kelas

Tugas : Mengobservasi kegiatan perbaikan pembelajaran

b. Prosedur Umum

 Prosedur umum pembelajaran

Menurut Dagne dan Briggs (dalam Runa Ristata dan Prayitno, 2006 : 47) menyebutkan bahwa prosedur pembelajaran ada 9 kegiatan :

 Prosedur umum perbaikan pembelajaran

- Mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, merumuskan masalah, dan merumuskan

hipotesa.

- Merumuskan cara pemecahan atau tindakan perbaikan.

- Merancang scenario tindakan perbaikan yang dikemas dalam Rencana Perbaikan Pembelajaran

(RPP).

c. Prosedur Khusus Untuk Pembelajaran.

Pra Siklus

Mata Pelajaran : IPA

Materi Pokok : Alat Pernapasan Pada Manusia

Metode : Ceramah

Hari/ Tgl : Senin/ 24 September 2012 Pengamat : Mukaromah

1. Skenario Pelaksanaan

 Perencanaan Kegiatan

Berdasarkan rumusan hipotesis yang telah disusun, peneliti menyiapkan rencana pembelajaran yang dilengkapi dengan skenario tindakan. Skenario tindakan ini berisi langkah-langkah yang harus ditempuh guru dan siswa.

(33)

Guru membuat RPP, LKS, dan soal evaluasi

b) Kegiatan Awal

 Guru mengadakan apersepsi untuk mengarahkan perhatian siswa pada materi pelajaran dengan

Tanya jawab.

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. c) Kegiatan Inti

 Guru memberikan perbaikan dan pengayaan.  Guru memberikan pekerjaan rumah.

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru menggunakan metode ceramah .

Pada akhir pembelajaran guru mengadakan tes formatif secara tertulis untuk mengetahui tingkat pemahaman anak terhadap materi yang disampaikan tadi. Ternyata ketuntasan belajar baru mencapai 25,9 %.

 Pengamatan Kegiatan

Pengamatan kegiatan dilakukan oleh guru dan dibantu oleh teman sejawat. Ternyata dengan hanya menggunakan metode ceramah tidak dapat memotivasi siswa, banyak siswa yang kurang aktif dan merasa bosan.

 Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan di atas, guru seharusnya melakukan refleksi diri. Pada waktu guru memberikan pelajaran dengan metode ceramah, banyak siswa yang kurang aktif untuk mengikutinya, ada yang diam saja, ada yang tidak berpendapat, bahkan ada yang mengantuk. Setelah melihat hasil tes formatif yang nilainya rendah, guru akan mengubah strategi pembelajaran dengan menggunakan media gambar dan diskusi, dengan harapan keaktifan dan pemahaman anak menjadi meningkat.

(34)

 Guru akan menggunakan media gambar untuk memotivasi siswa agar pemahaman siswa

meningkat.

PERBAIKAN SIKLUS I

Mata Pelajaran : IPA

Materi Pokok : Alat Pernapasan Pada Manusia Metode : Ceramah dan Diskusi Media : Gambar alat pernapasan manusia Hari/ Tgl : Senin/ 1 Oktober 2012

Pengamat : Mukaromah

1. Skenario Pelaksanaan

 Perencanaan Kegiatan

Berdasarkan rumusan hipotesis yang telah disusun, peneliti menyiapkan rencana pembelajaran yang dilengkapi dengan scenario tindakan. Skenario tindakan ini berisi langkah-langkah yang harus ditempuh guru dan siswa.

Pelaksanaan Kegiatan a) Pra Kegiatan

Guru membuat RPP, LKS, dan soal evaluasi

b) Kegiatan Awal

 Guru mengadakan apersepsi untuk mengarahkan perhatian siswa pada materi pelajaran dengan

Tanya jawab.

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. c) Kegiatan Inti

 Eksplorasi, guru :

- Menjelaskan peta konsep tentang alat pernapasan manusia dengan menggunakan media gambar.

- Menjelaskan bagian tubuh yang berperan sebagai alat pernapasan.

- Menjelaskan proses pernapasan dada dan perut.  Elaborasi, siswa :

- Menyebutkan alat pernapasan manusia melalui media gambar

- Menjelaskan proses pernapasan melalui media gambar

- Menjelaskan pernapasan dada dan perut.  Konfirmasi :

- Guru memberikan penguatan materi.

(35)

 Guru memberikan tes akhir.

 Guru memberikan perbaikan dan pengayaan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran guru menggunakan media gambar alat pernapasan manusia dan diskusi. Dalam kegiatan diskusi anak dibagi menjadi 4 kelompok dan diberi LKS .

Dalam diskusi kelompok, guru memberikan bimbingan secara kelompok atau perorangan, sehingga setiap siswa dapat ikut berpartisipasi dalam mengerjakan LKS. Ternyata keaktifan siswa meningkat, soal-soal LKS banyak yang dapat dijawab.

 Observasi Kegiatan

Pada pembelajaran siklus I (satu) ini, terdapat peningkatan keaktifan siswa yang semula 25,9 % menjadi 59,25 %. Hal ini dikarenakan dalam diskusi kelompok dalam pengerjaan LKS, siswa diharuskan untuk menjawab soal dengan pemahaman yang dimilikinya. Dalam hal ini guru dapat mengetahui pemahaman siswa terhadap materi.

 Refleksi

Berdasarkan pengamatan dalam proses pembelajaran pada akhir siklus I (satu) ini, guru melakukan refleksi diri. Ternyata dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan pemahaman siswa. Namun demikian guru belum puas dengan hasil pada siklus pertama ini. Guru perlu memperbaiki proses pembelajaran.

2. Adapunrencana perbaikan selanjutnya adalah

 Guru akan memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam berdiskusi.

 Guru akan memberikan LKS kepada kelompok yang lebih menantang untuk didiskusikan.

 Guru akan menggunakan metode demonstrasi dan menggunakan media gambar.

 Guru akan memberikan penguatan terhadap keberhasilan siswa .

Perbaikan Siklus II

Mata Pelajaran : IPA

Materi Pokok : Alat Pernapasan Pada Manusia

Metode : Ceramah dan Demonstrasi dan Diskusi Media : Gambar alat pernapasan manusia

Hari/ Tgl : Senin/ 8 Oktober 2012

Pengamat : Mukaromah

3. Skenario Pelaksanaan

 Perencanaan Kegiatan

(36)

Pelaksanaan Kegiatan e) Pra Kegiatan

Guru membuat RPP, LKS, dan soal evaluasi

f) Kegiatan Awal

 Guru mengadakan apersepsi untuk mengarahkan perhatian siswa pada materi pelajaran dengan

Tanya jawab.

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. g) Kegiatan Inti

 Eksplorasi, guru :

- Menjelaskan peta konsep tentang alat pernapasan manusia dengan menggunakan media gambar.

- Melakukan demonstrasi dengan menggunakan pipa kecil bercabang tiga (PKBT), sedotan dan

toples.

 Guru memberikan perbaikan dan pengayaan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran guru menggunakan media gambar alat pernapasan manusia dan demonstrasi dan diskusi. Dalam kegiatan diskusi anak diberi LKS .

Dalam diskusi kelompok, guru memberikan bimbingan secara kelompok atau perorangan, sehingga setiap siswa dapat ikut berpartisipasi dalam mengerjakan LKS. Ternyata keaktifan siswa meningkat, soal-soal LKS banyak yang dapat dijawab.

Observasi Kegiatan

Gambar

Tabel 1: Nilai Pra Siklus
Tabel 2: Nilai Siklus I
Tabel 3: Nilai Siklus II
Tabel 4: Nilai Pra siklus, Siklus I, siklus II

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI CAHAYA DAN SIFAT- SIFATNYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE.. STAD PADA KELAS 5 SDN SISIR

Setelah dilakukan tindakan pada siklus I dengan menerapkan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA di kelas V pada pokok bahasan sifat cahaya, data hasil

Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 85% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I.

Hasil observasi tingkat partisipasi belajar siswa pada siklus I sudah mengalami peningkatan dibandingkan pra tindakan, yaitu pada pra tindakan hasil observasi rata-rata

Hasil observasi tingkat partisipasi belajar siswa pada siklus I sudah mengalami peningkatan dibandingkan pra tindakan, yaitu pada pra tindakan hasil observasi rata-rata

Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 85% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I.

Gambar 8 Perbandingan Kualitas Pertanyaan Kegiatan Pra siklus dan Siklus II Hasil observasi mengenai kategori pembicaraan dalam proses pembelajaran siklus I dapat dilihat

Rekapitulasi Nilai Tes Siklus I dan Siklus II Materi Sifat-Sifat Cahaya No Uraian Hasil siklus I Hasil Siklus II 1 Jumlah siswa yang tuntas belajar 15 20 2 Presentase