• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI M"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN AKAN KEGAGALAN

KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB PIL DI DESA

PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU

KABUPATEN MALANG

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

RIZZATUL KHUMAIROH NIM. 1214315401100

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

(2)

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN AKAN KEGAGALAN

KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB PIL DI DESA

PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU

KABUPATEN MALANG

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan

Oleh :

RIZZATUL KHUMAIROH NIM. 1214315401100

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Gambaran Tingkat Kecemasan Akan Kegagalan KB Pil Di Desa Petungsewu Kecamatan Dau

Kabupaten Malang”oleh Rizzatul Khumairoh ini Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

Malang, 28 Mei 2015 Pembimbing I

Sih Ageng Lumadi, S.Kep., M.Kep NIDN. 0729018101

Malang, 28 Mei 2015 Pembimbing II

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Gambaran Tingkat Kecemasan Akan

Kegagalan KB Pil Di Desa Petungsewu Kecamatan Dau Kabupaten Malang” oleh Rizzatul Khumairoh ini

telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 8 Juni 2015

Penguji I

Dra. Susilaningsih, M.Kes NIDN. 4028085001

Penguji II Penguji III

Sih Ageng Lumadi, S.Kep., M.Kep Ariana Listuhayu, S.Si., M.Si

NIDN. 0729018101 NIDN. 07314314075

Mengetahui,

Ketua STIKes Maharani Malang

(5)

ABSTRAK

Khumairoh, Rizzatul. (2015). Gambaran Tingkat Kecemasan Akan Kegagalan Kontrasepsi Pada Akseptor KB Pil Di Desa Petungsewu Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi DIII Kebidanan STIKes

Maharani Malang. Pembimbing: (1) Sih Ageng Lumadi, S.Kep., M.Kep (2) Ariana Listuhayu, S.Si., M.Si

Kecemasan merupakan kondisi kejiwaan yang penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan terhadap apa yang mungkin dapat terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan yang terbatas maupun hal-hal yang aneh. Kegagalan kontrasepsi adalah hal yang sangat dicemaskan bagi setiap akseptor KB pil yang tidak menginginkan kehamilan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kegagalan KB pil salah satu adalah, kealpaan meminum pil KB. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan akan kegagalan kontrasepsi pada akseptor KB pil di Desa Petungsewu, Dau, Malang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan responden sebanyak 26 responden dengan total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang diolah dalam bentuk distribusi presentase. Dari hasil penelitian didapatkan karakteristik ibu umur (25-35 tahun 58%), pendidikan (SD 50%), pekerjaan (swasta 34%), lama pemakaian (1-5 tahun 42%), usia anak terakhir (5-20 tahun 46%), dan tingkat kecemasan (cemas ringan 62%). Semua karakteristik yang diamati diduga mempunyai pengaruh dalam menghadapi kecemasan akan kegagalan kontrasepsi pada akseptor KB pil. Petugas kesehatan diharapkan dapat mengoptimalkan pemberian informasi tentang penggunaan KB pil kepada akseptor baru maupun lama, sehingga kecemasan ibu akan kegagalan kontrasepsi pil dapat diatasi. Hasil penelitian ini dapat menjadi data awal untuk dilakukan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan akseptor KB pil akan kegagalan kontrasepsi.

(6)

ABSTRACT

Khumairoh, Rizzatul. (2015). Description Anxiety Level Of Contraception failure Birth Control Pill Acceptors In Petungsewu Village, Dau Subdistrict, Malang Regency. Scientific Writing. Midwivery Diploma III Study Program Of STIKes

Maharani Malang. The Advisor : Sih Ageng Lumadi, S.Kep., M.Kep, The �

Advisor: Ariana Listuhayu, S.Si., M.Si

Anxiety is a physical condition with anxious and fear symptom caused by usual and unusual problems. Contraception failure also a common problem among the birth control pill. One of the failure cause is irregular time consuming or forgot to consume birth control pill . The purpose of this study was to determine anxiety level towards contraception failure KB pil acceptors in Petungsewu village, Dau, Malang. This research uses descriptive design 26 responden. Data were collected using questionnaires processed using the percentage distribution. The conclusion of the research are based on maternal characteristic age (25-35 years old 58%), education (elementary school 50 %), work (private 34%), long usage (1-5 years 42%), age of last child (5-20 years old 46%), and anxiety level (mild anxiety 62%). The result showed that all characteristics have influence in to anxiety towards contraception failure KB pill acceptors. Health workers are expected to optimize the provision of information on the use pill KB for new and old acceptors. Contraception failure can be overcome and may be come preliminary data for further research in the future about factors affected the level of anxiety acceptors KB contrasepstive pill failure.

(7)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Gambaran Tingkat Kecemasan Akan Kegagalan

Kontrasepsi Pada Akseptor KB Pil Di Desa Petungsewu Kecamatan Dau

Kabupaten Malang”.

Karya Tulis Ilmiah ini bukan hanya atas usaha dan kerja keras peneliti,

tetapi juga atas bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat terselesaikan dengan

baik. Untuk itu pada kesempatan kali ini peneliti mengucapkan terima kasih

kepada:

1. dr. Aman Ardjito Endarso, S.KM; selaku Ketua STIKes Maharani Malang.

2. Diana Noor Fatmawati, S.ST; selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan

STIKes Maharani Malang.

3. BPM Dwi Astutik, A.Md.Keb; selaku Bidan POLINDES Petungsewu,

Kecamatan Dau, Kabupaten Malang

4. Sih Ageng Lumadi, S.Kep, M.Kep; selaku pembimbing I yang telah

membimbing dan memberi masukan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

5. Ariana Listuhayu, S.Si, M.Si; selaku pembimbing II yang telah membimbing

dan memberi masukan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

6. Ratna Diana, S.ST; selaku pembimbing pendamping II yang telah

membimbing dan memberi masukan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

(8)

ii

8. Ibu Isnah Nur Khayati S.Pd.I tercinta, Alm Bapak Sudirman BA tersayang,

kakak tersayang M.Ainul Fikri Kholili S.H.I, yang senantiasa selalu memberi

dukungan dan mendampingi disetiap langkah

9. Sanak saudara dan keluarga yang telah memberikan do’a, dukungan, dan

semangat.

10.Teman-teman program studi DIII Kebidanan STIKes Maharani Malang yang

telah memberikan semangat dan dukungan.

11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah

membantu dan mendukung terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini.

Peneliti menyadari bahwa masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,

saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat peneliti

harapkan. Akhirnya, harapan peneliti semoga dapat bermanfaat, Amin.

Malang, 25 Mei 2015

(9)

iii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Konsep Kecemasan ... 5

2.2 Konsep Keluarga Berencana ... 12

2.3 Konsep Akseptor KB ... 17

2.4 Konsep Kontrasepsi Pil ... 17

2.5 Kerangka Konsep ... 26

BAB III METODE PENELITIAN... 27

3.1 Desain Penelitian ... 27

3.2 Kerangka Operasional ... 28

3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling... 29

3.4 Variabel Penelitian ... 29

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 29

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

3.7 Definisi Operasional... 30

3.8 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 31

3.9 Alat dan Bahan Instrumen ... 35

3.10 Teknik Analisis Data ... 36

3.11 Penyajian Hasil... 36

3.12 Etika Penelitian ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1 Hasil Penelitian ... 38

4.2 Pembahasan ... 42

(10)

iv

BAB V PENUTUP ... 47

5.1 Kesimpulan ... 47

5.2 Saran ... 47

(11)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(12)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Definisi Operasional ...30

4.1 Karakteristik Umur...39

4.2 Karakteristik Pendidikan...39

4.3 Karakteristik Pekerjaan...40

4.4 Karakteristik Lama Pemakaian...40

4.5 Karakteristik Usia Anak Terakhir...41

4.6 Karakteristik Konseling yang di dapat………...41

(13)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Ujian Akhir Program Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 3. Surat Balasan Tempat Penelitian

Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 5. Surat Permohonan Kesediaan Menjadi Responden

Lampiran 6. Lembar Persetujuan Bersedia Menjadi Responden (Informed

Consent)

Lampiran 7 Lembar Kuisioner Lampiran 8. Master Sheet

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang penuh kekhawatiran dan

ketakutan dengan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan permasalahan yang

terbatas maupun hal-hal yang aneh. Emosi seperti sedih dan sakit umumnya akan

hilang dengan hilangnya penyebab kemunculannya, namun tidak pada kecemasan.

Kecemasan umumnya bersifat akut, dimana awalnya hanyalah bisikan dan

kekhawatiran yang semakin menguat, sehingga dapat menimbulkan penyakit

kejiwaan maupun penyakit tubuh (Az-zahrani, 2005). Salah satu kecemasan pada

pasangan usia subur dengan multi paritas adalah terjadinya kehamilan. Sehingga

dilakukan usaha-usaha untuk menghindari kehamilan digunakan sterilisasi,

sedangkan untuk menghindari kehamilan yang bersifat sementara digunakan

kontrasepsi (El-Manan, 2011).

Keluarga berencana adalah salah satu usaha untuk mengukur jumlah dan

jarak anak yang diinginkan. Yang dapat dilakukan dengan beberapa cara atau

alternatif, termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan

keluarga (Sulistyawati, 2013). Kontrasepsi adalah pencegahan terbuahinya sel

telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang

telah dibuahi ke dinding rahim (Nina Siti, 2013). Metode atau cara kontrasepsi

dibagi dalam dua kategori, yaitu cara tradisional dan metode kontrasepsi modern.

Cara tradisional meliputi pantang berkala (kalender), sanggama terputus, jamu

(15)

IUD, suntik KB, susuk, kondom pria. Pil KB merupakan salah satu kontrasepsi

yang paling dikenal responden (SDKI, 2012).

Kontrasepsi dengan menggunakan pil KB seringkali menjadi pilihan bagi

ibu-ibu rumah tangga. Hal ini sesuai dengan SDKI 2012 provinsi Jawa Timur,

dimana hasilnya menunjukkan presentase penggunaan kontrasepsi, sterilisasi

wanita 74,5%, sterilisasi pria 34,7%, pil 97,9%, IUD 77,6%, suntik 98,6%, susuk

90,2%, kondom 79,4% (SDKI,2012). Mengingat jumlah akseptor kontrasepsi pil

cukup besar penggunaannya, maka perlu diwaspadai dan diantisipasi

kemungkinan resiko efek samping yang dapat terjadi karena kontrasepsi hormonal

(Prawirohardjo, 2007).

Pada dasarnya, ada beberapa keuntungan dan efek samping dari pemakaian

KB pil. Keuntungan pemakaian KB pil salah satunya adalah tidak menggangu

hubungan seksual karena KB pil merupakan kontrasepsi per oral, namun efek

samping dari KB pil adalah tidak mencegah penyakit menular seksual dan

membosankan karena harus menggunakan setiap hari (BKKBN, 2011), selain itu

kelompok kerja ahli mempertimbangkan bahwa penggunaan pil yang tidak teratur

atau tidak tepat waktu juga menjadi penyebab utama terjadi kehamilan yang tidak

diinginkan (WHO, 2008).

Kontrasepsi pil dipakai lebih dari 100 juta wanita di dunia. Pengukuran

efektifitasnya menunjukkan bahwa dari 99% penggunaan, terdapat kegagalan

(16)

seluruh metode kontrasepsi. Selain itu, pengguna alat kontrasepsi justru

didominasi yang jangka pendek, seperti pil yakni 13% (Laksono, 2013). Angka

kegagalan ini diduga terjadi akibat penggunaan oleh pemakainya. Seperti lupa

mengkonsumsi KB pil. Resiko dari kealpaan meminum tablet dapat mengurangi

keefektifan dalam mencegah kehamilan. Konsumsi KB pil pada jam yang berbeda

setiap harinya juga dapat berpengaruh terhadap kegagalan kontrasepsi pil karena

pil modern hanya mengandung 20 mikrogram estrogen, dimana dosis yang rendah

ini mengakibatkan pil harus dikonsumsi setiap hari pada waktu yang sama

(Kusmarjadi, 2008).

Latar belakang dari dilakukannya penelitian ini karena ketika penulis

menjalani praktek klinik kebidanan ditemukan beberapa akseptor pil KB yang

lupa meminum pil KB dan timbul kecemasan akan terjadinya kehamilan. Hal ini

diperkuat dari data studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 9-10

Februari 2015 di BPM “D” didapatkan jumlah akseptor KB 3 bulan terakhir pada

bulan November 2014-Februari 2015 sebanyak 158 akseptor, terdiri dari akseptor

AKDR sebanyak 34 orang (21%), akseptor KB MOW sebanyak 6 orang (4%),

akseptor KB implan sebanyak 30 orang (19%), akseptor KB suntik sebanyak 46

orang (29%), akseptor KB pil 36 orang (23%), akseptor KB kondom sebanyak 6

orang (4%). Dari data tersebut prosentase akseptor KB pil mencapai 23% yaitu

berada pada urutan kedua. Dari wawancara yang dilakukan peneliti kepada 9

akseptor KB pil, diperoleh hasil 5 akseptor KB pil mengalami kecemasan akan

(17)

Berawal dari fenomena dan fakta di atas peneliti bermaksud ingin

mengetahui “ Gambaran Tingkat Kecemasan Akan Kegagagalan Kontrasepsi

Pada Akseptor KB Pil di Desa Petungsewu Kecamatan Dau Kabupaten Malang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti dapat merumuskan masalah

yaitu :

“Bagaimanakah tingkat kecemasan akan kegagalan kontrasepsi pada

akseptor KB pil di Desa Petungsewu Kecamatan Dau Kabupaten Malang?”

1.3 Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi tingkat kecemasan akseptor KB pil terhadap kegagalan

kontrasepsi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Hasil Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi pembelajaran sekaligus

dasar pengembangan penelitian selanjutnya.

1.4.2 Praktisi

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan karena dapat

memberikan informasi tentang kecemasan akan kegagalan kontrasepsi pada

(18)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang

berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak

memiliki objek yang spesifik. Kecemasan dialami secara subyektif dan

dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan berbeda dengan rasa takut,

yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya (Stuart, 2007). Sedangkan

Az-zahrani (2005) menerangkan bahwa kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang

penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan dengan apa yang mungkin terjadi, baik

berkaitan dengan permasalahan yang terbatas maupun hal-hal yang aneh. Atau

sebuah respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan

dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari, dan subyektif

dari individu tidak dapat di observasi secara langsung serta merupakan suatu

keadaan emosi tanpa obyek yang spesifik (Suliswati, dkk, 2005).

2.1.2 Teori Kecemasan

a. Teori Psikoanalitis

Kecemasan adalah Konflik emosional yang terjadi antara dua elemen

kepribadian: id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan implusprimitif,

sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma

(19)

ertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada

bahaya (Stuart, 2007).

b. Teori Interpersonal

Sullivan mengemukakan bahwa kecemasan timbul akibat ketidak

mampuan untuk berhubungan Interpersonal dan sebagai akibat penolakan.

Adanya trauma seperti perpisahan dengan orang berarti atau kehilangan dapat

menyebabkan kecemasan pada individu. Kecemasan yang timbul pada masa

berikutnya muncul saat individu mempersepsikan bahwa ia akan kehilangan orang

yang dicintainya. Harga diri seseorang merupakan factor penting yang

berhubungan dengan kecemasan. Orang yang mempunyai predisposisi mengalami

kecemasan adalah orang yang mudah terancam, mempunyai opini negative

terhadap dirinya atau meragukan kemampuannya (Suliswati, dkk, 2005).

c. Teori perilaku

Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan merupakan hasil frustasi

akibat berbagai hal yang memengaruhi individu dalam mencapai tujuan yang

dinginkan misalnya memperoleh pekerjaan, berkeluarga, kesuksesan dalam

sekolah. Perilaku merupakan hasil belajar dari pengalaman yang pernah dialami.

Kecemasan dapat juga muncul melalui konflik antara dua pilihan yang saling

berlawanan dan individu harus memilih salah satu. Konflik menimbulkan

kecemasan dan kecemasan akan meningkatkan persepsi terhadap konflik dengan

timbulnya perasaan ketidakberdayaan.Teori Keluarga

Studi pada keluarga dan epidemiologi memperlihatkan bahwa kecemasan

selalu ada pada tiap-tiap keluarga dalam berbagai bentuk dan sifatnya heterogen

(20)

d. Teori Biologik

Otak memiliki reseptor khusus terhadap benzodiazepine, reseptor tersebut

berfungsi membentuk regulasi tersebut berhubungan dengan aktifitas

neurotransmitter gamma aminoacid (GABA) yang mengontrol aktifitas neuron di

bagian otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

Teori ini menjelaskan bahwa individu yang sering mengalami kecemasan

mempunyai maslah dengan proses neurotransmitter ini. Mekanisme koping juga

dapat terganggu karena pengaruh tosik. Defisiansi nutrisi, menurutnya suplai

darah, perubahan hormone dan sebab fisik lainnya. Kelelahan dapat meningkatkan

iritabilitasi dan perasaan cemas (Suliswati, dkk, 2005).

2.1.3 Cara menilai kecemasan

Menurut Halminton Anxiety Rating Scale (HARS) dalam (Nursalam,

2008) penilaian kecemasan ada 14 item meliputi :

a. Peranan cemas

Firasat buruk, takut akan fikiran sendiri, mudah tersinggung.

b. Ketegangan

Merasa tegang, lesu, mudah terkejut, tidak dapat istirahat denga tenang,

mudah menangis, gemetar, gelisah.

c. Ketakutan

Pada gelap, ditinggal sendiri, pada orang asing, pada binatang besar, pada

keramaian lalu lintas, pada kerumunan banyak orang.

d. Gangguan tidur

Sulit memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak nyenyak,

(21)

e. Gangguan kecerdasan

Daya ingat buruk, sulit konsentrasi, sering bingung.

f. Perasaan depresi

Kehilangan minat, sedih, bangun pada dini hari, berkurangnya kesukaan

pada hobi, perasaan berubah rubah sepanjang hari.

g. Gejala somatik ( otot-otot)

Sakit dan nyeri otot-otot, kaku, kedutan otot, gigi gemeretak, suara tidak

stabil.

h. Gejala sensorik

Telinga berdengung, penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa

lemah, perasaan ditusuk tusuk.

i. Gejala kardiovaskular

Denyut nadi cepat, berdebar debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa

lemah seperti mau pingsan, detak jantung hilang sekejap.

j. Gejala pernafasan

Rasa tertekan di dada, perasaaan tercekik, merasa nafas pendek/sesak,

sering menarik nafas panjang.

k. Gejala gastrointestinal

Sulit menelan, mual, muntah, berat badan menurun, sulit buang air besar,

perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri lambung sebelum dan sesudah

makan, rasa panas diperut, perut terasa kembung atau penuh.

l. Gejala urogenetalia

Sering buang air kecil, tidak dapat menahan kencing, menstruasi tidak

(22)

m. Gejala vegetativ/otonom

Mulut kering, tidak tenang, muka merah, mudah berkeringat, pusing atau

sakit kepala, kepala terasa berat, bulu-bulu berdiri.

n. Perasaan ibu

Gelisah, tidak tenang, mengerutkan dahi/otot tegang, nafas pendek dan

cepat, muka merah.

Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut

skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale), skala HARS merupakan

pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya gejala pada individu

yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 gejala yang

nampak pada individu yang mengalamai kecemasan. Setiap item yang diobservasi

diberi 5 tingkatan skor antara 0 (nol present) sampai dengan 4 (severe). Sesuai

ketentuan itu maka penelitian dikategorikan sebagai berikut :

0 : Tidak ada (tidak ada gejala sama sekali)

1 : Ringan (satu gejala dari pilihan yang ada)

2 : Sedang (separuh dari gejala yang ada)

3 : Berat (lebih dari separuh gejala yang ada)

4 : Sangat berat (semua gejala yang ada)

Selanjutnya penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan nilai

skor dari item 1-14 dengan hasil :

Skore < 6 : tidak ada kecemasan

Skore 7-14 : kecemasan ringan

Skore 15-27 : kecemasan sedang

(23)

2.1.4 Klasifikasi Tingkat Kecemasan

Ada empat tingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan panik

menurut Stuart (2007)

a. Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari. Kecemasan ini menyebabkan individu menjadi meningkat

lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan

menghasilkan pertumbuhan serta kreatifitas.

b. Kecemasan sedang

Kecemasan sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang

penting dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini mempersempit

lapangan persepsi individu, dengan demikian, individu mengalami tidak

perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika

diarahkan untuk melakukannya.

c. Kecemasan berat

Kecemasan berat sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu

cenderung berfokus pada suatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir

tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.

Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area

lain.

d. Panik

Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah,

ketakutan, dan teror. Hal yag rinci terpecah dari proporsinya. Karena

mengalami kehilangan kendali. Individu yang mengalami panik tidak

(24)

disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas

motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,

persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.

Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung

terus dalam waktu yang lain, dapat terjadi kesalahan dan kematian.

2.1.5 Rentang Respon Kecemasan

Respon kecemasan dapat dikonseptuasikan dalam sebuah rentang respon

dari respon adaptif sampai maladaptif. Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat

konstruktif dan dekstruktif. Konstruktif adalah motivasi seseorang untuk belajar

memahami terhadap perubahan-perubahan terutama perubahan terhadap perasaan

tidak nyaman dan berfokus pada kelangsungan hidup. Sedangkan reaksi

dekstruktif adalah reaksi yang dapat menimbulkan tingkah laku maladaptif serta

disfungsi yang menyangkut kecemasan berat atau panik (Suliswati, 2005).

Gambar 2.1 Rentang Respon Kecemasan (Suliswati, 2005)

2.1.6 Factor-faktor penyebab kecemasan

Factor-faktor yang menyebabkan kecemasan, menurut Stuart (2007)

adalah ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologi yang akan

terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari,

dan ancaman terhadap system diri dapat membahayakan identitas, harga diri, dan

(25)

2.2 Konsep Keluarga Berencana 2.2.1 Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk mengontrol jumlah dan

jarak kelahiran anak. Untuk menghindari kehamilan yang bersifat sementara

digunakan kontrasepsi, sedangkan untuk menghindari kehamilan yang sifatnya

menetap dilakukan sterilisasi (El-Manan, 2011), sedangkan UU No 10 Tahun

1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera

mendefinisikan KB sebagai upaya peningkatan kepedulian dan peran serta

masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran,

pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia

dan sejahtera (Noviawati, 2011).

2.2.2 Tujuan Keluarga Berencana

Secara umum tujuan 5 tahun ke depan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan visi dan misi program KB di muka adalah “membangun kembali dan

melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB Nasional yang kuat

di masa mendatang, sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas 2015 dapat tercapai”. Sedangkan tujuan utama program KB nasional adalah untuk

memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi

yang berkualitas, menurunkan tingkat atau angka kematian ibu bayi, dan anak

serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun

keluarga kecil berkualitas (Noviawati, 2011).

2.2.3 Manfaat Keluarga Berencana

(26)

a. Manfaat untuk ibu

1) Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan

2) Mencegah setidaknya 1 dari 4 kematian ibu

3) Menjaga kesehatan ibu

4) Mengatur jarak kehamilan.

b. Manfaat untuk anak

1) Mengurangi resiko kematian bayi

2) Meningkatkan kesehatan bayi

3) Mencegah bayi kekurangan gizi

4) Tumbuh kembang bayi lebih terjamin

5) Kebutuhan ASI eklusif selama 6 bulan relatif dapat terpenuhi

6) Mendapatkan kualitas kasih sayang.

c. Manfaat untuk keluarga

1) Meningkatkan kesejahteraan keluarga

2) Harmonisasi keluarga lebih terjaga.

2.2.4 Visi dan Misi Keluarga Berencana

Visi : Terwujudnya “Keluarga Berkualitas 2015”, yang hakekatnya

mewujudkan keluarga indonesia yang mempunyai anak ideal, sehat,

berpendidikan, sejahtera, berketahanan, dan terpenuhi hak-hak reproduksinya

(Program KB nasional RPJM 2005-2009).

Misi : Mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera, agar terwujud.

a. Keluarga Dengan Anak Ideal

Keluarga dengan anak ideal adalah keluarga yang dapat merencanakan

(27)

b. Keluarga Sehat

Keluarga sehat adalah keluarga yang tidak saja sehat secara jasmani, tetapi

juga sehat secara rohani dan sosial. Kondisi ini terutama berkaitan dengan

kesehatan ibu, bayi, anak dan reproduksi (remaja) sehingga mereka

terhindar dari penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS.

c. Keluarga Berpendidikan

Keluarga berpendidikan adalah keluarga yang mempunyai pengetahuan

luas, termasuk pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan KB,

menjaga kehamilan dan persalinan yang aman, pengasuhan dan tumbuh

kembang anak, peningkatan kualitas lingkungan keluarga, anggota

keluarga terbebas dari buta huruf, menyekolahkan anak minimal hingga

(wajib belajar) 9 tahun, serta memberi kesempatan belajar yang sama

kepada semua anak tanpa membedakan jenis kelamin.

d. Keluarga Sejahtera

Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas

perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan

material yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta

memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antara anggotanya

dan antara keluarga, masyarakat serta lingkungan.

e. Keluarga Berketahanan

Keluarga berketahanan adalah keluarga yang memiliki keuletan dan

ketangguhan, baik secara fisik materil maupun psikis mental spiritual, agar

hidup mandiri serta mampu mengembangkan diri dan anggota keluarganya

(28)

f. Keluarga Yang terpenuhi Hak-Hak Reproduksinya

Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya adalah keluarga yang

dapat mengakses dan memahami informasi tentang seluk beluk kesehatan

reproduksi secara jujur dan lengkap serta mampu memperoleh layanan KB

dan kesehatan reproduksi sesuai dengan kebutuhannya (Titik Kurniawati,

2011).

2.2.5 Sasaran Keluarga Berencana

Sasaran progam KB nasional lima tahun kedepan yang sudah tercantum

dalam RPJM 2004-2009 adalah sebagai berikut:

a. Menurunkan rata-rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) secara nasional

menjadi satu, 1,14% per-tahun.

b. Menurunkan angka kelahiran Total Fertility Rate (TFR) menjadi 2,2 setiap

wanita.

c. Meningkatkan peserta KB pria menjadi 4,5%.

d. Menurunkan pasangan usia subur (PUS) yang tidak ingin punya anak lagi

dan ingin menjarangkan kelahirannya, tetapi tidak memakai alat

kontrasepsi (unmet need) menjadi 6%.

e. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang efektif dan efisien.

f. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang

anak.

g. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1 yang

aktif dalam usaha ekonomi produktif.

h. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan

(29)

2.2.6 Ruang Lingkup Program Keluarga Berencana

Berikut ini merupakan komponen ruang lingkup pelayanan KB yang dapat

diberikan kepada masyarakat.

a. Komunikasi informasi dan edukasi (KIE).

b. Konseling.

c. Pelayanan kontrasepsi.

d. Pelayanan infertilitas.

e. Pendidikan seksual.

f. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan.

g. Konsultasi genetik.

h. Tes keganasan.

i. Adopsi (Titik Kurniawati, 2011).

2.2.7 Pengetahuan Tentang Alat/Cara Kontrasepsi

Pengetahuan mengenai pembatasan kelahiran dan keluarga berencana

(KB) merupakan salah satu aspek penting ke arah pemahaman tentang berbagai

alat/cara kontrasepsi yang tersedia, mengenai yang berpengaruh kepada

pemakaian alat/cara kontrasepsi yang tepat dan efektif. Pengetahuan responden

mengenai metode kontrasepsi diperoleh dengan cara menanyakan semua jenis alat

atau cara kontrasepsi yang pernah didengar untuk menunda atau menghindari

terjadinya kehamilan dan kelahiran.

Kontrasepsi sangat penting untuk mengukur keberhasilan program KB.

Dapat diperoleh melalui wawancara kepada responden atau pasangannya

(30)

Metode atau cara kontrasepsi dibagi dalam dua kategori, yaitu metode

kontrasepsi modern dan cara tradisional. Metode kontrasepsi modern meliputi

sterilisasi wanita, sterilisai pria, pil KB, IUD, suntik KB, susuk, kondom pria,

intravagina, diafragma, kontrasepsi darurat, dan metode amenorrhea laktasi

(MAL). Cara tradisional meliputi pantang berkala (kalender), sanggama terputus,

dan jamu (SDKI, 2012).

2.3 Konsep Akseptor KB

Akseptor KB adalah pasangan usia subur dimana salah seorang

menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan

kehamilan, baik melalui program maupun non program (Depkes Dalam

Retnowati, 2010). Atau orang yang menjalani kontrasepsi (Manuaba, 2010).

2.4 Konsep Kontrasepsi Pil

2.4.1 Pengertian

Kontrasepsi hormonal oral adalah kontrasepsi berupa pil atau obat yang

berbentuk tablet berisi hormon estrogen atau progesteron (Anggraeni & Martini,

2012). Pil kontrasepsi ini merupakan hormon steroid yang dipakai untuk

keperluan kontrasepsi dalam bentuk pil dimasukkan melalui mulut (diminum),

dan bertujuan untuk mengendalikan kelahiran atau mencegah kehamilan dengan

mekanisme menghambat pelepasan sel telur dari ovarium setiap bulannya

(31)

2.4.2 Jenis Pil Kontrasepsi a. Pil Kombinasi

Pil kombinasi adalah pil yang mengandung hormon estrogen dan

progesterone, sangat efektif (bila diminum setiap hari). Pil harus diminum setiap

hari pada jam yang sama (Siti, 2013).

1) Jenis pil kombinasi yaitu :

a) Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung

hormon aktif estrogen/progesteron (E/P) dalam dosis yang sama,

dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

b) Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung

hormon aktif estrogen/progesterone (E/P) dengan dua dosis yang

berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

c) Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung

hormon aktif estrogen/progesterone (E/P) dengan tiga dosis yang

berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

2) Cara Kerja Pil Kombinasi

a) Menekan ovulasi.

b) Mencegah implantasi.

c) Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma.

d) Pergeseran tuba tergantung sehingga transportasi telur dengan

sendirinya akan terganggu pula.

3) Manfaat Pil Kombinasi

a) Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas

tubektomi), bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000

(32)

b) Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.

c) Tidak mengganggu hubungan seksual.

d) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang

(mencegah anemia). Tidak terjadi nyeri haid.

e) Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin

menggunakan untuk mencegah kehamilan.

f) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopouse.

g) Mudah dihentikan setiap saat.

h) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.

i) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat (Noviawati, 2011).

4) Keterbatasan Pil Kombinasi

Pil kombinasi mempunyai keterbatasan antara lain:

a) Tidak mencegah penyakit menular seksual termasuk Hepatitis B

maupun HIV/AIDS.

b) Pengguna harus minum pil setiap hari.

c) Tidak boleh digunakan pada wanita menyusui.

d) Mahal.

e) Repot (Atikah, 2010).

5) Yang Dapat Menggunakan Pil Kombinasi

a) Usia reproduksi.

b) Tidak memiliki anak atau belum.

c) Gemuk dan kurus.

d) Menginginkan metode dengan efektifitas tinggi.

e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

(33)

g) Nyeri haid hebat.

h) Siklus haid teratur.

i) Menderita TBC.

j) Anemia akibat haid yang berlebihan.

6) Yang Tidak Dapat Menggunakan Pil Kombinasi

a) Hamil atau dicurigai hamil.

b) Menyusui eklusif.

c) Perokok dengan usia 35 tahun.

d) Penyakit hati akut.

e) Kanker payudara atau dicurigai.

f) Tidak dapat teratur menggunakan setiap hari.

g) Riwayat DM.

h) Riwayat Hypertensi (Siti, 2013).

7) Waktu Mulai Menggunakan Pil Kombinasi

Menurut Noviawati (2011), waktu untuk memulai menggunakan pil

kombinasi yaitu :

a) Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau perempuan tersebut

tidak hamil.

b) Hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.

c) Boleh menggunakan pada hari ke-8 tetapi perlu menggunakan

metode kontrasepsi yang lain (kondom) mulai hari ke-8 sampai hari

ke-14 atau tidak melakukan hubungan seksual sampai anda telah

menghabiskan paket pil tersebut.

d) Setelah melahirkan :

(34)

(2) Setelah 3 bulan dan tidak menyusui

(3) Pasca keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari).

e) Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi dan ingin

menggantikan dengan pil kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa

perlu menunggu haid.

b. Mini Pil

Mini pil adalah pil KB yang hanya mengandung hormon progesteron

dalam dosis rendah. Mini pil atau pil progestin disebut juga pil menyusui. Dosis

progestin yang digunakan 0,03-0,05 mg per tablet (Siti, 2013).

1) Jenis mini pil

Menurut Nina Siti (2013), mini pil terbagi dalam 2 jenis yaitu:

a) Mini pil dalam kemasan dengan isi 28 pil: mengandung 75 mikro

gram desogestrel.

b) Mini pil dalam kemasan dengan isi 35 pil: mengandung 300 mikro

gram levonogestrel atau 350 mikro gram noretindron.

2) Efektifitas mini pil

Pil progestin atau mini pil sangat efektif (98,5%) untuk digunakan pada

ibu menyusui bila penggunaan yang benar dan konsisten sangat mempengaruhi

tingkat efektifitasnya. Efektifitas penggunaan mini pil akan berkurang pada saat

mengkonsumsi obat anti konvulsan (fenitoin), carbenzemide, barbiturat, dan obat

anti tuberkulosis (rifampisin) (Siti, 2013).

3) Cara kerja mini pil

a) Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid ses di ovarium

(35)

b) Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga

implamantasi lebih sulit.

c) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi

sperma.

d) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu

(Noviawati, 2011).

4) Kerugian mini pil

Kontrasepsi pil progestin atau mini pil mempunyai kerugian, antara lain:

a) Memerlukan biaya.

b) Harus selalu tersedia.

c) Efektifitas berkurang apabila menyusui juga berkurang.

d) Penggunaan mini pil bersamaan dengan obat tuberkulosis atau

epilepsi akan mengakibatkan efektifitas menjadi rendah.

e) Mini pil harus diminum setiap hari dan pada waktu yang sama.

f) Angka kegagalan tinggi apabila penggunaan tidak benar dan

konsisten.

g) Tidak melindungi dari penyakit menular seksual termasuk

HIV/AIDS.

h) Mini pil tidak menjamin akan melindungi dari kista ovarium bagi

wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik (Siti, 2013).

5) Keuntungan kontrasepsi

Menurut Siti (2013), adapun keuntungan dari penggunaan kontrasepsi mini

pil yaitu:

a) Cocok sebagai alat kontrasepsi untuk perempuan yang sedang

(36)

b) Sangat efektif untuk masa laktasi.

c) Dosis gestagen rendah.

d) Tidak menurunkan produksi ASI.

e) Tidak mengganggu hubungan seksual.

f) Kesuburan cepat kembali.

g) Tidak memberikan efek samping estrogen.

h) Tidak ada bukti peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler, risiko

tromboemboli vena dan resiko hipertensi.

i) Cocok untuk perempuan yang tidak biasa mengkonsumsi estrogen.

j) Dapat mengurangi disminorhea.

6) Indikasi penggunaan mini pil

Kriteria yang boleh menggunakan pil progestin atau mini pil antara lain:

a) Wanita usia reproduksi (20-35 tahun).

b) Wanita yang telah memiliki anak maupun yang belum mempunyai

anak.

c) Pasca persalinan dan tidak menyusui.

d) Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat efektif selama

periode menyusui.

e) Perokok segala usia.

f) Mempunyai tekanan darah tinggi (selama < 180/110) atau dengan

masalah pembekuan darah (Noviawati, 2011).

7) Waktu mulai menggunakan mini pil

a) Mulai hari pertama sampai hari kelima siklus haid.

b) Tidak diperlukan pencegahan dengan kontrasepsi lain.

(37)

d) Setelah menggunakannya hari kelima siklus haid, jangan melakukan

hubungan seksual selama dua hari atau menggunakan metode

kontrasepsi lain untuk dua hari saja.

e) Bila pasien tidak haid ( Anemorhea ), mini piil dapat digunakan

setiap saat, asal saja diyakini tidak hamil. Jangan melakukan

hubungan seksual selama dua hari atau menggunaklan metode

kontrasepsi lain untuk dua hari saja.

f) Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pasca persalinan dan

tidak haid, mini piil dapat dimulai setiap saat. Bila menyusui penuh,

tidak memerlukan metode kontrasepsi tambahan.

g) Bila lebih dari 6 minggu pasca persalinan dan klien telah

mendapatkan haid, mini piil dapat dimulai pada hari 1-5 siklus haid.

h) Mini piil dapat diberikan segera pasca keguguran.

i) Bila pasien sebelumnya menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan

ingin menggantinya dengan mini piil, mini piil dapat segera

diberikan, bila saja kontrasepsi sebelumnya digunakan dengan benar

atau ibu tersebut tidak sedang hamil. Tidak perlu menunggu sampai

datangnya haid berikutnya.

j) Bila kontrasepsi sebelunya adalah kontrasepsi suntikan, mini piil

dapat diberikan pada jadwal suntikan berikutnya. Tidak diperlukan

penggunaan metode kontrasepsi lain.

k) Bila kontrasepsi sebelunya adalah kontrasepsi AKDR (termasuk

AKDR yang mengandung hormon), mini piil dapat diberikan pada

(38)

2.4.3 Hal-Hal Yang Menyebabkan Kegagalan KB Pil

Pil Kontrasepsi kombinasi di pakai lebih dari 100 juta wanita didunia. Pil

ini mengandung estrogen dan progesteron, efektifitasnya 99 %. Ada kegagalan

yang timbul sekitar 2-8 %. Angka kegagalan ini biasanya akibat penggunaan yang

salah (misuse) dari pemakainya.

Berikut ini 5 hal yang membuat efek pil menurun bahkan menghilang:

a. Tidak memakan pil pada jam yang sama tiap harinya. Karena alasan

kesehatan dosis estrogen pada pil telah diturunkan jauh sejak pertama di

perkenalkan tahun 1960. Pil modern hanya mengandung 20 mikrogram

estrogen (yang jadul 50 mikrogram). Oleh karena dosisnya yg rendah

maka pil ini harus dimakan setiap hari pada waktu yang sama.

b. Lupa makan pil. Jika tidak memakan pil satu kali, maka dosis berikutnya

harus didobelkan.

c. Alkohol. Alkohol dapat menurunkan efektifitas pil. Karena alkohol

dimetabolisme di hati dan setiap obat/bahan yang mempengaruhi hati juga

akan mempengaruhi penyerapan pil oleh tubuh. Terutama pada peminum

berat.

d. Antibiotik dan Obat anti kejang. Obat-obatan untuk penyakit saraf

terutama obat kejang seperti Dilantin dan Carbamazepine, dapat

mengurangi efektivitas pil. Antibiotik juga dikatakan bisa mempengaruhi

efektifitas pil.

e. Makan pil yang generik. Pil generik memang bisa menghemat uang tetapi

biasanya kadar zat yang terkandung didalamnya tidak sama dengan yang

(39)

Faktor-faktor yang

Kerangka konsep gambaran tingkat kecemasan akan kegagalan kontrasepsi pada akseptor KB pil.

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

(40)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai desain penelitian, kerangka

operasional, populasi, sampel dan teknik sampling, variabel penelitian, kriteria

inklusi dan eksklusi, tempat dan waktu penelitian, definisi operasional, teknik

pengumpulan data, instrument penelitian, teknik analisis data dan etika penelitian.

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptif dengan tujuan

mengetahui Gambaran Tingkat Kecemasan Akan Kegagalan Kontrasepsi Pada

(41)

3.2 Kerangka Operasional

Gambar 3.1 Kerangka Operasional Penelitian Gambaran Tingkat Kecemasan Akan Kegagalan Kontrasepsi Pada Akseptor KB Pil di Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang

Populasi :

Semua akseptor yang telah memenuhi kriteria inklusi di Desa Petungsewu

Kecamatan Dau Kabupaten Malang yang berjumlah 26 akseptor

Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah Total Sampling

Sampel

Semua akseptor KB pil dengan paritas lebih dari 2 di Desa Petungsewu

Kecamatan Dau Kabupaten Malang yang berjumlah 26 akseptor

Pengumpulan Data

Kuisioner memakai skala Hars

Pengolahan Data:

Editing, Coding, Skoring, Transvering, Tabulating

Analisa Data

= �× 00%

(42)

3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Semua akseptor yang telah memenuhi

kriteria inklusi di Desa Petungsewu Kecamatan Dau Kabupaten Malang yang

berjumlah 26 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah Semua akseptor KB pil dengan paritas

lebih dari 2 di Desa Petungsewu Kecamatan Dau Kabupaten Malang yang

berjumlah 26 orang.

3.3.3 Teknik Sampling

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Total Sampling sehingga

seluruh populasi dalam penelitian ini menjadi sampel penelitian. Jadi total

sampling yang digunakan sebanyak 26 orang.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu tingkat

kecemasan akan kegagalan kontrasepsi pada akseptor KB pil.

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.5.1 Kriteria Inklusi

Pada penelitian ini subyek penelitian yang diambil adalah akseptor KB pil

dengan kriteria Inklusi :

a. Bersedia menjadi responden

b. Semua akseptor KB pil yang tinggal di wilayah Desa Petungsewu

(43)

c. Akseptor KB pil dengan multipara.

d. Usia akseptor KB pil antara 18-45 tahun.

3.5.2 Kriteria Eksklusi

Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Responden yang pindah domisili atau berada di luar kota dalam waktu yang

lama ketika dilakukan penelitian.

b. Akseptor KB pil dengan primipara.

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : Dilaksanakan di Desa Petungsewu Kecamatan Dau

Kabupaten Malang

Waktu : Bulan Maret-April 2015

3.7 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional Gambaran Tingkat Kecemasan

Akan Kegagalan Kontrasepsi Pada Akseptor KB Pil.

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala

(44)

3.8 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 3.8.1 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data tentang tingkat tingkat kecemasan akan kegagalan

kontrasepsi pil digunakan kuesioner. Adapun prosedur pengumpulan data sebagai

berikut :

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan penelitian terdiri dari:

1) Peneliti menemukan masalah ketika melakukan praktek klinik kebidanan

tentang kecemasan akan kegagalan kontrasepsi KB pil dan mengambil

untuk dijadikan judul karya tulis ilmiah kemudian mencari literatur sebagai

pendukung teori dari judul.

2) Peneliti mengurus surat studi pendahuluan dari institusi STIKes Maharani

Malang untuk diserahkan ke Desa Petungsewu. Peneliti melakukan studi

pendahuluan di Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

3) Setelah peneliti melakukan seminar proposal peneliti mengurus surat

penelitian dari institusi untuk melakukan penelitian di Desa Petungsewu dan

menyerahkan surat ijin serta menjelaskan maksud dan tujuan penelitian

kepada petugas kesehatan POLINDES Petungsewu. Kemudian peneliti

mendapat surat balasan untuk penelitian di Desa Petungsewu.

4) Setelah mendapat ijin penelitian, peneliti mendata seluruh akseptor KB pil

(45)

b. Tahap pelaksanaan

Setelah melakukan pendataan pada buku register KB, peneliti mulai

melakukan proses pelaksanaan penelitian. Tahap pelaksanaan dalam

penelitian ini adalah:

1) Lembar ijin penelitian dan lembar informed consent dimasukkan kedalam

satu amplop untuk menjelaskan maksud dan tujuan pada responden.

Kemudian memberi pertanyaan dengan lembar kuisioner terpakai skala

HARS.

2) Mengumpulkan data dari lembar informed consent dan lembar kuisioner.

Setelah seluruh data terkumpul, peneliti melakukan penelitian.

3) Peneliti melakukan penilaian tentang kecemasan akseptor dengan

menggunakan lembar kuesioner.

4) Setelah seluruh data terkumpul, peneliti melakukan editing, cooding,

scoring, transfering, tabulating dan analisa data pada akseptor KB pil. Dari

hasil data yang didapat, peneliti menjaga kerahasiaan seluruh data.

3.8.2 Teknik Pengolahan Data

a. Editing

Editing dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data

terkumpul. Setelah pengumpulan data atau data terkumpul, peneliti melakukan

editing atau dengan memeriksa kembali hasil wawancara dengan ibu responden

dan melengkapi apabila ada data yang masih kurang.

b. Coding

Dalam penelitian ini, proses coding yang dilakukan bertujuan untuk

(46)

dalam pelaksanaannya setelah dilakukan editing, peneliti melakukan coding yaitu

dengan pemberian kode pada lembar kuesioner.

Kode dalam peneltian ini meliputi:

(47)

Tidak Sekolah : 5

mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor

antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe). Sesuai ketentuan itu maka

(48)

0 : Tidak ada (tidak ada gejala sama sekali)

1 : Ringan (satu gejala dari pilihan yang ada)

2 : Sedang (separuh dari gejala yang ada)

3 : Berat (lebih dari separuh gejala yang ada)

4 : Sangat berat (semua gejala yang ada)

Selanjutnya penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan nilai

skor dari item 1-14 dengan hasil :

Skore < 6 : tidak ada kecemasan

Skore 7-14 : kecemasan ringan

Skore 15-27 : kecemasan sedang

Skore > 27 : kecemasan berat.

d. Transfering

Transfering dalam penelitian ini adalah proses ditransfernya data setelah

proses editing kemudian ditransfer untuk diberi kode (coding), lalu ditransfer pada

proses tabulating atau dimasukkan pada master sheet yang sudah dibuat oleh

peneliti.

e. Tabulating

Tabulating ini teknik analisa data dimana semua data yang ada dimasukkan

dalam tabel-tabel yang ada di master sheet yang dipakai oleh peneliti.

3.9 Alat dan Bahan Instrumen

Alat dan bahan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a.Lembar kuesioner.

(49)

3.10 Teknik Analisis Data

Hasil yang telah diperoleh dari pengukuran tingkat kecemasan disimpulkan

dalam bentuk presentase dengan rumus :

= × 00%

Keterangan :

P = persentase

f = frekuensi responden sesuai dengan tingkat kecemasan

n = jumlah responden

Hasil persentase dari data tersebut, diinterpresentasikan dengan skala

(Nursalam, 2008.)

90% - 100% = mayoritas

66% - 89% = sebagian besar

51% - 65% = lebih dari 50%

0% - 50% = kurang dari 50%

3.11 Penyajian Hasil

Dalam penelitian ini, penyajian menggunakan tabel distribusi yang

dikonfirmasikan dalam bentuk presentase

3.12 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini menggunakan manusia (Akseptor KB

pil) sebagai subyek penelitian, untuk itu diperlukan informed consent dari ibu

dijadikan obyek penelitian. Hak obyek harus dilindungi. Maka, peneliti membawa

(50)

kesehatan di POLINDES Petungsewu untuk mendapat persetujuan, setelah

dilakukan penelitian dengan menekankan masalah etika, yang meliputi :

a. Informed Consent

Lembar persetujuan (Informed Consent) diberikan kepada responden

sebelum melakukan penelitian agar responden mengetahui maksud dan tujuan

penelitian. Jika ibu bersedia diteliti, maka harus menandatangani lembar

persetujuan, tetapi apabila menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak memaksa

dan tetap menghormati haknya.

b. Anominity (tanpa nama)

Peneliti tidak mencantumkan nama orang yang diteliti pada lembar

kuesioner. Peneliti hanya menggunakan kode untuk data responden.

c. Confidentiality (kerahasiaan)

Hasil wawancara dan data yang didapat dijaga kerahasiaannya dan hanya

(51)

38 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan tentang

Gambaran Tingkat Kecemasan Akan Kegagalan Kontrasepsi Pada Akseptor KB

Pil di Desa Petungsewu Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Penelitian ini

dilaksanakan bulan Maret-April 2015 di Desa Petungsewu Kecamatan Dau

Kabupaten Malang dengan jumlah akseptor KB pil dengan multipara sebanyak 26

orang.

Hasil penelitian ini diperoleh melalui kuesioner dengan mendatangi Desa

Petungsewu Kecamatan Dau Kabupaten Malang sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan sebelumnya. Setelah semua data diperoleh, peneliti melakukan

pengolahan data untuk disajikan dalam bentuk grafik frekuensi, tabulasi dan

diuraikan informasi dengan jelas tentang hal yang diteliti. Data yang disajikan

terdiri dari data umum dan data khusus. Data umum meliputi karakteristik

responden umur, agama, pendidikan, pekerjaan, lama pemakaian, usia anak

terakhir. Data khusus terdiri dari gambaran tingkat kecemasan akan kontrasepsi

pada akseptor KB pil.

4.1 Hasil Penelitian

Penyajian data meliputi data umum dan data khusus, data umum berisi

tentang umur, pendidikan, pekerjaan, lama pemakain dan usia anak terakhir,

sedangkan data khusus berisi tingkat kecemasan akan kegagalan kontrasepsi pada

(52)

4.1.1 Data Umum

Data ini menggambarkan karakteristik responden yang ada di wilayah

Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Berdasarkan hasil

penelitian yang telah dilakukan terhadap 26 responden melalui pengisian

kuesioner yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

a. Umur

Tabel 4.1 Karakteristik umur responden KB Pil di Desa Petungsewu,

Kecamatan Dau, Kabupaten Malang

No Umur Jumlah

Frekuensi (f) Persentase %

1 < 25 tahun 3 11%

2 25-35 tahun 15 58%

3 > 35 tahun 8 31%

Total 26 100 %

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 26 responden yang telah

mengisi kuesioner didapatkan lebih dari 50% yaitu 58% (15 responden) berumur

25-35 tahun.

b. Pendidikan

Tabel 4.2 Karakteristik pendidikan responden KB Pil di Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang

No Pendidikan Jumlah

Frekuensi (f) Persentase %

(53)

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 26 responden yang telah

mengisi kuesioner didapatkan setengah dari jumlah responden yaitu 50% (13

responden) memiliki tingkat pendidikan SD.

c. Pekerjaan

Tabel 4.3 Karakteristik pekerjaan responden KB Pil di Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang

No Pekerjaan Jumlah

Frekuensi (f) Persentase %

1 Swasta 9 34%

2 Wiraswasta 7 27%

3 Lain-lain 2 8%

4 Tidak bekerja 8 31%

Total 26 100 %

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 26 responden yang telah

mengisi kuesioner didapatkan kurang dari 50% yaitu 34% (9 responden) memiliki

pekerjaan swasta.

d. Lama Pemakaian

Tabel 4.4 Karakteristik lama pemakaian pil KB responden KB Pil di Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang

No Lama Pemakaian Jumlah

Frekuensi (f) Persentase %

1 < 1 tahun 8 31%

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 26 responden yang telah

mengisi kuesioner didapatkan kurang dari 50% yaitu 42% (11 responden) dengan

(54)

e. Usia Anak Terakhir

Tabel 4.5 Karakteristik usia anak terakhir responden KB Pil di Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang

No Umur Jumlah

Frekuensi (f) Persentase %

1 < 5 tahun 10 39%

2 5-20 tahun 12 46%

3 > 20 tahun 4 15%

Total 26 100 %

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 26 responden yang telah

mengisi kuesioner didapatkan kurang dari 50% yaitu 46% (12 responden) dengan

usia anak terakhir antara 5-20 tahun.

f. Konseling

Tabel 4.6 Karakteristik Konseling yang di dapat oleh responden KB pil di Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang

No Konseling Jumlah

Frekuensi (f) Persentase %

1 Ya 26 100 %

Total 26 100 %

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa dari 26 responden yang telah

mengisi kuesioner didapatkan mayoritas yaitu 100% (26 responden) mendapatkan

konseling dari petugas kesehatan.

4.1.2 Data Khusus

Data khusus ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran tingkat

kecemasan akan kegagalan KB pada akseptor KB pil di Desa Petungsewu

Kecamatam Dau Kabupaten Malang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

melalui pengisian kuesioner yang telah di skor. Dapat dilihat dalam tabel berikut

(55)

Tabel 4.7 Tingkat kecemasan akseptor KB pil akan kegagalan kontrasepsi

di Desa Petungsewu Kecamatan Dau Kabupaten Malang

No Tingkat Kecemasan Jumlah

Frekuensi (f) Persentase %

1 Tidak cemas 3 11%

2 Cemas ringan 16 62%

3 Cemas sedang 5 19%

4 Cemas berat 2 8%

Total 26 100 %

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa dari 26 responden yang telah

mengisi kuesioner lebih dari 50% yaitu 62% (16 responden) mengalami cemas

ringan. Kurang dari 50% yaitu 11% (3 responden) tidak cemas, 19% (5

responden) cemas sedang, 8% (2 responden) cemas berat.

4.2 Pembahasan

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak

menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan

sehari-hari, dan subjektif dari individu, tidak dapat di observasi secara langsung serta

merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik (Stuart,2007).

Salah satu kecemasan yang umum dialami oleh akseptor KB pil adalah

kecemasan akan kegagalan kontrasepsi. Kecemasan ini dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain: umur, pendidikan, pekerjaan, lama pemakaian dan usia anak

terakhir.

Berdasarkan data karakteristik umur sebanyak 58% responden berusia

antara 25-35 tahun. Semakin cukup usia tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Nursalam, 2003). Dari

hasil penelitian umur dapat mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang, menurut

(56)

banyak, dikarenakan responden telah mendapatkan cukup

penyuluhan-penyuluhan, konseling dari petugas kesehatan setempat, serta pengaruh dari

sumber-sumber media di masyarakat (TV, radio, majalah, koran dan internet)

sehingga ibu bisa menyikapi kecemasan tentang kegagalan kontrasepsi pil dengan

lebih baik.

Pada karakteristik pendidikan setengah dari responden 50% (13

responden) berpendidikan SD. Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku

seseorang akan pola hidup salah satunya dalam memotivasi sikap untuk berperan

serta dalam pembangunan kesehatan. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang

maka mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang

dimiliki sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat sikap seseorang

terhadap nilai yang baru dikenalkan (Nursalam, 2008). Menurut Notoatmodjo

(2010), perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik

yang diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable) yang

berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Hasil penelitian,

menunjukkan bahwa tingkat pendidikan seseorang belum tentu meningkatkan

tingkat kecemasan seorang akseptor KB pil. Didapatkan seluruh dari responden

(100%) mendapatkan konseling tentang pil KB yang lengkap dan jelas dari

petugas kesehatan. Sehingga responden dengan mudah memahami informasi yang

diberikan oleh petugas kesehatan. Semakin luas pengetahuan dan pemahaman

responden akan KB pil maka kecemasan akan kegagalan akan kontrasepsi pil

semakin berkurang.

Pada karakteristik pekerjaan sebagian besar responden bekerja sebagai

swasta yaitu 34% (9 responden). Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam

(57)

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Menurut peneliti, orang yang

bekerja akan mempunyai tambahan pengetahuan yang lebih luas daripada yang

tidak bekerja, karena dengan bekerja akan mempunyai banyak informasi dan

pengalaman dari lingkungan tempat bekerja. Sehingga kemungkinan kecemasan

akan berkurang.

Pada karakteristik lama pemakaian pil KB kurang dari 50% yaitu 42% (11

responden) dengan lama pemakaian antara 1-5 tahun. Menurut Siti Nina (2013),

pil KB yang digunakan setiap hari akan memiliki efektifitas yang tinggi. Peneliti

menduga bahwa, responden yang telah lama memakai pil KB akan memiliki

pengetahuan dan pengalaman mengkonsumsi pil KB semakin banyak sehingga

kecemasan akan kegagalannya pun berkurang. Hal ini berbeda dengan responden

yang baru memakai kontrasepsi pil atau responden baru pil KB dimana

pengalaman mengkonsumsi pil masih sedikit sehingga kecemasan akan

kegagalannya pun besar.

Pada karakteristik usia anak terakhir sebagian besar usia anak terakhir

antara 5-20 tahun yaitu 46% (12 responden). Menurut peneliti usia anak terakhir

berpengaruh terhadap kecemasan responden, jika usia anak terakhir terlalu muda

dapat menimbulkan kecemasan pada responden akan terjadinya kehamilan yang

tidak diinginkan, semakin muda usia anak terakhir semakin cemas akan terjadinya

kegagalan kontrasepsi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mayoritas kecemasan

akan kegagalan kontrasepsi terhadap akseptor KB adalah kecemasan ringan

sebanyak 12 orang (62%), kecemasan sedang yang dialami responden sebanyak 5

orang (19%), kecemasan berat sebanyak 2 orang (8%) dan responden yang tidak

(58)

Dari hasil penelitian mayoritas responden mengalami kecemasan ringan,

hal ini dikarenakan sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik tentang

alat kontrasepsi pil, sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki maka

kecemasan akan kegagalan kontrasepsi semakin sedikit dan responden dapat

mengantisipasi dampak negatif dari alat kontrasepsi pil. Menurut Suliswati

(2005), kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak

menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan

sehari-hari. Hal ini disebabkan karena setiap individu memiliki kemampuan yang

berbeda dalam menanggapi suatu respon yang telah didapatkan.

Dalam setiap individu otak memiliki reseptor khusus yang membantu

regulasi kecemasan, sehingga setiap individu secara otomatis menanggapi rasa

cemas berbeda (Suliswati, 2005). Sikap akseptor KB pil yang mengalami

kecemasan ini karena adanya situasi yang terjadi pada dirinya jika melakukan

kesalahan dalam pemakaian KB pil.

Bloomfield (2009) berpendapat dapat dilakukan beberapa antisipasi untuk

mengatasi rasa cemas, antara lain dengan menyadari dan mewaspadai situasi serta

orang-orang yang potensial bisa menyulut kecemasan, mengatur perbafasan,

menghindari kafein, alkohol dan rokok, tidur yang cukup, tertawa dan olahraga,

mengusir kekhawatiran yang berlebihan. Mencegah kegagalan kontrasepsi pil bisa

dilakukan dengan minum pil KB pada jam yang sama, setiap hari tidak lupa

mengkonsumsi pil KB, tidak mengkonsumsi alkohol, dan tidak meminum obat

antibiotik atau obat anti kejang. Kecemasan dalam hal ini dapat membantu ibu

untuk selalu waspada dan disiplin dalam meminum pil KB, sehingga kecemasan

ringan masih diperlukan untuk menjaga dan menghindarkan ibu dari kegagalan

(59)

4.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah cara pengukuran tentang

pengetahuan responden tentang KB pil yaitu sejauh mana penyerapan responden

terhadap konseling tentang KB pil yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada

(60)

47 BAB V PENUTUP

Pada bab ini disajikan ringkasan dari penelitian yang telah dilakukan dan

beberapa hal yang perlu diperhatikan meliputi kesimpulan dan saran, sehingga

akan memberikan masukan pada semua pihak. Adapun kesimpulan dan saran

penelitian ini adalah sebagai berikut:

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 26 responden

dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. sebagian besar kecemasan yang dialami oleh responden yaitu kecemasan

ringan 62% (12 responden).

2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecemasan yaitu umur, lama

pemakaian, usia anak terakhir, pendidikan dan pekerjaan.

5.2 Saran

1. Bagi Tempat Penelitian

Hendaknya petugas kesehatan di tempat penelitian dapat mengoptimalkan

dalam pemberian informasi tentang penggunaan KB pil kepada akseptor

baru maupun lama.

2. Bagi Responden

Diharapkan dapat memanfaatkan fasilitas serta sarana dan prasarana yang

diberikan oleh petugas kesehatan dalam upaya mengatasi kecemasan akan

(61)

3. Bagi Institusi

Dapat dijadikan tambahan pengetahuan maupun pembelajaran mengenai

gambaran tentang tingkat kecemasan akan kegagalan kontrasepsi pada

akseptor KB pil.

4. Rekomendasi Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, maka kepada peneliti selanjutnya yang

tertarik dengan topik yang sama dapat dilanjutkan penelitian tentang “Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kecemasan akseptor

Gambar

Gambar 2.1 Rentang Respon Kecemasan (Suliswati, 2005)
Gambar 2.2 Bagan Skematik Kerangka Konsep Gambaran Tingkat Akan Kecemasan Akan Kegagalan Kontrasepsi Pada Akseptor KB Pil
Gambar 3.1
Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional Gambaran Tingkat Kecemasan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Setiap pilihan atas produk Obligasi yang dibeli nasabah merupakan keputusan dan tanggung jawab nasabah sepenuhnya, termasuk apabila nasabah memilih jenis produk yang

Silabus Seleksi Olimpiade Sains Nasional Bidang Informatika/Komputer halaman 4 Di tingkat propinsi pada dasarnya sama dengan di tingkat kabupaten/kota kecuali komposisi

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, anugerah dan karunia Nya yang selalu dilimpahkan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini

Pada tahap pertama penulis melakukan dengan cara mengumpulkan data dan bahan yang diperlukan terlebih dahulu, dan pada tahap berikutnya penulis mengolah dan membahas