SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi
oleh
PUTRI AZURA ULANDARI
111301034
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Stres kerja adalah suatu kondisi akibat adanya interaksi antara seorang pekerja dengan pekerjaannya yang mana terdapat ketidaksesuaian karakteristik individu dengan keadaan-keadaan yang ada di perusahaan. Stres kerja dapat mempengaruhi kinerja dan produktivitas pekerja dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi stres kerja adalah kondisi kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara kondisi kerja terhadap stres kerja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian populasi dengan subjek penelitian berjumlah 135 orang supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala stres kerja dan skala kondisi kerja. Skala stres kerja disusun berdasarkan simptom-simptom stres kerja oleh Beehr dan Newman (dalam Rice, 1987) dan skala kondisi kerja disusun berdasarkan aspek-aspek kondisi kerja oleh Mangkunegara (2005). Hasil penelitian dengan menggunakan analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kondisi kerja terhadap stres kerja.
ABSTRACT
Job stress is a condition due to an interaction between worker with the job which cause discrepancy between individual characteristics with conditions around the
company. Job stress can affect worker’s performance and productivity while doing
their task. One factor that can affect job stress is working condition. This study aimed to see the influence between working condition with job stress. This study uses quantitative methods. This study is a population study with 135 fuel oil tank driver of PT Elnusa Petrofin Dumai. Measuring instruments used in this study are job stress scale and working condition scale. Job stress scale based on symptoms of job stress by Beehr and Newman (in Rice, 1987) and working condition scale based on aspects of working condition by Mangkunegara (2007). Result of analysis of research data simple regression analysis showed that there’s a influence of working condition toward job stress.
kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan pertolongan-Nya peneliti dapat
menyelesaikan tugas skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Kondisi Kerja Terhadap
Stres Kerja Pada Supir Mobil Tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai”. Shalawat
dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini peneliti persembahkan kepada kedua orang tua tercinta yaitu Bapak
Seniyanto dan Ibu Mariatun yang selalu menyayangi, mendidik dan membimbing,
serta mendoakan peneliti. Skripsi ini juga peneliti persembahkan kepada keluarga
besar terkhusus Bapak Idrus A.Ma dan Ibu Murni S.Pd yang telah mengajarkan
banyak hal kepada peneliti serta kepada saudara-saudara terbaik yaitu Iqbal, Ilham,
dan Chyntia yang selalu memberikan energi positif kepada peneliti.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Irmawati selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera
Utara.
2. Ibu Gustiarti Leila, M. Psi, M. Kes, psikolog selaku dosen pembimbing skripsi.
Terima kasih peneliti ucapkan atas bantuan, bimbingan, dan dukungan Ibu selama
ini sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lebih baik.
3. Ibu Sri Supriyantini, M.Si, psikolog., Ibu Rhodiatul Hasanah, M.Si, psikolog.,
Terima kasih atas bimbingan dan dukungan Ibu selama saya menjadi mahasiswi
Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
6. Seluruh jajaran dosen Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang telah
membimbing peneliti selama 4 tahun terakhir ini.
7. Pihak PT Elnusa Petrofin Dumai yang telah mengizinkan peneliti untuk
melakukan penelitian dan kepada supir mobil tangki yang telah berpartisipasi
untuk mengisi skala penelitian yang membantu penelti menyelesaikan skripsi ini.
8. Nissa, Rina, Tia, Taya, dan Manda yang selalu memberikan dukungan dan
bantuan kepada peneliti; teman-teman BGC yang sama-sama berjuang di Medan;
serta Annis dan Nina sebagai pendengar yang baik sehingga peneliti mampu
menyelesaikan skripsi ini.
9. Angkatan 2011 yang menemani peneliti selama 4 tahun. Sukses bagi kita semua.
Akhir kata, peneliti mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan
dalam skripsi ini. Peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan di masa yang akan datang. Terima kasih.
Medan, Oktober 2015
HALAMAN PERNYATAAN ... i
HALAMAN ABSTRAK ... ii
HALAMAN ABSTRAK INGGRIS ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Stres Kerja ... 10
B. Kondisi Kerja ... 15
C. Supir Mobil Tangki BBM ... 18
D. Pengaruh Kondisi Kerja Terhadap Stres Kerja ... 19
E. Hipotesis ... 21
D. Alat Ukur Penelitian ... 24
E. Validitas, Uji Daya Beda Aitem, dan Reliabilitas ... 26
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 29
G. Metode Analisis Data ... 32
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 33
A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 33
B. Hasil Penelitian ... 35
C. Hasil Tambahan ... 39
D. Pembahasan ... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 48
A. Kesimpulan ... 48
B. Saran ... 49
Tabel 1 Blue Print Skala Kondisi Kerja 25
Tabel 2 Blue Print Skala Stres Kerja 25
Tabel 3 Hasil Pengolahan Skala Kondisi Kerja 28
Tabel 4 Hasil Pengolahan Skala Stres Kerja 29
Tabel 5 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin 33
Tabel 6 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia 34
Tabel 7 Gambaran Subjek Berdasarkan Masa Kerja 34
Tabel 8 Hasil Uji Normalitas 35
Tabel 9 Hasil Uji Linearitas 36
Tabel 10 Hasil Uji Regresi 37
Tabel 11 Besar Pengaruh Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja 38 Tabel 12 Persamaan Regresi Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja 38 Tabel 13 Mean Stres Kerja Subjek Penelitian Berdasarkan Usia 39 Tabel 14 Mean Stres Kerja Subjek Penelitian Berdasarkan Masa Kerja 40 Tabel 15 Persamaan Regresi Per-aspek Kondisi Kerja 40 Tabel 16 Gambaran Skor Empirik dan Hipotetik Kondisi Kerja 41
[image:10.612.109.511.149.696.2]Tabel 17 Norma Kategorisasi Kondisi Kerja 42
Tabel 18 Kategorisasi Skor Kondisi Kerja 42
Lampiran A Skala Penelitian 54
Lampiran B Data Mentah Subjek Penelitian 67
Lampiran C Reliabilitas dan Daya Beda Aitem 79
ABSTRAK
Stres kerja adalah suatu kondisi akibat adanya interaksi antara seorang pekerja dengan pekerjaannya yang mana terdapat ketidaksesuaian karakteristik individu dengan keadaan-keadaan yang ada di perusahaan. Stres kerja dapat mempengaruhi kinerja dan produktivitas pekerja dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi stres kerja adalah kondisi kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara kondisi kerja terhadap stres kerja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian populasi dengan subjek penelitian berjumlah 135 orang supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala stres kerja dan skala kondisi kerja. Skala stres kerja disusun berdasarkan simptom-simptom stres kerja oleh Beehr dan Newman (dalam Rice, 1987) dan skala kondisi kerja disusun berdasarkan aspek-aspek kondisi kerja oleh Mangkunegara (2005). Hasil penelitian dengan menggunakan analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kondisi kerja terhadap stres kerja.
ABSTRACT
Job stress is a condition due to an interaction between worker with the job which cause discrepancy between individual characteristics with conditions around the
company. Job stress can affect worker’s performance and productivity while doing
their task. One factor that can affect job stress is working condition. This study aimed to see the influence between working condition with job stress. This study uses quantitative methods. This study is a population study with 135 fuel oil tank driver of PT Elnusa Petrofin Dumai. Measuring instruments used in this study are job stress scale and working condition scale. Job stress scale based on symptoms of job stress by Beehr and Newman (in Rice, 1987) and working condition scale based on aspects of working condition by Mangkunegara (2007). Result of analysis of research data simple regression analysis showed that there’s a influence of working condition toward job stress.
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sumber daya manusia dianggap sebagai sumber daya dan aset yang
penting bagi perusahaan karena manusia bersifat dinamis dan memiliki
kemampuan yang terus berkembang. Djajendra (2012) menyatakan bahwa pekerja
selalu disebut sebagai human capital, yang artinya adalah modal terpenting untuk
menghasilkan nilai tambah perusahaan. Dalam bekerja, seringnya pekerjaan yang
dilakukan individu dapat menimbulkan stres bagi dirinya sendiri. Stres kerja
umumnya akan melibatkan kedua belah pihak yaitu bagi perusahaan dan bagi
pekerja itu sendiri (Rice, 1987).
Rice (1987) mendefinisikan stres kerja sebagai tuntutan pekerjaan yang
melampaui kemampuan coping pekerja. Caplan dkk (dalam Wijono, 2010)
mengatakan bahwa stres kerja mengacu kepada karakteristik pekerjaan yang
berkemungkinan mendatangkan ancaman bagi individu baik itu tuntutan yang
mana individu tidak bisa mencapai kebutuhannya atau individu tersebut tidak
memiliki sumber daya yang mencukupi untuk mencapai tuntutan tersebut.
Mangkunegara (2005) menyatakan bahwa stres kerja adalah perasaan
yang menekan yang dialami oleh pekerja dalam menghadapi pekerjaannya. Beehr
dan Newman (dalam Rice, 1987) menyatakan bahwa stres kerja adalah kondisi
yang muncul akibat interaksi antara pekerjaan dengan karakteristik pekerja yang
Apabila tidak segera diatasi, stres kerja dapat mempengaruhi kinerja
pekerja. Sebuah penelitian oleh Ahmed dan Ramzen (2013) mengatakan bahwa
terdapat korelasi negatif yang signifikan antara stres kerja dan kinerja pekerja,
yang mana menunjukkan bahwa stres kerja secara signifikan mengurangi kinerja
individu. Heilriegel dan Slocum (dalam Wijono, 2010) juga mengatakan bahwa
stres kerja dapat memberi tekanan terhadap produktivitas dan dan mengganggu
individu. Apabila stres tersebut telah menjadi stres negatif maka akan
mengakibatkan hancurnya produktivitas kerja pekerja. Hal ini tentunya dapat
merugikan perusahaan dan juga menjadi masalah bagi pekerja tersebut. Oleh
karena itu, perlu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja.
Menurut Rice (1987) stres kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
kondisi pekerjaan, ambiguitas peran, stres interpersonal, pengembangan karir,
struktur organisasi, dan hubungan pekerjaan-rumah. Selain itu menurut NIOSH
(National Institute for Occupational Safety and Health) penyebab utama stres
kerja adalah karakteristik individu dan kondisi kerja. Penjelasan di atas
menunjukkan bahwa salah satu faktor yang berkontribusi terhadap stres kerja
adalah kondisi kerja.
Berdasarkan pada beberapa penelitian, terdapat hubungan antara kondisi
kerja dengan stres kerja seperti penelitian oleh Supardi (2008) dan Siboro (2009).
Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini ingin melihat
kondisi kerja yang berbeda terhadap stres kerja, yang mana kondisi kerjanya
Mangkunegara (2005) menyebutkan bahwa kondisi kerja dapat dilihat
dalam tiga aspek, yaitu kondisi fisik kerja, kondisi psikologis kerja, dan kondisi
temporer kerja. Seperti yang dijelaskan ILO (International Labour Organization),
kondisi kerja meliputi waktu kerja (jumlah jam kerja, masa istirahat, dan
penjadwalan kerja) hingga pemberian upah, begitu juga dengan kondisi fisik dan
tuntutan mental (mental demands) yang ada di tempat kerja.
Kondisi kerja adalah sesuatu yang ada di lingkungan para pekerja yang
mempengaruhi individu tersebut dalam menjalankan tugas, seperti temperatur,
kelembaban, polusi, udara, ventilasi, penerangan, kegaduhan, kebisingan,
kebersihan tempat kerja, dan memadai tidaknya alat dan perlengkapan kerja
(Nitisemito, 2000). Sementara itu, Newstrom dan Davis (1996) menyatakan
bahwa kondisi kerja berhubungan dengan penjadwalan pekerjaan yaitu lamanya
hari kerja dan waktu bekerja dalam sehari. Robbins (1998) menyatakan bahwa
kepedulian terhadap kondisi kerja yang nyaman akan memudahkan untuk
mengerjakan tugas-tugas, serta keadaan yang tidak berbahaya atau merepotkan.
Selain itu, pekerja juga lebih senang dengan kondisi kerja yang tidak berbahaya
dan menyenangkan.
Beberapa bidang pekerjaan yang membahayakan menurut Departemen
Tenaga Kerja AS adalah nelayan, pilot dan mekanik pesawat, penebang kayu,
pekerja dibidang baja dan pertambangan, pengumpul barang bekas, petani dan
peternak, bidang kelistrikan, pekerja atap, dan supir (dikutip dari
www.kompas.com). Beberapa penelitian menyatakan bahwa supir merupakan
1991) dan supir profesional, seperti supir taksi, supir bus dan lori, serta supir truk
baik yang bekerja dengan jarak jauh maupun jarak dekat (Hanzlikova, 2005).
Tak berbeda pula dengan supir mobil tangki, yang mana mereka
dihadapkan pada kondisi pekerjaan yang tidak dapat diprediksikan dan juga
berpotensi mengalami kecelakaan. Kondisi seperti ini tentunya dapat memicu
munculnya stres kerja pada supir mobil tangki tersebut. Keadaan ini dapat
ditemukan pada supir mobil tangki BBM yang bekerja di PT Elnusa Petrofin
Dumai.
PT Elnusa Petrofin Dumai telah berkembang menjadi sebuah perusahaan
minyak dan gas-produk dan layanan bisnis sejak tahun 2007. Sekarang PT Elnusa
Petrofin Dumai telah diberikan hak di grosir/bisnis perdagangan umum untuk
menjadi pemain utama dalam sektor hilir migas oleh pemerintah (Direktorat
Jenderal Minyak dan Gas Bumi). Ini berarti perusahaan memiliki hak untuk
mengimpor/memproduksi, perdagangan, bahan bakar minyak transportasi untuk
dijual melalui stasiun bensin dalam jaringan pemasaran perusahaan. PT Elnusa
Petrofin Dumai memiliki jaringan bisnis yang luas meliputi Sumatera, Jawa, Bali,
Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur dengan kantor perwakilan di
berbagai kota yang salah satunya adalah di Dumai (dikutip dari
www.elnusapetrofin.co.id). Pengantaran BBM dilakukan dengan mobil tangki ke SPBU-SPBU di luar kota maupun di luar provinsi sesuai dengan tujuannya.
Sehingga dalam hal ini supir memiliki peran yang penting sebagai pekerja di
Supir mobil tangki BBM bertugas untuk mengantarkan bahan bakar
minyak ke SPBU yang berada di luar kota sesuai dengan tujuan masing-masing.
Tujuannya bisa dalam provinsi bahkan sampai keluar provinsi. Jarak tempuh yang
harus mereka lalui berbeda-beda setiap hari. Contohnya ada yang menempuh
jarak dari Dumai ke Pekanbaru atau Dumai ke Medan. Pengantaran itu dimulai
dari pagi, setelah mobil tangki sampai pada SPBU yang dituju, maka minyak akan
dimuat dan kemudian mereka harus kembali ke perusahaan pada hari itu juga agar
keesokan paginya bisa melakukan pengantaran lagi.
Pengaturan jam kerja diatur oleh Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
yang menyatakan bahwa jam kerja bagi sektor swasta dalam seminggu adalah 40
jam yang mana 8 jam per hari untuk 5 hari kerja dalam seminggu dan 7 jam per
hari untuk 6 hari kerja. Namun, dalam beberapa perusahaan jam kerja
dicantumkan dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Jumlah jam kerja para supir
mobil tangki bisa mencapai 12 jam dalam sehari bahkan lebih. Hari libur dalam
sebulan diberikan sebanyak 6 hari atau dalam 8 hari kerja mereka mendapatkan 2
hari libur. Melihat hal ini, bekerja sebagai supir mobil tangki umumnya melebihi
jam kerja menurut UU dan bisa dianggap lembur. Mereka diberikan uang saku
yang cukup untuk makan per hari setiap bekerja yang dianggap sebagai
kompensasi lembur.
Selain itu, mereka juga hanya memiliki waktu istirahat yang minim. Hal
ini dikarenakan mereka harus kembali lagi setelah mengantarkan BBM ke SPBU
yang berada di luar kota bahan di luar provinsi. Dengan perjalanan yang jauh
mengantar ke SPBU, mereka akan beristirahat di area SPBU tersebut. Area ini
tentunya berbeda dengan tempat istirahat yang disediakan oleh perusahaan.
Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa subjek, mereka mengaku
bahwa bekerja sebagai supir mobil tangki dengan jam kerja yang panjang
membuat mereka letih dan juga stres. Selain itu, mereka juga mengatakan bahwa
peralatan pendukung pekerjaan mereka (misal, ban serap) terkadang kurang
lengkap sehingga menimbulkan kekhawatiran. Hal ini terlihat dari komunikasi
peneliti dengan subjek penelitian:
“Kami kerja bawa mobil tangki ngantar minyak nya jauh, kadang antar
provinsi. Bisa itu kadang kurang tidur, kalo bawa kendaraan lagi ngantuk kan bahaya itu. Capek pasti, bikin stres juga. Apalagi kalau misalnya ban udah aus tapi ban cadangan untuk ganti akhir-akhir ini selalu gak ada, itu jadinya bahaya. Kadang terjadi kecelakaan.”
(Komunikasi personal, 2015)
Sementara itu, hasil observasi menunjukkan bahwa tempat istirahat tidak
terlalu bersih yang ditunjukkan dengan banyaknya abu rokok yang berserakan
sehingga menyebabkan lantai kotor. Ruang yang menyediakan tempat tidur bagi
pekerja untuk istirahat juga sempit dan jumlah tempat tidur tidak sampai 10 buah.
Selain itu, peneliti menemukan beberapa pekerja menginginkan libur yang lebih
panjang.
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa kondisi kerja yang dimiliki
supir mobil tangki termasuk dalam kondisi kerja yang kurang menyenangkan.
Penejelasan-penjelasan di atas juga menunjukkan bahwa pekerja merasa kurang
nyaman pada tiap aspek kondisi kerja yang akan diteliti dalam penelitian ini. Hal
ini dapat menyebabkan mereka mengalami stres kerja yang berdampak bagi
tujuan untuk mencapai visi dan misi nya sehingga harus menghindarkan pekerja
dari keadaan stres yang dapat merugikan perusahaan dan juga individu itu sendiri.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna melihat
pengaruh antara kondisi kerja (serta aspek-aspek kondisi kerja) terhadap stres
kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai.
B. RUMUSAN MASALAH
Pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah
terdapat pengaruh kondisi kerja dengan stres kerja pada supir mobil tangki BBM
PT Elnusa Petrofin Dumai?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat
pengaruh kondisi kerja dengan stres kerja pada supir mobil tangki BBM PT
Elnusa Petrofin Dumai.
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk memperkaya ilmu
psikologi dibidang Psikologi Industri dan Organisasi khususnya dibidang kondisi
kerja yang berkaitan dengan stres kerja.
2. Manfaat Praktis
Dengan mengetahui pengaruh antara kondisi kerja terhadap stres kerja,
langkah-langkah untuk menciptakan kondisi kerja yang baik dan lebih
memperhatikan stres kerja para pekerja.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah:
BAB I : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian,
pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi tentang teori-teori penyusun variabel yang digunakan
sebagai acuan dalam pembahasan masalah penelitian, aspek-aspek
variabel, faktor yang mempengaruhi variabel, dinamika antar variabel
penelitian, dan hipotesis yang diajukan oleh peneliti.
BAB III : Metode Penelitian
Bab ini berisi tentang metode-metode dasar dalam penelitian yaitu
pengidentifikasian variabel penelitian, defenisi operasional dari
masing-masing variabel, populasi, alat ukur penelitian, validitas, uji
daya beda aitem dan reliabilitas, prosedur pelaksanaan penelitian, dan
metode analisis data.
BAB IV : Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini berisi mengenai analisis data dan pembahasan yang terdiri dari
dan pembahasan hasil penelitian yang merupakan perbandingan
hipotesis dengan teori-teori atau hasil penelitian terdahulu.
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran dari peneliti yang akan
membahas kesimpulan hasil penelitian dan saran yang diberikan bagi
A. STRES KERJA 1. Definisi Stres Kerja
Lazarus (dalam Lahey, 2007) menyatakan bahwa stres dapat dikatakan
sebagai keadaan yang menyebabkan kemampuan individu untuk beradaptasi
menjadi terhambat atau melebihi kepasitasnya. Selain itu, Lazarus dan Folkman
(dalam Sarafino & Timothy, 2011) mengatakan bahwa stres merupakan keadaan
dimana interaksi dengan lingkungan membuat orang mempunyai kesenjangan
antara tuntutan fisik atau fisiologis dari situasi dan sumber dari sistem biologis,
psikologis, dan sosialnya.
Menurut Rice (1987) stres adalah kejadian atau stimulus yang
menyebabkan individu menjadi tegang, respon subjektif individu terhadap apa
yang terjadi, dan reaksi fisik dari tubuh terhadap tuntutan. Stres tidak hanya
bersifat negatif tetapi juga bersifat positif. Stres terbagi menjadi dua, yaitu distress
dan eustress. Distress adalah sejauh mana fisiologis, psikologis, dan perilaku
menyimpang dari fungsi yang sehat. Sementara eustress adalah hasil yang positif,
sehat, membangun dari hal-hal yang menyebabkan stres dan sebagai respon dari
stres (McShane & Glinow, 2003).
Beehr dan Newman (dalam Rice, 1987) menyatakan bahwa stres kerja
adalah kondisi yang muncul akibat interaksi antara pekerjaan dengan karakteristik
itu, Rice (1987) mendefinisikan stres kerja sebagai tuntutan pekerjaan yang
melampaui kemampuan coping pekerja.
Caplan dkk (dalam Wijono, 2010) mengatakan bahwa stres kerja
mengacu kepada karakteristik pekerjaan yang berkemungkinan mendatangkan
ancaman bagi individu baik itu tuntutan yang mana individu tidak bisa mencapai
kebutuhannya atau individu tersebut tidak memiliki sumber daya yang mencukupi
untuk mencapai tuntutan tersebut. Mangkunegara (2005) menyatakan bahwa stres
kerja adalah perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang dialami pekerja
dalam menghadapi pekerjaan. Stres kerja ini tampak dari simptom antara lain
emosi tidak stabil, perasaan tidak senang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok
yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah
meningkat, dan mengalami gangguan pencernaan.
Dalam penelitian ini akan difokuskan pada distress sehingga dapat
disimpulkan bahwa stres kerja adalah suatu keadaan yang dihasilkan akibat
adanya ketidaksesuaian antara karakteristik individu dengan hal-hal yang
berkaitan dengan pekerjaan yang mempengaruh fisiologis, psikologis, dan
perilaku individu.
2. Simptom-Simptom Stres Kerja
Menurut Beehr dan Newman (dalam Rice, 1987) terdapat tiga simptom
stres kerja, yaitu simptom psikologis, simptom fisik, dan symptom perilaku.
a. Simptom Psikologis
Adapun simptom-simptom psikologis berupa:
2) Perasaan frustasi, kemarahan, dan kebencian.
3) Emosi yang sangat perasa dan sangat reaktif
4) Mengurangi kefektifan dalam komunikasi
5) Withdrawal dan depresi.
6) Kebosanan dan ketidakpuasan kerja
7) Kehilangan konsentrasi
b. Simptom Fisik
Adapun simptom-simptom fisik berupa:
1) Meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah
2) Masalah pernafasan
3) Sakit kepala
4) Kelelahan fisik
5) Gangguan tidur
c. Simptom Perilaku
Adapun simptom-simptom perilaku berupa:
1) Procrastination dan menghindari datang bekerja
2) Kinerja dan produktivitas secara umum rendah
3) Meningkatnya penggunaan alkohol dan obat-obatan
4) Makan berlebihan sebagai pelarian yang mengarahkan kepada obesitas
5) Meningkatnya perilaku yang berbahaya, termasuk berkendara dan berjudi
6) Agresi, perusakan, dan mencuri
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi stres atau sumber stres disebut
sebagai stressor. Beberapa faktor penyebab stres kerja diantaranya (Rice, 1987):
a. Kondisi kerja, terdiri dari kerumitan pekerjaan, beban kerja yang terlalu berat
atau terlalu ringan, kondisi kerja yang tidak aman, dan kerja shift.
1) Kerumitan pekerjaan, yaitu kesulitan dari pekerjaan untuk diselesaikan.
2) Kelebihan beban kerja, terdiri dari kelebihan kuantitatif dan kelebihan
kualitatif.
Kelebihan kuantitatif terjadi ketika tuntutan fisik dari pekerjaan
melebihi kapasitas pekerja.
Kelebihan kualitatif adalah pekerjaan yang terlalu rumit atau sulit
untuk dikerjakan.
3) Beban kerja yang terlalu ringan yaitu pekerjaannya tidak terlalu
menantang atau gagal untuk mempertahankan ketertarikan dan perhatian
pekerja.
4) Pembuatan keputusan, tanggung jawab, dan stres. Pembuatan keputusan
oleh manajer akan mempengaruhi produksi perusahaan dan juga masa
depan pekerja. Stres berkemungkinan terjadi apabila pembuatan keputusan
oleh manajer melibatkan tanggung jawab bagi orang lain.
5) Bahaya fisik, stres muncul ketika pekerja harus menghadapi ancaman akan
6) Kerja shift, yang mengharuskan pekerja untuk mengganti jadwal mereka
dengan dasar rotasi. Hal ini akan menghasilkan gangguan pola tidur yang
normal.
Terkait dengan kondisi kerja, Mangkunegara (2005) menyebutkan bahwa
kondisi kerja terdiri dari, kondisi fisik kerja, kondisi psikologis kerja, dan
kondisi temporer kerja.
1) Kondisi fisik kerja, yaitu semua keadaan yang berbentuk fisik yang
terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pekerja baik
secara langsung maupun tidak langsung.
2) Kondisi psikologis kerja, yaitu perasaan bosan dan keletihan.
3) Kondisi temporer kerja, yaitu peraturan lama jam kerja dan waktu istirahat
kerja.
b. Ambiguitas peran, terjadi ketika individu tidak mengetahui apa yang
diharapkan dari dirinya dan hal apa yang harus dicapai dari pekerjaan.
c. Stres interpersonal, melibatkan hubungan dengan orang lain. Semakin luas
hubungan dengan dukungan sosial maka akan semakin baik.
d. Pengembangan karir, stres dipengaruhi oleh bagaimana pekerjaan itu
berkembang.
e. Stuktur organisasi, yaitu bagaimana cara perusahaan teroganisir dapat
mempengaruhi stres pada pekerja.
f. Hubungan antara rumah–kerja, hubungan ini antara menguntungkan atau
merusak. Ketika hal baik terjadi di tempat kerja, makan tekanan di rumah
B. KONDISI KERJA 1. Definisi Kondisi Kerja
ILO (International Labour Organization) menjelaskan bahwa kondisi
kerja mencangkup waktu kerja (jumlah jam kerja, masa istirahat, dan penjadwalan
kerja) hingga pemberian upah, begitu juga dengan kondisi fisik dan tuntutan
mental (mental demands) yang ada di tempat kerja. Nitisemito (2000) menyatakan
bahwa kondisi kerja adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan para pekerja
yang mempengaruhi individu tersebut dalam menjalankan tugas, seperti
temperatur, kelembaban, polusi, udara, ventilasi, penerangan, kegaduhan,
kebisingan, kebersihan tempat kerja, dan memadai tidaknya alat dan perlengkapan
kerja.
Menurut Newstrom dan Davis (1996) kondisi kerja berhubungan dengan
penjadwalan pekerjaan yaitu lamanya hari kerja dan waktu bekerja dalam sehari.
Sementara itu, menurut Munandar (2001) menyatakan bahwa kondisi kerja
berkaitan dengan kondisi fisik kerja dan kondisi lama waktu kerja.
Wursanto (2003), kondisi kerja adalah segala sesuatu yang menyangkut
segi fisik dan segi psikis yang secara langsung maupun tidak langsung akan
berpengaruh terhadap pekerja. Kondisi kerja adalah semua aspek fisik kerja,
psikologis kerja, dan temporer kerja yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja
dan pencapaian produktivitas kerja (Mangkunegara, 2005).
Robbins (1998) menyatakan bahwa kepedulian terhadap kondisi kerja
yang tidak berbahaya atau merepotkan. Selain itu, pekerja juga lebih senang
dengan kondisi kerja yang tidak berbahaya dan menyenangkan
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kondisi
kerja adalah hal-hal dalam situasi kerja yang dihadapi yang mempengaruhi
pekerja dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Hal ini bisa dilihat dari aspek fisik
kerja, psikologis kerja, dan temporer kerja.
2. Aspek-Aspek Kondisi Kerja
Menurut Mangkunegara (2005) kondisi kerja dapat dilihat dari kondisi
fisik kerja, kondisi psikologis kerja, dan kondisi temporer kerja:
a. Kondisi Fisik Kerja
Kondisi fisik kerja adalah semua keadaan yang berbentuk fisik yang terdapat
di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pekerja baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kondisi fisik kerja diantaranya:
1) Penerangan
Untuk pekerjaan tertentu diperlukan kadar cahaya tertentu sebagai
penerangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerangan adalah
kadar cahaya, distribusi cahaya, dan sinar yang menyilaukan.
2) Kebisingan
Bunyi atau suara yang tidak diinginkan dan yang dianggap gaduh oleh
3) Temperatur dan Kelembaban
Temperatur dan kelembaban dapat mempengaruhi semangat kerja, kondisi
fisik, dan emosi. Temperatur yang terlalu panas atau terlalu dingin dapat
mempengaruhi kondisi fisik dan emosi pekerja.
4) Peralatan Kerja
Peralatan-peralatan yang digunakan untuk menunjang pekerjaan.
b. Kondisi Psikologis Kerja
Kondisi psikologis kerja yang dimaksud adalah perasaan bosan dan keletihan.
Hal ini dapat disebabkan pekerjaan yang monoton atau aktivitas yang tidak
disukai.
1) Bosan Kerja
Kebosanan kerja dapat disebabkan perasaan rasa tidak enak, kurang
bahagia, kurang istirahat, dan perasaan lelah.
2) Keletihan Kerja
Keletihan kerja terdiri dari dua macam, yaitu keletihan psikis dan
keletihan fisiologis. Penyebab keletihan psikis adalah kebosanan kerja,
sedangkan keletihan fisiologis dapat menyebabkan meningkatnya
kesalahan dalam bekerja, meningkatkan absensi, turn over, dan kecelakaan
kerja.
c. Kondisi Temporer Kerja
Kondisi temporer kerja yang dimaksud adalah peraturan lama jam kerja dan
1) Waktu Jumlah Jam Kerja
Berkaitan dengan berapa lama waktu kerja yang digunakan untuk bekerja
dalam sehari atau seminggu. Meliputi jam kerja normal menurut UU No.
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu dalam seminggu adalah 40
jam yang mana 8 jam per hari untuk 5 hari kerja dalam seminggu dan 7
jam per hari untuk 6 hari kerja. Namun pada beberapa perusahaan, jam
kerja dicantumkan dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
2) Waktu Istirahat Kerja
Waktu istirahat kerja perlu diberikan kepada pekerja agar mereka dapat
memulihkan kembali rasa lelahnya. Di Indonesia, sebagian besar
perusahaan menentukan waktu istirahat kerja selama 1 jam (12.00 –
13.00).
C. SUPIR MOBIL TANGKI BBM
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia supir adalah pengemudi mobil.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan, mobil
tangki adalah mobil yang dirancang untuk mengangkat cairan atau gas dan pada
pasal 3 ayat (1) disebutkan bahwa mobil tangki merupakan salah satu kendaraan
bermotor jenis mobil barang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa supir mobil
tangki BBM adalah individu yang mengemudikan mobil yang dirancang untuk
mengangkut cairan berupa BBM (Bahan Bakar Minyak) yang bekerja di PT
D. PENGARUH KONDISI KERJA TERHADAP STRES KERJA
Stres kerja adalah perasaan yang menekan yang dialami oleh pekerja
dalam menghadapi pekerjaannya (Mangkunegara, 2005). Beehr dan Newman
(dalam Rice, 1987) menyatakan bahwa stres kerja adalah kondisi yang muncul
akibat interaksi antara pekerjaan dengan karakteristik pekerja yang mengubah
fungsi normal psikologi dan/atau fisiologis.
Rice (1987) mendefinisikan stres kerja sebagai tuntutan pekerjaan yang
melampaui kemampuan coping pekerja. Caplan dkk (dalam Wijono, 2010)
mengatakan bahwa stres kerja mengacu kepada karakteristik pekerjaan yang
berkemungkinan mendatangkan ancaman bagi individu baik itu tuntutan yang
mana individu tidak bisa mencapai kebutuhannya atau individu tersebut tidak
memiliki sumber daya yang mencukupi untuk mencapai tuntutan tersebut.
Perlu untuk memperhatikan stres kerja karena stres kerja dapat
mempengaruhi kinerja pekerja. Sebuah penelitian oleh Ahmed dan Ramzen
(2013) mengatakan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara stres
kerja dan kinerja pekerja, yang mana menunjukkan bahwa stres kerja secara
signifikan mengurangi kinerja individu. Selain itu, stres juga berhubungan dengan
produktivitas. Penelitian oleh Halkos dan Bousinakis (2008) menyatakan bahwa
meningkatnya stres kerja mengarahkan kepada produktivitas yang menurun.
Stres kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi pekerjaan,
ambiguitas peran, stres interpersonal, pengembangan karir, struktur organisasi,
dan hubungan pekerjaan-rumah (Rice, 1987). NIOSH (National Institute for
adalah karakteristik individu dan kondisi kerja. Kondisi-kondisi khusus
berkontribusi terhadap stres. Sebagai salah satu faktor penyebab stres kerja,
kondisi kerja merupakan hal yang perlu diperhatikan.
Mangkunegara (2005) menyebutkan bahwa kondisi kerja dapat dilihat
dalam tiga aspek, yaitu kondisi fisik kerja, kondisi psikologis kerja, dan kondisi
temporer kerja. Seperti yang dijelaskan ILO (International Labour Organization),
kondisi kerja meliputi waktu kerja (jumlah jam kerja, masa istirahat, dan
penjadwalan kerja) hingga pemberian upah, begitu juga dengan kondisi fisik dan
tuntutan mental (mental demands) yang ada di tempat kerja.
Nitisemito (2000) menyatakan bahwa kondisi kerja adalah sesuatu yang
ada di lingkungan para pekerja yang mempengaruhi individu tersebut dalam
menjalankan tugas, seperti temperatur, kelembapan, polusi, udara, ventilasi,
penerangan, kegaduhan, kebisingan, kebersihan tempat kerja, dan memadai
tidaknya alat dan perlengkapan kerja. Sementara itu, Newstrom dan Davis (1996)
menyatakan bahwa kondisi kerja berhubungan dengan penjadwalan pekerjaan
yaitu lamanya hari kerja dan waktu bekerja dalam sehari.
Oleh karena itu, kepedulian terhadap kondisi kerja yang nyaman akan
memudahkan untuk mengerjakan tugas-tugas, serta keadaan yang tidak berbahaya
atau merepotkan (Robbins, 1998). Selain itu, pekerja juga lebih senang dengan
kondisi kerja yang tidak berbahaya dan menyenangkan. Pada beberapa penelitian
juga dapat dilihat bahwa ada hubungan antara kondisi kerja dengan stres kerja
seperti penelitian oleh Supardi (2008) dan Siboro (2009). Berbeda dengan dua
penelitian-penelitian sebelumnya yang berdasarkan pada tiga aspek kondisi kerja
oleh Mangkunegara (2005) terhadap stres kerja.
E. HIPOTESIS
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan, hipotesis dari
penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara kondisi kerja terhadap stres kerja
pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai, yang mana semakin
negatif persepsi terhadap kondisi kerja maka semakin tinggi tingkat stres kerja
dengan bagaimana cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data, dan
pengambilan kesimpulan hasil penelitian (Hadi, 2000). Metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian kuantitatif yang bersifat inferensial.
Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data
numerik atau angka yang diperoleh dengan metode statistik (Azwar, 2005).
Penelitian inferensial bertujuan untuk menganalisis hubungan antar variabel
dengan pengujian hipotesis.
A. IDENTIFIKASI VARIABEL
Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Independen variabel : Kondisi kerja
2. Dependen varibael : Stres kerja
B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL 1. Kondisi Kerja
Kondisi kerja adalah keadaan dan situasi selama bekerja yang diukur
berdasarkan aspek-aspek kondisi kerja oleh Mangkunegara (2005), yaitu kondisi
kerja fisik yang berkaitan dengan penerangan, kebisingan, temperatur, dan
peralatan; kondisi psikologis kerja yang merupakan bosan kerja dan keletihan
kerja; serta kondisi temporer kerja yang merupakan waktu yang digunakan untuk
Kondisi kerja ini akan diukur dengan skala likert yang dirancang oleh
peneliti. Hasil pengukuran akan menunjukkan skor kondisi kerja yang diperoleh
dari skala kondisi kerja yang apabila skor kondisi kerja tinggi maka pekerja
memiliki penilaian negatif terhadap kondisi kerjanya sementara apabila skor
kondisi kerja rendah maka pekerja memiliki anggapan positif terhadap kondisi
kerjanya.
2. Stres Kerja
Stres kerja adalah kondisi yang terjadi akibat ketidaksesuaian antara
karakteristik-karakteristik individu dengan aspek-aspek dalam pekerjaan sehingga
berdampak pada munculnya gejala-gejala psikologis, fisik, dan perilaku pada
pekerja. Stres kerja ini akan diukur dengan tiga simptom-simptom yang
disebutkan oleh Beehr dan Newman (dalam Rice, 1987), yaitu simptom
psikologis, simptom fisik, dan simptom perilaku pada pekerja.
Stres kerja ini diukur dengan menggunakan skala likert yang dirancang
oleh peneliti. Hasil pengukuran dengan skala stres kerja akan menghasilkan skor
stres kerja yang mana apabila semakin tinggi skor stres kerja maka semakin tinggi
tingkat stres kerja subjek dan semakin rendah skor stres kerja maka akan semakin
rendah pula tingkat stres kerja subjek.
C. POPULASI
Hadi (2000) mengemukakan bahwa semua individu yang memiliki
generalisasi keadaan atau kenyataan yang sama disebut dengan populasi,
sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah supir mobil tangki yang bekerja di
PT Elnusa Petrofin Dumai.
Dalam penelitian ini akan digunakan sampel dari semua populasi sehingga
penelitian ini adalah penelitian populasi. Subjek penelitian adalah 135 supir mobil
tangki yang bekerja di PT Elnusa Petrofin Dumai.
D. ALAT UKUR PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan dua alat ukur, yaitu skala kondisi kerja dan
skala stres kerja yang dirancang oleh peneliti.
1. Skala Kondisi Kerja
Skala ini dirancang oleh peneliti berdasarkan pada aspek-aspek kondisi
kerja yang dikemukakan oleh Mangkunegara (2005), yaitu kondisi fisik kerja,
kondisi psikologis kerja, dan kondisi temporer kerja. Model skala ini yaitu
menggunakan skala likert yaitu metode pengukuran yang menggunakan distribusi
respon sebagai dasar penentuan nilai skala. Setiap pernyataan memiliki 5 pilihan
respon yaitu: STS (Sangat Tidak Setuju); N (Netral); TS (Tidak Setuju); S
(Setuju); dan SS (Sangat Setuju). Skala akan diberikan dalam bentuk aitem
favorable dan unfavorable. Rentang skor akan bergerak dari 0 sampai dengan 4.
Bobot nilai pada aitem favorable adalah STS = 0; TS = 1; N = 2; S = 3; dan SS =
4. Sementara bobot nilai pada aitem unfavorable adalah STS = 4; TS = 3; N =2; S
= 1; SS = 0.
Penyusunan alat ukur ini dapat dilihat dengan lebih jelas pada tabel di
Tabel 1. Blue Print Skala Kondisi Kerja
No Aspek-Aspek Aitem Total
Favorable Unfavorable
1. Kondisi Fisik Kerja
1, 2, 7, 8, 19, 14, 15, 20, 26, 9, 16,
24, 28
12, 13, 3, 4, 21 18
2. Kondisi Psikologis Kerja 5, 17, 10, 27 22 5
3. Kondisi Temporer Kerja 6, 23, 11 18, 25 5
TOTAL 28
2. Skala stres kerja
Skala ini dirancang oleh peneliti berdasarkan pada simptom-simptom
stres kerja yang disebutkan oleh Beehr dan Newman, yaitu simptom psikologi,
simptom fisik, dan simptom perilaku. Model skala ini yaitu menggunakan skala
likert yaitu metode pengukuran yang menggunakan distribusi respon sebagai
dasar penentuan nilai skala. Setiap pernyataan memiliki 5 pilihan respon, yaitu:
STS = Sangat Tidak Sesuai; TS = Tidak Sesuai; N = Netral; S = Sesuai; dan SS =
Sangat Sesuai. Skala akan diberikan dalam bentuk aitem favorable dan
unfavorable. Rentang skor akan bergerak dari 0 sampai dengan 4. Bobot nilai
pada aitem favorable adalah STS = 0; TS = 1; N = 2; S = 3; dan SS = 4.
Sementara bobot nilai pada aitem unfavorable adalah STS = 4; TS = 3; N = 2; S =
1; SS = 0.
Penyusunan alat ukur ini dapat dilihat dengan lebih jelas pada tabel di
bawah ini:
Tabel 2. Blue Print Skala Stres Kerja
No Simptom-Simptom Aitem Total
Favorable Unfavorable
[image:39.595.112.513.694.755.2]32
2. Simptom Fisik 8, 9, 10, 24, 33, 34 25 7
3. Simptom Perilaku
11, 12, 13, 14, 15, 26, 27, 28, 29, 30,
35, 36, 37, 38,
21 15
TOTAL 40
E. VALIDITAS, UJI DAYA BEDA AITEM, DAN RELIABILITAS 1. Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah
disusun benar-benar mampu mengukur apa yang hendak diukur. Azwar (2013)
mengatakan bahwa untuk mengetahui apakah skala mampu menghasilkan data
yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan pengujian validitas.
Validitas yang dilakukan adalah validitas isi (content validity) yaitu
evaluasi melalui akal sehat (common sense) yang mampu menilai apakah isi skala
memang mendukung konstrak teoretik yang diukur. Untuk mendukung evaluasi
ini diperlukan juga kesepakatan penilaian dari beberapa penilai yang kompenten
(expert judgement). Penilaian ini diperoleh dengan cara konsultasi dengan dosen
pembimbing.
Penyusunan alat ukur dilakukan peneliti dengan menentukan terlebih
dahulu kawasan isi dari stres kerja dan kondisi kerja. Setelah itu, peneliti
membuat aitem-aitem yang bertujuan untuk menggali kawasan tersebut.
Selanjutnya, peneliti melakukan pengujian validitas isi dengan melakukan analisis
rasional atau (expert judgement), yang dalam hal ini adalah dosen pembimbing
2. Uji Daya Beda Aitem
Uji daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan
antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki
atribut yang ingin diukur (Azwar, 2013). Daya beda suatu alat ukur dalam
penelitian sangat diperlukan karena dapat mengentahui seberapa cermat suatu alat
ukur melakukan fungsinya.
Pengujian daya beda aitem diperoleh melalui komputasi korelasi antara
distribusi skor aitem dengan skala itu sendiri yang akan menghasilkan koefisien
korelasi aitem total ( ). Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem
menggunakan batasan ≥ 0.30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi
minimal 0.30 daya bedanya dianggap memuaskan (Azwar, 2013).
3. Reliabilitas
Menurut Hadi (2000), reliabilitas alat ukur menunjukkan keajegan atau
konsistensi alat ukur yang bersangkutan bila diterapkan beberapa kali pada
kesempatan yang berbeda. Azwar (2013) mengungkapkan bahwa reliabilitas
mengacu kepada keterpercayaan atau konsistensi hasil ukur, yang mengandung
makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran.
Uji reliabilitas pada alat ukur ini menggunakan pendekatan internal
concistency yaitu Cronbach’s Alpha. Koefisien reliabilitas berada dalam rentang 0 sampai dengan 1,00. Apabila koefisien reliabilitas semakin mendekat angka 1,00
maka pengukuran semakin reliabel. Begitu juga sebaliknya, koefisien reliabilitas
4. Hasil Pengolahan Alat Ukur
Pengujian alat ukur dalam penelitian ini menggunakan try out terpakai.
Hadi (2000) menjelaskan bahwa try out terpakai adalah uji cobanya langsung
digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Peneliti menggunaan try out
terpakai dengan pertimbangan jenis pekerjaan subjek penelitian yang tidak selalu
berada ditempat sehingga akan sulit untuk mengambil data lebih dari satu kali.
Alat ukur disebarkan kepada 135 orang supir mobil tangki BBM PT Elnusa yang
merupakan subjek penelitian ini.
Skala yang telah terkumpul diolah dengan bantuan program SPSS 16.0
for windows. Peneliti menggunakan kriteria pemilihan aitem berdasarkan nilai
koefisiean korelasi minimal 0,30 ( ≥ 0.30). Hal ini dikarenakan semua aitem
yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap
memuaskan (Azwar, 2013).
a. Skala Kondisi Kerja
Berdasaarkan hasil analisis skala kondisi kerja dari 28 aitem, terdapat 25
aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total minimal 0,30 dan terdapat 3
aitem yang gugur. Hasil perhitungan reliabilitas skala stres kerja menghasilkan
[image:42.595.114.515.657.746.2]koefisien Cronbach’s Alpha sebesar 0,871
Tabel 3. Hasil Pengolahan Skala Kondisi Kerja
No Aspek-Aspek Aitem Total
Favorable Unfavorable
1. Kondisi Fisik Kerja
1, 2, 7, 8, 19, 14, 15, 20, 26, 9, 16,
24, 28
13, 3, 21 16
3. Kondisi Temporer Kerja 6, 23, 11 18 4
TOTAL 25
b. Skala Stres Kerja
Berdasaarkan hasil analisis skala stres kerja dari 40 aitem, terdapat 36
aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total minimal 0,30 dan terdapat 4
aitem yang gugur. Hasil perhitungan reliabilitas skala stres kerja menghasilkan
[image:43.595.114.521.333.479.2]koefisien Cronbach’s Alpha sebesar 0,923.
Tabel 4. Hasil Pengolahan Skala Stres Kerja
No Simptom-Simptom Aitem Total
Favorable Unfavorable
1. Simptom Psikologis 1, 2, 3, 4, 5, 7, 17,
18, 22, 23, 31, 32 6, 16, 40 15
2. Simptom Fisik 8, 9, 10, 24, 33,
34 25 7
3. Simptom Perilaku
11, 13, 14, 15, 26, 27, 28, 29, 30, 35,
36, 37, 38,
21 14
TOTAL 36
F. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN 1. Tahap Persiapan Penelitian
Tahap persiapan yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:
a. Perizinan
1) Peneliti memohon pembuatan surat izin dari fakultas untuk melakukan
penelitian di PT Elnusa Petrofin Dumai.
2) Peneliti meminta izin kepada pihak PT Elnusa Petrofin Dumai untuk
lakukan dan menyerahkan surat izin yang telah peneliti peroleh dari
kampus untuk mendapatkan persetujuan dari perusahaan.
3) Menentukan tanggal pengambilan data dengan pihak PT Elnusa Petrofin
Dumai
4) Peneliti meminta ketersediaan subjek untuk menjadi subjek penelitian
dengan memberikan penjelasan terkait penelitian sehingga subjek bersedia
mengisi skala dengan menjawab sesuai dengan dirinya sendiri tanpa ada
paksaan.
b. Alat Ukur Penelitian
1) Menentukan aspek-aspek pengukuran variabel-variabel penelitian.
2) Membuat alat ukur penelitian yaitu skala stres kerja dan skala kondisi
kerja.
3) Alat ukur yang telah dibuat diuji dengan bantuan professional judgement
yang merupakan dosen pembimbing peneliti.
4) Menganaliasa hasil uji coba alat ukur penelitian.
5) Menyusun kembali alat ukur yang telah dianalisa untuk diberikan kepada
subjek penelitian.
1. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei 2015 selama 5 hari kerja
yang dimulai dari tanggal 4 – 8 Mei dari pukul 07.00 WIB – 12.00 WIB di PT
Elnusa Petrofin Dumai.
a. Pihak PT Elnusa Petrofin Dumai membantu peneliti mengumpulkan subjek
peneliti dapat memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan peneliti datang ke
PT Elnusa Petrofin Dumai
b. Pengambilan data dilakukan menggunakan skala stres kerja dan kondisi kerja
yang peneliti berikan kepada subjek.
c. Memberikan penjelasan singkat mengenai penelitian dan instruksi pengerjaan
skala kepada subjek.
d. Setelah subjek mengerti, mereka akan diberi waktu untuk mengisi skala yang
telah diberikan. Subjek juga diberikan kesempatan untuk bertanya apabila ada
hal yang tidak dimengerti terkait dengan pengisian skala.
e. Subjek yang telah selesai mengisi skala dipersilahkan untuk mengumpulkan
kembali skala penelitian dan respondek akan diberikan reward yang telah
peneliti siapkan sebelumnya.
f. Berdasarkan pada jenis pekerjaan subjek, pengambilan data yang dilakukan
tidak selalu pada waktu yang sama. Pengambilan data juga dilakukan dengan
try out terpakai sehingga pengambilan data hanya dilakukan sekali saja. Hal
ini dikarenakan jadwal pekerjaan tiap subjek penelitian yang berbeda-beda
sehingga sulit untuk mengambil data lagi.
2. Tahap Pengolahan Data Penelitian
Setelah data kondisi kerja dan stres kerja supir mobil tangki BBM PT
Elnusa Petrofin Dumai terkumpul seluruhnya, maka data tersebut diolah dengan
G. METODE ANALISIS DATA
Model analisis statistika yang digunakan untuk melihat pengaruh kondisi
kerja terhadap stres kerja dalam penelitian ini adalah dengan metode analisis uji
regresi linier. Keseluruhan analisis dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0
for windows.
Sebelum melakukan analisis data, perlu dilakukan uji asumsi terhadap
hasil penelitian yang meliputi uji normalitas dan uji linearitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk melihat apakah data
tersebar secara normal atau tidak. Standar normal yang digunakan adalah jika p >
0.05 maka sebaran data dikatakan normal dan begitu juga sebaliknya, apabila p <
0.05 maka sebaran data tidak normal (Hadi, 2000). Uji normalitas dianalisis
dengan menggunakan one-way kolmogorov-smirnov dengan bantuan program
SPSS versi 16.0 for windows.
2. Uji Linearitas
Uji linearitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui linear atau
tidaknya hubungan antar variabel. Untuk mengetahui hubungan antara variabel
independent dengan variabel dependen. Apabila p < 0.05 maka hubungan antar
variabel dinyatakan linear, sebaliknya apabila p > 0.05 maka hubungan antar
Pada bab ini, penulis akan menguraikan keseluruhan hasil penelitian.
Analisis data dimulai dengan memaparkan gambaran umum responden penelitian
yang kemudian dilanjutkan dengan hasil penelitian dan pembahasan hasil
penelitian.
A. GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah supir mobil tangki BBM
PT Elnusa Petrofin Dumai yang berjumlah 135 orang. Berikut diperoleh
gambaran umum subjek penelitian berdasarkan pada jenis kelamin, usia, dan
status pernikahan.
1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Penyebaran subjek berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat lebih jelas
pada tabel di bawah ini:
Tabel 5. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 135 100%
Perempuan 0 0%
Total 135 orang 100%
Berdasarkan pada Tabel 5 di atas, dapat diketahui bahwa semua subjek
penelitian adalah laki-laki. Hal ini menandakan bahwa 135 orang (100%) subjek
2. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia
Berdasarkan usia subjek penelitian, maka dapat dikelompokkan dalam
dua perkembangan usia menurut Hurlock (1980), yaitu dewasa awal (21 – 40
tahun), dan dewasa madya (41 – 60 tahun). Penyebaran subjek berdasarkan pada
[image:48.595.118.507.278.338.2]usia dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 6. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentase
20 – 40 tahun 81 60%
41 – 60 tahun 54 40%
Total 135 orang 100%
Pada Tabel 6 di atas, dapat dilihat bahwa subjek dengan usia antara 20 –
40 tahun sebanyak 81 orang (60%) sedangkan subjek yang berusia di antara 41 –
60 tahun sebanyak 54 orang (40%). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah subjek
yang berada pada usia dewasa awal lebih banyak daripada jumlah subjek yang
berada pada usia dewasa madya.
3. Gambaran Subjek Berdasarkan Masa Kerja
PT Elnusa Petrofin Dumai telah berdiri sejak tahun 2007 sehingga masa
kerja paling lama adalah selama 8 tahun. Gambaran subjek berdasarkan masa
kerja akan dibagi dalam dua kelompok yaitu, 1 – 4 tahun dan 5 – 8 tahun.
Penyebaran subjek berdasarkan pada masa kerja dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 7. Gambaran Subjek Berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja Frekuensi Persentase
1 – 4 tahun 29 21,48%
Pada tabel 7 di atas, dapat dilihat bahwa subjek yang bekerja dalam
rentang 1 – 4 tahun berjumlah 29 orang (21,48%) dan subjek yang bekerja dalam
rentang 5 – 8 tahun sebanyak 106 orang (78, 52%). Hal ini menunjukkan bahwa
mayoritas subjek penelitian bekerja dalam rentang 5 – 8 tahun yang menandakan
mereka telah bekerja dari awal sejak PT Elnusa Petrofin Dumai berdiri.
B. HASIL PENELITIAN 1. Uji Asumsi Penelitian
Sebelum data penelitian dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
pada data penelitian tersebut yang meliputi uji normalitas dan uji linearitas.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 16.0
for Windows.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data penelitian tersebar
secara normal atau tidak. Uji normalitas dianalisis dengan menggunakan one-way
kolmogorov-smirnov dengan bantuan program SPSS versi 16.0 for windows.
Standar normal yang digunakan adalah jika p > 0.05 maka sebaran data
dikatakan normal sedngkan apabila p < 0.05 maka sebaran data tidak normal.
[image:49.595.125.502.637.698.2]Hasil uji normalitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
Kondisi Kerja .073 135 .073
Pada Tabel 8, dapat dilihat bahwa pada data kondisi kerja diperolah nilai
p = 0,073. Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran data kondisi kerja kerja
terdistribusi secara normal. Selanjuntya unuk data stres kerja diperoleh nilai p =
0,057 yang juga menandakan penyebaran data stres kerja terdistribusi normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui linear atau tidaknya
hubungan antara variabel, yaitu variabel kondisi kerja dan variabel stres kerja.
Apabila p < 0.05 maka hubungan antar variabel linear dan bila p > 0.05 maka
hubungan antar variabel tersebut tidak linear (Hadi, 2000). Hasil uji linearitas
[image:50.595.120.504.427.527.2]dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 9. Hasil Uji Linearitas
Sum of Squares
df Mean
Square
F Sig.
Stres Kerja * Kondisi Kerja
(Combined)
29149.313 42 694.031 2.432 .000
Linearity 16829.974 1 16829.974 58.968 .000 Deviation from Linearity 12319.339 41 300.472 1.053 .410
Berdasarkan pada Tabel 9 di atas, dapat dilihat bahwa hubungan antara
kondisi kerja terhadap stres kerja adalah hubungan yang linear dengan p =
0,001 yang menandakan bahwa p < 0,05.
2. Hasil Analisis Data
Untuk pengujian statistik, maka dirumuskan hipotesa statistik sebagai
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara kondisi kerja terhadap stres kerja pada
supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai
Ha : Terdapat pengaruh antara kondisi kerja terhadap stres kerja pada supir
mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai yang mana semakin
negatif persepsi terhadap kondisi kerja maka akan semakin tinggi
tingkat stres kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin
Dumai.
Metode analisis data yang digunakan untuk pengujian hipotesis dalam
penelitian ini adalah uji regresi linier dengan bantuan program SPSS 16.0 for
[image:51.595.117.506.415.498.2]windows. Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10. Hasil Uji Regresi Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
Regression 16829.974 1 16829.974 58.024 .000a Residual 38577.107 133 290.053
Total 55407.081 134
Berdasarkan hasil pengujian statistik pada Tabel 10 di atas, diperoleh
nilai sig. antara pengaruh kondisi kerja terhadap stes kerja pada supir mobil tangki
BBM PT Elnusa Petrofin Dumai adalah sebesar 0,001 dengan taraf signifikansi
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa 0,001 < 0,05 sehingga hipotesis nol (Ho)
ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima yang artinya terdapat pengaruh
antara kondisi kerja dengan stres kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa
semakin tinggi tingkat stres kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa
Petrofin Dumai.
Untuk melihat seberapa sumbangan yang diberikan kondisi kerja
terhadap sttres kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai,
[image:52.595.119.506.306.352.2]dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 11. Besar Pengaruh Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja pada Supir Mobil Tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai
Model
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .551a .304 .299 17.031
Berdasarkan pada Tabel 11 di atas, dapat dilihat bahwa nilai R square
sebesar 0,304. Nilai ini yang menunjukkan seberapa besar sumbangan yang
diberikan variabel kondisi kerja terhadap variabel stres kerja. Dengan kata lain,
sumbangan yang diberikan adalah sebesar 30,4%. Selanjutnya persamaan regresi
kedua varibael dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 12. Persamaan Regresi Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 20.807 7.029 2.960 .004
Kondisi Kerja .953 .125 .551 7.617 .000
Pada Tabel 12 di atas, variabel kondisi kerja memiliki nilai sig. 0,001
yang mana 0,001 < 0,05 sehingga variabel kondisi kerja berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel stres kerja. Selanjutnya dapat dilihat bahwa
menunjukkan bahwa setiap penambahan satu satuan skor variabel kondisi kerja
(X), maka tingkat stres kerja (Y) akan bertambah sebesar 0,953. Dengan kata lain,
semakin negatif persepsi supir mobil tangki terhadap kondisi kerja maka semakin
tinggi tingkat stres kerja supir mobil tangki tersebut.
C. HASIL TAMBAHAN
1. Mean Stres Kerja Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Mean stres kerja subjek penelitian berdasarkan usia dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 13. Mean Stres Kerja Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentase Mean
20 – 40 tahun 81 60% 70.96
41 – 60 tahun 54 40% 76.48
Total 135 orang 100%
Berdasarkan pada Tabel 13 di atas, dapat diketahui bahwa subjek
penelitian yang berada pada tingakatan usia dewasa madya (41 – 60 tahun)
memiliki nilai mean sebesar 76,48 dan subek penelitian yang berada pada
tingkatan usia dewasa awal (21 – 40 tahun) memiliki nilai mean sebesar 70,96.
Hal ini menunjukkan bahwa nilai mean subjek pada tingkatan usia dewasa madya
lebih besar daripada subjek pada tingkatan usia dewasa awal.
2. Mean Stres Kerja Subjek Berdasarkan pada Masa Kerja
Mean Stres Kerja subjek penelitian berdasarkan pada masa kerja dapat
Tabel 14. Mean Stres Kerja Subjek Penelitian Berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja Frekuensi Persentase Mean
1 – 4 tahun 29 21,48% 74.90
5 – 8 tahun 106 78,52% 72.70
Total 135 orang 100%
Berdasarkan pada Tabel 14 di atas, dapat diketahui bahwa subjek
penelitian yang telah bekerja dari 1 – 4 tahun memiliki nilai mean sebesar 74,90
da subjek penelitian yang telah bekerja selama 5 – 8 tahun memiliki nilai mean
sebesar 72,70. Hal ini menunjukkan bahwa nilai mean subjek penelitian yang
bekerja dari 1 – 4 tahun lebih besar daripada subjek penelitian yang bekerja
selama 5 – 8 tahun.
3. Pengaruh Aspek-Aspek Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja
Berdasarkan pada hasil uji regresi di bawah ini, dapat dilihat
aspek-aspek kondisi kerja mana yang lebih memberikan pengaruh pada stres kerja.
Tabel 15. Persamaan Regresi Aspek-Aspek Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja pada Supir Mobil Tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 21.212 7.241 2.929 .004
Kondisi Fisik Kerja .999 .324 .376 3.083 .002
Kondisi Psikologis
Kerja .988 .766 .146 1.291 .199
Kondisi Temporer
Kerja .706 .844 .081 .837 .404
Berdasarkan pada Tabel 15 di atas, dapat dilihat bahwa hanya aspek
[image:54.595.105.520.530.661.2]tetapi tidak signifikan terhadap stres kerja dengan nilai sig. 0,199 > 0,05 dan
begitu pula dengan aspek kondisi temporer kerja yang berpengaruh tetapi tidak
signifikan terhadap stres kerja dengan nilai sig. 0,404 > 0,05.
4. Kategorisasi
Berdasarkan pada data penelitian dapat dilakukan pengelompokan yang
mengacu pada kriteria kategorisasi. Kriteria pengkategorisasian didasarkan pada
asumsi bahwa skor populasi terdistribusi normal (Azwar, 2013).
1) Gambaran Skor Kondisi Kerja
Skala Kondisi Kerja terdiri dari 25 aitem dengan lima pilihan jawabah
yang bergerak dari 0 sampai 4. Dari skala yang telah diisi oleh subjek maka
[image:55.595.125.499.444.490.2]diperoleh gambaran skor empirik dan skor hipotetik pada tabel di bawah ini:
Tabel 16. Gambaran Skor Mean Empirik dan Mean Hipotetik Kondisi Kerja
N Minimum Maximum Mean SD
Empirik 135 31 81 54.94 11.759
Hipotetik 135 0 100 50 16.667
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 16, diperoleh hasil
perbandingan mean empiriK dan mean hipotetik dari variabel kondisi kerja yang
menunjukkan µe > µt yaitu 54,94 > 50 sehingga dapat disimpulkan bahwa skor
kondisi kerja pada subjek penelitian berada di atas rata-rata skor kondisi kerja
pada umumnya.
Data penelitian yang telah didapatkan selanjutnya digunakan peneliti
untuk mengkategorisasikan kondisi kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa
Petrofin Dumai dalam tiga tingkatan. Adapun norma kategorisasinya sebagai
Tabel 17. Norma Kategorisasi Kondisi Kerja
Rentang nilai Kategori
X < (µ– 1σ) Positif
(µ – 1σ) ≤ X < (µ + 1σ) Netral
(µ + 1σ) ≤ X Negatif
Kriteria kategorisasi untuk variabel kondisi kerja pada supir mobil tangki
[image:56.595.126.502.309.384.2]BBM PT Elnusa Petrofin Dumai dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 18. Kategorisasi Skor Kondisi Kerja
Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase
Kondisi Kerja
X < 33 Positif 2 1,48%
34 ≤ X ≤ 67 Netral 115 85,19%
67 ≤ X Negatif 18 13,33%
Total 135 100 %
Berdasarkan kriteria kategorisasi pada Tabel 18 di atas, dapat dilihat
subjek mayoritas berada pada kategori netral sebanyak 115 orang (85,19%).
Selebihnya terdapat 18 orang (13,33%) yang berada pada kategori negatif dan 2
orang (1,48%) yang pada kategori positif.
2) Gambaran Skor Stres Kerja
Skala stres kerja terdiri dari 36 aitem dengan lima pilihan jawaban yang
bergerak dari 0 sampai 4. Dari skal stres kera yang diisi oleh subjek, diperoleh
gambaran skor empirik dan skor hipotetik pada tabel di bawah ini:
Tabel 19. Gambaran Skor Mean Empirik dan Mean Hipotetik Stres Kerja
N Minimum Maximum Mean SD
Empirik 135 36 125 73.17 20.334
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 19, diperoleh hasil
per