• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja pada Supir Mobil Tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja pada Supir Mobil Tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

A. STRES KERJA

1. Definisi Stres Kerja

Lazarus (dalam Lahey, 2007) menyatakan bahwa stres dapat dikatakan sebagai keadaan yang menyebabkan kemampuan individu untuk beradaptasi menjadi terhambat atau melebihi kepasitasnya. Selain itu, Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino & Timothy, 2011) mengatakan bahwa stres merupakan keadaan dimana interaksi dengan lingkungan membuat orang mempunyai kesenjangan antara tuntutan fisik atau fisiologis dari situasi dan sumber dari sistem biologis, psikologis, dan sosialnya.

Menurut Rice (1987) stres adalah kejadian atau stimulus yang menyebabkan individu menjadi tegang, respon subjektif individu terhadap apa yang terjadi, dan reaksi fisik dari tubuh terhadap tuntutan. Stres tidak hanya bersifat negatif tetapi juga bersifat positif. Stres terbagi menjadi dua, yaitu distress dan eustress. Distress adalah sejauh mana fisiologis, psikologis, dan perilaku menyimpang dari fungsi yang sehat. Sementara eustress adalah hasil yang positif, sehat, membangun dari hal-hal yang menyebabkan stres dan sebagai respon dari stres (McShane & Glinow, 2003).

(2)

itu, Rice (1987) mendefinisikan stres kerja sebagai tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan coping pekerja.

Caplan dkk (dalam Wijono, 2010) mengatakan bahwa stres kerja mengacu kepada karakteristik pekerjaan yang berkemungkinan mendatangkan ancaman bagi individu baik itu tuntutan yang mana individu tidak bisa mencapai kebutuhannya atau individu tersebut tidak memiliki sumber daya yang mencukupi untuk mencapai tuntutan tersebut. Mangkunegara (2005) menyatakan bahwa stres kerja adalah perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang dialami pekerja dalam menghadapi pekerjaan. Stres kerja ini tampak dari simptom antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak senang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah meningkat, dan mengalami gangguan pencernaan.

Dalam penelitian ini akan difokuskan pada distress sehingga dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah suatu keadaan yang dihasilkan akibat adanya ketidaksesuaian antara karakteristik individu dengan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan yang mempengaruh fisiologis, psikologis, dan perilaku individu.

2. Simptom-Simptom Stres Kerja

Menurut Beehr dan Newman (dalam Rice, 1987) terdapat tiga simptom stres kerja, yaitu simptom psikologis, simptom fisik, dan symptom perilaku. a. Simptom Psikologis

Adapun simptom-simptom psikologis berupa:

(3)

2) Perasaan frustasi, kemarahan, dan kebencian. 3) Emosi yang sangat perasa dan sangat reaktif 4) Mengurangi kefektifan dalam komunikasi 5) Withdrawal dan depresi.

6) Kebosanan dan ketidakpuasan kerja 7) Kehilangan konsentrasi

b. Simptom Fisik

Adapun simptom-simptom fisik berupa: 1) Meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah 2) Masalah pernafasan

3) Sakit kepala 4) Kelelahan fisik 5) Gangguan tidur c. Simptom Perilaku

Adapun simptom-simptom perilaku berupa: 1) Procrastination dan menghindari datang bekerja 2) Kinerja dan produktivitas secara umum rendah 3) Meningkatnya penggunaan alkohol dan obat-obatan

4) Makan berlebihan sebagai pelarian yang mengarahkan kepada obesitas 5) Meningkatnya perilaku yang berbahaya, termasuk berkendara dan berjudi 6) Agresi, perusakan, dan mencuri

(4)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi stres atau sumber stres disebut sebagai stressor. Beberapa faktor penyebab stres kerja diantaranya (Rice, 1987): a. Kondisi kerja, terdiri dari kerumitan pekerjaan, beban kerja yang terlalu berat

atau terlalu ringan, kondisi kerja yang tidak aman, dan kerja shift.

1) Kerumitan pekerjaan, yaitu kesulitan dari pekerjaan untuk diselesaikan. 2) Kelebihan beban kerja, terdiri dari kelebihan kuantitatif dan kelebihan

kualitatif.

Kelebihan kuantitatif terjadi ketika tuntutan fisik dari pekerjaan melebihi kapasitas pekerja.

Kelebihan kualitatif adalah pekerjaan yang terlalu rumit atau sulit untuk dikerjakan.

3) Beban kerja yang terlalu ringan yaitu pekerjaannya tidak terlalu menantang atau gagal untuk mempertahankan ketertarikan dan perhatian pekerja.

4) Pembuatan keputusan, tanggung jawab, dan stres. Pembuatan keputusan oleh manajer akan mempengaruhi produksi perusahaan dan juga masa depan pekerja. Stres berkemungkinan terjadi apabila pembuatan keputusan oleh manajer melibatkan tanggung jawab bagi orang lain.

(5)

6) Kerja shift, yang mengharuskan pekerja untuk mengganti jadwal mereka dengan dasar rotasi. Hal ini akan menghasilkan gangguan pola tidur yang normal.

Terkait dengan kondisi kerja, Mangkunegara (2005) menyebutkan bahwa kondisi kerja terdiri dari, kondisi fisik kerja, kondisi psikologis kerja, dan kondisi temporer kerja.

1) Kondisi fisik kerja, yaitu semua keadaan yang berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pekerja baik secara langsung maupun tidak langsung.

2) Kondisi psikologis kerja, yaitu perasaan bosan dan keletihan.

3) Kondisi temporer kerja, yaitu peraturan lama jam kerja dan waktu istirahat kerja.

b. Ambiguitas peran, terjadi ketika individu tidak mengetahui apa yang diharapkan dari dirinya dan hal apa yang harus dicapai dari pekerjaan.

c. Stres interpersonal, melibatkan hubungan dengan orang lain. Semakin luas hubungan dengan dukungan sosial maka akan semakin baik.

d. Pengembangan karir, stres dipengaruhi oleh bagaimana pekerjaan itu berkembang.

e. Stuktur organisasi, yaitu bagaimana cara perusahaan teroganisir dapat mempengaruhi stres pada pekerja.

(6)

B. KONDISI KERJA

1. Definisi Kondisi Kerja

ILO (International Labour Organization) menjelaskan bahwa kondisi kerja mencangkup waktu kerja (jumlah jam kerja, masa istirahat, dan penjadwalan kerja) hingga pemberian upah, begitu juga dengan kondisi fisik dan tuntutan mental (mental demands) yang ada di tempat kerja. Nitisemito (2000) menyatakan bahwa kondisi kerja adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan para pekerja yang mempengaruhi individu tersebut dalam menjalankan tugas, seperti temperatur, kelembaban, polusi, udara, ventilasi, penerangan, kegaduhan, kebisingan, kebersihan tempat kerja, dan memadai tidaknya alat dan perlengkapan kerja.

Menurut Newstrom dan Davis (1996) kondisi kerja berhubungan dengan penjadwalan pekerjaan yaitu lamanya hari kerja dan waktu bekerja dalam sehari. Sementara itu, menurut Munandar (2001) menyatakan bahwa kondisi kerja berkaitan dengan kondisi fisik kerja dan kondisi lama waktu kerja.

Wursanto (2003), kondisi kerja adalah segala sesuatu yang menyangkut segi fisik dan segi psikis yang secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pekerja. Kondisi kerja adalah semua aspek fisik kerja, psikologis kerja, dan temporer kerja yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan pencapaian produktivitas kerja (Mangkunegara, 2005).

(7)

yang tidak berbahaya atau merepotkan. Selain itu, pekerja juga lebih senang dengan kondisi kerja yang tidak berbahaya dan menyenangkan

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kondisi kerja adalah hal-hal dalam situasi kerja yang dihadapi yang mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Hal ini bisa dilihat dari aspek fisik kerja, psikologis kerja, dan temporer kerja.

2. Aspek-Aspek Kondisi Kerja

Menurut Mangkunegara (2005) kondisi kerja dapat dilihat dari kondisi fisik kerja, kondisi psikologis kerja, dan kondisi temporer kerja:

a. Kondisi Fisik Kerja

Kondisi fisik kerja adalah semua keadaan yang berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pekerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Kondisi fisik kerja diantaranya:

1) Penerangan

Untuk pekerjaan tertentu diperlukan kadar cahaya tertentu sebagai penerangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerangan adalah kadar cahaya, distribusi cahaya, dan sinar yang menyilaukan.

2) Kebisingan

(8)

3) Temperatur dan Kelembaban

Temperatur dan kelembaban dapat mempengaruhi semangat kerja, kondisi fisik, dan emosi. Temperatur yang terlalu panas atau terlalu dingin dapat mempengaruhi kondisi fisik dan emosi pekerja.

4) Peralatan Kerja

Peralatan-peralatan yang digunakan untuk menunjang pekerjaan. b. Kondisi Psikologis Kerja

Kondisi psikologis kerja yang dimaksud adalah perasaan bosan dan keletihan. Hal ini dapat disebabkan pekerjaan yang monoton atau aktivitas yang tidak disukai.

1) Bosan Kerja

Kebosanan kerja dapat disebabkan perasaan rasa tidak enak, kurang bahagia, kurang istirahat, dan perasaan lelah.

2) Keletihan Kerja

Keletihan kerja terdiri dari dua macam, yaitu keletihan psikis dan keletihan fisiologis. Penyebab keletihan psikis adalah kebosanan kerja, sedangkan keletihan fisiologis dapat menyebabkan meningkatnya kesalahan dalam bekerja, meningkatkan absensi, turn over, dan kecelakaan kerja.

c. Kondisi Temporer Kerja

(9)

1) Waktu Jumlah Jam Kerja

Berkaitan dengan berapa lama waktu kerja yang digunakan untuk bekerja dalam sehari atau seminggu. Meliputi jam kerja normal menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu dalam seminggu adalah 40 jam yang mana 8 jam per hari untuk 5 hari kerja dalam seminggu dan 7 jam per hari untuk 6 hari kerja. Namun pada beberapa perusahaan, jam kerja dicantumkan dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB).

2) Waktu Istirahat Kerja

Waktu istirahat kerja perlu diberikan kepada pekerja agar mereka dapat memulihkan kembali rasa lelahnya. Di Indonesia, sebagian besar perusahaan menentukan waktu istirahat kerja selama 1 jam (12.00 – 13.00).

C. SUPIR MOBIL TANGKI BBM

(10)

D. PENGARUH KONDISI KERJA TERHADAP STRES KERJA

Stres kerja adalah perasaan yang menekan yang dialami oleh pekerja dalam menghadapi pekerjaannya (Mangkunegara, 2005). Beehr dan Newman (dalam Rice, 1987) menyatakan bahwa stres kerja adalah kondisi yang muncul akibat interaksi antara pekerjaan dengan karakteristik pekerja yang mengubah fungsi normal psikologi dan/atau fisiologis.

Rice (1987) mendefinisikan stres kerja sebagai tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan coping pekerja. Caplan dkk (dalam Wijono, 2010) mengatakan bahwa stres kerja mengacu kepada karakteristik pekerjaan yang berkemungkinan mendatangkan ancaman bagi individu baik itu tuntutan yang mana individu tidak bisa mencapai kebutuhannya atau individu tersebut tidak memiliki sumber daya yang mencukupi untuk mencapai tuntutan tersebut.

Perlu untuk memperhatikan stres kerja karena stres kerja dapat mempengaruhi kinerja pekerja. Sebuah penelitian oleh Ahmed dan Ramzen (2013) mengatakan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara stres kerja dan kinerja pekerja, yang mana menunjukkan bahwa stres kerja secara signifikan mengurangi kinerja individu. Selain itu, stres juga berhubungan dengan produktivitas. Penelitian oleh Halkos dan Bousinakis (2008) menyatakan bahwa meningkatnya stres kerja mengarahkan kepada produktivitas yang menurun.

(11)

adalah karakteristik individu dan kondisi kerja. Kondisi-kondisi khusus berkontribusi terhadap stres. Sebagai salah satu faktor penyebab stres kerja, kondisi kerja merupakan hal yang perlu diperhatikan.

Mangkunegara (2005) menyebutkan bahwa kondisi kerja dapat dilihat dalam tiga aspek, yaitu kondisi fisik kerja, kondisi psikologis kerja, dan kondisi temporer kerja. Seperti yang dijelaskan ILO (International Labour Organization), kondisi kerja meliputi waktu kerja (jumlah jam kerja, masa istirahat, dan penjadwalan kerja) hingga pemberian upah, begitu juga dengan kondisi fisik dan tuntutan mental (mental demands) yang ada di tempat kerja.

Nitisemito (2000) menyatakan bahwa kondisi kerja adalah sesuatu yang ada di lingkungan para pekerja yang mempengaruhi individu tersebut dalam menjalankan tugas, seperti temperatur, kelembapan, polusi, udara, ventilasi, penerangan, kegaduhan, kebisingan, kebersihan tempat kerja, dan memadai tidaknya alat dan perlengkapan kerja. Sementara itu, Newstrom dan Davis (1996) menyatakan bahwa kondisi kerja berhubungan dengan penjadwalan pekerjaan yaitu lamanya hari kerja dan waktu bekerja dalam sehari.

(12)

penelitian-penelitian sebelumnya yang berdasarkan pada tiga aspek kondisi kerja oleh Mangkunegara (2005) terhadap stres kerja.

E. HIPOTESIS

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Mangkunegara dalam Nursani (2011:21), “Kondisi kerja di definisikan sebagai semua aspek fisik kerja, psikologis kerja dan, peraturan kerja yang dapat

Hasil Uji F dengan nilai ܨ ௛௜௧௨௡௚ sebesar (63,354) lebih besar dari ܨ ௧௔௕௘௟ sebesar (3,32) menunjukkan bahwa kondisi kerja, gaya kepemimpinan, dan stres

pentingnya kondisi psychological well-being untuk dapat mengurangi hal-hal yang dapat menyebabkan stres dalam situasi kerja, baik psikologis, fisik dan tingkah laku sehingga

Faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas kerja karyawan. antara lain adalah motivasi, kepuasan kerja, tingkat stres, kondisi

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadiran allah SWT, karna rahmat- Nya penulis dapat menyelsaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kondisi Kerja Fisik, Psikologis dan

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa stres kerja merupakan suatu kondisi dimana seorang karyawan mengalami gangguan psikologis seperti kehilangan fokus

pentingnya kondisi psychological well-being untuk dapat mengurangi hal-hal yang dapat menyebabkan stres dalam situasi kerja, baik psikologis, fisik dan tingkah laku sehingga

Mangkunegara 2005 terdapat dua kategori lingkungan kerja yang dapat dikenali, yaitu: 1 Lingkungan kerja fisik: mencakup semua keadaan fisik di tempat kerja seperti sarana dan prasarana