• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Stres Kerja terhadap Produktivitas Kerja Pegawai pada PT. PLN (Persero) Area Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Stres Kerja terhadap Produktivitas Kerja Pegawai pada PT. PLN (Persero) Area Medan"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sekarang ini kecanggihan teknologi

memang sudah sangat mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang kita lakukan, baik di

rumah, lingkungan kerja dan sebagainya. Dalam sebuah perusahaan juga semua

pekerjaan yang dilakukan sudah berkaitan dengan teknologi. Jadi perkerjaan yang

kita lakukan pun sudah sangat bergantung pada hal tersebut. Hal kecil yang bisa

kita lihat, seorang pegawai akan dituntut untuk bisa mengoperasikan komputer,

mulai dari hal dasar mengoperasikan komputer hingga akhirnya mampu

mengambil kesimpulan dari data-data yang telah diolah menggunakan komputer.

Bahkan keputusan seorang manager dalam mengambil keputusan terkadang

sangat bergantung dari sistem informasi managemen.

Seseorang dituntut atau bahkan dipaksa untuk bisa menggunakan teknologi

membuat seseorang tersebut akan merasa tertekan (atau biasa dikatakan stres),

karena dengan begitu banyaknya hal-hal yang harus dilakukan dan dipahami lagi

untuk mengoperasikan teknologi tersebut. Waktu yang mereka miliki akan tersita

beberapa jam untuk belajar mempelajari lagi hal tersebut. Dan biasanya

perusahaan tidak memberikan pelatihan tentang ini. Namun di satu sisi, jika kita

berhasil menguasai teknologi, itu akan menjadi keuntungan juga bagi kita karena

(2)

Perubahan teknologi merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat

menyebabkan stres. Karena inovasi-inovasi baru dapat membuat keterampilan dan

pengalaman seorang karyawan jadi usang dalam waktu singkat, komputer, sistem

robotik, otomatisasi dan berbagai bentuk inovasi teknologi lain yang serupa

merupakan ancaman bagi banyak orang dan membuat mereka stres.

Hampir setiap organisasi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang

multikulutral. Berbagai kebijakan dan praktik SDM harus berubah untuk

mencerminkan kebutuhan angkatan kerja yang menua. Banyak perusahaan

menghabiskan dana pelatihan yang besar guna meningkatkan keterampilan

karyawan dalam membaca, matematika, komputer, dll. Teknologi mengubah

pekerjaan dan organisasi. Sebagai contoh, komputer kini sudah menjadi barang

yang lazim di hampir setiap organisasi, dan telepon seluler dipandang sebagai

kebuthan pokok oleh sebagian besar masyarakat. Jaringan komputer juga

membentuk ulang industri secara menyeluruh.

Selain stres dalam bidang teknologi, hal lain yang membuat seseorang

tertekan adalah banyaknya tuntutan-tuntutan dari atasan untuk selalu memberikan

yang lebih (sementara hasil yang kita terima tidak sebanding dengan usaha yang

dilakukan), adanya mutasi pegawai (mungkin ke daerah terpencil yang membuat

jauh dari keluarga atau sangat tidak sesuai keinginan), menyelesaikan tugas dalam

waktu yang mepet, rekan kerja yang tidak menyenangkan, dan sebagainya.

Persaingan dan tuntutan profesionalitas yang semakin tinggi menimbulkan

banyaknya stres-stres yang harus dihadapi individu dalam lingkungan kerja.

(3)

lingkungan sosial juga sangat berpotensial menimbulkan kecemasan. Dampak

yang sangat merugikan dari adanya gangguan kecemasan yang sering dialami oleh

masyarakat dan karyawan khususnya disebut stres.

Stres kerja merupakan kondisi dinamis dimana seseorang individu

dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa

yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan

tidak penting.1

Dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah situasi ketegangan dan penuh

stres yang dihadapi seorang karyawan dalam menjalani pekerjaannya. Stres kerja

menjadi masalah yang penting karena situasi itu dapat mempengaruhi kepuasan

dan produktivitas kerja karyawan.2

Stres kerja merupakan keadaan dimana karyawan merasa tertekan akan

pekerjaannya. Untuk seorang karyawan, stres kerja dapat ditimbulkan dari

lingkungan kerja dan atau dari luar lingkungan kerja seperti kekhawatiran

finansial.

3

1

Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, “Perilaku Organisasi”, 2008, hal. 368.

2

Marihot Tua Efendi Hariandja, “Manajemen Sumber Daya Manusia”, 2007, hal. 303

3

T. Hani Handoko, “Manajemen Personalia & Sumberdaya Manusia”, 2008. Hal. 201

Stres seperti ini dapat berdampak positif bagi produktivitas karyawan

apabila diberikan dalam porsi yang cukup dan dikelola dengan baik. Dalam hal

ini, perusahaan perlu menerapkan manajemen stres yang baik di dalam

perusahaan, karena stress merupakan masalah yang penting karena situasi itu

dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Hal ini seperti yang diungkapkan dalam

hasil penelitian dari Dwi Retnaningtyas (2005) yang berjudul “Hubungan Antara

(4)

mengendalikan stres sebaiknya dilakukan secara adaptif dan efektif, yaitu

mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang harus diupayakan.4

PT. PLN (Persero) merupakan satu-satunya perusahaan negara yang

bergerak dibidang ketenagalistrikan. PLN menyediakan an mendistribusikan

tenaga listrik dari pusat-pusat pembangkit listrik yang bertenaga air, diesel, uap,

tenaga angin maupun tenaga surya. Listrik yang dihasilkan kemudian dikonsumsi

oleh industri, pemukiman dan sarana publik. Produktivitas PLN dapat dilihat dari

banyaknya pelanggan yang tersebar di seluruh Indonesia dan pasokan listrik yang

tersedia. Mesikpun begitu, masih ada daerah-daerah yang belum menerima

pasokan listrik. Untuk itu PT. PLN terus meningkatkan kinerjanya seperti Sebelum seseorang dapat mengatasi stres maka perlu diketahui sumber

stres agar stres dapat ditanggulangi langsung dari sumber penyebabnya, selain

mengatasi penyebab stress, dengan manajemen stres yang baik juga dapat

mengatasi dampak yang akan ditimbulkan pada diri sendiri, orang lain maupun

pada lingkungan lain. Setelah mengetahui sumbernya maka selanjutnya adalah

mengetahui langkah yang dapat diambil untuk penanggulangan stres sehingga

stres yang dialami oleh karyawan tidak berlangsung lama dan tidak akan

mengganggu produktivitasnya.

Stres dapat menyebabkan seseorang pada keadaan emosi, ketegangan

sehingga ia tidak dapat berpikir secara baik dan efektif, karena kemampuan

rasional dan penalaran tidak berfungsi dengan baik. Hal ini secara langsung

berakibat pada menurunnya performance dan produktivitas kerja karyawan.

4

(5)

membangun pembangkit listrik dengan bekerjasama dengan swasta dan

memperbaiki jaringan listrik yang rusak. Maka dibutuhkanlah sumber daya

manusia untuk terus meningkatkan produktivitas PLN.

Karyawan yang telah direkrut, akan diberikan pendidikan dan pelatihan

kemudian ditempatkan di daerah-daerah yang akan dibangun listrik. Sehingga

akan terjadi mutasi kerja yang menyebabkan karyawan akan menjadi tertekan

karena tidak sesuai dengan keinginannya. Banyak faktor di dalam organisasi yang

dapat menyebabkan stres. Adanya lingkungan kerja yang terlalu bising karena

aktifnya mesin-mesin yang harus beroperasi untuk menghasilkan daya listrik,

ruangan yang terlalu sesak atau padat, kesalahan atau menyelesaikan tugas dalam

waktu yang mepet, keharusan untuk mempelajari alat-alat teknologi, beban kerja

yang terlalu berlebihan (bagi operator mesin akan ada shifting dalam bekerja,

lembur, dan sebagainya), atasan yang selalu menuntut dan tidak peka dan

beberapa rekan kerja yang tidak menyenangkan. Meskipun merupakan perusahaan

yang membanggakan, namun ketika bekerja pasti akan ada hal yang kita inginkan

dan tidak inginkan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengajukan judul

(6)

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan yang

menjadi pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah : “Bagaimana

Pengaruh Stres Kerja terhadap Produktivitas Pegawai PT. PLN (Persero) Area

Medan?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui stres kerja pada PT. PLN (Persero) Area Medan

2. Untuk mengetahui produktivitas kerja pegawai PT. PLN (Persero) Area

Medan

3. Untuk mengetahui pengaruh stres kerja terhadap produktivitas pegawai

PT. PLN (Persero) Area Medan

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, sebagai suatu tahapan untuk melatih dan mengembangkan

kemampuan berfikir secara sistematis dan teoritis dalam memecahkan

suatu permasalahan secara objektif dan kritis melalui suatu karya ilmiah

sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang bersifat teruji dan berguna.

2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi tambahan

dalam bidang perilaku organisasi khususnya yang berhubungan dengan

(7)

E. Kerangka Teori

Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, definisi dan proposisi untuk

menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan

hubungan antarkonsep. Sebagai landasan berpikir dalam menyelesaikan atau

memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat

membantu dan sebagai bahan referensi dalam penelitian. Kerangka teori ini

diharapkan dapat memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti

dalam memahami masalah yang diteliti. 5

1. Stres Kerja

Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1.1.Pengertian Stres Kerja

Stres ataupun sering dikatakan stress berarti berbagai urusan yang

menumpuk dan yang berbeda-beda bagi setiap orang. Dengan cara yang sederhana

dapat dikatakan bahwa stres itu adalah sesuatu yang bersangkutan dengan

interaksi antara orang dengan lingkungannya. Stres juga dapat didefinisikan

sebagai tanggapan yang dapat menyesuaikan diri, yang dipengaruhi oleh

perbedaan individu dan/atau proses psikologis, yakni suatu konsekuensi dari

setiap tindakan eksternal (lingkungan), situasi, atau peristiwa yang terlalu banyak

mengadakan tuntutan psikologis dan/atau fisik terhadap seseorang. Mungkin kita

memusatkan perhatian pada keadaan lingkungan khusus, dimana kita menganggap

kerja sebagai sumber stres, yang disebut penekan (stressors). Apakah stres itu

dirasakan atau dialami oleh seseorang, tergantung kepada ciri khas orang tersebut.

5

(8)

Lagi pula definisi tersebut menekankan tanggapan yang dapat menyesuaikan diri

(adaptive response). Sebagian besar dari tanggapan kita terhadap rangsangan

lingkungan kerja tidak memerlukan penyesuaian dan karena itu tidak benar-benar

merupakan sumber stres.6

Berdasarkan pendapat ini dapatlah pula dikatakan bahwa terdapat suatu

hubungan antara diri seseorang dengan lingkungan pekerjaannya yang dapat

menyebabkannya mengalami stres psikologis. Stres ini menampakkan diri dalam

bentuk kelelahan yang berkelanjutan, rasa tegang, kekhawatiran atau gangguan

terhadap fisik, gangguan syaraf dan malah kehilangan ras harga diri. Beberapa Organisasi diciptakan dengan asumsi dasar bahwa perilaku organisasi yang

sesuai dan berorientasi pada tujuan mempercepat tercapainya tujuan organisasi.

Namun demikian, sering juga kita lihat bahwa seseorang atau sekelompok orang

secara tidak sadar dan tidak seperti biasanya, berperilaku yang tidak sesuai dengan

tujuan tersebut. Hal ini terutama sering disebabkan oleh stres psikologis atau

tepatnya stres pekerjaan, yang kemudian menimbulkan stres psikologis dan yang

terakhir ini mempengaruhi perilaku seseorang. Hamner dan Organ merumuskan

sebagai berikut : “Stress dapat dirumuskan sebagai suatu satuan dari suatu

keadaan dimana seseorang tidak mampu memberikan jawaban secara tepat dan

wajar terhadap rangsangan yang datang dari sekelilingnya. Atau mungkin juga ia

mampu, tetapi dengan biaya dan pengorbanan yang lebih besar, seperti terjadinya

kelelahan kronis, tertekan, khawatir, gangguan fisik, gangguan syaraf atau

kehilangan harga diri.”

6

(9)

bentuk nyata stres psikologis tersebut dapat dikelompokkan menurut sifatnya,

seperti frustasi, konflik, dan kecemasan. Pengertian ketiga bentuk ini cukup

banyak kita temukan dalam literatur psikologi dan karena itu pembahasan

selanjutnya akan dititikberatkan pada sebab-sebab organisasional yang dapat

menimbulkan stres psikologis tersebut.

Secara umum dapat dikatakan bahwa semua bidang dan aspek organisasi

dapat menyebabkan timbulnya stres psikologis, seperti tujuan, tugas pokok,

fungsi, struktur organisasi, kepegawaian, aspek keuangan dan sebagainya. Faktor

yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat pribadi seperti perceraian, kematian

keluarga, dan sebagainya juga dapat menjadi sebab stres psikologis. Oleh sebab

itu secara sederhana dapat pula dikatakan bahwa stres merupakan sesuatu yang

melekat pada setiap orang dan setiap organisasi. Namun demikian, ada penyebab

(10)

Stres Tabel 1.1 Penyebab Stres Psikologis

Terhadap adanya stres psikologis ini, kita tidak perlu terlalu khawatir,

karena dalam batas tertentu dapat menjadi pendorong bagi kemajuan seseorang

atau organisasi atau untuk memecahkan persoalan yang terdapat dalam suatu

organisasi. Yang perlu dikhawatirkan ialah apabila tingkat stres psikologis

tersebut sudah pada tingkat yang dapat merusak kerjasama dan keutuhan

(11)

stres psikologis sudah mencapai tingkat gawat dapat bervariasi antara orang yang

satu dengan yang lain dan juga bergantung kepada sifat dan tingkat kematangan

organisasi itu sendiri.7

Stres adalah situasi ketegangan/stres emosional yang dialami seseorang

yang sedang menghadapi tuntutan yang sangat besar, hambatan-hambatan, dan

adanya kesempatan yang sangat penting yang dapat mempengaruhi emosi, pikiran

dan kondisi fisik seseorang. 8

Stres menunjukkan suatu kondisi dinamika yang di dalamnya seorang

individu dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala, atau tuntutan yang

dikaitkan dengan apa yang diinginkan dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai

tidak pasti dan penting. 9

Stres merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi,

jalan pikiran, dan kondisi fisik seseorang. 10

Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses

berpikir, dan kondisi seseorang. Bagi orang-orang yang sudah bekerja, maka stres

itu muncul dalam bentuk stres kerja sesuai dengan lingkungan pekerjaannya. Stres

kerja adalah stres, beban, konflik, keletihan, ketegangan, panik, kemurungan dan

hilang daya yang terjadi di lingkungan pekerjaan, dimana karyawan berinteraksi

dengan pekerjaannya. 11

7

Adam Ibrahim Indrawijaya, “Perilaku Organisasi”, 1983, hal. 64-66

8

Marihot Tua Efendi Hariandja, “Manajemen Sumber Daya Manusia”, 2007, hal. 303

9

Stephen P. Robbins, “Perilaku Organisasi”, 2003, hal. 376

10

Sondang P. Siagian, “Fungsi-Fungsi Manajerial”, 2007, hal. 300

11

(12)

Stres kerja adalah perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang

dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. 12

1.2.Konsekuensi Stres

Stres kerja ini tampak dari

simpton antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri,

sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup, stres

darah meningkat dan mengalami gangguan pencernaan. Reaksi stres kerja pada

umumnya berhubungan dengan ancaman finansial, emosional, mental dan sosial.

Oleh karena itu pemimpin perlu memanagemen stres agar karyawan mampu

bekerja produktif, sehingga kinerja organisasi dapat dicapai secara maksimal.

Mobilisasi dari mekanisme pertahanan badan bukanlah satu-satunya

konsekuensi yang mungkin timbul dari adanya kontak dengan penekan. Akibat

dari stres banyak dan bermacam-macam. Tentu saja, sebagian ada yang positif,

seperti motivasi diri sendiri, terangsang untuk bekerja lebih giat lagi, atau

mendapat inspirasi untuk hiidup lebih baik. Tetapi, banyak diantaranya yang dapat

merusak dan berbahaya. Cox telah mengenali lima jenis konsekuensi yang

mungkin timbul atau akibat dari stres. Kategorinya meliputi:

a. Akibat subyektif (Subjective Effects). Kegelisahan, agresi, kelesuan,

kebosanan, kemuraman (depresi), kelelahan, kekecewaan (frustasi),

kehilangan kesabaran, harga diri yang rendah, perasaan terpencil.

12

(13)

b. Akibat perilaku (Behavioral Effects). Mudah terkena kecelakaan,

penyalahgunaan obat, peledakan emosi, makan yang berlebihan, minum atau

merokok yang berlebihan, berperilaku yang impulsif, tertawa gelisah.

c. Akibat kognitif (Cognitive Effects). Tidak mampu mengambil keputusan yang

sehat, kurang berkonsentrasi, tidak mampu memusatkan perhatian yang lama,

sangat peka terhadap kecaman dan rintangan mental.

d. Akibat Fisiologis (Physiological Effects). Tingkat gula darah meningkat,

denyut jantung atau stres darah naik, mulut kering, berkeringat, biji mata

membesar, sebentar-sebentar panas dan dingin.

e. Akibat keorganisasian (Orgnizational Effects). Kemangkiran, produktivitas

rendah, mengasingkan diri dari teman sekerja, ketidak-puasan kerja,

menurunnya keterikatan dan loyalitas terhadap organisasi. 13

1.3. Faktor Penyebab Stres

Stres merupakan hal yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan, karena

itu diperlukan penanganan yang baik agar karyawan senantiasa berada dalam

semangat kerja yang sama untuk mencapai tujuan perusahaan. Untuk mengetahui

penanganan stres secara tepat, maka seorang pimpinan atau manager perlu

mengetahui faktor- faktor penyebab stres.

Penyebab-penyebab stress kerja dapat dibagi kedalam dua kategori, yaitu

on-the-job dan off-the job. 14

13

James L. Gibson, John M. Ivanoevich, James H. Donnelly, Jr.,”Organisasi dan Manajemen”, 1984, hal. 165

Penyebab stress yang masuk kedalam kategori

(14)

1. Beban kerja berlebih

2. Stres atau desakan waktu

3. Kualitas supervisi yang jelek

4. Wewenang yang tidak mencukupi untuk melaksanakan tanggung jawab

Sedangkan yang termasuk dalam off-the-job adalah:

1. Kekuatiran finansial

2. Masalah yang bersangkutan dengan anak

3. Masalah yang bersangkutan dengan perkawinan

Faktor penyebab stres kerja antara lain beban kerja yang dirasakan terlalu

berat, waktu yang mendesak, kualitas pengawasan kerja yang rendah, iklim kerja

yang tidak sehat, autoritas kerja yang tidak memadai yang berhubungan dengan

tanggung jawab, konflik kerja, perbedaan nilai antara karyawan dengan pimpinan

yang frustasi dalam kerja. 15

Stres yang dialami karyawan dapat bersumber dari beberapa stresor,

meskipun akibatnya ditimbulkan oleh satu stresor, dan stresor yang menyebabkan

stres seseorang dapat berbeda antara satu dengan yang lain. Stres yang dialami

seseorang bisa ringan atau berat, ini tergantung kemampuan seseorang dalam

menghadapi stresor, yang memang berbeda antara karyawan yang satu dengan

karyawan yang lain. Karena begitu banyaknya kemungkinan penyebab stres dan

dampaknya yang berbeda-beda bagi seseorang, secara praktis lebih baik

14

T. Hani Handoko, “Manajemen Personalia & Sumberdaya Manusia Ed. 2”, 2008, hal. 201

15

(15)

memahami gejala-gejala yang menunjukkan seseorang dalam situasi stres,

sehingga dapat ditanggulangi dan tidak mengganggu produktivitas karyawan. 16

1.4.Dampak Stres Kerja

Penanganan stres kerja sangat penting dilakukan karena bagi organisasi

bukan saja karena alasan kemanusian, tetapi juga karena pengaruhnya terhadap

prestasi semua aspek dan efektivitas dari organisasi secara keseluruhan. Pengaruh

stres kerja yang paling mudah terlihat adalah perubahan perilaku dari karyawan

yang mengalamai stres kerja. Perubahan ini terjadi sebagai upaya untuk mengatasi

stres karena stres seringkali terjadi akibat adanya persaingan di dalam perusahaan,

maka pengidap stres seringkali bekerja keras secara berlebihan sebagai cara untuk

memenangi kompetisi.

Ada empat pendekatan dalam menangani stres kerja, yaitu :

1. Pendekatan dukungan sosial

Pendekatan ini dilakukan melalui aktivitas yang bertujuan memberikan

kepuasan sosial kepada karyawan.

2. Pendekatan biofeedback

Pendekatan ini dilakukan melalui bimbingan medis (dokter, psikiater dan

psikolog) sehingga diharapkan dapat menghilangkan stres kerja.

3. Pendekatan kesehatan pribadi

Pendekatan ini merupakan pendekatan preventif sebelum terjadinya stres.

Dalam hal ini karyawan secara periodik memeriksa kesehatannya.

16

(16)

4. Pendekatan meditasi

Pendekatan ini dilakukan melalui penenangan pikiran dan olahraga pernapasan

(misalnya yoga). 17

Cara terbaik untuk mengurangi stres adalah dengan menangani

penyebabnya. Cara lain adalah dengan merancang kembali pekerjaan-pekerjaan

sehingga para karyawan mempunyai pilihan keputusan lebih banyak dan

wewenang untuk melaksanakan tanggungjawab mereka. Desain pekerjaan juga

dapat mengurangi kelebihan beban kerja, stres waktu dan peran ganda.

Selanjutnya komunikasi dapat diperbaiki untuk memberikan umpan balik

pelaksanaan kerja, dan partisipasi dapat ditingkatkan. 18

2. Produktivitas

2.1Pengertian Produktivitas

Produktivitas berasal dari bahasa Inggris productivity, sebagai hasil

gabungan dua kata yaitu product + activity. Secara harfiah berarti kegiatan untuk

menghasilkan sesuatu (barang atau jasa) yang lebih tinggi atau lebih banyak.

Konsep produktivitas dalam pandangan ilmu ekonomi biasanya dikaitkan dengan

jumlah keluaran dan harga keluaran. Produktivitas hanyalah sejumlah masukan

yang digunakan untuk mencapai sejumlah keluaran. Produktivitas didefinisikan

sebagai efisiensi dalam memproduksi keluaran atau rasio keluaran dibanding

masukan.19

17

Anwar Prabu Mangkunegara, “Perilaku dan Budaya Organisasi”, 2005, hal. 28

18

T. Hani Handoko, “Manajemen Personalia & Sumberdaya Manusia Ed. 2”, 2008, hal. 204

19

(17)

Pada dasarnya produktivitas mencakup sikap mental patriotik yang

memandang hari depan secara optimis dengan berakar pada keyakinan diri bahwa

kehidupan hari ini adalah lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah lebih

baik dari hari ini. 20

Suatu organisasi dikatakan produktif bila mencapai tujuan-tujuannya dan

melakukannya dengan cara mengubah masukan menjadi hasil dengan biaya

serendah mungkin. Oleh karena itu, produktivitas (productivity)

mengimplikasikan sebuah persoalan untuk efektivitas (effectiveness) maupun

efisiensi (efficiency).

Pandangan mengenai produktivitas hendaknya tidak hanya mengacu pada

jumlah keluaran, melainkan juga terhadap berbagai faktor yang dapat

mempengaruhi proses pencapaian produktivitas itu sendiri sehingga antara

produktivitas, efisiensi, dan efektivitas menjadi satu kesatuan yang tidak

terpisahkan. Dengan demikian, produktivitas bukan saja berbicara tentang hasil,

tetapi juga mengenai sumbangan proses yang efektif dan efisien. Dari beberapa

pengertian yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa produktivitas adalah

hubungan antara kualitas yang dihasilkan dengan jumlah kerja yang dilakukan.

21

Produktivitas merupakan salah satu ukuran efektivitas. Produktivitas adalah

kuantitas atau volume dari produk atau jasa pokok yang dihasilkan organisasi. Suatu rumah sakit misalnya, efektif ketika berhasil

memenuhi kebutuhan para pasiennya. Rumah sakit tersebut efisien ketika bisa

memenuhi kebutuhan pasiennya dengan biaya rendah.

20

Muchdarsyah Sinungan, “Produktivitas Apa dan Bagaimana”, 2009, hal. 1 - 2

21

(18)

Dapat diukur menurut tiga tingkatan : tingkatan individual, kelompok, dan

keseluruhan organisasi.22

2.2Faktor – faktor yang mempengaruhi Produktivitas

Faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas kerja karyawan

antara lain adalah motivasi, kepuasan kerja, tingkat stres, kondisi fisik pekerjaan,

sistem kompensasi, desain pekerjaan dan aspek-aspek ekonomis. 23

Bahwa pada hakikatnya produktivitas kerja akan banyak ditentukan oleh 2

faktor utama yaitu: 24

Secara garis besar ada 3 faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja

yaitu :

1) Faktor teknis, faktor yang berhubungan dengan pemakaian dan penerapan

fasilitas produksi secara lebih baik, penerapan metode kerja yang lebih efektif dan

efisien, dan atau penggunaan bahan baku yang lebih ekonomis.

2) Faktor manusia, faktor yang mempunyai pengaruh terhadap usaha- usaha yang

dilakukan manusia didalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugas dan

tanggung jawabnya. Ada 2 hal pokok yang menentukan, yaitu kemampuan kerja

dari pekerja tersebut dan yang lain adalah motivasi kerja yang merupakan

pendorong ke arah kemajuan dan peningkatan prestasi kerja atas seseorang.

25

22

Richard M. Steers (dalam Campbell, 1973),”Efektivitas Organisasi”, 1980, hal.43

23

T. Hani Handoko, “Manajemen Personalia & Sumberdaya Manusia Ed. 2”, 2008, hal. 193

24

Sritomo Wignjosoebroto, “Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu”, 2003, hal. 9

25

(19)

1) Beban kerja. Berhubungan langsung dengan beban fisik, mental maupun sosial

yang mempengaruhi tenaga kerja sehingga upaya penempatan pekerja yang sesuai

dengan kemampuannya perlu diperhatikan.

2) Kapasitas kerja. Kapasitas kerja adalah kemampuan seseorang untuk

menyelesaikan pekerjaannya pada waktu tertentu. Kapasitas kerja sangat

bergantung pada jenis kelamin, pendidikan, ketrampilan, usia dan status gizi.

3) Beban tambahan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang buruk akan

memberikan dampak berupa penurunan produktivitas kerja, antara lain:

a. Faktor fisik seperti panas, iklim kerja, kebisingan, pencahayaan, dan

getaran.

b. Faktor kimia seperti bahan- bahan kimia, gas, uap, kabut, debu, partikel.

c. Faktor biologis seperti penyakit yang disebabkan infeksi, jamur, virus, dan

parasit.

d. Fisiologis, letak kesesuaian ukuran tubuh tenaga kerja dengan peralatan,

beban kerja, posisi dan cara kerja yang akan mempengaruhi produktivitas

kerja.

e. Faktor psikologis, berupa kesesuaian antara hubungan kerja antarkaryawan

sendiri, karyawan atasan, suasana kerja yang kurang baik serta pekerjaan

yang monoton.

Paling tidak, ada empat variabel penentu produktivitas dalam organisasi

(20)

a. Lingkungan

Kondisi lingkungan yang eksternal merupakan salah satu variabel

penentu produktivitas dalam organisasi. Kondisi lingkungan eksternal ini tidak

dapat dikendalikan oleh organisasi dan cenderung mempengaruhi satu atau lebih

variabel-variabel penentu produktivitas dalam organisasi yang pada umumnya

dapat dikendalikan oleh organisasi, seperti misalnya : karakteristik organisasi,

karakteristik kerja, dan karakteristik individu. Pengaruh dari perubahan kondisi

lingkungan terhadap variabel-variabel penentu yang dapat dikendalikan organisasi

bisa dicapai dengan :

- Adanya berbagai perubahan dan penetapan dalam bentuk

peraturan-peraturan pemerintah, perkembangan dan performansi ekonomi secara

global dan lain-lain, akan mempengaruhi praktek-praktek organisasi seperti

misalnya rekrut pegawai, seleksi, promosi, latihan dan pengembangan

pegawai, dan sampai pada masalah pemutusan hubungan kerja pegawai.

- Perubahan nilai-nilai dan sikap sosial dapat mempengaruhi karakteristik

individu, yang berupa : sikap pegawai, harapan-harapan dalam

melaksanakan tugas, motivasi kerja, tanggungjawab organisasi.

- Perubahan teknologi atau perubahan-perubahan relatif biaya bahan baku,

energi dan modal dapat mempengaruhi karakteristik kerja (otonomi dan

(21)

b. Karakteristik organisasi

Banyak bukti-bukti menunjukkan bahwa secara logis praktek-praktek

organisasi yang mempengaruhi individu-individu, pola tingkah laku kerja,

pelaksanaan tugas dan efektivitas organisasi tidak selalu mempunyai efek yang

sama. Ada tujuh macam praktek-praktek organisasi yang sebagian besar dianggap

mempengaruhi produktivitas, yaitu :

- Sistem upah untuk memperbaiki motivasi kerja dan pelaksanaan tugas.

- Penetapan tujuan untuk menambah motivasi kerja dan meningkatkan

performansi.

- Program Management by Objective (MBO) untuk menjelaskan dan

membuat sedemikian rupa agar tujuan-tujuan individu sejalan dengan

tujuan organisasi.

- Berbagai prosedur seleksi untuk mencari kemungkinan-kemungkinan

apakah menyewa individu-individu yang berbakat, berpengalaman dan

lebih berkemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas yang relevan dengan

tujuan-tujuan organisasi.

- Program latihan dan pengembangan untuk meningkatkan pengetahuan dan

skill para pegawai, sehingga mereka dapat berfungsi lebih efektif.

- Pergantian kepemimpinan atau program-program latihan untuk

memperbaiki efektivitas manajerial.

(22)

c. Karakteristik kerja

Praktek-praktek organisasi dan manajerial yang telah berdampak

terhadap karakteristik kerja, meliputi :

- Umpan balik performansi dalam memotivasi dan melatih para pegawai.

- Program merancang (merencanakan) tugas untuk meningkatkan motivasi

dan skill melalui upaya-upaya memperkaya kerja atau memperbaiki

kemampuan melaksanakan tugas-tugas khusus dengen penyederhanaan

kerja.

- Menjadwalkan kerja pilihan, seperti misalnya fleksibilitas jam kerja atau

memperpendek kerja mingguan, meningkatkan otonomi pegawai,

mengurangi pekerjaan karena adanya konflik keluarga, dan memperbaiki

motivasi dan performansi.

d. Karakteristik individu

Dalam kerangka konsep ini, sering karakteristik organisasi dan

karakteristik kerja diperlakukan sebagai variabel penyebab, sedangkan

karakteristik individu sebagai variabel pengganggu. Biasanya praktek-praktek

organisasi dan karakteristik kerja itu diwujudkan ke dalam bentuk hasil akhir yang

dapat dilihat melalui pengaruhnya terhadap sifat-sifat individu seperti :

(23)

2.3Pengukuran Produktivitas Kerja

Produktivitas memiliki dua dimensi, yakni efektivitas dan efisiensi.

a. Efektivitas merupakan ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh

target dapat tercapai.

b. Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan

masukan (input) yang direncanakan dengan penggunaan masukan yang

sebernarnya terlaksana.

Dari dua dimensi ini didapatkan indikator:

a. Indikator efektivitas:

- Target yang ditetapkan

- Target yang tercapai

b. Indikator efisiensi :

- Penggunaan masukan yang direncanakan

- Penggunaan masukan yang sebenarnya terlaksana

Pengukuran produktivitas merupakan suatu alat manajemen yang penting

di semua tingkatan ekonomi. Pada level negara maupun perusahaan, pengukuran

produktivitas merupakan bagian penting yang perlu senantiasa mendapat

perhatian utama.

Pada tingkat perusahaan, pengukuran produktivitas terutama digunakan

sebagai sarana manajemen untuk menganalisa dan memdorong efisiensi

(24)

sistem pengukuran, akan meninggikan kesadaran pegawai dan minatnya pada

tingkat dan rangkaian produktivitas. Kedua, diskusi tentang gambaran-gambaran

yang berasal dari metode-metode yang relatif kasar ataupun dari data yang kurang

memenuhi syarat sekalipun, ternyata memberi dasar bagi analisis proses produksi

yang konstruktif. 26

Tingkat produktivitas kerja karyawan yang dapat diukur adalah27

a. Penggunaan waktu, meliputi : kecepatan waktu kerja, penghematan

waktu kerja, kedisiplinan waktu kerja, tingkat absensi.

:

b. Output, yaitu hasil produksi karyawan yang diperoleh sesuai produk yang

diinginkan perusahaan.

Aspek-aspek lain dalam penilaian dan pengukuran produktivitas kerja

karyawan, yaitu28

a. Prestasi kerja, yang meliputi : kecakapan, keterampilan, kesungguhan

kerja, hasil kerja. :

b. Tanggungjawab, yang meliputi : pelaksanaan, dedikasi,

bertanggungjawab.

c. Ketaatan, yang meliputi : perintah dinas, ketentuan jam kerja, sopan

santun.

d. Kejujuran, yang meliputi : keikhlasan dalam melaksanakan tugas-tugas.

e. Kerjasama, yang meliputi : kemampuan pegawai dalam bekerjasama.

26

Sedarmayanti, “Sumber Daya Manusia”, 2009, hal. 58

27

Rusli Syarif, “Produktivitas”, 1991, hal.7

28

(25)

Perbandingan yang dapat dibedakan dalam tiga jenis yang sangat

berbeda:29

Produktivitas Total =

Masukan Total

1. Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan

pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan

sekarang ini memuaskan, namun hanya mengetengahkan apakah meningkat atau

berkurang serta tingkatannya.

2. Perbandingan pelakasanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi,

proses) dengan lainnya. Pengukuran seperti itu menunjukkan pencapaian relatif.

3. perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang

terbaik sebagai memusatkan perhatian pada sasaran/tujuan.

Upaya melakukan perbandingan-perbandingan ini perlu

mempertimbangkan tingkatan daftar susunan dan perbandingan pengukuran

produktivitas. Paling sedikit ada dua jenis tingkat perbandingan yang berbeda,

yakni produktivitas total dan produktivitas parsial.

1. Produktivitas Total adalah perbandingan antara total keluaran (output) dengan

total masukan (input) per satuan waktu. Dalam penghitungan produktivitas total,

semua faktor masukan (tenaga kerja, kapital, bahan, energi) tehadap total keluaran

harus diperhitungkan.

Hasil Total

29

(26)

2. Produktivitas parsial adalah perbandingan dari keluaran dengan satu

jenis masukan atau input persatuan waktu, seperti upah tenaga kerja, kapital,

bahan, energi, beban kerja, dll.

Hasil parsial

Produktivitas Parsial =

Masukan Total

3. Hubungan Stres Kerja dan Produktivitas Kerja

Gejala-gejala stres yang berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan

dalam tingkat produktivitas, kemangkiran, dan perputaran karyawan, selain juga

perubahan dalam kebiasaan makan, pola merokok, konsumsi alkohol, bicara yang

gagap, serta kegelisahan dan ketidakteraturan waktu tidur. Kinerja mempunyai

hubungan yang erat dengan produktivitas karena merupakan indikator dalam

menentukan usaha untuk mencapai tingkat produktivitas organisasi yang lebih

tinggi. Sehingga untuk mengetahui hubungan antar stres kerja dan produktivitas,

kita dapat melihat hubungan antara stres dan kinerja.

Ada banyak riset yang menyelidiki hubungan stres – kinerja. Pola yang

paling banyak dipelajari dalam literatur stres – kinerja adalah hubungan

(27)

Tinggi

Rendah

Rendah Stres Tinggi

Gambar 2.1 Hubungan Stres – Kinerja

Logika yang mendasari U-terbalik adalah bahwa tingkat stres rendah

sampai menengah merangsang tubuh dan meningkatkan kemampuannya untuk

bereaksi. Individu-individu yang demikian sering melakukan tugas secara lebih

baik, tekun atau cepat. Namun, terlalu banyak stres membebani seseorang dengan

tuntutan yang tak dapat dipenuhinya, sehingga menghasilkan kinerja lebih rendah.

Pola U-terbalik ini juga menggambarkan reaksi terhadap stres dari waktu ke

waktu dan terhadap perubahan dalam intensitas stres. Artinya, bahkan tingkat

stres menengah dalam jangka panjang dapat memiliki pengaruh negatif terhadap

kinerja karena intensitas stres yang terus berlanjut melemahkan individu tersebut

dan menggerogoti sumber-sumber daya energinya. Seorang atlet mungkin mampu

memanfaatkan efek positif dari stres untuk mendapatkan prestasi yang lebih tinggi

dalam pertandingan. Namun tingkat stres menengah yang terus-menerus dialami

dalam periode yang panjang, sebagaimana dicontohkan oleh staf ruang gawat

K

in

erj

(28)

darurat di sebuah rumah sakit besar kota, dapat mengakibatkan penurunan kinerja.

Hal ini kiranya menjelaskan alasan para staf gawat darurat sering dirotasi dan

jarang ada yang sanggup menjalaninya seumur hidup. Bila tidak seperti itu akan

muncul risiko “kejenuhan karier” yang dialami individu-individu tersebut.

F. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitan, sampai terbukti melalui data yang sudah terkumpul.

Hipotesis yang dapat dirumuskan penulis adalah :

1. Hipotesis kerja (Hk)

Terdapat pengaruh antara stres kerja terhadap produktivitas pegawai PT. PLN

(Persero) Area Medan.

2. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak terdapat pengaruh antara stres kerja terhadap produktivitas pegawai PT.

PLN (Persero) Area Medan.

G. Definisi Konsep

Definisi konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang

dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan,

kelompok atau individu tertentu yang menjadi pusat perhatian.

Pemberian definisi konsep adalah untuk membantu memperjelas fenomena

(29)

a. Stres kerja dapat dirumuskan sebagai suatu satuan dari suatu keadaan

dimana seseorang tidak mampu memberikan jawaban secara tepat dan wajar

terhadap rangsangan yang datang dari sekelilingnya. Atau mungkin juga ia

mampu, tetapi dengan biaya dan pengorbanan yang lebih besar, seperti

terjadinya kelelahan kronis, tertekan, khawatir, gangguan fisik, gangguan

syaraf dan kehilangan harga diri.

b. Produktivitas kerja pegawai adalah kemampuan pegawai untuk

menghasilkan barang atau jasa yang dilandasi kualitas dan sikap mental

pegawai agar tujuan organisasi tercapai.

H. Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Definisi operasional merupakan

penjabaran lebih lanjut tentang kerangka konsep yang telah diklasifikasikan ke

dalam variabel-variabel. Dalam tulisan ini terdapat 2 variabel, yaitu stres kerja

sebagai variabel bebas (X) dan produktivitas sebagai variabel terikat (Y).

1. Indikator Stres Kerja

Variabel bebas (X), yaitu stres kerja dapat diukur dengan menggunakan

indikator sebagai berikut :

a. Emosi tidak stabil

b. Perasaan tidak tenang

c. Suka menyendiri

d. Sulit tidur

e. Merokok yang berlebihan

(30)

g. Cemas

h. Tegang

i. Gugup

j. Stres darah meningkat

k. Mengalami gangguan pencernaan.

2. Indikator Produktivitas Kerja

Variabel terikat (Y) adalah produktivitas karyawan. Indikatornya adalah :

a. Prestasi kerja, yang meliputi kecakapan, keterampilan, kesungguhan dan

hasil kerja.

b. Tanggungjawab, yang meliputi pelaksanaan kerja dan dedikasi.

c. Ketaatan, yang meliputi perintah dinas, ketentuan jam kerja, dan sopan

santun.

d. Kejujuran, yang meliputi keikhlasan dalam melaksanakan tugas-tugas kerja.

e. Kerjasama, yang meliputi kemampuan karyawan dalam bekerjasama.

I. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan keseluruhan

hasil penelitian ini secara singkat dapat diketahui sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

(31)

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel

penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data yang digunakan

dalam penelitian.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi sejarah singkat,

visi dan misi dan struktur organisasi.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat penyajian data yang dilakukan dengan menguraikan hasil

penelitian yang diperoleh dari lapangan dan menganalisanya berdasarkan metode

yang digunakan.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini berisi tentang pembahasan atau interpretasi dari data-data yang disajikan

pada bab-bab sebelumnya.

BAB VI PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dan

Gambar

Tabel 1.1 Penyebab Stres Psikologis
Gambar 2.1 Hubungan Stres – Kinerja

Referensi

Dokumen terkait

Misi ini untuk mewujudkan peningkatan pembangunan ekonomi bagi semua (inklusif), sekaligus meningkatkan kemandirian dan kemampuan daya saing, terutama berbasis

a) Peserta upacara hadir pukul 07.00 WIB untuk melaksanakan gladi bersih dan dalam pelaksanaan upacara menggunakan Bahasa Jawa. b) Pakaian pada saat upacara untuk

To obtain conclusive result of some data or properties of the A2 austenite sample ′ s, several measurements were carried out such as microstructure investigation,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai konsentrasi pestisida golongan karbamat dengan jenis karbofuran dan metomil di perairan Pantai Mlonggo, Kabupaten

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksploratif pada tiga lokasi yaitu lokasi monokultur nanas – nanas, lokasi dengan pola pergantian tanaman nanas – rumput

Sebagai konsep, active learning adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang subyek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional sehingga ia betul-betul

21 Ketika pendapat saya sama dengan teman, saya merasa percaya

Menurut Kovariansi (2013:1) menjelaskan bahwa “local content dapat dikatakan sebuah warisan, harta, bahkan sebuah bentuk kekayaan yang dimiliki oleh sebuah bangsa, dapat