LABORATORIUM FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN LENGKAP
“WUJUD ZAT DAN SIFAT FISIKA BAHAN OBAT”
OLEH:
PERANGKAT GOLONGAN GOLONGAN SABTU SIANG
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Ada tiga macam wujud zat yang dikenal yaitu gas, cair, dan
padatan kristal. Dari ketiga wujud zat tersebut memiliki sifat yang berbeda
dari partikel penyusunnya. Sifat fisika suatu obat berperan dalam
menentukan metode yang tepat untuk formulasi suatu obat dengan
menguji kemurnian bahan obat, sehingga akan didapatkan suatu sediaan
yang efektif, stabil dan aman.
Dalam pembentukan ketiga wujud zat ini disusun oleh
molekul-molekul dan atom yang saling terkait atau tersusun dengan ciri-ciri wujud
zat masing-masing. Dari gerak atau gaya antara molekul inilah yang
menentukan wujud dari suatu zat, misalnya dalam wujud padatan
molekul-molekul atau ion-ion dan atom-atom terikat oleh gaya antar molekul-molekul, antar
atom ataupun antar ion yang saling berdekatan. Namun, zat-zat ini dapat
mengalami perubahan ketika partikel-partikel penyusun dari zat tersebut
menerima atau melepas energi.
Perubahan wujud zat dalam hal kefarmasiaan, erat kaitannya
dalam proses pembuatan sediaan obat yang terkait dengan bentuk
sediaan obat. Titik lebur dan densitas suatu zat sangat berpengaruh
dalam proses arbsorbsi suatu zat di dalam tubuh manusia. Bukan hanya
karena bagaimana proses obat itu sendiri sehingga kita harus mengenal
wujud dari suatu zat membuat kita paham bagaimana seharunya kita
bertindak jika menangani suatu sampel ataupun senyawa kimia yang
digunakan.
Wujud zat dan sifat fisika bahan obat merupakan pengeahuan yang
paling mendasar yang perlu diketahui sebelum memformulasikan suatu
bahan obat yang satu dengan yang lain sehingga mendapatkan hasil yang
diinginkan dan dapat bekerja ke area tubuh yang diinginkan. Oleh sebab
itu, dilakukan praktikum wujud zat dan sifat fisika obat guna memberikan
pengetahuan dan pengalaman dalam hal penanganan suatu senyawa
kimia.
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
a. Mengetahui sifat fisika bahan obat yaitu densitas dan titik lebur.
b. Mengetahui cara penentuan titik lebur dengan metode pipa kapiler.
c. Mengetahui cara penentuan densitas dengan menggunakan
piknometer dan hidrometer.
I.3 Prinsip Percobaan
a. Penentuan titik lebur dan jarak lebur dari sampel ketoprofen, ibuprofen, guafenesin, paracetamol, atropin Sulfat, dextromertofan,
resovsinol, piracetam, dan asam askorbat menggunakan pipa
kapiler yang diikatkan pada termometer yang dicelupkan ke dalam
b. Penentuan densitas dari sampel gliserin, parafin cair, oleum recoris aselli, oleum sesami, oleum ricini, isopropyl miristat, metil salisilat,
oleum cajuputi, dan propilen glikol menggunakan piknometer
dengan menghitung selisih antara bobot piknometer berisi sampel
dan piknometer kosong dengan menggunakan hidrometer yang
dimasukkan ke dalam gelas ukur berisi sampel.
c. Penentuan bobot jenis dari sampel gliserin, paraffin cair, oleum recoris aselli, oleum sesami, oleum ricini, isopropyl miristat, metil
salisilat, oleum cajuputi, dan propilen glikol dengan
BAB II
LANDASAN TEORI
II. 1 Tinjauan Pustaka
II. 1. 1 Sifat Fisika Wujud Obat
Gas, cair dan padatan Kristal adalah tiga macam wujud zat. Wujud
gas disebabkan karena gerakan yang kuat dan cepat, molekul gas
bergerak dalam arah yang tidak beraturan, seringkali bertumbukan satu
sama lain dan bertumbukan dengan dinding wadah di mana gas itu
ditempatkan (1).
Ketiga wujud zat tersebut ada bersama-sama membentuk suatu
sistem yang stabil (setimbang). Stabilitas dalam arti luas dapat
didefinisikan sebagai ketahanan suatu produk sesuai dengan batas-batas
tertentu selama penyimpanan dan penggunaannya atau umur simpan
suatu produk dimana produk tersebut masih mempunyai siifat dan
karakteristik yang sama seperti pada waktu pembuatan. Banyak faktor
yang mempengaruhi stabilitas dari sediaan farmasi, antara lain stabilitas
bahan aktif, interaksi antara bahan aktif dengan bahan tambahan, proses
pembuatan bentuk sediaan, kemasan, cara pengemasan dan kondisi
lingkungan yang dialami selama pengiriman, penyimpanan, penanganan
dan jarak waktu antara pembuatan dan penggunaan. Faktor lingkungan
seperti temperatur, radiasi cahaya dan udara (khususnya oksigen, karbon
Materi dapat mengalami perubahan. Air akan berubah menjadi uap
air bila didihkan dan akan berubah menjadi es bila dibekukan. Uap air bila
didinginkan akan berubah menjadi air dan es bila dipanaskan akan
berubah kembali menjadi air. Perubahan wujud yang terjadi pada air
termasuk ke dalam perubahan fisika, yaitu perubahan materi yang tidak
menghasilkan zat baru. Pada perubahan fisika, susunan komponen zat
tidak berubah (3).
II. 1. 2 Jenis-Jenis Sifat Fsika Wujud Obat a. Cair
Cairan sendiri terbentuk saat gas didinginkan, gas tersebut
kehilangan sebagian energy kinetiknya dalam bentuk panas, dan
kecepatan molekulpun turun, sehingga jika ditambahkan tekanan pada
gas, molekul masuk ke dalam lingkungan gaya interaksi van der Walls dan
menjadi bentuk cairan (1)
b. Padatan Kristal
Padatan Kristal ini sendiri memiliki bangun seperti es dimana
natrium klorida dan menthol tersusun dalam pola geometris atau kisi-kisi.
Tidak seperti cairan dan gas, padatan Kristal mempunyai bentuk tertentu
dan susunan yang rapi. Padatan Kristal memiliki titik leleh tertentu, yaitu
perubahan tajam dari padatan ke cairan (1).
c. Gas
Gas berbeda dengan bentuk lainnya yaitu sifat pada zat padat dan
gunung es, semua terbentuk dari zat kimia yang sama. Membuat
bentuknya berbeda adalah sifat-sifat fisiknya, sifat-sifat fisik zat sangat
dipengaruhi oleh gaya tarik menarik molekulnya. Pada zat yang terbentuk
gas, gaya tarik-menarik molekulnya sangat lemah. Gaya yang lemah ini
menyebabkan molekul-molekul dapat bergerak dengan cepat dan bebas.
Hal inilah yang menyebabkan gas tidak dapat dibuat kecuali yang
berwarna (1).
II. 1. 3 Metode Penentuan Sifat Fisika Bahan Obat
Fenomena wujud zat dan sifat fisika obat yang sering kita jumpai
yaitu perubahan titik lebur ataupun titik leleh yang dipengaruhi akibat
tekanan yang dihasilkan dari zat tersebut.
a. Titik leleh
Titik leleh merupakan temperatur di mana padatan berubah menjadi
cairan dan titik didih merupakan kondisi di mana jika cairan ditempatkan
pada wadah terbuka dan dipanaskan sampai tekanan uap sama dengan
tekanan atmosfer, uap cairan sama dengan tekanan luar atau tekanan
atmosfer (1).
b. Titik lebur
Titik lebur adalah zat padat berubah menjadi cair dalam keadaan
yang seimbang. Adapun suhu lebur adalah suhu pada suatu zat tepat
c. Densitas
Densitas merupakan suatu besaran turunan karena
mengombinasikan suatu massa dan volume. Densitas didefenisikan
sebagai massa per satuan volume pada suhu tertentu. Berbeda dengan
densitas, bobot jenis adalah suatu bilangan murni tanpa dimensi, namun
dapat dikonversikan menjadi densitas dengan menggunakan berbagai
jenis alat seperti piknometer, neraca Mohr-Werphal, hidrometer, dan
alat-alat lain (4).
Metode penentuan densitas, yaitu : (5)
1. Menggunakan Piknometer
Piknometer kosong ditimbang beratnya, lalu piknometer diisi
dengan sampel yang akan dihitung densitasnya. Densitas akan diperoleh
dari selisih antara bobot piknometer kosong dan bobot pinometer berisi
sampel dalam satuan umum yaitu gram per mililiter.
Prinsip metode piknometer didasarkan atas ketentuan massa
cairan dan penetuan ruang yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan
wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode
piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu
dengan bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada
sekitar isi ruang 30 ml.
Piknometer mempunyai kelebihan yaitu larutan uji yang digunakan
dalam pengukuran jumlahnya hanya sedikit, selain itu wadah
Kekurangan dari metode ini karena dilakukan penimbangan zat atau
larutan uji berulang kali, dan alatnya cenderung sulit untuk dibersihkan
dan memerlukan waktu yang lama.
2. Menggunakan Hidrometer
Hidrometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur
massa jenis suatu zat ceir. hidrometer sering juga disebut aerometer. Nilai
massa jenis suatu zat cair dapat diketahui dengan membaca skala pada
hidrometer yang ditempatkan mengapung pada zat cair. Hidrometer
mempunyai skala yang dapat langsung menunjukkan berat jenis zat cair
yang disebut densitas.
Prinsip metode hidrometer didasari oleh hukum Achimedes yaitu
suatu benda yang dicelupkan ke dalam cairan akan hilang massa sebesar
berat volume cairan yang terdesak.
Kelebihan dari penggunaan metode hidrometer yaitu merupakan
metode yang sederhana dengan pengukuran yang cepat namun metode
hidrometer sangat rentang pengukuran sangat kecil (membutuhkan
beberapa hidrometer untuk mencakup rentang yang lebih luas, umumnya
II.2 Uraian Sampel II.2.1 Ketoprofen (7:487)
Titik leleh : 93 °C sampai 96 °C
Titik didih : 431,316 °C
Titik beku :
-Jarak lebur : 93-96 ° C
Densitas : 1,198 pada suhu 25 ℃
Bobot jenis : 1,198 g/ml
II.2.2 Gliserin (6:271)
Titik leleh : 17,8 °C
Titik didih : 290 C °
Tititk beku : 18 °C - 18,17 C °
Jarak lebur :
-Densitas : ≥ 1,249 pada suhu 25 ℃
Bobot jenis : ≥ 1,249 g
cm 3
II.2.3 Paraffin Cair (7:474)
Titik lelh :
-Titik didih : 300 °C
Tititk beku : -24 °C
Jarak lebur :
-Densitas : 0,870 – 0890 pada suhu 25 ℃
II.2.4 Ibuprofen (7:449)
Titik leleh : 75 °C - 78 °C
Titik didih :
-Titik beku :
-Jarak lebur : 172 – 174
Densitas :
Bobot jenis :
-II.2.5 Oleum Iecoris Aselli (7:628)
Titik leleh : 21,8 °C – 31,0 °C
Titik didih :
-Titik beku :
Jarak lebur :
-Densitas : antara 0,918 dan 0,917 pada suhu 25 ℃
Bobot jenis : antara 0,918 dan 0,917 g/ml
II.2.6 Guafenisin Guaiklat (6:421)
Titik leleh : 79 °C dan 82 °C
Titik didih :
-Titik beku :
-Jarak lebu : 78 °C dan 82 °C
Densitas :
-II.2.7 Oleum Sesami (7:298)
Titik leleh :
-Titik didih : > 350 C °
Titik beku :
Jarak lebur :
-Densitas : 0,916 – 0,921pada suhu 25 ℃
Bobot jenis : 0,916 – 0,921 g/ml
II.2.8 Parasetamol (7 :649)
Titik leleh : 168 °C dan172° C
Titik didih : 420 °C
Titik beku :
Jarak lebur :
-Densitas : 271,4 pada suhu 25 ℃
Bobot jenis : 271,4 g/ml
II.2.9 Oleum Cajuputi (6:453)
Titik leleh :
-Titik didih :
-Titik beku :
Jarak lebur :
-Densitas :
-Bobot jenis : 0,910-0,923 g/ml
II.2.10 Atropin sulfat (7: 115)
Titik didih :
Titikk beku :
-Jarak lebur : antara 191 °C dan 195 °C
Densitas : 1, 54 pada suhu 25 ℃
Bobot jenis : 1,54 g/ml
II.2.11 Isopropil miristat (8: 1744)
Titik leleh :
-Titik didih :
-Titik beku :
Jarak lebur :
-Densitas : antara 0,846 dan 0,854 pada suhu 25 ℃
Bobot jenis : antara 0,846 dan 0,854 g/ml
II.2.12 Dextrometorfan (7:299)
Titik leleh : 129 C °
Titik didih :
-Titik beku :
Jarak beku :
-Densitas : 271 pada suhu 25 ℃
Bobot jenis : 271 g/ml
II.2.13 Metil salisilat (8: 850)
Titik leleh :
-Titik didih :
Jarak lebur :
-Densitas : 1,180 dan 1,185pada suhu 25 ℃
Bobot jenis : 1,180 dan 1,185 g/ml
II.2.14 Resorcinol (7:740)
Titik leleh : antara 109 °C dan 111 °C
Titik didih : 277 °C
Titik beku :
Jarak lebur :
-Densitas :
Bobot jenis :
-II.2.15 Oleum ricini (7:631)
Titik leleh : -12 ° C Titik didih : >350 C °
Titik beku :
Jarak lebur :
-Densitas : 0,954 pada suhu 25 ℃
Bobot jenis :
-II.2.16 Piracetam (8:1023)
Titik leleh : 156 C °
Titik didih : 408.3 °C
Titik beku :
Jarak lebur :
Bobot jenis : 1,239 g/ml
II.2.17 Propilen glikol (8:1070)
Titik leleh :
-Titik didih : 185 °C - 189 °C
Titik beku :
Jarak lebur :
-Densitas : antara 1,035 dan 1,037 pada suhu 25 ℃
Bobot jenis : antara 1,035 dan 1,037 g/ml
II.2.18 Asam askorbat (7:39)
Titik leleh : 190 C ° - 194 °C
Titik didih :
-Titik beku :
Jarak lebur :
-Densitas : 1,65 pada suhu 25 ℃
Bobot jenis: 1,65 g
cm 3
II. 3 Uraian Bahan
II.3.1 Alkohol (6:65)
Nama resmi : Aethanolium
Sinonim : Etanol
RM/BM : C2H6O/86,18
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan
Kelarutan : Hampir larut dalam larutan. Sangat mudah larut
dalam air, kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Ditempat yang kering, tidak terkena matahari dan
tidak di dekat benda berbau tajam.
II.3.2 Paraffin cair (7:474)
Nama resmi : Paraffium Liquidum
Sinonim : Mineral oil
RM/BM : C3H8O3/92,09
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak
berwarna hampir tidak berbau, hampir tidak
mempunyai rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)
larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindungi dari cahaya
II.3.3 Aquadest (6: 96)
Nama resmi : Aqua Destillata
Sinonim : Air suling
RM/BM : H2O/18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
BAB III METODE KERJA
III. 1 Alat dan Bahan III.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum wujud zat dan sifat-sifat fisika
obat adalah beaker , buret, hidrometer, kompor listrik, klem, piknometer ,
pipa kapiler, statif, tangas air, dan termometer.
III.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah alkohol,
aquadest, asam askorbat, atropin sulfat, isopropil miristat, ketoprofen,
metil salsilat, oleum cajuputi, oleum ierocis aselli, oleum ricini, oleum
Iecoris aselli, paracetamol, paraffin cair, piracetam, propil glikol, dan
resolsinol.
III.2 Cara Kerja
III. 2.1 Penentuan Titik Leleh & Jarak Lebur
Sampel digerus sekitar 1 gram dalam lumpang alu. Setelah halus,
sampel diayak menggunakan ayakan dengan nomor mesh 100.
Kemudian, sampel ditotolkan pada salah satu lubang pipa dan
diketuk-ketuk hingga sampel berada di ujung pipa kapiler yang tertutup sekitar 1
cm. Kemudian pipa kapiler diikat pada termometer. Media dipanaskan baik
itu parafin cair maupun aquades menggunakan gelas beaker 1000 ml.
Pasang pipa kapiler yang sudah diikatkan pada termometer dan amati titik
III.2.2 Penentuan densitas, bobot jenis dengan piknometer
Piknometer disterilkan di oven pada suhu 100 ° C selama satu jam. Setelah itu, piknometer didinginkan dan ditimbang menggunakan
timbangan analitik. Setelah ditimbang, piknometer diisi sampel hingga
penuh secara perlahan. Kemudian, piknometer yang telah diisikan sampel
ditimbang menggunakan timbangan analitik dan catat hasilnya. Setelah
data sudah lengkap, hitung densitas dan bobot jenis sampel tersebut.
III.2.3 Penentuan densitas, bobot jenis dengan hidrometer
Sampel dituangkan ke dalam gelas ukur 500 ml. Setelah itu,
hidrometer dimasukkan pada gelas ukur berisi sampel. Jika hidrometer
tenggelam, ganti hidrometer dengan hidrometer yang memiliki angka lebih
kecil. Jika hidrometer mengapung maka ganti hidrometer menggunakan
hidrometer yang memiliki angka lebih besar. Jika hidrometer melayang
cacat angka pada hidrometer kemudian tentukan densitas serta bobot
jenis dari sampel tersebut.
BAB IV
IV.1 Tabel Penggamatan
IV.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Titik lebur.
KLP NAMA SAMPEL LEBURTITIK RATA-RATA REFERENSI KETERANGAN
1 Ketoprofen
112,5OC Tidak SesuaiPustaka 124OC
151,3OC 151,5-152,5OC Sesuai Pustaka 152OC
IV.1.2 Tabel Pengamatan Hasil Jarak Lebur.
Pustaka
79-82OC Tidak Sesuai Pustaka
112,5OC Tidak SesuaiPustaka 124OC 130OC 6OC
120OC 125OC 5OC
7 Resolsinol
105OC 113OC 8OC
1090
C-1110C Tidak SesuaiPustaka 105OC 109OC 4OC
- -
-8 Piracetam
146OC 150OC 4OC
151,5-152,5OC PustakaSesuai 145OC 152OC 7OC
144OC 152OC 8OC
9 Asam Askorbat
168OC 190OC 22OC
190OC Tidak Sesuai Pustaka 170OC 183OC 18OC
171OC 184OC 13OC
IV.1.3 TABEL PENGUKURAN DENSITAS DENGAN PIKNOMETER
KL
P SAMPELNAMA PINOV A B P RATA-RATA REFERENSI KET
1 Gliserin 50 28,24 90 1,23 1,23 1,23 Sesuai
Pustaka
-- -
-IV.1.4 Tabel Hasil Pengukuran Densitas Dengan Hydrometer
KLP SAMPELNAMA
0,920 0,8850-0,9280 PustakaSesuai 0,920
0,920
6 IsopropilMeristat 0,820-0,880
0,847
0,8468 0,55 Tidak SesuaiPustaka 0,8465
0,847 7 Metil
1,175
IV.1.5 Tabel Hasil Penentuan BJ
KLP SAMPEL DENSITASP H BOBOT JENISP H DENSITASREFERENSIBJ KET
1 GLISERIN 1,23 1,25 1,24 1,32 1,26 1,249 PUSTAKASESUAI
2 PARAFFINCAIR 0,818 0,822 0,826 0,867 0,87 0,874 PUSTAKASESUAI
3 IECORISOLEUM 0,887 0,891 0,896 0,938 0,91 0,918-0,927 SESUAITIDAK PUSTAKA 4 SESAMIOLEUM 0,933 0,94 0,942 0,0,9894 0,916-0,921
5 EUCALYPTUSOLEUM 0,8761 0,920 0,99 0,95 0,8850-0,9280 0,906-0,925 PUSTAKASESUAI
6 MERISTARTISOPROPIL 0,9757 0,846 0,97 0,88 0,55 0,846-0,854 SESUAITIDAK PUSTAKA
7 SALISILATMETIL 1,175 1,175 1,86 1,236 1,535 1,180
TIDAK SESUAI PUSTAKA 8 OLEUMRICINI 0,9736 0,968 0,9755 0,9699 0,959 0,957-0,961 PUSTAKASESUAI
9 PROPILENGLIKOL 1,031 1,033 1,041 1,038 1,038 1,048 PUSTAKASESUAI
2. 780C - 740C = 40C
3. 780C - 750C = 30C
c) Guafenesin
1. 700C - 670C = 30C
2. 71,90C - 660C = 5,90C
3. 720C - 680C = 40C
d) Paracetamol
1. 1720C - 1690C = 30C
2. 1760C - 1700C = 60C
3. 1740C - 1700C = 40C
e) Atropine Sulfat
1. 1630C - 1600C = 30C
2. 1460C - 1400C = 60C
3. 1600C - 1400C = 100C
f) Dekstrometorfat
1. 1250C- 1150C = 100C
2. 1300C - 1240C = 60C
3. 1250C - 1200C = 50C
g) Resorsinol
1. 1130C - 1050C = 80C
2. 1090C - 1050C = 40C
h) Piracetam
2. 1520C - 1450C = 70C
3. 1520C - 1440C = 80C
i) Asam Askorbat
1. 1900C - 1680C = 220C
2. 1830C - 1700C = 180C
3. 1840C - 1710C = 130C
B. Perhitungan Densitas Piknometer
ρ
=
B−VAa) Gliserin
ρ = 90−28,24
50 = 1, 23
b) Paraffin Cair
ρ 1 = 40,9571−20,4469
25 = 0,820
ρ 2 = 37,5039−17,0539
25 = 0,818
ρ 3 = 40,9347−20,4687
25 = 0,818
c) Oleum Iecoris
d) Oleum Sesami
ρ 1 = 68,031−22, 8409
50 = 0,9038
ρ 2 = 68,00−22,8560
50 = 0,9028
e) Oleum Eucalyptus
ρ 1 = 44,0528−21,5701
ρ 3 = 83,782−32,260
50 = 1,03044
IV.3 Pembahasan
Telah dilakukan percobaan engamatan wujud zat dan sifat fisika
kimia bahan obat, dimana terdapat beberapa paremeter yang diamati,
antara lain titik lebur, jarak lebur, pengukuran densitas menggunakan
piknometer, pengukuran densitas menggunakan hidrometer, serta
penentuan bobot jenis suatu bahan obat. Adapun beberapa sampel yang
diukur titik lebur dan jarak leburnya antara lain Ketoprofen, Ibuprofen,
Guafenisin, Paracetamol, Atropine Sulfate, Dekstrometorfan, Resorsinol,
Piracetam, dan asam askorbat. Sedangkan sampel yang diukur densitas
serta bobot jenisnya antara lain Gliserin, Parafin cair, Oleum licoris, Oleum
sesami, Oleum eucalyptus, Isopropil miristat, Metil salisilat, oleum ricini,
dan Propilen glikol.
Pengukuran titik lebur dan jarak lebur dilakukan dengan
menggunakan metode pipa kapiler, dimana pipa kapiler yang telah diisi
dengan sampel diletakkan diatas uap panas yang akan melebur apabila
telah sampai pada titik leburnya, pengukuran ini dilakukan secara triplo
untuk mendapatkan hasil yang akurat. Untuk pengukuran titik lebur dan
jarak lebur dari sampel ketoprofen, diperoleh titik lebur yaitu 94,5OC
dengan jarak lebur yaitu 2OC dimana referensi yang digunakan yaitu 93OC
- 96OC sehingga dapat dikatakan bahwa hasil pengujian telah sesuai
diperoleh titik lebur yaitu 74,6OC dengan jarak lebur yaitu 4OC dimana
referensi yang digunakan yaitu 75OC - 78OC, meskipun terdapat sedikit
perbedaan dengan literatur yang digunakan, tetapi dapat dikatakan bahwa
hasil pengujian telah sesuai dengan literatur yan digunakan. Untuk sampel
Guafenisin di peroleh titik lebur 66OC dengan jarak lebur 4,3OC, dimana
referensi yang digunakan menyatakan bahwa titik lebur dari sampel
Guafenisin yaitu 79OC dan terdapat perbedaan dengan hasil yang
diperoleh, sehingga dikatakan bahwa hasil yang diperoleh tidak memenuhi
literatur yang digunakan. Untuk sampel Paracetamol titik lebur yang
diperoleh adalah 169OC dengan jarak lebur 4OC, literatur yang digunakan
adalah 172OC sehingga sampel yang diujikan memenuhi kriteria dari
literatur yang digunakan. Pada pengukuran titik lebur dan jarak lebur dari
sampel atropin sulfat, hasil yang diperoleh adalah titik lebur 146,60C
dengan jarak lebur 6OC, literatur yang digunakan yaitu 1870C sehingga
sampel yang diujikan tidak memenuhi literatur yang digunakan. Untuk
sampel Dekstromethorphan di peroleh titik lebur 120OC dengan jarak lebur
7OC, dimana referensi yang digunakan menyatakan bahwa titik lebur dari
sampel Dekstromethorphan yaitu 109,5OC-112,5OC dan terdapat
perbedaan dengan hasil yang diperoleh, sehingga dikatakan bahwa hasil
yang diperoleh tidak memenuhi literatur yang digunakan. Pada
pengukuran titik lebur dan jarak lebur dari sampel Resorsinol, hasil yang
diperoleh adalah titik lebur 105OC dengan jarak lebur 6OC, literatur yang
memenuhi literatur yang digunakan. pada pengukuran sampel piracetam
diperoleh titik lebur 145OC dengan jarak lebur 6OC, dimana hasil ini sesuai
dengan literatur yang digunakan yaitu 151,5-152,5OC. Yang terakhir
dilakukan pengukuran pada sampel Asam askorbat diperoleh titik lebur
yaitu 170OC dengan jarak lebur 18OC dimana hasil ini tidak memenuhi
literatur yang digunakan yaitu 190OC. Adanya perbedaan dari literature
yang digunakan dengan hasil pengamatan yang diperoleh dapat
diakibatkan oleh beberapa hal seperti sampel yang telah terkontaminasi
dengan bahan lain, menyebabkan titik lebur sampel yang diukur
meningkat atau menurun, atau dapat juga diakibatkan karena
pengamatan yang kurang teliti.
Untuk pengukuran densitas bahan obat menggunakan piknometer
juga dilakkan secara triplo, dimana hasil yang diperoleh kemudian
dmasukkan kedalam rumus yang berlaku sehingga diperoleh densitas dari
sampel yang diukur, Pada penentuan densitas dari gliserin, hasil yang
diperoleh memenuhi literatur yang digunakan, yaitu densitas sebesar 1,23.
begitupula dengan pengukuran densitas sampel Oleum lecoris dimana
hasil yang diperoleh memenuhi literatur yang digunakan yaitu 0,92. Untuk
pengukuran densitas dari Parafin cair diperoleh densitas 0,88 dimana
hasil ini tidak sesuai dengan oliteratur yang digunakan yaitu 0,92.
Begitupula dengan pengukuan densitas dari Oleum sesami, dimana
densitas yang diperoleh yaitu 0,90 sedangkan range literatur yang
hasil yang diperoleh sesuai dengan range yang tertera pada literatur yaitu
0,88-0,92. Pada pengukuran densitas metil salisilat dan oleum ricini juga
hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur yang digunakan dimana
densitas yang tertera di literatur untuk sampel metil salisilat dan oleum
ricini bertuut turut adalah 0,55 dan 1,18. Untuk pengukuran densitas dari
Oleum ricini dan Propilen glicol hasil yang diperoleh sesuai dengan
literatur yang digunakan yaitu densitas dari oleum ricini dan propilen glikol
berturut turut adalah 0,95 dan 1,03. Adanya perbedaan yang diperoleh
dari sampel yang diujikan dengan literature yang digunakan dapat
dipengaruhi pleh beberapa hal, seperti terdapatnya gelombang udara di
dalam piknometer atau terdapat sampel yang melekat pada piknometer
yang digunakan sehingga mempengaruhi hasil pengukuran.
Untuk pengukuran densitas bahan obat menggunakan hidrometer
juga dilakkan secara triplo, pengukuran menggunakan hidrometer
dilakukan dengan membaca skala dimana hidrometer brada dalam posisi
melayang dalam gelas ukur berisikan sampel cair yang akan ditentukan
densitasnya. Pada penentuan densitas dari gliserin, hasil yang diperoleh
memenuhi literatur yang digunakan, yaitu densitas sebesar 1,254 dengan
literatur 1,26. Begitupula dengan pengukuran densitas sampel Oleum
lecoris dimana hasil yang diperoleh 0,891 dengan literatur yang digunakan
yaitu 0,92. Untuk pengukuan densitas dari Oleum sesami, dimana
densitas yang diperoleh yaitu 0,94 dan hasil ini memenuhi densitas oleum
Eucalyptus hasil yang diperoleh yaitu 0,920 dan hasil ini sesuai dengan
range yang tertera pada literatur yaitu 0,88-0,92. Pada pengukuran
densitas isopropil miristat dan metil salisilat juga hasil yang diperoleh (0,84
dan 1,17) tidak sesuai dengan literatur yang digunakan dimana densitas
yang tertera di literatur untuk sampel isopropil miristat dan metil salisilat
dan berturut turut adalah 0,55 dan 1,18. Untuk pengukuran densitas dari
Oleum ricini dan Propilen glicol hasil yang diperoleh berturut turut yaitu
0,968 dan 1,033 dan hasil ini sesuai dengan literatur yang digunakan yaitu
densitas dari oleum ricini dan propilen glikol berturut turut adalah 0,95 dan
1,03. Perbedaan hasil yang diperleh engan literature yang diunakan dapat
disebabkan oleh beberapa factor kesalahan, seperti pengamatan yang
kurang teliti serta posisi dari hydrometer yang tidak lurus sehingga
mempengaruhi skala yang terbaca.
Dilakukan pula pengukran bobot jenis dari sampel yang
sebelumnya telah diukur densitasnya. adapun hasil pengukuran bobot
jenis yang diperoleh yaitu bobot jenis gliserin yaitu 1,24 (ref : 1,249),
parafin cair dengan bobot jenis 0,867 (ref : 0,874), Oleum eucalyptus
dengan bobot jenis 0,95 (ref : 0,906-0,925), bobot jenis oleum ricini yaitu
0,975 (ref : 0,957-0,961) dan bobot jenis propilen glycol 1,041 (ref : 1,048).
Bobot jenis yang diperoleh untuk sampel gliserin, parafin cair, oleum
eucalyptus, oleum ricini, dan propilen glycol telah sesuai dengan literatur
yang digunakan, sedangkan untuk pengukuran bobot jenis oleum iecoris
(0,846-0,854), dan metil salisilat 1,86 (ref : 1,180). hasil pengukuran untuk
sampel oleumiecoris, isopropil miristat, dan metil salisilat tidak memenuhi
literatur yang digunakan, dimana hal ini dapat di pengaruhi oleh beberapa
hal seperti pengukuran densitas yang sebelumya dilakukan tidak
memenuhi literatur yang digunakan.
BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan dapat
disimpulkan dapat disimpulkan bahwa pada pengukuran titik lebur dan
jarak lebur dengan metode pipa kapiler untuk sampel ketoprofen,
ibuprofen, paracetamol, dan piracetam sesuai dengan literatur yang
digunakan. Sedangkan hasil yang diperoleh untuk sampel guafenisin,
atropin sulfat, dekstromethorphan, resorsinol, dan asam askorbat tidak
Untuk pengukuran densitas dengan piknometer, hasil pengukuran
dari sampel Gliserin, Oleum Iecoris, Oleum Eucalyptus, Oleum Ricini, dan
Propilen glycol telah sesuai dengan literatur yang digunakan, sedangkan
untk hasil pengukuran dari paraffin cair, oleum sesami, isopropil miristat,
dan metil salisilat tidak sesuai dengan literatur yang digunakan.
Untuk pengukuran densitas menggunakan hydrometer hasil
pengukuran untuk gliserin, Oleum lecoris, Oleum sesami, Oleum
eucaliptus, Oleum ricini, dan propilen glicol telah sesuai dengan literatur
yang digunakan, sedangkan untuk pengukuran isopropil miristat dan metil
salisilat hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur yang digunakan.
Untuk penentuan bobot jenis, hasil yang diperoleh untuk gliserin,
paraffin cair, oleumeucaliptus, oleum ricini, dan propilen gllycol telah
sesuai dengan lteratur yang digunakan, sedangkan untuk sampel oleum
iecoris, isopropil miristat, dan metil salisilat tidak sesuai dengan literatur
yang digunakan.
Adapun terbedaan hasil yang diperoleh dengan literatur yang
digunakan dipengaruhi oleh beberapa faktor kesalahan yang telah
dijelaskan sebelumya.
V.2 Saran
Saran untuk percobaan sifat fisika kimia bahan obat selanjutnya
adalah agar alat praktikum lebih dilengkapi sehingga menunjang
praktikum lebih dijaga sehingga dapat mengurangi factor kesalahan yang
dapat mempengaruhi hasil pengamatan.
1. Martin, Alfred, dkk. 1990. Farmasi Fisika Dasar- Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu Farmasetik. Edisi ketiga. Vo. 1. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI. Press)
2. Deviarny, Chris, dkk. 2012. Uji Stabilitas Kimia Natrium Askorbil Fosfat
Dalam Mikroemulsi Dan Analisisnya Dengan HPLC. Padang:
Universitas Andalas
3. Afnidar. Materi dan Sifatnya, serta Kegunaan Bahan Kimia dalam
Kehidupan. Pustaka Ut
4. Sinko, Patrick J. 2011. Farmasi Fisik dan Ilmu farmasetika. Edisi tiga. Jakarta: EGC
5. Yulien Ariansyah dan Novita Eka Mustikasari. 2017. Sifat-Sifat Fisik
Dari Zat. Yogyakarta: KUPDF
6. DITJEN POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen
Kesehatan Rrepublik Indonesia. Jakarta
7. DITJEN POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Skema Kerja
A. Penentuam Titik Leleh & Jarak Lebur
Sampel digerus
Ayak dengan ayakan 100
Pipa kapiler kaca (salah satu ujungnya ditutup) diisi dengan sampel ± 1 cm dan dimampatkan pada permukaan padat
Ikat pipa kapiler pada termometer
Panaskan media dalam gelas beaker ± 30 ° C di bawah titik leleh yang diperlukan
Pasang termometer dan pipa kapiler pada statif dan celupkan pada media hingga semua sampel terendam.
Perhatikan suhu pada termometer saat menunjukkan 3 ° C - 5 ° C di bawah titik leleh yang diperkirakan, kurangi pemanasan
B. Penentuan Densitas, Bobot Jenis dengan Piknometer Bersihkan piknometer
Panaskan pada suhu 100 ° selama 1 jam, dinginkan dan timbang pikno kosong.
Masukkan sampel (yang telah diukur suhu) hingga penuh, tutup dan timbang.
Hitung densitas
Ulangi untuk air
Hitung bobot jenis
C. Penentuan Densitas, Bobot Jenis dengan Hidrometer Gelas ukur 500 ml
Masukkan sampel (yang telah diukur suhunya).
Masukkan hydrometer pada gelas ukur berisi sampel
Catat angka pada hydrometer
Ulangi untuk air