• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEKUASAAN POLITIK DAN PENGARUHNYA DI IND

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEKUASAAN POLITIK DAN PENGARUHNYA DI IND"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

KEKUASAAN POLITIK DAN PENGARUHNYA DI

INDONESIA

Oleh:

Nama : Muhamad Saeful Anwar

NIM : 61111 310 16

Kelas : Ilmu Pemerintahan A (IP A)

Angkatan : 2013

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan hidayah-Nya makalah yang berjudul “KEKUASAAN POLITIK DAN

PENGARUHNYA DI INDONESIA”, guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat

Ilmu dan Dasar-Dasar Logika ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, baik dari materi pembahasan maupun tutur kata, serta kami sangat

mengharapkan ide, saran, dan kritikan yang bersifat membangun demi perbaikan

pada kesempatan mendatang.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi salah satu

amal ibadah kami serta dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak yang

membutuhkan.

Cimahi, Januari 2015

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara

berpikir manusia, politik pun selalu ikut serta berkembang dan mengalami

kemajuan. Kualitas hidup suatu bangsa dapat meningkat jika ditunjang

dengan adanya keadaan politik yang stabil, kondusif, tenteram dan

seimbang. Dengan begitu, maka memungkinkan masyarakatnya untuk

dapat berpikir kritis, kreatif, peduli dan produktif.

Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai negara berkembang

pun tidak akan dapat maju jika segala kualitas pengetahuan tentang politik

bangsanya sendiri belum dapat diperbaiki. Demi terwujudnya masyarakat

yang tenteram dan sejahtera, harus didukung pula dengan keadaan

perpolitikan dan penerapan kekuasaan yang sesuai aturan, perundangan

dan segala tatacaranya. Sebab dari hal tersebut maka akan terbentuk suatu

pemerintahan yang baik dan seimbang dalam hal penerapan serta

pelaksanaan segala kehidupan berbangsa dan bernegaranya.

Adapun kekuasaan yang dapat berarti kekuasaan golongan,

kekuasaan raja ataupun kekuasaan pejabat negara. Sehingga tidak salah

lagi jika kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain

menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kekuasaan?

2. Apa yang dimaksud dengan kekuasaan politik?

3. Apa saja keterkaitan antara kekuasaan dan politik?

(4)

5. Adakah masalah kekuasaan politik di Indonesia dan bagaimana cara

penyelesaiannya?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

a) Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya, maka dapat dituliskan

tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui arti dari kekuasaan politik.

2. Untuk mengetahui keterkaitan antara kekuasaan dan politik.

3. Untuk mengetahui pengaruh dari adanya kekuasaan politik di

Indonesia.

4. Untuk mengetahui masalah kekuasaan politik yang terjadi di

Indonesia dan penyelesaiannya.

b) Manfaat Penulisan

1. Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai arti dari

kekuasaan politik dan keterkaitannya.

2. Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai pengaruh

yang ditimbulkan dari adanya kekuasaan politik di Indonesia.

3. Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai masalah

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan menggunakan sumber pengaruh

untuk mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik

sehingga menguntungkan dirinya, kelompoknya atau masyarakat secara

umum. Kekuasaan adalah gejala yang selalu ada dalam proses politik,

karena politik tanpa kekuasaan bagaikan agama tanpa moral karena begitu

berkaitannya antara keduanya. Adapun pengertian kekuasaan menurut

para ahli, yaitu :

a) Miriam Budiardjo, 2002.

Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh

seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut

sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak

boleh dijalankan melebihikewenangan yang diperoleh atau

kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi

tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan

dari pelaku.

b) Ramlan Surbakti, 1992.

Kekuasaan adalah kemampuan mempengaruhi pihak lain

untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang

mempengaruhi.

c) Gibson.

Kekuasaan adalah Kemampuan seseorang untuk

memperoleh seuatu sesuai dengan cara yang dikehendaki.

(6)

Kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok

orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya

sendiri dengan sekaligus menerapkannya terhadap

tindakan-tinakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan

tertentu. Max Weber juga menuliskan adanya tiga sumber

kekuatan, yaitu :

1. Perundang-undangan yakni kewenangan.

2. Kekerasan seperti penguasaan senjata.

3. Karisma.

e) Lewin.

Kekuasaan adalah kemampuan potensial dari

seseorang/kelompok orang untuk mempengaruhi yang lain dalam

sistem yang ada. Dalam pengertiannya, kekuasaan adalah kualitas

yang melekat dalam satu interaksi antara dua atau lebih individu.

Jika setiap individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi

tindakan satu sama lain, maka yang muncul dalam interaksi

tersebut adalah pertukaran kekuasaan.

Menurut French dan Raven, ada lima tipe kekuasaan, yaitu :

1. Reward power.

Tipe kekuasaan ini memusatkan perhatian pada kemampuan

untuk memberi ganjaran atau imbalan atas pekerjaan atau tugas yang

dilakukan orang lain. Kekuasaan ini akan terwujud melalui suatu

kejadian atau situasi yang memungkinkan orang lain menemukan

kepuasan.

2. Coercive Power.

Kekuasaan yang bertipe paksaan ini, lebih memusatkan

pandangan kemampuan untuk memberi hukuman kepada orang lain.

(7)

Tipe kekuasaan ini didasarkan pada satu hubungan ‘kesukaan’ atau liking, dalam arti ketika seseorang mengidentifikasi orang lain yang mempunyai kualitas atau persyaratan seperti yang

diinginkannya.

4. Expert Pow.

Kekuasaan yang berdasar pada keahlian ini, memfokuskan

diripada suatu keyakinan bahwa seseorang yang mempunyai

kekuasaan, pastilah ia memiliki pengetahuan, keahlian dan informasi

yang lebih banyak dalam suatu persoalan.

5. Legitimate Power.

Kekuasaan yang sah adalah kekuasaan yang sebenarnya (actual

power), ketika seseorang melalui suatu persetujuan dan kesepakatan

diberi hak untuk mengatur dan menentukan perilaku orang lain dalam

suatu organisasi.

Adapun jenis-jenis kekuasaan, yaitu :

1. Monarki dan Tirani.

Monarki berasal dari kata ‘monarch’ yang berarti raja, yaitu jenis kekuasaan politik di mana raja atau ratu sebagai pemegang

kekuasaan dominan negara (kerajaan).

2. Aristokrasi dan Oligarki.

Dalam jenis kekuasaan monarki, raja atau ratu biasanya

bergantung pada dukungan yang diberikan oleh para penasihat dan

birokrat. Jika kekuasaan lebih banyak ditentukan oleh orang-orang

ini (penasihat dan birokrat), maka jenis kekuasaan tidak lagi berada

pada satu orang (mono) melainkan beberapa (few).

Aristokrasi sendiri merupakan pemerintahan oleh

(8)

mempunyai status sosial, kekayaan, dan kekuasaan politik yang

besar. Ketiga hal ini dinikmati secara turun-temurun (diwariskan),

menurun dari orang tua kepada anak. Jenis kekuasaan aristokrasi

ini disebut pula sebagai jenis kekuasaan kaum bangsawan

(aristokrasi).

3. Demokrasi dan Mobokrasi.

Dalam jenis kekuasaan monarki, raja atau ratu biasanya

bergantung pada dukungan yang diberikan oleh para penasihat dan

birokrat. Jika kekuasaan lebih banyak ditentukan oleh orang-orang

ini (penasihat dan birokrat) maka jenis kekuasaan tidak lagi berada

pada satu orang (mono) melainkan beberapa (few).

Adapun beberapa konsep yang berkaitan dengan kekuasaan, yaitu :

1. Influence atau pengaruh, adalah bagaimana seseorang mampu

mempengaruhi agar orang lain berubah secara sukarela.

2. Persuasi, adalah cara meyakinkan orang dengan memberikan

argumentasi.

3. Manipulasi, adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain

namun yang dipengaruhi tidak menyadari.

4. Coersion, adalah ancaman atau paksaan agar orang lain sesuai dengan

kehendak yang memiliki kekuasaan.

5. Force, adalah tekanan fisik seperti membatasi kebebasan. Ini biasanya

dilengkapi dengan senjata, sehingga orang lain mengalami ketakutan.

Berikut ini adalah unsur-unsur kekuasaan yang terdiri dari :

(9)

Oleh karena itu agar kekuasaan tidak disalah-artikan, maka perlu dipahami

beberapa makna kekuasaan, yaitu :

1. Kekuasaan adalah hubungan antar manusia.

2. Pemegang kekuasaan punya kemampuan mempengaruhi orang lain.

3. Pemegang kekuasaaan bisa individu, kelompok, organisasi atau

pemerintah.

4. Sasaran kekuasaan dapat individu, kelompok, organisasi atau

pemerintah.

5. Pihak yang mempunyai sumber kekuasaan belum tentu punya

kekuasaan, bergantung pada kemampuannya untuk menggunakan

sumber kekuasaan itu.

6. Penggunaan sumber kekuasaan dapat dengan paksaan, konsensus atau

kombinasi dari keduanaya.

7. Kekuasaan bisa memiliki tujuan yang baik atau juga buruk.

8. Berkaitan pula dengan distribusi kekuasaan.

9. Kekuasaan digunakan untuk masyarakat umum.

10.Sumber pengaruh digunakan mempengaruhi proses politik.

Kekuasaan pun harus dilihat dari dimensi yang saling melengkapinya,

yaitu :

a. Potensial-aktual, artinya sumber kekuasaan bila belum digunakan

maka masih bersifat potensial bila sudah digunakan berarti sudah

aktual.

b. Positif-negatif, maksudnya kekuasaan apakah untuk mencapai

tujuan tertentu (positif) atau untuk mencegah pihak lain (negatif).

c. Konsensus-paksaan, kekuasaan bisa berupa kesadaran dan

persetujuan (konsensus) bisa juga dengan ketakutan (paksaan)

(10)

d. Jabatan-pribadi, kekuasaan di masyarakat modern adalah

kekuasaan karena jabatan sedangkan, bila kekuasaan pribadi itu

karena kualitas pribadi seseorang.

e. Implisit-eksplisit kekuasaan bisa secara kasat mata dirasakan atau

tidak dirasakan.

f. Langsung-tidak langsung, maksudnya seberapa besar efektivitas

kekuasaan.

Jadi kekuasaan biasanya berkaitan dengan :

 Bagaimana dilaksanakan.

 Bagaimana didistribusikan.

 Mengapa ada yang punya kekuasaan lebih dari yang lain.

Sumber kekuasaan terdiri dari :

1. Sarana paksaan fisik seperti senjata, teknologi dll.

2. Kekayaan seperti uang, tanah, bankir, pengusaha dll.

3. Normatif seperti pemimpin agama, kepala suku atau pemerintah yang

diakui.

4. Popularitas pribadi, seperti bintang film dan pemain sepakbola.

5. Jabatan keahlian seperti pengetahuan, teknologi dan keterampilan.

6. Massa yang terorganisir seperti organisasi buruh, petani, guru dll.

7. Informasi seperti pers yang punya kemampuan membentuk opini

publik.

8. Waktu dan keterampilan.

9. Minat dan perhatian.

Terdapat dua sifat kekuasaan, yaitu :

(11)

Definisinya adalah kemampuan yang dianugerahkan oleh

Tuhan kepada individu sebagai pemegang kekuasaan tertinggi yang

dapat memengaruhi dan mengubah pemikiran orang lain atau

kelompok untuk melakukan suatu tindakan yang diinginkan oleh

pemegang kekuasaan dengan sungguh-sungguh, dan atau bukan

karena paksaan baik secara fisik maupun mental.

2. Kekuasaan bersifat negatif.

Merupakan sifat atau watak dari seseorang yang bernuansa

arogan, egois, serta apatis dalam memengaruhi orang lain atau

kelompok untuk melakukan tindakan yang diinginkan oleh pemegang

kuasa dengan cara paksaan atau tekanan baik secara fisik maupun

mental. Biasanya pemegang kekuasaan yang bersifat negatif ini tidak

memiliki kecerdasan intelektual dan emosional yang baik, mereka

hanya berfikir pendek dalam mengambil keputusan tanpa melakukan

pemikiran yang tajam dalam mengambil suatu tindakan.

Bahkan mereka sendiri kadang-kadang tidak dapat

menjalankan segala perintah yang mereka perintahkan kepada orang

atau kelompok yang berada di bawah kekuasannya karena

keterbatasan daya pikir. Biasanya kekuasaan dengan karakter negatif

tersebut hanya mencari keuntungan pribadi atau golongan diatas

kekuasannya itu, karena mereka tidak memiliki kemampuan atau

modal apapun selain kekuasaan untuk menghasilkan apapun dan para

pemegang kekuasaan bersifat negatif tersbut biasanya tidak akan

berlangsung lama karena tidak akan mendapatkan dukungan

sepenuhnya oleh rakyatnya.

2.2 Pengertian Politik

Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan

dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan,

(12)

meraih kekuasaan secara konstitusional maupun non-konstitusional.

Disamping itu politik juga dapat dilihat dari sudut pandang berbeda, yaitu :

1. Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk

mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles).

2. Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan

pemerintahan dan negara.

3. Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan

dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat.

4. Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan

pelaksanaan kebijakan publik.

Ilmu politik mempelajari suatu segi khusus dari kehidupan

masyarakat yang menyangkut soal kekuasaan. Menurut Miriam Budiharjo

(1992), tumpuan kajian ilmu politik adalah bermacam-macam kegiatan

dalam suatu proses sistem politik (negara) yang menyangkut proses

menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan

tersebut. Adapun menurut Deliar Noer (1983), sistem itu meliputi sistem

kekuasaan, wibawa, pengaruh, kepentingan, nilai, keyakinan dan agama,

pemilikan, serta status dan sistem ideologi.

Politik tidak sama dengan kekuasaan dan pengaruh (influence).

Ketiganya adalah konsep berbeda dan berdiri sendiri. Power atau

kekuasaan mengekspresikan kapasitas individu untuk secara sengaja

menimbulkan dampak pada orang lain. Pengaruh (influence) adalah

kemampuan membuat orang menuruti kehendak pemberi pengaruh.Politik

mendasarkan diri pada kekuasaan (kekuasaan), dan kekuasaan ini tidak

terdistribusi secara merata di dalam organisasi.

Politik dapat pula didefinisikan sebagai kegiatan dimana individu

atau kelompok terlibat sedemikian rupa guna memperoleh dan

menggunakan kekuasaan untuk mencapai kepentingannya sendiri. Politik

adalah penggunaan power (kekuasaan) agar sesuatu tercapai.

(13)

diskusi-diskusi informal yang memungkinkan orang mencapai

kesepakatan dan membuat keputusan yang mungkin bisa menyelesaikan

masalah ataupun tidak.

2.3 Kekuasaan Politik

Kekuasaan politik adalah kemampuan untuk mempengaruhi

kebijaksanaan umum (pemerintah), baik bentuknya maupun

akibat-akibatnya dengan tujuan-tujuan pemegang kekuasaan sendiri.

Terdapat dua elemen penting dalam konsep kekuasaan politik,

yakni kekuasaan dari akar kata kuasa dan politik yang berasal dari bahasa

Yunani “politeia” (berarti kiat memimpin kota (polis). Sedangkan kuasa

dan kekuasaan kerap dikaitkan dengan kemampuan untuk membuat gerak

yang tanpa kehadiran kuasa (kekuasaan) tidak akan terjadi.

Kekuasaan politik dengan demikian adalah kemampuan untuk

membuat masyarakat dan negara membuat keputusan yang tanpa

kehadiran kekuasaan tersebut tidak akan dibuat oleh mereka. Bila

seseorang, suatu organisasi, atau suatu partai politik bisa mengorganisasi

sehingga berbagai badan negara yang relevan misalnya membuat aturan

yang melarang atau mewajibkan suatu hal atau perkara maka mereka

mempunyai kekuasaan politik.

Variasi yang dekat dari kekuasaan politik adalah kewenangan

(authority), kemampuan untuk membuat orang lain melakukan suatu hal

dengan dasar hukum atau mandat yang diperoleh dari suatu kuasa.

Seorang polisi yang bisa menghentian mobil di jalan tidak berarti dia

memiliki kekuasaan tetapi dia memiliki kewenangan yang diperolehnya

dari UU Lalu Lintas, sehingga bila seorang pemegang kewenangan

melaksanakan kewenangannya tidak sesuai dengan mandat peraturan yang

ia jalankan maka dia telah menyalahgunakan wewenangnya, dan untuk itu

dia bisa dituntut dan dikenakan sanksi. Sedangkan kekuasaan politik, tidak

(14)

berlaku sehingga bisa tetap menjadi penggunaan kekuasaan yang

konstitusional.

Sedangkan kekuasaan politik, tidak berdasar dari UU tetapi harus

dilakukan dalam kerangka hukum yang berlaku sehingga bisa tetap

menjadi penggunaan kekuasaan yang konstitusional. Adapun pendapat

Ossip K. Flechtheim yang membedakan dua macam kekuasaan politik,

yaitu :

1. Bagian dari kekuasaan sosial yang terwujud dalam negara (state

power), seperti lembaga-lembaga pemerintahan DPR, Presiden dan

sebagainya.

(15)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Keterkaitan Kekuasaan dan Politik

Politik erat kaitannya dengan kekuasaan, negara dan pengaturan

hidup bersama dalam upaya mencapai kebaikan bermasyarakat. Oleh

sebab itu, maka dapat diambil definisi kekuasaan seperti berikut ini :

1. Kekuasaan adalah kapasitas yang dimilik A untuk mempengaruhi B,

sehingga bertindak sesuai dengan keinginan A.

2. Kekuasaan merupakan suatu kapasitas atau potensi karena kekuasaan

bisa ada tetapi tidak digunakan.

3. Aspek penting dari kekuasaan adalah bahwa kekuasaan merupakan

fungsi ketergantungan.

4. Ketergantunganadalah hubungan A dengan B ketika A memiliki

sesuatu yang diperlukan B. Maka dari itu, semakin besar

ketergantungan B pada A, semakin besar pula kekuasaan A dalam

hubungan itu.

Dasar-dasar atau sumber kekuasaan dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Kekuasaan formal.

Kekuasaan formal didasarkan pada posisi individu dalam organisasi.

Kekuasaan dapat berasal dari kemampuan memaksa dan menghadapi,

wewenang formal dan kendali informasi.

a) Kekuasaan paksaan (coercive power).  Ketergantungan pada rasa takut.

 Seseorang bereaksi terhadap kekuasaan ini karena rasa takut akan akibat negatif yang mungkin terjadi apabila

ia gagal memenuhi. Misalnya dikenakan sanksi fisik

dan psikologi.

(16)

 Seseorang mematuhi kemauan atau pengarahan orang lain karena kepatuhan itu menghasilkan manfaat yang

positif.

 Imbalan dapat berupa keuangan (tingkat upah, kenaikan gaji dan bonus), atau non-keuangan

(pengakuan atas jasanya, promosi, penugasan kerja,

dan lain-lain).

c) Kekuasaan hukum (legitimate power).

 Menggambarkan wewenang formal untuk mengendalikan dan menggunakan sumber daya

organisasi.

 Posisi wewenang atau kekuasaan mencakup kekuasaan paksaan dan kekuasaan imbalan, sehingga kekuasaan

hukum lebih luas daripada kekuasaan paksaan dan

imbalan.

d) Kekuasaan informasi.

 Berasal dari akses dan pengendalian atas informasi.  Orang-orang dalam organisasi yang memiliki data atau

pengetahuan yang dibutuhkan oleh orang lain dapat

membuat orang lain tergantung pada mereka.

2. Kekuasaan personal.

Kekuasaan personal tidak didasarkan pada posisi formal pada

organisasi. Ada tiga dasar dari kekuasaan personal, yaitu kepakaran,

penghormatan, kekaguman dari orang lain dan karisma.

a) Kekuasaan pakar (expert power).

 Pengaruh yang dimiliki seseorang sebagai akibat dari kepakaran atau keadilan, keterampilan istimewa dan

(17)

 Kepekaan telah menjadi salah satu sumber yang paling ampuh karena dunia telah berorientasi teknologi dan

pekerjaan menjadi semakin terspesialisasi.

b) Kekuasaan rujukan (referent power).

 Berdasarkan pada identifikasi pada orang yang mempunyai sumber daya atau ciri pribadi yang

diinginkan orang lain.

 Kekuasaan rujukan berkembang dari pengaruh-pengaruh seseorang terhadap orang lain dan keinginan

untuk menjadi orang tersebut.

 Merupakan paksaan dari kekuasaan yang berasal dari kepribadian dan gaya interpersonal individu.

3.2 MASALAH KEKUASAAN POLITIK DI INDONESIA

Kandungan terpenting dalam memahami kecenderungan politis di

Indonesia, yakni bagaimana kita memahami aspek keragaman sosial itu

sendiri. Sementara itu dalam konteks pemahaman demokrasi, terletak pada

kemampuan kita mengolah dengan baik potensi-potensi sosial tersebut

menjadi sebuah modal kultural. Sehingga keragaman sosial itu, dapat kita

jadikan semacam potensi sosial guna memperkuat nilai-nilai demokrasi.

Harapan dan angan-angan membangun masyarakat indonesia yang

demokratis, bagaimanapun juga harus dikuasai sebagai variabel

pendukung pembaharuan, bukan justru dijadikan masalah, untuk kemudian

dijadikan alasan terjadinya konflik sosial.

Pada tahap bahwa keragaman sosial dinyatakan sebagai kekayaan

atas bentuk demokrasi “model indonesia”, menurut kami akan melahirkan

beragam bentuk prasyarat-prasyarat politis yang intinya lebih banyak

beragam akomodasi dan bukan berupa represi kultural seperti pernah

dilakukan oleh rezim orde baru. Oleh sebab itu, kekuasaan negara

ditengah-tengah masyarakat indonesia yang serba multi kultural ini,

hendaknya penguasa politik tidak mungkin hanya mnyederhanakan

(18)

kebhinekaan dan bentuk kekuasaan feodal yang hegemonik. Sebaliknya,

apabila potensi sosial kultural itu tidak dikelola dengan baik, besar

kemungkinannya akan melahirkan pergesekan-pergesekan kultural yang

berujung pada ketidakstabilan politik.

Selama perubahan politik paska kejatuhan orde baru, telah kita

saksikan betapa buruknya pengelolaan potensi sosial oleh kekuasaan

negara. Terlebih, apabila kita melihat bangkitnya gerakan separatisme

akhir-akhir ini, dengan kasat mata, kekuasaan politik terlalu mudah

menyederhanakan masalah. Keragaman tuntunan dimaknai hanya sebagai

bentuk kerewelan daerah serta dianggap mengganggu kedudukan pusat

kekuasaan. Padahal, suka atau tidak suka, tuntunan perubahan dari

beragam bangsa-bangsa di Indonesia, akan terus menerus menjadi sebuah

keniscayaan politik yang sulit terus kita bendung. Keragaman sebagai

kenistayaan wacana multi kulturalisme hendaknya dijadikan paradigma

baru dalam merajut kembali hubungan antar manusia yang belakangan

selalu hidup dalam suasana penuh konfliktual.

Saat ini muncul kesadaran bahwa diperlukan kepekaan terhadap

kenyataan kemajemukan, pluraritas bangsa, baik dalam etnis, agama,

budaya, sampai dengan orientasi politik. Tawaran paradigma berupa

kesadaran multi kulturalisme, memang, bukanlah hal yang baru.

Masalahnya bagaimana caranya kita dapat memobilisasikan konsep

keberagaman tersebut melalui proses pengambilan keputusan pollitis.

Pasalnya selang bertahun-tahun konsep keberagaman yang dijabarkan

secara politis kedalam konsep kebhinakaan, hanya bekerja pada tataran

kognitif semata. Sebaliknya dalam praktek kekuasaan yang ada di

indonesia justru melakukan tindak penolakan (ketidakkonstitensi) seperti

tergambarkan melalui sentralisasi politik dan sosial.

Salah satu faktor yang penting untuk memahami masalah atau

konflik adalah masalah kekuasaan. Peranan kuasa ini sangat besar didalam

(19)

a. Peran kuasa.

b. Struktur kekuasaan, asalnya, keseimbangannya.

c. Dinamika dan arah geraknya.

Besarnya kuasa seseorang tergantung kepada lingkungan tempat ia berada.

Artinya kuasa itu tergantung kepada kontrol pemiliknya terhadap hal-hal

yang diakui atau dibutuhkan orang. Sebaliknya, orang lain juga memiliki

kuasa terhadapnya. Di sini ada suatu konsep yang dikenal dengan istilah “Power Currency”, yaitu penilaian atas suatu kuasa dan pengaruh daripadanya serta dampak praktisnya di dalam hidup sehari-hari. Besar

power currency tergantung kepada jumlah hal yang diakui atau

(20)

DAFTAR PUSTAKA

chmad Sanusi,.(1998), Filsafah Ilmu, Teori Keilmuan, dan Metode Penelitian :

Memungut dan Meramu Mutiara-Mutiara yang Tercecer, Makalah, Bandung:

PPSIKIPBandung.

Achmad Sanusi, (1999), Titik Balik Paradigma Wacana Ilmu : Implikasinya Bagi

Pendidikan, Makalah, Jakarta : MajelisPendidikan Tinggi Muhammadiyah.

Agraha Suhandi, Drs., SHm.,(1992), Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya, (Diktat

Kuliah), Bandung : Fakultas Sastra Unpad Bandung.

Filsafat_Ilmu, <http://members.tripod.com/aljawad/artikel/filsafat_ilmu.htm”> Ismaun, (2001), Filsafat Ilmu, (Diktat Kuliah), Bandung : UPI Bandung.

Jujun S. Suriasumantri, (1982), Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Jakarta:

SinarHarapan.

Referensi

Dokumen terkait

melaksanakan dengan bimbingan kegiatan membimbing guru dalam kegiatan proses belajar mengajar atau praktek atau bimbingan dan

Nilai anomali magnetik (gambar 5) daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok anomali, yaitu: anomali magnetik rendah pada skala warna hijau tua sampai biru dengan

Maka perlu dilakukan penelitian mengenai penggunaan bioherbisida yang berasal dari ekstrak kirinyuh pada stadia pertumbuhan yang berbeda dengan beberapa konsentrasi,

Disarankan kepada masyarakat yang menggunakan sumber air dengan kadar besi yang tinggi dapat menggunakan briket kulit durian sebagai media filter dalam penyaringan

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskrisptif analitik yaitu memberikan gambaran tentang fenomena migrasi dan permasalahan

Apabila disamping rumah dipasang sebuah penangkal petir, yang lebih tinggi dari rumah 

Dalam erti kata lain, individu berdaya tahan tidak akan mudah berputus asa kepada tekanan yang dihadapi, malah mereka menjadikan cabaran atau kekurangan itu sebagai