Surabaya, 18 Januari 2014
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PEMAKNAAN MATA PELAJARAN
IPA DALAM KURIKULUM 2013
Ike Permatasari1), Abdul Hamid Sudiyono2), ArifSetiaBudi3)
1)Guru SMPN 4 Batu Engau Paser Kalimantan Timur
2)Guru SMP Nasional KPS Balikpapan Kalimantan Timur
3)
Guru SMPN 3 Tanjung Harapan Paser Kalimatan Timur
e-mail: ikepermatasari12@gmail.com
Abstract
In an effort to anticipate global changes and the flow of information against the negative influence of the nation's moral and character, education has a very important role. Education needs to be adjusted with the progress of time and continue to promote the positive aspects of morality and character . For those interest the government revitalize the character education in all types and levels of education through curriculum 2013, with a competence and character based. In the implementation of character , education integrated into all learning of each subject . Through literature study conducted, it was found that one model of learning is suitable for implementing appropriate learning curriculum 2013 was meaningful learning model. The meaningful learning model is an innovative learning model through examples and exemplary linkage of events , symptoms or phenomena that could potentially be used as a model in the study that aims to exercises positive attitude , noble character , and character in addition to the academic aspect. Meaningful to do one of them in science, in this case biology , physics , and chemistry . Research on the application of meaningful learning model that applied in elementary schools , junior high schools , senior high schools and vocational high schools in science teaching has a lot to do and get good results .
Keywords: meaningful, science, character, curiculum 2013
Abstrak
Upaya untuk mengantisipasi perubahan global dan arus informasi terhadap pengaruh negatif moral dan karakter bangsa, pendidikan memiliki peranan sangat penting. Pendidikan perlu menyesuaikan dengan kemajuan zaman dan tetap mengedepankan aspek moral dan karakter positif. Untuk kepentingan tersebut pemerintah merevitalisasi pendidikan karakter dalam seluruh jenis dan jenjang pendidikan melalui kurikulum 2013. Kurikulum 2013 yang merupakan kurikulum berbasis kompetensi dan berbasis karakter. Dalam implementasinya pendidikan karakter diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran setiap mata pelajaran. Melalui studi literatur yang dilakukan, didapatkan salah satu model pembelajaran yang dipandang cocok untuk mengimplementasikan pembelajaran sesuai harapan kurikulum 2013 adalah model pembelajaran pemaknaan. Model pembelajaran pemaknaan merupakan model pembelajaran inovatif melalui contoh dan teladan keterkaitan peristiwa, gejala atau fenomena yang berpotensi dapat dijadikan model di dalam pembelajara n yang bertujuan untuk melatihkan sikap positif, akhlak mulia, dan budi pekerti di samping aspek akademiknya. Pemaknaan dapat dilakukan salah satunya dalam mata pelajaran IPA, dalam hal ini biologi, fisika, dan kimia. Penelitian mengenai penerapan model pembelajaran pemaknaan yang diterapkan di sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan sekolah menengah kejuruan pada mata pelajaran IPA telah banyak dilakukan dan mendapatkan hasil yang baik.
Kata Kunci: pemaknaan, IPA, karakter, kurikulum 2013
PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi informasi dan globalisasi menyebabkan perubahan yang cepat disegala bidang kehidupan. Pada satu sisi kemajuan di bidang pendidikan menghasilkan manusia cerdas ditunjukkan dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri. Namun disisi lainnya terjadi pergeseran nilai, sikap dan moral yang tidak lagi menghargai martabat manusia lainya. Perkembangan sosial politik dan perilaku masyarakat saat ini cenderung mendikotomikan karakter bangsa. Maraknya
perilaku anarkis, tawuran antarwarga, kriminalitas, korupsi, penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, kerusakan lingkungan menunjukkan adanya degradasi
moral dan karakter bangsa. Gejala tersebut
bertentangan dengan cita-cita pendidikan nasional
dalam membentuk manusia Indonesia yang
dalam mengikuti kemajuan zaman dengan tetap mengedepankan aspek moral dan karakter positif. Untuk kepentingan tersebut diperlukan perubahan yang cukup mendasar dalam sistem pendidikan nasional. Oleh karena itu merupakan langkah positif ketika pemerintah merevitalisasi pendidikan karakter dalam seluruh jenis dan jenjang pendidikan termasuk dalam pengembangan kurikulum 2013.
Dalam kurikulum 2013, pendidkan karakter dapat diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum. (Mulyasa, 2013). Pendidikan moral dan karakter tidak hanya menjadi tanggung jawab guru agama dan pendidikan kewarganegaraan, tetapi menjadi kewajiban setiap guru bidang studi untuk membantu siswa mampu secara
mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai budi pekerti, sikap positif, dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Mustakim (2011) dalam bukunya menyebutkan bahwa pendidikan diartikan sebagai suatu proses untuk membentuk tingkah laku, baik secara fisik, intelektual, emosional, maupun moral sesuai dengan nilai dan pengetahuan yang menjadi pondasi budaya dalam masyarakat, sedangkan belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan
perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.
Dalam pelajaran IPA, nilai etika dan nilai estetika terletak pada sistem yang menetapkan kebenaran objektif pada tempat yang paling utama. Kebenaran objektif adalah kebenaran yang dapat diuji dengan metode ilmiah dan didukung oleh bukti-bukti empiris. Adapun dalam proses sains terdapat gejala dan fenomena yang berpotensi menjadi model untuk meresapkan dan menghayati nilai-nilai sikap positif, akhlak mulia dan budi pekerti.
Ibrahim (2008:4) menyebutkan hasil survei yang dilakukan di lapangan ada dua hal pokok yang menjadi isu utama, yaitu (1) hasil belajar (sikap positif, akhlak mulia, dan budi pekerti serta ketrampilan) untuk hidup mandiri belum diajarkan secara “sengaja” (by design). Hasil-hasil belajar seperti ini umumnya hanya dicapai sebagai efek penyerta (nuturans effect), (2) proses belajar mengajar belum dilakukan seperti harapan. Pembelajaran masih saja berpusat pada guru dan siswa sebagai objek, bersifat pasif dan kurang motivasi.
Sehubungan dengan hal di atas, pembelajaran budi pekerti, sikap positif, dan akhlak mulia harus
ditanamkan berulang-ulang melalui pembiasaan.
Penanaman budi pekerti, sikap positif, dan akhlak mulia dapat dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas pada semua pelajaran, termasuk pelajaran IPA. Mata pelajaran IPA wajib mengembangkan rancangan pembelajaran mengandung nilai-nilai budi pekerti yang diintegrasikan dalam RPP sehingga memiliki dampak pengiring bagi berkembangnya karakter positif dalam
diri peserta didik. Dalam proses belajar mengajar IPA, selain menyampaikan konsep materi, guru juga perlu
memberikan pemaknaan materi, yaitu dengan
menumbuhkan karakter-karakter positif pada konsep yang diajarkan sehingga informasi yang diperoleh siswa dapat disimpan di memori jangka panjang serta dapat menyebabkan perubahan nilai-nilai positif pada diri siswa.
Salah satu pembenahan dalam proses belajar mengajar yang dapat dilakukan adalah pemilihan model pembelajaran yang tepat dalam penyampaian setiap konsep sehingga siswa secara mudah menerima atau
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pemilihan model yang tepat atau sesuai untuk setiap konsep membuat tujuan proses hasil belajar mengajar yang sudah ditentukan tercapai dengan baik.
Mengacu pada latar latar belakang di atas, diperlukan model pembelajaran yang dapat melatihkan nilai-nilai budi pekerti, sikap positif, dan akhlak mulia
dalam implementasi kurikulum 2013. Model
pembelajaran yang dimaksud adalah model
pembelajaran pemaknaan.
METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur. Studi literatur (kajian pustaka) merupakan penelusuran literatur yang bersumber dari buku, media, pakar ataupun dari hasil penelitian orang lain yang relevan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KARAKTERISTIK KURIKULUM 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah
outcomes-based curriculum dan oleh karena itu
pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari
pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum
diartikan sebagai pencapaian kompetensi yang
dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik.
Kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang sebagai berikut:
1. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi
dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.
2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara
kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap
kelas melalui pembelajaran KD yang
3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).
5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris
(organizing elements) Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.
6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan
pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
7. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar
untuk satu tema (SD/MI) atau satu kelas dan satu
mata pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA,
SMK/MAK). Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan
dari setiap KD yang untuk mata pelajaran dan kelas tersebut.
Berikut Standar Kompetensi Lulusan untuk:
1. SD/MI/SDLB*/Paket A
Dimensi Kualifikasi Kemampuan
Sikap Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.
Pengetahuan Memiliki pengetahuan factual dan
konseptual berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dalam
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain. Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan
tindak yang poduktifr dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai yang ditugaskan kepadanya.
2. SMP/MTs/SMPLB*/Paket B
Dimensi Kualifikasi Kemampuan
Sikap Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian yang tampak mata.
Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain sejenis.
3. SMA/MA/MAK/SMALB*/Paket C
Dimensi Kualifikasi Kemampuan
Sikap Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan
metakognitif dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya
dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian. Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan
tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.
B. Pembelajaran IPA pada dalam Kurikulum 2013
IPA juga memiliki peranan penting dalam mencapai standar kompetensi lulusan tidak hanya pada aspek keterampilan dan pengetahuan, melainkan pada aspek sikap. IPA diharapkan dapat membentuk perilaku yang mencerminkan perilaku yang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
Oleh karena itu seorang guru IPA dituntut
melaksanakan pembelajaran yang dapat mewujudkan hal tersebut.
Sebagaimana kita tahu bahwa IPA terdiri atas produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Tampak bahwa mengembangkan pembelajaran IPA harus dilakukan dengan mengeintegrasikan aspek proses dan sikap ilmiah dalam menghasilkan produk ilmiah. Pada tataran kelas siswa belajar IPA seharusnya dilakukan dengan mengintegrasikan proses dan sikap ilmiah dalam berbagai aktivitas siswa, hands-on maupun mind
on, selama KBM agar siswa “menemukan” konsep IPA.
Di sisi lain, untuk mengajarkan sikap positif, akhlak mulia, dan budi pekerti membutuhkan contoh dan teladan, tentang bagaimana sikap positif itu dilakukan, bagaimana contoh akhlak mulia, dan bagaimana budi pekerti yang baik dan sebagainya. Sementara itu dalam IPA sendiri terdapat berbagai gejala yang amat menarik. Gejala yang amat menarik itu berpotensi untuk menjadi model sikap positif, akhlak mulia, dan budi pekerti. Bahkan Allah SWT sendiri dalam kitab suci Al Qur’an menyatakan yang artinya, “sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang adalah tanda-tanda bagi orang yang mau berpikir”. Jadi alam sendiri menyediakan model yang dapat ditiru oleh siswa asalkan guru membantu siswa untuk menangkap makna dan membantu siswa untuk melakukan internalisasi terhadap gejala itu dan mengaitkan gejala tersebut dengan sikap positif, akhlak mulia, dan budi pekerti seperti yang terdapat di dalam norma-norma kehidupan sehari-hari yag disepakati ataupun seperti yang tercantum di dalam berbagai kitab suci.
C. Model Pembelajaran Pemaknaan
Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Muslimin Ibrahim dan Tim Peneliti Balitbang Diknas (2008) yang ditujukan untuk mengembangkan aspek perkembangan siswa terutama aspek-aspek positif, akhlak mulia dan budi pekerti, selain aspek akademik siswa. Berdasarkan tujuan nasional serta kekhawatiran para pakar psikologi dan pakar pendidikan akan (a) terjadinya erosi budi pekerti, perilaku baik, dan tingkah laku positif, (b) solidaritas dan kesetiakawanan rendah (frekuensi perkelahian dan tindakan anarkhis tinggi), (c) banyak anak berhasil menghafal tapi tidak memahami apa yang dihafalnya dan (d) daya saing bangsa menjadi rendah. Dengan demikian perlu diintegrasikan dalam mata pelajaran yang lain, tidak cukup hanya dibebankan pada rumpun mata pelajaran agama dan akhlak mulia saja.
Prinsip-prinsip yang mendasari model pembelajaran pemaknaan ini, menurut Ibrahim (2008) adalah:
1. Prinsip berpusat pada siswa
Berpusat pada siswa mengandung pengertian
pembelajaran menerapkan strategi pedagogi
mengorientasikan siswa kepada situasi yang
bermakna, kontekstual, dunia nyata dan
menyediakan sumber belajar, bimbingan, petunjuk bagi pebelajar ketika mereka mengembangkan pengetahuan tentang materi pelajaran yang dipelajarinya sekaligus keterampilan memecahkan masalah.
2. Prinsip berdasarkan masalah
Dengan pembelajaran yang dimulai dari masalah maka siswa belajar suatu konsep atau teori dan prinsip sekaligus memecahkan masalah. Dengan demikian sekurang-kurangnya ada dua prestasi belajar yang dicapai, yaitu jawaban terhadap masalah (produk) dan cara memecahkan masalah (proses).
3. Prinsip terintegrasi
Pendekatan integrasi lebih diharapkan dari pada pendekatan disiplin ilmu. Kelemahan disiplin ilmu, siswa tidak dapat memandang sistem tetapi
terkotak pada satu disiplin sehingga
pengembangan berbagai aspek prestasi belajar, hendaknya dirancang dan dilakukan secara integrasi. Pada saat belajar aspek akademik, siswa juga dikembangkan aspek-aspek yang relevan seperti aspek sosial, sikap, dan akhlak.
4. Prinsip berorientasi masyarakat
Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka tidak memahaminya. Minat dan prestasi siswa dalam bidang matematika, sains, dan bahasa meningkat secara drastis pada saat mereka diajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep, dan bagaimana konsep tersebut dapat digunakan
di luar kelas. Mengajak siswa untuk
mengimplementasikan apa yang dipelajari di dalam ke konteks masyarakat atau sebaliknya sebagai “starter” untuk belajar keterampilan dan pengetahuan yang lebih dalam merupakan proses pembelajran yang bermakna bagi siswa.
5. Prinsip menawarkan pilihan
Setiap orang bersifat unik, berbeda dengan orang lain. Siswa yang belajar juga demikian. Mereka memiliki variasi pada gaya belajar,
kecepatan belajar, pusat perhatian, dan
6. Prinsip pemaknaan
Belajar hendaknya tidak diakhiri pada saat konsep dan prinsip/teori dicapai oleh siswa dari hasil penarikan kesimpulan dari data yang mereka kumpulkan, melainkan perlu dilanjtkan dengan memberi makna gejala yang mereka temukan dan kemudian dihubungkan dengan berbagai sikap positif.
Setiap model pembelajaran ditandai dengan sintaks yang dimilikinya. Demikian pula halnya dengan model pembelajaran pemaknaan ini. Adapun rincian tahapan sintaks model pembelajaran pemaknaan adalah sebagai berikut:
1. Mengorientasikan siswa pada masalah/pertanyaan
Pada sintaks ini dilakukan kegiatan yang membawa siswa pada masalah yang akan dipecahkan selama proses pembelajaran. Tahapan ini juga berfungsi menyiapkan siswa dan menarik perhatian siswa serta meningkatkan motivasi siswa. Agar motivasi siswa meningkat dan mereka tertarik, tahapan ini dilakukan melalui cerita, demonstrasi, menyajikan fenomena alam, atau menggunakan konflik kognitif yang dimiliki siswa.
2. Merancang proses pemecahan masalah atau
menjawab pertanyaan
Tahapan ini dilakukan dengan tanya jawab atau diskusi yang bertujuan menemukan cara terbaik yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah atau untuk menjawab pertanyaan.
3. Membimbing penyelidikan
Pada tahap ini guru memberikan bimbingan kepada siswa baik secara individual maupun kelompok untuk melakukan rencana yang telah disepakati, sehingga mereka dapat menemukan jawaban masalah atau pertanyaannya. Kegiatan penyelidikan ini sangat bervariasi bentuknya,
seperti misalnya pengamatan, eksperimen,
kunjungan ke perpustakaan, diskusi atau
wawancara dengan narasumber, dan sebagainya. Hasil kegiatan pada tahap ini adalah data yang selanjutnya diolah sehinggga menjadi informasi dan temuan yang merupakan jawaban masalah atau pertanyaan.
4. Mengkomunikasikan hasil
Setelah siswa melaksanakan kegiatan dan meyimpulkan hasilnya, siswa diminta untuk mengkomunikasikan temuannya kepada siswa yang lain. Oleh karena itu tahapan ini dapat
dilaksanakan dalam bentuk diskusi kelas,
presentasi kelas, atau menyusun laporan kegiatan, pameran, dan sebagainya. Inti tahapan ini adalah siswa lain dapat (a) memperoleh informasi mengenai apa yang ditemukan oleh siswa yang lain; (b) siswa lain dapat berkontribusi untuk
menyempurnakan atau mengkritisi hasil kerja kelompok atau siswa yang lain.
5. Negosiasi atau konfirmasi
Pada tahapan ini guru memberikan balikan terhadap apa-apa yang telah disampaikan oleh siswa pada tahapan sebelumnya. Balikan yang
diberikan dapat merupakan penguatan,
pembetulan, atau penyempurnaan informasi yang disajikan oleh siswa atau menambah informasi yang kurang sehingga diharapkan siswa memiliki informasi yang lengkap mengenai topik bahasan pada hari tersebut. Pada tahap ini guru juga mengecek pemahaman siswa.
6. Pemaknaan
Pada tahap ini guru menggunakan gejala atau temuan siswa untuk diberi makna dan melakukan
pendidikan, menanamkan prinsip hak dan
kewajiban serta berbagi aspek lainnya yang dikaitkan dengan norma-norma atau aturan
7. Evaluasi dan refleksi
Pada tahap evaluasi guru melakukan tes (lisan atau tertulis), unjuk kerja maupun penugasan. Pada tahap refleksi, melalui siswa diminta menyampaikan idenya mengenai hal-hal apa yang sudah baik dan hal-hal apa yang masih belum baik, guru memberikan jalan keluar atas ide siswa.
D. Hasil Penelitian Model Pembelajaran
Pemaknaan
Dari tahun 2008 sampai 2013 terdapat 11 penelitian
yang dilakukan terhadap penerapan Model
Pembelajaran Pemaknaan. Berikut hasil penelitian tersebut:
1. Agustina Pertiwiningrum tesis berjudul
pengembangan perangkat pembelajaran berkarakter berorientasi model pembelajaran pemaknaan pada pokok bahasan system reproduksi manusia.
Gejala pemaknaan:
a. penanaman sikap moral (bukti kebesaran dan kekuasaan Tuhan) melalui fakta struktur yang canggih dan fungsi kompleks organ reproduksi manusia yang sangat rumit, teratur, serasi serta indah dan penanaman nilai karakter peduli kesehatan system organ reproduksi manusia.
Perbedaan struktur dan fungsi organ
reproduksi antara laki-laki dengan perempuan saling mendukung fungsi reproduksi bisa terwujud. Hikmah yang bias dipetik bahwa antara laki-laki dengan perempuan adalah makhluk yang saling membutuhkan.
b. penanaman sikap moral melalui pemaknaan
terhadap analisis pada proses gametogenesis,
persamaan dan perbedaan antara
mampu memotivasi laki-laki untuk cerdas, logis, dan strategis karena keterbatasan faktor
pendukung bagi keberlangsungan hidup
spermatozoa, sementara struktur sel telur yang besar lebih tenang dapat dimaknai bahwa sebagai calon ibu harus sabar.
c. memaknai siklus reproduksi perempuan yang
berbeda dari siklus reproduksi laki-laki. Perempuan mengalami menopause, memberi hikmah bahwa perempuan mempunyai banyak waktu untuk merawat dirinya, anak-anaknya,
dan mempunyai waktu untuk lebih
meningkatkan ibadahnya kepada Tuhan, serta lebih punya kesempatan untuk merawat kesehatan diri dan lingkungannya.
d. memaknai segala proses yang terjadi pada
peristiwa fertilisasi, kehamilan, dan kelahiran, serta manfaat ASI dan menyusui bagi ibu. Perjuangan spermatozoa dalam menemukan ovum dan persaingan diantara ratusan juta sperma memotivasi kita untuk senantiasa berusaha maksimal dan menjadi manusia yang terbaik karena kita berasal dari sperma terbaik
yang mampu memfertilisasi sel telur.
Perjuangan sperma dalam menenmukan sel telur juga memotivasi kita agar tidak mudah putus asa terus berjuang hingga tujuan tercapai. Menanamkan sikap mencintai dan menyayangi kedua orang tua dan mengingatkan bahwa budi baik orang tua terhadap kita takkan pernah terbalaskan oleh apapun karena itu kita harus menghormati kedua orang tua kita.
e. membelajarkan sikap peduli terhadap
kesehatan pribadi dan peduli sesama, dengan
melakukanpencegahan terhadap penyakit
menular seksual, menjaga kebersihan dan kesehatan organ reproduksi, serta bergaul dengan baik dengan sesama.
f. Membelajarkan sikap peduli terhadap sesama
(bergaul secara wajar dan tidak berlebihan, menanamkan sikap menghargai terhadap ciptaan Tuhan dan tidak mempemainkannya dengan melakukan aborsi, sikap terpuji, dll). Peka terhadap kasus aborsi. Mempunyai penilaian, visi, dan misi atas kasus aborsi.
Meneliti tentang sensitivitas moral yang meliputi:
a. pengetahuan moral (moral knowing) tingkat
pengetahuan tentang nilai-nilai moral yang diukur berdasarkan kepekaan siswa dalam
menangkap makna darikonsep Sistem
Reproduksi Manusia menggunakan THB kognitif sensitivitas moral soal pilihan ganda. Semua steam soal pengetahuan moral yang diberikan melalui pretest dan hasilnya 10 butir soal semua sensitif. Skor proporsi TP pengetahuan moral dicapai sebesar 0,95 dar TP telah mencapai ketuntasan.
b. perasaan moral (moral feeling) tingkat
kepekaan hati/ perasaan/ emosi siswa terhadap nilai-nilai moral yang diukur berdasarkan ungkapan perasaan/ penilaian, visi, dan misinya terhadap fakta dan konsep pada Sistem Reproduksi Manusia. Nilai THB perasaan moral dalam bentuk laporan diri mengalami peningkatan yang signifikan antara nilai pretest dengan posttest yang dibuktikan dengan nilai sensitivitas butir soal yang tinggi.
c. tindakan moral (moral acting) tingkah laku yang tampak sebagai hasil internalisasi antara pengetahuan dan perasaan moral yang muncul tanpa disadari/ spontan sesuai dengan tingkat
sensitivitas moral pada konsep Sistem
Reproduksi Manusia. Muncul tindakan siswa yang tersentuh hatinya denga menunjukkan sikap menangis, menutup sebagian wajah dengan tangan atau dengan kain jilbabnya.
Sensitivitas moral siswa pada aspek pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral semua dinyatakan tuntas.
2. Septi Budi Sartika tesis berjudul pengembangan
perangkat pembelajaran fisika berorientasi model pembelajaran pemaknaan untuk meningkatkan hasil belajar dan sensitivitas moral siswa SMP.
Gejala pemaknaan:
a. tuas atau pengungkit: panjang lengan kuasa lebih panjang daripada panjang lengan beban, sehingga gaya yang dibutuhkan semakin kecil. Pemaknaan: rajin-rajinlah anda menambah jarak, karena dengan menambah jarak maka gaya yang anda butuhkan akan semakin kecil. Jarak disini berarti orang-orang yang berada di sekitar kita, yang selalu mendoakan dan berbagi kasih dengan kita, dengan menjaga tali persaudaraan, maka dengan mudah kita melangkah, dalam arti jiwa dan raga menjadi tentram, oleh karena itu sebisa mungkin kita menghargai mereka.
b. katrol: perhatikan tali penghubung timba,
katrol, dan pegangan kita saat kita menarik tali dengan gaya sebesar a Newton, maka tali memberikan gaya sebesar a Newton pada kita, gaya a Newton tali disampaikan pada katrol sebesar a Newton, katrol menerima gaya tali juga sebesar a Newton, tali menyampaikan gaya a Newton kepada ember, ember pun menerima gaya sebesar a Newton. Pemaknaan: segala sesuatu yang disampaikan dengan tanpa mengurangi isinya sedikitpun merupakan perilaku jujur. Tali penghubung adalah contoh perilaku jujur yang harus kita contoh, dengan kejujuran seseorang akan lebih tenang dalam melangkah.
c. Bidang miring: jalan di pegunungan yang
dari penerapan konsep bidang miring. Jalan yang berkelok-kelok tersebut dibuat supaya
memudahkan kita menuju ke puncak
pegunungan dengan berkendara. Semakin panjang lintasan yang kita tempuh maka semakin kecil gaya yang kita butuhkan. Pemaknaan: Tuhan tidak akan menguji hambaNya, kalau yang diuji tidak sanggup. Dapat diartikan bahwa jalan yang
berkelok-kelok merupakan ujian dan puncak
pegunungan merupakan hasil ujian, untuk mencapai sesuatu yang kita harapkan maka disitulah kita akan diuji. Pertanyaannya adalah apakah kita mampu melewati ujian? Semuanya bergantung dari seberapa besar usaha yang kita lakukan.
Penelitian ini hanya melihat sejauh mana kepekaan siswa dalam menangkap nilai-nilai moral yang terdapat pada peristiwa/ fenomena fisika. Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan sensitivitas moral siswa dari uji awal sampai dengan uji akhir. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi adanya perubahan nilai moral setelah siswa mendapatkan konsep pemaknaan.
3. Habibi tesis berjudul pengembangan perangkat
pembelajaran biologi SMA berorientasi model
pemaknaan untuk mengajarkan kemampuan
akademik dan sensitivitas moral.
Gejala pemaknaan:
- Melakukan percobaan mengenai pengaruh
faktor luar terhadap pertumbuhan tumbuhan (kacang hijau): biji kacang hijau ternyata dipengaruhi oleh faktor lingkungan dalam perkecambahannya. Kecambah dianalogikan dengan hidup manusia yang pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh kondisi luar. Lama perendaman dapat dianalogikan dengan proses pendidikan yang harus dialami oleh manusia sebelum berperan di masyarakat dan kualitas
perendaman ini dianalogikan kualitas
pendidikan yang harus diterima seseorang sejak lahir. Biji yang tidak direndam ternyata buruk hasilnya, begitu pula dengan manusia, tanpa pendidikan manusia akan menjadi buruk dan bahkan lebih karena keburukan manusia akan merugikan banyak sekali manusia yang lain.
Sensitivitas moral terhadap materi biologi
ditunjukkan dengan skor yang diperoleh siswa pada tes sensitivitas moral yang menunjukkan tingkat kepekaan siswa dalam menangkap makna moral dibalik gejala yang ditemukan dalam pembelajaran (dalam hal ini materi biologi pada KD melakukan
percobaan pengaruh faktor luar terhadap
pertumbuhan pada tumbuhan). Penerapan
perangkat pembelajaran biologi berorientasi model pembelajaran pemaknaan pada KD melakukan
percobaan mengenai pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan pada tumbuhan yang dikembangkan dapat mengajarkan sensitivitas moral kepada siswa. Hal tersebut dikuatkan dengan nilai kesesuaian yang tinggi antara skor sensitivitas moral dengan skor kemampuan akademik.
4. Shanti Agustina tesis berjudul pengembangan
perangkat pembelajaran fisika SMP berorientasi model pembelajaran pemaknaan untuk melatihkan kecakapan emosional dan meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.
Gejala pemaknaan:
a. tekanan pada zat padat
Tekanan adalah sebuah besaran yang dapat kita buat menjadi lebih besar atau lebih kecil untuk menjadi seperti yang kita butuhkan sehingga kita dapat mengambil manfaatnya. Untuk dapat mendapatkan tekan yang lebih
besar atau lebih kecil, kita harus
mengendalikan besarnya gaya atau luas bidang yang dikenai gaya.
Mirip dengan besaran tekanan, dalam diri kita terdapat otak yang mengatur emosi kita. Kemampuan kita mengelola emosi seringkali sangat menentukan kesuksesan dan prestasi kita. Itulah sebabnya mengapa penting bagi
kita untuk menguasai kemampuan
memunculkan emosi yang menguntungkan
atau sebaliknya, kita harus memiliki
kemampuan untuk menekan emosi yang merugikan. Untuk itu kita perlu memahami “besaran” lain yang ikut menentukan, yang dapat kita kendalikan untuk membuat sebuah sikap emosi menjadi lebih meningkat atau menurun.
Sikap asertif berarti kemampuan untuk berkomunikasi denga jelas, spesifik dan tidak
multi-tafsir, kemampuan untuk
mempertahankan hak-hak pribadi, juga
kemampuan untuk tidak sependapat dengan orang lain tanpa menggunakan sabotase dan alasan yang emosional, dan mampu bertahan di jalur yang benar, mempertahankan pendapat
sambil sekaligus mempertimbangkan
kebutuhan orang lain serta peka terhadap perasaan orang lain dan reaksi mereka dalam peristiwa tertentu.
b. tekanan hidrostatis
Besar tekanan hidrostatis dapat ditentukan melalui rumus PH = ρ . g. h. bayangkan jika kita berada dalam sebuah bejana berisi zat cair, maka tubuh kita akan mendapatkan pengaruh akibat adanya tekanan tersebut. Bayangkan kita berada dalam sebuah kolam kehidupan yang berisi zat car. Kita tidak mungkin
percepatan gravitasi” yang datang dari faktor lingkungan. Tetapi kita dapat mengatur kedalaman kita dalam zat cair, untuk mendapatkan tekanan yang sesuai dengan tubuh kita.
Secara emosional, kita dituntut memiliki
kecakapan untuk menghadapi pengaruh
tekanan dari lingkungan sekitar kita. Kita tidak
mungkin mengubah atau mengendalikan
lingkungan kita, namun kita dapat
mengendalikan apa yang ada dalam diri kita. Kita harus melatih kecakapan penghargaan diri kita. Jika kita memiliki penghargaan diri yang tinggi, kita akan mampu menghadapi pengaruh yang dating dari lingkungan dengan segenap kelebihan dan kekurangan yang kita miliki. Penghargaan diri adalah kelebihan dan kekurangan kita, dan tetap menyukai diri kita, dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
c. Hukum Pascal
Alam semesta mengajarkan, tekanan yang diderita oleh suatu titik pada zat cair akan diteruskan ke segala arah dengan sama rata. Zat cair menjadi bermanfaat karena partikel-partikel zat cair mampu merasakan tekanan yang dirasakan oleh partikel yang lain dalam sebuah ruang tertutup. Dari alam ini kita dapat belajar memperbaiki keterampilan emosional, yaitu berempati.
Empati adalah kemampuan untuk melihat dunia dari sudut pandang orang lain, kemampuan untuk menyelaraskan diri dengan yang mungkin dirasakan dan dipiirkan orang lain tentang situasi, betapapun berbedanya pandangan itu dengan pandangan kita. Kita
dapat memetik manfaat dari empati
diantaranya adalah mampu mengubah
ketegangan dan perselisihan sengit menjadi persekutuan yang lebih menguntungkan kedua belah pihak. Jika kita mampu membangun kerja sama yang efektif, berarti kita berpeluang untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dan perlukan dari orang lain. Berempati bukan
berarti bersimpati. Karena simpati
mengutamakan si pembicara dengan
mengutarakan secara lisan tanggapan dan perasaannya mengenai keadaan yang dialami orang lain.
d. Hukum Archimedes
Jika kita mengibaratkan diri kita sebagai benda yang dicelupkan ke dalam “zat cair”, juga lebih besar. Berpikir optimis adalah salah
satu cara untuk memperbesar gaya ke atas yang diberikan oleh sekitar kita. Optimism
adalah kemampuan melihat sisi terang
kehidupan dan memelihara sikap positif, sekalipun ketika berada dalam kesulitan.
Penelitian ini mendapatkan hasil penerapan perangkat pembelajaran fisika berorientasi model
pembelajaran pemaknaan dapat mengajarkan
kecakapan emosional siswa meliputi sikap asertif, penghargaan diri, empati, dan optimis.
5. Sumarni tesis berjudul penerapan model
pembelajaran pemaknaan pada materi titrasi asam basa untuk mengembangkan karakter siswa kelas XI SMA
Gejala pemaknaan
a. prinsip titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan dapat dimaknai dalam pergaulan, kita harus bias menerima oranglain dengan berbagai macam karakter atau kespesifikan sifat tiap individu artinya kita tetap bersikap netral. Kita tetap bersikap baik pada semua orang.
b. pada reaksi penetralan asam+basa
menghasilkan garam+air (zat baru) dapat dimaknai dalam hidup kita harus mampu
menemukan hal-hal baru yang lebih
bermanfaat.
c. Pada proses titrasi, titran ditambahkan ke dalam labu Erlenmeyer yang berisi titrat
sampai titik ekivalen tercapai dengan
ditunjukkan perubahan warna indicator, dapat dimaknai bahwa hidup harus seimbang antara hak dan kewajiban. Titrat berhak mendapat titran untuk mencapai titik ekivalen dan sebaliknya titran berkewajiban memberikan. Di sini tampak hak dan kewajiban harus seimbang. Agar seimbang, maka perlu sikap tanggung jawab.
d. Sifat larutan pada titrasi asam lemah-basa kuat dan basa lemah-asam kuat sebelum mencapai titik ekivalen bersifat buffer dapat dimaknai
orang yang bertanggung jawab selalu
berkomitmen terhadap tugas yang diembannya, bagaikan larutan buffer
e. Sifat larutan titrasi asam lemah-basa kuat ketika mencapai titik ekivalen adalah larutan garam bersifat basa sedangkan titrasi basa lemah-asam kuat adalah larutan bersifat asam. Ini dapat dimaknai kita harus pandai memilih teman bergaul dari komunitas berkarakter baik atau buruk.
f. Perubahan warna indikator yang merupakan
g. Pemilihan indicator yang tepat untuk tiap jeis titrasi asam basa dapat dimaknai dalam kehidupan kita harus dapat menempatkan diri sesuai dengan kondisi.
Dalam penelitian ini hasil belajar karakter jujur, tanggung jawab, dan disiplin mendapatkan nilai sangat baik dan baik. Ini menunjukkan ada respon positif siswa untuk menerapkan dalam tindakan sesuai indicator yang ditetapkan.
6. Nuri Yuliani tesis berjudul penerapan model
pembelajaran pemaknaan pada pembelajaran kimia terhadap hasil belajar dan pengembangan karakter pada siswa SMK.
Gejala pemaknaan:
a. Ikatan dalam kehidupan sehari-hari dapat
dimaknai sebagai sesuatu yang
mempersatukan, contoh ikatan sapu lidi, ikat rambut dsb yang berfungsi mempersatukan. Makna yag sama berlaku dalam ikatan kimia.
b. Kesempurnaan di dalam materi dapat
disamakan dengan kestabilan suatu unsur. Unsur yang stabil memiliki konfigurasi electron yang penuh. Konfigurasi electron di dalam atom dapat dikatakan berkarakter “jujur’ dan “disiplin”. Dikatakan jujur karena setiap subkulit akan terisi electron hanya pada batas maksimumnya, tidak mungkin lebih. Konfigurasi electron dikatakan disiplin karena dalam pengisian electron dalam kulit dan sub kulit selalu dimulai dari tingkat energy yang rendah ke yang tinggi sehingga terjadi keteraturan tingkat energy.
c. Ikatan ion terjadi pada unsur yang mudah
melepaskan electron dan yang mudah
menerima electron. Jika unsur logam memiliki kelebihan electron untuk mencapai kestabilan harus memberikan kelebihan elektronnya pada unsur non logam yang juga untuk mencapai kestabilan dengan menerima electron. Hal ini dapat dimaknai bahwa dalam hidup ini kita harus beramal dengan memberikan sebagian yang kita punya untuk diberikan kepada yang kekurangan sehingga terjadi keseimbangan yang baik antara sesama manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
d. Ikatan kovalen terjadi karena adanya
pemakaian bersama electron dari atom-atom yang membentuk ikatan. Ikatan kovalen ini
mengandung makna kerjasama. Untuk
mencapai kepentingan bersama, kita harus mempunyai rasa kebersamaan dengan saling berbagi, karena dalam kebersamaan ada rasa peduli dan empati terhadap sesama dan dalam kebersamaan dapat mempersatukan berbagai macam perbedaan.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa hasil belajar
karakter jujur, disiplin, dan kerjasama
menunjukkan predikat baik dan sangat baik.
7. Rini Nugroho tesis berjudul membangun
sensitivitas moral, kemampuan berpikir dan penguasaan konsep siswa sekolah dasar melalui pembelajaran IPA berorientasi model pembelajaran pemaknaan.
Gejala pemaknaan:
a. Pemaknaan cahaya merambat lurus dikaitkan
dengan sikap jujur. Lurus dinalogikan sebagai perbuatan yang berda di koridor yang lurus (tidak berbelok-belok). Jika perbuatan yang kita lakukan selalu lurus di jalan Allah (tidak melanggar perintahnya) insyaallah hidup kita sukses. Seperti cahaya merambat lurus, di akhir rambatannya cahaya menerangi suatu tempat.
b. Bening dimaknakan dengan jernih. Sesuatu
yang jernih pasti menuai hasil yang baik. Misalnya air yang jernih dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, hati yang jernih akan menimbulkan rasa tenang, pikiran jernih maka dapat menyelesaikan masalah dengan baik.
c. Cahaya dapat dipantulkan memiliki makna
ucapan seseorang itu mencerminkan karakter seseorang yang sedang berucap. Kualitas seseorang dapat dinilai dari apa yang keluar dari mulutnya.
d. Cahaya dapat dibiaskan bila melewati dua
medium yang berbeda mempunyai makna bahwa perbedaan pendapat harus dihargai. Dalam kehidupan sehari-hari kita perlu sikap saling menghormati dan menghargai pendapat orang lain serta lapang dada jika pendapat tidak diterima.
e. Cahaya dapat diuraikan memiliki makna
bahwa setiap manusia diciptakan berbeda karakter namun sebenarnya dapat disatukan
Dari penelitian didapatkan temuan sensitivitas moral menunjukkan peningkatan dari tingkatan rasional ke tingkatan sensitif.
SIMPULAN
Model pembelajaran pemaknaan merupakan model pembelajaran inovatif melalui contoh dan teladan keterkaitan peristiwa, gejala atau fenomena yang
berpotensi dapat dijadikan model di dalam
pembelajaran yang bertujuan untuk melatihkan sikap positif, akhlak mulia, dan budi pekerti di samping aspek akademiknya. Penelitian mengenai model pembelajaran pemaknaan ini telah banyak diteliti penerapannya dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dan menghasilkan hasil yang baik. Model pembelajaran ini
menerapkan kurikulum berbasis kompetensi dan berbasis karakter.
Pada implementasi kurikulum 2013 pendidikan karakter diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran setiap mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum, dengan demikian diharapkan materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, S. 2011. ”Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Fisika SMP Berorientasi Model Pembelajaran Pemaknaan untuk Melatihkan Kecakapan Emosional dan Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Siswa”. Tesis. Universitas Negeri Surabaya.
Habibi. 2009. ”Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Biologi SMA Berorientasi Model Pemaknaan untuk Mengajarkan Kemampuan Akademik dan Sensitivitas Moral”. Tesis. Universitas Negeri Surabaya.
Ibrahim, M. dan Tim Peneliti Balitbang Diknas. 2008. Model Pembelajaran Inovatif IPA melalui
Pemaknaan. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya.
Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi
Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mustakim, B. 2011. Pendidikan Karakter: Membangun Delapan Karakter Emas Menuju Indonesia
Bermartabat. Yogyakarta: Samudera Biru.
Nugroho, R. 2013. ”Membangun Sensitivitas Moral, Kemampuan Berpikir dan Penguasaan Konsep Siswa Sekolah Dasar melalui Pembelajaran IPA
Berorientasi Model Pembelajaran Pemaknaan”.
Tesis. Universitas Negeri Surabaya.
Pertiwiningrum, A. 2013. ”Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Berkarakter Berorientasi Model Pembelajaran Pemaknaan pada Pokok Bahasan
Sistem Reproduksi Manusia”. Tesis. Universitas
Negeri Surabaya.
Sartika, S.B. 2010. ”Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Fisika Berorientasi Model
Pembelajaran Pemaknaan untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Sensitivitas Moral Siswa SMP”. Tesis. Universitas Negeri Surabaya
Sayudjauhari. 2010. Study Literature. Sayudjauhari’s
Blog. 29 April 2010. laman web:
http://sayudjberbagi. wordpress.com. [diakses 8 Januari 2014].
Sumarni. 2012. ”Penerapan Model Pembelajaran
Pemaknaan pada Materi Titrasi Asam Basa untuk Mengembangkan Karakter Siswa Kelas XI SMA. Tesis. Universitas Negeri Surabaya.
Yudianto, S.A. 2005. Manajemen Alam Sumber Pendidikan Nilai. Bandung: Mughni Sejahtera.
Yuliani, N. 2013. ”Penerapan Model Pembelajaran
Pemaknaan pada Pembelajaran Kimia Terhadap Hasil Belajar dan Pengembangan Karakter pada
Siswa SMK”. Tesis. Universitas Negeri