• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETUNJUK TEKNIS PERENCANAAN DAN PENYUSUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PETUNJUK TEKNIS PERENCANAAN DAN PENYUSUN"

Copied!
320
0
0

Teks penuh

(1)

PETUNJUK TEKNIS

PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN

PROGRAM JALAN KABUPATEN

DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

(2)

Modul 1 : Gambaran Umum

DAFTAR ISI

Halaman

1. MAKSUD DAN TUJUAN ... 1

1.1 Kebutuhan akan Perencanaan ... 1

1.2 Tujuan ... 2

2. RUANG LINGKUP PROSEDUR PERENCANAAN ... 3

2.1 Kelompok Tugas ... 3

2.2 Pencakupan Jaringan Jalan dan Prosedur Penyaringan ... 6

2.3 Pengertian Kategori Pekerjaan ... 9

2.4 Rangkuman Prosedur Perencanaan ... 11

3 KEBUTUHAN SUMBERDAYA ... 19

3.1 Kebutuhan Staf ... 19

3.2 Tugas Utama ... 21

3.3 Jadwal Keseluruhan Tugas ... 23

3.4 Pembiayaan ... 23

(3)

Modul 1 : Gambaran Umum 1

1

MAKSUD DAN TUJUAN

1.1

KEBUTUHAN AKAN PERENCANAAN

1. Tugas yang sangat penting mengenai perencanaan dan persiapan program pekerjaan tahunan untuk jaringan jalan kabupaten, sudah mulai dilakukan secara sistematis. Sebelumnya kebanyakan program disusun berdasarkan usulan-usulan `ad-hoc' yang diajukan oleh kabupaten yang kurang didukung dengan perencanaan yang memadai atau dengan evaluasi sehingga didapat pilihan alternatif yang prioritas. Persiapan program lima tahun dengan bantuan konsultan untuk mendapatkan Bantuan Luar Negeri (BLN), tidak menunjukkan sebagai suatu cara yang efisien dan memuaskan. Dalam kenyataannya aspirasi dan kemampuan daerah kurang dipertimbangkan karena terlalu banyaknya petunjuk dari instansi di tingkat pusat yang memaksakan suatu kerangka kerja yang kaku dan kurang dapat diterima di dalam pemilihan proyek untuk jangka panjang. Rencana-rencana yang dihasilkan dengan cara ini cenderung sudah kadaluarsa, bahkan sebelum pelaksanaannya dapat dimulai.

2. Peranan kabupaten dalam mempersiapkan program penanganan jaringan jalan sendiri jelas diperlukan untuk menjamin adanya keluwesan dalam mengadakan perubahan-perubahan sesuai kebutuhan daerah dan untuk mengalihkan tanggung jawab instansi tingkat pusat ke tingkat kabupaten. Pada saat yang sama, Pemerintah Pusat dan pihak donor memerlukan jaminan bahwa program semacam ini mempunyai dasar yang rasional dan disusun secara sistimatis. Demikian pula dengan sumber daya ekonomi nasional yang jumlahnya terbatas, supaya dapat digunakan seefisien mungkin.

3. Prosedur perencanaan jalan semacam ini perlu diperkenalkan kepada kabupaten. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa tidaklah cukup hanya dengan menyerahkan suatu buku petunjuk begitu saja untuk diterapkan secara bersama. Untuk memperkenalkan suatu prosedur secara efektif, perlu didukung oleh program pelatihan, bimbingan dan bantuan teknis di tingkat kabupaten, termasuk pengarahan yang tegas dari instansi yang tingkatnya lebih tinggi. Kegiatan ini telah mulai dilakukan sejak tahun 1990 seiring dengan SK No. 77 - Dirjen Bina Marga

4. Keberhasilan juga mungkin dapat lebih dicapai dari pendekatan terpusat yang menerima kenyataan bahwa untuk mencakup seluruh jaringan jalan sekaligus dalam sekali studi tidak dapat dilaksanakan. Karena itu perlu dipertimbangkan bahwa untuk mengalihkan prosedur perencanaan dari tingkat pusat ke daerah harus dilakukan melalui suatu periode peralihan beberapa tahun, dimana instansi di tingkat propinsi harus ikut melakukan peranan pemeriksaan dan pengawasan yang dahulu hampir semuanya dilakukan oleh pusat.

5. Keperluan mendasar dalam proses perencanaan adalah untuk membuktikan bahwa dari setiap proyek dapat diharapkan suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang dapat dipertanggung-jawabkan. Tanpa melakukan hal ini paling tidak akan memboroskan beberapa sumber daya yang disediakan untuk proyek jalan kabupaten. Untuk memberikan program pekerjaan yang potensial dan melibatkan berbagai proyek dalam skala besar, diperlukan latihan perencanaan yang cukup banyak dengan lengkap.

(4)

Modul 1 : Gambaran Umum 2 terlibat. Pengalaman dari beberapa tahun pelaksanaan studi jalan kabupaten di Indonesia telah menunjukkan bahwa karena besarnya variasi jenis jalan, mulai dari jalan aspal yang dilewati beberapa ribu kendaraan per hari sampai dengan jalan setapak yang tidak dapat dilewati kendaraan, menyebabkan setiap proses perencanaan harus mempertimbangkan ruas-ruas jalan atas dasar kondisi masing-masing dengan suatu bentuk penaksiran yang sesuai supaya rekomendasi yang dihasilkan mempunyai kelayakan yang memadai.

7. Bagian pokok dari proses perencanaan ini meliputi suatu kegiatan survai pengumpulan data yang diperlukan, terutama dalam hal lokasi jalan, panjang dan kondisinya saat ini, serta informasi mengenai tingkat lalu lintas atau jumlah penduduk pengguna jalan yang bersangkutan (informasi seperti ini seringkali tidak tersedia sulit didapatkan).

8. Bagian pokok berikutnya adalah kegiatan evaluasi proyek dengan dengan menggunakan data hasil survai di atas. Ada beberapa metode penaksiran atau evaluasi yang dapat dilaksanakan; metode yang paling sederhana yakni penyusunan peringkat proyek dengan menggunakan cara indeks menunjukkan korelasi yang lemah dari hasil evaluasi ekonomi. Karena itu pada prosedur ini cara tersebut tidak digunakan dan dipakai suatu sistim yang tetap berhubungan langsung dengan kriteria ekonomi konvensional. Sistim ini tidak memerlukan tambahan data survai dan waktu analisa yang berarti, ataupun tingkat keahlian yang lebih tinggi dari pada yang dibutuhkan oleh metode yang paling sederhana tadi.

1.2

TUJUAN

1. Tujuan umum dari Prosedur Perencanaan dan Penyusunan Program ini adalah : Untuk menyusun prioritas penangan jalan sesuai dengan dana yang tersedia dengan cara yang efisien, agar menunjang pembangunan ekonomi dan sosial daerah tersebut.

2. Tujuan khusus-nya adalah untuk :

Memberi pengetahuan kepada staf kabupaten di dalam melaksanakan pekerjaan survai, analisa dan evaluasi, sesuai dengan prosedur yang sistematis dan menuju ke arah persiapan yang tepat waktu dari program tahunan dalam standar yang konsisten.

Memberi kepastian bahwa alokasi sumber daya berdasarkan kategori pekerjaan (yakni, pekerjaan berat, pemeliharaan dan pekerjaan ringan lain) ditentukan secara rasional.

Memberi kepastian bahwa penentuan pemilihan prioritas pekerjaan berat, didasarkan atas kriteria ekonomi yang sederhana namun rasional, sehingga dapat memberikan tingkat kepercayaan yang memadai baik bagi donor maupun instansi pemerintah bahwa investasi yang diusulkan telah sesuai.

Mendokumentasikan dan membangun `database' dari informasi mengenai jaringan jalan untuk keperluan pemantauan dan perencanaan lebih lanjut.

(5)

Modul 1 : Gambaran Umum 3

2

RUANG LINGKUP PROSEDUR PERENCANAAN

2.1

KELOMPOK TUGAS

1. Prosedur perencanaan dibagi dalam lima komponen utama atau kelompok tugas, dimana setiap kelompok tercakup dalam bagian terpisah dalam buku petunjuk ini :

Tugas 1 : KAJI ULANG DAN PEMUTAKHIRAN DATABASE Tugas 2 : SURVAI

Tugas 3 : ANALISA

Tugas 4 : PENAKSIRAN BIAYA

Tugas 5 : PERSIAPAN PROGRAM TAHUNAN

2. Bagan alir yang telah disederhanakan pada Gambar 1 menunjukkan rangkaian pokok kegiatan-kegiatannya. Gambar 2 menunjukkan aliran tugas serta keterkaitannya satu sama lain secara lebih terinci.

3. Perencanaan harus dilihat sebagai suatu siklus kegiatan yang berkesinambungan dengan maksud untuk menyusun suatu gabungan informasi mutakhir mengenai seluruh jaringan jalan. Informasi perencanaan disusun untuk memberikan suatu program tahunan, namun prosesnya tidak hanya berhenti disitu. Program tahunan harus merupakan bagian dari suatu strategi untuk jangka yang lebih panjang bagi seluruh jaringan, yaitu rencana yang bergulir dan mencakup beberapa tahun.

4. Siklus perencanaan dengan pembagian waktunya secara umum digambarkan seperti di bawah ini.

DAUR PERENCANAAN TAHUNAN

Kaji Ulang Program Survai Pemeliharaan Terinci Survai Disain Survai Penjajagan Kondisi Jalan S1 Penyusunan Program Penyaringan dan Penyusunan Peringkat Analisa dan Penaksiran Biaya Survai S2 – S8 Kaji Ulang &

Pemutakhiran Database

Jan - Feb

Sep

Jul - Agu

Mei - Jun

Sep -Nop Apr

Sep-Nop Okt-Nop

(6)
(7)
(8)

Modul 1 : Gambaran Umum 6

2.2

PENCAKUPAN JARINGAN JALAN DAN ROSEDUR

PENYARINGAN

1. Prosedur Perencanaan ini dimaksudkan untuk diterapkan pada seluruh jaringan jalan kabupaten secara sistematis.

2. Data survai terbaru yang dapat diandalkan dari setiap ruas dalam jaringan jalan harus tersedia sehingga pilihan pekerjaan yang diperlukan dapat dipertimbangkan dan disusun dalam urutan prioritas. Alokasi dana yang rasional hanya dapat dibuat bila datanya lengkap untuk seluruh jaringan jalan.

3. Jaringan jalan tersebut dibagi dalam dua bagian :

Jalan mantap (stabil ; selalu dapat diandalkan untuk dilalui kendaraan roda 4 sepanjang tahun), terutama yang kondisinya sudah `baik/sedang' yang hanya memerlukan pemeliharaan.

Jalan tidak mantap (tidak stabil ; tidak dapat diandalkan untuk dilalui kendaraan roda 4 sepanjang tahun), terutama yang kondisinya `rusak/rusak berat' yang memerlukan ‘pekerjaan berat' (rehabilitasi, perbaikan, konstruksi), termasuk jalan tanah yang saat ini tidak dapat dilewati kendaraan roda-4.

4. Untuk menjaga kemutakhiran data inventarisasi jalan seluruh jaringan (agar umur datanya selalu tidak akan lebih dari tiga tahun) perlu dilakukan hal berikut :

Pada jalan-jalan yang mantap, setiap tahunnya harus dilakukan `Survai Penjajagan Kondisi Jalan' (S1)

Pada jalan-jalan yang tidak mantap, setiap tahunnya harus dilakukan ‘Survai Penyaringan Jalan’ (S2) pada sepertiga bagian jalan saja, sehingga seluruh bagian jalan dapat tercakup dan selesai disurvai dalam daur tiga tahun.

Pada jalan-jalan yang tidak mantap, dibagi dalam tiga bagian yang kira-kira sama, lalu setiap tahun satu bagian harus dicakup dalam `Survai Penyaringan Jalan' (S2), sehingga seluruh bagian jalan dapat tercakup dan selesai disurvai dalam daur tiga tahun.

5. Pada prinsipnya semua jalan mantap setiap tahunnya harus mendapatkan prioritas untuk ditangani dengan pemeliharaan rutin dan/atau berkala. Untuk itu, informasi survai yang terbaru diperlukan untuk menentukan kebutuhan teknis yang tepat, karenanya survai tahunan sangat perlu dilaksanakan. Survai S1 digunakan untuk memperbaharui informasi inventarisasi jalan sebagai bagian dari prosedur perencanaan yang sekaligus digabung dengan survai penyaringan pemeliharaan tahap pertama dalam persiapan pemeliharaan tahunan (lihat petunjuk terpisah untuk Persiapan Program Pemeliharaan Jalan Kabupaten).

6. Di banyak kabupaten, jaringan jalan yang tidak mantap masih lebih besar dari jaringan jalan yang mantap dan dana untuk pekerjaan berat yang diperlukan melebihi dana yang tersedia. Karenanya diperlukan suatu sistim untuk menyaring dan menyusun urutan proyek, terutama yang berdasarkan kriteria ekonomi. Survai penyaringan kondisi jalan (S2) dikaitkan dengan survai-survai lain yang mengukur permintaan akan angkutan, dilakukan untuk keperluan tersebut.

(9)

Modul 1 : Gambaran Umum 7 lalu lintas yang diharapkan. Manfaat ini kemudian dapat diperbandingkan dengan perkiraan biaya peningkatan jalan, untuk memberikan tingkat pengembalian ekonomi proyek (misalnya, Net Present Value = nilai bersih saat ini atau NPV/Km). Kemudian sejumlah proyek dapat disusun peringkatnya dan proyek yang NPV/km-nya tertinggi harus dipilih untuk dilaksanakan terlebih dahulu.

Dengan cara ini baik kabupaten maupun secara nasional dapat memanfaatkan dengan sebaik mungkin keadaan kelangkaan dana tersebut.

8. Jaringan jalan yang tidak mantap selanjutnya dapat dibagi lagi kedalam dua kelompok :

Jalan terbuka yang dapat dilalui kendaraan roda-4 untuk sepanjang tahun.

Jalan tertutup yang tidak dapat dilalui kendaraan roda-4 untuk sepanjang atau sebagian tahun.

9. Permintaan akan angkutan pada jalan yang terbuka bagi kendaraan roda-4, bisa diperkirakan dengan baik melalui survai lalu lintas yang ada (S5). Sedangkan pada jalan yang tertutup lalu-lintas yang ada bukan merupakan suatu ukuran yang baik bagi permintaan angkutan yang potensial, untuk itu dilakukan perkiraan dari jumlah penduduk yang terlayani oleh jalan dan dari tingkat hambatan akses yang dialami sekarang. Data ini diperoleh langsung dari survai penduduk (S7) dan survai hambatan lalu-lintas (S8).

10.Gambaran bagaimana jaringan jalan kabupaten dicakup oleh studi perencanaan dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3. CAKUPAN SURVAI JARINGAN JALAN

Tahun ke - 1

Wilayah Perencanaan 1

Tahun ke - 2

Wilayah Perencanaan 2

Tahun ke - 3

Wilayah Perencanaan 3

Jalan Kondisi Rusak / Rusak Berat

' Tertutup Roda-4 '

S2, S7 dan S8

Jalan Kondisi Rusak / Rusak Berat

' Tertutup Roda-4 '

S2, S7 dan S8

Jalan Kondisi Rusak / Rusak Berat

' Tertutup Roda-4 '

S2, S7 dan S8

T D K

M

Jalan Kondisi Rusak / Rusak Berat

' Terbuka Roda-4 '

S2 dan S5

Jalan Kondisi Rusak / Rusak Berat

' Terbuka Roda-4 '

S2 dan S5

Jalan Kondisi Rusak / Rusak Berat

' Terbuka Roda-4 '

S2 dan S5

A N T A P

Jalan Kondisi Baik /Sedang

Survai Tahunan S1 dan 20% S5

(10)

Modul 1 : Gambaran Umum 8 dalam kelompok mantap dan memerlukan survai tahunan untuk pemeliharaan. Data lalu lintas juga diperlukan untuk kelompok ini, supaya standar teknis dan standar biaya yang sesuai dapat diterapkan. Target yang harus dicakup adalah paling sedikit 20 % dari jaringan yang mantap dilakukan survai lalu-lintas setiap tahunnya, sehingga tidak akan ada ruas jalan yang data lalu lintasnya lebih lama dari lima tahun.

12.Pada saat informasi tentang kebutuhan pemeliharaan dan tingkat lalu- lintas telah meningkat, sistim prioritas secara ekonomi dilakukan juga terhadap pekerjaan pemeliharaan berkala yang terpadu dengan sistim untuk pekerjaan berat.

13.Meskipun telah dilakukan pemeliharaan, beberapa jalan yang mantap akan memburuk ke kondisi `rusak/rusak berat', sementara lainnya mungkin memerlukan pelebaran atau perkuatan karena lalu-lintasnya meningkat. Karena itu setiap tahunnya, sejumlah ruas dicakup dalam survai S2, sebagai hasil dari survai penjajagan (S1) sebelumnya.

14.Pada saat jaringan jalannya berkembang dan menjadi mantap, maka proporsi ruas jalan yang dievaluasi dengan metode lalu lintas akan bertambah, namun sebagian besar jalan tanah akan tetap perlu dievaluasi dengan metode kependudukan. Sebagian kecil ruas, khususnya jalan baru yang menuju wilayah pertanian potensial yang luas atau jalan-jalan baru yang akan mengalihkan rute lalu lintas, tidak dapat dicakup oleh metode evaluasi umum dalam prosedur perencanaan ini, sebagai gantinya diperlukan "studi khusus" yang harus dilaksanakan oleh staf dengan kemampuan khusus pula.

15.Diagram di bawah ini menggambarkan bagaimana jaringan jalan akan dicakup oleh jenis-jenis studi yang berbeda.

KATEGORI STUDI PERENCANAAN

JALAN TERBUKA BAGI KENDARAAN RODA 4

JALAN TERHAMBAT DAN TERTUTUP

BAGI KENDARAAN RODA 4

HAMBATAN JALAN AKSES

RENDAH

HAMBATAN JALAN AKSES

SEDANG

HAMBATAN JALAN AKSES

TINGGI

PENAKSIRAN MANFAAT LALU LINTAS

PENAKSIRAN MANFAAT PENDUDUK

STUDI

(11)

Modul 1 : Gambaran Umum 9

2.3

PENGERTIAN KATEGORI PEKERJAAN

1. Untuk keperluan perencanaan dan penyusunan program, pekerjaan jalan ini dapat dibagi ke dalam tiga kelompok besar sebagai berikut :

a. Pekerjaan pemeliharaan : untuk jalan berkondisi `baik/sedang' b. Pekerjaan berat : untuk jalan berkondisi `rusak/rusak berat' (pembangunan baru, peningkatan, rehabilitasi)

c. Pekerjaan penyangga : untuk jalan berkondisi `rusak/rusak berat'

2. Ditinjau dari nilainya, pekerjaan berat dapat dibedakan dengan pekerjaan ringan (yakni pekerjaan pemeliharaan dan penyangga) seperti yang juga ditunjukkan pada matriks biaya (lihat tugas 4)

PEMBANGUNAN BARU (PB)

PEKERJAAN BERAT (PK) PENINGKATAN (PK)

REHABILITASI (RE)

PEMEL. PERIODIK (MP) PEMELIHARAAN (M)

PEMEL. RUTIN (MR)

PEKERJAAN RINGAN PENYANGGA (H)

DARURAT

PEKERJAAN PEMELIHARAAN (M), harus dilakukan terhadap semua ruas jalan yang berkondisi baik/sedang dan harus mendapatkan prioritas untuk ditangani. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar permukaan ruas jalan mendekati kondisi semula, dan juga diperlukan agar suatu proyek pekerjaan berat memungkinkan untuk tetap bertahan sesuai dengan umur disain yang direncanakan. Pekerjaan ini terutama terdiri dari pekerjaan rutin tahunan, pelapisan ulang berkala serta pekerjaan drainase.

PEKERJAAN BERAT (PK), dimaksudkan untuk meningkatkan jalan yang sesuai dengan tingkat lalu lintas yang diperkirakan, biasanya merupakan pembangunan kembali perkerasannya. Pekerjaan berat ini dapat berupa pembangunan baru, peningkaaan atau rehabilitasi dengan umur rencana paling sedikit 10 tahun. Sebagian besar jaringan jalan di kabupaten memerlukan pekerjaan berat, dan hal ini diperkirakan akan menyerap hampir semua biaya yang tersedia setelah dikurangi dengan biaya untuk semua pekerjaan pemeliharaan. Untuk memudahkan penggolongan pekerjaan dalam tahap perencanaan ini, maka singkatan `PK' digunakan untuk menunjukkan semua jenis pekerjaan berat.

(12)

Modul 1 : Gambaran Umum 10 standar pelayanan dari jalan yang ada; baik yang membuat lapisan permukaan menjadi lebih halus, seperti pengaspalan terhadap jalan yang belum diaspal, atau menambah Lapis Tipis Aspal Beton LATASTON/Hot Rolled Sheet pada jalan yang menggunakan lapisan penetrasi (LAPEN); atau menambah lapisan struktural untuk memperkuat perkerasannya; atau memperlebar lapisan perkerasan yang ada (yang kurang lebarnya).

PEKERJAAN REHABILITASI (RE) diperlukan bila pekerjaan pemeliharaan rutin yang secara teratur harus dilaksanakan itu diabaikan atau pemeliharaan berkala (pelapisan ulang) terlalu lama ditunda sehingga keadaan lapisan permukaan semakin memburuk. Yang termasuk dalam kategori ini ialah perbaikan terhadap kerusakan lapisan permukaan seperti lubang-lubang dan kerusakan struktural seperti amblas, atau kerusakan tersebut kurang dari 15-20 % dari seluruh perkerasan yang biasanya berkaitan dengan lapisan aus baru. Pembangunan kembali secara total biasanya diperlukan bila kerusakan struktural sudah tersebar luas sebagai akibat dari diabaikannya pemeliharaan, atau kekuatan disain yang tidak sesuai, atau karena umur rencana sudah terlampaui.

PEKERJAAN PENYANGGA (H), adalah pekerjaan tahunan dengan biaya rendah yang diperlukan untuk menjamin jalan terbuka bagi lalu-lintas yang ada atau untuk menjaga agar kondisi jalan tidak lebih memburuk atau makin parah. Hal ini dilakukan bila pekerjaan berat yang telah ditentukan tidak dibenarkan karena tingkat lalu-lintasnya rendah atau karena dana yang tersedia tidak mencukupi. Dana yang memadai perlu dicadangkan untuk pekerjaan penyangga ini.

PEKERJAAN DARURAT, adalah pekerjaan yang sangat diperlukan untuk membuka kembali jalan yang baru saja tertutup untuk lalu-lintas kendaraan roda 4 karena mendadak terganggu, misalnya akibat tebing yang longsor atau jembatan yang roboh. Dana untuk pekerjaan darurat ini tidak dapat disiapkan sebelumnya, tetapi sebaiknya perlu dicadangkan dalam jumlah yang sepadan.

PEKERJAAN JEMBATAN, dapat digolongkan sebagai berikut :

PBJ : Pembangunan Baru Jembatan (termasuk Penggantian Bangunan Atas dan Bangunan Bawah Jembatan).

PAJ : Penggantian Bangunan Atas Jembatan.

(13)

Modul 1 : Gambaran Umum 11

2.4

RANGKUMAN PROSEDUR PERENCANAAN

2.4.1 KELOMPOK TUGAS 1 :

KAJI ULANG DAN PEMUTAKHIRAN DATABASE

a. Kelompok tugas ini bertujuan untuk mengembangkan dan memutakhirkan sejumlah informasi mengenai ; jaringan jalan, sumber daya, dan kegiatan sosial-ekonomi kabupaten secara keseluruhan. Informasi ini diperlukan untuk mendukung perencanaan, pemantauan dan studi tambahan lainnya.

b. Beberapa dari informasi ini bisa didapatkan pada database komputer di tingkat pusat, propinsi, maupun di kabupaten.

c. Sebagian besar kabupaten telah mengumpulkan banyak informasi selama kegiatan awal perencanaan, namun perlu untuk dikaji ulang, diperbaiki, dan diperbaharui secara teratur minimal sekali dalam setahun serta disusun dalam format yang standar sehingga perbandingan antar kabupaten akan mudah dilakukan.

d. Informasi ini disusun dalam suatu rangkaian formulir K1 - K14. Periode waktu utama untuk memperbaharui atau memutakhirkan formulir K adalah Januari – Pebruari.

1A. Pemutakhiran Data Jaringan Jalan (K1 - K2) :

Tugas terpenting adalah untuk memutakhirkan inventarisasi `daftar induk' ruas jalan kabupaten (K1), terutama dalam hal penentuan ruas dan kondisi permukaan jalan secara garis besar.

Data ini harus diperbaharui setiap tahunnya dengan menggunakan informasi dari hasil survai jalan (S1, S2) dan informasi pekerjaan (K3/atau RD-1.JK).

Tugas berikutnya adalah melakukan kaji ulang secara berkala terhadap pilihan ruas dalam jaringan jalan yang ditetapkan sebagai `strategis' yang harus mendapatkan prioritas khusus (K2).

1B. Pemutakhiran Data Riwayat Pekerjaan (K3 - K4) :

Menyusun serta memutakhirkan rangkuman data secara teliti dan sistimatis mengenai pekerjaan yang telah dilaksanakan untuk setiap ruas.

Hal ini terutama diperlukan untuk perencanaan pemeliharaan dan pemantauan keefektifan program.

1C. Pemutakhiran Data Sumber Daya (K7- K9) :

Menyusun serta memutakhirkan suatu daftar mengenai aspek-aspek sumber daya yang tersedia seperti : peralatan berat, kontraktor, sumber material, upah pekerja/buruh dan harga bahan/material serta staf Tim Perencana Jalan Kabupaten

Catatan: Daftar peralatan berat dan kontraktor tidak lagi dicakup dalam buku prosedur perencanaan ini, karena akan dibahas dalam buku prosedur lainnya

1D. Pemutakhiran Data Jembatan (K10) :

(14)

Modul 1 : Gambaran Umum 12 Menyusun serta memutakhirkan informasi data penyebaran penduduk (K11), karakteristik pasar dan pusat kegiatan lainnya (K12), tata guna lahan dan data lainnya per Kecamatan (K13) serta informasi mengenai kegiatan Pembangkit Lalu-Lintas Angkutan Berat dan rencana-rencana pengembangan kawasan (K14 dan survai S6).

1F. Pemutakhiran Peta :

Menyusun serta memutakhirkan peta dasar jaringan jalan kabupaten disesuaikan dengan data inventarisasi dalam K1. Beberapa versi peta jalan diperlukan untuk menunjukkan kondisi jalan, ruas jalan strategis dan program tahunan.

Tujuan jangka panjangnya adalah menyempurnakan peta dasar jaringan jalan dengan menggunakan peta topografi dan pemeriksaan di lapangan.

1G. Dokumentasi Studi :

Menyusun dan menyimpan data secara sistematis mengenai informasi dari formulir K, hasil survai tahunan, data analisa dan program, kemudian meringkasnya dalam bentuk laporan untuk disampaikan pada RAKON.

2.4.2 KELOMPOK TUGAS 2 : SURVAI

a. Survai-survai diperlukan untuk mengumpulkan informasi secara berkala mengenai karakteristik, kondisi dan penggunaan seluruh jaringan jalan.

b. Informasinya disusun dalam formulir `S' (S1-S8) ; survai S1-S4 berkaitan dengan pengumpulan data inventarisasi jalan dan data kondisi jalan, survai S5-S8 berkaitan dengan pengumpulan data penggunaan jalan.

c. Periode waktu utama untuk melaksanakan survai adalah Maret - April untuk jalan mantap dan April - Mei untuk jalan tidak mantap.

2A. Survai Penjajagan Kondisi Jalan (S1) :

Survai ini dilaksanakan setiap tahun pada seluruh jaringan jalan yang `mantap' atau `baik/sedang' untuk memperbaharui data inventarisasi/kondisi jalan (masukan pada tugas 1A/1D) dan membantu proses penyaringan dalam program pemeliharaan.

Survai ini harus dilaksanakan pada bulan September - Oktober dengan pencakupan target sekitar 40 Km/hari. Formulir S3 digunakan untuk mengkalibrasi odometer kendaraan pada survai S1/S2.

2B. Survai Penyaringan Ruas Jalan (S2) :

Survai ini dilakukan pada sepertiga bagian jaringan jalan yang ‘tidak mantap’ atau `rusak/rusak berat' setiap tahunnya.

Survai ini menggabungkan pengumpulan data inventarisasi jalan serta informasi kondisi dan foto jalan yang cukup untuk memungkinkan dilakukannya penaksiran secara umum terhadap manfaat dan biaya rata-rata peningkatan jalan, untuk keperluan penyaringan.

(15)

Modul 1 : Gambaran Umum 13 2C. Survai Kecepatan (S4) :

Survai kecepatan secara sederhana dilaksanakan pada semua ruas yang terbuka bagi roda-4 yang telah dilakukan survai S2, untuk membantu penaksiran kondisi permukaan jalan.

2D. Survai Lalu-Lintas (S5) :

Penghitungan lalu-lintas selama dua hari dilaksanakan pada semua ruas yang terbuka bagi roda-4 yang telah dilakukan survai S2, dan paling sedikit 20 % dari jaringan jalan yang `mantap' setiap tahunnya.

Data lalu-lintas akan digunakan untuk memperkirakan manfaat dari suatu peningkatan jalan dan untuk menentukan standar disain yang sesuai. Survai lalu lintas diperlukan rata-rata untuk setiap 5 Km bagian jalan.

2E. Survai Kependudukan (S7) :

Survai mengenai penyebaran penduduk di dalam desa akan diperlukan untuk jalan-jalan dan jembatan yang tertutup bagi roda-4 sepanjang atau sebagian tahun, dimana lalu-lintas yang ada bukan merupakan ukuran yang baik untuk pengguna potensial dari jalan yang ditingkatkan.

Kegunaan S7 adalah untuk mengisi rincian, atas informasi umum yang sudah disusun dalam formulir K11 untuk seluruh kabupaten.

2F. Survai Hambatan Lalu Lintas (S8) :

Diperlukan informasi hasil survai mengenai jenis, penyebab dan pengaruh hambatan akses jalan pada jalan yang tidak terbuka bagi kendaraan roda-4, baik sebagian atau sepanjang tahun.

Informasi ini digunakan bersama-sama data dari S7 untuk memperkirakan manfaat dari peningkatan jalan dengan menggunakan metodologi `kependudukan'.

2.4.3 KELOMPOK TUGAS 3 : ANALISA

a. Data survai harus disusun secara sistimatis untuk keperluan dokumentasi, pemantauan dan evaluasi proyek.

b. Suatu lembar data (A1) disiapkan untuk menganalisa setiap proyek yang telah tercakup dan didukung oleh survai S2 serta setiap proyek pemeliharaan berkala yang tercakup oleh survai S1; foto- foto disusun secara terpisah dalam format yang standar.

c. Lembar-lembar analisa data `antara' dipersiapkan untuk mendokumentasikan dan menganalisa data lalu-lintas pada jalan-jalan yang terbuka bagi roda-4 (A2), serta data kependudukan dan hambatan akses jalan pada jalan- jalan yang tidak terbuka bagi roda-4 (A3).

d. Informasi yang telah dirangkum dalam formulir A1 ini kemudian digunakan untuk menentukan proyek-proyek yang layak untuk ditangani. Suatu tabel penuntun yang sederhana digunakan dalam menaksir manfaat proyek.

(16)

Modul 1 : Gambaran Umum 14 Inventarisasi jalan, kondisi dan data kecepatan yang didapat dari survai S2 dan S4 dirangkum dan diringkas secara grafis dalam format standar dalam lembar data `A1' untuk setiap ruas yang disurvai.

3B. Analisa Data Lalu Lintas (A2) :

Data lalu-lintas yang didapat dari survai S5, disusun dan disesuaikan untuk dievaluasi lebih lanjut pada lembar analisa A2. Ringkasan datanya dipindahkan ke dalam lembar A1.

3C. Penentuan Proyek :

Proyek-proyek yang sesuai untuk dievaluasi lebih lanjut pada dasarnya ditentukan oleh perubahan dalam tingkat lalu-lintas yang ada dan jenis permukaan jalan serta kondisinya. Titik awal dan akhir proyek harus secara jelas didokumentasikan.

3D. Penaksiran Manfaat Lalu Lintas :

Evaluasi proyek berdasarkan lalu- lintas yang telah disederhanakan (dengan menggunakan tabel penuntun manfaat) memberikan nilai manfaat per kilometer yang diharapkan untuk tingkat lalu-lintas dan jenis/kondisi permukaan yang ada.

3E. Analisa Proyek Kependudukan (A3) :

Informasi pada jalan yang tidak terbuka bagi roda-4 yang didapat dari hasil survai S7 dan S8 disusun dan dianalisa untuk masing-masing ruas pada suatu lembar analisa data kependudukan `A3'. Hasilnya dipindahkan ke dalam lembar data proyek A1.

3F. Permasalahan dan Studi Khusus :

Beberapa proyek tidak dapat ditangani oleh metode standar dengan evaluasi secara umum. Ini memerlukan `studi khusus' atau perlakuan khusus, misalnya : jalan-jalan yang sangat dipengaruhi oleh kegiatan pertanian yang besar, proyek yang menimbulkan pengalihan lalu-lintas yang besar, proyek pelebaran jalan dan proyek jembatan besar.

Beberapa ketentuan berdasarkan perkiraan dan pertimbangan yang memadai dapat digunakan untuk masalah-masalah tersebut, namun diperlukan keahlian khusus untuk melakukan studi secara penuh.

Tugas utama Tim Perencana Jalan Kabupaten adalah untuk melaksanakan survai dan mengumpulkan data tambahan yang diperlukan studi khusus tersebut.

3G. Penilaian Lingkungan dan Prosedur Konsultasi :

Sejalan dengan Undang-Undang Pemerintah, maka semua proyek harus tunduk pada penilaian lingkungan dan dikonsultasikan dengan masyarakat yang terpengaruh oleh proyek tersebut.

(17)

Modul 1 : Gambaran Umum 15 Prosedur yang ada sekarang untuk MUSBANG dan pertemuan LKMD/LMD di tingkat desa harus bertujuan pada kepastian bahwa penduduk yang terpengaruh oleh proyek jalan harus benar-benar diberitahu mengenai pembangunan jalan yang diusulkan termasuk penanganan yang benar tentang pembebasan lahan bila hal itu terjadi.

2.4.4 KELOMPOK TUGAS 4 : PENAKSIRAN BIAYA

a. Identifikasi dan penaksiran biaya untuk pekerjaan jalan dan jembatan yang cocok, dilaksanakan mengikuti tahapan analisa tersebut di atas, dengan menggunakan foto, ringkasan data jalan (S1/S2) dan `Matriks untuk Pekerjaan dan Biaya yang sesuai', dikaitkan dengan kondisi jalan dan tingkat lalu lintas yang ada sekarang.

b. Hal ini memungkinkan penaksiran biaya yang ditetapkan secara umum, cukup memadai untuk keperluan penyaringan pekerjaan berat, pemeliharaan dan pekerjaan `penyangga'. Perhitungan biaya secara terpisah harus disiapkan pada tahap disain terinci berikutnya untuk proyek-proyek yang telah dipilih.

c. `Matriks biaya' sementara masih disiapkan di tingkat pusat bagi kabupaten dan setiap tahun selalu diperbaharui berdasarkan formulir K9 (ringkasan harga material dan upah buruh setempat), yang dibuat oleh setiap kabupaten dan dikirimkan ke pusat. Penyiapan matriks biaya ini nantinya diharapkan akan dapat dilakukan oleh kabupaten sendiri

d. Data pekerjaan dan biayanya dimasukkan dalam lembar A1 untuk setiap proyek.

4A. Penilaian Kondisi Jalan :

Penilaian subyektif terhadap daya dukung tanah dasar (CBR) dan nilai sisa perkerasan ditentukan dari hasil foto dan data S2.

4B. Penentuan Kelas Rencana Lalu-lintas :

Tingkat lalu-lintas yang diperkirakan terjadi sesudah dilakukannya peningkatan jalan, dapat dibaca secara grafis dari matrik biaya berdasarkan kondisi jalan dan lalu-lintas yang ada sekarang.

4C. Identifikasi dan Penaksiran Biaya Pekerjaan Berat :

Biaya pekerjaan berat secara umum per kilometer dapat dibaca dari matriks biaya, sesuai dengan persediaan kondisi jalan serta penentuan Kelas Rencana Lalu-lintasnya.

4D. Identifikasi dan Penaksiran Biaya Pekerjaan Pemeliharaan :

Biaya pemeliharaan secara umum yang diutamakan untuk keperluan anggaran dapat dibaca pada matriks berdasarkan (terutama) pada umur jalan, lalu-lintas dan jenis/kondisi permukaan.

Kebutuhan biaya pemeliharaan yang sebenarnya akan didapatkan dari prosedur survai pemeliharaan S1/MS2.

(18)

Modul 1 : Gambaran Umum 16 Bila ditemukan pekerjaan berat yang tidak layak atau belum dapat dilaksanakan karena keterbatasan dana, maka dapat diusulkan pekerjaan alternatif dengan menggunakan biaya pekerjaan penyangga yang telah ditentukan dalam matriks.

4F. Identifikasi dan Penaksiran Biaya Pekerjaan Jembatan :

Suatu matriks biaya yang terpisah digunakan untuk memperkirakan biaya tahap perencanaan yang ditentukan bagi perbaikan jembatan, penggantian atau konstruksi baru dengan menggunakan foto sebagai bukti utama atas kebutuhan-kebutuhan pada tahap ini. Buku Petunjuk terpisah menjelaskan prosedur secara rinci untuk pemeriksaan, pemeliharaan serta disain jembatan.

2.4.5 KELOMPOK TUGAS 5 : PERSIAPAN PROGRAM TAHUNAN

a. Evaluasi, penyaringan dan penentuan peringkat proyek dilaksanakan sesudah penyelesaian analisa data dan penaksiran biaya.

b. Proyek-proyek dalam kondisi baik/sedang dimasukkan dalam daftar pemeliharaan P1 awal. Calon untuk pekerjaan berat disaring dan ditentukan peringkatnya pada `daftar panjang P2' dari hasil studi perencanaan dengan menggunakan kriteria ekonomi (NPV/KM) yang membandingkan antara perkiraan biaya dan manfaat. Proyek-proyek yang layak kemudian dipilih sebagai calon untuk program pekerjaan tahun yang akan datang pada daftar pendek P3 awal/sementara (sesuai dengan formulir UR-1.JK).

c. Usulan program UR-1.JK pendahuluan harus sudah selesai pada bulan Agustus sebagai masukan pada RAKORBANG tingkat Propinsi. Proses pemeriksaan dan kaji ulang kemudian dilaksanakan antara September - Nopember termasuk pengkajian elijibilitas pasca-disain yang kemudian menuju pada `daftar pendek' P3 akhir. Sesudah itu usulan anggaran akan disetujui/disyahkan dalam RAKON pada bulan Desember dan didokumentasikan dalam bentuk RD-1.JK.

5A. Evaluasi dan Penyaringan Proyek :

Manfaat dari setiap usulan pekerjaan berat (Tugas 3D/E) dapat diperbandingkan langsung dengan biaya per kilometer (Tugas 4C) untuk memberikan ukuran nilai proyek (NPV/KM).

Proyek-proyek layak dengan NPV/Km yang lebih besar dari nol dapat disusun berurutan dan dikelompokkan pada daftar P2 untuk menentukan prioritasnya (Tugas 5C).

Proyek-proyek yang sudah dalam kondisi `baik/sedang' harus dimasukkan dalam daftar pemeliharaan P1.

Beberapa proyek yang belum layak (NV) mungkin cocok untuk pekerjaan `penyangga', sedangkan proyek-proyek `tidak dievaluasi' (NE) lainnya memerlukan studi lebih lanjut karena evaluasi yang dilakukan belum memadai.

5B. Kaji Ulang dan Persiapan Daftar Pemeliharaan (P1) :

(19)

Modul 1 : Gambaran Umum 17 P1 ini disusun di kantor, pada bulan Juli - Agustus, terutama berdasarkan daftar induk K1. Penyusunannya harus disertai dengan perbaikannya dan harus memasukkan jalan-jalan yang sedang dalam peningkatan atau dalam pemeliharaan, ditambah dengan setiap jalan yang layak dipelihara yang ditemukan selama survai S2 yang baru dilaksanakan.

Hasilnya akan menjadi dasar bagi Survai Penjajagan Kondisi Jalan (S1) di bulan September - Oktober dan harus dikaji ulang dan diperbaiki dengan memasukkan usulan pekerjaan pemeliharaan awal untuk tahun yang akan datang.

P1 terutama digunakan untuk keperluan pendanaan awal, dimana prioritas pendanaannya diberikan pada kebutuhan pemeliharaan.

5C. Persiapan Daftar Panjang Pekerjaan Berat (P2) :

Semua studi yang dicakup dalam proses analisa perencanaan (A1) harus didokumentasikan dalam daftar P2, bersama-sama dengan setiap proyek `luncuran' dari studi selama tiga tahun yang lampau, yang belum dilaksanakan. Jadi P2 harus memuat data evaluasi proyek yang baru saja dibuat untuk seluruh bagian dari jaringan yang belum ada pada daftar P1. Proyek-proyek layak harus diurutkan sesuai dengan NPV/Km.

Daftar P2 akan dibagi ke dalam empat bagian : Bagian A mencakup proyek `luncuran' yang layak; Bagian B mencakup proyek layak yang baru distudi ; Bagian C mencakup proyek yang tidak layak atau proyek yang tidak dievaluasi tidak termasuk pemeliharaan ; Bagian D mencakup bagian jalan yang baru disurvai yang layak untuk pemeliharaan termasuk hasil evaluasi ekonomi terhadap proyek pemeliharaan berkala.

5D. Kaji Ulang Kebutuhan Anggaran dan Strategi Pekerjaan (P5) :

Penaksiran kebutuhan anggaran tahunan dengan batasannya dibuat dengan menggunakan formulir P5, untuk membantu kabupaten dalam menyusun strategi pembiayaan yang pantas untuk pekerjaan jalan, serta untuk menyediakan informasi guna membantu pemerintah pusat dalam pengalokasian dana.

5E. Persiapan Daftar Pendek Pekerjaan Berat (P3/P4) :

Kemungkinan kebutuhan anggaran beserta batasannya harus dipertimbangkan didalam pemilihan ruas untuk `daftar pendek' pendahuluan tentang usulan pekerjaan berat (P3, UR-1.JK).

Semua proyek dalam P3 harus layak secara ekonomi yang ditunjukkan oleh studi perencanaan. Namun permasalahan setempat perlu juga diperhitungkan, termasuk rencana pembangunan kabupaten dan fungsi jalan.

Jalan-jalan berkondisi `rusak/rusak berat' yang terbuka untuk roda-4 tetapi tidak tercantum dalam P3 karena tidak layak atau karena keterbatasan dana harus diberi tanda untuk pekerjaan `penyangga' dan dimasukkan dalam daftar P4.

5F. Kaji Ulang Program dan Dokumentasi Anggaran :

Kaji ulang program secara luas dan perbaikannya mungkin diperlukan antara waktu untuk menyusun program pendahuluan di bulan Juli - September dan pematangannya pada RAKON di bulan Desember.

(20)

Modul 1 : Gambaran Umum 18 dari kaji ulang disain dan elijibilitas pasca-disain, serta penyiapan proyek- proyek luncuran yang telah dihitung kembali pembiayaannya.

Daftar pendek perencanaan (P3) yang telah diperbaiki perlu dibuat dalam bulan Agustus.

(21)

Modul 1 : Gambaran Umum 19

3

KEBUTUHAN SUMBERDAYA

3.1

KEBUTUHAN STAF

a. Diperlukan suatu Tim Perencana Jalan di kabupaten yang terdiri dari empat orang staf yang dapat diambil dari staf dinas yang terkait dengan penanganan jalan. Tim akan diminta untuk melaksanakan studi perencanaan selama kurang lebih dua sampai empat bulan setiap tahunnya, mengikuti prosedur dan jadwal waktu yang telah ditetapkan. Mereka diperlukan dalam sebuah tim yang bekerja dan bertanggung jawab kepada Dinas yang secara langsung menangani jalan (PU/BM/Praswil Kab.), dan secara umum mendapat pengarahan dari Bupati.

b. Angota Tim yang bekerja dalam tugas ini harus diangkat melalui Surat Keputusan (SK) dari Bupati. Mereka harus tetap pada kedudukannya paling tidak selama dua tahun, supaya upaya pelatihan dan pengalaman yang telah didapat dapat dimanfaatkan secara optimal.

c. Staf yang ditunjuk akan ditempatkan pada posisi tugas seperti di bawah ini, berikut dengan perkiraan waktu yang diperlukan setiap tahun :

Posisi Kemungkinan

sumber instansi

Perkiraan kebutuhan waktu per tahun

(dalam bulan) Koordinator Tim

Transport Planner Planning Engineer Koordinator Survai Lalu Lintas

DPU/BM/PW-Kab. Bappeda Kabupaten DPU/BM/PW-Kab. DPU/BM/PW-Kab

4 2 - 3

3 1 - 2 --- 10 - 12

d. Salah seorang dari staf di atas, biasanya Planning Engineer atau Transport Planner, ditetapkan pula sebagai staf yang bertanggung jawab atas masalah lingkungan yang berkaitan dengan jalan kabupaten.

(22)

Modul 1 : Gambaran Umum 20 STRUKTUR TIM PERENCANA JALAN KABUPATEN

f. Pengalaman khusus dalam perencanaan umum jalan tidak selalu mutlak diperlukan, karena diharapkan bahwa masing-masing staf dapat mengenali masalah dan mengembangkan kemampuannya setelah mengikuti pelatihan di lapangan, serta berpengalaman dalam menerapkan prosedur.

Koordinator Tim atau Transport Planner, jika memungkinkan harus mempunyai : latar belakang pengalaman dalam pengetahuan sosial-ekonomi;

kemampuan untuk mengorganisir staf dan melakukan pekerjaan survai serta analisanya dalam jangka waktu tertentu;

tingkat ketelitian dalam angka dan presisi data yang wajar;

kemampuan berkomunikasi dengan pejabat dan instansi lain dalam menyampaikan tujuan, hasil dan akibat langsung dari studi perencanaan.

Planning Engineer harus mempunyai latar belakang dibidang teknik dan beberapa pengalaman pada pekerjaan survai dan prosedur perhitungan biaya pekerjaan jalan. g. Selain dari empat staf perencanaan yang ditugaskan dalam tim itu, masih diperlukan

beberapa asisten/pembantu yaitu :

Asisten Transport Planner : diperlukan jika jabatan Transport Planner dirangkap oleh Koordinator Tim.

Asisten Survaior : 1 - 2 bulan kerja

Staf survai PLL : minimal 10 orang atau sejumlah 100 hari orang kerja per tahun (biasanya diambil dari penduduk setempat di sekitar lokasi lalu lintas untuk jangka waktu tertentu)

BUPATI

Kepala DPU/ BM/PW Kab.

BAGIAN PEMBANGUN BAPPEDA

KOORDINATOR

PLANNING ENGINEER **

TRANSPORT PLANNER **

KOORDINATOR SURVAI LALULINTAS

ASISTEN SURVAIOR

ASS.TRANSPORT PLANNER

PENGHITUNG LALU LINTAS (diambil dan dilatih

secara setempat)

(23)

Modul 1 : Gambaran Umum 21

3.2

TUGAS UTAMA

1. Koordinator Tim; bertanggung jawab mengkoordinasi semua tahapan studi perencanaan serta menjaga ketepatan waktu penyelesaian tiap tahap tersebut.

2. Transport Planner : jika dirangkap tugasnya oleh Koordinator Tim maka dengan dukungan Assisten Transport Planner, ia harus bertanggung jawab sepenuhnya atas tugas-tugas berikut ini :

Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database (Kelompok Tugas 1) Survai Penjajagan Kondisi Jalan (2A) - Aspek Inventarisasi Penentuan Proyek (3C)

Penaksiran Manfaat Lalu-lintas (3D)

Survai dan Analisa Proyek Kependudukan (2E, 2F, 3E)

Pengkajian Lingkungan dan Prosedur Konsultasi (3G) - Aspek Tata Guna Lahan Persiapan Program Tahunan (Kelompok Tugas 5)

3. Planning Engineer ; ikut berperan serta dalam Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database, termasuk khususnya Data Sumber Daya (1C) dan Persiapan Program Tahunan. Tanggung jawab utamanya adalah :

Survai Penjajagan Kondisi Jalan (2A) - Aspek Pemeliharaan Survai Penyaringan Ruas Jalan (2B)

Analisa Data Ruas Jalan (3A)

Pengkajian Lingkungan dan Prosedur Konsultasi (3G) - Aspek Engineering Identifikasi dan Penaksiran Biaya Pekerjaan (Kelompok Tugas 4)

4. Koordinator Survai Lalu Lintas; mempunyai tanggung jawab dalam :

Survai Lalu Lintas (2D) - termasuk pengawasan langsung Survai Kecepatan (2C)

Analisa Data Lalu Lintas (3B)

(24)

Modul 1 : Gambaran Umum 22 USULAN PENETAPAN TUGAS & TARGET ALOKASI WAKTU PER TAHUN

TARGET ALOKASI WAKTU ( hari per orang ) Kode Tugas KorTim / Trnsp. Planner Trp.Pln/ Asstn. Trp.Pln Plan. Engi-neer Koor. Survai La-lin Total waktu Waktu di Kantor Waktu di La-

pang. Hari Kenda-raan Pelaks. (Bln) 1A 1B 1C 1D 1E 1F 1G 5 5 2 3 5 5 5 5 3 5 5 5 5 2 10 10 10 5 10 5 10 10 10 10 5 5 5 10

5 5

1 - 2

2A 2B 2C 2D 2E 2F 10 1 ** 22 ** 10 22 * * 15 20 22 0 15 23 0 2 2 2 3 18 20 13 20 20 20 13 ***

2 - 3

3A 3B 3C 3D 3E 3F 3G 3 3 3 2 7 2 2 5 6 5 6 5 5 5 8 2 7 6 5 5 5 8 2

2 5 5

2 - 3

4A 4B 4C 4D 4E 4F 1 1 5 1 1 2 1 1 2 5 1 1 2 1 2 5 1 1 2

1 - 2

5A 5B 5C 5D 5E 5F 5 5 5 3 2 5 3 2 5 2 2 5 10 7 3 2 12 5 10 7 3 2 12

1 - 2

TOTAL 79 69 60 21 229 148 81 63 7-12

Asumsi Jumlah Jaringan Kab. : 1.100 Km

Pencakupan Survai S1 : 350 Km : 40 km/hari : 10 pos PLL Pencakupan Survai S2 : 200 Km : 10 km/hari : 15 pos PLL

Dengan Survai S7/S8 : 50 % : 15 lokasi S7/S8

} Asumsi : 0.75 hari } pengawasan per PLL

(25)

Modul 1 : Gambaran Umum 23

3.3

JADWAL KESELURUHAN TUGAS

1. Gambar 6 menunjukkan target jadwal kegiatan perencanaan. Kegiatan survai utama biasanya dilaksanakan antara Maret - April untuk survai Peningkatan dan Oktober - Nopember untuk survai pemeliharaan, lalu analisanya antara Mei - Juni dalam tahun kerja yang bersangkutan, sehingga usulan program pendahuluan untuk konsultasi berikutnya bisa dipersiapkan dari bulan Juli - Agustus, sedangkan pekerjaan disain dimulai dari bulan September.

2. Koordinator Tim bertanggung jawab dalam penyusunan jadwal dan biaya survai dan kegiatan perencanaan setiap tahunnya untuk memperjelas ruang lingkup dan jadwal waktu kegiatan perencanaan yang diusulkan. Biasanya hal ini dilaksanakan dalam bulan Januari segera setelah program pendahuluan tahun sebelumnya selesai.

3. Koordinator Tim harus membicarakan jadwalnya dengan Kepala DPUK/DPU-BM-K dan DPUK/DPU-BM-Ketua Bappeda DPUK/DPU-BM-Kabupaten dan memastikan bahwa dana yang diperlukan akan dialokasikan untuk melaksanakan survai pada waktunya. Ia kemudian harus memantau dan melaporkan kemajuan survainya secara teratur kepada Kepala DPUK/DPU-BM-K, serta mengkonsultasikannya dengan Ketua Bappeda Kabupaten.

4. Contoh format untuk membuat jadwal kegiatan perencanaan dapat dilihat pada Gambar 7 : di situ harus terdaftar setiap ruas yang akan tercakup dalam survai dan rencana mingguan untuk survai dan analisa.

5. Periode bulan Oktober - Nopember dapat pula dipergunakan untuk proses dokumentasi, tindakan lanjutan dan studi khusus serta pemutakhiran data sumber daya.

3.4

PEMBIAYAAN

1. Biaya untuk studi perencanaan jalan ini harus disisihkan sebagai `komponen khusus' dari Biaya Umum Proyek Jalan Kabupaten*). Kebutuhan dana untuk studi perencanaan tahunan bagi semua pekerjaan jalan disediakan secukupnya (± 0.25% dari total biaya proyek).

2. Koordinator Tim bertanggung jawab dalam mengusahakan kebutuhan dana untuk melaksanakan jadwal perencanaan tahunan dan membahasnya bersama-sama dengan Kepala Dinas PU/BM/PW-Kab dan Ketua Bappeda Kabupaten. Mereka bersama-sama bertanggung jawab untuk memastikan bahwa dana untuk Tim Perencana Jalan Kabupaten dapat disediakan agar Tim tersebut dapat melaksanakan kegiatan perencanaan yang telah dijadwalkan pada waktunya.

. .

(26)

Modul 1 : Gambaran Umum 24

3.5

KEBUTUHAN SUMBER DAYA LAINNYA

1. Diperlukan ruang kerja dengan luas minimal 15 meter persegi yang bersifat permanen dalam kantor (misalnya di DPU/BM-Kab.) yang kira-kira sesuai bagi ruang kerja Tim Perencana Jalan.

2. Kelengkapan yang diperlukan adalah dua atau tiga meja kerja, sebuah meja besar untuk membuka peta atau keperluan rapat, dan tempat penyimpanan dokumen yang dapat dikunci.

3. Bagi keperluan survai harus disiapkan sekitar 63 hari kendaraan dan 63 hari pengemudi dengan jatah BBM mencukupi untuk mencakup panjang 50 - 100 kilometer per hari kendaraan. Kemungkinan diperlukan dua buah kendaraan dalam waktu yang bersamaan. Kendaraan bermotor itu harus terdiri dari jenis jeep dobel-gardan dan jenis `kijang' untuk mengangkut anggota survai lalu lintas. Kedua kendaraan dilengkapi masing-masing dengan pengemudi tetap, serta odometer yang bekerja baik. Perubahan mengenai keperluan dan penggunaan kendaraan dimungkinkan sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing-masing kabupaten.

4. Perlengkapan kantor dan keperluan survai yang diperlukan setiap tahun terdiri atas :

kamera (kalau memungkinkan dengan fasilitas pencatat tanggal)

20 rol film serta keperluan dana untuk memproses dan mencetak film sebanyak dua salinan tiap potretnya

white board (atau papan penunjuk lokasi foto)

lembaran plastik tembus pandang (70 lembar) atau album sederhana bagi penyusunan foto beserta spidol

pita ukur (panjang 50 m) stop watch

alat penjepit lingkar (ordner) dan kotak map

(27)
(28)
(29)

Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database

DAFTAR ISI

Halaman

1. TUGAS 1 A- PEMUTAKHIRAN DATA JARINGAN JALAN ... 1A-1

1.1 Ruang Lingkup dan Tujuan ... 1A-1 1.2 Tugas 1A/1 – Penyelesaian Dta Ruas K1 ... 1A-1 1.3 Tugas 1A/2 – Penyelesaian Data Segmen dari K1 ... 1A-7 1.4 Tugas 1A/3 – Penyelesian Data Lingkungan dari Kiri ... 1A-10 1.5 Tugas 1A/4 – Penentuan Jaringan Jalan Strategis (K2) ... 1A-11

2. TUGAS 1B – PEMUAKHIRAN DATA RIWAYAT PEKERJAAN ... 1B-1

2.1 Ruang Lingkup dan Tujuan ... 1B-1 2.2 Tugas 1B/1 - Penyelesaian Formulir K3 ... 1B-1 2.3 Tugas 1B/2 – Penyelesain K4 ... 1B-5

3. TUGAS 1C – PEMUTAKHIRAN DATA SUMBER DAYA ... 1C-1

3.1 Ruang Lingkup dan Tujuan ... 1C-1 3.2 Tugas 1C/1 – Penyelesaian K7 ... 1C-1 3.3 Tugas 1C/2 – Penyelesai K8 ... 1C-3 3.4 Tugas 1C/3 – Penyelesaian K9 ... 1C-5

4. TUGAS 1D – PEMUTAKHIRAN DATA SOSIAL-EKONOMI ... 1D-1

4.1 Ruang Lingkup dan Tujuan ... 1D-1

4.2 Prosedur Penyelesaian K10 ... 1D-1

5. TUGAS 1E – PEMUTAKHIRAN DATA JEMBATAN ... 1E-1

5.1 Ruang Lingkup dan Tujuan ... 1E-1 5.2 Tugas 1E/1 – Data Kependudukan (K11) ... 1E-2 5.3 Tugas 1E/2 – Data Pusat Kependudukan (K12) ... 1E-5 5.4 Tugas 1E/3 – Data Kecamatan (K13) ... 1E-10

5.5 Tugas 1E/4 – Kegiatan Pembangkit Lalu Lintas Berat dan Rencana Pengembangan Sektoral .... 1E-10

5.6 Penyelesaian S6B (Rencana/Pola Transmigrasi dan PIR/NES) ... 1E-15 5.7 Penyelesaian S6C (Kegiatan Sektor Pariwisata) ... 1E-18

6. TUGAS 1F – PEMUTAKHIRAN PETA ... 1F-1

6.1 Ruang Lingkup dan Tujuan ... 1F-1 6.2 Tugas 1F/1 – Perbaikan dan Pemutakhiran Peta Dasar Jaringan Jalan ... 1F-1 6.3 Tugas 1F/2 – Penyempernaan Peta Dasar ... 1F-2 6.4 Tugas 1F/3 – Penyempurnaan Peta Dasar ... 1F-3

7. TUGAS 1G – DOKUMENTASI STUDI ... 1G-1

(30)

TUGAS 1 : KAJI ULANG DAN

PEMUTAKHIRAN DATABASE

WAKTU : JANUARI - PEBRUARI

TUGAS TUJUAN/PROSEDUR FORMULIR

1A PEMUTAKHIRAN DATA JARINGAN JALAN

Memutakhirkan Daftar Induk Jaringan Jalan Kabupaten setiap tahunnya berdasarkan informasi dari hasil survai jalan (S1,S2) dan informasi pekerjaan (K3, RD-1.JK)

Mengkaji-ulang pilihan ruas dari jaringan jalan yang ditetapkan sebagai 'strategis' untuk mendapatkan prioritas khusus dalam pemeliharan atau studi untuk peningkatan

K1, K2, PETA JARINGAN JALAN 1 + 2

1B PEMUTAKHIRAN DATA RIWAYAT PEKERJAAN

Memutakhirkan data pekerjaan jalan dan jembatan yang telah dilaksanakan pada setiap ruas, untuk keperluan pemantauan dan penanganan lebih lanjut Merangkum data pembiayaan jalan dari seluruh sumber dana setiap tahunnya,

untuk keperluan perencanaan dan pemantauan

K3, K4

1C PEMUTAKHIRAN DATA SUMBER DAYA

Menyiapkan daftar yang sistematis mengenai sumber-daya yang tersedia seperti; Tim Perencana jalan dan staf pelaksana, sumber material, harga bahan/material dan upah pekerja / buruh, untuk mempersiapkan dan melaksanakan program pekerjaan jalan

K7,K8-K9

1D PEMUTAKHIRAN DATA JEMBATAN

Memutakhirkan data mengenai lokasi dan karakteristik kondisi setiap jembatan pada setiap ruas setiap tahunnya, berdasarkan hasil survai dan informasi pekerjaan

K10

1E PEMUTAKHIRAN DATA SOSIAL EKONOMI

Menyiapkan daftar yang sistematis mengenai data penyebaran penduduk dan karakteristik pasar atau pusat kegiatan di setiap kecamatan untuk keperluan studi perencanaan

Menyiapkan data statistik tata guna lahan dan data sosial ekonomi lainnya, serta informasi mengenai sumber pembangkit lalu lintas angkutan berat dan rencana-rencana pembangunan, untuk keperluan perencana-rencanaan

K11-K12

K13-K14 S6ABC

1F PEMUTAKHIRAN PETA

Memutakhirkan peta jaringan jalan supaya selalu sesuai dengan data inventarisasi jalan (K1)

Sebagai tujuan jangka panjang, menyempurnakan kualitas peta dasar dengan menggunakan peta topografi dan pemeriksaan di lapangan.

PETA JJ 1+2+3

PETA TOPO

1G DOKUMENTASI STUDI

Menyusun dan menyimpan database, hasil survai, analisa dan program tahunan secara sistematis dan meringkasnya dalam bentuk laporan untuk disampaikan dalam RAKON

LAPORAN, ARSIP PEMUTAKHIRAN DATA JARINGAN JALAN 1A PEMUTAKHIRAN DATA RIWAYAT PEKERJAAN 1B PEMUTAKHIRAN DATA SUMBER DAYA 1C PEMUTAKHIRAN DATA JEMBATAN 1D PEMUTAKHIRAN DATA SOSIAL EKONOMI 1E DOKUMENTASI STUDI 1G SURVAI 2 PEMUTAKHIRAN

(31)

Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 1

1

TUGAS 1A - PEMUTAKHIRAN DATA

JARINGAN JALAN

FORMULIR : K1 DAN K2

1.1

RUANG LINGKUP DAN TUJUAN

1. Tugas ini ditujukan untuk memutakhirkan data dalam Daftar Induk Jaringan Jalan

Kabupaten (K1), berdasarkan kondisi terkini dari hasil survai perencanaan tahunan dan dari informasi pekerjaan jalan yang sedang berjalan.

2. Selain itu juga mengkaji ulang dan mempebaiki data ruas jalan strategis atau ruas

jalan yang menunjang sektor ekonomi prioritas dalam Daftar Usulan Jaringan Jalan Strategis (K2).

3. Tugas ini sebaiknya dilakukan terutama di bulan Januari – Pebruari dengan

mengacu pada hasil survai Penjajagan Kondisi Jalan (S1) dan survai Penyaringan Ruas Jalan (S2) serta informasi mengenai pekerjaan yang sedang dilaksanakan.

4. Perbaikan data pada daftar K1 dilakukan secara manual, langsung pada formulir K1

yang dihasilkan dari database komputer. Hal ini untuk memudahkan operator database komputer dalam melakukan perbaikan yang diperlukan

5. Pemutakhiran daftar K1 dilakukan pada tiga (3) bagian, yaitu data ruas, data

segmen dan data lingkungan.

6. Kajiulang dan perbaikan daftar K2 dilakukan secara berkala, hanya jika ada

perubahan yang berarti

1.2

TUGAS 1A/1 - PENYELESAIAN DATA RUAS K1

Data ruas pada K1 terdiri dari kolom 1 – 9 , yang merupakan data tetap yang sekali sudah ditentukan dengan benar tidak boleh diubah-ubah lagi, kecuali ada alasan yang dapat diterima.

1.2.1 NOMOR RUAS (KOLOM 1)

a. Setiap ruas yang telah ditetapkan di Kabupaten harus diberi tanda dengan angka

bulat (contoh : 02, 33, 104). Jangan membuat nomor ruas dalam bentuk desimal (02.1, 02.2, 33.1, 33.2) atau memakai bentuk gabungan angka dan huruf (33A, 33B) atau gabungan angka bulat dan desimal (33, 33.1) untuk membedakan ruas jalan yang menerus.

b. Sekali sudah ditetapkan, maka nomor ruas tersebut harus terus dipertahankan dan

tidak boleh dirubah (kecuali dengan alasan yang sangat khusus), supaya tidak menimbulkan keraguan dan kesalahan dalam pembacaan peta dan proses database komputer.

c. Ruas-ruas baru yang sebelumnya tidak bernomor atau belum masuk di daftar K1,

(32)
(33)

Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 3

d. Bila belum ada kejelasan mengenai status resmi suatu ruas, maka sebagai alternatif

dapat digunakan nomor kode sementara yang dapat dipakai sebagai patokan, sebagaimana contoh pada tabel berikut :

Kode

Sementara Keterangan

400 Jalan Kota (yaitu 401, 402, 403, ... dan seterusnya)

500 Jalan Irigasi

600 Jalan Baru

700 Jalan Transmigrasi

800 Jalan Perkebunan/PIR atau Jalan Kehutanan/Angkutan Kayu

900 Jalan Desa

JN/JP/JT Jalan Negara/Propinsi/Jalan Toll

(gunakan nomor jalan BM/PW yang sudah ditetapkan)

e. Nomor tersebut kemudian dapat diganti dengan nomor yang tetap, bila telah

disetujui secara resmi oleh Kabupaten dan telah dilakukan survai perencanaannnya. Bersamaan dengan itu, maka data pada peta dan pada semua yang berkaitan dengan database juga harus diganti.

f. Di dalam database, nomor-nomor ruas telah digabung dengan kode Kabupaten dan

Propinsi yang mengikuti sistim pemberian kode Biro Pusat Statistik (BPS). Kode tersebut dapat dilihat pada bagian atas formulir K1 di sisi nama Propinsi dan Kabupaten ; misalnya Propinsi Aceh (11), Kabupaten Aceh Selatan (01).

1.2.2 NAMA RUAS (KOLOM 2 / 3)

a. Setiap ruas jalan harus diberi nama pangkal dan nama ujung yang khas (berbeda),

yang biasanya berdasarkan nama permukiman setempat.

b. Titik pangkal ruas (ditentukan sebagai km 0,0 ruas jalan) biasanya merupakan titik

yang paling sibuk pada ruas tersebut.

c. Penting untuk diperhatikan bahwa sekali nama ruas sudah ditentukan, maka nama

tersebut tidak boleh dirubah kecuali dengan alasan khusus yang dapat diterima. Perubahan dapat menyebabkan kekacauan dalam database komputer dan dalam pembacaan peta.

d. Contoh penentuan nama dan nomor ruas yang benar dan yang salah, diilustrasikan

(34)

Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 4

Gambar 1A1.

CONTOH KESALAHAN DALAM PEMBERIAN NOMOR DAN NAMA RUAS

PETA

SALAH BENAR

NO RUAS NAMA RUAS NO RUAS NAMA RUAS

2.1 Alam-Citra 2 Alam-Bisa

2.2 Citra-Bisa

2 Bisa-Alam 2 Alam-Bisa

45 Dadu-Citra 45 Citra-Dadu

2 Bisa-Alam 2 Alam-Bisa

45 Alam-Dadu 45 Citra-Dadu

1.2.3 TITIK PENGENAL RUAS JALAN (KOLOM 4 / 5 )

a. Titik pangkal dan ujung setiap ruas jalan harus ditentukan secara jelas dan

mengacu pada titik pengenal di lapangan yang spesifik, seperti persimpangan dengan satu / lebih ruas jalan lain, nama tempat atau pengenal fisik lainnya yang sifatnya menetap.

b. Persimpangan dengan ruas jalan lain di dalam wilayah kabupaten dinyatakan

dengan nomor ruasnya. Misalnya (lihat sket di bawah ini) : titik pangkal ruas 45 ditentukan sebagai (02/02) dan titik ujung ruas (46/47).

c. Persimpangan dengan ruas jalan Nasional atau Propinsi dinyatakan dengan pal-km

jalan raya yang diukur dari patok kilometer terdekat dengan nama kota acuannya (biasanya ibukota Propinsi), misalnya : JN. Km 14,5 Medan.

(35)

Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 5

d. Pada kasus jalan buntu atau ruas jalan tanpa persimpangan; beri tanda pengenal

yang jelas pada titik dimana nomor ruas jalan itu berubah, berdasarkan titik pengenal yang spesifik dan menetap, seperti pada contoh berikut :

SD Kampung Baru : Sekolah Dasar di Kampung Baru

KC Bayah : Kantor keCamatan Bayah

MSJ P. Lawas : Mesjid P. Lawas

BTS KAB. A : Batas Kabupaten A.

KD Kulon : Kantor Desa Kulon

e. Hindari penggunaan titik pengenal seperti `desa/kampung’ saja, karena tidak

memberikan penjelasan yang cukup dimana tepatnya titik pangkal atau ujung ruas tersebut.

f. Bila menggunakan titik pengenal ‘jembatan’, pastikan bahwa jembatan tersebut

termasuk dalam ruas jalan tersebut atau tidak. Berikan tambahan keterangan seperti pada contoh berikut : Ut.Jbt.S.Siak (Utara Jembatan Sungai Siak)

g. Cara penentuan titik pengenal ruas yang benar dan yang salah, diilustrasikan pada

gambar berikut :

Gambar 1A2.

CONTOH KESALAHAN DALAM PENENTUAN TITIK PENGENAL

PETA NO

RUAS

NAMA RUAS (PANGKAL/

UJUNG)

TITIK PENGENAL SALAH BENAR

2 Alam JN JN.KM 20.6 (Jalan Negara) BGR

Jln. Desa

46 Esa Bts. Desa Mesjid Esa Desa Esa

Kampung Esa

45 Citra 2 2/2

1.2.4 PANJANG RUAS (KOLOM 6)

a. Panjang ruas yang didasarkan pada pengukuran dengan pita ukur atau odometer

yang telah disesuaikan harus dibulatkan menjadi per 100 m. Perbedaan dalam pengukuran dapat terjadi meskipun dengan menggunakan odometer yang telah disesuaikan.

b. Jangan terus merubah panjang ruas, sebagai hasil dari beberapa kali survai dengan

kendaraan dalam batas 10% dari data yang ada di K1. Namun panjang ruas harus segera diperbaiki, setelah pengukuran disain selesai dilaksanakan.

45

Dadu

Citra 47

46 2

45 Dadu

Esa 47 46

(36)

Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 6

1.2.5 KLASIFIKASI FUNGSI JALAN (KOLOM 7)

a. Semua ruas harus ditentukan fungsinya berdasarkan sektor ekonomi yang

dilayaninya. Hal Ini akan dipakai sebagai alat untuk memantau perkembangan jaringan jalan serta sebagai alat bantu dalam pemilihan proyek yang berkaitan dengan kebijakan Nasional.

b. Untuk setiap ruas hanya ditentukan satu fungsi saja, diantara klasifikasi fungsi

berikut ini:

JJS : Ruas jaringan jalan strategis (lihat prosedur 1A/3)

TRAN : Melayani kawasan transmigrasi

PIR : Melayani kawasan perkebunan inti rakyat

NMG : Melayani kegiatan ekspor non migas seperti perkebunan besar

PAR : Melayani proyek atau kawasan pariwisata

JI : Melayani proyek irigasi atau daerah penghasil utama padi

UH : Melayani wilayah kehutanan/jalan untuk angkutan kayu gelondongan

KOTA : Melayani jalan kota

LU : Untuk pelayanan umum

c. Kecuali untuk fungsi pelayanan umum atau jalan kota, fungsi ekonomi lainnya

harus ditunjang oleh dokumen pendukung sesuai dengan jenis dan skala kegiatan yang dilayani, dengan menggunakan baik itu K2 untuk ruas- ruas strategis, ataupun survai S6 untuk sektor-sektor tertentu.

d. Peraturan Pemerintah (PP No. 26/1985) menjelaskan bahwa sebagian besar jalan

kabupaten juga ditentukan fungsinya sebagai jalan `lokal' yang menghubungkan antara `pusat' dengan daerah pemukiman (persil), atau menghubungkan antar pusat orde ketiga sebagian kecil jalan kabupaten ditentukan sebagai jalan `kolektor' yang menghubungkan antar pusat orde ke-dua atau pusat orde kedua dan ketiga.

1.2.6 STATUS ADMINISTRASI RUAS JALAN (KOLOM 8)

Telah dibuat kode huruf yang menunjukkan kedudukan hukum secara administratif atau yang bertanggung jawab terhadap suatu ruas jalan.

K : Kabupaten

D : Desa

P : Perkebunan

H : Kehutanan/angkutan balok kayu

T : Transmigrasi

A : Irigasi/pengairan

JN/JP/JT : Nasional/Propinsi/Toll

1.2.7 TERMASUK KECAMATAN (KOLOM 9)

a. Suatu kecamatan yang dilayani atau dilewati oleh suatu ruas jalan, harus ditentukan

namanya untuk membantu penggambaran ruas pada peta dan sebagai alat bantu dalam pemilihan proyek dimana masalah pemerataan harus diperhatikan.

b. Bila suatu ruas melewati lebih dari satu kecamatan, tentukan salah satu saja yang

(37)

Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 7

1.3

TUGAS 1A/2 - PENYELESAIAN DATA SEGMEN DARI KI

Kolom 10 - 18 dalam K1 mencatat segmen atau data bagian ruas yang secara berkala perlu diperbaharui bila kondisi jalan berubah.

1.3.1 PAL KILOMETER (KOLOM 10)

a. Pal kilometer untuk jalan kabupaten belum biasa digunakan. Karena itu titik

pangkal dan ujung suatu bagian ruas harus ditentukan dengan pal km yang diukur di sepanjang ruas dengan pita ukur atau odometer kendaraan yang telah disesuaikan

b. Pengukuran tersebut harus dimulai dari titik pangkal yang telah ditentukan dan

diberi tanda sebagai Km 0,0. Perhatikan bahwa jumlah panjang seluruh segmen harus sama dengan total panjang ruas.

Contoh : Ruas No : 02

Panjang total : 6,6 km

Segmen 1 : Km 0,0 - 3,5 aspal baik

Segmen 2 : Km 3,5 - 6,6 aspal rusak

c. Jangan menggunakan pal km yang diukur dari kota Kabupaten atau kota Propinsi.

Sistim ini akan mudah menyebabkan kekacauan bagi ruas jalan kabupaten yang pendek dan bagi keseluruhan jaringan jalan.

1.3.2 LEBAR PERKERASAN (KOLOM 11)

a. Lebar rata-rata perkerasan suatu ruas harus dicatat dalam `meter' dengan

pembulatan paling kecil 0,5 meter.

b. Bahu jalan tidak dimasukkan kecuali untuk jalan tanpa perkerasan, dimana tidak

jelas seberapa lebar bahunya.

c. Jalan setapak dapat dicatat dengan lebar nominal, yakni satu meter (1,0 m).

1.3.3 TIPE DAN KONDISI PERMUKAAN (KOLOM 12)

a. Tipe permukaan harus ditentukan menurut kategori di bawah ini :

A : Aspal

B : Batu

K : Kerikil

T : Tanah

C : Beton

b. Kondisi permukaan rata-rata suatu segmen, terutama yang mencerminkan kualitas

berkendaraan (kenyamanannya) atau kekasarannya, ditentukan menurut kategori berikut :

B : Baik

S : Sedang

SR : Sedang/Rusak

R : Rusak

(38)

Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 8

1.3.4 HAMBATAN LALU LINTAS (KOLOM 13)

Setiap segmen harus ditentukan tingkat aksesnya terhadap kendaraan roda-4, dengan menggunakan kode angka (kode akses dari formulir A3 bila sudah ada) atau kode huruf sebagai berikut :

Terbuka untuk kendaraan roda-4 sepanjang tahun TB 0

Tertutup untuk kendaraan roda-4 selama 2-6 minggu/tahun TB/TMH 1

Tertutup untuk kendaraan roda-4 pada musim hujan TMH 2

Tertutup untuk kendaraan roda-4 sepanjang tahun TST 3

Tertutup juga untuk sepeda motor TST 4

1.3.5 BULAN-TAHUN SURVAI PERENCANAAN TERAKHIR (KOLOM 14)

Data ini harus ditunjukkan dengan bulan dan tahun (misalnya 06/94) dari studi perencanaan S2/A1 terakhir, atau dari pelaksanaan survai lalu lintas terakhir (untuk ruas yang berkondisi baik/sedang) namun bukan dari survai S1 yang dilakukan setiap tahun pada semua ruas yang kondisinya baik/sedang.

1.3.6 TAHUN PELAKSANAAN PEKERJAAN (PK/MP) TERAKHIR (KOLOM 15)

a. Catat dalam kolom ini (15.1) tahun program pelaksanaan pekerjaan berat terakhir

(PK), misalnya 93 (tahun program 1993/94). Tidak perlu memberikan bulan awal dan akhir pelaksanaan pekerjaan.

b. Pada versi K1 yang baru, disediakan kolom data yang kedua (15.2) untuk mencatat

pekerjaan pemeliharaan periodik yang terakhir (overlay/ pelapisan ulang).

1.3.7 BULAN-TAHUN PERUBAHAN DATA K1 TERAKHIR (KOLOM 16)

a. Data dasar K1 mempunyai kolom data untuk pengisian bulan/tahun dari setiap

perbaikan yang dibuat pada formulir K1, ini tercatat secara otomatis di komputer.

b. Perlu dicatat bahwa pada versi hasil komputer, biasanya dicantumkan pula tanggal

di bagian atas, misalnya "Edisi April 1993". Ini menunjukkan bahwa sebagian besar perubahan-perubahan segmen yang baru harus sudah dibuat dalam kwartal pertama 1993. Hasil cetakan komputer juga mencantumkan tanggal pencetakan pada bagian kanan atas.

1.3.8 KELAS RENCANA LALU LINTAS / KRLL (KOLOM 17)

a. Data dasar K1 juga mempunyai kolom data untuk Kelas Rencana Lalu Lintas

b. Data ini diperoleh dari data lalu lintas beserta studi perencanaan yang berkaitan dan

menunjukkan perkiraan kisaran lalu lintas harian rata-rata roda-4 (LHR) bila jalan tersebut telah ditingkatkan atau sudah dalam kondisi baik/sedang.

KRLL 1 : LHR < 50

KRLL 2 : LHR 51 - 200

KRLL 3 : LHR 201 - 500

KRLL 4 : LHR 501 - 1500

(39)

Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 9

c. Penambahan satu angka di belakangnya (.1, .2 atau .3) menunjukkan bagian dari

jumlah truk sedang dan berat dalam lalu lintas tersebut (lihat tugas 4B).

1.3.9 LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA / LHR ( KOLOM 18)

Data dasar K1 mempunyai kolom data untuk pencatatan total LHR kendaraan roda-4 yang ada (17) dan LHR kendaraan roda-roda-4 ekivalen termasuk sepeda motor dan lalu lintas bukan bermotor (18) yang tercatat dalam penghitungan lalu lintas.

1.3.10 JUMLAH PENDUDUK (KOLOM 19)

Dalam data dasar K1 juga disediakan kolom data untuk mencatat jumlah penduduk yang dilayani oleh suatu segmen yang terangkum dalam lembar analisa A3.

1.3.11 BULAN TAHUN PERUBAHAN DATA (KOLOM 20)

(40)

Modul 2 : Tugas 1 - Kaji Ulang dan Pemutakhiran Database 1A - 10

1.4

TUGAS 1A/3 - PENYELESAIAN DATA LINGKUNGAN DARI K1

Kolom 21 – 23 dalam K1 mencatat data lingkungan yang secara berkala perlu diperbaharui bila kondisi lingkungan suatu ruas jalan kabupaten berubah.

1.4.1 STATUS LINGKUNGAN (KOLOM 21)

Telah dibuat kode

Gambar

Gambar  3.     CAKUPAN  SURVAI  JARINGAN  JALAN
Gambar 4.
Gambar  5. USULAN PENETAPAN TUGAS  & TARGET ALOKASI  WAKTU  PER TAHUN
Gambar 1A1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kapolsek Jatinangor AKP Supratno mengatakan, tugas utama anggotanya saat ini adalah mengendalikan arus kendaraan lalu lintas dan anti- sipasi kasus curanmor.. -

• Ikatan rem : antara 2 gelagar melintang memikul gaya rem atau reaksi lalu lintas dalam arah horizontal tegak lurus gelagar melintang dipasang di kedua ujung atau tengah jembatan.

pekerjaan harus dilindungi dari lalu lintas orang dan barang.  P2S diwajibkan melindungi pekerjaan tersebut dari kerusakan yang diakibatkan oleh pekerjaan yang lain. 

Hitung jumlah kasus pasien baru dan lama (dengan atau tanpa ART) dengan PP INH pada Register Pra-ART kolom ‘kunjungan bulanan’ baris ke-2 sebelah kanan (PP

Lampu Lalu Lintas Menggunakan Kamera Sebagai Pendukung Sistem Berbasis VB6 dan ATmega 16” tanpa suatu halangan yang berarti.. Dalam penyelesaian Proyek Akhir ini baik dari

Kontruksi dari jalan dan jembatan darurat harus setaraf dengan kelas jalan yang akan ditutup untuk keperluan proyek dan harus selesai sebelum arus lalu lintas

Pada pintu masuk terminal memungkinkan ruang yang cukup lebar untuk manuver, tanpa banyak mengganggu sirkulasi lalu lintas diluar terminal.. Konsep dasarnya yaitu efektifitas

jalan raya, yaitu jalan umum untuk lalu lintas secara menerus dengan pengendalian jalan masuk secara terbatas dan dilengkapi dengan median, serta lebar dan